Anda di halaman 1dari 11

Ditulis pada 24 December 2009 Bimbingan dan Konseling Islam merupakan dua rangakaian kata yang berbeda, namun

pada hakikatnya mempunyai interpretasi yang sama dimana tujuan akhirnya yaitu berusaha membantu pribadi anak bimbing agar mampu mangatasi masalahnya sendiri dan mengembangkan potensi dan kemampuannya secara optimal. Konseling dalam pelaksanaannya merupakan inti daripada bimbingan. Oleh karena itu, untuk dapat membedakan kedua kata tersebut, maka di bawah ini akan dikemukakan tentang pengertian bimbingan dan konseling. Istilah bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari kata guidance dan counseling dalam Bahasa Inggris. Kata guidance berasal dari kata dasar (to guide), yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan dan mengemudikan.8 Adapun pengertian bimbingan secara harfiah adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya di masa kini dan masa datang. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai bimbingan, berikut ini penulis mengutip beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli, antara lain sebagai berikut: Menurut Stopps yang dikutip oleh Drs.H. Abu Ahmadi dan Drs. Ahmad Rohani HM. dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah mengatakan bahwa: Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesarbesarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.9 Kemudian Kartini Kartono memberikan batasan pengertian bimbingan sebagai berikut: Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu, agar ia memahami kemampuankemampuan dan kelemahan-kelemahan serta mempergunakan pengetahuan tersebut secara efektif di dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah hidup secara bertanggung jawab.10 Rochman Natawidjaja mendefenisikan bimbingan sebagai berikut: Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.[1] Pengertian bimbingan secara umum juga dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi, yaitu sebagai berikut: Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan

sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggungjawab tanpa bergantung pada orang lain.12 Selanjutnya pada sumber lain arti bimbingan dikemukakan oleh Prayitno bahwa: Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku.13 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami, menerima, dan mengarahkan dirinya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. Bimbingan merupakan bantuan atau tuntunan yang mengandung pengertian bahwa seorang pembimbing harus memberikan bantuan kepada anak yang dibimbingnya, serta menentukan arah kepada yang dibimbingnya. Namun, yang dimaksud bimbingan oleh penulis disini adalah bagaimana agar anak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian muslim atau memiliki budi pekerti yang luhur (berakhlak mulia). Secara etimologis, kata konseling berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa Latin yaitu counsilium, artinya bersama atau bicara bersama. Pengertian berbicara bersamasama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang atau beberapa klien (counselee).14 Dalam Kamus Bahasa Inggris, Konseling dikaitkan dengan kata counsel yang diartikan sebagai nasehat (to obtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian, konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.15 Pengertian konseling juga dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai rumusan batasan konseling yang brbeda-beda, tetapi inti dan tujuannya sama. Sebagaimana Burks dan Stefflre (1979;14) yang dikutip oleh Abu Bakar Baraja dalam bukunya Psikologi Konseling, mengemukakan batasan konseling sebagai berikut: Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya orang-perorang, meskipun seringkali para klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, dan belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah-masalah emosional atau antarpribadi.16 Menurut James F, Adams, yang dikutip oleh I.Djumhur dan Moh. Surya bahwa:

Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya ia dapat memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan pada waktu yang akan datang17 Dewa Ketut Sukardi juga memberikan batasan pengertian konseling sebagai berikut: Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah secara face to face, dengan cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup. 18 Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakangerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk meningkatkan kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu. Dengan demikian pengertian konseling secara luas adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara secara face to face oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang sedang mengalami sesuatu masalah atau hambatan dalam perkembangannya dengan tujuan agar individu tersebut dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling di atas, berbeda dalam merumuskan katakatanya, namun juga terdapat sejumlah unsur yang menunjukkan kesamaan, seperti pada aspek komunikasi antarpribadi dan tanggapan-tanggapan konselor (pembimbing) yang bersifat membantu, merupakan suatu konkretisasi dan perwujudan dari proses bimbingan dan konseling. Pandangan lain mengatakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang integral, dimana antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, kata bimbingan selalu dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk. Konseling merupakan salah satu jenis tekhnik pelayanan bimbingan di antara pelayanan-pelayanan lainnya, dan merupakan intinya dari keseluruhan pelayanan dari bimbingan. Setelah menguraikan beberapa defenisi bimbingan dan konseling menurut para ahli, maka penulis menggabungkan kedua kata tersebut, yaitu antara bimbingan dan konseling ditinjau dari segi Islam atau yang disebut bimbingan dan konseling Islam. Aunur Rahim Faqih memberikan batasan bimbingan dan konseling Islam yaitu sebagai berikut: Bimbingan dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.19 Pengertian bimbingan dan konseling Islam menurut M Arifin adalah Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut

mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagian hidup saat sekarang dan dimasa yang akan datang.20 Dengan demikian, bimbingan dan konseling Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang (individu) yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, atau dengan kata lain bimbingan dan konseling Islam ditujukan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik kesuliatan lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam. Bimbingan dan konseling merupakan istilah yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Perbedaannya adalah bimbingan itu lebih bersifat pencegahan (preventif), pemeliharaan dan pengembangan, sedangkan dalam konseling lebih bersifat perbaikan atau korektif.

8Umar & Sartono, Op. Cit., h.9 9Drs.H. Abu Ahmadi & Drs. Ahmad Rohani HM., Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 2 10Dra. Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya (Cet.I; Jakarta: CV. Rajawali, 1985), h.99 [1]Drs. Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Cet.I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995, h. 2 12Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 65 13Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed. Dan Drs. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Cet.I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 99 14Latipun, Psikologi Konseling (Cet. IV; Malang: UMM Press, 2003), h. 4 15W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Cet. I; Jakarta: PT. Grasindo, 1991), h. 70 16Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling dan Tekhnik Konseling (Cet.I; Jakarta: Studia Press, 2004), h. 10 17Djumhur dan Moh. Surya, Op. Cit.,h. 29 18Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 105 19Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Cet.II; Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 12 20Disadur dari Jurnal Ilmu Dakwah, diterbitkan oleh Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Edisi 1 April 2004, h. 69

Kecenderungan Profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia saat ini Oleh : Esya Anesty

Pada dasarnya terdapat tiga periode perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia yakni periode prawacana (1960-1970), periode pemasyarakatan (1970-1990), dan periode konsolidasi (1990-sekarang). Dalam beberapa tahun terakhir ini organisasi profesi bimbingan dan konseling di Indonesia ABKIN (dulunya IPBI) beserta segenap pakar dan ahli di bidang bimbingan dan konseling mengupayakan beberapa hal yang sangat signifikan pengaruhnya terhadap perkembangan profesi BK di Indonesia yakni yang berkaitan dengan penataan pendidikan profesional konselor dan penataan pedoman penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Konteks tugas dan ekspektasi kerja konselor yang semula sangat minim ditemukan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, bahkan tidak tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan maupun PP No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, perlahan mulai dimunculkan ke permukaan melalui sejumlah pergerakan-pergerakan. Salah satu hasil dari pergerakan tersebut, adalah dengan diterbitkannya PP No. 74 tahun 2008 tentang guru, dalam PP tersebut dicantumkan dengan jelas mengenai deskripsi tugas guru BK atau konselor (terkait dengan peserta didik), jenis layanan yang diberikan oleh guru BK atau konselor beserta kegiatan pendukungnya, beban kerja minimum guru BK, dan juga tugas pengawas BK. Hal tersebut menandakan bahwa bimbingan dan konseling telah memiliki deskripsi tugas tersendiri sebagai salah satu syarat sebuah profesi. Sejalan dengan makin jelasnya tugas konselor dalam ranah pendidikan formal, maka skenario lain dirancang untuk mencapai peningkatan profesionalisme konselor di Indonesia, salah satunya adalah dengan merintis program pendidikan profesi bimbingan dan konseling. Pendekatan pendidikan profesi bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui program sertifikasi, akreditasi, dan kredensialisasi. Sertifikasi dan akreditasi diberikan oleh LPTK yang memiliki program khusus dalam bidang bimbingan dan konseling, misalnya oleh perguruan tinggi. Sertifikasi kompetensi konselor mengarah pada profil kemampuan konselor, sedangkan lisensi konselor mengatur aspek legalisasi praktik konselor. Sertifikat diberikan oleh LPTK yang memiliki program khusus, sedangkan lisensi konselor diberikan oleh asosiasi profesi (di Indonesia diberikan oleh ABKIN).

