Anda di halaman 1dari 8

Pankreas

Didalam daerah perut (abdomen) ada suatu kelenjar yang besar, pankreas, yang bagian terbesarnya adalah exocrine dan yang dalam fungsinya bertautan dengan pencernaan, namun didalam mana satu persennya yang sangat penting terdiri dari sekitar satu juta rumpun sel-sel yang disebut pulau-pulau yang sangat kecil Langerhans. Pulau-pulau ini memproduksi dua hormon-hormon utama yang mengontrol penanganan dari bahan-bahan bakar glukosa dan asam lemak didalam tubuh. Setelah makan ketika glukosa darah meningkat, ia secara langsung menyebabkan pelepasan insulin dari sel-sel beta dari pulau-pulai ini. Insulin mengurangi produksi glukosa didalam hati dan mendorong pengambilan dan pemakaiannya oleh jaringanjaringan. Serupa dengannya, ia mengurangi pelepasan dari asam-asam lemak dan gliserol dari jaringan adipose. Produksi insulin yang tidak memadai oleh pulau-pulau dalam responnya terhadap glukosa menjurus pada kenaikkan tingkat-tingkat glukosa darah dan pada penampilan dari glukosa didalam urin, karena tabung-tabung ginjal tidak mampu untuk menyerap secara penuh jumlah glukosa yang meningkat yang disaring. Ini adalah gangguan-gangguan dari produksi hormon yang terjadi pada diabetes mellitus. Hormon pankreas lainnya, glukagon, dari sel-sel alfa dari pulau-pulau, mempunyai efek-efek yang berlawanan dengan insulin dalam hati, dan meningkatkan produksi glukosa. Kontrol bahan-bahan bakar didalam tubuh kemudian adalah suatu keseimbangan dari aksi-aksi kedua hormon-hormon ini, dan dari hormon-hormon adrenaline, noradrenaline, growth hormone, cortisol dan hormon-hormon tiroid. Ini mengizinkan suatu penyedian bahan-bahan bakar yang terkontrol dan tetap pada semua sel-sel untuk metabolisme dan pertumbuhan pada semua keadaan-keadaan.

Kelenjar Tiroid
Kelenjar-kelenjar endokrin adalah terpisah secara anatomi, namun beberapa berhubungan secara fungsional. Kelenjar tiroid yang terletak didepan leher distimulasikan oleh TSH dari kelenjar pituitari untuk menghasilkan dua hormon-hormon tiroid, thyroxine dan triiodothyronine. Mereka bertugas diseluruh tubuh untuk mempertahankan aktivitas dari seluruh proses-proses metabolisme didalam sel-sel pada kecepatan yang tetap. Proses-proses produksi dan pemakaian energi ditingkatkan dan penyimpanan bahan bakar dikurangi oleh kelebihan thyroxine, dan pada ketidakhadirannya seseorang menjadi lambat dan lesu. Kelenjar tiroid memerlukan banyak yodium dari makanan dan tidak dapat berfungsi dengan baik jika kekurangan elemen ini.

