Anda di halaman 1dari 16

Menyongsong Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 Ditulis oleh Hazairin Pohan

RATIFIKASI Piagam ASEAN (Charter ) oleh keseluruhan 10 negara-anggotanya pada akhir tahun 2009 menjadi tahapan terpenting dalam sejarah 42 tahun usia organisasi sub-regional di Asia Tenggara itu. Keputusan politik terpenting yang diambil oleh seluruh kepala negara/pemerintah dalam pertemuan di Singapura dalam kerangka-waktu singkat 6-tahun adalah pembentukan komunitas ASEAN pada tahun 2015. Setelah KTT, maka, seluruh negara-anggota, terutama Indonesia, dalam waktu singkat perlu bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan rumah untuk pembentukan 3 pilar komunitas yakni (1) politik dan keamanan, (2) ekonomi, dan (3) sosial budaya. Pekerjaan yang paling besar adalah pembentukan komunitas ekonomi, bahwa pada tahun 2015 wilayah Asia Tenggara akan menjadi kesatuan ekonomi: menjadi one single market and production base, ketika arus barang, jasa, modal, termasuk ketenagakerjaan mengalir lancar tanpa hambatan. Menilik pengalaman Eropa dalam integrasinya, pembentukan komunitas ekonomi (European Community) memerlukan waktu yang panjang, 42 tahun. Eropa menjadi satu kesatuan ekonomi baru dicapai pada tahun 1993, sejak terbentuknya The European Coal and Steel Community pada tahun 1951. Bersamaan di tahun 1993, para pemimpin Eropa juga menandatangani Maastricht Treaty. ASEAN Charter kurang lebih berfungsi sama seperti Maastricht Treaty, menjadi landasan hukum untuk pembentukan komunitas di kawasan masing-masing. Pembentukan komunitas politik dan keamanan, tentu tidak bisa dipandang enteng karena menjadi bagian penting, landasan politis untuk integrasi 10 negara kawasan Asteng itu. Pemikiran ke arah penyatuan komunitas politik sebenarnya telah berlangsung jauh sejak berakhirnya Perang Dunia II. Demikian pula pembentukan komunitas sosial budaya, ASEAN menyadari pentingnya solidaritas dan identitas yang sama bagi rakyat-rakyat di kawasan, serta komitmen bersama untuk menatap masa depan di dunia yang kian ketat mengalami kompetisi di era globalisasi.

Tulisan di bawah ini merupakan sari dari ceramah yang disampaikan oleh penulis pada saat melakukan sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 di Surabaya dan Solo pada bulan Mei dan Juni 2010. Mengapa Penting Komunitas ASEAN? PROSES pembentukan organisasi regional dan subregional marak ketika berakhirnya Perang Dunia II. Di Eropa, para pemimpin menyadari kepentingan integrasi wilayah untuk menghindari terulangnya perang-dunia yang telah menghancurkan wilayah, ekonomi dan kemanusiaan. Pada saat gagasan dilontarkan di Eropa pada akhir PD II, harapan untuk integrasi Eropa dipandang utopia. Tujuan pembentukan integrasi wilayah Eropa diawali dengan kepentingan politis guna menghindari perselisihan yang muncul dari imbalances of power equation, ketika negara kuat mengintimidasi yang lemah, bilamana konflik wilayah, etnis, dan bahkan agama menjadi sumber perang. Keberadaan European Coal and Steel Community sejak tahun 1951 membuktikan kerjasama Prancis dan Jerman berjalan baik. Baja memang menjadi sumber industry, termasuk militer. Jika pasar yang menentukan suplai dan demand, maka pertimbangan ekonomi menjadi lebih menonjol, ketimbang perang. Sehingga, pada kondisi yang kian membaik itu tujuan-tujuan stabilitas keamanan dan perdamaian menjadi berkembang pesat. Kini Uni Eropa tidak saja menjadi entitas yang kokoh secara politis, tetapi juga menjadi aktor ekonomi global yang telah memiliki identitas dan nilai-nilai yang modern. Misi UE sekarang adalah menciptakan perdamaian, kemakmuran dan stabilitas bagi rakyat Eropa. Tadinya persoalan batas-wilayah menjadi sumber konflik, maka dengan penyatuan seluruh Negara anggota dalam kesatuan wilayah, Uni Eropa kini beranjak dari zona kesatuan ekonomi yang berambisi dalam peran politik global. UE juga mengupayakan pertumbuhan ekonomi dan sosial yang seimbang bagi rakyat di 27 negara-anggota. Para pemimpin Eropa menyadai kondisi yang dibentuk secara sadar dengan susah-payah seperti ini diperlukan untuk kesatuan Eropa menghadapi kompetisi di era globalisasi. Pengalaman Uni Eropa juga dicermati oleh kelompok Negara di berbagai belahan dunia, misalnya Afrika (Uni Afrika), Amerika Latin (Mercosur), Timur Tengah (GCC), termasuk ASEAN di Asia Tenggara. Dari keseluruhan ratusan organisasi regional atau sub-regional, boleh dikatakan hanya 2 organisasi yang memiliki success story, yakni Uni Eropa dan ASEAN. Pembentukan Komunitas ASEAN kurang lebih mengalami proses serupa. Apakah tingkat integritasnya nanti pada akhirnya dapat berwujud pada entitas Uni Eropa

tergantung pada perkembangan ke depan. Sesuatu yang sulit disepakati pada masa sekarang, seperti pengalaman Uni Eropa dengan impiannya, terbukti berjalan melebihi targetnya. Maka, bolehlah kita bermimpi di suatu saat integritas ASEAN semakin menguat: akan terbentuk satu wilayah ekonomi dan moneter yang didukung oleh mata uang tunggal, diikuti dengan pembentukan parlemen, angkatan bersenjata, dan bahkan kebijakan luar negeri yang sama, bahkan untuk suatu entitas pemerintahan yang tunggal pula! Stabilitas Perdamaian dan Keamanan untuk Apa? KEAMANAN (security) adalah kondisi yang tercipta karena tercapainya stabilitas dan perdamaian. Kondisi ini bermanfaat untuk membangun manusia dan lingkungan yang diinginkan (ideal). Keamanan baru dirasakan penting ketika terancam, atau hilang. Manusia akan kembali ke naluri untuk mempertahankan diri: dalam unit yang lebih besar pada tingkat masyarakat bahkan rakyat di suatu negara. Sama seperti udara yang gratis dan murah, keamanan selalu dianggap komoditas yang terjamin ada. Padahal, untuk membina keamanan manusia menumpahkan berbagai upaya dan energy. Mahal! Aman (secure) dirasakan penting untuk pembangunan, terutama dengan hadirnya stabilitas dan perdamaian. Stabilitas yang tercipta dalam jangka-panjang menghadirkan prediktabilitas situasi. Maka security hadir by design, dibentuk, dijaga dan ditingkatkan oleh manusia untuk memperoleh situasi kehidupan yang harmonis. Sama seperti kehidupan di kampung, desa, rakyat memelihara harmoni dengan semangat hidup bertetangga baik. Indonesia pasca perang kemerdekaan merasakan keperluan itu. Sebagai negara dan memiliki kawasan terbesar maka diperlukan situasi yang damai di kawasan. Sebagai de facto pemimpin di kawasan, kontribusi Indonesia sangat diperlukan. Praktis, bila berbicara tentang ASEAN maka berarti hampir separuh atribut yang melekat adalah unsur Indonesia. Dari 590 juta penduduk ASEAN, 40% atau 234 juga tinggal di Indonesia. 42% wilayah daratan Asia Tenggara yang seluas 4,4 juta km2 berada di NKRI, dan 40% dari GDP ASEAN yang telah mencapai USD 1500 milyar berasal dari Indonesia. Kondisi Asia Tenggara pasca Perang Dunia II, seperti umumnya di kawasan Asia Pasifik, 50 tahun yang lalu sangat labil dan penuh dengan potensi konflik. Dengan pengecualian di beberapa negara, kolonialisme tidak menyelesaikan tugasnya menyiapkan rakyat-rakyat di Asia Tenggara untuk berpemerintahan sendiri. Samudera Pasifik, yang dulu diterjemahkan sebagai Lautan Teduh (Pasif) memang hanya tenang di permukaannya. Dia menyimpan sejuta energi yang siap meletus, seperti Gunung Krakatau di tahun 1883 dulu.