Sejalan dengan makin mantapnya gagasan mengenai pendidikan profesi guru, pemerintah menunjuk beberapa LPTK sebagai penyelenggara pendidikan profesi guru bagi guru dalam jabatan (kepmendiknas No. 126/P/2010) termasuk di dalamnya beberapa LPTK yang menyelenggarakan pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling atau konselor, namun dikarenakan beberapa alasan kebijakan tersebut kemudian mengalami perubahan di tahun berikutnya, hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya beberapa LPTK yang berwenang untuk menyelenggarakan program pendidikan profesi guru termasuk juga LPTK penyelenggaran pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling atau konselor (kepmendiknas No. 052/P/2011). Hal ini tentunya menjadi salah satu tantangan bagi lembaga-lembaga yang berwenang untuk dapat menghasilkan output guru bimbingan dan konseling atau konselor yang paling profesional. Selain membenahi penataan pendidikan profesional konselor, di era sekarang ini dilakukan pula penataan terahadap pedoman penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal sampai akhirnya diterbitkan PP No. 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang didalamnya memuat mengenai tugas dan tanggungjawab konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam penyelenggaraan pendidikan formal di sekolah, hal ini didukung oleh terbitnya Permennegpan dan RB no. 16 Tahun 2009 yang didalamnya menyebutkan konselor sebagai salah satu jenis guru, rincian kegiatan dan juga angka kredit konselor. Dengan demikian semakin jelas bahwa konselor memiliki posisi yang sejajar namun tidak sama dengan guru, hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan dalam hal rincian kegiatan dan angka kredit. Oleh karena itu tidak sembarang guru yang dapat menempati posisi guru bimbingan dan konseling atau konselor, karena profesi konselor jelas-jelas mensyaratkan keterampilan yang hanya dimiliki oleh lulusan program studi bimbingan dan konseling dan juga pendidikan profesi bimbingan dan konseling. Apabila posisi guru dan konselor dapat saling dipertukarkan dengan mudahnya maka yang menjadi taruhan adalah masa depan peserta didik yang mereka ajar, dan mereka bimbing.
Keseluruhan fenomena yang telah dijabarkan mengisyaratkan adanya kecenderungan penguatan posisi profesi bimbingan dan konseling di Indonesia namun juga semakin banyaknya tantangan yang harus dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah atau konselor. Oleh karena itu upaya peningkatan profesionalisme merupakan on going process bukan merupakan the end point. Karenanya, pengembangan dan pemantapan bidang ilmu maupun profesi bimbingan dan konseling yang

berkelanjutan merupakan harga mutlak agar bimbingan dan konseling dapat terus survive di masa kini dan di masa depan.
Referensi :

ABKIN. 2007. Naskah Akademik Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal dan Non Formal Akhmad Sudaryat, (2008) Kualifikasi dan Kompetensi Konselor (PERMENDIKNAS NOMOR 27 TAHUN 2008) http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/12/16/kualifikasi-dan-kompetensikonselorper- mendiknas-nomor-27tahun-2008. Cormier Sherry dan Hackney Hharold L (2009). The Profesional Counselor. Edisi sembilan,New Jersey:Pearson Depdiknas (2007) Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal. Bandung Hackney. H.L., (2009), The Professional Counselor: A Process Guide to Helping. Library of Congress Cataloging in Publication Data. Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