Fungsi dari Hormon Testosteron dalam Tubuh


Pada umumnya, testosteron bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh. Bahkan selama kehidupan janin testis sudah distimulasi oleh korionik gonadotropin dari plasenta untuk membentuk sejumlah testosteron sepanjang periode perkembangan janin dan selama 10 minggu atau lebih setelah kelahiran ; kemudian setelah itu, pada dasarnya tidak ada testosteron yang dihasilkan selama masa kanak-kanak sampai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun. Kemudian produksi testosteron meningkat dengan cepat di bawah rangsangan hormon-hormon gonadotropin hipofisis anterior pada awal pubertas dan berakhir sepanjang masa kehidupan, menurun dengan cepat di atas usia 50 tahun menjadi 20 sampai 50 persen dari nilai puncak pada usia 80 tahun. Testosteron mulai dibentuk oleh testis janin laki-laki pada sekitar minggu ke-7 masa embrional. Tentu saja, salah satu fungsi utama yang berbeda antara kromosom seks pria dan wanita adalah bahwa kromosom pria menyebabkan rabung genital baru yang berkembang menyekresi testosteron. Penyuntikan sejumlah besar hormon kelamin pria ke dalam hewan yang hamil menyebabkan perkembangan organ-organ seksual jantan walaupun janinnya betina. Juga, pengangkatan testis pada janin pria yang masih muda akan menyebabkan perkembangan organ seks wanita. Oleh karena itu, testosteron yang pertama kali disekresi oleh rabung genital dan kemudian oleh testis janin bertanggung jawab terhadap perkembangan sifat tubuh pria, termasuk pembentukan penis dan skrotum dan bukan pembentukan klitoris dan vagina. Juga, tertosteron tersebut menyebabkan pembentukan kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan dukus genitalia, sementara pada waktu yang sama terjadi penekanan pembentukan organ genital wanita. Testis biasanya turun ke dalam skrotum selama 2 sampai 3 bulan terakhir masa kehamilan, ketika testis menyekresi sejumlah testosteron yang cukup. Bila janin pria lahir disertai testis yang tidak turun tetapi testisnya normal, maka penyuntikan testosteron dapat menyebabkan testis turun dengan cara yang lazim bila kanalis inguinalis cukup besar untuk dilalui oleh testis. Pemberian hormon gonadotropin, yang dapat merangsang sel-sel Leydig testis dari anak yang baru lahir untuk menghasilkan testosteron, dapat juga menyebabkan testis turun. Sehingga, rangsangan untuk turunnya testis adalah testosteron, yang kembali menandakan bahwa testosteron adalah hormon yang penting untuk perkembangan seksual pria selama masa kehidupan janin. Sekresi testosteron kembali setelah pubertas menyebabkan penis, skrotum, dan testis membesar kira-kira delapan kali lipat sampai sebelum usia 20 tahun. Di samping itu, testosteron menyebabkan sifat kelamin sekunder pria berkembang pada waktu yang sama, dimulai saat pubertas dan berakhir pada manuritas. Testosteron menyebabkan pertumbuhan rabut di atas pubis, ke atas sepanjang linea alba kadangkadang sampai ke umbilikus dan di atasnya, pada wajah, biasanya pada dada, dan kurang sering pada bagian tubuh yang lain, seperti punggung. Testosteron juga menyebabkan rambut pada bagian tubuh lainnya sehingga menjadi lebih menyebar. Testosteron menurunkan pertumbuhan rambut pada bagian atas kepala ; pria yang tidak memiliki testis yang berfungsi tidak menjadi botak. Akan tetapi, banyak pria jantan tidak menjadi botak, karena kebotakan merupakan akibat dari dua faktor : pertama, latar belakang genetik untuk

mengalami kebotakan dan kedua, superimposisi dari latar belakang genetik ini, yaitu banyaknya hormon androgen. Wanita yang memiliki latar belakang yang sesuai dan yang menderita tumor androgenik dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi botak dengan cara yang sama seperti yang terjadi pada pria. Testosteron yang disekresikan oleh testis atau disuntikkan ke dalam tubuh menyebabkan hipertrofi mukosa laring dan pembesaran laring. Pengaruh terhadap suara pada awalnya secara relatif menjadi tidak sinkron, suara serak, tetapi bertahap berubah menjadi suara bass maskulin yang khas. Testosteron meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran jaringan subkutan. Testosteron meningkatkan kecepatan sekresi beberapa atau mungkin semua kelenjar sebasea. Yang paling penting adalah kelebihan sekresi oleh kelenjar sebasea wajah, karena kelebihan sekresi wajah ini dapat menyebabkan akne. Oleh karena itu, akne merupakan salah satu gambaran yang umum dari remaja ketika tubuh pria pertama mengenali peningkatan sekresi testosteron. Setelah beberapa tahun sekresi testosteron, kulit beradaptasi terhadap testosteron dalam beberapa cara yang memungkinkannya mengatasi akne. Salah satu karakteristik yang paling penting pada pria adalah perkembangan peningkatan muskulatur mengikuti masa pubertas, rata-rata kira-kita 50 persen massa otot pria meningkat melebihi massa otot wanita. Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan protein di bagian lain dari tubuh yang tidak berotot. Banyak perubahan pada kulit juga disebabkan oleh penumpukan protein pada kulit, dan perubahan pada suara mugkin juga terutama disebabkan oleh fungsi anabolik protein testosteron. Karena pengaruh testosteron sangat besar pada muskulatur tubuh, testosteron (atau lebih sering disebut androgen sintetik) digunakan secara luas oleh atlet untuk meningkatkan kinerja otot mereka. Pengunaan ini sangat membahayakan karena efek berbahaya yang panjang akibat kelebihan testosteron. Testosteron juga digunakan pada usia tua sebagai hormon peremajaan untuk meningkatkan kekuatan dan tenaga otot. Setelah peningkatan sirkulasi testosteron yang sangat besar pada saar pubertas atau setelah penyuntikan testosteron yang lama, tulang sangat menebal dan mengendapkan sejumlah besar garam kalsium tambahan. Jadi, testosteron meningkatkan jumlah total matriks tulang dan menyebabkan retensi kalsium. Peningkatan dalam matriks tulang diyakini dari gungsi anabolik protein umum testosteron dan pengendapan garam-garam kalsium, yang menghasilkan peningkatan matriks tulang secara sekunder. Akhirnya, testosteron memberikan pengaruh khusus pad panggul yang menyebabkan (1) oenyempitan pintu atas panggul, (2) membuat panggul lebih panjang, (3) menyebabkan panggul terbentuk terowongan dan bukan berbentuk ovoid yang lebatr seperti panggul wanita , dan (4) sangat meningkatkan kekuatan seluruh panggul sebagai penahan beban. Bila tidak terdapat testosteron, panggul pria berkembang menjadi mirip dengan panggul wanita.

