Anda di halaman 1dari 9

BAB I HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU-ILMU LAIN Filsafat adalah sebagai pusat semua ilmu pengetahuan dan ilmu

ahlak merupakan salah satu cabang dari filsafat1. Berbagai cabang ilmu dinaungi oleh filsafat, di mana ia adalah sebagai pusat asal mulanya ilmu, maka antara cabang satu dengan cabang lainya ada hubunganya. 1. Hubungan antara ahlak dengan psikolg Hubungan antara ahlak denga psikologi mempunyai pertalian yang erat dan kuat. Objek penyelidikan psikologi ialah kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan, kehendak dll. Adapun ahlak memerlukan apa yang di persoalkan oleh ilmu jiwa tersebut. Dapat di katakana bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah sebagai Objek yang sangat jelas bahwa ilmu jiwa menguraikan tentang jiwa pendahuluan dalam ilmu ahlak. perseorangan, masyarakat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan gejalagejala jiwa, tetapi ahlak akan mempersoalkan apakah jiwa mereka tersebut termasuk kategori jiwa yang baik atau buruk. Dengan demikian menjadi jelas bahwa ahlak mempunyai hubungan dengan ahlak jiwa. 2. Hubungan ahlak dengan sosiologi Dalam ilmu tasawuf mempelajari dan mengupas masalah perilaku dan perbuatan manusia yang timbul dari kehendak. Ilmu sosiologi mempersoalkan tentang kehidupan bermasyarakat. Manusia tidak dapat hidup tanpa bermasyarakat. Dapat pula ilmu sosiologi2 mempelajari masyarakat, manusia supaya bagaiman meningkatkan ke atas, bagaimana menyelidiki tentang bahasa, agama, dan keluarga dan bagaimana membentuk Undang-Undang dan pemerintahan dan sebagainya.
1 2

Bersumber dari buku ahlak tasawuf karangan DRS. H. A. MUSTAFA Ilmu yang mempelajari tatanan kehidupan masyarakat

3.

Hubungan Ahlak dengan Iman ( ,)sedangkan menurut syara adalah membenarkan dengan hati yang bersungguh-sunguh ( (

dalam arti meneriam dan tunduk

pada apa yang diketahui bahwa hal tersebut berasal dari agama Nabi Muhamad. Dari penjelasan di atas, perlu kita ketahui mendekati dengan Positivesmologi yang akan berikutnya. bahwasanya kita pada bab sudah yang

diterangkan

BAB II POSITIVESMELOGI

1. Beberapa Ajaran Dasarnya Sejarah pemikiran dapat kita lihat sebagai evolusi yang tak terelakan, hal ini adalah salah satu penyebab sebuah aliran-aliran baru muncul pada kehidupan filsafat. Kehidupan filsafat kita ketahui sangat dominant dengan berbagai aliran, tidak hanya pada kehidupan tasawuf saja. Perlu kita ketahui bahwasanya evolusi tersebut terdiri atas tiga tahapan utama : a) Tahap teologi. Masa-masa yang di dominasi oleh penjelasan antropormik dan animistic atas realitas dalam term-term kehendak-kehendak (ego, ruh, jiwa) yang memiliki dorongan hasrat, dan kebutuhan baik jasmani maupun rohani. b) Tahap Metafisik. masa di mana kehendak-kehendak dari tahap yang pertama (Tahap teologi) didepersonalisasi, di jadikan dalam bentuk abstraksi, dan direifisikan sebagai ententitas-etentitas seperti gaya, kuasa, dan esensi. c) Tahap positif. Di mana bentuk tertinggi dari pengetahuan yang di capai dengan mendeskripsikan hubungan-hubungan antar fenomena dalam term-term seperti pergantian, kemiripan, koeksistensi. Tahap positif dalam penjelasan dicirikan dengan penggunaan matematika, logika, pengamatan, eksperiementasi, dan control. Setiap tahap perkembangan mental ini memiliki korelasi social, ekonomi, dan budaya yang bersesuaian. Tahap teologi secara esensial otoriter dan militeristik.

Tahap metafisik secara mendasar bersifat legal dan eklesiastik ( privelese kaum klerus gerenjani). Tahap positif di cirikan oleh aktivitas teknologi dan industri. 2. Kemajuan Positevesmologi Pemenuhan lingkaran evolusi tiga tahap, adalah sesuatu yang tidak dapat di elakan dalam kehidpan seorang manusiawi. Salah satunya adalah yang bersangkutan dengan hal sains, sains adalah satu keseluruhan yang tunggal, tetapi dalam tahap-tahap perkembanganya yang berbeda-beda. Sains juga terpengaruh dalam sebuah urutan ketergantungan yang hiraktis; sebagai contoh, astronomi harus berkembang sebelum fisika. Hal tersebut bisa menjadi sebuah bidang yang berdiri sendiri. Biologi harus mencapai kecanggihan tertentu sebelum kimia dapat memulai perkembanganya. Realitas dapat di pahami melalui konsep-konsep kesatuan dasar seperti kesatuan organic, kesatuan, keteraturan, kemajuan, pergantian, kemiripan, realitas, utilitas, realitas, pergerakan dan pengarahan. Bentuk agama yang tertinggi adalah agama yang Humanitas Universal atau rasio (tanpa perujukan pada Tuhan). 3. Positivisme, Logical Terkadng hal ini juga di sebut dengan positivisme, empiresme logis3, empirisme ilmiah, atau empirisme ilmiah. Beberapa ajaran positivisme logis yang di sebutkan4: 1) Penerimaan prinsip yang dapat di verifisikan (lihat VERIFIABLE, PRIN CIPLE OF), sebuah criteria yang untuk menentukan bahwa sebuah peryataan memiliki makna kognitif. Makna kognitif dari sebuah peryataan yang di hadapkan dengan makna emotif atau makna dalam level-level lainya, tergantung apakah ia dapat diverifikasikan atau tidak. Sebuah peryataan yang di katakana bermakna jika dan hanya jika, setidaknya secara prinsip, dapat diverifikasikan secara empiris.
3 4

