Anda di halaman 1dari 10

Mengetahui & Menjelaskan Karsinoma Mammae Definisi Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian

dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari parenkim, stroma, areola, dan papilla mammae. Epidemiologi Kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi no.2 di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insiden ini meningkat, seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita per tahun dengan mortalitas uang cukup tinggi 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia berdasarkan Pathological Based Registration kanker payudara mempunyai insiden relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia mempunyai insiden minimal 20.000 kasus baru per tahun, dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Kurva insidens-usia bergerak naik sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidensi karsinoma mammae pada laki-laki hanya 1% dari kejadian pada perempuan. Insidensi tinggi di negara Barat dan lebih banyak pada populasi kulit putih dibandingkan kulit hitam. Faktor Risiko Usia Insiden naik dengan bertambahnya usia. Pada usia sebelum 35 tahun, yang paling sering menyebabkan benjolan pada payudara adalah fibroadenoma dan penyakit fibrokistik. Sedangkan pada usia setelah 50 tahun, penyebab tersering benjolan pada payudara adalah karsinoma dan kista. Keluarga Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2-3 kali lebih besar pada wanita yang ibu atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila keluarga itu menderita kanker bilateral atau pramenopause. Patologi Displasia atau kelainan fibrokistik tertentu, riwayat menderita kanker, beresiko tinggi mendapat karsinoma di mammae kontralateral. Hormon Pertumbuhan karsinoma mammae sering dipengaruhi perubahan keseimbangan hormon. Pada wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan karsinoma mammae. Menarche lebih awal (<13 tahun) dan menopause yang lambat (>50 tahun). Wanita nulipara beresiko 2-3 kali lebih besar. Resiko terhadap karsinoma mammae lebih rendah pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih muda dan resiko tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia > 30 tahun. Laktasi bukan merupakan faktor resiko, walaupun pendapat lain mengatakan wanita yang tidak/sebentar menyusui lebih beresiko tinggi terhadap ca mammae. Patofisiologi Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan ini

disebabkan adanya karsinogen, salah satunya adalah virus. Tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas (karsinogenesis). 70% kanker payudara mulai tumbuh unifokal dan unicentris yaitu dari satu sel kanker pada satu tempat dalam duktus atau alveolus dan jarang (30%) mulai unifokal multicentris dari beberapa sel dari satu tempat. Sebagian besar kanker payudara berasal dari epitel duktus laktiferus (90%), sebagian kecil dari epitel lobulus (5%), dari areola (3%), dan sisanya dari stroma payudara. Waktu ganda kanker payudara antara 23 909 hari dengan rata-rata 100 hari. Waktu ganda adalah waktu yang diperlukan oleh suatu tumor membesar sehingga volumenya menjadi 2 kali semula. Besar sel kanker rata-rata 10 mU, sehingga baru setelah menjalani 30X ganda terbentuk 1 miliar sel membentuk tumor dengan diameter 1 cm. Tumor sebesar 1 cm adalah besar minimal yang dapat diketahui secara klinis. Pertumbuhan lokal kanker ini menimbulkan pendesakan dan infiltrasi jaringan sekitarnya sehingga menimbulkan pembesaran payudara, peau dorange, perlekatan dengan kulit, otot pektoralis atau dinding toraks. Reaksi tubuh terhadap pertumbuhan sel kanker adalah timbulnya fibrosis dan faktor nekrose. Fibrosis ini menimbulkan retraksi kulit atau papila serta pengerutan payudara. Adanya faktor nekrose beserta kekurangan nutrisi pada tumor akibat pertumbuhan tumor yang cepat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan pembuluh darah maka timbullah nekrose pada tumor yang kemudian menjadi ulkus. Klasifikasi Klasifikasi Stadium PORTMAN yang disesuaikan dengan aplikasi klinik: Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya,tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang dibawahnya (otot). Besar tumor 1-2cm. KGB regional belum teraba. Stadium II : Stadium I, besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa KGB axilla yang masih bebas < 2cm Stadium IIIA : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di jaringan sekitarnya,KGB axilla masih bebas satu sama lain Stadium IIIB : Local advanced. Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10cm), fiksasi pada kulit atau dinding dada,kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 payudara kiri),ulserasi,nodul satelit,KGB axilla melekat satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya lebih dari 2 cm, belum ada metastase jauh Stadium IV : Disertai dengan KGB aksia supra-klavikula dan metastase jauh lainnya.

