Anda di halaman 1dari 19

DEFINISI ABORSI Cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus.

Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Kata aborsi adalah diambil dari bahasa Inggris yaitu kata abortion yang artinya pengguguran kandungan, kluron, abortus. (Echols dan Shadily, 1984 : 2), Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1998 : 2) kata aborsi berarti (1) menggugurkan kandungan, (2) abortus yaitu diartikan terpecahnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan. Sedangkan dalam literatur fiqh islam, aborsi dikenal dengan sebutan al-jahdhu atau al-ijhadh dan isqat alhaml, yang berarti wanita yang melahirkan kandungannya secara paksa yang belum sempurna penciptaannya, atau lahirnya janin karena dipaksa atau dengan sendirinya sebelum waktunya.(Jurnalis, (et al) 2007 : 130, Dahlan (et al), 2006 : 8). Dari beberapa uraian tentang pengertian aborsi diatas maka menurut penulis aborsi adalah pengeluaran janin dari rahim seorang ibu, baik yang disengaja atau yang terjadi secara spontanitas sebelum usia kehamilan sempurna.. Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi: 1. Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan 2. Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Misalnya dengan bantuan obat aborsi. 3. Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. Dilihat dari sisi peniupan ruh kedalam janin manusia yang ada di rahim ibunya, maka aborsi atau pengguguran kandungan ini juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) aborsi yang dilakukan sebelum peniupan ruh dan (2) aborsi yang dilakukan setelah peniupan ruh.(Syaltut, 1966 : 211, Dahlan, 2006 : 9) http://aborsi.net/ http://www.aborsi.org/definisi.htm TINDAKAN ABORSI Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:

1.Aborsi dilakukan sendiri. Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin. 2.Aborsi dilakukan orang lain. Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam. Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu: 1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan 2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan 3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan 4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa 5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu. http://www.aborsi.org/tindakan.htm ALASAN ABORSI Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja) Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah: 1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab lain (75%) 2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%) 3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%) Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang

mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya. Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam kandungannya adalah boleh dan benar . Semua alasan-alasan ini tidak berdasar. Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita, yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi. http://www.aborsi.org/alasan.htm

RESIKO ABORSI Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 2. Resiko gangguan psikologis Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: 1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat 2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya 6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 9. Kanker hati (Liver Cancer) 10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) Resiko kesehatan mental Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kehilangan harga diri (82%) Berteriak-teriak histeris (51%) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) Ingin melakukan bunuh diri (28%) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

http://www.aborsi.org/resiko.htm STATISTIK ABORSI Statistik aborsi di Indonesia. Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu. Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian perang manapun Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri khususnya di Amerika dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika yaitu hampir 2 juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah negara itu. Jumlah kematian karena aborsi melebihi semua kecelakaan Menurut James K. Glassman dari The Washington Post pada tahun 1996, jumlah kematian akibat aborsi 10 kali lebih banyak daripada semua kecelakaan yang masih ditambah kasus bunuh diri maupun pembunuhan. Jumlah kematian karena aborsi selalu melebihi kematian karena kecelakaan, bunuh diri ataupun pembunuhan di seluruh dunia. Jumlah kematian karena aborsi melebihi segala penyakit Jumlah ini tidak seberapa dibandingkan jumlah kematian karena aborsi yang mencapai hampir 2 juta jiwa di negara itu. Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung. http://www.aborsi.org/statistik.htm AGAMA DAN ABORSI Kami akan membahas hal ini dari segi agama Islam (Al-Quran & Aborsi) serta agama Kristen (Alkitab & Aborsi) untuk menggambarkan pemahaman lebih lanjut mengenai aborsi dan agama. Pertama-tama kami akan membahasnya dari segi agama Islam dan kemudian dari segi agama Kristen. Al-Quran & Aborsi

Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan. Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.(QS 17:70) Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (QS 5:32)

Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (QS 17:31) Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah abortus provokatus kriminalis yang merupakan tindakan kriminal tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan

RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36) Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. AlQuran menyatakan:Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi. Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup selama umur kandungan. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa! Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Mais. Demi Allah, aku telah hamil. Nabi berkata,Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir. Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,Inilah anak yang kulahirkan. Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji. Alkitab & Aborsi Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk mengerti dengan jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi. Pertama : Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.

Kedua : Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras. Ketiga : Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan. Keempat : Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan. Kelima: Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun alasannya. Keenam : Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya. http://www.aborsi.org/agama-aborsi.htm SOLUSI Solusi untuk seorang wanita Jika anda sedang memikirkan untuk melakukan aborsi, tenangkan pikiran anda. Aborsi bukanlah suatu solusi sama sekali. Aborsi akan membuahkan masalahmasalah baru yang bahkan lebih besar lagi bagi anda di dunia dan di akhirat. Ada beberapa pihak yang dapat diminta bantuannya dalam hal menangani masalah aborsi ini, yaitu: 1. Keluarga dekat atau anggota keluarga lain. 2. Saudara-saudara seiman 3. Gereja-gereja, khususnya gereja Katolik 4. Organisasi-organisasi pelayanan Gereja 5. Orang-orang lain yang bersedia membantu secara pribadi Pertama-tama, hubungi keluarga terlebih dahulu. Orang tua, kakak, om, tante atau saudara-saudara dekat lainnya. Minta bantuan mereka untuk mendampingi di saat-saat yang sukar ini. Jika keluarga tidak memungkinkan, hubungi orang-orang lain yang disebutkan di daftar diatas. Atau hubungi kami di Forum Diskusi Solusi untuk Bayi Apapun alasan anda, aborsi bukanlah jalan keluar. Setiap bayi yang dilahirkan, selalu dipersiapkan Tuhan segala sesuatunya untuk dia. Jika saat ini anda merasa tidak sanggup membiayai kehidupan dia, berdoalah agar Tuhan memberikan jalan keluar. Jika anda benar-benar tidak menginginkan anak tersebut, carilah orang-orang dekat yang bersedia untuk menerimanya sebagai anak angkat. Jika tidak ada seorangpun yang menginginkan bayi tersebut, segera hubungi kami di Forum Diskusi. Kami akan mencarikan orang-orang yang bersedia untuk merawat anak tersebut.

Tuhan menciptakan kita semua sama. Tuhan mau kita saling membantu, mengasihi dan menasehati. Mari kita bersama-sama menjaga kelangsungan ciptaanNya yang paling mulia manusia. http://www.aborsi.org/solusi.htm CONTOH ABORSI (presentasi) Berikut ini adalah gambaran mengenai apa yang terjadi didalam suatu proses aborsi: Pada kehamilan muda (dibawah 1 bulan) Pada kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang anak yang masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur berantakan. Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa gumpalan-gumpalan darah dari janin yang baru dibunuh tersebut. Pada kehamilan lebih lanjut (1-3 bulan) Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar beberapa minggu, bagianbagian tubuhnya mulai terbentuk. Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak tersebut kemudian bagian-bagian tubuhnya dipotong-potong dengan menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi (cunam abortus). Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut, dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang, bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian tubuhnya. Tulang-tulangnya di remukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian kecil-kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan. Dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan-potongan bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala dan bagian-bagian tubuh lain yang mungil. Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil telah dibunuh dengan cara yang paling mengerikan. Aborsi pada kehamilan lanjutan (3 sampai 6 bulan) Pada tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah terlihat jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam. Tubuhnya sudah bisa merasakan sakit, karena jaringan syarafnya sudah terbentuk dengan baik. Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan. Pertama, diberikan suntikan maut (saline) yang langsung dimasukkan kedalam ketuban bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan akhirnya setelah menderita selama berjamjam sampai satu hari bayi itu akhirnya meninggal. Selama proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan

jantungnya berdetak keras. Aborsi bukan saja merupakan pembunuhan, tetapi pembunuhan secara amat keji. Setiap wanita harus sadar mengenai hal ini. Aborsi pada kehamilan besar (6 sampai 9 bulan) Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah kelihatan, termasuk mata, hidung, bibir dan telinganya yang mungil. Jari-jarinya juga sudah menjadi lebih jelas dan otaknya sudah berfungsi baik. Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan bayi tersebut hidup-hidup, kemudian dibunuh. Cara membunuhnya mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ke tempat sampah, ditenggelamkan kedalam air atau dipukul kepalanya hingga pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai. Selesai dengan tuntas hanya saja darah bayi itu yang akan mengingatkan orang-orang yang terlibat didalam aborsi ini bahwa pembunuhan keji telah terjadi. Semua proses ini seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu yang melakukan aborsi. Mereka merasa bahwa aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka tidak sadar karena dibawah pengaruh obat bius. Mereka bisa segera pulang tidak lama setelah aborsi dilakukan. Benar, bagi sang wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit. Tapi bagi bayi, itu adalah proses yang sangat mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak manusiawi. Kematian bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu. Seorang wanita yang kelak menjadi ibu yang seharusnya memeluk dan menggendong bayinya, telah menjadi algojo bagi anaknya sendiri. http://www.aborsi.org/contoh.htm PELAKU ABORSI Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan tetapi gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam buku Facts of Life oleh Brian Clowes, Phd: Para wanita pelaku aborsi adalah: Wanita Muda Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun. Usia Jumlah % 0.9%

Dibawah 15 tahun 14.200 15-17 tahun 154.500 9.9%

18-19 tahun

224.000 33.9% 21.5% 12.1% 5.8%

14.4%

20-24 tahun 527.700 25-29 tahun 334.900 30-34 tahun 188.500 35-39 tahun 90.400 40 tahun keatas Belum Menikah

23.800

1.5%

Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga http://www.aborsi.org/pelaku.htm Kebijakan Aborsi di Indonesia Indonesia termasuk salah satu negara yang menentang pelegalan aborsi dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB, satu kubu dengan negaranegara muslim dunia ,sebagian negara Amerika Latin dan Vatikan. Di Indonesia aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat dikenai pidana oleh negara. Fatwa lembaga keagamaan pun rata-rata mendukung kebijakan pemerintah tersebut , misalnya fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi yang menyatakan bahwa aborsi dengan alasan medik diperbolehkan dan aborsi dengan alasan non medik diharamkan.

Akan tetapi bisakah Indonesia digolongkan dalam kubu pro live. Jawabnya bisa ya bisa tidak. Walaupun kebijakan pemerintah Indonesia dengan melarang parktek aborsi condong ke kubu pro live akan tetapi kebijakan lainnya justru mendorong terjadinya praktek aborsi. Diantaranya larangan bagi siswa/i yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan menengah untuk menikah. Kebijakan inilah yang mendorong terjadinya praktek aborsi, siswi yang hamil akan dikeluarkan dari sekolah dan dilarang untuk melanjutkan studynya, selain oleh karena tekanan orang tua, masyarakat dan lingku-ngan. Karena itulah aborsi menjadi pilihan terbaik dari yang terburuk yang bisa diambil oleh seorang remaja yang hamil di luar nikah. Penutup dan Analisa

Memang mencegah lebih baik daripada mengobati. Memberi pengetahuan mengenai beresikonya melakukan seks pra nikah atau sex bebas adalah salah satu metode paling tepat untuk menurunkan resiko kehamilan di luar nikah. Akan tetapi ketika nasi telah menjadi bubur apa tindakan kita.Apakah kita hanya terbatas pada menghukum dan menghakimi mereka saja. Kesalahan mereka tidak bisa dilepaskan dari kesalahan kita juga, baik sebagai orang tua, pendidik maupun komponen masyarakat lainnya. Oleh karena itulah perlu dicarikan sebuah solusi yang tepat dalam menangani masalah ini. Indonesia memang bukan seperti negara maju, dimana mereka sudah berpengalaman dalam menangani masalah-masalah seperti ini dengan melibatkan semua pihak, baik orang tua, para guru, teman-temannya di sekolah bahkan juga pemerintah. Sementara Indonesia yang merupakan negara yang bertransisi dari masyarakat tradisonalis ke masyarakat modern bahkan pra modern tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi persoalan ini. Sehingga aksi-aksi yang dilakukan pun lebih banyak merupakan aksi panik seperti halnya mengeluarkan siswi hamil tersebut. Resiko meningkatnya perilaku seks pra nikah dan seks bebas tidak dapat dihindari akibat perkembangan budaya modern dan meningkatnya usia pasangan nikah. Tapi sangat disayangkan apabila pemerintah dan juga kalangan pendidik dan komponen masyarakat tidak memiliki sebuah konsep yang terarah dan jelas untuk menghadap fenomena sosial ini. Peningkatan usia nikah harusnya juga diikuti dengan pembekalan mengenai sex pada kalangan remaja sehingga mereka bisa mengendalikan diri dan menjauhi perilaku sex beresiko tersebut. Akan tetapi budaya sex tabu menempatkan kalangan remaja seperti anak kecil yang dipandang dan dianggap tidak perlu tau masalah sex. Selain itu perlu ada jaminan, bila memang pemerintah mengambil kebijakan pro live seharusnya diikuti kebijakan-kebijakan lain yang sifatnya melindungi hak kalangan remaja bila mereka mengalami kehamilan di luar nikah , diantaranya hak untuk meneruskan pendidikan, hak untuk mendapatkan fasilitas perawatan medis dan psikis yang memadai serta jaminan perawatan terhadap bayi yang akan dilahirkannya. Apabila jaminan-jaminan seperti ini tidak mampu disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat maupun komponen masyarakat lainnya termasuk orang tua dan pendidik, maka kebijakan pelarangan aborsi menjadi kontra produktif bagi remaja, dan pencegahan praktek aborsi ilegal oleh remaja menjadi sia-sia. http://www.aborsi.org/artikel15.htm Upaya mencegah terjadinya aborsi bisa dimulai dari menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Pemerintah seharusnya mengidentifikasi

langkah-langkah yang perlu diambil untuk menghentikan terjadinya penurunan pemakaian keluarga berencana, menurunkan unmet need alat kontrasepsi dan mempromosikan investasi dalam pelayanan keluarga berencana pada tingkat kabupaten. Usaha-usaha ini harus dapat menjamin agar perempuan dapat memperoleh informasi yang akurat tentang berbagai jenis alat kontrasepsi dan juga termasuk efek sampingan yang mungkin ditimbulkan dari alat kontrasepsi tersebut. Tersedianya informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas untuk para kaum muda dapat membantu memberi pengertian pada mereka tentang risiko yang berkaitan dengan hubungan seksual yang tidak aman, dan tersedianya pengetahuan tentang cara-cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengurangi terjadinya aborsi. Pemberian pendidikan seksual melalui penyuluhan bidan di daerah pedesaan dan juga melalui sekolah dan organisasi Islam. Perempuan yang memerlukan aborsi karena kehamilannya membahayakan jiwanya dan hal ini sejalan dengan hukum yang berlaku di Indonesia seharusnya dapat mendapatkan prosedur aborsi yang aman. Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan tersedianya aborsi yang aman yang terjamin ketersediannya dan diperbolehkan oleh hukum yang berlaku. Indonesia memiliki 3 aturan aborsi yang berlaku hingga saat ini yaitu: 1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apa pun aborsi adalah tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan. 2. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. 3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menuliskan dalam kondisi tertentu bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi). Upaya menekan angka aborsi tanpa indikasi medis menjadi tanggung jawab kita bersama baik pemerintah dan masyarakat luas. Karena sebuah nyawa juga memiliki hak untuk hidup didunia. f Inggar Ratna Kusuma S.ST Dosen Prodi Kebibdanan Universitas Purwokerto http://www.wawasandigital.com/index.php? option=com_content&task=view&id=41918&Itemid=62 Aborsi Dilihat dari Berbagai Sudut Pandang Yayasan Gunungan SEHATI Masalah aborsi sampai sekarang tetap menjadi masalah kontroversial, tidak hanya dari sudut pandang kesehatan, agama, psikologis tetapi juga sudut pandang hukum. Tulisan ini bertujuan untuk mengupas masalah aborsi ditinjau dari empat sudut pandang tersebut serta perkembangan terakhir masalah aborsi

