Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara di seluruh dunia. Keberhasilan sistem transportasi juga yang membedakan negara maju dan berkembang. Negara maju selalu dipandang berhasil dalam memecahkan masalah yang ada pada sistem transportasinya sedangkan Negara berkembang dipandang kurang berhasil dalam sistem transportasi. Hal ini dapat terlihat secara nyata dengan mudah karena kesenjangan yang terjadi pada Negara maju dengan berkembang. Masalah paling umum yang menjadi penyebab permasalahan transportasi adalah masalah pertambahan jumlah penduduk. Pada Negara maju hal ini sudah diantisipasi dengan baik sehingga keadaan menjadi stabil dan tidak menyebabkan masalah berarti. Pada Negara berkembang tingkat pertambahan jumlah penduduk tinggi dan sulit dikontrol dengan tidak disertai perbaikan / pembenahan sarana dan prasarana yang dapat mengimbangi pertambahan jumlah penduduk. Hal ini menyebabkan menumpuknya masalah masalah transportasi yang terlambat diperbaiki semakin membengkak. Indonesia mempunyai masalah transportasi yang tidak kalah rumit dengan Negara Negara berkembang lainnya. Indonesia dengan Populasi 237.556.363 [2010] dan tingkat pertumbuhan penduduk 1,49% serta penambahan 9.588.198 orang per tahun membutuhkan solusi yang benar benar efektif untuk menanggulangi keterlambatan dalam memperbaiki sistem transportasi yang terus menumpuk.Sedangkan di Negara Indonesia solusi tersebut belum terlihat. Rata-rata di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan sebesar 11,47% dalam satu tahun, sedangkan penambahan jumlah prasarana jaringan jalan hanya sebesar 4% dalam satu tahun. Tidak ada keseimbangan prosentase antara pertambahan jumlah prasarana dan peningkatan jumlah kendaraan. Penambahan prasarana sangat tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan. Luas jalan yang tersedia sangat tidak layak apabila dibandingkan dengan banyaknya arus kendaraan. Walaupun luas jalan terus ditambah dengan menggerus trotoar jalan namun kemacetan lalu lintas yang ada di Indonesia tidak malah berkurang kian hari malah kian menjadi, karena diperparah dengan pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang memenuhi samping jalan sehingga arus kendaraan tidak dapat lancar. Tidak seharusnya publik menyalahkan pejalan kaki yang tidak disiplin karena sesungguhnya sudah tidak ada lagi tempat untuk pejalan kaki,sehingga wajar apabila para pejalan kaki menggunakan sebagian jalan sebagai tempat berjalan. Kapasitas persimpangan juga perlu di kaji ulang, dengan bertambahnya penduduk tentu akan menambah volume kendaraan pula maka sebisa munkin lebar persimpangan juga di tambah demi mengurai kemacetan. Dengan segudang masalah prasarana yang kurang memadai bagaimana kita bisa mendapat situasi yang aman dan nyaman dalam bertransportasi.