Diagnosis Penilaian untuk karsinoma mammae melalui 3 langkah (triple diagnostic), yaitu: Pemeriksaan klinis, radiologis dan sitologis. Anamnesis Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Pada umumnya keluhan waktu datang: tumor mamae tidak nyeri (66%), tumor mamae nyeri (11%), perdarahan/cairan dari puting susu (9%), edema lokal (4%), retraksi puting susu (3%). Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah ke kelainan fibriokistik.

Pemeriksaan Klinis Sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh hormonal seminimal mungkin (setelah 1 minggu dari hari terakhir menstruasi). Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring, atau kedua-duanya. Kemudian perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan. Dengan lengan terangkat lurus ke atas, kelaianan terlihat lebih jelas. Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di punggung, sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Yang diperhatikan pada dasarnya sama dengan penilaian tumor di tempat lain. Pada sikap duduk, benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring, kadang lebih mudah ditemukan. Perubahan aksila pun lebih mudah pada posisi duduk.Pemeriksaan kelenjar getah bening regional dilakukan dengan palpasi kelompok kelenjar getah bening sekitar payudara.. Tabel Gejala dan Tanda Penyakit Payudara Gejala yang Dirasakan Penyebab yang Mungkin Nyeri: Nyeri lebih khas pada infeksi daripada tumor Berubah sesuai siklus menstruasi Penyebab fisiologis, seperti pada tegangan - Rasa nyeri menetap, tidak pramenstruasi atau penyakit fibrokistik tergantung siklus menstruasi Bisa disebabkan oleh infeksi, kadang tumor jinak, atau tumor ganas Benjolan di Payudara Keras Permukaan licin pada fibroadenoma atau kista Permukaan kasar, berbenjol, atau melekat pada kanker atau inflamasi non-infektif Kenyal Kelainan Fibrokistik Lunak Lipoma Perubahan Kulit Penarikan kulit/dinding dada lebih khas pada tumor daripada penyakit jinak Bercawak Sangat mencurigakan karsinoma Benjolan kelihatan Kista, karsinoma, fibroadenoma membesar Kulit jeruk Di atas benjolan: kanker (tanda khas) Kemerahan Infeksi (jika ada tanda panas) Tukak Kanker lama (biasa pada usia lanjut) Kelainan Puting/Areola Retraksi Fibrosis karena kanker Inversi Baru Retraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis karena pelebaran duktus) Eksema Unilateral: penyakit Paget (tanda khas kanker) Keluarnya Cairan Seperti susu Kehamilan atau laktasi Jernih Normal Hijau (Peri) menapouse, Pelebaran duktus, Kelainan fibrokistik, Karsinoma Hemoragik Papiloma intraduktus Staging Menurut AJCC VI : Tx : tumor primer tidak dapat ditetapkan 3

To Tis T1 T1a T1b T1c T2 T3 T4a T4b T4c T4d

: tumor primer tidak dapat ditemukan : Ca in situ (intraduktal Ca, Lobular Ca in situ, penyakit Paget pada Papilla) : tumor berdiameter < 2 cm : diameter <0,5cm : diameter 0,5-1cm : diameter 1-2cm : diameter 2-5cm : diameter >5cm : infiltrasi pada dinding dada (fascia pektoralis) : infiltrasi pada kulit (edem,ulserasi,lesi satelit) : infiltrasi pada dinding dada dan kulit : Ca inflammatory

Nx : metastase lnn tidak dapat ditetapkan No : metastase lnn tidak dapat ditemukan N1 : metastase lnn axilla ipsilateral N2a : metastase lnn axilla ipsilateral terfiksir satu sama lain atau perlekatan dengan struktur sekitarnya N2b : metastase lnn mamaria interna tanpa metastase ke lnn axilla N3a : metastase lnn infraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla N3b : metastasis lnn mamaria interna dengan metastasis lnn axilla N3c : metastasis lnn supraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla Mx Mo M1 : metastasis jauh tidak dapat ditetapkan : metastasis jauh tudak dapat ditemukan : terdapat metastasis jauh

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Sitologi Pemeriksaan sitologi antara lain : fine needle aspiration, needle core biopsy dengan jarum silverman, exicional biopsy dan pemeriksaan frozen section saat operasi. Pada umumnya pungsi dengan jarum halus (FNAB/Fine Needle Aspiration Biopsy) sering dipakai. Pemeriksaan ini juga dapat menentukan perlu tidaknya segera pembedahan dengan sediaan beku atau dilanjutkan dengan pemeriksaan lain ataupun langsung dilakukan ekstirpasi. Penentuan derajat diferensial histologis : G1 : derajat keganasan rendah G2 : derajat keganasan sedang G3 : derajat keganasan tinggi Pemeriksaan Radiologi Pemerisaan dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apa pun, maka pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi, sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya jika mammografi positif, dan secara klinis tidak teraba tumor, maka pemeriksaan harus dilanjutkan pada pungsi atau biopsi pada tempat yang ditunjukkan pada foto tersebut. Mammogram pada masa pramenopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak. USG berguna terutama untuk menentukan kista; kadang

tampak kista 1-2 cm. Pada mammografi, gambaran karsinoma mammae adalah ireguler, berspikula, massa radioopak dengan mikrokalsifikasi. Terapi Sebelum merencanakan terapi karsinoma mammae, diagnosis klinis dan histopatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosis klinis harus sama dengan diagnosis histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana yang keliru. Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusun rencana terapi. Bila tujuannya kuratif, maka tindakan radikal yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan demi kesembuhan. Tetapi bila tindakan paliatif, maka tindakan bedah tidak bermanfaat. Pembedahan Untuk mendapatkan diagnosis histologi biasanya dilakukan biopsi sehingga tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan mamma. Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histologi-patologi dapat diperoleh dalam waktu 15 menit. Bila pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, maka operasi selesai, tetapi pada hasil yang menunjukkan tumor ganas, operasi dapat diulanjutkan dengan tindakan bedah kuratif. Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, bedah radikal yang diubah maupun bedah konservatif yang merupakan eksisi tumor luas. Bedah konservatif selalu ditambah disseksi kelenjar aksila dan radio terapi pada (sisa) payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus dilaksanakan serentak. Secara singkat paket tindakan tersebut disebut Breast Conservating Surgery (BCT/Breast Conservating Therapy) atau terapi dengan mempertahankan payudara yang menurut Reinhard Hunig dkk dari University Hospital Basel tahun 1976 dapat dilakukan pada kasus-kasus kanker payudara dengan: Tumor primer tidak lebih dari 2 cm N1b kurang dari 2 cm Belum ada metastasis jauh Tidak ada tumor primer lainnya Payudara kontralateral bebas kanker Payudara bersangkutan belum mendapat pengobatan sebelumnya (kecuali lumpektomi) Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak terlalu menonjol. Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada, kulit mamma, atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke struktur sekitarnya. Tumor disebut mampu-angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal seluruh tumor dengan penyebarannya dikelenjar limfe dapat dikeluarkan. Bedah radikal dikerjakan menurut Halsted (William S. Halsted, ahli bedah AS) yang meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, M. Pektoralis mayor dan M. Pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak abad ke-20 hingga tahun lima-puluhan. Setelah tahun enam-puluhan, biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikasi oleh Patey (D.H. Patey, ahli bedah Inggris). Pada operasi ini dipertahankan otot sekitar jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut.

Akhir-akhir ini, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan payudara. Syarat mutlak untuk operasi ini, tumor merupakan tumor kecil dan tersedianya sarana radioterapi khusus untuk penyinaran yang diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik). Bedah radikal yang diperluas yaitu bedah Urban, terdiri dari bedah Halsted dengan pengeluaran kelenjar limfe pada A. Mammaria interna, artinya operasi diperluas dengan torakotomi. Bedah superradikal terdiri dari bedah Urban yang diperluas dengan pengeluaran kelenjar limfe supraklavikula. Kedua operasi tadi umumnya tidak dikerjakan karena kelebihannya tidak banyak. Bila ada penyebaran limfe ke kelenjar mammaria interna atau ke kelenjar suprakavikula, biasanya sudah ada penyebaran hematogen. Pada keadaan demikian, pembedahan berat yang memerlukan mutilasi luas merupakan tindakan yang berlebihan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada saat ini yang biasa dilakukan adalah bedah radikal yang dimodifikasi (Patey). Bila tersedia sarana penyinaran pasca bedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan payudara yaitu berupa lumpektomi luas, segmentektomi atau kuadrantektomi dengan disseksi kelenjar aksila.

Gambar 5. Lumpektomi Gambar 6. Quadrantektomi (Partial Mastektomi)

Gambar 7. Simpel Mastektomi Gambar 8. Modified Radikal Mastektomi

Bila dilakukan pengangkatan mamma, maka dipertimbangkan kemungkinan rekonstruksi mamma dengan implantansi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi prostesis atau rekonstruksi mammae secara cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa waktu setelah penyinaran, kemoterapi ajuvan atau rehabiitasi penderita. Jika hal ini tidak mungkin atau tidak dipilih, maka diusahakan protesis eksterna, yaitu protesis buatan yang disangga oleh bra. Bentuk dan berat disesuaikan dengan bentuk dan berat payudara di sisi lain. Penyulit pada mastektomi radikal, terdiri dari hematom, infeksi luka dan seroma. Karena dilakukan diseksi kelenjar, maka harus dipasang penyalir hisap untuk mencegah seroma yang terdiri dari cairan luka dan limfe. Cairan yang dihasilkan pada hari pertama bisa mencapai beberapa ratus limfe cc jernih. Mobilisasi ekstremitas yang bersangkutan harus diperhatikan untuk mencegah kontraktur. Biasanya terdapat mati rasa di kulit ketiak dan bagian medial lengan atas akibat cedera N. Interkostobrakialis yang tidak dapat dihindari. Kelumpuhan M. Serratus anterior akibat cedera N. Torakalis longus harus dicegah. Kerusakan N. Torakodorsalis mengakibatkan kelumpuhan M. Latissimus dorsi. Saraf pektoralis, baik yang untuk M. Pektoralis mayor maupun untuk M. Pektoralis minor harus ditangani dengan hati-hati pada bedah radikal termodifikasi. Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan. Kadang residif lokoregional yang soliter dieksisi, tapi biasanya pada awal saja tampak soliter, padahal sebenarnya sudah menyebar, sehingga pengangkatan tumor residif tersebut sering tidak berguna. Kadang dilakukan amputasi kelenjar mammae pada tumor yang tadinya tak mampuangkat karena ukurannya telah diperkecil oleh radioterapi. Walaupun tujuan terapi tersebut paliatif, kadang ada yang berhasil untuk waktu yang cukup berarti. Kanker Payudara yang tak mampu-angkat T4 : Ukuran tumor sedemikian besar sehingga tidak dapat dilakukan bedah radikal Fiksasi tumor ke dinding toraks (bukan ke M. Pektoralis) atau ke kulit Oedema yang luas pada payudara Karsinoma tipe inflamasi Nodul satelit di kulit N2-3: Kelenjar aksila yang terfiksasi Adanya pembesaran kelenjar parasternal Oedema pada lengan karena bendungan kelenjar limfe M1 : Metastasis ke kelenjar supraklavikuler Metastasis jauh Radioterapi Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan pada terapi kuratif dengan mempertahankan mammae dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif. Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu efektif, tapi sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif besar mungkin berguna. Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tak mampu-angkat secara lokal. Tumor disebut tak mampu-angkat bila mencapai tingkat T4 misalnya ada perlekatan pada dinding toraks atau kulit. Pada penyebaran di luar daerah lokoregional, yaitu di luar kawasan payudara dan ketiak, bedah payudara tidak berguna karena penderita tidak dapat sembuh. Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila serta supraklavikula diradiasi. Tetapi penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kelenjar ketiak 7

supraklavikula. Jadi, radiasi bisa dipertimbangkan pada karsinoma mammae yang tak mampu-angkat atau jika ada metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi mamma setelah tumor mengecil oleh radiasi. Kemoterapi Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran secara sistemik dan juga dipakai sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan pada pasien yang ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi. Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastasis di dalam tubuh yang biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastasis. Obat yang diberikan adalah CMF (kombinasi cyclofosfamid, metotreksat dan 5-fluorourasil) selama 6 bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan pada pascamenopause diberikan terapi ajuvan hormonal berupa pil antiestrogen. Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah menderita metastasis secara sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain CMF, VA (vinkristin dan adriamisin) atau FAC (5-fluorourasil, adriamisin dan cyclofosfamid). Terapi hormonal Indikasi pemberian terapi hormonal adalah jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi, karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua karsinoma mammae peka terhadap terapi hormonal. Hanya kurang lebih 60% yang bereaksi baik dan penderita mempunyai harapan dan memberi respon dapat diketahui dari uji reseptor estrogen pada jaringan tumor. Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pramenopause dengan cara ovarektomi bilateral atau dengan pemberian antiestrogen seperti tamoksifen atau aminoglutetimid. Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan pada pasien pascamenopause yang uji reseptor estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar aksila yang berisi metastasis. Obat yang dipakai adalah sediaan antiestrogen tamoksifen. Estrogen tidak dapat diberikan karena efeksampingnya terlalu besar. Protokol Pengobatan Kanker Payudara Stadium I MRM sebagai terapi utama. Bila KGB axilla tidak metastase tidak perlu radiology post operasi Bila yang dilakukan hanya mastektomi simpel/ BCT harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB regional (radiasi local dan regional) Stadium II MRM sebagai terapi utama. Radiasi eksterna dan kemoterapi maupun hormonal bila ada metastase ke KGB axilla dapat diberikan sebagai terapi adjuvans. Stadium IIIA MRM sebagai terapi utama Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna, kemoterapi dan terapi hormonal.

Stadium IIIb Operable Simple mastektomi dan axillary toilet. Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna, hormonal dan kemoterapi. Kemoterapi 3x kemudian MRM. Terapi adjuvans post op 3x dan bila perlu dilakukan radiasi eksterna. Inoperable Radiasi eksterna pre operative, bila operable mastektomi simpel. Bila tetap inoperable, lanjutkan radiasi 5000-6000cGy. Terapi adjuvans dengan melanjutkan radiasi eksterna 2000-3000 c.Gy dan bila perlu terapi hormonal dan atau kemoterapi Kemoterapi neoajuvans 3x. Bila operable mastektomi simple. Bila inoperable teruskan sampai 6 kali. Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna dan hormonal terapi. Stadium IV Prinsip paliatif Premenopause Oophorektomi dilanjutkan kemoterapi. Bila perlu dilakukan mastektomi simple atau radioterapi paliatif. Postmenopause Terapi hormonal dengan atau tanpa kombinasi kemoterapi. Bila perlu dilakukan mastektomi simple atau radioterapi paliatif. Prognosis Dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : Ukuran tumor Jumlah, tempat, ukuran KGB yang tertekan Skin involvement Fiksasi tumor primer/KGB (+) derajat anaplasia Usia, status menstruasi Kelambatan terapi Histologis : Ductal : baik medular Acinus : baik lobuler Kehamilan ER content Tabel Prognosis dan Tingkat Penyebaran Tumor Tingkat Penyebaran Tumor Ketahanan Hidup 5 tahun (%) I. T1N0M0 (kecil, terbatas pada mammae) 85 II. T2N1M0 (tumor lebih besar, kelenjar terhinggapi 65 tetapi bebas dari sekitar) III. T0-2N2M0 - T3N1-2M0 (kanker lanjut dan 40 penyebaran ke kelenjar lanjut, tetapi semua terbatas di lokoregional) IV. T1-4N0-3M1 (telah tersebar di luar 10 lokoregional)

Istilah lokoregional dimaksudkan untuk daerah yang meliputi struktur dan organ tumor primer, serta pembuluh limfe, daerah saluran limfe dan kelenjar limfe dari struktur atau organ yang bersangkutan. Metastasis hematogen kanker payudara Gejala dan Tanda Utama Nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, parestesia Efusi, sesak nafas Biasanya tanpa gejala Kadang tanpa gejala, ikterus obstruksi Nyeri, kadang tanpa keluhan Gangguan sumsum tulang Nyeri, fraktur Nyeri, fraktur

Letak Otak Pleura Paru Hati Tulang tengkorak vertebra costae tulang panjang

Harapan hidup 10 tahun mendatang : Stadium 0 95-99% Stadium I 70-95% Stadium II 40-45% Stadium III 10-15% Stadium IV jarang

DAFTAR PUSTAKA Brunicardi, C. F. et al. 2005. Scwartzs Principle Of Surgery, eighth edition .USA: the McGraw Hill Companies Inc. Lowy, F. D.2006. Harrisons Principle of Internal Medicine 17th ed. New York: McGraw Hill. Leksana, Mirzanie H. 2005. Chirurgica. Solo. Tosca Enterprise. Halaman VIII.12-VIII.21 Machsoos, B. D. 2006. Pendekatan Diagnostik Tumor Padat. Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 819-901. Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Bedah. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Halaman:108-114. Soepadi, S., Oesman D., Huda,S., Semita, I. N., Risalah Kuliah Ilmu Bedah Semester V. Jember: SMF Bedah RSUD Dokter Soebandi Jember.

10

Anda mungkin juga menyukai