untuk mewujudkan aborsi yang aman di Indonesia. Aborsi dari Sudut Pandang Kesehatan Pengertian dari abortus atau aborsi adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu abortus spontan dan yang kedua adalah abortus buatan. Abortus spontan adalah Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar (keguguran). Sedangkan abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan. Istilah yang sering digunakan untuk peristiwa ini adalah aborsi, pengguguran, atau abortus provokatus yaitu aborsi yang diprovokatori semisal dengan obat-obatan. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian dari seorang ibu yang melakukan aborsi. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan dan infeksi kandungan dan eklampsia (keracunan kehamilan dari janin/calon bayi kepada ibunya). Sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan saja. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur juga dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan. Dalam hal aborsi apabila terpaksa dilakukan sebenarnya harapannnya adalah pelayanan aborsi yang aman merupakan bagian dari hak perempuan untuk hidup, hak perempuan untuk menerima standar pelayanan kesehatan yang tertinggi dan hak untuk memanfaatkan kemajuan teknologi kesehatan dan informasi. Dengan demikian, diperlukan perlindungan hukum dalam menyelenggarakan pelayanan aborsi yang aman untuk menjamin hak perempuan dalam menentukan fungsi reproduksi dan peran reproduksi tubuhnya sendiri. Aborsi dari Sudut Pandang Hukum Aborsi dipandanng dari sudut hukum terjadi suatu kontradiksi dalam Undang-undang No. 23/1992 tentang Kesehatan pasal 15 ayat 1 sebagai berikut : "Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya* dapat dilakukan tindakan medis tertentu**." Dari hal di atas yang dapat dijelasakan dari isi Undang-Undang tersebut adalah

- Bahwa kalimat untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya merupakan pernyataan cacat hukum karena kalimat tersebut sepertinya menjelaskan bahwa pengguguran kandungan diartikan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janinnya. Padahal, selama ini yang terjadi seseorang melakukan pengguguran kandungan tidak pernah diartikan sebagai upaya untuk menyelamatkan janin yang dikandungnya, tetapi yang dalam pemahaman masyarakat yang terjadi adalah malah sebaliknya. - Bahwa selanjutnya "Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi yang cacat hukum dan tidak jelas itu menjadikan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan aborsi rentan di mata hukum. - Bahwa dalam kenyataaan secara hukum ada aborsi yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima". Yang dapat diterima antara lain jika kehamilan membahayakan jiwa si ibu. Ini berarti ada aborsi yang secara hukum boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Pembedaaan antara yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan itulah yang perlu diatur melalui sistem hukum. Artinya diperlukan undang-undang yang mengatur aborsi sehingga dapat menolong perempuan yang mengalami KDRT dari bahaya menjadi korban praktik yang membahayakan kesehatan bahkan jiwanya (Hartono 2005 : Issue Abortus dalam RUU Kesehatan, Kompas) Aborsi dari Sudut Pandang Psikologi Aborsi dilihat dari segi psikologi sebenarnya lebih kepada bagaimana rasa aman dan nyaman tersebut tercipta atau ada dalam diri seseorang yang akan melakukan aborsi. Sebagai salah satu contoh untuk mereka perempuan yang mengalami perkosaan tentunya mereka akan mengalami suatu traumatis yang lebih bila akhirnya mereka harus mengandung dan melahirkan anak dari sesorang yang memperkosanya. Tetapi hal ini tentunya tidaklah mutlak karena ada juga dari para korban perkosaan ini mereka sangat kuat dan mampu mengolah traumatisnya sehinggga mereka merasa aman nyaman dan enjoy melahirkan anak dari hasil perkosaan. Mereka memutuskan untuk menjadi single parent, tentunya ini tidak mudah karena harus membuka kesadaran terdalam untuk dapat merasa aman dan nyaman. Akhirnya secara keseluruhan kita dapat menafsirkan sendiri mengenai masalah aborsi itu. Karena kalau kita mengacu UU N0 23 1992 sebenarnya sudah berniat melakukan legalisasi aborsi. Jadi semuanya terserah anda akan memilih yang mana dengan segala konsekuensi dan akibat-akibat yang disebabkan oleh aborsi itu.