Karena kemampuan testosteron untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan tulang, testosteron sering digunakan pada usia lanjut untuk mengobati osteoporosis. Bila sejumlah besar testosteron (atau androgen lainnya) disekresi secara abnormal pada anak yang masih berkembang, kecepatan pertumbuhan tulang meningkat dengan tajam, sehingga juga menyebabkan pertumbuhan seluruh tinggi tubuh dengan cepat. Akan tetapi, testosteron juga menyebabkan penyatuan epifisis tulang dengan batang tulang pada usia muda. Oleh karena itu, di samping pertumbuhan yang cepat, penyatuan dini epifisis ini mencegah orang tersebut tumbuh setinggi yang ia mampu tumbuh bila testosteron tidak di sekresi sama sekali. Bahkan pada pria normal, tinggi badan terakhir pada orang dewasa sedikit berkurang daripada tinggi badan yang akan dicapai apabila ia dikastrasi sebelum pubertas. Penyuntikan testosteron dalam jumlah besar dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sampai 15 persen. Juga, bahkan jumlah testosteron yang biasa disekresikan oleh testis selama adolesen dan kehidupan dewasa awal akan meningkatkan kecepatan metabolisme sekitar 5 sampai 10 persen di atas nilai yang didapat bila testis tidak aktif. Peningkatan kecepatan metabolisme tersebut mibgkin disebabkan oleh pengaruh tidak langsung testosteron terhadap anabolisme protein, peningkatan kuantitas protein terutama enzim- meningkatkan aktivitas semua sel. Ketika testosteron jumlah normal disuntikkan pada orang dewasa yang dikastrasi, jumlah sel-sel darah merah per mililiter kubik meningkat 15 sampai 20 persen. Juga, rata-rata pria memiliki 700.000 sel-sel darah merah per milimeter kubik lebih bayak daripada rata-rata wanita. Perbedaan ini sebagian mungkin disebabkan oleh peningkatan kecepatan metabolisme setelah pemberian testosteron terhadap pembentukkan sel-sel darah merah. Testosteron memiliki pengaruh meningkatkan reabsorpsi natrium pada tubulus distal ginjal tetapi hanya derajat kecil bila dibandingkan dengan mineralokotikoid adrenal. Meskipun demikian, setelah pubertas, darah dan volume cairan ekstraselular pada pria sedikit meningkat dalam hubungannya dengan berat badan.

Letak kelenjar yang menyekresikan hormon testosteron


Fungsi reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi tiga subdivisi utama : pertama, spermatogenesis, yang berarti hanya pembentukan sperma ; kedua, kinerja kegiatan seksual pria ; dan ketiga, pengaturan fungsi reproduksi pria oleh berbagai hormon. Fungsi reproduksi ini disertai oleh pengaruh hormon kelamin pria terhadap organ kelamin tambahan pria, pada metabolisme sel, pada pertumbuhan, dan pada fungsi tubuh yang lain. Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif, sebagai akibat dari rangsangan oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan berlanjut sepanjang hidup. Faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis, antara lain :