Di sana tersimpan animositi, konflik wilayah, etnis, bahkan militer antar-negara. Di dalam negeri juga demikian. Seperti misalnya di Indonesia, sejak perang kemerdekaan kita mengalami beruntun konflik di dalam negeri: perjuangan proklamasi, pemberontakan, Trikora utnuk pengembalian Irian Barat, Dwikora dalam konfrontasi terhadap Malaysia, dan G30S/PKI yang meruntuhkan Orde Lama mengakhiri kekuasaan Presiden Soekarno. Berbagai maneuver politik mercusuar pasca kemerdekaan dipandang hanya proses yang memiskinkan bangsa. Persoalan di kawasan tidak terbatas hanya di bidang politik semata. Dalam kecemasan internasional pada perubahan iklim, telah muncul kesadaran untuk penanganan perlindungan lingkungan dan bahkan soal-soal praktis seperti keselamatan pelayaran. Mencuatnya isu-isu non politis itu berkaitan dengan menonjolnya soal-soal ekonomi pula. Kawasan Asia Pasifik pada umumnya, termasuk Asia Tenggara, telah menjadi economic powerhouse, di mana negara-negara di kawasan sekitarnya memerlukan sumber-sumber hayati dan non-hayati untuk keperluan pembangunan ekonomi mereka. Isu penting berkaitan dengan menguatnya integrasi ASEAN melalui Charter ialah berkaitan dengan upaya pembentukan arsitektur regional (regional architecture). Mengingat satu-satunya organisasi menonjol di Asia Pasifik, ASEAN telah pula menjadi motor atau driving force dalam diskursus yang sebenarnya mulai mencuat pada awal tahun 1990-an. ASEAN memang memiliki posisi unik, ketiadaan rival organisasi serupa di Asia Pasifik mendorongnya untuk berperan aktif dan menjadi harapan dalam pembentukan struktur di Asia Pasifik melalui proses East Asia Summit (EAS). Dukungan negaranegara-negara terpenting anggota EAS dari AS, Rusia, India, Jepang, Korea dan Australia, di samping Indonesia tentunya, akan menjadi milestone baru dalam proses integrasi kawasan Asia Pasifik. Jakarta 27 September 2010 Short URL: http://aseanblogger.com/?p=278

Posted by Aris Heru utomo on Oct 8 2010. Filed under NEW, OPINION. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Friday, October 8, 2010 IMPLIKASI TERBENTUKNYA ASEAN KOMUNITAS 2015

DALAM artikel sebelumnya Menyongsong Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 saya menyambut baik ratifikasi oleh keseluruhan 10 negara-anggota terhadap Piagam ASEAN (Charter ) yang telah menjadi another milestone terpenting dalam perkembangan ASEAN sebagai organisasi sub-regional di Asia Tenggara yang kini telah berusia 43 tahun.

Sejarah ASEAN adalah bagian dari pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif. Wilayah Asia Tenggara menjadi lingkaran paling strategis bagi Indonesia: kita mencegah Asteng menjadi staging ground untuk menggerogoti Indonesia, sekaligus menjadikannya sebagai platform untuk memperluas pelaksanaan politik luar negeri di lingkaran terdekat. Ini saya tulis dalam artikel kedua: Indonesia dan ASEAN.

Indonesia adalah pemimpin natural ASEAN. Tentu saja, setiap perkembangan dan kemajuan ASEAN perlu direlevankan dengan kemajuan di tanah air. Keberadaan ASEAN yang bermanfaat akan didukung oleh rakyat Indonesia.

Pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia dan negara-anggota ASEAN lainnya pada akhirnya akan memperkuat ketahanan nasional. Terciptanya ketahanan nasional yang kuat di masing-masing Negara pada gilirannya akan memperkuat ketahanan regional. Pemerkuatan struktur politik dan peranan regional ASEAN akan mendukung upaya kita dalam rangka memperkuat NKRI.

Karena itu, setiap kemajuan yang dicapai ASEAN harus disinkronkan untuk menjadi nilai-tambah bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun ASEAN 2015 diharapkan akan bermanfaat bagi peningkatan kapasitas Indonesia di dalamnya.

Tulisan di bawah ini juga menjadi bagian (terakhir) dari sari ceramah yang disampaikan oleh penulis pada saat melakukan sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 di Surabaya dan Solo pada bulan Mei dan Juni 2010.

ASEAN Unite!

Bersatu kita teguh, bercerai kita rubuh! Itu kata pepatah (wisdom) orang tua kita. Dalam perspektif kita ASEAN adalah Indonesia dan Indonesia adalah ASEAN, maka kata kita di atas adalah keduanya: Indonesia dan ASEAN.

Sesuai visi para pemimpin ASEAN pada tahun 2015 wilayah Asia Tenggara akan menjadi kesatuan ekonomi: menjadi one single market and production base, ketika arus barang, jasa, modal, termasuk ketenagakerjaan. Intinya: kita menghapuskan border di sektor-sektor ekonomi yang telah disepakati sehingga kita menjadi suatu kesatuan besar dalam berurusan dengan dunia luar.

Tahapan berlakunya (entry into force) Piagam ASEAN, menyerupai proses Eropa pada tahun 1993 yang setelah melampaui proses selama 42 tahun, dengan terbentuknya The European Coal and Steel Community (1951) dan penandatanganan Maastricht Treaty.

Wilayah Asia Tenggara yang menjadi satu kesatuan dengan ekonomi kawasan Asia Pasifik telah tumbuh menjadi kawasan yang paling dinamis di dunia. Kawasan ini telah menjadi economic powerhouse yang terkemuka.

Apabila negara-negara anggota ASEAN tidak mempersiapkan diri secara bersama dalam menghadapi kompetisi global, melalui pengintegrasian seluruh potensi yang dimilikinya maka kita akan kalah. Sebaliknya, tercapainya integrasi kawasan di dalam satu komunitas tunggal dengan derap langkah yang sama akan memperkokoh leverage kita di antara kekuatan ekonomi Asia Pasifik dan pada gilirannya secara bersama-sama bersaing dengan kelompok regional/sub regional lainnya.

ASEAN Charter : Satu Kesatuan Politis, Ekonomi, dan Sosial Budaya

LAHIRNYA Piagam ASEAN merupakan langkah strategis besar di dalam integrasi 10 negara kawasan untuk menjadikan Asia Tenggara satu kesatuan ekonomi, politis dan sosial budaya.

ASEAN Charter menjadi dasar hukum untuk integrasi sub-kawasan sebagai kesatuan yang dilandaskan dengan 3 pilarnya, yaitu (1) Komunitas Politik dan Keamanan, atau SPC, (2) Komunitas Ekonomi , atau EC, dan (3) Komunitas Sosial Budaya, atau SCC, guna menjamin tercapainya integrasi pada tahun 2015.

Pembentukan ketiga pilar yang berfungsi sebagai threshold menjadi prasyarat pembentukan komunitas untuk mengintegrasikan 10 negara ASEAN menjadi satu kesatuan politik, ekonomi dan sosial budaya.

Pembentukan komunitas politik dan keamanan, tentu tidak bisa dipandang enteng karena menjadi bagian penting dengan implikasi politis yang strategis, seperti perkembangan Uni Eropa sekarang ini. Komunitas politis dan keamanan berfungsi menjadi perekat utama bagi integrasi 10 negara kawasan Asteng itu.

Pemikiran ke arah penyatuan komunitas politik di Asia Tenggara sebenarnya telah berlangsung jauh sejak berakhirnya Perang Dunia II, meskipun latar belakang Perang Dingin menjadi faktor yang malah memisahkan kawasan ke dalam 2 kubu yang bertolak-belakang.

Demikian pula pembentukan komunitas sosial budaya, ASEAN menyadari pentingnya solidaritas dan identitas yang sama bagi rakyat-rakyat di kawasan, serta komitmen bersama untuk menatap masa depan di dunia yang kian ketat mengalami kompetisi di era globalisasi. Ini penting untuk tecapainya satu identitas kita yang unik, agar gampang diingat dan membedakan kita dengan entitas lainnya di dalam pergaulan antar-bangsa dan kawasan.

Terbentuknya komunitas ASEAN melalui Asian Charter telah pula menggiring pendekatan baru ASEAN yang semula berfungsi sebagai forum wacana dan negosiasi antar-pemerintah, kini berubah menjadi wadah organisasi yang menggerakkan proses integrasinya. ASEAN pada tahapan kini harus dapat dirasakan langsung oleh 590 juta rakyat . ASEAN harus bermanfaat langsung, demikian retorika para pemimpin kita.

Proses ini sama dengan ketika negara-negara di Eropa menyepakati Maastricht Treaty (1993), dan ASEAN telah menjadi badan hukum, entitas yang dilandaskan aturan main yang berdasarkan hukum yang meletakkan kedudukan sama bagi semua

anggotanya (equal footing). Kedudukan sebagai badan hukum telah menjadikan kedudukan ASEAN seperti European Community atau PBB.

Kawasan Asia Tenggara khususnya dan Asia Pasifik umumnya kaya dengan potensi konflik, sebagai warisan dari Perang Dunia II. Bahkan jika diteliti konflik-konflik atau anomisiti ini berasal dari sejarah ribuan tahun yang lalu. Oleh karena itu, bilamana kita berbicara untuk pembentukan satu kesatuan komunitas yang kokoh maka diperlukan adanya suatu mekanisme untuk penyelesaian sengketa (dispute) itu.

Syukurlah, ASEAN Charter telah mengatur kaidah umum untuk penyelesaiannya melalui mediasi, negosiasi, atau cara-cara damai sebagaimana dianut oleh Piagam PBB. Tentu saja, pengaturan teknis akan diperlukan supaya tercipta suatu mekanisme yang menjamin diperolehnya system yang terpercaya (credible) adil (just) , terbuka (open) dan efektif.

Bobot Charter juga terdapat dalam menegaskan nilai-nilai demokrasi, HAM, sustainable development, good governance, dan poverty eradication, nilai-nilai yang dianut dunia kini ke dalam code of conduct kita.

ASEAN mempunyai tradisi pendekatan komprehensif, yang tidak hanya menekankan perlunya pembentukan pasar tunggal dari segi ekonomi semata, tetapi perlu juga memperhatikan penyatuan aspek sosial budaya, agar masyarakat memiliki ownership terhadap proses ASEAN itu sendiri. Oleh karena itu, adalah menjadi kepentingan kita bersama agar semua proses dan penahapan dalam pembentukan 3 pilar berjalan seiring dan pada akhirnya pada tahun 2015 Komunitas ASEAN dapat terwujud.

Untuk penguatan nilai-nilai sosial budaya, ASEAN menekankan pentingnya pemajuan HAM, demokrasi, good governance, lingkungan hidup, penanganan bencana manusia dan alam, pelintas-batas, dan penanggulangan kejahatan terorganisir. Di samping itu, dirasakan penting akses untuk human development, penyusunan strategi untuk pembangunan berkelanjutan, program pengentasan kemiskinan, kerjasama pendidikan, pemberdayaan wanita dan anak dalam kerangka memperkecil jurang pembangunan yang masih cukup besar di antara negara-negara anggota ASEAN.

ASEAN 2015: Perspektif Ekonomi

PENYATUAN seluruh Negara kawasan menjadi suatu komunitas ekonomi merupakan tema yang paling sering dibahas. Hal ini wajar karena tanpa keberhasilan membangun kekuatan ekonominya maka ASEAN akan kehilangan relevansi dan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh rakyat-rakyat di Asia Tenggara.

Menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kesatuan pasar dan basis produksi berarti menjamin lancarnya arus barang, modal dan tenaga kerja menjadi tujuan utama penyatuan ekonomi ASEAN. Ini yang menjadi isu utama dan perhatian bagi rakyat terutama kalangan usahawan. Ini merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi semua Negara dan Sekretariat ASEAN sebagai focal point.

Tidak perlu ada kekhawatiran untuk tercapainya komunitas ekonomi ASEAN tahun 2015 pada saat Asia Tenggara menjadi wilayah ekonomi terbuka yang terintegrasi erat dengan ekonomi dunia sebenarnya bukan mengubah kebijakan nasional. Indonesia telah menjadi anggota WTO yang juga terikat dengan berbagai peraturan multilateral di bidang perdangangan, jasa, dan investasi seperti dianut oleh WTO. Semua peraturan ekonomi ASEAN juga mengacu pada WTO.

Secara nasional, kita berkewajiban untuk mendukung keterbukaan ekonomi ASEAN, melalui pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dalam rangka mengejar ketertinggalan (development gap) agar menjadi kawasan yang memiliki daya-saing di percaturan ekonomi global.

ASEAN telah menyepakati 12 bidang prioritas yakni, agro industry, otomotif, elektronik, perikanan, karet, tekstil, kayu, air travel, ICT, kesehatan, pariwisata dan jasa logistics (pergudangan).

Indonesia memiliki berbagai keunggulan komparatif maupun kompetitif di dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, keterbukaan Negara-negara ASEAN di bidang-bidang yang telah disepakati perlu dimanfaatkan dengan baik. Pada saat bersamaan, berbagai tantangan yang ada di dalam negeri perlu diatasi. Tanpa kemauan politik dari semua pemangku kepentingan: Pemerintah, pengusaha, dan masyarakat sulit bagi kita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian.

Masing-masing negara-anggota ASEAN memiliki pekerjaan rumah, yakni mengimplementasikan action plan di semua lini yang telah disepakati untuk diselaraskan dengan cetak biru pembangunan nasional di masing-masing negara.

Oleh karena itu, sosialisasi untuk pemahaman bagi masyarakat umum juga perlu dibarengi dengan sosialisasi bagi para pelaku ekonomi, untuk ambil-bagian dalam proses dan menyampaikan usulan-usulan yang akan dipertimbangkan oleh Pemerintah Indonesia di dalam proses pengambilan keputusan yang akan berlaku bagi semua negara anggota ASEAN.

Penutup

Melalui pengesahan ASEAN Charter, maka kedudukan Ibukota RI Jakarta meningkat menjadi ibukota ASEAN, seperti kota metropolitan New York atau Geneva sebagai ibukota PBB, maupun Brussels sebagai ibukota UE dan NATO.

Keputusan politis ini membanggakan bagi rakyat Indonesia. Namun, di pihak lain masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan dalam menjadikan Jakarta sebagai kota internasional dan showcase bagi kita untuk menunjukkan potensi nasional yang dimiliki.

Rakyat ASEAN ingin hidup esok menjadi lebih baik, dengan motto: one vision, one identity, one community, insya Allah dapat diwujudkan dalam 2015!

Jakarta, 8 Oktober 2010 Posted by Haz Pohan at 12:52 AM

Merealisasikan Ekonomi ASEAN Sebagai Suatu Komunitas Marie Elka Pangestu, Menteri Perdagangan RI

MENYONGSONG ASEAN Community 2015, Banyak sekali yang harus kita persiapkan. Karena selain pilar ekonomi juga ada pilar-pilar lainnya, yaitu pilar politik dan kemanan, serta pilar sosial budaya. Tetapi khusus untuk pilar ekonomi, intinya adalah kita bicara mengenai bagaimana merealisasikan ekonomi ASEAN sebagai suatu komunitas di tahun 2015. Bagaimana kita memanfaatkan secara optimal dan juga bagaimana kita memanfaatkan kerjasama yang sudah terjalin, bahkan sudah menjadi ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan enam negara mitra dialog kita yang sudah ada, serta menjalin kerjasama yang baru seperti misalnya dengan Eropa. Ini penting, karena Eropa memiliki pasar yang cukup besar dan juga sebagai training partner kita yang pertama.

Selain itu kita juga harus mengatasi kesenjangan antara negara anggota ASEAN dan kesenjangan di dalam negara anggota ASEAN itu sendiri. Salah satu hal yang akan di dorong oleh Indonesia adalah apa yang disebut sebagai financial inclusion, atau bagaimana UKM itu bisa benar-benar memperoleh manfaat dari ASEAN Economic Community ini, dimana salah satu kendala mereka adalah tentang permodalan.

kita harus berupaya membuat program yang baik, yang benar-benar kongkrit dan ada hasilnya di bidang permodalan UKM, kredit mikro dan sebagainya. Ini sangat perlu kita angkat pada KTT ASEAN tahun ini supaya bukan hanya sekedar seremoni dan bertemu tetapi apa program kongkritnya.

Utamanya adalah mengatasi berbagai hal yang belum teratasi, seperti misalnya kesenjangan diantara negara anggota, kemudian bagaimana mendorong kerjasama ASEAN dengan mitra-mitra dialognya agar diperoleh hasil yang lebih optimal, karena kerjasama ini akan berkembang ke kawasan yang lebih besar lagi dari ASEAN, yaitu yang kita sebut dengan kawasan Asia Timur yang melibatkan hampir sebagian besar negara-negara di Asia.

Tahun ini bahkan untuk pertama kalinya akan ada summit ke dua di bulan November , disamping juga akan diselenggarakan East Asia Summit, dengan mengundang negara-negara di Asia Timur lainnya dan untuk pertama kalinya juga akan hadir Amerika Serikat dan Rusia. East Asia Summit itu akan dihadiri oleh 18 Kepala Negara yang mencakup hampir 2/3 dari perekonomian dunia, jadi sangat signifikan, dimana sebagai pusatnya adalah ASEAN.

Inilah hal penting yang perlu kita sadari, karena disinilah keuntungan utama dari semua kegiatan yang kita lakukan pada tahun ini, yaitu bagaimana menempatkan ASEAN sebagai pusat dari East Asia Summit. Indonesia sendiri merupakan negara terbesar di ASEAN, jadi disitulah vocal point nya. Kalau kita melihat signifikansinya dalam bidang ekonomi, yang diukur dalam GDP antara ASEAN dengan enam negara mitra wicaranya (RRT, India, Korea, Jepang, Australia, dan New Zealand), angkanya mencapai sekitar Rp 16 trilliun, sementara Amerika Serikat hanya mencapai sekitar Rp 15 trilliun, dan Rusia sekitar Rp 3 trilliun. Itu berarti hanya tinggal Eropa saja yang tersisa sebagai kawasan besar lainnya dengan GDP sebesar Rp 14 trilliun. Angka itu hampir setara dengan 2/3 perekonomian dunia, meskipun masih ada kawasan Amerika Latin dan Afrika, tetapi angka tersebut sudah mencakup 60% nilai perekonomian dan perdagangan dunia. Ini sangat signifikan dan penting, dimana vocal point nya adalah ASEAN, karena East Asia itu merupakan inisiatif dari ASEAN, dan Indonesia harus memanfaatkan secara sungguh-sungguh dengan bagaimana kita menyusun kerjasama regional di East Asia yang menguntungkan bagi Indonesia dan ASEAN.

Dengan sendirinya apa yang kita lakukan sepanjang tahun ini akan semakin mengangkat citra Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan event internasional sebesar ini, dengan dua puncak yaitu summit pada bulan Mei dan summit pada bulan November. Di luar itu kita juga menyelenggarakan ASEAN-EU Business Summit, sementara para pengusaha juga akan menyelenggarakan business dialogue sepanjang tahun pula.

Ini merupakan moment yang sangat baik untuk kita manfaatkan, dimana mungkin nanti akan ada cetak biru dan road map yang baru untuk mengatasi hal-hal yang belum teratasi didalam road map hingga tahun 2015. Sebagaimana telah beberapa kali terjadi sebelumnya, biasanya yang mengeluarkan visi, cetak biru dan strategi adalah Indonesia, jadi kitapun memiliki prioritas untuk melakukan hal tersebut pada tahun ini, yaitu ASEAN Beyond 2015.

Sudah banyak yang kita lakukan dalam menyongsong ASEAN Community di 2015, selain di sektor otomotif, kita juga melakukan pembenahan dan kerjasama di sektor textile dan garmen. Sebenarnya pasar dalam negeri dan pasar ASEAN itu sudah sama karena biaya masuknya sudah 0. Asosiasi-asosiasi textile dan garmen ASEAN juga telah melakukan inisiatif untuk membentuk apa yang diistilahkan sebagai ASEAN Out Sourching, mereka bersepakat melakukan kerjasama di bidang out sourching untuk garmen dan textile ini. Jadi arahnya kesana.

Kerjasama lainnya yang dijalin di luar biaya masuk 0, tentunya adalah terkait isu-isu non-tarif, seperti standarisasi. Kalau berbicara mengenai daya saing Indonesia, maka ujung-ujungnya adalah infrastruktur, yaitu bagaimana kita bisa mengantarkan barang-barang atau produk kita secara cepat ke pasar, termasuk pasar dalam negeri. Itu merupakan tantangan bagi kita dan mungkin sebagai prioritas utama kita, oleh karena itu kita kemarin berkumpul di Bogor selama dua hari untuk membahas masalah infrastruktur ini.

Kita sudah sampai pada pembahasan infrastruktur apa yang diperlukan di suatu daerah, siapa yang akan melakukan investasi, berapa besar anggaran yang akan ditanggung oleh APBN, BUMN ataupun swasta. Seluruhnya sudah terpetakan dan menjadi program kita untuk jangka waktu 3, 5 dan 10 tahun kedepan, jadi yang penting sekarang adalah bagaimana implementasinya. hal ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah, melainkan upaya kerja keras dan PR kita bersama. Pemerintah bertugas menciptakan kerangka kebijakan yang kondusif untuk investasi swasta sehingga dapat berjalan dengan baik.

Hal lain yang juga ingin dicapai pada tahun ini adalah mengenai visa. Jika warga ASEAN menjadi satu komunitas maka tidak diperlukan lagi visa ke manapun kita pergi di dalam lingkungan ASEAN. Ini sedang diperjuangkan untuk bisa dirampungkan pada tahun ini. Sebagaimana halnya di Uni Eropa, kalau kita pergi ke Eropa, misalnya ke Amsterdam, setelah itu kita dapat pergi ke manapun di Eropa. Ini juga sedang diusulkan oleh menteri-menteri ekonomi dan menteri pariwisata. Jadi kalau sudah satu komunitas, dan kalau orang non-ASEAN datang ke ASEAN, maka setelah itu dia bisa pergi ke negara-negara ASEAN lainnya tanpa perlu visa lagi. Ini juga merupakan salah satu wujud kongkrit dari movement of people, bisnis maupun wisatawan, dan itu sangat penting didalam menciptakan satu komunitas.

Untuk menyampaikan sejauh mana perkembangan ASEAN Community ini, kita sudah memiliki program antar instansi pemerintah maupun antara pemerintah dengan swasta untuk melakukan sosialisasi secara terus-menerus. Bahkan Bapak Presiden sendiri juga akan turut bersama-sama mengkampanyekan ASEAN kepada masyarakat. Akan ada serangkaian kegiatan yang tidak hanya berupa pertemuan para Kepala Negara atau Pejabat Negara, tetapi juga juga ada acara yang khusus untuk masyarakat, seperti misalnya ASEAN Fair yang akan diselenggarakan selama satu bulan penuh pada bulan November , yaitu berupa acara budaya dan industri kreatif. Acara ini digelar di penghujung ASEAN Summit ke-dua dan menjelang

pelaksanaan East Asia Summit pertama, agar masyarakat benar-benar ikut serta dalam pesta merayakan ASEAN di tahun ini.

Itu adalah cara kita untuk membawa ASEAN ke level masyarakat, disamping itu para Kepala Negara juga bertemu dengan civil society, jadi mereka akan bertemu dengan perwakilan-perwakilan di masyarakat dalam sebuah acara khusus pada ASEAN summit bulan selama sekitar satu jam, agar aspirasi semua pihak dapat tersalurkan. Kemudian juga ada pertemuan dengan ASEAN Business Council.