LATAR BELAKANG Bimbingan dan penyuluhan di sekolah sangatlah di butuhkan, karena tidak dapat di pungkiri seiring dengan derasnya informasi dan tranformasi Global yang masuk menyebabkan terjadinya berfikir dalam masyarakat, terutama kalangan anak-anak yang berada dalam keadaan tumbuh dan berkembang sehingga para siswa sangat membutuhkan segala bentuk bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Dengan adanya bimbingan dan penyuluhan tersebut kiranya perlu juga dikaji tentang aspek aspek yang melatar belakangi adanya BP yaitu; 1. Aspek Kultural Perkembangan zaman terutama zaman yang serba canggih banyak menimbulkan modernisasi di segala bidang kehidupan manusia dan tentunya lembaga pendidikan tidak terlepas dari fungsi sebagai kehidupan masyarakat , dalam menifestasinya mampu membantu manusia (siswa) agar bisa mencarikan pemecahannya dari berbagai problem yang ada akibat dari modernisasi yang mengglobal akan tetapi lembaga pendidikan hendaknya membantu secara individu maupun secara kelompok di sekolah. 2. Aspek pendidikan Secara makro pendidikan di artikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan bantuan oleh orang dewasa kepada anak didik yang belum dewasa. Dimana suatu kegiatan yang baik dan ideal hendaknya mencakup tiga aspek yaitu pengajaran kurikuler , kepemimpinan dan pembinaan peserta didik untuk menghindari kesulitan belajar sekecil mungkin karena layanan bimbingan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga pada proses selanjutnya siswa dapat belajar semaksimal mungkin dan menuju keberhasilan yang telah di citacitakan. 3. Aspek psikologis Aspek psikologis ini sangat berkaitan sekali dengan persoalan siswa dimana siswa tersebut di tuntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya tidak ada kecenderungan untuk mengabaikan kegiatan sekolah, tidak membuat gaduh dikelas, tidak selalu menyendiri dan respek terhadap persoalan-persoalan yang berkembang di sekolah.

Kita ketahui bahwa tidak semua siswa mampu menjadi seorang siswa, artinya banyak siswa yang membutuhkan penanganan secara serius terkait dengan kenakalan. maka untuk mengatasi hal itu di butuhkan penaganan khusus yakni berupa bimbingan dan penyuluhan. 4. Aspek lingkungan Karena siswa tidak apat terpantau secara langsung maka kemungkinan kemungkinan terjadi kenakalan, ada penyelewengan di luar sekolah sangat mungkin sekali. Untuk itulah dibutuhkan semacam bimbingan secara khusus untuk membekali siswa setelah pulang kerumahnya masingmasing. PENGERTIAN BIMBINGAN Secara Etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Gudance berasal dari kata toguide yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu, sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat di artikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan, bantuan dalam pengetian bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana di kemukakan di bawah ini: Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam years book of education 1955,yang menyatakan: Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Stoops dan walquist mendefinisikan: Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu pekembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Menurut Arthur J.Jones sepeti yang dikutip oleh Dr.Tohari musnamar (1985:4) Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihanpilihan penyesuaian diri dalam pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri. Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli diatas serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pengertian bimbingan maka dapat disimpulkan bahwa Bimbingan adalah merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan tehnik bimbingan dalam suasana asuhan yang Normative agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. TUJUAN BIMBINGAN Tujuan bimbingan adalah memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. (Prayitno 1997:23). Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi,di maksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut , sebagai manusia yang normal di dalam setiap diri individu selain memiliki hal hal yang positif tentu ada yang negatif. Pribadi yang sehat adalah

