Anda di halaman 1dari 15

Probiotik adalah suplemen makanan yang mengandung mikroorganisme hidup, dikonsumsi dengan tujuan memberi banyak manfaat untuk

kesehatan manusia.1 Probiotik banyak digunakan dalam produk-produk makanan di Jepang dan Eropa,2 sebagian besar probiotik digunakan dan tersedia dalam produk susu fermentasi, khususnya yoghurt.3 Bakteri yang bermanfaat sebagai probiotik diantaranya Lactobacillus spp., Bifidobacterium spp., Lactococcus spp., dan Streptococcus spp.4 Para peneliti telah menemukan bahwa koloni bakteri di saluran pencernaan penting untuk kesehatan manusia dan hewan, diantaranya pada sistem imunitas intestinal, sistem urogenital, menurunkan efek alergi, dan manfaat-manfaat lainnya.5 Pendahuluan Istilah probiotik dikenal pada abad ke-20 dari teori seorang ilmuwan Rusia yang bernama Elie Metchnikoff, teori tersebut diberi penghargaan berupa hadiah Nobel.6 Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang bermanfaat bagi kesehatan inang (baik itu hewan maupun manusia).7 Prinsip kerja probiotik yaitu dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme tersebut dalam menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak. Kemampuan ini diperoleh karena adanya enzim-enzim khusus yang dimiliki oleh mikroorganisme untuk memecah ikatan. Pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana mempermudah penyerapan oleh saluran pencernaan manusia. Di sisi lain, mikroorganisme pemecah ini mendapat keuntungan berupa energi yang diperoleh dari hasil perombakan molekul kompleks.8 Mikroflora Saluran Pencernaan

Mikroflora dapat berasosiasi dengan tubuh manusia di kulit, oral, saluran pencernaan, dan vagina. Populasi mikroflora di dalam tubuh sekitar 1014 sel mikroorganisme.9 Mikroflora normal yang menetap dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila mikroorganisme itu ada di tempat yang semestinya tanpa adanya keadaan abnormal.9,10 Mikroflora dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua yaitu mikroflora transien dan mikroflora residen. Mikroflora transien terdiri atas organisme yang sangat beragam, bersifat patogen atau tidak patogen, dan tidak dapat mempertahankan dirinya dari tekanan-tekanan kompetisi organisme lain. Sedangkan mikroflora residen adalah mikroflora yang bersifat tidak patogen dan dapat mempertahankan dirinya dari tekanan-tekanan kompetisi organisme lain, termasuk probiotik.11 Mikroflora saluran pencernaan adalah mikroorganisme yang hidup secara normal di dalam saluran pencernaan dan dapat melaksanakan sejumlah fungsi bermanfaat untuk inangnya. Pada umumnya bakteri ditemukan di usus, khususnya di usus besar terdapat ekosistem bakteri yang merupakan salah satu bentuk proteksi tubuh terhadap bakteri dan virus berbahaya, jumlah mikroflora tersebut sekitar 1014.12 Pada organ lambung, jumlah mikroorganismenya paling sedikit (103-105 bakteri/gram isi

lambung) karena adanya asam lambung yang secara normal melindungi terhadap infeksi beberapa mikroorganisme patogen. Pada organ usus dengan pH yang semakin basa, mikroflora yang menetap akan meningkat secara bertahap. Pada duodenum terdapat 108-1010 bakteri/ gram isi usus, pada jejunum dan ileum 105-108 bakteri/gram.1 Bakteri Probiotik

