Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Bijaksana, karena berkat rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan paper yang ditugaskan kepada penulis tentang tanaman Herbal yang berjudul Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam Pada Daun Sirsak (Annona muricata). Kelancaran seluruh kegiatan praktikum dan penulisan paper ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada asisten laboratorium kimia organik dan kepada teman-teman kimia angkatan 2008. Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan paper ini. Semoga paper ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca demi perkembangan ilmu pengetahuan, Amin...

Padang, Oktober 2010

( Penulis )

Daftar Isi Kata Pengantar...............................................................................................................i Daftar Isi.........................................................................................................................ii Daftar Lampiran.............................................................................................................iii Daftar Gambar................................................................................................................iv Bab 1. Pendahuluan........................................................................................................1 1.1. Latar Belakang............................................................................................1 .................................................................................................................... 1.2. Tujuan.........................................................................................................2 1.3. Batasan Masalah.........................................................................................2 .................................................................................................................... 1.4. Manfaat Praktikum.....................................................................................2 Bab 2. Tinjauan Pustaka................................................................................................3 2.1. Senyawa Metabolit Sekunder.....................................................................3 2.2. Tumbuhan Sirsak........................................................................................6 Bab. 3. Metodologi Penelitian.......................................................................................11 3.1. Waktu..........................................................................................................11 3.2. Sampel.........................................................................................................11 3.3. Alat dan Bahan............................................................................................11 3.4. Prosedur Kerja............................................................................................12 Bab 4. Hasil dan Pembahasan........................................................................................14 4.1. Hasil.............................................................................................................14 4.2. Pembahasan..................................................................................................15 Bab 5. Penutup...............................................................................................................17 5.1. Kesimpulan.................................................................................................17 5.2. Saran............................................................................................................17 Daftar Pustaka................................................................................................................18

ii

Daftar Lampiran

1. Sampel kering daun sirsak(Annona muricata)..........................................................19

iii

Daftar Gambar

1. Gambar tumbuahan sirsak (Annona muricata).........................................................9

iv

Daftar Tabel 1. Hasil uji Identifikasi Kandungan Kimia dari daun Sirsak........................................14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Tanaman sirsak merupakan salah satu jenis tanaman buah yang banyak tumbuh di pekarangan rumah dan di ladang-ladang sampai ketinggian tempat kira-kira 1000 m dari permukaan laut. Sirsak juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai buah yang syarat dengan gizi dan merupakan bahan obat tradisional yang memiliki multi khasiat. Dalam industri makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai buah dan sari buah, sirup dan dodol sirsak. Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin.Daun sirsak mengandung dua senyawa golongan terpenoid dan falvonoid dalam ekstrak metanolnya .(Nuringtyas 2004) Awal thn 90-an ditemukan semacam jamu herbal dari suku-suku (tribes) di Amazon yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit berbahaya termasuk kanker. Setelah diteliti oleh para ahli farmasi dari AS, ternyata ramuan tersebut berasal dari daun pohon Graviola. Daun tersebut mengandung zat anti-kanker yang disebut Annonaceous Acetogenin, yang dapat membunuh sel-sel kanker tanpa mengganggu sel-sel sehat dalam tubuh manusia. Industri farmasi tersebut mencoba mematenkan temuan ini, namun gagal karena bahan aktifnya murni berasal dari tumbuhan di alam, yang artinya milik masyarakat umum. Ironisnya, hasil penelitian ini kemudian dikubur, karena dikhawatirkan dapat merugikan industri chemotherapy yang pada saat itu merupakan alternatif terbaik untuk mengatasi penyakit kanker. Akibatnya sebuah obat anti-kanker yang sangat potensial dan murah menghilang untuk beberapa tahun sampai pada awal tahun 2000-an.

Salah seorang anggota tim peneliti farmasi tersebut membocorkan rahasia untuk membantu famili dekatnya yang terserang kanker. Anggota famili tersebut sembuh dan menjadi bahan pembicaraan dokter-dokter yang merawatnya. Info ini kemudian tersebar luas dan diteliti ulang oleh para ahli farmasi/ kedokteran dari Korea dan Jepang. Hasilnya menakjubkan. Tanaman asli Amazon itu mempunyai nama Latin Annona muricata, yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Sirsak.(Ariyanti 2010)

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui senyawa apa saja yang terkandung dalam simplisia tumbuhan pada daun sirsak. Dan apa saja khasiatnya.

