Anda di halaman 1dari 23

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, mulai dari ibu rumah tangga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit sampai ke industri pengolahan yang membutuhkan dalam jumlah besar dan continue. Selain dikonsumsi di dalam negeri ternyata buncis juga telah diekspor. Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia antara lain Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris. Bentuk-bentuk yang diekspor bermacam-macam, ada yang berbentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan adapula yang berbentuk biji kering. Mengingat buncis sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri maka bisa dibayangkan banyaknya produksi buncis yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buncis dapat dikatakan merupakan komoditi yang mempunyai masa depan cerah. Didalam dunia pertanian saat ini tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia terbesar yaitu untuk menyuburkan tanah dan memberantas hama serta penyakit yang sering dilakukan sehingga mengakibatkan hasil produksi masih rendah serta mencemari lingkungan hidup. Selain meracuni, harga pupuk dan pestisida semakin mahal. Disamping itu jumlah lahan yang produktif sudah semakin berkurang, keadaan seperti ini yang membuat dilema bagi petani (Pracaya, 2001). Untuk mengatasi hal tersebut, solusi yang terbaik adalah menanam sayuran secara organik dalam polybag karena dapat memanfaatkan lahan yang ada dan juga pupuk organik tidak meninggalkan residu kimia dan sangat berguna.

Budidaya sayuran organik dalam polybag juga mempermudah dalam hal perawatan dan tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia. Dengan demikian diharapkan dapat mempertahankan eksistensinya dan tinggal

mengupayakan bagaimana buncis dapat mempunyai produktivitas dan kualitas yang baik. Didalam mempertahankan produktivitas tanaman maka proses

pembudiyaan dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu usaha penerapan panca usaha tani, ekstensifikasi yaitu penambah luas area lahan dan diversifikasi yaitu suatu usaha menaikkan produksi dengan pemanfaatkan lahan kosong disekitar kita. Sedangkan mempertahankan kualitas dengan cara pemberian bahan organik padat maupun cair pada tanaman buncis. Pada praktikum kali ini, akan diadakan beberapa perlakuan pemberian bahan organik guna melihat beberapa respon tanaman buncis yang ditanam pada polybag.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini untuk mengetahui dosis pupuk organic kelinci yang optimal pada pertumbuhan dan hasil tanaman buncis dalam polybag.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Buncis Kacang buncis (Phaseolus vulgaris .L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney-bean) atau kacang jago adalah tanaman asli lembah Tahuaacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Dearah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia. Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Daerah yang sejak lama menjadi sentra pertanaman buncis antara lain Kotabatu (Bogor), Pengalengan dan Lembang (Bandung) dan Cipanas (Cianjur). Sedangkan pusat terbesar pertanaman kacang ijo anatara lain daerah Garut (Jawa Barat). Tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut: Taksonomi Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Sub kelas : Plant Kingdom : Spermatophyta : Angiosspermae : Dicotyledonae : Calyciflorae

Ordo Famili Sub famili Genus Spesies

: Rosales (Leguminales) : Leguminosae (Papilionaceae) : Papilionoideae : Phaseolus : Phaseolus vulgaris L.

Botani Habitus Batang Daun : Semak, menjalar, panjang 2-3 m. : Tegak, bulat, lunak, membelit, hijau. : Majemuk, lonjong, panjang 8-13 cm, lebar 5-9 cm, berambut, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, tangkai persegi, beranak daun tiga, hijau tua. Bunga : Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun, tangkai panjang 5 cm, hijau keunguan, kelopak segitiga, berambut, panjang 2-3 cm, mahkota bentuk kupu-kupu, ungu, benang sari berlekatan, putik berambut, ungu. Buah : Polong, panjang 10 cm, masih muda hijau kekuningan setelah tua coklat. Biji Akar : Lonjong, mengkilat, permukaan licin, putih. : Tunggang, kuning kotor. Kacang buncis dan kacang jogo mempunyai nama ilmiah sama yaitu Phaseolus vulgaris L., yang berbeda adalah tipe pertumbuhan dan kebiasaan panennya. Kacang buncis tumbuh merambat (pole beans) dan dipanen polong mudanya, sedangkan kacang jogo (kacang merah) merupakan kacang buncis jenis

tegak (tidak merambat) umumnya dipanen polong tua atau bijinya saja, sehingga disebut Bush bean. Nama umum kacang buncis di pasaran internasional disebut Snap beans atau French beans, kacang jogo dinamakan Kidney beans. Buncis sendiri mempunyai dua jenis yaitu buncis jenis tegak dan buncis jenis melilit. Jenis buncis tegak batangnya tidak menjalar misalnya kacang merah (kacang jago) yang bijinya berbintik-bintik merah dan kacang galing, bijinya berwarna hitam kuning atau cokelat tua. Sedangkan buncis dengan jenis melilit bijinya berwarna putih, hitam dan kuning. Buncis jenis ini banyak ditanam oleh petani. Peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah dikembangkan. Kacang jogo/kacang merah yang dikonsumsi bijinya, mengandung protein 21-27%, sehingga menu makanan yang terdiri atas campuran nasi dan kacang jogo (90%+10%) merupakan komposisi makanan yang mencukupi karbohidrat dan protein tubuh.