Kebanyakan bakteri probiotik berasal dari kelompok bakteri yang memproduksi asam pada proses fermentasi.14 Jumlah bakteri terbanyak terdapat di usus besar, sekitar 1011/gram feses, dan didominasi oleh Bacteriodes dan Bifidobacterium, sedangkan Lactobacillus dan Streptococcus mendominasi sebagai mikroflora di usus kecil. Selain di usus besar dan usus kecil, pada saluran pencernaan lain seperti esofagus dan lambung jumlahnya kurang dari 103 sel bakteri/ml.10 Secara umum bakteri probiotik hidup di dalam saluran pencernaan dan bermutualisme dengan tubuh inangnya, hidup pada pH 2-4, tidak mengakibatkan hal yang negatif pada tubuh, tidak patogen, umumnya tidak membentuk spora, saccharolytic, umumnya anaerob, tidak mengganggu ekosistem tubuh, hidup dan tumbuh di dalam usus.15,16 Genus Lactobacillus dan Bifidobacterium,4 keduanya merupakan organisme yang berasal dari usus manusia dan bakteri predominan yang diseleksi untuk digunakan sebagai probiotik.1 Untuk mencapai status probiotik, mikroorganisme harus memenuhi kriteria aman, bermanfaat, dan dapat digunakan dalam berbagai teknologi. Selain Lactobacillus dan Bifidobacterium, juga terdapat Lactococcus dan Streptococcus yang digunakan dalam berbagai produk probiotik. 3,7 Spesies yang telah terisolasi dari genus Bifidobacterium, diantaranya Bifidobacterium adolescentis, Bifidobacterium bifidum,17 Bifidobacterium animalis, Bifidobacterium thermophilum, Bifidobacterium breve, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium infantis dan Bifidobacterium lactis. Galur spesifik dari Bifidobacterium yang digunakan sebagai probiotik, di antaranya Bifidobacterium breve strain Yakult, Bifidobacterium breve RO7O, Bifidobacterium lactis Bb12, Bifidobacterium longum RO23, Bifidobacterium bifidum RO71, Bifidobacterium infantis RO33, Bifidobacterium longum BB536, dan Bifidobacterium longum SBT-2928.18-21 Bifidobacterium pertama kali diisolasi dari tinja bayi, populasi bakteri ini relatif stabil sampai umur beberapa tahun namun ketika usia bertambah dan menjadi dewasa jumlahnya menurun.18 Bifidobacterium merupakan bakteri gram-positif, anaerob,12 tidak membentuk spora, tidak motil, katalasenegatif,19 berbentuk batang yang bervariasi.22 Spesies Lactobacillus yang telah teridentifikasi diantaranya Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus brevis, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus casei, Lactobacillus cellobiosus, Lactobacillus crispatus, Lactobacillus curvatus, Lactobacillus fermentum, Lactobacillus GG (Lactobacillus rhamnosus or Lactobacillus casei subspecies rhamnosus), Lactobacillus gasseri, Lactobacillus johnsonii, Lactobacillus plantarum, dan Lactobacillus salivarus. Sedangkan galur Lactobacillus yang sering digunakan dalam berbagai produk probiotik adalah

Lactobacillus plantarum galur 299v, Lactobacillus acidophilus BG2FO4, Lactobacillus acidophilus INT-9, Lactobacillus plantarum ST31, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus johnsonii LA1, Lactobacillus acidophilus NCFB 1748, Lactobacillus casei Shirota, Lactobacillus acidophilus NCFM, Lactobacillus acidophilus DDS-1, Lactobacillus delbrueckii subspecies delbrueckii, Lactobacillus delbrueckii subspecies bulgaricus tipe 2038, Lactobacillus acidophilus SBT-2062, Lactobacillus brevis, Lactobacillus salivarius UCC 118, dan Lactobacillus paracasei subspecies paracasei F19.21 Lactobacillus hidup pada pH rendah, biasanya terdapat di gigi, usus kecil, dan epitel vagina,12 bakteri gram-positif, saccharolytic, tidak berspora, fakultatif anaerob, tidak motil, bentuk batang rantai pendek, bakteri ini membuat lingkungan asam sehingga menghalangi pertumbuhan dari jenis-jenis bakteri patogen.23 Spesies Lactococcus diantaranya Lactococcus lactis (dulu dikenal sebagai Streptococcus lactis) banyak digunakan dalam produk susu fermentasi, 24 Lactococcus lactis, Lactococcus lactis subspecies cremoris (Streptococcus cremoris), Lactococcus lactis subspecies lactis NCDO 712, Lactococcus lactis subspecies lactis NIAI 527, Lactococcus lactis subspecies lactis NIAI 1061, Lactococcus lactis subspecies lactis biovar diacetylactis NIAI 8 W, dan Lactococcus lactis subspecies lactis biovar diacetylactis ATCC 13675.21 Lactococcus tidak membentuk spora, saccharolytic, bakteri gram-positif, tidak motil, membentuk rantai pendek kokus, bakteri ini memanfaatkan senyawa kimia dengan menguraikannya secara fermentasi.23 Spesies Streptococcus adalah Streptococcus thermophilus yang banyak ditemukan pada produk susu fermentasi terutama yogurt dan Streptococcus salivarus subspecies thermophilus tipe 1131.21 Streptococcus berbentuk coccus dengan rantai panjang, saccharolytic, bakteri grampositif, tidak motil, tidak membentuk spora, bakteri ini sering ditemukan dalam saluran pencernaan hewan dan manusia.23 Manfaat Bakteri Probiotik

