Anda di halaman 1dari 6

GLOBALISASI

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP REMAJA INDONESIA


D I S U S U N OLEH : NAMA : CUT NANDA MUTIA IIN WAHYUNI LINDA YANI LIZA WAHYUNI

GURU PEMBIMBING : GHAFIRIN

SMA NEGERI 5 LHOKSEUMAWE TAHUN AJARAN 2011 - 2012

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP REMAJA INDONESIA

Salah satu kemenarikan dari Globalisasi ialah beragamnya budaya yang masuk ke suatu Negara. Hal ini tentu sangat menarik bagi kaum remaja, Indonesia khususnya. Seperti kita ketahui masa Remaja adalah masa di dimana seseorang memiliki keingintahuan yang tinggi untuk meniru dan memiliki rasa keingintahuan yang besar (Rubin, Fein & Vandenberg,1983 dan Smilansky, 1968) . Sehingga tidak heran jika banyak remaja memiliki artis idola yang mereka gemari hingga kemudian mereka meniru gayanya, mulai dari cara mereka berpakaian, cara mereka bercakap, gaya hidup , hingga cara berpikir sang idola. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa budaya asing yang memilki pengaruh cukup besar di dunia hiburan, yaitu Korea dan Amerika, lalu disusul Jepang,dll. Drama Korea dan film-fim Amerika dapat dijumpai dengan mudah wara-wiri tayang di saluran televisi nasional. Dunia hiburan berpengaruh besar terhadap dunia fashion, style dan gaya hidup remaja Indonesia. Hal ini terbukti dari pakaian atau tatanan rambut yang menyajikan berbagai pilihan asing seperti, American style ,Korean style, dan Japanese style. Juga restoran-restoran terkenal yang menyajikan makananmakanan asing seperti American food, Japanese food, Korean food, dsb. Sadar atau tidak disadari beragamnya budaya asing yang masuk telah berdampak terhadap kecintaan remaja Indonesia akan gaya atau tatanan serta selera lokal bangsa ini. Sebelum digalakannya program ACI (Aku Cinta Indonesia) , sebelum peresmian hari batik sedunia yang jatuh pada tanggal 02 Oktober 2009 oleh UNESCO, penggunaan batik di kalangan remaja sangat jarang ditemui. Jika dilihat dari selera makan pun, remaja Indonesia lebih banyak tertarik dengan restoran-restoran yang menyajikan makanan asing, seperti; Mc Donald, HokaHoka Bento, KFC, Solaria,dll di banding dengan restoran-restoran yang menyajikan makanan lokal. Salah satu alasan mengapa para remaja Indonesia lebih tertarik dengan gaya berbusana, tatanan rambut atau makanan asing, karena gaya bangsa asing tersebut dinilai lebih mewakili karakter remaja masa kini. Gaya Amerika dinilai

remaja lebih mewakili karakter dinamis mereka, korea dinilai mewakili karakter remaja yang manis, sedangkan Jepang mewakili karakter segar dan muda. Sedangkan gaya berbusana, tatanan rambut dan makanan Indonesia dianggap kurang mewakili karakter remaja Indonesia. Sebagai contoh, Iklan Kosmetik sariayu memang memiliki kualitas yang bisa disama ratakan dengan kosmetika asing namun untuk menjangkau remaja Indonesia untuk lebih mengguanakn Sariayu, sepertinya Sariayu kurang berhasil, karena Image dari Sariayu sendiri adalah wanita dewasa Indonesia, hal ini terlihat dari model iklan yang kebanyakan adalah wanita Indonesia bukan remaja Indonesia. Sedangkan produk kosmetika asing justru lebih menggunakan model remaja sebagai image produknya, salah satu contohnya Maybelline yang menggaet Sherina untuk menjadi model iklan produknya. Ponds dengan Pevita Pearch sebagai duta iklannya. Berbagai hal inilah yang mengakibatkan remaja Indonesia lebih menyukai hal-hal yang bernuansa budaya asing ketimbang lokal. Sehingga tak heran budaya lokal sering kali terpinggirkan di kalangan remaja. Tidaklah menjadi masalah jika budaya asing itu sendiri memberi dampak baik bagi perkembangan karakter dan masa depan para remaja, namun seringkali yang terjadi adalah sebaliknya. Dampak-dampak sebagai akibat dari era globalisasi saat ini adalah pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas, maraknya penggunaan obat-obat terlarang, sekularisme, hedonisme yang jelas sekali bertentangan dengan nilai-nilai budaya lokal. Remaja adalah generasi penerus bangsa. Dengan kecenderungan remaja akan budaya bangsa Asing yang terus menerus, lambat laun akan tergeruslah nilai-nilai lokal bangsa di masa depan. Suatu bangsa yang tidak memiliki nilainilai lokal akan mudah untuk menjadi kaki tangan bangsa-bangsa lain. Tentunya, bukanlah hal ini yang kita harapkan dari era globalisasi dan dampaknya terhadap remaja Indonesia. Globalisasi membawa banyak tantangan baik itumen yang menyengkut bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, bahkan menyangkut semua aspek kehidupan manusia. Namun, globalisasi juga menjanjikan harapan-harapandan

kemajuan.