Ini tentunya merupakan keuntungan yang sangat jelas dan berada di depan mata kita, baik dari segi ekonomi maupun bagaimana kita mengikut sertakan masyarakat bisnis, maupun masyarakat secara lebih luas kedalam proses ASEAN dan para mitra dialognya. Untuk itu tentunya kita harus menyelesaikan PR di dalam negeri guna meningkatkan daya saing, menetapkan prioritas pembangunan infrastruktur, dan mengurangi kesenjangan antara negara ASEAN maupun untuk kita sendiri.

Dari kacamata Indonesia tentunya adalah mengurangi kesenjangan antar daerah, antara pengusaha besar dengan UKM dan sektor-sektor tertentu yang mungkin masih harus didorong untuk meningkatkan daya saing. Pemerintah harus melakukan ini bersama-sama dalam bentuk Indonesia incorporated, sehingga dengan demikian kita bisa lebih jeli dalam menangkap kesempatan yang ada. Tentunya dengan sebanyak mungkin mengikut-sertakan masyarakat dan UKM di Indonesia untuk dapat memanfaatkan keberadaan ASEAN dan juga Asia Timur yang lebih luas untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.[]

Last Updated on Monday, 16 May 2011 23:29

Wirausaha Mahasiswa dalam Mencapai Komunitas Ekonomi ASEAN

MAKASSAR (aseancommuunity) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa meminta seluruh universitas di Indonesia untuk membekali mahasiswanya dengan pendidikan kewirausahaan sejak dini dalam mencapai Komunitas Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC).

Hal itu diungkapkan Hatta saat menyampaikan kuliah umum di Auditorium Al-Amin Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar (6/3). Hatta mengatakan, pemerintah melakukan percepatan target pengembangan ekonomi 2025 pada 2015, bersamaan dengan penerapan AEC.

Saat itu, jelasnya, negara AEC akan memberi kemudahan lalu-lintas barang, investasi, dan migrasi pencari kerja antarbangsa. Hanya, sejak beberapa tahun terakhir, terjadi ketidakseimbangan ekonomi dunia. Hal ini mengakibatkan perekonomian sejumlah negara tak mampu bersaing dengan yang lain.

Indonesia masuk sebagai salah satu dari sepuluh negara yang menjadi new emerging economy atau negara dengan daya tarik tinggi di dunia. Untuk itu, kita harus mempersiapkan diri dari sekarang agar mampu bersaing dengan negara lain pada 2015. Salah satunya adalah mengintegrasikan kekuatan dengan konsep interkoneksitas, tegas Hatta di Makassar kemarin.

Menurut dia, konsep interkoneksitas itu dikembangkan dengan melakukan penguatan ekonomi di masing-masing daerah, sehingga tidak terjadi ketimpangan seperti beberapa waktu yang lalu. Dia mencontohkan, di masa mendatang, Sulawesi dan Maluku akan dijadikan pusat produksi sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan nasional.

Menurut Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional ini, ada tiga strategi yang akan dilakukan untuk menyongsong AEC. Yaitu, pengembangan sektor ekonomi, penguatan interkonektivitas, dan sumber daya manusia (SDM).

Khusus pengembangan SDM, perguruan tinggi diminta untuk berkontribusi besar dengan memberikan pendidikan kewirausahaan kepada mahasiswanya. Ini bertujuan agar mahasiswa kita mampu membaca berbagai peluang, sehingga mereka memiliki daya saing dan berkontribusi kepada pengembangan perekonomian nasional. Saat ini pertumbuhan ekonomi kita mencapai 6,1 persen. Dan pada 2015 ditargetkan akan mencapai 13,3 persen,tegasnya.

Untuk menciptakan SDM yang unggul, Hatta menyarankan agar perguruan tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga terkait. Salah satunya dengan Kementerian

Koordinator Perekonomian. Kementerian ini, ungkapnya, telah bekerja sama dengan 17 kementerian untuk melakukan pengembangan SDM.

Rektor Unismuh Makassar Irwan Akib menyambut tawaran Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk bekerja sama dalam pengembangan SDM. Menurut dia, pernyataan Hatta memang sangat tepat karena sektor pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dengan bidang ekonomi. Apalagi, tridarma perguruan tinggi saat ini memang menitikberatkan pada peningkatan bidang kewirausahaan bersama dengan kegiatan penelitian dan pendidikan. (Vin)

Sumber: okezone.com ; www.aseancommunityindonesia.org

Anda mungkin juga menyukai