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman buncis tumbuh baik di dataran tinggi, pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 300-600 meter. Dewasa ini banyak dilakukan penelitian mengenai penanaman buncis tegak dan melilit di dataran rendah dengan ketinggian: 200-300 m dpl., dan ternyata hasilnya memuaskan. Beberapa varietas

buncis seperti Monel, Richgreen, Spurt, FLO, Strike dan Farmers Early dapat ditanam di dataran rendah pada ketinggian antara 200-300 m dpl. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanaman buncis juga lebih cenderung menyukai tanah yang mempunyai keasaman (pH 5,5-6). Suhu yang paling baik untuk bertanam buncis berkisar 20C-25C. Pada suhu < 20 derajat C, proses fotosintesis terganggu, sehingga pertumbuhan terhambat, jumlah polong menjadi sedikit. Pada suhu 25 derajat C banyak polong hampa (sebab proses pernafasan lebih besar dari pada proses fotosintesis), sehingga energi yang dihasilkan lebih banyak untuk pernapasan dari pada untuk pengisian polong (Rukmana, 1994). Pada umumnya tanaman buncis tidak membutuhkan curah hujan yang khusus, hanya ditanam di daerah dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun. Sedangkan cahaya matahari yang diperlukan untuk tumbuh adalah sekitar 400-800 feetcandles. Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis 55% (sedang). Perkiraan dari kondisi tersebut dapat dilihat bila pertanaman sangat rimbun, dapat dipastikan kelembapannya cukup tinggi. Tanaman buncis dapat ditanam pada tanah biasa dan dapat ditanam pada polybag sehingga dapat memudahkan pemeliharaan dan mengurangi dampak negatif terhadap tanaman serta yang terpenting cukup mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman (Widarto, 1994).

2.3. Pupuk Organik Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah (Musnawar, 2004). Ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam diantranya pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan ternak. Pupuk ini mengandung zat-zat makanan yang diperlukan oleh tanaman dan berfungsi sebagai : melonggarkan struktur tanah, terutama pada tanah liat menahan air sehingga zat-zatnya tidak hanyut mempersubur hidupnya bakteri-bakteri tanah yang diperlukan untuk mengubah zat-zat makanan. Hewan ternak yang bisa diambil kotorannya feses maupun urinnya untuk pupuk diantaranya sapi, kuda, babi, kambing, ayam, kelinci. Selain kotoran ternak tersebut, ada juga ternak unggas seperti ayam, merpati, bebek, dan angsa Kelinci merupakan salah satu hewan peliharaan yang sekarang mulai digemari. Selain sebagai hewan peliharaan, kelinci juga dapat dikonsumsi dagingnya sedang kotorannya merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik. Kotoran kelinci dikenal sebagai pupuk organik yang potensial untuk tanaman hortikultura. Pupuk kandang kotoran kelinci terdiri dari tahi (feses) dan kencing (urine) yang dipadukan. Spreadbury (1978) mengemukakan bahwa kelinci yang beratnya sudah mencapai 1 kg dapat menghasilkan 28 gr kotoran lunak per hari dan

mengandung 3 gr protein serta 0,35 gr nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 gr protein. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Berikut adalah komposisi kandungan unsur hara yang terkandung dalam kotoran macam macam hewan ternak. Diantaranya : Domba Sapi Unggas Guano Kelinci N = 2 %, P = 1,5 %, K = 3 %, Ca = 5 %, Mg = 2 %, S = 2 % N = 2 %, P = 1,5 %, K = 2 %, Ca = 4 %, Mg = 1 %, S = 0,5 % N = 5 %, P = 3 %, K = 1,5 %, Ca = 4 %, Mg = 1 %, S = 2 % N = 2,5 %, P = 5 %, K = 1,5 %, Ca = 7,5 %, Mg = 0,5 %, S = 2 % N = 2,62 %, P = 2,46 %, K = 1,86 %, Ca = 2,08 %, Mg = 0,49 %, S = 0,36 % Dari keterangan di atas kandungan unsur hara dalam kotoran kelinci mengandung unsur N dan fosfor lebih tinggi dibanding kotoran hewan ternak yang lain. Namun masih lebih rendah dibandingkan kotoran unggas dan guano. Hal ini disebabkan faktor makanan dimana ternak unggas maupun burung penghasil guano makanan utamanya adalah biji-bijian dan serangga yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dari pada serat kasarnya (Karama et al, 1991).