Diantara harapan dan kemajuan yang menjanjikan, adalah

pertumbuhan ekonomi yang pesat,pada negara-negara yang rajin dan bersungguhsungguh. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk menciptakan kemakmuran masyarakat, termasuk bagi bangsa Indonesia sebagai bagian dari Asia Tenggara. Sebelum terjadinya krisis ekonomi 1997 dampaknya masih terasa hingga sekarang dalam tiga dasawarsa (1967-1997) beberapa negara dikawasan serumpun Asean telah menikmati pertumbuhan ekonomi pesat. Bank Dunia menyebut beberapa negara dikawasan ini sebagai "The Eight East Asian Miracle", yang tumbuh menjadi macan Asia diantaranya Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Thailand, Singapura, Malaysia. Dibidang ekonomi ini, negara-negara Asean menikmati pertumbuhan rata-rata 7-8 % pertahun waktu itu, sementara Amerika dan Uni Eropa hanya berkesempatan menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2,5 sampai 3 % pertahun. Pertambahan penduduk Asean sekitar 350 juta, bisa saja bertambah banyak ditahun 2003 saat memasuki AFTA. Populasi itu diperkirakan akan mencapai jumlah yang besar, mungkin 500 juta (Adi Sasono, Cides, 1997). Bila pertumbuhan ekonomi ini dapat dipelihara, InsyaAllah pada tahun 2019, saat skenario APEC, maka kawasan ini akan menguasai 50,7 % kekayaan dunia. Kemungkinan sekali, Amerika dan Uni Eropa hanya39,3% dan selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan Amerika Latin (Data Deutsche Bank, 1994). Apa artinya semua ini? Kita akan menjadi pasar raksasa yang akan diperebutkan oleh orang-orang di sekeliling. Pertumbuhan ekonomi itu tidak bertahan lama. Beberapa negara menjadi lumpuh berhadapan dengan multi krisis tersebab fondasinya tidak mengakar dan ketahanan umatnya lemah. Lanjutannya, maka bangsa serumpun akan berhadapan dengan "Global Capitalism". Kalau kita tidak hati-hati keadaan ini akan bergeser menjadi "Capitalism Imperialism" menggantikan "Colonialism Imperialis" yang sudah kita halau sejak lebih setengah abad silam. Dengan "Capitalism Imperialism" kita akan terjajah di negeri sendiri tanpa kehadiran fisik sipenjajah. Globalisasi membawa Perubahan perilaku, terutama pada generasi muda (para remaja).

Masalah Remaja

Dunia remaja akhir-akhir ini digoncangkan oleh fenomena yang tidak menggembirakan. a. Banyaknya tawuran pelajar, pergaulan Susila dikalangan pelajar dan mahasiswa. b. Pornografi yang susah dibendung. Kalanganremaja dijangkiti kebiasaan bolos sekolah. c. d. e. Kesukaan terhadap minuman keras. Kecanduan terhadap ectasy (XTC), menjadi budak kokain dan morfin. Kesukaan judi dalam urban popular culture, musro, world-wide sing, dan sejenisnya.

Para remaja cenderung bergerak menjadi generasi buih yang terhempas dipantai menjadi dzurriyatandhiafan, suatu generasi yang bergerak menjadi XG the loses generation yang tidak memiliki keberanian ikutserta didalam perlombaan dan percaturan gelombang eraglobalisasi. Penyimpangan perilaku menjadi ukuran ataskemunduran moral dan akhlak. Hilangnya kendali pararemaja, berakibat ketahanan bangsa akan lenyap denganlemahnya remaja.

Penyebab utama karena : a. b. Rusaknya sistim, pola dan politik pendidikan. Diperparah oleh hilangnya tokoh panutan,berkembangnya kejahatan orang tua. c. d. e. Luputnya tanggung jawab lingkungan masyarakat. Impotensi dikalangan pemangku adat, dan hilangnya wibawa ulama, bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi bisnis, dan profesi guru dilecehkan.

Anda mungkin juga menyukai