Anda di halaman 1dari 2

BAB I AGAMA BUDHA

Pada bagaian terdahulu telah kita sebutkan bahwa Agama Hindu adalah salah satu aliran pemikiran yang timbul pada abad ke-6 SM. Kita telah menyebutkan bahwasanya Agama Budha, seperti Agama Jaina, bergeraka dalam bidang pemikiran Hindu pada kebanyakan prinsipnya. Juga kita sebutkan bahwa pemunculan keduanya adalah merupakan suatu reaksi terhadap kekerasan Brahmana dan penindasan yang dilakukan mereka yang menyebabkan golongan-golongan lain bengkit menentang, terutama golongan Kesatria yang terdiri dari anak-anak Raja dan prajurit-prajurit, sebagai salah satu gerakan pemikiran sezaman ini dan marilah kita mulai membicarakan tentang ajaran-ajaran Budha.

KELUARGA BUDHA DAN KEHIDUPANYA Kelahiran dan Pertumbuhanya Di kawasan sebelah timur negeri India dan berbatasan dengan kerajaan Kausal di antara Benares dan pegunungan Himalaya, di utara sungai Gangga yang suci, di mana sekarang ini terdapat hutan-hutan yang lebat di perbatasan negeri Nepal, masa dulu terbentang satu kawasan tanah subur menghijau dengan pohon-pohon rindang dan lebat daunya. Tanah ini adalah tempat asal bangsa Sakya dari golongan Ksatria. Anak-anak raja suku inilah yang berkuasa di atas bumi ini, segala perintahnya ditaati dan buah pemikiranya di terima. Sudhodana seorang bangsawan suku bangsa ini tinggal di sebuah kampung bernama Kapilawastu. dia adalah seorang yang diselimuti kekayaan yang limpah ruah, dia kawin dengan seorang bangsawan juga yang bernama Maya. Mereka hidup bersama-sama dalam kenikmatan dan kemewahan serta kebesaran. Pada tahun 563 SM. Kedua ibu bapak ini di karuniai seorang anak yang diberi nama Sidharta. Pada minggu pertama dari hari kelahiranya, ibunya telah meninggal. Lalu dia di pelihara oleh saudara ibunya, Mahayapati. Anak ini dibesarkan dalam suasana mewah dan nikmat sama seprti kaum kerabatnya anak-anak raja dan pembesar kerajaan. Dia mendapati bahwasanya dunia ini berada di bawah perintahnya

dan kenikmatan tunduk kepada kemauanya. Dia sampai di masa remaja dan kenikmatan ini mengitarinya, kata-katanya di dengar. Pemikiranya diikuti. Bapaknya segera mengawinkanya dengan anak perempuan seorang Amir bernama Yasidhra. Tidak beberapa lama kemudian, mereka dikaruniai dengan seorang anak laki-laki yang diberi nama Rahula. Sepatutnya Sindharta boleh menjalani hidup sebagai mana yang telah dan sedang di lalui oleh beribu-ribu Amir dan Raja-raja seprtinya. Sepatutnya kenikmatan-kenikmatan hidup dapat melupakanya akan penderitaan-penderitaan yang di tanggung oleh orang-orang yang jahat dan curang. Seharusnya semua ini bisa terjadi, tetapi sidharta tidak menyerah kepada kenikmatan-kenikmatan dan hawa nafsu. Dia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam hawa nafsunya. Dia hidup sendiri di dalam kumpulan itu dengan berpikir dan meraba-raba dengan perasaanya. Sebenarnya yang patut kita sebutkan adalah Sidharta telah tertarik oleh daya kemewahan dan kegembiraan. Tapi, dia tidak merasa senang dengan kehidupan yang telah di peruntukan kepadanya, lalu dia merencanakan kehidupan lain yang berbeda bagi dirinya. Berikut ini adalah uraianya.

Pemikiran Sidharta dan Falsafahnya Banyak riwayat yang menceritakan bahwa suatu kali Sidharta bertemu dengan seorang yang sangat tua bertongkat dan hamper-hampir menyentuh dadanya, badanya telah bengkok, kepalanya berat dan tidak lagi berdaya membawanya. Sidharta merasa kasihan dan sedih melihatnya. Temanya bernama Chana pun berkata : Beginilah aturan hidup dan kita tidak dapat mengelak dari nasib ini.

Anda mungkin juga menyukai