apabila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan dirinya itu, jika seorang peserta didik mengenal diri kurang berprestasi dibandingkan dengan kawan-kawannya, maka hendaknya dia tidak menjadi putus asa, rendah diri dan lain sebagainya, melainkan justru lebih bersemangat lagi mengejar ketertinggalannya dalam meraih prestasi pada bidang yang diminatinya. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan di maksudkan agar peserta didik mengenal lingkungan secara obyektf, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat erat dengan nilai-nilai dengan norma-norma maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan meliputi keluaraga, sekolah, lingkungan alam dan masyarakat sekitar lingkungan yang lebih luas di harapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan dimana ia berada dan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap dan berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan di maksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat. LAYANAN BIMBINGAN SISWA Setiap individu atau siswa tidak terlapas dari kegiatankegiatan yang dalam hal itu tidak terlepas pula dari dari berbagai masalah atau hambatan dalam perkembangannya. Siswa yang mengalami kesulitan itu merupakan manusia yang berada dalam kondisi tidak mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, sehingga mengalami mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan obyektif yang dihadapinya, dipihak lain kesulitan dapat terjadi karena lingkungan terutama orang tua yang tidak dapat memahami perkembangan anaknya di sekolah dan masyarakat, sehingga memunculkan tuntutan-tuntutan yang berat dan tidak dapat di penuhi oleh siswa. JENIS MASALAH a. Masalah belajar Masalah belajar merupakan salah satu jenis masalah yang di anggap serius karena belajar merupakan inti dari pendidikan. Dalam hal ini masalah belajar menyangkut motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi kemajuan belajar peserta didik, oleh karena itu di sekolah perlu adanya layanan bimbingan yang membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa maka pembimbing betul-betul memberikan bimbingan yang sesuai dengan keadaan anak. b. Masalah keluarga Dalam memberikan layanan bimbingan kepada klien tidak terlepas dari lingkungan keluarga klien tiu sendiri. Dalam pembimbing harus mengetahui latar belakang klien yang bersangkutan, oleh sebab itu pembimbing perlu mengadakan kunjungan ke rumah klien untuk menjalin keakraban klien tersebut, sehingga pembimbing memperoleh titik terang tentang permasalahan kliennya. c. Pengisian waktu luang Seorang pembimbing juga di anggap perlu mengetahui pemanfaatan dan pengisian waktu luang kliennya di luar lingkungan sekolah, kegiatan apa saja yang dilakukan dalam mengisi waktu luang di lingkungan rumah, apakah klien tersebut dapat membagi antara waktu bermain dengan waktu belajar semua itu harus di kontrol oleh seorang pembimbing, sehingga dapat memberikan layanan sesuai dengan latar belakang permasalahan siswa yang bersangkutan.