Empiricism, Logical dalam kamus fisafat. Kamus filsafat Islam

Beberapa pengalaman yang sangat mendasar (pengetahuan positif) harus di capai sebelum sebuah peryataan dapat memiliki makna kognitif. 2) Seluruh peryataan dalam Matematika dan logika adalah analitik5 dan benar menurut definisi. Peryataan-peryataan itu haruslah peryataan yang benar berguna dalam mengelola peryataan-peryataan yang bermakna secara kognitif. Konsep-konsepnya tidak diverifikasikan (di temukan dengan menguji realitas) tetapi merupakan konvensi-konvensi defisional yang di terapkan pada realitas. 3) Metode ilmiah adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar tentang realitas. Telah ada upaya-upaya untuk membangun sebuah system yang menyatukan seluruh sains di bawah satu metodologi logis, matematis dan ekspeiensial. 4) Filsafat adalah analisis dan penjelasan makna dengan menggunakan logika dan metode ilmiah6. Sebagai penganut positevisme logis berupaya untuk meniadakan seluruh filsafatyang tidak di kontruksikan seperti cara mengkontruksikan sains logiko matematika. 5) Bahasa pada dasarnya adalah sebuah kalkulus7. Dengan

formalisasi, bahasa dapat di tangani sebagai sebuah kalkulus. a) Dalam menyelesaikan masalah-masalah filosofis atau

menunjukan yang mana di antaranya adalah yang merupakan masalah-masalah semu,. b) Dalam menjelaskan pondasi suatu sains, penganut positivisme logis dan empirisme logis telah berupaya untuk membangun bahasa yang artificial dan sempurna secara formal
5 6

Tautologi (Kamus filsafat Islam) Pengertian istilah dari Kamus Filsafat Islam 7 Gambaran suatu masalah filsafat.

untuk filsafat

agar memperoleh efesiensi, ketelitian,

dan

kelengkapan seperti yang di miliki oleh sains-sains fisik lainya. 6) Peryataan-peryataan metafisika tidak bermakna. Peryataancara yang

peryataan tersebut tidak di feriikasikan secara empiris dan tidak merupakan tautology8 yang bermanfaat. Tak ada memungkinkan untuk menentukan kebenaranya atau ke salahanya dengan merujuk kepada pengalaman. Tak ada pengalaman yang memungkinkan untuk mendukung peryataan-peryataan metafisika seperti ;(Das Nichts s elbst nictet- Martin Heidegger), yang absolute itu melampaui waktu, Tuhan itu sempurna, Wujud murni tidak mempunyai karateristik. Persoalan metafisika adalah persoalan semu9, metafisika di turunkan menjadi ucapan-ucapan tak masuk akal/logika. 7) Dalam posisi ekstri positvesme, peryataan-peryataan tentang eksistensi dunia eksternal, dan tentang pikiran-pikiran eksternal terlepas dari pikiran kita sendiri, di pandang tak bermakna. Karena tidak ada cara empiris untuk memverifikasika-nya. 8) Penerimaan teori emotif dan aksiologi. Nilai-nilai tidak eksis

secara independent dari kemampuan manusia untuk menempatkan nilainilai. Nilai-nilai bukanlah objek-objek di dunia10. Ia tidak dapat di temukan secara eks-perimentasi, pengujian, atau pengalaman sebagai mana kita mengalami atau memverifikasi eksistensi objek-objek. Nilainilai tidak absolute. Nilai-nilai adalah hal yang konkrit atau peryataan dalam kehidupan, tetapi bukan peryataan yang empiris. Membunuh itu jahat, Aborsi itu salah, Kalian tidak boleh mencuri, dan patung itu

8 9

Sebuaha hasil pemikiran positivesmologi. Di ambil dari sumber Kamus Filsafat Islam 10 Kehidupan seorang Tasawu

bagus merupakan peryataan-peryataan yang tidak empiris atau tidak memiliki kandungan deskriptif11 sama sekali. Peryataan itu tidak mencerminkan, atau merujuk sebuah setandar , pada alam transeden yang sempurna. Demikian pula sebenarnya Tuhan yang supranatural peryataan-peryataan jenis itu mengepreksikan . Sikap-sikap, pengistimewaan, perasaan, keyakinan, atau pengkndisian kita tentang aktifitas-aktifitas seperti membunuh, aborsi, mencuri dll. Peryataan itu tidak mengkomunikasikan secara langsung fakta-fakta atau informasi atau pengetahuan kognitif. Peryataan itu menunjukan hal-hal sebagai persetujuan ketidak setujuan penerimaan, penolakan, atau keterkaitan kita pada hal tersebut.

11

Secara singkat, jelas dan terperinci (Pendidikan Bahasa Indonesia)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah kita tahu tentang tasawuf dan filsafat dan tentunya pada pandangan positivesmelogi, kita dapat pelajaran yang sangat berharga. Terutama dalam pandangan hidup yang sementara ini. Betapa pentingnya kita tahu tentang maksud positivesmologi, yang tujuanya agar kita terhindar dari tipu daya dunia yang fana (sementara)ini.

DAFTAR PUSTAKA Tim Penulis Rosda, Kamus Filsafat, PT. Remaja, Bandung, 1995. Omar Amin Husin, Dr.,Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1991 ________ ., Problematika dalam kehidupan masyarakat, IAIN, Surabaya, 1970. www. Geogle.Com

Anda mungkin juga menyukai