1. Testosteron, disekresi oleh sel-sel Leydig yang terletak di interstisium testis, hormon ini penting bagi pertumbuhan dan pembagian sel-sel germinativum dalam membentuk sperma. 2. Hormon lutein, disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresi testosteron. 3. Hormon perangsang-folikel, juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Sertoli ; tanpa rangsangan ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi. 4. Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel Sertoli ketika sel Sertoli sedang dirangsang oleh hormon perangsang-folikel, yang mungkin juga penting untuk spermiogenesis. Sel-sel Sertoli juga menyekresi suatu protein pengikat-androgen yang mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan dalam lumen tubulus seminiferus, membuat kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma. 5. Hormon pertumbuhan (seperti jua pada sebagian besar hormon yang lain) diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal spermatogenia sendiri ; bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, seperti pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali. Testis menyekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara bersama disebut androgen, termasuk testosteron, dihidrotestosteron dan androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lainnya sehingga dapat dianggap sebagai hormon testikular terpenting, walaupun seperti yang kita lihat, sebagian besar testosteron diubah menjadi hormon dihidrotestosteron yang lebih aktif pada jaringan target. Testosteron dibentuk oleh sel-sel interstisial Leydig, yang terletak di antara interstisial tubulus seminiferus dan terdiri atas sekitar 20% massa pada testis dewasa. Sel-sel Leydig hampir tidak ditemukan dalam testis pada masa kanak-kanak, sewaktu testis hampir tidak menyekresi testosteron, tetapi hormon tersebut terdapat dalam jumlah yang banyak pada bayi pria yang baru lahir dan juga pada pria dewasa setelah pubertas ; pada kedua masa tersebut testis menyekresi sejumlah besar testosteron. Lebih jauh lagi, ketika tumor berkembang dalam sel-sel interstisial Leydig, testosteron disekresikan dalam jumlah sangat banyak. Akhirnya, ketika epitel germinativum testis mengalami kerusakan akibat pengobatan sinar-X atau oleh karena pemanasan yang berlebihan, sel-sel Leydig yang mudah rusak, terus membentuk testosteron. Istilah androgen berarti hormon steroid apa pun yang memiliki efek maskulinisasi, termasuk testosteron sendiri ; androgen juga meliputi hormon kelamin pria yang dibentuk di tempat lain selain testis. sebagai contoh, kelenjar adrenal menyekresi paling tidak lima hormon androgen yang berbeda, walaupun aktivitas maskulinisasi dari semua hormon ini normalnya sangat sedikit (kurang dari 5 persen dari seluruh aktivitas pada pria dewasa) sehingga hormon-hormon tersebut tidak menyebabkan sifat maskulinisasi bahkan pada wanita, kecuali menyebabkan rambut pubisa dan aksila. Tetapi bila timbul tumor adrenal dari sel-sel yang membentuk androgen adrenal, jumlah hormon androgenik yang menjadi sangat banyak sehingga dapat menyebabkan semua sifat seksual pria.

Pada kesempatan yang jarang, sisa sel-sel embrionik dalam ovarium dapat berkembang menjadi tumor yang menghasilkan jumlah androgen yang berlebihan pada wanita ; salah satu tumor tersebut adalah arrhenoblastoma. Ovarium yang normal juga membentuk sejumlah kecil androgen, tetapi hal ini tidak penting. Semua androgen adalah senyawa steroid. Baik dalam testis maupun dalam adrenal, androgen dapat dibentuk baik dari kolesterol atau langsung dari asetil koenzim A. Setelah disekresi oleh testis, kira-kira 97 persen testosteron menjadi lemah ikatannya dengan albumin plasma atau lebih kuat berikatan dengan sebuah beta globulin yang disebut globulin pengikat-hormon kelamin dan bersirkulasi dalam darah, berada dalam bentuk ini selama 30 menit sampai 1 jam atau lebih. Sampai waktu itu, testosteron tersebut terikat dengan jaringan atau dipecah menjadi produk tidak aktif yang selanjutnya dieksresikan. Sebagian besar testosteron yang terikat ke jaringan diubah dalam sel-sel menjadi dihidrotestosteron, terutama dalam organ-organ target khusus seperti kelenjar prostat pada pria dewasa dan dalam genetalia eksterna pada janin laki-laki. Beberapa kerja testosteron bergantung pada perubahan ini, sedangkan kerja yang lain tidak. Testosteron yang tidak terikat dalam jaringan dengan cepat diubah, terutama oleh hati, menjadi androsteron dan dehidroepiandrosteron dan secara serempak dikonjugasikan sebagai glukuronida atau sulfat (terutama glukuronida). Semuanya diekskresikan baik ke usus dalam empedu atau ke dalam urin melalui ginjal. Di samping testosteron, sejumlah kecil estrogen dibentuk pada pria (kira-kira seperlima dari jumlah pada wanita yang tidak hamil), dan jumlah estrogen yang cukup dapat ditemukan dalam urin pria. Sumber estrogen yang pasti pada pria masih meragukan, tetapi diketahui hal-hal berikut ini : (1) Jumlah estrogen dalam cairan tubulus seminiferus cukup tinggi dan kemungkinan memainkan peranan yang penting dalam spermiogenesis. Estrogen ini diyakini dibentuk oleh sel-sel Sertoli dengan mengubah beberapa testosteron menjadi estradiol. (2) Estrogen yang dibentuk dari testosteron dan androstanediol dalam jaringan tubuh yang lain, terutama hati, mungkin terdapat sebanyak 80% dari total pembentukan estrogen pada pria.

Respon yang dilakukan oleh sel target terhadap hormon testosteron


Mekanisme interselular dasar dari kerja testosteron dihasilkan dari peningkatan kecepatan pembentukkan protein dalam sel-sel target. Hal ini dipelajari secara ekstensif dalam kelenjar prostat, salah satu organ yang paling dipengaruhi oleh testosteron. Dalam kelenjar ini, testosteron memasukki sel dalam waktu beberapa menit setelah disekresikan, kemudian diubah, di bawah pengaruh enzim-enzim intraselular 5-alpha-reduktase, menjadi dihidrotestosteron, dan berikatan dengan sebuah protein reseptor sitoplasma. Penggabungan ini kemudian bermigrasi ke dalam nukleus di mana terjadi lagi pengikatan dengan sebuah protein dan menginduksi proses transkripsi DNA-RNA. Dalam waktu 30 menit, RNA-polimerase telah menjadi aktif fan konsentrasi RNA mulai meningkat dalam sel ; keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan yang

progresif dari protein sel. Setelah beberapa hari, jumlah DNA dalam kelenjar juga meningkat dan bersama dengan itu juga terdapat peningkatan jumlah sel-sel prostatik. Oleh karena itu, testosteron sangat merangsang pembentukkan protein secara umum dimana saja dalam tubuh, walaupun peningkatan protein yang lebih khusus dalam organ-organ target tersebut berperan pada perkembangan sifat seksual sekunder.

Faktor yang mempengaruhi sekresi hormon testosteron


Testosteron disekresikan oleh sel-sel interstisial Leydig di dalam testis tetapi hanya apabila selsel interstisial Leydig dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis. Lebih lanjut, jumlah testosteron yang disekresikan menigkat dengan tepat sebanding dengan jumlah LH yang tersedia. Sel-sel Leydig yang matang biasanya tidak ditemukan dalam testis seorang anak (kecuali beberapa minggu setelah kelahiran) sampai berusia kira-kira 10 tahun. Akan tetapi, baik melalui penyuntikan LH yang dimurnikan pada seorang anak pada usia berapa pun atau sekresi LH pada masa pubertas akan menyebabkan sel-sel yang mnyerupai fibroblas di dalam daerah interstisial testis tersebut berevolusi menjadi sel-sel interstisial Leydig. Testosteron yang disekresikan oleh testis sebagai respons terhadap LH mempunyai efek timbal balik dalam menghentikan sekresi LH oleh hipofisis anterior. Efek timbal balik itu terjadi dalam dua cara : 1. Sejauh ini bagian penghambatan yang lebih besar dihasilkan dari efek langsung testosteron terhadap hipotalamus dalam menurunkan sekresi GnRH. Keadaan ini sebaliknya secara bersamaan menyebabkan penurunan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior, dan penurunan LH akan menurunkan sekresi testosteron oleh testis. jadi, bilamana skresi testosteron menjadi terlalu banyak, melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis, efek umpan balik negatif otomatis ini akan menurangi skresi testosteron kembali ke kadar normalnya. Sebaliknya, terlalu sedikit testosteron akan menyebabkan hipotalamus menyekresikan sejumlah besar GnRH, disertai dengan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior dan meningkatkan sekresi testosteron testikular. 2. Testosteron mungkin juga mempunyai efek umpan negatif yang lemah, yang bekerja secara langsung pada kelenjar hipofisis snterior sebagai tambahan terhadap efek umpan balik hipofisis anterior terhadap hipotalamus. umpan balik hipofisis ini diduga secara khusus menghentikan sekresi LH. Akibatnya, sejumlah kecil pengaturan sekresi testosteron diyakini terjadi dalam cara yang sama.

Hormon testosteron golongan hormon yang larut air atau larut lemak
Klasifikasi dalam hal struktur kimianya, hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam atau yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (misalnya, insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin (misalnya, dopamin, norepinefrin, epinefrin). Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (misalnya, estrogen, progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (misalnya,

tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel dengan bebas. SUMBER : Slide Kuliah Anatomi Fisiologi Manusia I Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 1997. EGC Penerbit Buku Kedokteran http://www.scribd.com/doc/28285604/Anatomi-Dan-Fisiologi-Sistem-Endokrin

Anda mungkin juga menyukai