http://suarakomunitas.net/?lang=id&rid=7&id=6682

Aborsi ditinjau dari Tiga Sudut Pandang


oleh: Laily Hanifah A. Sudut pandang kesehatan Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus dibagi menjadi dua, yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upayaupaya dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Dalam beberapa kepustakaan, terminologi yang paling sering digunakan untuk hal ini adalah keguguran (miscarriage). Sedangkan abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan. Istilah yang sering digunakan untuk peristiwa ini adalah aborsi, pengguguran, atau abortus provokatus. Dalam artikel ini istilah yang digunakan dalam konteks ini adalah aborsi. Aborsi biasanya dilakukan atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada ibu, misalnya tuberkulosis paru berat, asma, diabetes melitus, gagal ginjal, hipertensi, penyakit hati menahun (JNPK-KR, 1999). Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis (Gunawan, 2000). Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mu-dahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan (Wijono, 2000). Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tergantung kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita mening-gal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebab-kan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono, 2000). Padahal, Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development/ICPD) di Kairo tahun 1994 dan Konferensi Wanita di Beijing tahun 1995 menyepakati bahwa akses pada pelayanan aborsi yang aman merupakan bagian dari hak perempuan untuk hidup, hak perempuan untuk menerima standar pelayanan kesehatan yang tertinggi dan hak untuk memanfaatkan kemajuan teknologi kesehatan dan informasi. Dengan demikian, diperlukan perlindungan hukum dalam menyelenggarakan pelayanan aborsi yang aman untuk menjamin hak perempuan dalam menentukan fungsi reproduksi dan peran reproduksi tubuhnya sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa dilegalkannya aborsi aman di sebuah negara justru berperan dalam menurunkan angka kejadian aborsi itu sendiri mungkin salah satunya karena efektivitas konseling pasca aborsi yang mewajibkan pemakaian kontrasepsi bagi mereka yang masih aktif seksual namun tidak ingin mempunyai anak untuk jangka waktu tertentu. Selain itu juga ditunjang oleh efektivitas alat kontrasepsi itu sendiri yang hampir mencapai 100 persen sehingga mengurangi angka kehamilan tidak diinginkan yang berakhir pada tindak aborsi. Held dan Adriaansz sebagaimana dikutip dari Wijono (2000), mengemukakan hasil meta analisis

tentang kelompok risiko tinggi terhadap kehamilan yang tidak direncanakan dan aborsi tidak aman berdasarkan persentasenya, yaitu: 1) kelompok unmet need dan kegagalan kontrasepsi (48%); 2) kelompok remaja (27%); 3) kelompok praktisi seks komersial; 4) kelompok korban perkosaan, incest dan perbudakan seksual (9%). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata kelompok unmet need dan gagal KB merupakan kelompok terbesar yang mengalami kehamilan tidak direncanakan sehingga konseling kontrasepsi merupakan salah syarat mutlak untuk dapat mengurangi kejadian aborsi, terutama aborsi berulang, selain faktor lainnya. Konseling kontrasepsi bertujuan untuk membantu klien memilih salah satu kontrasepsi yang sesuai bagi mereka, dalam kaitannya dengan risiko fungsi reproduksi dan peningkatan kualitas kesehatan (JNPKKR, 1999). Pada intinya, konseling ini akan memberi informasi bagi klien tentang: 1) Kemungkinan menjadi hamil sebelum datangnya menstruasi berikut, 2) Adanya berbagai metode kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah atau menunda kehamilan, 3) Di mana dan bagaimana mereka mendapatkan pelayanan dan alat kontrasepsi. Konseling merupakan proses penting dalam pelayanan alat kontrasepsi karena: - Pemilihan metode kontrasepsi ditentukan setelah melalui serangkaian pemberian informasi dan memperhatikan berbagai aspek reproduktif - Penentuan pilihan harus mempertim-bangkan aspek kesehatan dan keinginan klien - Pilihan metode kontrasepsi berdasarkan keamanan dan efektivitas - Penerimaan makin baik dengan semakin dipahaminya kerja alat tersebut - Kepuasan klien menjamin kesinambungan penggunaan alat kontrasepsi Konseling kontrasepsi sesudah aborsi merupakan syarat mutlak agar dapat mencegah kehamilan tidak diinginkan berikutnya yang pada akhirnya mencegah aborsi. Tujuan dari konseling kontrasepsi sesudah aborsi adalah:

Membantu pasien untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki (jika memang ternyata demikian) sehingga dapat menghindar-kan terjadinya hal serupa di masa datang.
Membantu pasien dan keluarganya untuk menentukan apalah mereka memang alat kontrasepsi Membantu memilihkan salah satu metode yang sesuai dengan keinginan pasien, apabila mereka membutuhkannya Membantu pasien untuk meng-gunakan alat kontrasepsi secara efektif B. Sudut pandang hukum Menurut Sumapraja dalam Simposium Masalah Aborsi di Indonesia yang diadakan di Jakarta pada tanggal 1 April 2000 menyatakan adanya terjadinya kontradiksi dari isi Undang-undang No. 23/1992 pasal 15 ayat 1 sebagai berikut. "Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya* dapat dilakukan tindakan medis tertentu**." Hal yang dapat dijelaskan dari isi Undang-undang tersebut adalah: *) kalimat untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya merupakan pernyataan cacat hukum karena kalimat tersebut sepertinya menjelaskan bahwa pengguguran kandungan diartikan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janinnya. Padahal, pengguguran kandungan tidak pernah diartikan sebagai upaya untuk menyelamatkan janin, malah sebaliknya. **) penjelasan Pasal 15: "Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau

janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi yang cacat hukum dan tidak jelas itu menjadikan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan aborsi rentan di mata hukum. C. Sudut pandang agama Ada berbagai pendapat ulama Islam mengenai masalah aborsi ini. Sebagian berpendapat bahwa aborsi yang dilakukan sebelum 120 hari hukumnya haram dan sebagian lagi berpendapat boleh. Batasan 120 hari dipakai sebagai tolok ukur boleh-tidaknya aborsi dilakukan mengingat sebelum 120 hari janin belum ditiupkan ruhnya yang berarti belum bernyawa. Dari ulama yang berpendapat boleh beralasan jika setelah didiagnosis oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan ternyata apabila kehamilan diteruskan maka akan membahayakan keselamatan ibu, maka aborsi diperbolehkan. Bahkan bisa menjadi wajib jika memang tidak ada alternatif lain selain aborsi. Dengan demikian, apabila dari sudut pandang agama saja aborsi diperbolehkan dengan alasan kuat seperti indikasi medis, maka sudah sepatutnyalah apabila landasan hukum aborsi diperkuat sehingga tidak ada keraguan dan kecemasan pada tenaga kesehatan yang berkompeten melakukannya. D. Upaya yang dilakukan saat ini Berbagai upaya telah dicoba untuk dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Forum Kesehatan Perempuan (FKP) yang terdiri dari aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), praktisi hukum, peneliti senior, pengurus/anggota organisasi profesi adalah dengan mengadakan pertemuan intens yang bertujuan akhir untuk mengamandemen Undang-undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 pasal 15. Sementara itu untuk mencapai tujuan akhir tersebut, upaya saat ini difokuskan untuk menyusun Surat Keputusan Menteri Kesehatan (SK Menkes) tentang batasan pelayanan aborsi yang aman dengan memasukkan kriteria, yaitu antara lain: 1) usia kandungan dibawah 12 minggu 2) di rumah sakit yang ditunjuk 3) oleh dokter yang bersertifikat 