III. TATA LAKSANA

3.1. Tempat dan Waktu Praktek kerja lapang ini akan dilakukan di lahan pekarangan Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Pasuruan. Pelaksanaan dimulai pada bulan November 2011 - Januari 2012.

3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain: sekrop, gembor, gunting, timbangan, penggaris. Sedang bahan yang digunakan antara lain: Pupuk kotoran kelinci, POC (urin kelinci), tanah taman, benih buncis varietas ranum, polybag ukuran 40 cm X 35 cm

3.3. Pelaksanaan Kegiatan PKL 3.3.1. Persiapan Media Tanam Polybag diisi media tanah yang dicampur pupuk kotoran kelinci dengan komposisi campuran tanah dan pupuk kotoran kelinci dengan perbandingan 4 : 1 sebanyak 40 polybag yang nantinya akan diletakkan dalam Green House

10

3.3.2. Penanaman Untuk mempercepat proses perkecambahan, terlebih dahulu benih direndam dalam air 1 malam sebelum ditanam. Penanaman dilakukan pada pagi hari agar terhindar dari suhu udara dan penguapan yang terlalu tinggi. Setiap polybag diisi 2 benih.

3.3.3. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan dapat dilakukan 7 hari setelah tanam, dengan memilih salah satu tanaman yang terbaik diantara dua tanaman. Memilih tanaman bukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman melainkan dengan memotong batang tanaman agar tidak mengganggu perakarannya. Penyulaman dilakukan jika terdapat bibit yang mati atau lambat pertumbuhannya. Bibit yang digunakan dapat diperoleh dari bibit cadangan pada persemaian yang disemaikan bersamaan dengan penanaman benih dalam polybag.

3.3.4. Pemupukan Pupuk yang digunakan adalah pupuk kotoran kelinci dan pupuk organik cair dari urin kelinci dengan dosis yang berbeda beda sebagai berikut: - P1 = Kotoran Kelinci - P2 = Kotoran Kelinci + PUK 10 L/Ha - P3 = Kotoran Kelinci + PUK 20 L/ Ha - P4 = Kotoran Kelinci + PUK 30 L/Ha

11

4 perlakuan diulang sebanyak 10 kali dan teknik pemberian Pupuk Urin Kelinci (PUK) dengan cara di siram ke media. Dengan interval pemberian 2 minggu sekali setelah dipindahkan kedalam media tanam

3.3.5. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman pada tanaman buncis dilakukan 2 hari sekali sampai kapasitas lapang media tanam. Hal ini disebabkan media tanam di letakkan pada lingkungan yang terkontrol yaitu di dalam Green House.

b. Pemangkasan dan Penyiangan Pemangkasan dan penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 3 dan 5 minggu setelah tanam. Bila tumbuhnya daun tanaman terlalu lebat, maka harus dilakukan pemangkasan untuk mengurangi kelembaban didalam tanaman sehingga dapat menghambat perkembangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput liar yang tumbuh di polybag dengan cara dicabuti menggunakan tangan dan sekaligus menggemburkan tanah.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi yang terjadi di tempat. Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman buncis diantaranya kumbang daun, penggerek polong, lalat kacang, ulat jengkal semu dan

12

kutu daun. Penyakit yang sering menyerang tanaman buncis diantaranya penyakit antraknosa, penyakit embun tempung, penyakit busuk lunak, penyakit damping off, penyakit ujung kriting dan penyakit hawar daun. Pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit yaitu menggunakan pestisida organik dan dapat dilakukan pengendalian secara manual.

3.3.6. Pemanenan Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman berumur 60 hari dan polong memperlihatkan ciri ciri tertentu. Ciri ciri tersebut antara lain: Warna polong masih agak muda dan suram Permukaan kulitnya agak kasar Biji dalam polong belum menonjol Polongnya belum berserat Bila polongnya dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup Pelaksanaan penennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2 atau 3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkatan kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur kurang dari 80 hari, atau kira kira sejumlah 7 kali panen. Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab bilai sampai terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong buncis dapat terserang penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya menyerang daun dan bagaian tanman lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang terlambat penyakit tersebut berkembang sampai kepolong polongnya.

13

Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam jaringan, sehingga kualitas polong menurun.