Tidak hanya dalam konteks prasarana saja di Indonesia yang kurang memadai, sistem sarana transportasi umum di Indonesia juga tidak kalah buruknya, terutama dalam sarana tranportasi umum. Kebanyakan orang enggan menggunakan jasa sarana transportasi umum mereka lebih suka apabila menggunakan kendaran pribadi yang dinilai lebih nyaman dan efisien. Padahal apabila dikaji lebih dalam penggunaan kendaraan pribadi banyak menimbulkan banyak dampak negatif selain kemacetan ,seperti: pencemaran lingkungan dan pemborosan energi. Bukankah di masa depan nanti kita juga memerlukan energi untuk pengisian sarana transportasi. Untuk mengatasi problem kelancaran arus lalu lintas pada umumnya di Negara-negara maju sangat menekankan pada penggunaan sarana transportasi umum contohnya seperti pada ibukota Inggris yaitu London. London memiliki sistem transportasi yang jauh lebih baik dibandingkan Indonesia. Kondisi jalan di Kota London tidak terlalu lebar dan memang dibiarkan demikian tanpa ada pencanangan untuk memperlebar. Walaupun jalanan di kota London relatif sempit namun tidak terlihat sama sekali kemacetan bus-bus bertingkat dapat dengan leluasa melewati jalan itu dengan lancar. Karena tidak ada pengguna mobil pribadi layaknya di Indonesia. Alasan para warga London tidak menggunakan mobil pribadi adalah selain tidak praktis karena tempat parkir tidak tersedia di mayoritas gedung perkantoran, harga tiket yang di peruntukan untuk berlangganan bus dan tube tersedia dengan harga yang murah yaitu hanya dengan 27 pounsterling kartu berlangganan itu dapat berlaku penggunaan bus sepuasnya selama 24jam dalam 7 hari, dan juga walaupun dengan harga murah namun keamanan dan kenyamanan tranportasi public di London setara dengan layanan VIP. Karena faktor itulah warga London lebih memilih transportasi publik dari pada mobil pribadi atau taxi. Penyebab warga London enggan menggunakan jasa taxi adalah tarifnya yang sangat mahal sehingga enggan untuk digunakan. Kondisi tranportasi publik ini sangat ideal apabila direalisasikan di Indonesia Masalah sistem transportasi yang semakin hari semakin menumpuk dan juga diperparah oleh buruknya sistem pengaturan manajemen lalu lintas dan penerapan rekayasa lalu lintas yang hampir tidak ada membuat keselamatan transportasi kian terabaikan. Manajemen lalu lintas padahal merupakan hal yang sangat berperan penting bagi pergerakan orang dan barang para pengendara. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas. Tujuan tujuan manajemen lalu lintas sangat berperan nyata dalam berlangsungnya segala aktifitas para penggunanya dan juga keselamatan penggunanya. Sedangkan di Indonesia sebagai gambaran, untuk wilayah Jakarta saja, tahun 2003, tidak kurang dari Rp 12 trilyun kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kemacetan, pemborosan bahan bakar dan kerugian waktu. Sedangkan secara nasional kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas mencapai 1-2% PDB Nasional. Belum lagi kerugian akibat gangguan kesehatan akibat polusi udara yang pada tahun 1996 saja diperkirakan sudah sebesar US$ 2,16 milyar. Ini membuktikan buruknya penanganan manajemen lalu lintas di Indonesia. Sementara angka-angka ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat. Peningkatan jumlah kendaraan dengan pesat terutama kendaraan pribadi adalah faktor utama penyebab kemacetan karena semakin derasnya arus kendaraan melampaui kapasitas jalan.

Data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan, pada setiap harinya populasi kendaraan bertambah sekitar 1.172 kendaraan. Sementara, pertumbuhan panjang jalan hanya 0,01 persen per tahun. Dari data tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa setiap keluarga mempunyai 2 atau lebih kendaraan pribadi yang sebenarnya bukan kebutuhan primer. Masyarakat Indonesia tidak banyak yang tahu atau lebih tepatnya tidak peduli dengan dampak banyaknya memiliki kendaraan pribadi. Hal ini wajar saja terjadi dengan masyarakat Indonesia yang sudah dikenal terlalu mementingkan gengsi tanpa berpikir lebih jauh. Pada kasus yang terjadi di Jakarta menyatakan bahwa tercatat sekitar delapan puluh empat persen (84%) kendaraan yang memenuhi ruas jalan di jakarta adalah kendaraan pribadi. Dari jumlah ini ternyata empat puluh lima persen (45%) hanya berisi satu orang saja, kendaraan roda empat yang seharusnya diisi oleh maksimal 5 orang untuk mobil dengan ukuran kecil ternyata hanya diisi oleh satu orang saja. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi jadi tidak efisien. Coba apabila seorang pengguna mobil pribadi beralih menggunakan kendaraan umum dan hal ini diikuti oleh pengguna mobil pribadi lainnya sudah berapa kendaraan yang bisa kita kurangi di jalan raya dan cara ini sangat mungkin berhasil dalam mengurai kemacetan. Jumlah kendaraan pribadi di jalan dapat kita lihat dimanapun selalu mendominasi. Dengan kata lain kendaraan pribadilah penyebab paling besar terjadinya kemacetan. Hal ini juga berpengaruh pada meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas karena kemacetan meningkatkan stress pengguna jalan. Pemicu stres para pengguna jalan karena kemacetan umumnya karena kejenuhan menunggu yang tak tentu kapan berakhirnya. Sebuah penelitian pada 2011 tahun lalu di Inggris menyebutkan, jalanan macet dapat menyebabkan seseorang menderita gangguan yang disebut dengan traffic stress syndrom (TSS). Gejalanya antara lain peningkatan detak jantung, telapak tangan mulai berkeringat, hingga kram perut. Seseorang yang mengalami gangguan tersebut akan mulai muncul gejala stres dalam waktu 3-5 menit. Hal ini menjadi faktor terjadinya human error yang merupakan penyebab paling mungkin terjadinya kecelakaan lalu lintas karena 91 % kecelakaan disebabkan oleh human error. David Moxon, Kepala Psikologi dari Peterborough Regional College, Inggris mengatakan bahwa mengalami traffic stress syndrom akan memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku pengemudi, seperti kehilangan konsentrasi, sulit untuk fokus dan mengemudi secara berbahaya atau berisiko. Seperti yang dilansir Roadsafe.org. Walaupun masih ada penyebab lain terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor cuaca selain human error. Namun banyak sedikitnya kemacetan dapat mempengaruhi kondisi psikis seseorang tergantung dari bagaimana seseorang bisa beradaptasi dengan situasi tersebut. Orang yang mudah beradaptasi dapat langsung menyiasati problem terjebak macet dengan baik. Jika tidak dapat beradaptasi, maka risiko menderita stres semakin meningkat. Stres yang dialami akan mengarah pada rasa cemas atau gelisah, tidak sabar, kelelahan, perasaan emosional, dan mudah marah. Adapun yang paling parah adalah terjadi stres berat dengan melakukan suatu tindakan yang tidak terkontrol.

Polri merilis data kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ketupat pada 2011 (23 Agustus sampai dengan 4 September) berjumlah 4.006 kasus atau naik 33,08%. Sementara pada tahun 2010 hanya ada 3.010 kasus. Kecelakaan lalu lintas adalah hal yang serius untuk ditangani. Sebab, menurut Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 3 di Indonesia. Setiap tahunnya rata-rata 30.000 nyawa melayang di jalan raya. Dengan angka setinggi itu, Indonesia duduk di peringkat ke-3 negara di ASEAN yang jumlah kecelakaan lalu lintasnya paling tinggi. Ini angka yang luar biasa sehingga kecelakaan bisa digolongkan sebagai pembunuh nomor 3 di Indonesia. (penyebab kematian nomor 1 dan 2 adalah penyakit jantung dan stroke). Sedangkan menurut WHO dalam skala dunia kecelakaan lalu lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun. Besarnya kematian akibat kecelakaan lalu lintas itu menjadikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Bank Dunia memberi perhatian pada masalah itu dengan mengeluarkan laporan berjudul World Report on Road Traffic Injury Prevention. Untuk pertama kalinya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu memberi perhatian serius pada masalah ini. Setiap hari setidaknya 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di dunia. Dari jumlah itu setidaknya 85 persen terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah dan sedang seperti Indonesia. Kecelakaan lalu lintas juga telah menjadi penyebab 90 persen cacat seumur hidup. Pada skala mikro, kecelakaan lalu lintas sangat merugikan pihak korban. Keuangan keluarga terguncang karena umumnya mereka yang terkena kecelakaan adalah usia produktif, yaitu 15-44 tahun. Apalagi jika yang tertimpa adalah keluarga miskin. Negara kita perlu suatu sistem yang dapat mencapai kondisi tepat untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi sehingga dapat mengurangi kemacetan yang dengan otomatis bisa menghindarkan pengguna jalan dari mengalami traffic stress syndrome, salah satu penyebab human error. Dengan demikian keselamatan pengguna jalan dalam bertransportasi dapat ditingkatkan. Sistem tersebut juga harus sekaligus bisa digunakan untuk mengoptimalkan sarana maupun insfrastruktur transportasi publik semaksimal mungkin.

Perumusan Masalah 1. Bagaimana solusi untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi penyebab kemacetan di Indonesia ? 2. Bagaimana sistem ERP dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan transportasi di Indonesia ?

Tujuan Penelitian Penelitian ilmiah ini bertujuan untuk mengeksplorasi solusi efektif untuk menekan peningkatan angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pihak berkepentingan yang ingin mendalami sistem transportasi di Indonesia. 2. Manfaat dalam implementasi Karya ilmiah ini difokuskan pada mengurangi jumlah terjadinya kecelakaan lalu lintas sehingga diharapkan bisa menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.

Metode Penelitian a. Studi Pustaka Pengamatan dan pencarian sumber yang kami jadikan acuan untuk membuat karya ilmiah ini kami ambil dari hasil menelaah sumber sumber lain yang berkaitan dengan pengamatan dari buku buku, artikel, atau internet.

Anda mungkin juga menyukai