1.3. Batasan Masalah


Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini dibatasi hanya terhadap pengidentifikasian senyawa metabolit sekunder dalam daun sirsak.

1.4. Manfaat Praktikum


Praktikum ini diharapkan dapat menambah pemahaman tentang tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Senyawa Metabolit Sekunder


Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai bahan metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar, kulit batang, daun, bunga, dan biji, dan sedikit pada hewan. Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Terdapat adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dll. Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Kata alkaloid pertama kali diperkenalkan oleh Meissner (1819), yang berasal dari kata alkali yang berarti basa dan oid yang berarti menyerupai. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefenisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasaldari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun defenisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.(Organik 2010) Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efek faalinya tidak sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit

jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.(Organik 2010) Hampir semua alkaloid yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan fifiologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan misalnya kuinin, morfin, dan striknin adalah alkaloid yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis dan psikologis. Adanya sifat fisiologis pada alkaloid telah banyak menarik perhatian para ahli kimia sejak abad yang lalu dan sebagai akibatnya lebih dari 5000 senyawa alkaloid sudah ditemukan. (Achmad 1986). Alkaloid tidak mempunyai tata nama yang sistematis. Oleh karena itu alkaloid diberi nama menurut: a. Nama penemu, contohnya pelletierin yang ditemukan oleh Pellertier. b. Sumber botani, contohnya papaverin yang bersal dari tumbuhan Papaver somniferum, cocain yang berasal dari tumbuhan Erythroxylon coca. c. Aksi fisiologi, contohnya emetin dan morfin. (Cordell 1981) Pada umumnya alkaloid berbentuk kristal, tapi ada juga yang berbentuk amorf dan berbentuk cair, seperti nikotin, koniin, dan spartein. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, kecuali berberin yang berwarna kuning dan betanin yang berwarna merah.(Tewari). Alkaloid dalam bentuk basa bebas tidak larut dalam air dan hanya larut dalam pelarut organik. Sedangakan garam dan alkaloid kuartener larut dalam air, tapi tidak larut dalam pelarut organik.(Cordell 1981). Sifat kimia yang paling nyata dari alkaloid adalah kebasaannya yang disebabkan oleh adanya pasangan elektron sunyi pada atom nitrogen. Kebasaan ini di pengaruhi oleh gugus fungsi yang berdekatan dengan atom nitrogen. Bila gugus fungsi tersebut bersifat sebagai penolak elektron seperti gugus alkil maka kerapatan elektron disekitar atom nitrogen akan bertambah dan menyebabkan alkaloid bersifat basa. Trietilamin (C2H5)3N

lebih basa daripada dietilamin (C2H5)2NH dan dietilamin lebih basa daripada etilamin C2H5NH2. sebaliknya bila gugus fungsi yang berdekatan dengan atom nitrogen cenderung untuk menarik elektron seperti gugus karbonil, maka alkaloid akan bersifat netral bahkan sedikit asam.(Cordell 1981) Flavonoid dalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih dalam tumbuhan Primula. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada tumbuhan sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari falvonoid yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid. Falvonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi: 1. Sebagai pigmen warna. 2. Fungsi fisiologi dan patologi. 3. Aktivitas farmakologi. 4. Flavonoid dalam makanan. Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll. Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktivitas seperti antiimflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepressant, diuretik, dll.(Organik 2010)

Flavonoid mempunyai kerangaka dasar yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) yang dapat membentuk cincin ketiga atau tidak, sehingga membentuk susunan C6-C3-C6. masing-masing cincin diberi tanda A, B dan, C untuk cincin ketiga. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu 1,3-diarilpropan (flavonoid), 1,2-diarilpropan (Isoflafonoid) dan 1,1,diarilpropan (Neoflavonoid).(Aliunir 2002) Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoprene), yang bergabung secara head to tail (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut Isoprenoid. Terpenoid sama hal nya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid). Contoh:

Limonena, dalam buah jeruk (suatu terpen)

Geraniol, dalam mawar (suatu terpenoid)

Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas: 1. Monoterpena (C10) terdiri dari dua unit isoprena. 2. Seskuiterpena (C15) terdiri dari tiga unit isoprena. 3. Diterpena (C20) terdiri dari empat unit isoprena. 4. Triterpena (C30) terdiri dari enam unit isoprena. 5. Tetraterpena (C40) terdiri dari delapan unit isoprena. 6. Politerpena (C>40) terdiri dari banyak unit isoprena.

Monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama minyak essensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak hati ikan, karoten-karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen. (Organik 2010) Triterpenoid adalah senyawa metabolid sekunder yangkerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik , yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol, aldehida, atau asam karboksilat.(Harborne 1987). Sebagian besar senyawa Triterpenoid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak dipergunakan sebagai obat seperti untuk pengobatan penyakit diabetes, gangguan menstuasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Sedang bagi tumbuhan yang mengandung senyawa Triterpenoid terdapat nilai ekologi karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungus, insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus.(Robinson) Triterpenoid dalam bagian tumbuhan adalah dengan menggunakan pereaksi Liebermann- Burchard.(Harborne 1987) sedangkan untuk mengetahui adanya keaktifan biologis dari ekstrak bagian tanaman yang mengandung senyawa Triterpenoid dapat dilakukan dengan uji Brine Shrimp menggunakan hewan uji Arthemia Salina Leach. (Mayer B. N. and Nichols D.E. 1982) Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin.(Organik 2010)

Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok: saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.(Organik 2010) 2.2. Tumbuhan Sirsak Tanaman sirsak merupakan salah satu jenis tanaman buah yang banyak tumbuh di pekarangan rumah dan di ladang-ladang sampai ketinggian tempat kira-kira 1000 m dari permukaan laut. Tumbuhan sirsak dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio
Sub divisi Kelas Ordo

: Spermatophyta
: Angiospermae : Dicotyledonae : Ranunculales

Famili Genus

: Annonaceae : Annona

Spesies: Muricata

Annona muricata dalam bahasa Indonesia disebut sirsak, yang dikenal dengan beberapa nama daerah, seperti di Sumatera dikenal dengan: Deureujan (Aceh) Tarutung Belanda (Batak toba) Durio olandra (Nias) Durian belanda (Minangkabau) Jambu landa (Lampung). Di jawa dikenal dengan: Nangka walanda (Sunda) Srikaya (Jawa Tengah), di Madura dikenal dengan Nangka boris, di bali disebut dengan Srikaya Jawa, di Kalimantan dikenal dengan Diam Blada(Kenya), di Nusa Tenggara disebut Naka (Flores), di Maluku: dikenal dengan Naka loanda (Buru) Durian (Halmahera) Naka walanda (Ternate) Naka

fada (Tidore) dan di sulawesi dikenal dengan : Lange lo walanta (Gorontalo) Srikaya balanda (Makasar) Srikaya balande (Bugis).(Anonimous 2002) Sirsak juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai buah yang syarat dengan gizi dan merupakan bahan obat tradisional yang memiliki multi khasiat. Khasiat dari daun sirsak ini memberikan effek anti tumor/kanker yang sangat kuat, dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker. Selain menyembuhkan kanker, buahnya juga berfungsi sebagai anti bakteri, anti jamur(fungi), effektive melawan berbagai jenis parasit/cacing, ambeien, sakit kandung kemih, bayi mencret, anyanganyangan, sakit pnggang, bisul, menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stress, dan menormalkan kembali sistim syaraf yang kurang baik. ((http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/6695) 2010) Tumbuhan sirsak berbentuk pohon, tingginya sampai 8 meter, batangnya berkayu, bulat, bercabang dan berwarna coklat kotor. Daunnya tunggal bulat telur atau lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, pertulangan menyirip, tangkai 5 mm, warna hijau sampai hijau kekuningan. Bunganya tunggal, pada batang dan ranting, daun kelopak kecil, warnanya kuning keputih-putihan, benang sari banyak, berambut, kepala putik silindris, mahkota berdaging, bulat telur, panjang 3-5 cm, dan berwarna kuning muda. Buahnya majemuk, bulat telur, panjang 15-35 cm, diameter10-15 cm, berwarna hijau. Bijinya bulat telur, keras, berwarna hitam. Akarnya tunggang, bulat, dan berwarna coklat muda. Kandungan kimia: Daun Annona muricata mengandung saponin, flavonoida dan tannin.(Nuringtyas 2004)

