Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN KANIDIASIS ORAL PADA PENDERITA HIV/AIDS DI RS. H.

ADAMALIK MEDAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit jaringan lunak mulut yang mulai banyak ditemukan, terutama sekali disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan yang menghasilkan berbagai obat baru seperti antibiotik spektrum luas dan karena gangguan sistem kekebalan seperti penderita HIV/AIDS atau penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Kandidiasis oral merupakan infeksi superfisial pada mulut yang disebabkan oleh jamur dari genus Kandida.1-3,6 Sejauh ini, Kandida albikan merupakan yang paling patogen dari semua spesies Kandida dan menjadi etiologi utama kandidiasis oral.1,6,7 Fakta bahwa kandidiasis oral merupakan infeksi jamur yang paling banyak ditemukan tidaklah mengherankan mengingat hampir 50% dari rongga mulut manusia yang sehat membawa jamur ini sebagai komponen normal mikroflora mulut.

Sebenarnya Kandida pada rongga mulut individu yang sehat merupakan organisme komensal yang hidup bersama dengan mikrobial flora mulut dalam keadaan seimbang. Tetapi, jika terjadi gangguan pada keseimbangan antara Kandida dengan anggota mikrobial mulut lainnya, maka organisme ini dapat berproliferasi, berkolonisasi, menginvasi jaringan dan menghasilkan infeksi oportunistik yang dikenal sebagai kandidiasis oral.

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan antara Kandida dengan mikrobial lainnya, seperti pada keadaan xerostomia, pemakaian gigi palsu, merokok, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunosupresif seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi. 1-7 Dari faktor-faktor tersebut, yang akhir-akhir ini sering dipelajari adalah kandidiasis oral yang diakibatkan oleh efek samping dari perawatan kanker dengan kemoterapi.

Lembar Persetujuan Judul Penelitian


Nama NIM Dosen Pembimbing Judul Penelitian : Ika Diamanda Apriano : 090100320 : dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed : GAMBARAN KANIDIASIS ORAL PADA PENDERITA HIV/AIDS DI RS.
H.ADAMALIK MEDAN

Dosen Pembimbing

dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed

Hubungan Frekuensi Mencuci Rambut dengan Insidensi Pedikulosis pada Siswa/i yang bertempat tinggal di Asrama

Pedikulosis adalah gangguan pada rambut kepala yang disebabkan oleh infeksi kutu rambut, yang disebut Pediculus humanus capitis atau Pediculus hamnus var capitis (Ph.capitis). Kutu rambut ini merupakan ektroparasit bagi manusia. Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut bagian belakang kepala, yang paling sering menggigit pada bagian belakang kepala. Gigitannya akan menyebabkan iritasi pada kulit yang disebabkan oleh air liur yang dikeluarkan pada waktu menghisap darah penderita. Tiap manusia memiliki kepekaan yang berlainan. Lesi kutan yang ditimbulkan oleh gigitan Pediculus humanus capitis memberikan reaksi yang sangat gatal. Menggaruk besar menambah peradangan dan karena infeksi sekunder oleh bakteri terbentuklah pustul krusta dan proses penanahan. Rasa gatal merupakan gejala pertama dan yang paling penting, tanda bekas garukan merupakan tanda yang khas. Pediculus humanus capitis berkembang biak biasanya pada rambut kepala yang lembab, kotor, jarang disisir dan jarang keramas (mencuci rambut). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh dari frekuensi mencuci rambut dengan terjadinya insidensi dari pediculosis. Asrama merupakan faktor resiko penularan dari Pediculus humanus capitis, karena di asrama banyak siswa/i yang sering bertukar barang barang pribadi seperti sisir, topi, handuk, bantal,dsb. Itulah yang menjadikan alasan kenapa saya memilih siswa/i yang tinggal di asrama sebagai sampel penilitian ini.

Lembar Persetujuan Judul Penelitian


Nama NIM Dosen Pembimbing Judul Penelitian Pedikulosis pada : Galdy Wafie : 090100100 : dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed : Hubungan Frekuensi Mencuci Rambut dengan Insidensi Siswa/i yang bertempat tinggal di Asrama

Dosen Pembimbing

dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed

GAMBARAN KLINIS DAN LABORATORIUM PENDERITA HIV DI RS ADAM MALIK


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) penderita (Rachimhadhi et.al, 1992). Gejala klinik umumnya adalah penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus yang menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh. Virus ini adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentevirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit Kasus AIDS dilaporkan pada tahun 1981, di Amerika Serikat. Sejak itu, kasus AIDS di dunia makin lama makin banyak dilaporkan dan merupakan persoalan kesehatan masyarakat di beberapa negara. Bahkan masalah AIDS mempunyai implikasi yang bersifat internasional dengan angka mortalitas 80% pada penderita. Chermann dan Barre Sinoussi (1985) melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia mencapai lebih dari 12.000 orang diantaranya 10.000 kasus di Amerika Serikat, 400 kasus di Perancis dan sisanya di negara Eropa lainnya, Amerika Latin dan Afrika. Satu tahun kemudian dilaporkan bahwa jumlah kasus AIDS di Amerika meningkat menjadi 15.000 orang dan Perancis menjadi 445 orang (Anonim, 1992). Di Indonesia pertama kali mengetahui adanya kasus AIDS pada bulan April tahun 1987, pada seorang warganegara Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah Bali akibat infeksi sekunder pada paru-paru, sampai pada tahun 1990 penyakit ini masih belum mengkhawatirkan, namun sejak awal tahun 1991 telah mulai adanya peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (doubling time) kurang dari setahun, bahkan mengalami peningkatan kasus secara ekponensial (Rasmaliah, 2001). Kasus HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat. Di Indonesia sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada sub populasi tertentu di beberapa provinsi yang memang mempunyai prevalensi HIV cukup tinggi. Peningkatan ini terjadi pada kelompok orang berperilaku berisiko tinggi tertular HIV yaitu para pekerja seks komersial dan pengguna NAPZA suntikan di 6 provinsi: DKI Jakarta, Papua, Riau, Bali, Jabar dan Jawa Timur telah tergolong sebagai daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Bila masalah ini tidak ditanggulangi segera, kemungkinan besar epidemi akan bergerak menjadi epidemi yang menyeluruh dan parah (generalized epidemic)

Lembar Persetujuan Judul Penelitian


Nama NIM Dosen Pembimbing Judul Penelitian : Ika Diamanda Apriano : 090100320 : dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed : GAMBARAN KLINIS DAN LABORATORIUM

PENDERITA HIV DI RS ADAM MALIK

Dosen Pembimbing

dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed

Anda mungkin juga menyukai