Anda di halaman 1dari 7

MAWAR PUTIH PELULUR CINTA Hari-hari bagaikan hidup dalam musim ketiga, hidup dalam kesenjaan yang selalu

dipenuhi dengan kerinduan. Rambut hitam sebahu yang terikat rapi kebelakang yang acap kali terlihat bersinar ketika keagungan cahaya sang surya menyirami rambutnya , bola mata kehijaun yang berbinar seakan menampakan bayang diriku pada kerlip matanya, kulit putih yang kemerah-merahan telah berhasil menyilaukan pandanganku untuk melihat dunia wanita lain. Keseharian yang selalu hidup berdampingan dalam setiap waktu luang menambah kepercayaan diriku akan telah hadirnya perasaan yang sama pada dirinya, kebersamaan yang telah terjalin selama bertahun-tahun ini telah aku tunggutunggu menyibak dalam kehidupan, hari demi hari semakin memantapkan diriku akan terucapnya sebuah janji suci di antara kita. Dalam kesibukan sehari-hari sebagai pelajar aku senantiasa mencari-cari waktu luang untuk menyatakan perasaan yang mungkin sama telah dia rasakan kepadaku, seakan beban pikiran terhadap pelajaran telah terpinggirkan dengan beban memikirkan suatu hari yang tepat untuk segera mengucapkannya, karena aku tidak mau kejadian setahun yang lalu kembali merangkulku di tahun ini. Kejadian yang disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri sehingga kesempatan yang sangat kutunggu-tunggu telah lebih dulu disambar orang lain. Ketika itu aku sudah merasakan hal yang sama seperti yang saat ini kurasakan, baik apa yang aku rasakan maupun respon yang dia berikan terhadap diriku, dari mulai perhatiannya dan senyum manisnya yang selalu memompa semangat hidupku, namun karena terlalu lamanya aku mencari waktu yang aku anggap sangat tepat untuk mencurahkan isi perasaanku

terhadap dirinya membuat dia bosan untuk menunggu, dan bahkan dia menganggap aku hanya mempermainkannya saja tanpa memberikan sebuah kepastian yang nyata tentang apa makna perhatianku selama ini. Sebelum kesempatan ini hilang begitu saja karena terlalu lama mencari waktu, aku segera menandai satu tanggal pada bualan mei yaitu tepatnya pada tanggal 27 mei yang tiada lain hanya beberapa hari lagi. Selain menentukan tanggal itu, aku juga segera menentukan tempat dimana akan ku ucapkan kata suci itu pada dirinya. Tersibat pula berbagai pikiran negatif dengan hasil yang kemungkinan aku dapatkan dari apa yang akan segera aku perjuangkan. Semua rencana sudah terkoordinir rapih menjelang sehari sebelum hari hal yang aku tentukan, dan untuk menambah kesan romantis aku sengaja memilih gedung pertemuan bale rancage yang kebetulan pada waktu itu akan diadakan pemutaran film romantis yang diperankan oleh aktris-aktris korea. Hatiku mulai gundah seketika hari yang aku tentukan tiba, perasaan senang dan khawatir bercampur dalam satu raut wajah cemas. Setelah pemutaran film selesai aku segera memanfaatkan waktu itu, mengingat kesan romantis dari film yang baru saja ditayangkan masih melekat dalam benak. Tunggu sebentar, aku minta waktumu, bolehkan ? aku sengaja mengambil tangannya seketika ia akan beranjak dari kursi penonton untuk segera bergegas pulang.

Ada apa ? kan filmnya sudah beres ! ucapnya sambil mencoba melepaskan genggaman tanganku, mungkin karena dia merasa malu ketika melihat banyak orang melihat tanganku menyambar tangannya di muka umum. Tunggu sebentar, tunggu suasana sepi, tunggu orang-orang keluar ruangan. Memangnya ada apa ? Ada satu hal penting yang ingin aku katakan padamu, moment ini sudah lama aku tunggu-tunggu, dan aku tidak ingin kali ini aku gagal lagi. Apa sebenarnya yang kamu maksud? aku semakin gak mengerti dengan apa yang sedang kamu katakan. Makanya aku minta waktu kamu sebentar, setelah semua orang keluar dari ruangan aku akan menjelaskannya padamu. Dengan nada lirih aku mencoba merayu agar dia mau duduk lagi di kursinya, menunggu suasana benar-benar sepi. Sekarang semua sudah meninggalkan ruangan, tinggal kita berdua. Apa yang ingin kamu katakan ? denga cepat dia memulai perkataan seketika suasana mulai sepi dan nampak tidak ada siapa-siapa lagi di ruangan selain kita berdua. Sebenarnya maksudku mencegahmu keluar dari ruangan karena satu hal, yaitu menyangkut perasaan yang selama ini aku pendam, dan aku sengaja memanfaatkan waktu ini, aku tidak mau kesempatan ini terbuang sia-sia karena tidak adanya keberanian untuk mengungkapkannya, seperti apa yang telah kualami dulu, kamu juga pasti ingat. !

Oh iya,,,, sekarang baru aku mengerti. Karena tanpa harus aku mengungkapkannya lagi kamu sudah mengerti, jadi sekarang hanya jawaban saja yang harus terucap untuk kepastian hubungan kita. Mau kamu apa ? teman, apa lebih dari teman jawabannya ? Kalo bagiku ya lebih dari teman, tapi itu juga kalo kamu mau. Sebenarnya sudah lama aku menantikan masa-masa seperti ini, perasaan ini acapkali menyiksaku, namun aku sebagai seorang perempuan hanya bisa menunggu kamu yang mengucapkannya terlebih dahulu. Jadi kamu juga sudah mempunyai perasaan yang sama dari lama ? heem,,,, makanya hari ini aku bersyukur banget akhirnya apa yang aku tunggutunggu terwujud juga. Ucapnya dengan wajah sumringah Tanpa banyak kata, aku akan segera mengatakan, aku juga ingin jadi pacarmu. Semua kegelisahan dihati terjawab sudah dengan sepenggal kata yang terucap manis dari bibir lembutnya, dari semenjak saat itulah hubunganku menjadi lebih berarti dan perhatian diantara kita pun semakin meningkat, setiap kali jalan bersamapun seakan tidak tersirat lagi perasaan malu-malu diantara kita, sampai-sampai setiap pulang sekolah kita selalu meluangkan waktu untuk pergi jalan-jalan sebentar di mall terdekat sambil makan, namun seketika tersimpul sebuah pertanyan dari batinku akan kenangan di masa lalu, kenangan yang direncanakan akan menjadi moment romantis dan bahagia bagiku bersamanya berubah menjadi lautan penyesalan dan kesedihan yang selalu mendera-dera setiap kali aku ingat akan waktu itu. Hanya karena setangkai mawar putih.

Say entar sore kita makan yuk ! kata-kata yang aku tulis dalam sebuah kertas dan yang seterusnya aku kirim kepadanya secara estapet melalui teman-temanku. Oke say,,, mau makan di mana ? jawaban yang aku dapatkan yang di tulisnya pada selembar kertas yang sama. Menurutmu enaknya di mana ya ? segera aku menulis jawaban pada kertas itu. Kalau aku terserah kamu saja, kemana kamu ajak, aku akan selalu mau, tugas istri seperti itu kan ? heheee. Ya sudah, entar kita makan di tempat biasa saja say. Oke sayang. Setelah selesai mengikuti pelajaran aku segera bergegas menghampirinya dan langsung mengajaknya berangkat ketempat makan. Dengan muka yang setengah tertutup oleh uraian rambut aku melihat eksotika keanggunan wajahnya, seakan muncul binar-binar cahaya sayang dari tatapan salah satu matanya yang tidak tertutup oleh rambutnya yang hitam dan berkilau, hitam putih, itulah gambaran yang aku lihat seketika itu, hitam dari warna rambutnya dan putih dari kulitnya yang segar. Seketika makan aku menatap kedua bola matanya yang kini tidak tertutup lagi oleh rambutnya, dan seketika itu terkelibat dari bola matanya bayang kebahagiaan, namun bagiku malah memunculkan beberapa pertanyaan akan kejadian di beberapa tahun yang lalu, haruskah aku mencoba mencari kebenarannya untuk menghapuskan segala penat yang sudah tertimbun bertahun-

tahun lalu, aku coba menenangkan hati ini dan segera mengutarakan pertanyaan akan kebenaran itu. Say kamu masih ingat enggak waktu aku kasih bunga mawar putih padamu ? dengan berani aku segera memulai pertanyaan itu meski aku mendapati respon yang lumayan mengecewakan bagiku. Sudah lah say jangan ungkit-ungkit masalah itu lagi. Dengan nada lemas dia menjawab pertanyaanku. Tapi aku ingin tahu say kebenarannya, selama beberapa tahun aku selalu merasa bersalah karena telah mencairkan tangismu, saat aku berharap kamu akan bahagia karena aku memberimu mawar itu. Sanggahku Sesungguhnya waktu itu aku belum sempat mengutarakan perasaanku yang sangat besar untukmu, sama seperti perasaanku saat ini, sempat setelah saat itu perasaanku terhadap dirimu berkurang, namun seiring waktu berlalu aku mulai dewasa dan mulai memahami permasalahan waktu itu, sehingga kamu tetap menjadi satu-satunya ratu dalam hidupku. Kamu sebenarnya mengerti tidak dengan makna perbedaan warna dari bunga ? Waktu itu aku kasih bunga yang suci, bunga yang menggambarkan kesucian cintaku, bunga yang indah putih seperti wajahmu, tapi kenapa tangisan jawab singkat darimu, ? Sebenarnya aku kecewa kepadamu, karena aku anggap kamu akan memberikan mawar merah yang menggambarkan ungkapan kata cintamu, namun malah mawar

putih yang kau beri, bagiku itu adalah tanda ungkapan kamu meminta diriku untuk menjadi teman saja. Oh jadi sebatas warna saja menjadi masalah bagimu, padahal waktu itu aku belum sempat mengutarakan perasaanku yang sebenarnya padamu, namun kamu malah lari terbirit-birit sambil menangis. Membuat diriku bertanya-tanya, dan baru kali ini aku bisa mengutarakan pertanyaan yang selalu membelenggu hatiku. Ya sudah gak apa-apa, yang lalu biar lah berlalu yang penting sekarang aku sudah menjadi pacarmu. Akhirnya aku mendapatkan jawaban atas pertanyaan selama ini yang membelenggu jiwaku, dan hal yang telah membuat gagal usahaku mendapatkan cintanya kini sudah kumengerti, hanya karena salah memberikan warna pada setangkai mawar, namun kini aku juga mengerti tentang perasaan seorang perempuan yang sangat peka dengan sebuah kesalahan yang sangat dasar. Hanya karena mawar putih yang aku beri membuat perasaannya kepadaku luluh tak tersisa sehingga membutuhkan waktu dua tahun kemudian untuk menumbuhkannya lagi.

Anda mungkin juga menyukai