Anda di halaman 1dari 7

Laporan Hasil Kunjungan ke Open House Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Stand Balai Lingkungan

dan Keairan Instalasi Pengolahan Air Sangat Sederhana (IPASS)


Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari Ibu Sirin Fairus, S.Tp., M.T. selaku dosen mata kuliah Teknologi Air

Disusun Oleh : Asry Trianjani 142009026

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG

IPASS (Instalasi Pengolahan Air Sangat Sederhana)


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewajiban Pemerintah dalam pemenuhan hak-hak dasar manusia, seperti air minum, memotivasi Pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) khususnya bagi masyarakat perdesaan yang notabene merupakan masyarakat dengan tingkat pelayanan SPAM terendah. Sesuai dengan data BPS, cakupan pelayanan SPAM di perdesaan hanya 8%. Selain itu, Pemerintah juga terpacu untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum terlayani fasilitas air minum. Khusus untuk sektor air minum sederhana, karakteristik daerah dan ketersediaan sumber daya alam telah menghasilkan kondisi pelayanan air minum yang berbeda, baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah perdesaan. Dengan mempertimbangkan keberlanjutan prasarana air minum yang dibangun, yang diarahkan untuk dapat dikelola oleh masyarakat pengguna itu sendiri, maka prasarana air minum haruslah prasarana yang ditinjau dari pelayanannya bersifat komunal, dan ditinjau dari fisik prasarananya bersifat mudah dan ekonomis dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaan serta pengelolaannya. Memperhatikan bahwa prioritas lokasilokasi yang akan menjadi lingkup pelaksanaan adalah desa-desa yang belum pernah mendapat pelayanan air minum secara formal (pelayanan oleh perusahaan daerah air minum setempat) sehingga pemenuhan kebutuhan air minum dilakukan secara individu rumah tangga atau swadaya masyarakat, maka perlu diberikan acuan petunjuk bagi para pelaksana program, baik untuk aparat pemerintah terkait maupun untuk masyarakat sebagai aktor utama pelaksanaan program, sehingga diperoleh arah, pengertian dan pengetahuan yang sama dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.

BAB II INSTALASI PENGOLAHAN AIR SANGAT SEDRHANA (IPASS) IPASS adalah teknologi sederhana untuk menjernihkan air dari sungai / saluran irigasi untuk keperluan rumah tangga dengan memanfaatkan material yang diperoleh di sekitar daerah setempat, seperti pasir, ijuk, kerikil, sebagai media penyaring. 2.1 Tujuan Sebagai alternatif penyediaan air bersih di daerah pedesaan yang masih sulit terjangkau PDAM, khususnya di sekitar irigasi. Di harapkan masyarakat mampu membuat dan memanfaatkan teknologi IPASS secara swadaya dan dengan menggunakan bahan setempat. 2.2 Persyaratan IPASS hanya dapat digunakan untuk air baku yang mempunyai kekeruhan tidak lebih dari 100 NTU dan belum tercemar berat (misal: limbah industri). 2.3 Sistem IPASS Bak pengendap dengan keping pengendap, untuk mengendapkan partikel kasar. Saluran perata aliran, berfungsi sebagai perata alirandan inlet saringan pasir lambat. Saringan pasir lambat, berfungsi untuk menyaring partikel halus yang tidak terendapkan pada bak pengendap. Bak penampung dan disinfeksi berfungsi untuk sebagai penampung hasil penyaringan dan sekaligus tempat pembubuhan kaporit bila diperlukan. Pendekatan perhitungan kapasitas IPASS dan jumlah jiwa yang dapat dilayani dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Perkiraan Pelayanan IPASS No Kapasitas (L/det) Jumlah Pelayanan (Jiwa) 0.01 15 0.1 100 1 1000 10 10.000 100 100.000 Sumber: Direktori Standar Nasional Indonesia Teknologi Tepat Guna Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah, Balitbang Dep. Pekerjaan Umum, Edisi Maret 2004

2.4 Bagian penting sistem IPASS - Bak dengan keping pengendap: untuk mengendapkan partikel kasar. - Saluran perata aliran: untuk meratakan aliran dan inlet. - Saringan pasir lambat: bak penampung dan disinfeksi. Jadi air masuk ke saringan pasir lambat yang menyaring partikel halus yang tak terendap di bak pengendap. Air lalu ditampung di bak penampung dan disinfeksi. Pembubuhan kaporit bila perlu. 2.5 Kriteria Desain 1. B-ak pengendap - Waktu detensi: 30 60 detik - Dinding dibuat dari pasangan bata kedap air 2. Keping pengendap - Dibuat dari bahan kayu/bambu - Dibuat bersudut 450 s/d 600 3. Saringan pasir lambat - Dinding dibuat dari pasangan bata kedap air Luas permukaan berdasarkan kecepatan aliran: 1,00 3,00 meter/jam - Pasir beton/sungai: tebal minimal 60 cm - Ijuk: tebal 5 cm - Kerikil: ukuran 1 cm, tebal minimal 10 cm - Media tersebut telah dicuci sebelum dipasang 4. Bak penampung - Untuk kapasitas 1 m3/hari dapat dipakai buis beton ukuran f=50 cm atau pasangan bata kedap air dengan waktu tinggal 4 jam 2.6 Operasi dan Pemeliharaannya Operasi IPASS diusahakan menggunakan aliran gravitasi sejak Penyadapan air Pengambilan air dilakukan dengan penmbaan atau dengan pompa tangan. Sebaiknya air tetap dimasak Bila diperlukan, pembubuhan kapotit dapat dilaksanakan 1 hari 1 kali 2 mg/liter ke bak penampung secara maksimal Pembersihan pada bak pengendap dan keeping pengendap dilaksanakan satu minggu sekali dengan cara mengangkat keping pengendap Media penyaring 2-3 minggu sekali dikeruk dan dicuci Maksimal satu bulan sekali bak penampung dibersihkan atau menghindari lumut atau kotoran yang melekat

Bila sedang tidak dipergunakan, hendaknya saringan pasir lambat dan bak pnampung dalam keaadaan tertutup (penutup dapat terbuat dari penutup kayu)

Gambar 1. Skema Instalasi Pengolahan Air Sangat Sederhana

LAMPIRAN

Bukti hadir penulis di Open House Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Stand Balai Lingkungan dan Keairan

Anda mungkin juga menyukai