Bakteri probiotik memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia diantaranya dalam sistem imunitas, sistem intestinal, sistem urogenital, menurunkan efek alergi, dan manfaat-manfaat lainnya.5 Pada sistem imunitas,25 probiotik bertanggung jawab dalam merangsang daya tahan tubuh baik selular maupun humoral26 sehingga dapat melindungi tubuh dari berbagai infeksi. Sistem imunitas menyediakan pertahanan utama melawan mikroorganisme patogen. Penurunan sistem imunitas dapat menyebabkan penyakit tertentu seperti kanker, AIDS, leukemia. Penyakit autoimun seperti rematik dan penyakit radang usus juga dapat terjadi bila sistem imunitas tidak berjalan dengan sempurna.25 Kultur bakteri probiotik pada beberapa penelitian dapat meningkatkan rangsang spesifik dan nonspesifik sehingga dapat mengaktifkan makrofag, meningkatkan sitokinesis, meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami, dan meningkatkan imunoglobulin.21,27 Efek biologik yang berhubungan dengan sistem imunitas adalah kemampuan bakteri probiotik melawan bakteri dan virus patogen dan mencegah tumor.28 Hal ini diduga karena probiotik dapat memperbaiki sistem metabolisme mikroflora sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri patogen.29 Penelitian lain melaporkan bahwa dengan mengonsumsi probiotik yang mengandung Lactobacillus GG maka akan merangsang fagositosis dalam meningkatkan sistem imunitas. 30

Sistem intestinal dan absorpsi nutrisi yang dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah mikroflora31 dan pH pada organ pencernaan sangat penting untuk fungsi pencernaan yang baik. Lambung memiliki pH yang sangat rendah sekitar 1-2,32,33 hal ini penting dalam pencernaan dan melisiskan sel-sel bakteri patogen. Bakteri probiotik mampu mereduksi pH di usus, melancarkan pencernaan dengan memproduksi beberapa enzim pencernaan dan vitamin, memproduksi substansi antibakteri, misalnya asam organik, bacteriosin, H2O2, asetaldehid, laktoperoksidase, laktose, dan zat-zat lainnya,3,34 dan merekontruksi mikroflora normal dalam usus.35-38 Bakteri probiotik dapat memelihara integritas usus dan menangani penyakit radang usus.39,40 Asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri probiotik dapat meningkatkan pergerakan usus dan membebaskan konstipasi, konversi pigmen dan asam empedu, absorpsi zat makanan, bersifat antagonis dengan mikroorganisme patogen.41 Bakteri probiotik juga menghasilkan unsur bacteriosin yaitu zat yang mampu membunuh mikroorganisme berbahaya. 42 Kemampuan bakteri probiotik untuk mempengaruhi koloni Campylobacter jejuni43 dan Escherichia coli yang menyebabkan pendarahan usus,44 Helicobacter pylori yang menyebabkan radang lambung kronis, ulkus peptikum, serta kanker lambung.45 Koloni mikroflora yang didominasi oleh Lactobacillus dapat mencegah infeksi Helicobacter pylori.46-48 Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi Lactobacillus akan menghasilkan efek positif yang mempengaruhi mikroflora di dalam usus besar dengan cara menurunkan aktivitas beracun dari mikroorganisme serta menjaga gangguan dalam penyerapan air yang dapat mengakibatkan translokasi bakteri ke aliran darah.49 Sintesis nutrisi dan bioavailabilitas, fermentasi dengan asam laktat dapat meningkatkan asam folat, niasin, riboflavin, vitamin B12 dan vitamin B6.50 Bakteri probiotik dapat meningkatkan kemampuan beberapa nutrisi seperti protein dan lemak untuk dapat dicerna.51 Asam laktat, asam propionat, dan asam butirat yang diproduksi oleh bakteri probiotik dapat menjaga pH sehingga dapat melindungi dari mikroorganisme patogen.51 Kanker disebabkan oleh mutasi atau aktivasi gen abnormal yang mengendalikan pertumbuhan sel. Banyak proses dapat meningkatkan terbentuknya sel abnormal52 diantaranya zat-zat karsinogenik (zat kimia penyebab kanker), hal ini dapat diatasi oleh aktivitas mikroorganisme yang hidup di saluran pencernaan,2 misalnya dengan detoksifikasi segala penyebab kanker, menghasilkan produk dari metabolisme yang meningkatkan kemampuan sel untuk apoptosis, memproduksi komponen yang menghalangi pertumbuhan sel tumor, merangsang sistem imunitas untuk melindungi tubuh dari berkembangbiaknya sel-sel kanker. Suatu penelitian menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi probiotik secara benar dan bertahap akan mengurangi risiko kanker dengan mengurangi timbulnya jumlah tumor.53 Bakteri probiotik seperti Lactobacillus GG dapat mengurangi sebagian dari gejala alergi makanan.54 Bakteri probiotik juga melindungi saluran urogenital dari infeksi bakteri patogen.55 Beberapa penelitian telah mengetahui hubungan antara kesehatan vagina dengan kehadiran Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroxida.56 Beberapa penelitian membuktikan bahwa produk makanan yang mengandung probiotik dapat mengendalikan tekanan darah tinggi dengan menghasilkan gamma amino butyric acid (GABA).57 Ini merupakan efek antihipertensi yang

telah didokumentasi dalam penelitian hipertensi pada tikus58 dan penelitian klinis pada manusia.59 Manfaat lain yang didapatkan dari bakteri probiotik yaitu beberapa galur dari Lactobacillus acidophilus diketahui dapat mengurangi kolesterol, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner.60 Konsumsi laktosa dapat mengakibatkan diare, kembung, gas dalam perut yang berlebihan dan sakit perut. Gejala ini berkaitan dengan laktosa yang belum dicerna tetapi telah sampai ke usus besar dan difermentasi oleh mikroorganisme dalam kolon sehingga menghasilkan gas dan produk yang menyebabkan perut akan terasa sakit, penyakit ini disebut lactose intolerance. Bakteri probiotik dapat membantu pencernaan laktosa sehingga penderita lactose intolerance tetap dapat menikmati susu dalam bentuk susu yang telah difermentasi oleh bakteri probiotik seperti yoghurt.57 Kesimpulan 1. Probiotik merupakan makanan tambahan berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbang mikroflora dalam ususnya. 2. Bakteri probiotik diantaranya Lactococcus spp., Bifidobacterium spp., Lactobacillus spp., dan Streptococcus spp. 3. Manfaat bakteri probiotik bagi kesehatan manusia, diantaranya: meningkatkan sistem imunitas, membantu absorpsi nutrisi, mencegah kanker, mengurangi tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, membantu pencernaan laktosa bagi penderita lactose intolerance.

Daftar Pustaka 1. Crittenden R, Bird AR, Gopal P, Henriksson A, Lee YK, and Playne MJ. Probiotic research in Australia, New Zealand and the Asia-pasific region. Current Pharmaceutical Design 2005; 11:37-53 2. Sanders ME, Huis int Veld J. Bringing a probiotic-containing functional food to the market: microbiological, product, regulatory and labeling issues. Antonie van Leeuwenhoek 1999; 76:293-315 3. Grajek W, Olejnik A, Sip A. Probiotics, prebiotics, and amtioxidants as functional food. Acto Biochimica Polonica 2005; 52(3):665-71 4. McFarland LV, Surawicz CM, Greenberg RN, Fekety R, Elmer GW, Moyer KA, et al. A randomized placebo-controlled trial of Saccharomyces boulardii in combination with standard antibiotics for Clostridium difficile disease. J Amer Med Assn 1994; 271(24):1913-8 5. Salminen S, Bouley C, Boutron-Ruault MC, Cummings JH, Franck A, Gibson GR, et al. Functional food science and gastrointestinal physiology and function. Brit J Nutr 1998; 80(1):S147-171 6. Bibel DJ. Elie Metchnikoffs bacillus of long life. ASM News 1988; 54:661-5 7. Stanton C, Gardiner G, Meehan H, Collins K, Fitzgerald G, Lynch PB, et al. Market potential for probiotics. Am J Clin Nutr 2001; 73:476S-83S