Isolasi Ekstraksi dilakukan dengan dua cara yaitu cara ekstraksi maserasi-perkolasi dan ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet, menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat. Terhadap semua ekstrak yang diperoleh dilakukan uji hayati menggunakan nauplii Artemia salina Leach. Data yang diperoleh akan digunakan untuk mendukung hasil penelitian selanjutnya. Pemeriksaan asam fenolat dilakukan terhadap ekstrak etanol hasil maserasi-perkolasi tanpa hidrolisis, dengan hidrolisis asam dan dengan hidrolisis basa yang diekstraksi dengan eter. Pemisahan asam fenolat dilakukan secara kromatografi kertas

10

proparatif dua dimensi menggunakan pengembang asam asetat 2% dan benzene asam asetat-air (60:22:1,2) Terhadap semua hasil ekstraksi dilakukan pemeriksaan flavonoid secara kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman No1 sebagai penyangga dan asam asetat 6% dan n-butanol-asam asetat-air (4:1:5, lapisan atas) sebagai pengembang. Penampak bercak yang digunakan adalah sinar ultraviolet 365 m dan aluminium(III)klorida 5% dalam etanol. Pemeriksaan senyawa dilakukan secara kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan spektrofotometriUV. Asam fenolat yang ditemukan dalam bentuk bebas, bentuk glikosida dan bentuk ester adalah asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, dan asam vanilat. Sedangkan asam ferulat hanya ada dalam bentuk glikosida dan ester. Fraksi air dari etanol hasil maserasi-perkolasi ditemukan adanya flavonol yang tersulih pada 3-O yang memiliki gugus hidroksil pada posisi 4,5, dan 7. serta memiliki glukosa dan satu senyawa gula lain yang belum diketahui sebagai glikonnya. Flavonoid yang ditemukan diduga kaemferol.(Ideasanti 1995)

11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 12 dan 19 oktober 2010 dilaboratorium kimia organik, fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, universitas negeri padang.

3.2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun segar dari tumbuhan sirsak (annona muricata).

3.3. Alat dan Bahan


3.3.1. Bahan Bahan yang digunakan adalah: daun segar tumbuhan sirsak, methanol, andrihida asetat, asam sulfat pekat, asam sulfat 2N, asam klorida pekat , larutan ammonia-kloroform 0.05 N, pereaksi mayer, pereaksi wagner, pereaksi dragendorf, dan serbuk magnesium. 3.3.2. Alat Alat yang digunakan adalah: Lumpang, pisau/gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halus bersih dan kapas.

3.4. Prosedur Kerja

12

3.4.1. Identifikasi Alkaloid: Metoda Culvenor-Fitzgerald Sampel segar 4 g


- dirajang halus - digerus dalam lumpang - tambahkan sedikit CCl4 sampai terbentuk pasta

+ 10 ml amoniak-kloform
- saring campuran - tambahkan 5 ml H2SO4 2N - kocok kuat-kuat - pisahkan lapisan asam sulfat dan lapisan kloroform

Lapisan asam sulfat - pereaksi mayer - pereaksi wagner - pereaksi dragendorf Tidak ada endapan

Lapisan kloroform

3.4.2. Identifikasi flavonoid: Shinoda Test/sianidin test

Sampel segar 0.5 g

-dirajang halus

+ methanol 5 mL dipanaskan

+ beberapa tetes HCl pekat + serbuk mg

Tidak ada perubahan warna

13

3.4.3. Identifikasi Steroid/Terpenoid : Metode Lieberman-Burchard

Lapisan kloroform - teteskan pada plat tetes + 5 tetes anhidrida asetat - biarkan kering + H2SO4 pekat

Perubahan warna menjadi biru 3.4.4. Identifikasi Saponin

Sampel dirajang halus - panaskan dengan aquades - kocok kuat-kuat Tidak ada busa

14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil


Hasil identifikasi daun sirsak (annona muricata) di laboratorium Kimia Organik Universitas Negeri Padang terlihat pada tabel dibawah ini. No. 1. 2. 3. 4. 5. Keterangan: Kandungan kimia Alkaloid Flavonoid Steroid Terpenoid Saponin ( + ) : terdeteksi ( - ) : tidak terdeteksi Pereaksi Mayer, Wagner, Dragendorf HCl/Mg LB LB H2O Hasil Uji + -