3.4. Parameter Pengamatan 3.4.1. Jumlah Daun Dihitung daun yang tumbuh pada batang utama dan membuka sempurna pada saat tanaman buncis berumur 14 hst munculnya organ generatif dengan interval 3 hari sekali.

3.4.2. Jumlah Bunga Dihitung jumlah bunga per tanaman

3.4.3. Jumlah Buah Per Tanaman Dihitung jumlah buah per tanaman

3.4.4. Berat Buah Per Tanaman Ditimbang berat seluruh buah per tanaman selama 4 kali panen saja

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 4.1.1. Jumlah Daun Pada akhir pengamatan, jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / Ha (P2). Sedangkan terendah terdapat pada perlakuan control (P0). Tabel 1. Rerata Jumlah Daun Pada Umur 14, 18, 22, 26, 30, 34, hst Jumlah daun 14 hst
3.2

Perlakuan P0 P1 P2 P3

18 hst
6.4

22 hst
8

26 hst
9.6

30 hst
16.2

34 hst
23.7

3.7 4.8 3.9

6.2 7.6 6.7

8.3 10.2 9.2

12.3 13.2 11.6

20 24.1 20.8

28.1 37.6 30.5

4.1.2. Jumlah Bunga Pada akhir pengamatan, jumlah bunga terbanyak dicapai oleh perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / ha (P2) sedangkan terendah terdapat pada perlakuan control (P0).

15

Tabel 2. Rerata Jumlah Bunga Pada Umur 38, 42, 46 hst Perlakuan P0 P1 P2 P3 Jumlah Bunga 38 hst 7 7.3 9.2 11.2 42 hst 13.6 15.4 18.4 20.8 46 hst 17.4 20.9 27.6 27.5

4.1.3. Jumlah Buah Per Tanaman Hasil pengamatan terhadap jumlah buah per tanaman (4 kali panen) menunjukkan perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / ha (P2) menghasilkan buah yang paling banyak, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan kontrol (P0). Tabel 3. Rerata Jumlah Buah Per Tanaman Jumlah Buah 46 hst 1 1 1.28 1.14 50 hst 1.75 1.44 2 1.6 54 hst 2.25 2.22 2.6 2.3 60 hst 2.51 2.6 3.78 3

Perlakuan P0 P1 P2 P3

4.1.4. Berat Buah Per Tanaman Hasil pengamatan terhadap berat buah per tanaman (4 kali panen) menunjukkan perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / Ha (P3)

16

menghasilkan berat paling tinggi, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan control (P0). Tabel 4. Rerata Berat Buah Per Tanaman Perlakuan P0 P1 P2 P3 Berat buah pertanaman (gram) 25.23 40.33 45.87 41.48

4.2. Pembahasan 4.2.1. Pertumbuhan Tanaman Secara umum, jumlah daun dan jumlah bunga pada perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 10 l /ha (P1), pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20 l / ha (P2), pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 30 l / ha (P3), maupun tanpa pemberian pupuk urin kelinci atau kontrol (P0) menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya umur tanaman, namun demikian terdapat perbedaan pada masing-masing perlakuan. Pertumbuhan terbaik dicapai oleh P2 dan terendah pada P0. Kesesuaian antara jumlah daun dan jumlah bunga merupakan indikasi pertumbuhan yang baik karena bertambahnya jumlah daun diikuti dengan peningkatan jumlah bunga. Peningkatan pertumbuhan vegetatif yang fluktuatif dan tidak mengikuti penambahan dosis pupuk kemungkinan tidak hanya disebabkan oleh kemampuan tanaman memanfaatkan unsur hara atau kemampuan pupuk dalam menyediakan unsur hara, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan pada saat percobaan

17

dilakukan yaitu serangan hama penyakit dan kurangnya penyinaran. Terlihat bahwa jumlah daun dan jumlah bunga tertinggi terdapat pada pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20 l/ ha dan terendah pada perlakuan tanpa pemberian pupuk urin kelinci. Sementara pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 10 l/ ha dan dosis 30 l/ ha lebih rendah dari pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20 l/ ha tetapi lebih tinggi dari perlakuan kontrol. Selain faktor lingkungan pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi faktor genetik, diantaranya pembagian hasil asimilasi dan nitrogen. Menurut Lakitan (1996), unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Konsentrasi nitrogen tinggi umumnya menghasilkan daun yang lebih besar. Oleh sebab itu, pupuk kandang dari kotoran kelinci dan urin kelinci mengandung unsur N dan P yang tinggi dibanding hewan ternak yang lain sehingga sudah cukup mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman buncis secara baik.

