Novel pendek tersebut pertama kali muncul dalam keseluruhan 26.500 katanya sebagai bagian dari majalah Life edisi 1 September 1952. 5,3 juta kopi terbitan majalah tersebut habis terjual dalam tenggang dua hari. Tulisan tersebut kebanyakan menerima kritik positif, walaupun kritik yang berbeda pendapat juga muncul. Judul novel pendek tersebut sempat salah dicetak dalam edisi awal sebagai "The Old Men and the Sea", atau "Lelaki-lelaki Tua dan Laut".
yang dapat menikmati hasil tangkapannya tersebut. Selama Santiago melanjutkan perjalanannya pulang ke tepi laut, ikan-ikan hiu mulai tertarik dengan jejak darah yang ditinggalkan sang marlin di air. Yang pertama adalah ikan hiu mako yang dibunuh Santiago dengan dengan harpunnya, menyebabkan dia kehilangan senjata tersebut. Dia kemudian merakit sebuah harpun baru dengan mengikat bilah pisaunya ke ujung sebuah dayung untuk mengusir pergi hiu-hiu yang berdatangan selanjutnya. Lima hiu dibunuhnya dan banyak hiu lain yang akhirnya pergi. Di malam harinya hiu-hiu tersebut telah melahap habis seluruh bangkai sang marlin, meninggalkan hanya kerangka tulang punggung, ekor, dan kepalanya, di mana di kepalanya masih tertancap harpun nelayan si lelaki tua. Santiago sangat sedih dan menghukum dirinya sendiri karena telah mengorbankan sang marlin, dan akhirnya sampai di tepian laut sebelum subuh keesokan harinya. Dia berjuang untuk berjalan menuju gubuknya, membawa tiang kapalnya yang berat di atas pundaknya. Setelah tiba di rumah, dia merebahkan dirinya di tempat tidur dan masuk ke dalam tidur yang panjang. Sekelompok nelayan berkumpul keesokan harinya di sekeliling perahu yang mana kerangka sang ikan masih terikat. Salah satunya mengukurnya sepanjang 18 kaki dari moncong ke ekornya. Bahkan para turis yang duduk di kafe dekat di situ salah menyangkanya sebagai ikan hiu. Manolin yang terus khawatir selama perjalanan si lelaki tua, menangis terharu saat dia mendapati Santiago sedang tertidur lelap. Anak laki-laki itu kemudian membawakan surat kabar dan kopi untuk si lelaki tua. Saat Santiago terbangun, Manolin berjanji untuk pergi menangkap ikan bersama-sama lagi dengan gurunya tersebut, dan saat kembali tidur, Santiago kemudian bermimpi tentang singa di pantai Afrika.