15

4.2. Pembahasan
Daun tumbuhan sirsak diambil dalam keadaan segar supaya diperoleh ekstrak yang terlindung dari bahan perusak. Sebelum diidentifikasi sampel dirajang halus terlebih dahulu untuk memudahkan masuknya pelarut ke dalam membran sel, sehingga akan mempercepat proses pelarutan senyawa yang dikandung tumbuhan ke dalam pelarut yang digunakan. Identifikasi alkaloid Untuk uji alkaloid, sampel yang dirajang digiling sampai halus dalam lumpang dan larutkan dalam ammonia-kloroform sampai berbentuk pasta, kemudian disaring, ditambahkan H2SO4 2N, dan dikocok kuat-kuat. Lapisan yang terbentuk kemudian dipisahkan. Lapisan H2SO4 dibagi tiga dan masing-masing direaksikan dengan pereaksi mayer, wagner, dan dragendorf. Ternyata tidak ada terbentuk endapan baik pada pereaksi mayer, wagner ataupun dragendorf, hali ini membuktikan bahwa daun sirsak tidak mengandung alkaloid. Identifikasi Flavonoid Pada uji flavonoid ini, 0.5 g daun sirsak dirajang halus dan dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambah methanol dan kemudian dipanaskan. Setelah pemanasan terbentuk larutan berwarna hijau tua, larutan tersebut kemudian direaksikan dengan HCl pekat dan serbuk magnesium, ternyata tidak ada perubahan warna sama sekali. Hal ini membuktikan bahwa daun sirsak tidak mengandung Flavonoid. Padahal menurut literature dan jurnal-jurnal yang telah ada, daun sirsak mengandung senyawa flavonoid. Hasil negatif yang didapatkan pada saat praktikum mungkin disebabkan pada kesalahan preparasi sampel, atau bisa juga kurang tampaknya perubahan warna, karena senyawa flavonoid yang terdapat pada daun sirsak terdapat dalam jumlah yang sedikit.

16

Identifikasi Steroid/Terpenoid. Pada identifikasi ini lapisan kloroform pada percobaan pertama ditempatkan pada plat tetes. Kemudian ditambahkan 5 tetes anhidrida asetat, dan dibiarkan kering. Setelah kering, sampel pada plat tetes tadi ditetesi dengan asam sulfat pekat, sehingga terjadi perubahan warna. Sampel tersebut berubah wrana menjadi warna biru, yang artinya daun sirsak mengandung steroid. Tetapi menurut literatur yang ada, daun sirsak juga mengandung senyawa terpenoid. Hasil yang negatif pada percobaan yang dilakukan mungkin disebabkan karena senyawa steroid lebih banyak terdapat pada daun sirsak dari pada senyawa terpenoid. Sehingga warna dari steroid menutupi warna terpenoid. Identifikasi Saponin Identifikasi saponin ini dimulai dengan memanaskan daun sirsak segar yang telah dirajang halus dengan aquades sampai mendidih, setelah mendidih didinginkan dan dikocok kuat-kuat. Adanya busa menunjukkan adanya saponin dalam daun sirsak tersebut. Tetapi pada percobaan yang dilakukan tidak terbentuk busa sama sekali. Menurut literatur, daun sirsak mengandung saponin. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan preparasi, seharusnya sampel yang diidentifikasi harus dikeringkan terlebih dahulu, namun pada percobaan yang dilakukan diambil sampel daun yang masih segar.

17

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan


Dari percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.: steroid. Daun sirsak tidak mengandung alkaloid. Adanya hasil negative pada percobaan disebabkan karena kekurang hatihatian dalam menyiapkan sampel dan melakukan reaksi. Daun sirsak mengandung senyawa

5.2. Saran
Disarankan jika melakukan percobaan diharapkan praktikan tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Sebelum melakukan praktikum seharusnya menyiapkan segala sesuatunya dengan hati-hati.

18

DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai