Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan di bidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Baik pada pembangunan perumahan, gedung - gedung, jembatan, bendungan, jalan raya, pelabuhan, bandara dan sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi bangunan selain kayu dan logam. Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan - kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya. Beberapa di antaranya adalah harganya relatif murah, mempunyai kekuatan tekan yang besar, tahan lama, tahan terhadap api, bahan baku mudah diperoleh dan tidak mengalami pembusukan. Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisis (filler) beton terbuat dari bahan - bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi. Salah satu elemen struktur yang terdapat dalam bangunan adalah balok. Balok merupakan elemen struktur yang fungsinya menahan beban lentur. Beban vertikal yang didukung meliputi beban hidup, beban plat, berat tembok dan berat sendiri balok. Beban horizontal yang ditahan adalah gaya yang ditimbulkan oleh beban gempa dan angin. Kekuatan lentur merupakan kuat tarik beton tak langsung dalam keadaan lentur akibat momen ( flexure / modulus of rupture). Dari pengujian kuat lentur dapat diketahui pola retak dan lendutan yang terjadi pada balok yang memikul beban lentur. Kuat lentur balok beton juga dapat menunjukkan tingkat daktilitas beton. Tanah Pozolan Tulakan adalah sejenis tanah yang berasal dari Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan. Tanah ini mempunyai warna keabu - abuan mirip dengan warna semen. Dari penelitian Rahmat (2009) menyatakan, bahwa dengan adanya penambahan tanah Pozolan Tulakan kuat tekan rata rata beton normal, mengalami peningkatan, pada penambahan tanah Pozolan Tulakan sebesar 15% 1

kenaikannya sebesar 3,24% dari kuat tekan rata rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 29,991 MPa. Sedangkan pada penambahan tanah Pozolan Tulakan sebesar 25% mengalami penurunan sebesar 3,24% dari kuat tekan rata rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 28,199 MPa. Penggantian semen dengan tanah tulakan yang effektif berkisar antara 1 20% yang masih bisa digunakan sebagai campuran pada beton. Antono (2009) menyatakan, bahwa dengan adanya penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan, kekuatannya mengalami peningkatan. Penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan dapat meningkatkan kuat tekan beton hingga 12,338 % dengan kadar penambahan kapur 10% dan tanah Pozolan Tulakan sebesar 10%, yaitu dari 29,048 MPa manjadi 32,632 MPa. Penelitian Iswanto (2009) menyatakan, bahwa dengan adanya

penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan, kekuatan selalu meningkat meski direndam air limbah. Penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan dapat meningkatkan kuat tekan beton hingga 17,391%, yaitu dari 26,031MPa manjadi 30,558 MPa. Peningkatan tertinggi ini diperoleh dari kadar penambahan kapur 10% dan tanah Pozolan Tulakan sebesar 15%. Tanah Pozolan Tulakan ini sudah banyak digunakan oleh warga di sekitar Desa Bungur Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan untuk menjadi bahan pengganti semen dan terbukti kuat diaplikasikan untuk bahan bangunan.

B. Identifikasi Masalah

Tanah Pozolan Tulakan dan kapur sebagai alternatif pengganti semen terbukti dapat meningkatkan kuat tekan beton. Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan tentang kekuatan beton yang telah dicampur tanah Pozolan Tulakan dan kapur dengan kekuatan yang optimal terutama dari segi kuat lentur balok beton campuran tersebut, agar nantinya diperoleh data yang lengkap tentang kekuatan beton tersebut secara struktural.

C. Rumuan Masalah

Beberapa permasalahan dirumuskan dalam peneltian ini yaitu : 1). Berapa nilai kuat lentur balok beton dengan campuran normal dan penambahan tanah Pozolan Tulakan ditambah 10% kapur dari berat semen yang diperlukan sebagai pengganti Semen Portland pada Campuran. 2). Bagaimanakah perbandingan nilai kuat lentur antara beton normal dan beton yang menggunakan tanah Pozolan dari Tulakan dan kapur dari Klaten, sebagai pengganti sebagian Semen Portland.

D. T ujuan dan M anfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Tujuan P enelitian ada lah :


1). Mengetahui nilai kuat lentur balok beton dengan campuran normal dan

penambahan Tanah Pozolan dari Pacitan ditambah 10% kapur dari berat semen yang diperlukan sebagai pengganti Semen Portland pada Campuran. 2 ). Mengetahui perbandingan nilai kuat lentur antara beton normal dan beton yang menggunakan tanah Pozolan dari Tulakan dan kapur dari Klaten, sebagai pengganti sebagian Semen Portland. 2. M anfaat penelitian Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan bukti nyata kepada masyarakat tentang penggunaan tanah Pozolan Tulakan sebagai bahan pengganti sebagian Semen Portland pada beton. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan sumbangan pemikiran tentang ilmu pengetahuan. Khususnya para peniliti agar dapat dikembangkan lebih lanjut guna mencari alternatif - alternatif mengenai bahan - bahan penyusun beton dengan hasil yang optimal dan biaya yang seminimal mungkin.

E. Batasan Penelitian

B a han dan bata sa n pe nelitian yan g akan diteliti dapa t d irinc i seba ga i b e rik u t: 1 ). B a h a n P e n g g a n ti se b a g ia n se m e n y ag d ip a k a i d a la m p e n e litia n in i a d a la h n ta n a h Pozolan T u la k a n + K a p u r d e n g a n k a d a rp e n c a m p u ra n ( % K a p u r + 0 T a n a h 0 % 1 0 % K a p u r + T a n a h1 0 % ; 1 0 % K a p u r + T a n a h2 0 % : 1 0 % ; K a p u r + T a n a h3 0 % ; 1 0 % K a p u r + T a n a h4 0 % ) d a ri ju m la h se m e n y a n g d ig u n a k a n . 2 ). D a la m penelitian in i b en d a uji yan g d iteliti d an d iuji kek ua tan nya m ela lu i pe n gujia n k uat le n tu r b a lo k b e to n b e ru k u ra n 1 5 x 1 5 x 1 0 0 . cm 3 ). S e m e n ya n g dip a kai ada lah S e m e n Portland je nis I merk H olcim .
4). A g re g a t ha lu s

ya n g dip a kai a dala h pa sir ala m

ya n g b era sal dari

K a liw o ro, K la te n. 5 ). A g re g a t k a sar ya n g dipa kai ada lah ke rik il K a liw o ro, K la te n. 6 ). Kapur yang digunakan berasal dari Klaten. 7 ). R e n c a n a c a m p u ra n a d u k a n b e to n m e n g g u n a k a n m e to d e n d a r N a sio n a l S ta In d o n e sia ( S N I, 1 9 9 0), d e n g a n fa k to r a ir se m e n (fa s) re n c a n a duib t sa m a a y a itu 0 ,5. 8 ). K u at te ka n ren ca n a ( fc = 2 8 M P a ) 9 ). Air y a n g d ipa k ai d ia m bil d i lab oratorium B aha n B a n gu na n F a k u lta s T e kn ik U n ive rsitas M u ha m m a d iyah Sura karta. 1 0 ). Nilai slu m p re n c a n a a d a la h 5 c m sa m p a i 1 2 ,5 c m , se s u a i d e n g a n re n c a n a p e m a k a ia n b e to n y a ituu n tu k d in d in g , p la t p o n d a si d a n p o n d a si te la p a k b e rtu la n g . 1 1 ). Setiap v a ria s i d ibuat 5 buah be n d a uji se h ing ga ju m la h b en da u ji adalah 25 b ua h. 1 2 ). Pelaksanaan pe n gu jia n k uat le n tu r d ilak uk an d i L a b oratoriu m B a h an B a n gu na n , P ro g ra m S tu d i T e knik S ipil, Fa k u lta s T ek nik U n ive rsitas

M u ha m m ad iya h S ura ka rta pada saat beton be ru m u r 2 8 hari.

F. K easlian Penelitian

P e n e litia n de n gan m e n y ajikan to p ik ba han te n tan g ta na h Pozolan T u la k a n tela h dilak uka n o leh Dari penelitian Rahmat (2009) menyatakan, bahwa dengan adanya penambahan tanah Pozolan Tulakan kuat tekan rata rata beton normal, mengalami peningkatan, pada penambahan tanah Pozolan Tulakan sebesar 15% kenaikannya sebesar 3,24% dari kuat tekan rata rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 29,991 MPa. Pada penambahan tanah Pozolan Tulakan sebesar 25% mengalami penurunan sebesar 3,24% dari kuat tekan rata rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 28,199 MPa. Penggantian semen dengan tanah tulakan yang effektif berkisar antara 1 20% yang masih bisa digunakan sebagai campuran pada beton. Antono (2009) menyatakan, bahwa dengan adanya penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan, kekuatannya mengalami peningkatan. Penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan dapat meningkatkan kuat tekan beton hingga 12,338 % dengan kadar penambahan kapur 10% dan tanah Pozolan Tulakan sebesar 10%, yaitu dari 29,048 MPa manjadi 31,689 MPa. Penelitian Iswanto (2009) menyatakan, bahwa dengan adanya

penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan, kekuatan selalu meningkat meski direndam air limbah. Penambahan kapur dan tanah Pozolan Tulakan dapat meningkatkan kuat tekan beton hingga 17,391%, yaitu dari 26,031MPa manjadi 30,558 MPa. Peningkatan tertinggi ini diperoleh dari kadar penambahan kapur 10% dan tanah Pozolan Tulakan sebesar 15%. Tanah Pozolan Tulakan ini sudah banyak digunakan oleh warga di sekitar Desa Bungur Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan untuk menjadi bahan pengganti semen dan terbukti kuat diaplikasikan untuk bahan bangunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Beton

Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar ( batu pecah / kerikil ), udara dan kadang - kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat untuk mempercepat reaksi. Hidrasi campuran air - semen, yang menyebabkan pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan tinggi dan ketahanan tarik yang rendah, atau kira - kira kekuatan tariknya 0,1 kali kekuatan terhadap tekan. ( Nawy, 1990 ) Definisi tentang beton sebagai campuran antara Semen Portland atau Semen Hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat. ( SNI T - 15 - 1991 03:1) Nawy (1990) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Neville dan J.J., Brooks (1987) Definisi lain ditinjau dari keragaman material pembentuk beton yaitu bahan yang terbuat dari berbagai macam tipe semen, agregat dan juga bahan Pozzolan , abu terbang, terak tanur tinggi, serat dan lain - lain.

B. Bahan Penyusun Beton

Bahan yang dipakai dalam pembuatan atau penyusunan beton terdiri dari semen, air, agregat halus dan agregat kasar. Serta Pozzolan dan kapur sebagai bahan tambah

1. Semen Semen dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan alumunium silikat. Penambahan air pada mineral ini

menghasilkan pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini berupa rekristalisasi dalam bentuk interlocking - crystals sehingga membentuk gel semen yang akan mempunyai kekuatan tekan tinggi apabila mengeras. ( Nawy, 1990 )

2. Air Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah pengerjaannya. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk campuran beton. Air yang mengandung senyawa - senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai untuk campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat - sifat semen. Selain itu air yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat dengan pasta semen dan mungkin pula mempengaruhi kemudahan pengerjaan. ( Nawy, 1990 )

3. Agregat Halus Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir olahan atau gabungan dari kedua pasir tersebut. Ukurannya bervariasi antara No. 4 dan No. 100 saringan standar Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No. 100 atau bahan - bahan lain yang dapat merusak campuran beton. ( Nawy, 1990 ) Agregat halus merupakan pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. ( SNI 03 - 2847 - 2002).

4. Agregat Kasar Agregat kasar diperoleh dari alam dan juga dari proses memecah batu alam. Agregat alami dapat diklasifikasikan ke dalam sejarah terbentuknya peristiwa geologi, yaitu agregat beku, agregat sediment dan agregat metamorf, yang kemudian dibagi menjadi kelompok - kelompok yang lebih kecil. Agregat

pecahan diperoleh dengan memecah batu menjadi berukuran butiran sesuai yang diinginkan dengan cara meledakan, memecah, menyaring dan seterusnya. Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi in (6 mm). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca, dan efek - efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan - bahan organik, dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen. ( Nawy, 1990 )

5. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi dalam bentuk yang halus dan dengan adanya air maka senyawa - senyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu normal membentuk senyawa kalsium hidrat yang bersifat hidraulis dan mempunyai angka kelarutan yang cukup rendah. Berdasarkan hasil analisis kimia yang telah dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPK) Yogyakarta, tanah dari Tulakan-Pacitan tersebut mempunyai kandungan unsur sebagai berikut :

Tabel II.1 Hasil Analisis Kimia (Dalam satuan % berat)


Unsur-unsur SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O mmMnO TiO2 P2O5 H2O HD Tanah Tulakan-Pacitan 53,36% 14,68% 7,66% 4,87% 1,10% 2,15% 2,69% 0,07% 1,08% 0,27% 4,20%. 7,40%. Semen 17-25% 3-8% 0,5-6% 60-65% 0,5-4% 0,5-1%. 0,5-1%. -

Berdasarkan kandungan yang dimiliki, tanah Tulakan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam Pozzolan kelas N. Dengan jumlah SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 lebih dari 70 % dan kandungan SO3 kurang dari 4% dari beratnya ( ASTM C618 - 92a).

6. Kapur Batu kapur dalam penemaan geologi disebut batu gamping atau limeston yaitu batuan hasil sedimentasi yang bahan penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3) (Murdock dan K.M., Brook, 1999).

C. Analisis Kuat Lentur

Menurut Nawy ( 1990 ) lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka ada balok akan terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan retak lentur disepanjang bentang balok. Bila beban semakin bertambah, pada akhirnya terjadi keruntuhan elemen struktur. Taraf pembebanan yang demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur. Kuat lentur adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan momen penahan penampang balok uji. (SNI 03-4154-1996) Kekuatan lentur merupakan kuat tarik beton tak langsung dalam keadaan lentur akibat momen ( flexure / modulus of rupture ). Dari pengujian kuat lentur dapat diketahui pola retak dan lendutan yang terjadi pada balok yang memikul beban lentur. Kuat lentur beton juga dapat menunjukkan tingkat daktilitas beton. Kuat lentur beton dihitung berdasarkan rumus flt = M / Z, dimana M merupakan momen maksimum ada saat benda uji runtuh dan Z merupakan modulus penampang arah melintang. Nilai kuat lentur beton bila dihubungkan dengan kuat tekannya adalah flt = 0,7. f 'c MPa. (SNI-03-2847 2002, Pasal 11.5) Apabila suatu beban menyebabkan timbulnya lentur, maka balok pasti akan mengalami defleksi atau lendutan seperti terlihat pada Gambar II.1 meskipun sudah dicek aman terhadap lentur dan geser, suatu balok bisa tidak layak apabila

10

terlalu fleksibel. Dengan demikian tinjauan defleksi balok merupakan salah satu bagian dari proses desain (Spiegel dan G.F., Linbrunner,1991).

Gambar II.1 Lendutan Balok

III.

LANDASAN TEORI
A. Umum

Yang dimaksud dengan kuat lentur adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan momen penahan penampang benda uji. Metode pengujian kuat lentur di laboratorium dengan menggunakan balok uji yaitu balok beton yang berpenampang bujur sangkar dengan panjang total balok empat kali lebat penampangnya. Sifat beton pada umumnya lebih baik jika kuat tekannya lebih tinggi sehingga untuk mengetahui sifat beton tersebut biasanya ditinjau berdasarkan kuat tekannya. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin penekan. Menurut Dipohusodo (1996), lendutan komponen struktur merupakan fungsi dari panjang batang, perletakan dan kondisi ujung batang ( batang sederhana, menerus atau jepit ), jenis beban ( terpusat, merata ) dan kekakuan lentur komponen ( EI ).

11

B Ma Mb

Gambar III.1 Momen pada tampang memanjang balok

Untuk menaksir kekuatan tarik beton yang menyebar adalah dengan cara tes lentur (ASTM C 78). Jarak titik belah balok sampai ujung balok sangat penting untuk menentukan rumus yang dipakai, yaitu : 1). Jika titik belah balok terletak pada jarak diantara sepertiga bentang yang ditengah (daerah A - B), maka modulus keruntuhan atau tegangan lentur yang terjadi adalah : flt= P.L ................................................................................................( III.1) b.d 2 dengan : flt = Kuat Lentur, Kg/cm2. P = jumlah beban maksimal yang diberikan L = panjang bentangan b = lebar benda uji d = tinggi benda uji 2). Bila keruntuhan terjadi diluar sepertiga bentang yang di tengah (daerah A B), tetapi jarak sisanya tidak lebih dari 5 % dari jarak 2 tumpuan (30 cm), maka tegangan lentur dapat dicari dengan rumus :

12

flt = 3.P.a ...............................................................................................( III.2 ) b.d 2 dengan : flt = Kuat Lentur, Kg/cm2. P = jumlah beban maksimal yang diberikan L = panjang bentangan b = lebar benda uji d = tinggi benda uji a = Jarak rata - rata antara titik terbelahnya balok ke titik tumpuan terdekat. 3). Bila keruntuhan terjadi di luar daerah A - B + (5 % x Jarak dua tumpuan), maka hasil pengujian tersebut tidak dapat dipakai.

B. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Beton

Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu diperhatikan faktor - faktor yang mempengaruhi kekuatan beton, yaitu:

1. Kualitas Air Air pencampur tidak boleh mengandung minyak, asam, bahan organik dan garam - garam alkali. Perbandingan berat antara air dan semen atau faktor air semen menentukan kekuatan dari pasta semen, apabila pasta semen terlalu banyak air maka akan menghalangi proses pengikatan, sedangkan kalau kekurangan air maka akan menyebabkan reaksi kimia tidak selesai.

2. Kualitas Semen Semen harus memenuhi SII 0013 - 81 (Standar Industri Indonesia) tentang mutu dan cara uji Semen Portland. Semen yang beredar dipasaran telah memenuhi SII, oleh karena itu semen biasanya dapat langsung dipergunakan,

13

tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kantongnya masih dalam keadaan baik (tidak sobek) serta butiran - butirannya masih seperti semula (tidak membentuk gumpalan atau mengeras). Pada penelitian ini digunakan Semen Portland type I. Dibeli dari toko bangunan di pasaran kota Solo.

3. Kualitas dan Gradasi Agregat Agregat harus memenuhi SII 0052 - 80 tentang mutu dan cara uji agregat beton. Jadi agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat dan bergradasi baik. Gradasi agregat sangat berpengaruh terhadap porositas, kerapatan dan keawetan beton. Jika digunakan agregat yang terlalu kasar dalam campuran beton, maka adukan tersebut akan sulit dikerjakan dan dapat terjadi segregasi, tetapi jika terlalu banyak bagian agregat yang halus, maka semen yang dibutuhkan akan banyak, dan beton akan mengalami penyusutan yang besar pada saat mengeras.

4. Pengangkutan dan Pengecoran Segregasi atau terpisahnya butiran kasar dari campuran beton segar dapat terjadi akibat getaran yang berlebihan dalam pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat acuan. Oleh karena itu alat angkut yang digunakan harus memiliki goncangan dan getaran sekecil mungkin serta mampu menyediakan beton di tempat acuan akhir dengan lancar. Proses pengecoran harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan sedemikian rupa, sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis sehingga dapat mengalir dengan mudah ke dalam acuannya, serta harus dapat dipadatkan secara seragam sebelum campuran lapis berikut dituangkan.

5. Pemeliharaan (Curing) Reaksi kimia yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton tergantung pada pengadaan airnya. Meskipun pada keadaan normal, air tersedia dalam jumlah yang memadai untuk hidrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya jaminan bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia itu. Penguapan dapat menyebabkan suatu

14

kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan terhentinya proses hidrasi, dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan. Dapat ditambahkan juga, bahwa penguapan dapat menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat, sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang mungkin menyebabkan retak, kecuali bila beton telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan ini. Oleh karena itu direncanakan suatu cara perawatan untuk mempertahankan beton supaya terus menerus berada dalam keadaan basah selama perioda beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, termasuk pencegahan penguapan dengan pengadaan beberapa selimut pelindung yang sesuai maupun dengan membasahi permukaannya secara berulang - ulang. Perawatan yang baik terhadap beton akan memperbaiki beberapa segi dari kualitasnya. Di samping lebih kuat dan lebih awet terhadap agresi kimia, beton ini juga lebih tahan terhadap aus karena lalu lintas dan lebih kedap air. Beton ini juga lebih kecil kemungkinannya, dirusak oleh agresi kimia.

IV.

METODE PENELITIAN
A. Umum

Pelaksaan penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Obyek dalam penelitian ini adalah uji kuat lentur balok beton dengan beton normal dan beton dengan bahan pengganti semen berupa tanah Pozolan Tulakan. Agar pelaksanaan penelitian dan tujuan berjalan dengan sistematis dan lancar, maka harus digunakan suatu metode penelitian.

15

B. Metode Penelitian

1. Bahan Penelitian Bahan - bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Semen yang digunakan adalah Semen Portland jenis I dengan merk Holcim. 2). Tanah Pozolan berasal dari Kecamatan Tulakan, Pacitan. 3). Kapur berasal dari Klaten. 4). Agregat halus berupa pasir, berasal dari Kaliworo, Klaten. 5). Agregat kasar berupa batu pecah dari Kaliworo, Klaten. 6). Air yang digunakan diambil dari Laboratorium Bahan Bangunan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Peralatan Penelitian Peralatan yang dimaksud disini adalah peralatan yang dipergunakan dalam pembuatan dan pengujian benda uji dan sudah tersedia di Laboratorium Bahan Bangunan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Adapun peralatan yang dipergunakan sebagai berikut: 1). Gelas ukur Digunakan untuk mengukur volume air yang dipergunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur dan kandungan zat organik. 2). Oven Digunakan untuk mengeringkan agregat halus pada pemeriksaan kadar lumpur dan penyerapan air pada agregat. 3). Timbangan Timbangan yang digunakan adalah timbangan kecil dengan digital yang mempunyai kapasitas 3 kg, dan timbangan besar 100 kg. Timbangan kecil digunakan untuk menimbang kapur dan tanah Pozolan Tulakan. Sedangkan timbangan besar untuk menimbang semen pasir dan kerikil sebagai bahan beton sebelum dicampur dan juga untuk menimbang benda uji kuat lentur tulangan beton.

16

4). Desicator Berfungsi untuk mendinginkan agregat halus setelah dioven untuk memperoleh suhu kamar. 5). Picnometer Digunakan untuk pengujian berat jenis agregat halus. Piknometer yang digunakan mempunyai kapasitas 500 cc. 6). Ayakan Alat ini terbuat dari baja. Untuk ayakan pasir mempunyai ukuran lubang berturut turut; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; dan 0.15 mm juga Pan. Sedangkan untuk ayakan kerikil lubang berurutan; 50,8 mm; 38,1 mm; 19,0 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; dan 0,15 mm, serta pan, alat ini berfungsi untuk pengujian agregat kasar dan agregat halus. 7). Sieever Sieever merupakan alat yang dipergunakan untuk mengetarkan ayakan yang akan dipergunakan dalam pengujian gradasi pasir 8). Cawan Alat ini dipergunakan untuk tempat membuat sampel benda ujji pasir ketika dilakukan pengovenan dan sebagai wadah untuk keperluan pengujian lainnya. 9). Kerucut Abrams Alat ini berfungsi untuk pengujian Slump pada waktu pembuatan beton, dengan ukuran diameter atas 10 cm, bawah 20 cm dan tinggi 30 cm 10). Cetakan balok Cetakan balok tersebut mempunyai ukuran Panjang 150 mm Tinggi 150 mm Lebar 1000 mm, yang dipergunakan untuk mencetak benda uji, untuk digunakan pengujian kuat lentur tulangan. 11). Alat pengukur Alat ini berupa roll meter, yang dipergunakan untuk membantu dan mempermudah dalam pengukuran pada penelitian.

17

12). Concrete mixer Alat ini digunakan untuk mengaduk campuran beton, sehingga adukan yang dihasilkan menjadi lebih homogen. 13). Loading frame Alat uji tekan berfungsi menguji kuat lentur balok beton. 14). Hidraulic jack Alat ini digunakan untuk pemberi beban statis pada balok lentur. 15). Dial gauge beton Alat ini digunakan untuk mengukur regangan pada balok lentur. 16). Peralatan penunjang lain Peralatan ini antara lain adalah cetok, sekop, kuas, pukul besi, dan lain - lain yang berfungsi sebagai alat pendukung dalam penelitian ini.

C. Tahapan Penelitian

Penelitian dilaksanakan terbagi atas lima tahap, seperti dilukiskan dalam bentuk bagan alir pada Gambar IV.2. 1). Tahap I : Persiapan alat dan penyediaan bahan Pada tahap ini dipersiapkan alat - alat dan bahan - bahan seperti : Semen Portland, air, agregat halus, agregat kasar, kapur, dan tanah Pozzolan Tulakan. 2). Tahap II : Pemeriksaan bahan dasar Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan dasar beton. Pada pengujian meliputi: pemeriksaan zat organik pada pasir dan pemeriksaan kadar lumpur. 3). Tahap III : Perencanaan dan pembuatan benda uji Pada tahap ini merupakan tahap perencanaan campuran beton dan pembuatan benda uji. Ditentukan dengan metode SNI - T - 15 - 1991 03

18

Tabel IV.1 Perencanaan komposisi beton campuran


Kode BN BL10 BL20 BL30 BL40 Jenis Benda Uji Beton Normal Beton Lentur 10 Beton Lentur 20 Beton Lentur 30 Beton Lentur 40 Bahan Semen Tanah, Kapur Tanah, Kapur Tanah, Kapur Tanah, Kapur Ukuran Benda Uji (mm) Jenis Pengujian Komposisi Tanah Kapur % % 0 10 150x 150x 1000 Kuat Lentur 20 30 40 Jumlah Benda Uji 0 10 10 10 10 Jumlah 5 5 5 5 5 25

4). Tahap IV : Pengujian kuat lentur Pengujian kuat lentur tulangan dilakukan pada umur 28 hari prosedur pengujian mengacu pada ASTM C-78.

Gambar IV.1 Konfigurasi pembebanan 5). Tahap V : Analisis data dan kesimpulan Dari hasil pengujian yang dilakukan pada Tahap IV, kemudian dilakukan analisis data. Analisis data tersebut merupakan pembahasan dari hasil penelitian, yang kemudian dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian.

19

MULAI Persiapan Alat dan Bahan

TAHAP I

Tanah Pozolan Tulakan + kapur Uji visual dan kehalusan butiran Perbaikan TIDAK Memenuhi syarat ?

Air Uji warna, bau, dan rasa Perbaikan

Agregat halus dan kasar


Uji - kandungan lumpur - kandungan organik - gradasi butiran - berat jenis Perbaikan - kekerasan TIDAK

Semen

Uji visual dan kehalusan butiran Perbaikan TIDAK

TAHAP II

TIDAK

Memenuhi syarat ? YA

Memenuhi syarat ? YA YA

Memenuhi syarat ? YA YA

YA

YA YA Perencanaan Benton Campuran Tanah

Perencanaan Beton Normal

Perbaikan Tidak Memenuhi syarat

Pembuatan adukan beton

TAHAP III
Test Slump Memenuhi syarat Pencetakan Benda Uji Lentur

Perawatan Benda Uji Uji Kuat Lentur Analisis Hasil Uji Kesimpulan dan Saran

TAHAP IV

TAHAP V

SELESAI

Gambar IV.2 Bagan alir penelitian

20

D. Jadwal Penelitian

Tabel IV.2 Jadwal penelitian Kegiatan 1 Pembuatan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Persiapan Penelitian 4 Penelitian 5 Penyusunan Laporan 6 Seminar dan Pendadaran Bulan 1 1 2 3 4 1 Bulan 2 2 3 4 1 Bulan 3 2 3 4 1 Bulan 4 2 3 4

Anda mungkin juga menyukai