4) konseling pra dan pasca aborsi 5) biaya yang terjangkau Tujuan khususnya antara lain menghimpun dan menampung pendapat khalayak dari berbagai pihak tentang masalah aborsi, menentukan isi SK Menkes tentang pelayanan aborsi yang aman serta menyusun, menyepakati dan melakukan proses penerbitan SK tersebut. Salah satu upaya FKP dalam menghimpun dan menampung pendapat khalayak dari berbagai pihak mengenai aborsi dilakukan melalui jajak pendapat yang dilakukan sebanyak dua kali oleh instansi yang berbeda selama bulan Desember 2000. Jajak pendapat yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia bekerja sama dengan Mitra Perempuan, Ford Foundation, Fenomena, Universitas Atmajaya dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia pada 600 responden yang ditelepon secara acak berdasarkan buku telepon di lima wilayah di DKI Jakarta, menunjukkan 83,5 persen responden perempuan dan laki-laki setuju jika keputusan secara medis dan psikologis mengenai aborsi ditentukan oleh dokter, melalui proses konseling dengan pasien. Sebesar 85,11 persen dari mereka yang setuju adalah perempuan yang menikah. Jajak pendapat lainnya yang dilakukan Population Council, Yayasan Mitra Inti dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia terhadap 159 responden menemukan sebesar 78 persen responden menyetujui perlunya mengurangi risiko penyebab kematian akibat aborsi yang tidak aman dan 85 persen menyetujui keputusan aborsi ditentukan bersama melalui proses konseling. Kemudian sebesar 55 persen menyatakan perlunya disediakan tempat aborsi yang resmi, aman dengan standar pelayanan berkualitas. Daftar bacaan: Gunawan, N. Peningkatan Keberdayaan Perempuan sebagai Upaya Mencegah Aborsi. Simposium Masalah Aborsi di Indonesia, Jakarta 1 April 2000. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Paket Pelatihan Klinik Asuhan Pasca-keguguran. Jakarta: AVSC International, 1999 Katjasungkana, N. Aborsi: Hukum dan Hak Perempuan. Simposium Masalah Aborsi di Indonesia,

Jakarta 1 April 2000. Sudraji Sumapraja. Aborsi: Akar Permasalahan dan IndikasiSimposium Masalah Aborsi di Indonesia, Jakarta 1 April 2000. Wibisono Wijono. Dampak Kesehatan Aborsi tidak aman. Simposium Masalah Aborsi di Indonesia, Jakarta 1 April 2000. Dixon, P. Source: http://www.postfun.com/pfp/blasphemy.html/18 Januari 2001 Berkow R., and J.H. Talbott (eds.). The Merck Manual of Diagnosis and Therapy 13th Edition. Rahway, N.J. Merck and Co., Inc., 1977. Hull, T.H., S.W. Sarwono and N. Widyantoro. Induced Abortion in Indonesia. In Studies in Family Planning, 1993; 24(4): 241-251 Kompas. " Aborsi dan Hak Reproduksi Perempuan." 17 December 2000. Coeytaux, Francine M., A.H. Leonard, and C.N. Bloomer. "Aborsi." In Kesehatan Wanita: Sebuah Perspektif Global (Original Edition: The Health of Women: A Global Perpective). Edited by Marge Koblinsky, J. Thimyan, J. Gay. Yogyakarta; Gajah Mada University Press, 1997 Faisall, Muh., and S. Ahmad. Klien dan Dukun Aborsi: Studi Kasus Pertolongan Aborsi Secara Tradisional di Kabupaten Kendari Provinsi Sulawesi Tengah." Yogyakarta; Ford Foundation and Pusat Perngembangan Kependudukan Universitas Gajah Mada, 1995.

http://www.kesrepro.info/?q=node/203

Anda mungkin juga menyukai