d. Pergaulan dengan teman sebaya Pergaulan di lingkungan bermain dapat mempengaruhi perkembangan moral seorang anak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pola sikap dan kepribadian seorang anak, oleh karena itu untuk melakukan bimbingan seorang. Pembimbing tidak terlepas dari lingkungan teman bermain kliennya. PENENTUAN DAN PENDUKUNG SUBYEK KASUS Seorang konselor sebelum membantu memecahkan masalah klien, langkah-langkah yang di perlukan adalah: a) Penentuan kasus b) Penentuan subyek pendukung kasus Untuk dapat menentukan seorang siswa itu mempunyai kasus atau tidak dapat dilihat dari pengumpuan data yang diperoleh. 1. Penentuan Kasus Dalam membantu masalah klien, konselor harus membatasi diri pada dua macam data yaitu: a. Kuesioner (angket tertulis) Kuesioner untuk keperluan bimbingan merupakan suatu daftar kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga. b. Interview (wawancara) Interview (wawancara) informasi adalah merupakan suatu alat untuk memperoleh data / informasi secara lisan, dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. (winkel, 1983:59) Sehubungan dengan hal di atas, praktikan mengangkat kasus yang sedang dialami klien, yaitu: 1. Kurang lancar dalam hal membaca. Suka bercanda dan berbicara waktu pelajaran berlangsung. 2. Kurang memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat. Itulah kasus yang dialami oleh klien, sedangkan untuk menyelesaikannya dibahas lebih lanjut. 2. Penentuan subyek pendukung kasus Untuk memperjelas kasus diatas kegiatan penentuan subyek pendukung dilakukan oleh konselor karena semakin jelas kasus yang dialami klien, maka konselor dapat menentukan rencana yang akan dilaksanakan dalam membantu memecahkan masalah klien. Adapun pendukung kasus tersebut adalah adanya pendekatan serta motivasi klien. 3. Analisa Analisa adalah suatu usaha untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul, ternyata klien mempunyai salah satu masalah yang cukup serius pula, kasus yang dominan dalam hal ini adalah kurangnya perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran, kadang apa yang diterangkan oleh guru belum dipahami, tetapi tidak ada motivasi untuk bertanya. Selain itu aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan dalam pemanfaatan waktu luang kurang di manfaatkan dengan baik, hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memperhatikannya, meskipun keluarga dari klien sendiri rata-rata orang berpendidikan. 4. Treatment (usaha Bantuan) Setelah langkah-langkah identifikasi kasus, mengumpulkan dan menganalisa masalah yang ada, maka langkah selanjutnya adalah memberikan bantuan kepada klien untuk memecahkan masalah yaitu: 1. Memberikan bimbingan di dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan kesulitan dalam belajarnya dan juga menyarankan kepada siswa tersebut untuk membuat jadwal belajarnya, sehingga waktu yang ada tidak terbuang sia-sia.

2. Bahwa belajar kelompok itu lebih baik, disamping bisa diskusi dengan teman-temannya hal ini juga bisa menambah keakraban antara sesama teman, sehingga apabila ada permasalahan bisa saling terbuka. 3. Memberikan motivasi untuk selalu aktif bertanya apabila tidak mengerti dalam mengikuti pelajaran yang terkait dengan keinginannya. 4. Memberi masukan secara teoritik dan praktek berupa jangkauan cita-cita mendorong untuk belajar lebih baik dan mendorong untuk menggunakan kegiatan yang bermanfaat. 5. Memberikan dorongan untuk introspeksi diri dengan cara belajarnya, kepribadiannya dan ibadah yang telah dilakukan. Untuk itu konselor memberikan bimbingan kepada siswa untuk tidak terpengaruh kepada lingkungan sekitar yang tidak mendukung lingkungan belajarnya dan agar siswa lebih di siplin lagi dalam segala hal, yaitu tidak menuruti perasaan malas untuk belajar. 5. Follow Up (Tindak Lanjut) Dalam tahapan ini, konselor diharuskan untuk selalu mengetahui dari perkembangan siswa tersebut, setelah mendapat solusi pemecahan tindakan dalam tahap ini harus dilakukan secara kontinyu sehingga akan mengetahui seberapa jauh keberhasilan yang telah dicapai oleh konselor. DAFTAR PUSTAKA Dra.Hallen A, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling Penerbit Ciputat Pers,Jakarta 2002. Andi Mapiare, Drs. Pengantar bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Penerbit Usaha Nasional Surabaya,1984. Bimo Walgito, Drs Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Yayasan penerbit Fakultas UGM. Yogyakarta, 1986. Dewa Ketut Sukardi, Drs. Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah. Penerbit Ranika Cipta , Jakarta , 1990. , Pedoman Praktis Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Penerbit Ranika Cipta , Jakarta , 1990 Hadari Nawawi, H.Drs, Administrasi Dan Organisasi Bimbingan Penyuluhan, Penerbit Ghalia Usaha, Jakarta, 1983. Koestor Parto wisastro, S Psy, Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Jilid 3, Penerbit Erlangga Jakarta, 1984.

Anda mungkin juga menyukai