8. Effendi I. Probiotic for marine organism disease protection. Pekan Baru:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, 2000 9. Tannock GW. The microecology of lactobacilli inhabiting the gastrointestinal tract. Adv Microb Ecol 1990; 11:147-71 10. Syahrurachman A, editor. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi. Jakarta:Binaputra Aksara, 1994 11. Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Sjamsoe-daili E, Effendi EH, et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta:FKUI Press, 2007 12. Todar K. The normal flora of humans. University of Wisconsin Madison, 2006. Available at http://www.bact.wisc.edu 13. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran. Jilid 2. Diterjemahkan oleh: dr. Nani Widorini. Jakarta:Salemba Medika; 2005 14. Parvez S, Malik KA, Ah Kang S, Kim HY. Probiotics and their fermented food products are beneficial for health. Journal of Applied Microbiology 2006; 100(6):1171-85 15. Fuller R. A review, Probiotics in man and animals. Journal of Applied Bacteriology 1987; 66:365-78 16. Isselbacher KJ. Irritable bowel syndrome: the possible benefits of probiotics. Postgraduate Medicine 2005; 117(5):7 17. Tannock GW. Identification of lactobacilli and bifidobacteria. Curr Issues Mol Biol 1999; 1(1):53-64 18. Bjrkstn B, Sepp E, Julge K, Voor T, Mikelsaar M. Allergy development and the intestinal microflora during the first year of life. Journal of Allergy and Clinical Immunology 2001; 108:516-20 19. Guarner F, Malagelada JR. Gut flora in health and disease. The Lancet 2003; 361:512-9 20. Ishibashi N, Yaeshima T, Hayasawa H. Bifidobacteria: their significance in human intestinal health. Malaysian Journal of Nutrition 1997; 3:149-59 21. Sanders ME. Probiotics. Food technology 1999; 53(11):67-77 22. Schell MA, Karmirantzou M, Snel B, Vilanova D, Berger B, Pessi G, et al. The genome sequence of Bifidobacterium longum reflects its adaptation to the human gastrointestinal tract. Proc Natl Acad Sci USA 2002; 99(22):14422-7 23. Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT, Williams ST. Bergeys manual of determinative bacteriology. 9th ed. London:Willliams & Wlkins, 1994 24. Savino F, Pelle E, Palumeri E, Oggero R, Miniero R. Lactobacillus reuteri (American type culture collection strain 55730) versus simethicone in the treatment of infantile colic: a prospective randomized study. Pediatrics 2007; 119(1):e124-130 25. Vanderhoof JA, Rosemary JY. Probiotics in pediatrics. Pediatrics 2002; 109:956-8 26. Takahashi T, Nakagawa E, Nara T, Yajima T, Kuwata T. Effects of orally ingested Bifidobacterium longum on the mucosal IgA response of mice to dietary antigens. Biosci Biotechnol Biochem 1998; 62:10-5 27. Merger M, Croitoru K. Infections in the immunopathogenesis of chronic inflammatory bowel disease. Sem Immunol 1998; 10:69-78 28. Marteau P, Rambaud JC. Potential of using lactic acid bacteria for therapy and immunomodulation in man. FEMS Microbiol 1993; 12:207-20 29. Simenhoff ML, Dunn SR, Zollner GP, Fitzpatrick MED, Emery SM, Sandine WE, et al. Biomodulation of the toxic and nutritional effects of small bowel bacterial overgrowth in endstage kidney disease using freeze-dried Lactobacillus acidophilus. Miner Electrolyte Metab

1996; 22:92-6 30. Pelto L, Salminen SJ, Isolauri E. Lactobacillus GG modulates milk-induced immune inflammatory response in milk-hypersensitive adults. Nutr Today 1996; 31:45S-6S 31. Veldman A. Probiotics. Tijdschrift voor Diergeneeskunde 1992; 117:345-8 32. Kawase K. Effects of nutrients on the intestinal microflora of infants. Jpn J Dairy Food Sci 1982; 31:A241A243 33. Rasic JL. The role of dairy foods containing bifido and acidophilus bacteria in nutrition and health. N Eur Dairy J 1983; 4:80-8 34. Holzapfel WH, Schillinger U. Introduction to pre- and probiotics. Food resint 2002; 35:10916 35. Black F, Einarsson K, Lidbeck A, Orrhage K, Nord CE. Effect of lactic acid producing bacteria on the human intestinal microflora during ampicillin treatment. Scand J Infect Dis 1991; 23:247-54 36. Dambekodi PC, Gilliland SE. Incorporation of cholesterol into the cellular membrane of Bifidobacterium longum. J Dairy Sci 1998; 81:1818-24 37. Ouwehand AC, Kirjavainen PV, Shott C, Salminen S. Probiotic: mechanisms and established effect. Int Dairy J 1999; 9:43-52 38. Zubillaga M, Weill R, Postaire E, Goldman C, Caro R, Boccio J. Effect of probiotics and functional foods and their use in different diseases. Nutr Res 2001; 21:569-79 39. Gade J, Thorn P. Paraghurt for patients with irritable bowel syndrome. A controlled clinical investigation from general practice. Scan J Prim Health Care 1989; 7:23-6 40. Kruis W, Schutz E, Fric P, Fixa B, Judmaier G, Stolte M. Double-blind comparison of an oral Escherichia coli preparation and mesalazine in maintaining remission of ulcerative colitis. Aliment Pharmacol Ther 1997; 11:853-8 41. Seki M, Igarashi T, Fukuda Y, Simamura S, Kaswashima T, Ogasa K. The effect of Bifidobacterium cultured milk on the regularity among an aged group. Nutr Foodstuff 1978; 31:379-87 42. Barefoot SF, Klaenhammer TR. Detection and activity of lactacin B, a bacteriocin produced by Lactobacillus acidophilus. Appl Environ Microbiol 1983; 45: 1808-15 43. Altekruse SF, Stern NJ, Fields PI, Swerdlow DL. Campylobacter jejunian emerging foodborne pathogen. Emerging Infect Dis 1999; 5:28-35 44. Buchanan RL, Doyle MP. Foodborne disease significance of Escherichia coli O157:H7 and other enterohemorrhagic E. coli. A Scientific Status Summary by the Institute of Food Technologists Expert Panel on Food Safety and Nutrition, Chicago. Food Technol 1997; 51(10):69-76 45. Marshall BJ. Helicobacter pylori. Am J Gastroenterol 1994; 89:S116-S128. 46. Kabir AMA, Aiba Y, Takagi A, Kamiya S, Miwa T, Koga Y. Prevention of Helicobacter pylori infection by lactobacilli in a gnotobiotic murine model. Gut 1997; 41:49-55 47. Aiba Y, Suzuki N, Kabir AMA, Takagi A, Koga Y. Lactic acid-mediated suppression of Helicobacter pylori by the oral administration of Lactobacillus salivarius as a probiotic in a gnotobiotic murine model. Amer J Gastroenterol 1998; 93:2097-101 48. Survarna VC, Boby VU. Probiotics in human health: A current assessment. Current Science 2005; 88(11):1744-8 49. Wells CL, Maddaus MA, and Simmons RL. Proposed mechanisms for the translocation of intestinal bacteria. Rev. Infect. Dis. 1988; 10:958-79 50. Shahani KM, Chandan RC. Nutritional and healthful aspects of cultured and culture-

containing dairy foods. J Dairy Sci 1979; 62:1685-94 51. Friend BA, Shahani KM. Nutritional and therapeutic aspects of lactobacilli. J Appl Nutr 1984; 36:125-53 52. Reddy BS, Rivenson A. Inhibitory effect of Bifidobacterium longum on colon, mammary, and liver carcinogenesis induced by 2-amino-3-methylimidazo[4,5- f]quinoline, a food mutagen. Cancer Res 1993; 53:3914-8 53. Aso Y, Akazan H. Prophylactic effect of a Lactobacillus casei preparation on the recurrence of superficial bladder cancer. BLP study group. Urol Int 1992; 49:125-9 54. Majamaa H, Isolauri E. Probiotics: a novel approach in the management of food allergy. J Allergy Clin Immun 1997; 99:179-85 55. Reid G, Bruce AW, Taylor M. Instillation of Lactobacillus and stimulation of indigenous organisms to prevent recurrence of urinary tract infections. Microecol Ther 1995; 23:32-45 56. Hillier SL, Krohn MA, Klebanoff SJ, Eschenbach DA. The relationship of hydrogen peroxide-producing lactobacilli to bacterial vaginosis and genital microflora in pregnant women. Obstetrics Gynecol 1992; 79:369-73 57. Takano T. Milk derived peptides and hypertension reduction. Intl Dairy J 1998; 8:375-81 58. Nakamura Y, Yamamoto N, Sakai K, Takano T. Antihypertensive effect of sour milk and peptides isolated from it that are inhibitors to angiotensin I-converting enzyme. J. Dairy Sci 1995; 78:1253-7 59. Hata Y, Yamamoto M, Ohni M, Nakajima K, Nakamura Y, Takano T. A placebocontrolled study of the effect of sour milk on blood pressure in hypertensive subjects. Amer J Clin Nutr 1996; 64: 767-71 60. Anderson JW, Stanley EG. Effect of fermented milk (yogurt) containing Lactobacillus acidophilus L1 on serum cholesterol in hypercholesterolemic humans. Journal of the American College of Nutrition 1999; 18(1):43-50 61. Jiang TA, Mustapha A, Savaiano DA. Improvement of lactose digestion in humans by ingestion of unfermented milk containing Bifidobacterium longum. J Dairy Sci 1996; 79:750-7

BAB I PENDAHULUAN

Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respon organisme terhadap penolakan antigen, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia, fisika fenomena imun. 1 Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spektrum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara aktif dan didapat secara pasif. 2 Berbagai organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati,berasal dari hewan, atau tumbuhan, jamur bakteri, virus, parasit, dan berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain ditemukan dalam lingkungan kita sehingga setiap saat bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan dari dalam tubuh. 3 Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasityang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusiamemiliki suatu sistem yaitu sistem imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen. 4 Respon imun seseorang terhadap terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. 4 Dalam pandangan ini, dalam respon imun diperlukan tiga hal, yaitu pertahanan, homeostatis dan pengawasan. Fungsi pertahanan ditujukan untuk perlawanan terhadap infeksi mikroorganisme, fungsi homeostasis berfungsi terhadap eliminasi komponen-komponen tubuh yang sudah tua dan fungsi

pengawasan dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi terutama yang dicurigai akan menjadi ganas. Dengan perkataan lain, respon imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam tubuh. 3 Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sistem imun seluler dan respon imunologik terhadap bakteri anaerob dan jalur komplemen yang berperan. BAB II SISTEM IMUN Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan nya sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan 3 Rangsangan terhadap sel-sel tersebut terjadi apabila ke dalam tubuh masuk suatu zat asing, yang disebut antigen. Sistem imun dapat membedakan zat asing (non-self) dari zat yang berasal dari tubuh sendiri (self). Pada beberapa keadaan patologik, sistem imun ini tidak dapat membedakan self dan nonself sehingga sel-sel dalam sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiriyang disebut autoantibodi. 6

Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon imun spesifik. 6 Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan ( innate immunity ) artinya bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut, sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat ( acquired ) yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat pada respon imun non spesifik. Namun telah dibuktikan pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkatkan efektifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara satu komponen dengan

komponen lain yang terdapat dalam sistem imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktifasi biologik yang seirama dan serasi. 7 Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya. 3

2.1 Respon Imun Nonspesifik Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat penting, khususnya makrofag, demikian pula neutrofil dan monosit. Supaya dapat terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dalam jarak dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit. Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dimungkinkan karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut faktor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah berada di lokasi bakteri atau yang dilepaskan oleh komplemen. Selain faktor kemotaktik yang menarik

fagosit menuju antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya bakteri perlu

mengalami opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh

immunoglobulin atau komplemen (C3b), agar supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit.

Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis dan oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan, baik dengan proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri. 6

Selain fagositosis, manifestasi respon imun nonspesifik yang lain adalah reaksi inflamasi. Sel-sel sistem imun tersebar di seluruh tubuh tetapi bila terjadi infeksi di satu tempat perlu memusatkan sel-sel sistem imun itu dan produk-produk yang dihasilkannya ke lokasi infeksi. Selama respon ini terjadi tiga proses penting, yaitu peningkatan aliran darah di area infeksi, peningkatan permeabilitas kapiler akibat retraksi sel-sel endotel yang mengakibatkan molekul-molekul besar dapat menembus dinding vaskuler, dan migrasi leukosit ke luar vaskuler. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannyamediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, vasoaktif amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin berasal dari komponekomponen komplemen yang merangsang penglepasan mediator-mediator oleh mastosit dan basofil sebagai reaksi umpan balik. Mediator-mediator ini antara lain merangsang bergeraknya sel-sel polimorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan permeabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut respon inflamasi akut. 6

2.2 Respon Imun Spesifik . Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Bila sel sistem imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya .3 Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistm ini disebut spesifik. Sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag. 3 Sel-sel leukosit lain yang memegang peran penting dalam respon imun adalah limfosit, bahkan limfosit merupakan inti dalam proses respon imun spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis antigen, baik antigen yang terdapat dalam intraseluler maupun ekstraseluler misalnya dalam cairan tubuh atau dalam darah. Antigen dapat berupa molekul yang berada pada permukaan unsure patogen atau dapat juga merupakan toksin yang diproduksi oleh pathogen bersangkutan. Sebenarnya ada beberapa subpopulasi limfosit-limfosit tetapi secara garis besar limfosit digolongkan dalam dua populasi yaitu limfosit T yang berfungsi dalam respon imun seluler dan limfosit B yang berfungsi dalam respon imun humoral. 5

Walaupun pada hakekatnya respon imun spesifik merupakan interaksi antara berbagai komponen dalam sistem imun secara bersama-sama, respon imun spesifik dibagi dalam tiga golongan, yaitu respon imun seluler, respon imun humoral dan interaksi antara respon imun seluler dan humoral. 2.2.1 Respon Imun Seluler Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran asing . Baik sel CD4 dan CD8 menjalani pendidikan timus di kelenjar timus untuk belajar mengenal fungsi. Fungsi utama imunitas selular adalah : Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik. Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan. Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat. Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian sel. 2.2.2 Respon Imun Humoral Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel B mengalami pematangan dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang di timus. Fase pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen. Dan fase kedua adalah fase dependen

antigen, sel B berinteraksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampu mengeluarkan antibodi. Imunoglobulin (antibodi) , yang membentuk sekitar 20% dari semua protein dalam plasma darah, adalah produk utama sel plasma. Selain di plasma darah, imunoglobulin juga ditemukan di dalam air mata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih-kelamin, serta kolostrum.

Fungsi imunoglobulin adalah : 1.

Menyebabkan sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel yang dependen antibodi. 2.

Memungkinkan terjadinya imunisasi pasif 3.

Meningkatkan opsonisasi (pengendapan komplemen pada suatu antigen sehingga kontak lekat dengan sel fagositik menjadi lebih stabil). 4.

Mengaktifkan komplemen (kumpulan glikoprotein serum) 5.

Menyebabkan anafilaksis. BAB III KESIMPULAN

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. 3 Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon imun spesifik. 6 Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (

innate immunity ) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut, sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat ( acquired ) yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat pada respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkatkan efektifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara satu komponen dengan komponen lain yang dapat terdapat di dalam sistem imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktifasi biologik yang seirama dan serasi. 7,8 Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.3 Jalur komplemen merupakan jalur yang berperan dalam respon imunologik terhadap bakteri anaerob. Aktivasi jalur alternatif ini dimulai dari C3 tanpa melalui C1, C4 dan C2. DAFTAR PUSTAKA 1.

Dorlands Pocket Medical Dictionary.25/E, W.B. Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania, 1995. 2.

Roeslan, Boedi Oetomo. Imunologo Oral : Kelainan Di Dalam Rongga Mulut. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2002. 3.

Baratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi Dasar. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2000.

Anda mungkin juga menyukai

  • Noah
    Noah
    Dokumen2 halaman
    Noah
    Vherasisca Mouko Lughuu
    Belum ada peringkat
  • Bab I KLT
    Bab I KLT
    Dokumen2 halaman
    Bab I KLT
    Vherasisca Mouko Lughuu
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protein
    Makalah Protein
    Dokumen5 halaman
    Makalah Protein
    Vherasisca Mouko Lughuu
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protein
    Makalah Protein
    Dokumen5 halaman
    Makalah Protein
    Vherasisca Mouko Lughuu
    Belum ada peringkat