4.2.2. Produksi Dengan pemberian pupuk urin kelinci dengan berbagai dosis yang berbeda dapat meningkatkan hasil panen, meskipun pada pertumbuhannya lambat, karena terurainya pupuk organic menjadi hara yang dapat diserap tanaman

membutuhkan waktu yang lama. Ditinjau dari hubungan antara pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif pada perlakuan P2 yang menghasilkan jumlah daun dan jumlah bunga tertinggi juga di ikuti oleh hasil panen,yang tertinggi hal ini di duga karena

18

penggunaan tempat yang terkontrol karena penggunaan tempat praktek berada pada screen house. Pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / ha (P2) menunjukkan hasil panen tertinggi dan tanpa pemberian pupuk urin kelinci (P0) menunjukkan hasil panen terendah, sedangkan dosis 30l/ha (P3) menunjukkan lebih tinggi dari P0 dan lebih rendah dari P2. Hal ini di duga karena penambahan dosis pupuk organic akan menambah waktu penguraian pupuk menjadi unsur hara yang siap diserap oleh tanaman. Kemungkinan lain pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l/ ha merupakan takaran yang tepat sehingga menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif yang seimbang dan proporsional.

19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Pertumbuhan vegetatif ( jumlah daun) terbaik terdapat pada perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20 l/ ha (P2). Produksi (jumlah buah dan berat buah) tertinggi dicapai oleh perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20 l/ ha (P2)

5.2

Saran Mengingat pelaksanaan percobaan dilakukan dalam polybag

disarankan untuk mengadakan percobaan lebih lanjut pemberian pupuk urin kelinci pada tanaman buncis di lahan agar dapat membandingkan hasil yang diperoleh.

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1986. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius.Yogyakarta.hal 121 Anonymous, 1994. Bercocok Tanam Sayur sayuran Pentimg di indonesia. CV. Sinar Baru. Bandung. 36 hal. Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Manwan. 1991. Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Pangan. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua. Puslittanak. Bogor Lakitan, B.,1995. Hortikultura Teori, Budidaya, dan Pascapanen. Raja Grafindo Persada. Jakarta Musnawar, Effi Ismawati. 2004. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 halaman Pracaya. 2001. Bertanam Sayuran Organik Di Kebun, Pot & Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 halaman Prasetyo, wahyudi. 2010. Budidaya Tanaman Buncis. Jakarta: AgriLands Widarto. 1994. Vertikultur Bercocok Tanam Secara bertingkat. Penebar Swadya. Jakarta. 129 hal. http://yuan.blog.uns.ac.id., 2010. Sistem Vertikultur. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2010. http://jateng.litbang.deptan.go.id., 2010. Vertikultur. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2010.

21

Lampiran 1. Denah Percobaan

P1

P2

P3

P4 P4

P4 P4

P4 P4

P4 P4

P4 P4

P1

P2

P3

P1

P2

P3

P1

P2

P3

P1

P2

P3

P1

P2

P3

P1

P2

P3

P1

P2

P3

P1

P2

P3

P1

P2

P3

22

Lampiran 2 Jadwal Kegiatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis Kegiatan Perendaman benih Pengolahan media tanam Penanaman Penjarangan dan penyulaman Pengaplikasian PUK (14 HST) Pengamatan awal Tanggal 18 Nopember 2011 18 Nopember 2011 19 November 2011 24 November 2011 3 Desember 2011 3 Desember 2011 Tiap 2 minggu sekali Pengamatan dilakukan setiap 3 kali sehari tumbuh bunga 7. Pemangkasan, penyiangan dan pengajiran 8. Pemanenan 27 Januari 2012 Tiap 3 hari sekali 17 Desember 2011 Keterangan

23

Lampiran 3 Cara menghitung kebutuhan pupuk organik (pupuk kandang kelinci) per tanaman Diketahui : Berat tanah per polybag = 5 kg Diameter polybag = 35 cm Kebutuhan pupuk kandang kelinci/ha = 30 ton/ha Ditanya Jawab : Kebutuhan pupuk organik (pupuk kandang kelinci) per tanaman : Berat 1 ha lapisan olah tanah (HLO) 1 ha = 10000 m = 108 cm

Berat isi tanah = 1 gr cm Berat 1 HLO = 108 m2 X 20 cm X 1 gr cm-3 = 2.109 gram = 2.106 kg tanah/ha Kebutuhan pupuk per polybag = berat tanah/polybag X pupuk/ha Bobot HLO = 5 kg X 30 ton 2.106 = 5 kg X 3.107 g 2.106 kg = 75 gram Jadi kebutuhan pupuk organik (pupuk kandang kelinci) adalah75 gram/tanaman

Anda mungkin juga menyukai