Anda di halaman 1dari 3

Pelayanan farmasi merupakan salah satu jenis pelayanan yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit dalam

melaksanakan upaya kesehatan. Hal tersebut dijelaskan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.1 Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Konsep ini menjadi pedoman dan acuan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia baik puskemas maupun rumah sakit.2 Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan untuk Pemerintah Daerah (Pemda). Surat tersebut berisikan perintah agar Pemerintah Daerah membentuk panitia penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit untuk setiap unit pelayanannya. Keputusan Menteri Kesehatan yang terbaru diterbitkan pada tahun 2008 sebagai tindak lanjut atas Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.3

Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto yang didirikan pada tahun 1915, merupakan rumah sakit kelas C dengan SK Menkes No. 481/Menkes/SK/V/1997.4 RSUD Sawahlunto mempunyai bangunan yang sebagian besar merupakan bangunan peninggalan Belanda. RSUD Sawahlunto merupakan satu-satunya rumah sakit yang ada

di Kota Sawahlunto, dimana setiap tahunnya selalu berkembang, baik pada sarana fisik rumah sakit maupun pada prasarananya serta peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai visinya, yaitu menjadi rumah sakit kebanggaan dan pilihan warga kota Sawahlunto. Kemajuan teknologi dan informasi menuntut perubahan paradigma pelayanan farmasi dari drug oriented ke paradigma patient oriented. Namun masih terdapat kekurangan dalam pelayanan farmasi di rumah sakit. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala, antara lain, lemahnya manajemen farmasi rumah sakit, kurangnya pengetahuan pihak-pihak terkait mengenai pelayanan farmasi rumah sakit, dan kemampuan tenaga farmasi. 4 Setelah penerapan SPM tersebut tentunya perlu diadakan evaluasi atas penerapannya, khususnya pada pelayanan farmasi, apakah sesuai dengan yang diharapkan. Standar yang digunakan RSUD Sawahlunto dalam SPM Farmasinya masih memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan SPM farmasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Hal ini yang menarik peneliti untuk mengevaluasi penerapan SPM pada pelayanan farmasi RSUD Sawahlunto. 1. Departemen Kesehatan, 2009. UU No. 36 tentang Kesehatan, Jakarta. 2. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal 3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

5. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. Pem 10/67/13/612 6. Perda Sumatera Barat No. 13 tahun 1979 7. UU No. 4 Tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara 8. PP No. 44 tahun 1990 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto, Kabupaten Daerah Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Solok 9. Peraturan Daerah No. 03 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai