MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM (PROGRAM PESANTREN MAHASISWA) DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG
SKRIPSI
Oleh: Rini Noviantini 04110161
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Agustus, 2009 2 PENERAPAN NILAI-NILAI MANAJEMEN QOLBU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM (PROGRAM PESANTREN MAHASISWA) DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S Pd.I)
Oleh: Rini Noviantini 04110161
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Agustus, 2009 3 HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN NILAI-NILAI MANAJEMEN QOLBU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM (PROGRAM PESANTREN MAHASISWA) DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG
SKRIPSI
Oleh: Rini Noviantini 04110161
Telah disetujui pada tanggal 27 Juli 2009 Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I NIP. 150215385
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M.Pd.I NIP. 150267235
4 HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN NILAI-NILAI MANAJEMEN QOLBU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM (PROGRAM PESANTREN MAHASISWA) DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Rini Noviantini (04110161) Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 8 Agustus 2009 dan talah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pandidikan Islam (S.Pd.I)
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I : _____________________ NIP. 150215385
Sekretaris Sidang Dr. Abdul Bashith, M.Si : ______________________ NIP. 150327264
Pembimbing Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I : ______________________ NIP. 150215385
Penguji Utama Prof. Dr. H. Muhaimin, MA : ______________________ NIP. 150215375
ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati (HR. Imam Bukhari dan Muslim) 1
1 Al-Lulu wa al-Marjan Fima Ittafaqa Alaihi asy- syaikal, Muhammad Fuad Abdul Baqi, dari hadits Numan bin Basyir, hadits no. 1020 6 PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN
U UU Un nn ntuk s tuk s tuk s tuk sepasang mutiara hati Babeh dan Mamah epasang mutiara hati Babeh dan Mamah epasang mutiara hati Babeh dan Mamah epasang mutiara hati Babeh dan Mamah yang mema yang mema yang mema yang memancarkan sinar kasih sayang yang ncarkan sinar kasih sayang yang ncarkan sinar kasih sayang yang ncarkan sinar kasih sayang yang tidak pernah usa tidak pernah usa tidak pernah usa tidak pernah usai dalam mendoakan dan i dalam mendoakan dan i dalam mendoakan dan i dalam mendoakan dan mendidik mendidik mendidik mendidikku sehingga aku mam ku sehingga aku mam ku sehingga aku mam ku sehingga aku mampu menghadapi tajamnya krikil pu menghadapi tajamnya krikil pu menghadapi tajamnya krikil pu menghadapi tajamnya krikil- -- -krikil kehidupan. krikil kehidupan. krikil kehidupan. krikil kehidupan. Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata- -- - kata namun akan kata namun akan kata namun akan kata namun akan selalu ku rangkai dalam doa, selalu ku rangkai dalam doa, selalu ku rangkai dalam doa, selalu ku rangkai dalam doa, Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah SWT SWT SWT SWT. .. .
Yang tersayang adik Yang tersayang adik Yang tersayang adik Yang tersayang adikku Rena Novita ku Rena Novita ku Rena Novita ku Rena Novita serat Silvia Fauziah serat Silvia Fauziah serat Silvia Fauziah serat Silvia Fauziah yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu, dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ce dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ce dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ce dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ceria di saat pulang ke rumah, ria di saat pulang ke rumah, ria di saat pulang ke rumah, ria di saat pulang ke rumah, Semoga Allah selalu melindungi kalian Semoga Allah selalu melindungi kalian Semoga Allah selalu melindungi kalian Semoga Allah selalu melindungi kalian. .. .
Calon suami Calon suami Calon suami Calon suamiku tercinta Ichwan Ismail A ku tercinta Ichwan Ismail A ku tercinta Ichwan Ismail A ku tercinta Ichwan Ismail Al ll l- -- -Faruqi Faruqi Faruqi Faruqi yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan serta serta serta serta dukungan dalam setiap aktifitas dukungan dalam setiap aktifitas dukungan dalam setiap aktifitas dukungan dalam setiap aktifitasku, ku, ku, ku, Engkau adalah penerang jiwa Engkau adalah penerang jiwa Engkau adalah penerang jiwa Engkau adalah penerang jiwaku, dengan mu aku bisa me ku, dengan mu aku bisa me ku, dengan mu aku bisa me ku, dengan mu aku bisa memahami mahami mahami mahami arti kehidupan, arti kehidupan, arti kehidupan, arti kehidupan, jangan jangan jangan jangan pernah lelah menemani hari pernah lelah menemani hari pernah lelah menemani hari pernah lelah menemani hari- -- -hari hari hari hariku. ku. ku. ku.
Semua Pahlawan Semua Pahlawan Semua Pahlawan Semua Pahlawanku yang t ku yang t ku yang t ku yang telah sudi mendidik dan memberikan elah sudi mendidik dan memberikan elah sudi mendidik dan memberikan elah sudi mendidik dan memberikan bimbingan kepada bimbingan kepada bimbingan kepada bimbingan kepadaku tanpa ku tanpa ku tanpa ku tanpa tanda jasa, Guru SD Bayabang II tanda jasa, Guru SD Bayabang II tanda jasa, Guru SD Bayabang II tanda jasa, Guru SD Bayabang II Bandung Bandung Bandung Bandung, Guru MTs Cipeundeuy , Guru MTs Cipeundeuy , Guru MTs Cipeundeuy , Guru MTs Cipeundeuy Bandung Bandung Bandung Bandung, , , , Guru Guru Guru Guru PP. PP. PP. PP. Sabilunnajah Bandung, Sabilunnajah Bandung, Sabilunnajah Bandung, Sabilunnajah Bandung, Guru Guru Guru Guru PPP. Wali Songo Jombang, PPP. Wali Songo Jombang, PPP. Wali Songo Jombang, PPP. Wali Songo Jombang, Guru Guru Guru Guru PP. Luhur Malang, PP. Luhur Malang, PP. Luhur Malang, PP. Luhur Malang, Guru Guru Guru Guru PPP. PPP. PPP. PPP. Al Al Al Al- -- -Hikmah Al Hikmah Al Hikmah Al Hikmah Al- -- -Fathimiyyah Malang Fathimiyyah Malang Fathimiyyah Malang Fathimiyyah Malang d dd dan semua an semua an semua an semua Dosen UIN Malang, Dosen UIN Malang, Dosen UIN Malang, Dosen UIN Malang, Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia. .. .
Semua teman Semua teman Semua teman Semua teman- -- -teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap aktifitasku aktifitasku aktifitasku aktifitasku, ,, , Terima kasih semuanya Terima kasih semuanya Terima kasih semuanya Terima kasih semuanya
7 Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Rini Noviantini Malang, 27 Juli 2009 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang
Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa yang tersebut di bawah ini:
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : : : : Rini Noviantini 04110161 Pendidikan Agama Islam Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I NIP. 150215385
8 SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa tulisan dalam skripsi ini adalah murni dari karya penulis dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu Perguruan Tinggi dan bukan jiplakan dari karya orang lain. Jika terdapat pendapat dari orang lain, maka telah diacu dalam naskah ini dan terdapat dalam daftar pustaka yang dicantumkan.
Malang, 27 Juli 2009
Rini Noviantini
9 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho dan maunah-Nya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjunan umat Islam, Nabi besar Muhammad SAW, yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan keikhlasan telah membimbing dan menuntun umatnya ke jalan yang penuh dengan cahaya ilmu yang di Ridhoi oleh Allah SWT. Tentunya skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tuaku tercinta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan telah mengasuh, membimbing, membesarkan dan membiayai baik materil maupun spiritual serta mengalirkan doa-doanya untuk kebahagiaan anaknya di dunia maupun di akhirat. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. M. Zainuddin, M.A selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 10 4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 5. Bapak Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran membimbing dan memberi arahan serta masukan yang amat berguna hingga terselesaikan skripsi ini. 6. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama di bangku kuliah. 7. KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) selaku pengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung yang selalu memberikan ketenangan dengan dakwahnya. 8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih, semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu perlu adanya koreksi, saran dan kritikan yang konstuktif dan sifatnya membangun dari seluruh pembaca yang budiman senantiasa penulis selalu mengharapkan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
11 DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 2.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Tabel 4.1
Tabel 4.2 Tabel 4.3 : : : : : : :
: : Pembagian kecerdasan .................................................... Langkah Praktis Pengenalan diri ..................................... Proses Lisan Berkualitas ................................................. Mengelola Waktu ............................................................ Proses Komukasi Berkualitas .......................................... Santri Harapan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid .. Jadwal Aktivitas Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 2008-2009 Format Muhasabah Harian .............................................. Karakter Santri Daarut Tauhiid ....................................... 26 92 103 111 115 136
132 135 137
12 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV Lampiran V
Lampiran VI Lampiran VII : : : : :
: :
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Struktur Organisasi Yayasan Daarut Tauhid Struktur Organisasi Direktorat Pendidikan Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa Data santri Mukim Akhwat dan Ikhwan Program Pesantren Mahasiswa Angkatan 2 Periode September 2008-Agustus 2009 Peta Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Kegiatan Santri Daarut Tauhiid
13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... HALAMAN MOTTO ................................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................... HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .......................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................ D. Kegunaan Penelitian ................................................................... E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .............................. F. Definisi Operasional ................................................................... G. Sistem Pembahasan .....................................................................
i ii iii iv v vi vii viii x xi xii xvi
1 9 9 9 10 11 11
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Qolbu ...................................................................... 1. Pengertian Manajemen Qolbu ............................................... 2. Konsep Manajemen Qolbu ................................................... 3. Pembagian Hati ..................................................................... 4. Qolbu Pusat Kecerdasan Ruhani ........................................... 5. Al-Quran sebagai Obat Hati dari Berbagai Penyakit ........... B. Pensucian Jiwa (Tazkiyah An-Nafs) dalam Tasawuf ...... 1. Pengertian An-Nafs Menurut Bahasa ... 2. An-Nafs dalam Al-Quran 3. An-Nafs dalam Tasawuf ... 4. Metode Tazkiyah An-Nafs C. Akhlak dan Pondok Pesantren ................................................... 1. Pengertian Akhlak dan Ruang Lingkup Akhlak ................... 2. Akhlak Terhadap Allah, Manusia dan Lingkungan Hidup..... 3. Pendidikan Akhlak Islam ....................................................... 4. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam ........ 5. Materi Pelajaran dan Metode Pengajaran Pondok Pesantren.. 6. Pertumbuhan Kelembagaan Pondok Pesantren ...................... BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. B. Kehadiran Peneliti .................................................................... C. Lokasi Penelitian ......................................................................
71 72 73 15 D. Sumber Data ............................................................................. E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... F. Analisis Data ............................................................................ G. Pengecekan Keabsahan Temuan Data ..................................... H. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Objek .............................................................. 1. Sejarah Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ......................... 2. Letak Geografis .................................................................. 3. Struktur Organisasi ............................................................ 4. Visi, Misi, Tujuan, Target dan Strategi .............................. 5. Pola Kepemimpinan ........................................................... B. Penyajian Data ......................................................................... 1. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung ................................................................ 2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung .............................................................................
73 74 77 78 78
80 80 83 83 85 87 89
89
141
16 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu Dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung ....... B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai- Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung ............................... BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. B. Saran ......................................................................................... DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN
146
150
152 155
17 ABSTRAK
Noviantini, Rini, Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to manage yang sinonimnya antara lain to hand berati mengurus, to control berarti mengawasi dan to guide berarti memimpin. Qolbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran ilahiyah yaitu ruh. Manajemen Qolbu artinya bagaimana mengelola hati supaya potensi positifnya bisa berkembang maksimal mengiringi kemampuan berpikir dan bertindak, sehingga sekujur sikapnya menjadi positif dan potensi negatifnya segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak berbuah menjadi tindakan yang negatif. Dengan adanya Manajemen Qolbu maka akan melahirkan akhlak yang baik. Akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Pondok Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama, sehingga mudah mempraktekan nilai-nilai Manajemen Qolbu supaya kualitas akhlak menjadi lebih baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan nilai- nilai Manajemen Qolbu dan apa faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Tujuannya mendeskripsikan penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dan faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode Observasi, Interview, Dokumentasi dan pembahasan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang sebagian besar berasal dari catatan pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Kemudian catatan tersebut di analisis untuk memperoleh tema dan pola-pola yang dideskripsikan dan diilustrasikan dengan contoh-contoh, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah Program Pesantren Mahasiswa (PPM) sebagai sebuah program pendidikan yang berorientasi pada penanaman aqidah, pengembangan potensi dan pembentukan sikap, dengan harapan menjadi solusi alternatif bagi bangsa. Manajemen Qolbu Aa Gym merupakan upaya pengelolaan atau penataan hati dengan berbagai kiat-kiatnya yakni agar hati selalu bersih, karena hati merupakan pusat dari segala perbuatan manusia. Faktor pendukung internal yakni pengasuh, pengurus dan santri, faktor eksternal yakni wali santri dan lingkungan. Faktor penghambat yakni masih membutuhkan dana yang lebih, rasa malas karena kelelahan dan kurang kesadaran dari santri dalam mengikuti program. Kata Kunci: Manajemen Qolbu, Kualitas Akhlak 18 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sampai saat ini ada satu bagian dari dalam tubuh manusia yang banyak menyita perhatian para ahli, utamanya ahli di bidang biologi, kedokteran dan psikolagi yakni otak. Otak menjadi pusat perhatian yang paling tinggi, tidak seperti perhatian mereka terhadap organ-organ tubuh yang lain. Sedikit demi sedikit para pemerhati masalah ini telah menyimpulkan penelitian-penelitian mereka. Misteri tentang otak manusia mulai terpecahkan dan teori-teori baru tentang otak mulai dikembangkan, Neurologi menjadi ilmu yang paling maju yang bisa dicapai dalam masalah yang satu ini. 2
Sementara itu, ada satu bagian lagi dari dalam tubuh manusia yang juga menyita perhatian, bahkan sudah sangat lama, hanya saja tidak seperti perhatian para ahli terhadap otak. Perhatian terhadap satu organ ini datang kebanyakan bukan dari para ahli bidang biologi, kedokteran atau psikologi melainkan para pemikir di bidang filsafat, sosial dan utamanya agama. Organ tersebut adalah hati, jika gagasan-gagasan, konsep-konsep dan teori-teori tentang otak manusia sudah banyak bermunculan maka tidak demikian dengan gagasan, konsep, teori tentang hati. Misteri-misteri tentang hati masih tersembunyi rapat-rapat, serapat letaknya di dalam tubuh manusia.
2 Muhammad Muhyidin, The True Power of Heart (Jogjakarta: Diva Press, 2007), hlm. 31 19 Walaupun demikian, tampaknya perhatian terhadap kedua organ dalam tersebut sudah sama-sama tua. Di jaman Yunani kuno, pembicaraan otak dengan hati sudah dimulai, hanya saja pembicaraan keduanya berangkat lebih banyak dari pemikiran yang sifatnya spekulatif belaka. Dalam perkembangannya kemajuan sains dan teknologi meniscayakan kita untuk melakukan penelitian terhadap otak, tetapi sekaligus melokalisasi fokus perhatian tersebut pada organ yang satu ini. 3
Terdapat banyak alasan mengapa perhatian terhadap hati tidak setinggi perhatian terhadap otak. Diantaranya karena persoalan letak, dari sisi ini penelitian terhadap otak lebih dimungkinkan dari pada penelitian terhadap hati. Alasan lain sudah diyakini bahwa otak merupakan pusat segala kecerdasan yang niscaya dimiliki oleh manusia, padahal kecerdasan merupakan satu tema sentral dalam kehidupan manusia sendiri, yang darinya manusia berbeda dan membedakan diri dengan makhluk hidup yang lain. Alasan yang lain sampai saat ini tampaknya sains dan teknologi belum berhasil menemukan alat-alat tertentu yang sanggup digunakan untuk meneliti hati sebagaimana alat-alat tertentu yang sudah ditemukan dan dapat digunkan untuk meneliti otak. Hati atau jantung selama ini lebih banyak dibicarakan dan dibahas dari sudut kedokteran saja, dari sisi sehat dan sakitnya secara fisik saja, yang memang hal tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia. Penyakit jantung atau penyakit liver merupakan jenis penyakit yang berbahaya dan mematikan, penyakit seperti ini tidak sama dengan penyakit stres atau pusing kepala.
3 Ibid., hlm. 32 20 Dari kenyataan yang demikian itu, dorongan terhadap sains dan teknologi agar bisa menghasilkan alat-alat penelitian yang khusus untuk membuka tabir misteri hati tampaknya perlu terus-menuerus dilakukan. Para ilmuan bidang ini tampaknya harus membuka diri untuk menerima asumsi-asumsi agama terhadap organ yang satu ini. Mereka tidak bisa menutup mata terhadap kebenaran agama yang menyatakan bahwa hati merupakan organ tubuh yang sangat vital dan sangat penting. Pembahasan tentang rahasia-rahasia hati ini lebih banyak bertolak dari sudut pandang agama, logika dan falsafat bukan dari sudut pandang sains positif. Alasannya sangat sulit untuk menemukan referensi atau rujukan ilmiah tentang masalah ini. Walaupun demikian, tidak ada satu pun manusia yang berakal sehat yang hidup di dunia ini meragukan fakta bahwa hati demikian kuat pengaruhnya dalam kehidupan manusia sendiri. Sifat-sifat seperti kebaikan, keluhuran, kelembutan, cinta-kasih, keadilan dan kebenaran yang telah ditunjukan oleh manusia merupakan kenyataan yang tidak mungkin dipungkiri. Demikian halnya sifat-sifat seperti tamak, rakus, sombong, khianat, benci, dendam, amarah dan lain sebagianya, yang juga turut meramaikan jiwa manusia merupakan fakta-fakta yang juga tidak bisa dipungkiri. Para ilmuan atau para ahli di bidang otak sendiri mengakui keberadaan sumber atau pusat keberadaan sifat-sifat yang seperti ini bukan berada di otak. Berkhayal, berfantasi, berimajinas dan berpikir merupakan fungsi otak sedangkan benar, adil, jujur, marah, benci, dendam dan seterusnya ini tidak termasuk dalam kategori khayalan, fantasi, imajinasi dan pikiran. Sebagainya masuk ke dalam 21 kategori rasa dan sumber atau pusat rasa juga tidak terdapat di otak, kecuali otak hanya mampu berpikir tentang rasa yang kemudian dapat disebut sebagai Kecerdasan Emosional. Otak juga mampu berpikir tentang benar, adil, jujur, cinta-kasih, kelembutan dan keyakinan terhadap kekuatan yang bersifat Suprarasional, yang kemudian disebut sebagai Kecerdasan Spiritual, tetapi sumber atau pusat dari sifat-sifat ini lagi-lagi bukan berada di otak. 4
Hati tidak mempunyai batas atau ukuran-ukuran permanen, sebagaimana makna hati itu sendiri yang bersifat kondisional (ahwal) dan tidak memiliki pengertian yang statis (maqamah), hati tidak mungkin diukur dengan batasan- batasan atau dibatasi dengan ukuran-ukuran yang pasti. Ungkapan Pascal yang dikutip Tasmara Toto yaitu Le coeur a ses raisons que la raisons ne connait pas hati mempunyai akalnya sendiri yang tidak bisa dimengerti oleh akal budinya. Pascal melanjutkan bahwa kebenaran hanya dapat diketahui jika kita mau mendengar suara hati (logique de coeur), walaupun seharusnya lebih ditegaskan bahwa kebenaran hanya mungkin diketahui dan dirasakan nyata apabila kita mau melaksanakan kata hati bukan hanya mendengar. 5
Agama sebagimana juga logika dan falsafah menyebutkan sumber atau pusat sifat-sifat adalah hati bukan otak. Oleh karena itu membahas rahasi-rahasia hati adalah sebagia dasar kita untuk mengerti dan memahami kekuatan-kekuatan yang dimilikinya, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan kita sendiri. Memahami dan menangkap hati secara utuh adalah kemustahilan. Kita hanya
4 Ibid., hlm. 36 5 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) (Jakarta: Gema Insani,, 2001), hlm. 45 22 dapat memahami melalui asumsi-asumsi dari proses perenungan yang sangat personal karena di dalam hati terdapat barbagai hayalan dan filsafat agama, tema yang berkaitan dengan hati menjadi masalah yang selalu menarik untuk memahaminya secara lebih mendalam. Langkah awal untuk membuka dan memahami rahasia-rahasia hati maka memerlukan pijakan yakni dasar-dasar rujukan yang paling diyakini benar dan sangat bisa untuk dipertanggungjawabkan tentang informasi-informasi mengenai hati. Ayat-ayat Al-Quran al-Karim adalah pilihan yang paling tepat untuk menjadi dasar dan pijaka memasuki rahasia-rahasia hati. Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung menerapkan konsep Manajemen Qolbu dalam dakwahnya. Pesantren ini mulanya adalah sebuah majelis dzikir yang dipimpin langsung oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih dikenal Aa Gym. Lambat laun majelis ini merangkak menjadi sebuah pengajian rutin dan terus berkembang sampai akhirnya jadilah Daarut Tauhiid dengan berbagai lembaga pendukungnya. Pondok Pesantren Daarut Tauhiid adalah Pesantren Alternatif karena aktivitas dakwah di Daarut Tauhiid berbeda dengan umumnya Pesantren, biasanya yang disebut Pesantren adalah lembaga pendidikan keislaman yang di dalamnya terdapat kiai, santri, masjid, pondok dan pengkajian kitab Islam klasik (kitab kuning) dan biasanya Pesantren seperti ini disebut Pesantren tradisional atau Pesantren salaf. Di Daarut Tauhiid kriteria seperti di atas tidak terpenuhi. Di Daarut Tauhiid tidak ada pengkajian khusus secara mendalam mengkaji kitab Islam klasik seperti di Pesantren tradisional, kalaupun ada porsinya sangat sedikit. 23 Santri Daarut Tauhiid tidak hanya mempelajari agama yang behubungan dengan ibadah tetapi juga mempelajari ilmu yang berhubungan dengan alam semesta. 6
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan umumnya Pesantren yang terdapat di negeri ini, baik yang tergolong tradisional maupun modern. Pertama, kiai atau ustad yang memimpin dan mengajar di Daarut Tauhiid telah dididik dalam dua kultur yaitu modern dan tradisional. Kultur modern maksudnya adalah para ustad tersebut telah dididik atau bersentuhan baik secara akademis maupun kultural dengan sistem pendidikan modern. Namun, di sisi lain para ustad tersebut selain berpendidikan modern juga bersentuhan dengan sistem pendidikan tradisional Pesantren, seperti umumnya figur kiai di Indonesia. Kedua, kiai atau ustad tampaknya bukanlah figur segala-galanya dan bukan juga pemegang kebijaksanaan tunggal Pesantren. Akibatnya, gaya kepemimpinan Daarut Tauhiid tidak lagi bersifat sentralistis, melainkan demokratis. Bahkan gaya seperti ini tampaknya mulai mempengaruhi sistem pengajaran Pesantren, santri atau jamaah pengajian diberi kebebasan seluas- luasnya untuk mengekspresikan pendapat, bertanya dan menjalankan agamanya, serta bersikap kritis terhadap apa yang disampaikan oleh kiai atau ustad. Mungkin sesuai dengan karekter Pesantren dan figur Aa Gym di dalamnya, khidmat berlebihan kepada kiai atau ustad yang cenderung melahirkan kultus tidak dikenal di Pesantren ini. Di Daarut Tauhiid justru yang terlihat aroma
6 Hernowo dan M. Deden Ridwan, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhiid (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003), hlm. 28-30 24 kebersamaan dan sikap egaliter, kendati prinsip disiplin tetap dipraktikkan secara ketat. 7
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid sengaja didesain menjadi pesantren yang benar-benar berbaur dengan masyarakat atau dikenal dengan konsep tanpa batas (virtual). Santrinya menyewa rumah di masyarakat sehingga diharapkan selain akan mewarnai masyarakat sekitarnya juga menghidupkan ekonomi masyarakat dengan makan dan belanja di warung sekitarnya. Adapun yang menjadi santri adalah dari semua lapisan masyarakat yang terdiri dari para mahasiswa, tetangga, pedagang, tukang beca, supir, anak jalanan, polisi dan aparat pemerintah sehingga menjadi satu kesatuan. 8 Sebagai Pesantren yang berada di tengah kota, Daarut Tauhid memang dimaksudkan untuk mengincar segmen masyarakat perkotaan yang ingin memperdalam ilmu agama. Aktivitas keislaman di Daarut Tauhiid terfokus pada kegiatan dakwah, di sini lebih bermakna pendidikan bukan dakwah dalam pengertian konvensional. Pola dakwahnya meliputi ceramah umum yang rutin diselenggarakan, ada lagi yang disebut kategori pendidikan khusus seperti salah satunya objek yang penulis teliti yaitu santri mukim Program Pesantren Mahasiwa (PPM) dan waktunya relatif ada yang 3 bulan, 1 tahun dan sebagainya, tetapi dengan kurikulum yang jelas.
7 Ibid., hlm. 29-30 8 Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya Sebuah Qolbugrafi (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. 98 25 Model pendidikan yang dikedepankan oleh Daarut Tauhid dikenal dengan sebutan "Manajemen Qalbu", konsep yang digelontorkan oleh KH. Abdullah Gymnastiar. Sebuah metode yang mengajak pesertanya untuk mampu menseleraskan olah pikir, olah hati dan olah tindakan (dzikir). Intinya adalah memenej dan memelihara kebeningan hati dengan cara mengenal Allah lebih mendalam (dengan amalan/dzikir), untuk kemudian mengisinya dengan nilai-nilai ruhani Islam seperti sabar, ridho, tawakkal, ikhlas, jujur, disertai dengan ikhtiar. Aa Gym telah bertahun-tahun berusaha untuk menemukan konsep praktis Manajemen Qolbu ini, berusaha menggali konsep ini bukan dari kekuatan orang lain, melainkan dari kedalaman dirinya sendiri. Proses introspeksi diri yang dilakukannya baik bersama seluruh keluarga, santri dan para sahabat maupun dirinya sendiri terutama ketika berada sendirian di keheningan malam atau saat terpojok oleh masalah-masalah duniawi terasa cukup efektif untuk merumuskan konsep Manajemen Qolbu ini. Ternyata Manajemen Qolbu menunjukkan bahwa manusia mampu mengendalikan dirinya. 9
Tujuan Manajemen Qolbu yang penting lagi adalah mengajak kita untuk mengembangkan dan mengedepankan hati yang terberkahi, tersucikan dan tercerahkan, sehingga hati ini dapat memandu kehidupan kita menuju kepada tujuan kehidupan yang hakiki. Tujuan yang hakiki menghendaki pemahaman yang baik dalam proses mencapai tujuan, sedangkan pemahaman yang baik hanya akan kita dapatkan manakala kita telah berhasil memahami rahasia-rahasia hati itu sendiri.
9 Hernowo dan M. Deden Ridwan, op cit., hlm. 227 26 B. Rumusan Masalah Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung? 2. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis, diharapkan dapat memeberikan pengetahuan dan memperkaya khazanah kepustakaan di Perguruan Tinggi serta dapat dijadikan bahan pijakan untuk penelitian berikutnya dan sebagai 27 pengalaman dalam mengembangkan dan membina kemampuan peneliti dalam menyusun mukim ilmiah. 2. Secara praktis, dapat memberikan informasi dan untuk mengetahui serta memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Untuk menghindari perluasan masalah dalam pembahasan skripsi ini sekaligus untuk mempermudah pemahaman, maka dalam penulisan skripsi ini dibatasi hanya akan membahas tentang penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung dan faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Apabila ada permasalahan diluar pembahasan tersebut maka sifatnya hanyalah sebagai penyempurna sehingga pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju.
28 F. Definisi Operasional 1. Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran 10
2. Qolbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran ilahiyah yaitu ruh 11
3. Kualitas adalah mutu; baik buruknya barang 12
4. Akhlak adalah budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muruah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat 13
G. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh suatu gambaran secara garis besar dari penelitian ini, maka penelitian menguraikan dalam enam bab sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bagian ini bertujuan sebagai pengantar kepada pembaca yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bagian ini merupakan kajian teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan menjadi dasar dalam penelaahan, yang meliputi: Manajemen
10 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mukim Abditama, 2001), hlm. 274
11 Toto Tasmara, op. cit., hlm. 45 12 Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arbola, 1994), hlm. 384 13 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 2 29 Qolbu, Pensucian Jiwa (Tazkiyah An-Nafs) dalam Tasawuf , Akhlak dan Pondok Pesantren. BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, proses pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan data dan tahap-tahap penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN Bagian ini meliputi latar belakang objek: sejarah Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, letal geografis, struktur organisasi, visi dan misi dan pola kepemimpinan. Penyajian data: penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bagian ini merupakan pembahasan hasil peneitian dan pembahasan terhadap temuan-temuan BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini, oleh karena itu penulis akan memberikan kesimpulan dari pembahasan yang bersifat empiris, kemudian dilanjutkan dengan pemberian saran.
30 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Qolbu 1. Pengertian Manajemen Qolbu Manajemen Qolbu berasal dari kata manajemen dan qolbu. Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to manage yang sinonimnya antara lain to hand berati mengurus, to control berarti mengawasi dan to guide berarti memimpin. Jadi, apabila dilihat dari asal katanya manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin, membimbing, kepemimpinan, ketatalaksanan, pembinaan dan ketatapengurusan pengelolaan. 14 Manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam kelompok formil untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. 15
Secara sederhana manajemen berarti pengelolaan atau pentadbiran, artinya sekecil apa pun potensi yang ada apabila dikelola dengan tepat, akan dapat terbaca, tergali, tertata dan berkembang secara optimal. 16
Qolbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran ilahiyah yaitu ruh. 17 Sebagaimana sejak di alam ruh, manusia telah melakukan kesaksian kebenaran,
14 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 159 15 John D. Millet, Management in the public service (http: www.google.com, diakses 10 Agustus 2009) 16 Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati Step by Step Manajemen Qolbu (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. xvi 31 ) {& 7/ _/ # Jh & ? & M9& 3n// ( #9$% ?/ $ & #9)? )9# $) $2 # ,#
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang- orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-Araaf: 172) Qolbu adalah bentuk masdar dari qalaba yang artinya berubah-ubah, berbolak-balik, tidak konsisten, berganti-ganti. Qolbu merupakan lokus atau tempat di dalam jiwa manusia yang merupakan titik sentral atau awal segala awal yang menggerakkan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Qolbu juga merupakan sagfana atau hamparan yang menerima suara hati (conscience) yang berasal dari ruh dan disebut dengan nurani, yang menerangi atau memberikan arah pada manusia untuk bertindak dan bersikap berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimiliki.
17 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) (Jakarta: Gema Insani,, 2001), hlm. 45 32 Dengan qolbu itulah, Allah memuliakan manusia dari segala makhluk yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qolbu itu pula manusia merusak dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan qolbu merupkan titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan ruhaniah bagi manusia. Itulah sebabnya, Allah menempatkan qolbu sebagai sentral kesadaran manusia sehingga Allah tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah memafkan kasalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan oleh hati nurani manusia. Allah tidak memandang apa yang tampak, tetapi melihat yang lebih esensial yaitu qolbu manusia, karena dari sinilah berangkat segala tindakan yang autentik. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk wajahmu, tidak memandang badanmu, melainkan Dia memandang qolbumu Di dalam qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang salah-benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus dipertanggungjawabkannya secara sadar, sehingga kualitas qolbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina, bahkan lebih hina dari binatang yang melata. Qolbu merupakan awal dari sikap sejati manusia yang paling autentik yaitu kejujuran, keyakinan dan prinsip-prinsip kebenaran. Perasaan moral tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tindakan yang berorientasi pada prestasi (achievemnents orientation) amal saleh. Dengan pemahaman ini, 33 tumbuhlah kecerdasan ruhaniah yang paling awal yaitu kesadaran untuk bertanggung jawab. Salah satu fungsi qolbu adalah merasakan dan mengalami, yang artinya qolbu mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali ke dunia luar, dan proses ini disebut menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, manusia sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, di dalam proses menghayati manusia sadar akan seluruh tanggungjawab perbuatannya. Pengalaman bersifat kualitatif physical (badani, nafsiah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif psychical spiritual (ruhiah). 18
Pada tubuh manusia terdapat tiga rasa yang melekat. Pertama, rasa indrawi (badaniah) misalnya: pahit, manis dan asin. Kedua, rasa vital (nafsiyah) misalnya: segar, bugar. Ketiga, rasa qolbiyah misalnya: cinta, benci, bahagia dan derita, termasuk di dalam rasa qolbiyah ini adalah rasa yang paling luhur yaitu rasa ruhiyah yang mencakup kearifan dan kebenaran Ilahiah atau yang dikenal dengan istilah marifah. 19
Qolbu adalah hati nurani atau lubuk hati yang paling dalam, yang merupakan sarana terpenting yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Hati adalah tempat bersemayamnya niat, yakni yang menentukan nilai perbuatan seseorang. Niat ini selanjutnya diproses oleh akal pikiran agar bisa
18 Ibid., hlm. 48 19 Ibid.. 34 direalisasikan dengan efektif dan efisien oleh jasad kita dalam bentuk amal perbuatan. 20
Menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Al-qalbu atau hati yang dimaksud dengannya bisa berupa anggota khusus yang berada dalam tubuh manusia yang menopang aliran darah. Namun, bukan ini yang kami maksud .... Qalbu dengan makna ini adalah hakikat manusia. Dialah bagian yang menyerap, menangkap, dan memiliki pemahaman dalam diri manusia. Dialah yang diberi tugas hukum, yang akan diperhitungkan, yang akan diberi ganjaran, dan yang akan mendapat kecaman 21
2. Konsep Manajemen Qolbu Konsep Manajemen Qolbu (MQ) kali pertama dikembangkan oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada tahun 1990, untuk kalangan intern Pesantren Daarut Tauhiid (DT) Bandung. Setelah terbukti ada manfaatnya, sejak tahun 1998 mulai dikembangkan ke beberapa lembaga di luar pesantren. 22
Manajemen Qolbu bukanlah hal baru dalam Islam. Konsep ini hanyalah sebuah format dakwah yang bersumber dari Al-Quran Surat Asy- Syam: 9-10 % x=& $8. % >%{ $9 Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
20 Abdullah Gymnastiar, loc.cit. 21 Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 62 22 Ibid., hlm. xvi 35 dan Al-Hadits Riwayat Muslim: ' - - = ' _ ' - - = ' - - - -- = ' _ `
- ' - ' ` ' - - = ' - - - -
Artinya: Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati. Menyimak dari itu dikemaslah dalam bahasa yang lebih aktual yaitu Manajemen Qolbu, artinya bagaimana mengelola hati supaya potensi positifnya bisa berkembang maksimal mengiringi kemampuan berpikir dan bertindak, sehingga sekujur sikapnya menjadi positif dan potensi negatifnya segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak berbuah menjadi tindakan yang negatif. 23
Dalam konsep Manajemen Qolbu setiap keinginan, perasaan atau dorongan apa pun yang keluar dari dalam diri seseorang akan tersaring niatnya sehingga melahirkan suatu kebaikan dan kemuliaan serta penuh dengan manfaat, tidak hanya bagi kehidupan dunia tetapi juga untuk kehidupan akhirat. Dengan pengelolaan hati yang baik, maka seorang juga dapat merespon segala bentuk aksi atau tindakan dari luar dirinya baik itu positif maupun negatif secara proporsional.
23 Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. 150 36 Respon yang terkelola dengan sangat baik akan membuat reaksi yang dikeluarkannya menjadi positif dan jauh dari hal-hal mudharat. Dengan kata lain, setiap aktifitas lahir dan batinnya telah tersaring sedemikian rupa oleh proses Manajemen Qolbu. Karena itu, yang muncul hanyalah satu yaitu sikap yang penuh kemuliaan dengan pertimbangan nurani yang tulus. Peran hati dalam mengendalikan anggota-anggota badan sebagaimana peran seorang raja dalam mengendalikan tentara-tentaranya, di mana semuanya harus atas perintahnya, dan dia menggunkannya sebagaimana dia kehendaki, maka semua anggota badan itu seharusnya berada di bawah penghambaan dan kekuasaannya. Dari hatilah anggota-anggoat memperoleh bekal untuk beerlaku istiqamah atau ragu-ragu. Jadi hati adalah raja bagi seluruh anggota badan, sedangkan anggota tubuh yang melaksanakan segala perintah hati dan menerima segala hadiah yang diberikan kepadanya. Segala amal anggota badan tidak mungkin pernah lurus hingga bersumber dari tujuan dan niatnya. Hatilah yang bertanggung jawab atas segala tindakan anggota badan, karena setiap pemimpin harus bertanggung jawab atas seluruh rakyatnya. 24
Dengan demikian, melalui konsep Manajemen Qolbu seseorang bisa diarahkan agar menjadi sangat peka dalam mengelola sekecil apa pun potensi yang ada dalam dirinya menjadi sesuatu yang bernilai kemuliaan serta memberi manfaat besar, baik bagi dirinya sendiri maupun makhluk Allah
24 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Obat Hati Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi; Karya dan Pemikirannya, terj., Tajudin. (Jakarta: Darul Haq, 2007), hlm. 211 37 lainnya. Lebih dari itu, dapat memberi kemaslahatan di dunia juga di akhirat kelak. 25
3. Pembagian Hati a. Hati yang sehat Hati yang sehat yaitu hati yang bersih yang seorang pun tidak akan bisa selamat pada hari kiamat kecuali jika dia datang kepada Allah dengan hati yang bersih. Sebagaimana firman Allah, $ / ) A& !# 5==)/ 5= Artinya: (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. Asy-Syuara: 88-89) Disebut qalbun salim (hati yang bersih, sehat) karena sifat bersih dan sehat telah menyatu dengan hati, sebagaiman kata Al-Alim, Al-Qadir (Yang Maha Mengetahui, Maha kuasa) dan merupakan lawan dari sakit dan aib. Qalbun salim yaitu hati yang bersih yang selamat dari berbagai syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Allah, hati yang selamat dari menjadikan sekutu untuk Allah dengan alasan apapun. Hati yang mengikhlaskan penghambaan dan ibadah kepada Allah semata, baik dalam kehendak, cinta, tawakal, inabah (kembali), merendahkan diri, khasyyah
25 Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati Step by Step Manajemen Qolbu (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. xvi-xviii 38 (takut), raja (pengharapan) dan hati yang mengikhlaskan amalnya untuk Allah. 26
Kesehatan ruhani dalam pandangan Islam adalah selamatnya qolbu (hati nurani) dari penyakit-penyakit ruhani, karena telah hadirnya cahaya hidayah atau petunjuk Ilahiah di dalamnya. Cahaya itu mengandung energi dan power Ilahiah yang senantiasa mendorong dan eksistensi diri selalu tetap dalam keyakinan dan persaksian tauhid yakni tiada sesembahan malainkan Maha Zat yang bernama Allah. Dalam bahasa orang agama, orang yang memiliki kesehatan ruhani yang baik dan benar lebih masyhur disebut orang yang hidup dan meraih kehidupan dalam keimanan dan ketakwaan. 27
Seseorang yang memiliki hati sehat, tidak ubahnya seperti seseorang yang memiliki tubuh sehat yang akan bugar dan berfungsi optimal dan juga akan mampu mamilih dan memilah setiap rencana atau suatu tindakan. Dengan begitu, setiap yang akan diperbuat benar-benar sudah melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang bersih. 28
26 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Manajemen Qalbu Melumpuhkan Senjata Syetan; Karya dan Pemikirannya, terj., Ainul Haris Umar Arifin. (Jakarta: Darul Falah, 2005 ), hlm. 1-2 27 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligence (Yogyakarta: Islamika, 2005), hlm. 6 28 Abdullah Gymnastiar, Inilah Indahnya Islam dengan Manajemen Qolbu (Bandung: Khas MQ, 2005), hlm. 11 39 b. Hati yang mati Hati yang mati yaitu hati yang tidak mengetahui Tuhannya, tidak menyembah-Nya sesuai dengan perintah yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati yang selalu menuruti keinginan nafsu dan kelezatan dirinya, meskipun begitu, tidak mempedulikan akan dimurkai dan dibenci Allah asalkan mendapat bagian dan keinginannya. Hati yang mati tidak menerima dan taat pada kebenaran. Hawa nafsu membuat hati tuli dan buta selain dari kebatilan, hati yang mati tidak mempedulikan orang yang memberi nasehat, sebaliknya mengikuti setiap langkah dan keinginan syetan. Maka membaur dengan orang yang hatinya mati adalah penyakit, bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah racun dan menemani orang yang hatinya mati adalah kehancuran. 29
c. Hati yang sakit Hati yang sakit yaitu hati yang hidup tetapi cacat, memiliki dua materi yang saling tarik menarik. Ketika hati memenangkan pertarungan maka di dalamnya terdapat kecintaan kepada Allah, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada-Nya, itulah materi kehidupan. Di dalam hati itu juga terdapat kecintaan kepada nafsu, keinginan dan usaha keras untuk mendapatkannya, dengki, takabur, bangga diri, kecintaan kekuasaa dan membuat kerusakan di bumi, itulah materi yang menghancurkan dan membinasakan.
29 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ibid., hlm. 3 40 Hati yang sakit diuji oleh dua penyeru, yang satu menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya serta hari kiamat, sedang yang lain menyeru kepada kenikmatan sesaat. Hati yang sakit akan memenuhi salah satu di antara yang paling dekat pada keselamatan dan bisa pula lebih dekat pada kehancuran. Hati yang sakit jika penyakitnya sedang kambuh maka hatinya menjadi keras dan mati, dan jika mengalahkan penyakit hatinya maka hati menjadi sehat dan selamat. 30
Sakit ruhani yaitu kotor dan najis qolbu, karena telah dipenuhi oleh virus-virus ruhani seperti syirik (menyekutukan Alla), kufur (mendustakan Alla), nifaq (bermuka dua di hadapan Allah) dan fasik (menganggap enteng Allah). Indikasi sakit ruhani itu akan terlihat pada perilaku tindakan dan aktivitas kehidupan yang menyimpang atau keluar dari bimbingan dan pimpinan agama, ketuhanan, Al-Quran dan ketauladanan Rasul-Nya seperti dengki, dendam, dusta, korupsi, zina dan fitnah. 31
4. Qolbu Pusat Kecerdasan Ruhani Kecerdasan ruhaniah ialah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati dan beradaptasi. Untuk itu, kecerdasan ruhaniah sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qolbu (tazkiyah, tarbiyatul qullub) sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya
30 Ibid., hlm. 4-5 31 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, op.cit., hlm. 7 41 mengambil keputusan. Qolbu harus senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya ruh yang bermuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi. 32
Rasa ruhaniah merupakan rasa yang paling fitrah, sebuah potensi yang secara hakiki ditiupkan ke dalam tubuh manusia ruh kebenaran, yang selalu mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi bertuhan. Nilai kehidupan yang hakiki tidak lain berada pada nilai yang sangat luhur tersebut, apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk mendengarkan kebenaran atau menjadi orang yang hina karena seluruh potensinya telah terkubur dalam kegelapan. O 1 m ( _ 39 9# /{# {# 4 W=% $ 6@
Artinya: Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. As-Sajdah: 9) Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan, yaitu sebagai berikut: a. Kecerdasan ruhaniah (spiritual intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam carannya menempatkan diri dalam pergaulan.
32 Toto Tasmara, op.cit., hlm. 47 42 b. Kecerdasan intelektual yaitu kemampuan seseorang dalam memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa dan matematika (logical mathematical intelligence). c. Kecerdasan emosional (emotional intelligence) yaitu kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya untuk memahami irama, nada, musik serta nilai-nilai estetika. d. Kecerdasan sosial yaitu kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok. Dalam kecerdasan ini termasuk pula interpersonal, intrapersonal skill dan kemampuan berkomunikasi (linguistic intelligence). e. Kecerdasan fisik (bodily-kinesthetic intelligence) yaitu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyarat tubuhnya. 33
Seluruh kecerdasan tersebut, harus berdiri di atas kecerdasan ruhaniah sehingga potensi yang dimilikinya menghantarkan diri kepada kemuliaan akhlak. Empat kecerdasan yang dikendalikan oleh hati nurani akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan dan perdamaian manusia. Dengan demikian, di dalam qolbu selain memiliki fungsi indrawi, di dalamnya ada ruhani yaitu moral dan nilai-nilai etika, artinya hati yang menentukan tentang rasa bersalah, baik-buruk, serta mengambil keputusan berdasarkan tanggung jawab moralnya tersebut.
33 Ibid., hlm. 49 43 Penilaian akhir dari sebuah perbuatan sangat ditentukan oleh fungsi qolbu. Kecerdasan ruhani tidak hanya mampu mengetahui nilai-nilai, tata susila dan adat istiadat saja, malainkan kesetiaannya pada suara hati yang paling sejati dari lubuk hatinya sendiri. Apabila ukurannya hanya etika tata susila, seorang koruptor pun mampu menunjukkan sikap yang sopan dan manis tutur katanya, mamikat dan simpatik. Seorang koruptor tidak ada kekuatan spiritual lemah dan bodoh qolbu, sehingga seluruh kecerdasannya terlepas dari bisikan nuraninya yang memenuhi qolbunya. Tindakannya terlepas dari nilai hanifiyah yaitu kecerdasannya kepada kebenaran.
Gambar 2.1 Pembagian kecerdasan Kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang paling sejati tentang kearifan dan kebenaran serta pengetahuan Ilahi. Kecerdasan ini membutuhkan rasa cinta yang sangat mendalam terhadap kebenaran, sehingga seluruh Kecerdasan Emosional
Qalbu Kecerdasan Ruhani Kecerdasan Physical Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Sosial 44 tindakannya akan dibimbing oleh ilmu Ilahiah yang mengantarkannya kepada marifatullah. Sedangkan, kecerdasan lainnya lebih bersifat pada kemampuan untuk mengolah segala hal yang berkaitan dengan bentuk lahiriah (duniawi). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa setiap niat yang terlepas dari nilai-nilai kebenaran Ilahiah merupakan kecerdasan duniawi dan fana (temporer), sedangkan kecerdasan ruhaniah qalbiah bersifat autentik, universal dan abadi. Manusia adalah makhluk yang sangat kreatif, penuh dengan daya imajinasi. Apabila potensi yang dimilikinya itu terlepas dari cahaya Ilahi, maka masuklah ke dalam qolbu kekuasaan syetan sehingga seluruh kreativitasnya, imajinasinya dapat menyesatkan pandangan lahir manusia lainnya. Qolbu marupakan padang pertempuran yang paling dahsyat di mana kebenaran akan selalu bertempur dengan kebatilan, cahaya berhadapan dengan kegelapan. Sesuai dengan hakikatnya yang sering berbolak-balik dan tidak konsisten, maka di dalam hati manusia terdapat pertemputan abadi (jihadun nafs), dan setiap pribadi yang beriman dan bertaqwa wajib memenangkannya. Potensi kecerdasan ruhaniah akan terus cemerlang selama kita mau mengasahnya dengan kewaspadaan yang penuh, tentunya dibutuhkan pembebasan diri dari segala belenggu nafsu yang selalu ingin menyimpangkan qolbu dari cahaya Ilahi agar qolbu menampakkan wajah Ilahi yang sebenarnya. 34
34 Ibid., hlm. 53 45 5. Al-Quran sebagai Obat dan Penawar Hati dari Berbagai Penyakit Al-Quran adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril As secara bertahap selama lebih kurang 23 tahun. Isi dari Al-Quran terdiri dari dua permasalahan utama, yaitu persoalan ketuhanan dengan seluk-beluknya dan persoalan kealaman atau kemakhlukan dengan seluk-beluknya. Dengan harapan manusia dapat berpedoman pada Al-Quran dengan utuh dan sempurna, tanpa ada keraguan sedikit pun akan kebenaran dan kemukjizatannya. Melalui Al-Quran manusia akan dapat menemukan hakikat kebahagiaannya yang hakiki di dunia hingga akhirat. Melalui Al-Quran manusia dapat membangun dan mengembangkan manajemen interaktif antara diri dengan Tuhannya dan antara diri dengan lingkungannya. Al-Quran sebagai kalam Allah Yang Maha Suci dan Maha Benar memiliki fungsi dan tujuan yang sangat agung dan mulia bagi kepentingan dan kebutuhan manusia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran itu sendiri, bahwa kalam Allah itu mempunyai beberapa fungsi dan tujuan utama. Diantara fungsi-fungsinya adalah sebagai penyembuh atau obat, dengan mempelajari, memahami dan mengamalkan Al-Quran dengan baik dan benar, manusia akan menjadi sehat secara mental, spiritual, moral, sosial dan fisik. Karena, pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Quran aka selalu membimbing siapa saja yang beriman, percaya, yakin dan mengenal Allah Swt. 35
35 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, op.cit., hlm. 139 46 Dengan mengamal Al-Quran akan menjadikan ruhani sehat serta muncul dalam diri rasa takut dan patuh kepada-Nya. Mental dan jiwa pun akan selalu bergerak dalam moral atau akhlak ketuhanan, sehingga fisik dan lingkungan hidup dan kehidupan turut merasakan aura kesehatan dan kesejahteraan itu. Fungsi Al-Quran juga sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman artinya, dengan mempelajari, memahami dan mengamalkannya dengan baik, benar, penuh keimanan dan keyakinan, maka rahmat Allah akan datang menghiasi diri dan kehidupan. Kasih, sayang dan cinta-Nya akan menghiasi hidup dan kehidupan diri baik dalam kehidupan vertikal maupun horizontal. Inti dari tujuan Al-Quran adalah mendidik dan mengarahkan manusia kepada hidup dan kehidupan yang baik, benar dan menyelamatkan secara mental, spiritual, moral, fisik, sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Jika tujuan minimal ini dapat tercapai, maka tujuan kerahmatan bagi seluruh alam semesta akan terwujud pula adanya. 36
Inbu Qayyum Al Jauziyah menjelaskan, .... Al-Quran seluruhnya merupakan terapi bagi setiap penyakit khususnya penyakit hati. Ia merupakan terapi bagi setiap penyakit-penyakit hati dari kebodohan, keraguan, kebimbangan dan lain-lain. Allah Swt sama sekali tidak pernah menurunkan terapi lain dari langit yang lebih umum, lebih bermanfaat, lebih agung dan lebih mujarab dalam menghilangkan penyakit dari terapi Al-Quran 37
36 Ibid., hlm. 142 37 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Obat Hati Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi; Karya dan Pemikirannya, terj., Tajudin. (Jakarta: Darul Haq, 2007), hlm.234 47 B. Pensucian Jiwa (Tazkiyah An-Nafs) dalam Tasawuf 1. Pengertian An-Nafs Menurut Bahasa Salah satu misteri yang tersimpan dalam diri manusia adalah Nafs yang lebih sering diucapkan sebagai nafsu. Penggunaan kata ini sangat beragam, sehingga menimbulkan interpretasi yang beragam pula. Terkadang dihubungkan dengan makan dan minum, kadangkala dengan emosi dan paling sering dikaitkan dengan seksualitas. Dalam bahasa harian, nafsu kerap diartikan sebagai tenaga atau daya yang ada pada setiap diri orang. 38
Sebagai daya maka ia tidak terlihat namun dapat dirasakan kehadirannya, terutama katika seseorang berkeinginan untuk berbuat sesuatu yang dianggap dapat memuaskan keinginannya. Nafsu itu bersifat ego sentries, bersifat bagi kesenangan dan kepuasan sendiri, baik kepuasan badaniyah maupun kepuasan rohaniyah. Biasanya sikap dan tindakan bernafsu mengacu kepada perbuatan yang jelek, walupun tidak selalu. Sebab, adalah suatu hal yang lazim suatu tindakan yang mengandung nafsu apalagi bernafsu biasanya cenderung merugikan diri sendiri. Namun demikian, bagaimanapun nafsu itu adalah salah satu ciri manusia yang manusiawi, sehingga menjadi bagian dari manusia. Jika ada orang kurang nafsu, maka orang itu dinyatakan ada kelemahannya bahkan dapat disebut sebagai tidak normal. nafsu ini pula yang menjadi mesin penggerak kemajuan dunia, bahakan karena manusia bernafsu itulah ia
38 A. Rivay Siregar. Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 229 48 diberi kehormatan sebagai khalifah Tuhan di bumi, bukan malaikat yang diberi tugas itu, kerena malaikat tidak bernafsu. Dalam hal ini Sigmund Freud mengatakan, peradaban akan berkembang hanya apabila prinsip realita dapat mengalahkan prinsip kesenangan. Oleh karena itu, setiap orang harus mampu mengendalikan diri, dan inilah katanya salah satu fungsi kebudayaan. Menurut Freud, manusia pada dasarnya dikendalikan oleh nalurinya yang bertujuan untuk mencapai kepuasan. Apabila naluri-naluri ini tidak dikendalikan, dampaknya akan bersifat anti sosial, anarkis, serakah dan kejam. Akan tetapi, kenyataannya menunjukkan bahwa manusia tidak bisa sepenuhnya menguasai apabila mematikan nalurinya terhadap kesenangan. Akibatnya manusia akan dihadapi pada pilihan antara hasrat untuk melepas bebaskan nafsu (pleasure principle) dan kenyataannya bahwa tanpa pengendalian nafsu, maka manusia akan jatuh menjadi bersifat destruktif (realita principle). Inilah yang disebut ketenangan abadi dalam diri manusia. 39
2. An-Nafs dalam Al-Quran Dalam Al-Quran kata nafsu nampaknya berasal dari nafs yang kata jamaknya anfus dan nufus yang diartikan sebagai jiwa, diri, pribadi, hidup, pikiran atau hati yang dalam bahasa Inggris disebut soul, Psyche dan nous. Apabila secara khusus dibaca Surat Yusuf ayat 53 kata Nafs kelihatannya bermakna ganda, yakni cenderung untuk berbuat jahat (nafsu
39 Ibid., hlm. 230 49 ammarah) tetapi juga bisa berbuat kebaikan (nafsu al-marhamah), nafsu yang diberi rahmat yakni kepribadian yang didominasi sifat kasih sayang. 40
Selain kata nafsu dalam Al-Quran juga ditemukan istilah hawa atau ahwa yang pengertiannya sama dengan nafsu, kecenderungan diri atau hasrat manusia untuk bersifat tertentu, kecenderungan untuk berbuat sesuatu Al-Ahwal muncul ketika orang ingin keluar dari jalur kebenaran, dan bahkan banyak manusia yang menempatkan hawa pada posisi yang tinggi. Dalam posisi yang demikian, hawa atau nafsu berfungsi sebagai pengarah dan sekaligus menjadu tujuan hidup seseorang, yang disebut Al-Quran mempertuhankan ahwa. 41 Al-Quran menegaskan secara tuntas, bahwa hawa yang juga disebut sebagai keinginan yang rendah, yang ditempatkan sebagai acuan sikap dan perbuatan, maka orang seperti itu dipersamakan dengan binatang, bahkan lebih rendah dari binatang. 42 Sebab, binatang yang normal memang bersemboyan hidup untuk memuaskan nafsu. Dari penegasan Al-Quran ini dapat dicatat bahwa nafsu itu adalah hasrat dan keinginan rendah, yakni naluri yang bersifat biologis, hasrat yang cenderung kepada pemenuhan kesenangan badani yang dalam sufisme disebut nafs al hayawaniyah. Orang yang kualitas dirinya seperti ini dinyatakan Al- Quran sebagai orang yang telah tertutup hati nuraninya karena tidak tergetar lagi oleh peringatan atau teguran dari luar dan dari dalam dirinya. Sebaliknya, orang yang dapat menguasai dan mengendalikan hawa-nafsu-nya maka
40 Ibid., hlm. 231 41 Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: CV. Penerbit J-Art, 2004), Surat Al-Furqan ayat 43, hlm. 360 42 Ibid., ayat 44 50 orang seperti itu akan cenderung kepada kebaikan dan bahkan berkeinginan untuk menjadi insan muttaqin. 43
Menurut Al-Quran pada tahap peradaban manusia yang paling rendah (sederhana), kehidupannya dikuasai oleh nafs al ammarah. Dorongan ini bekerja secara tidak rasional, impulsive, mendorong ekspresi seseorang tanpa mempedulikan hal-hal yang bersifat moral, agama dan akibat-akibat sosial lainnya. Apabila dilihat dari aspek naluriah, manusia seperti ini sama dengan hewan yang mengutamakan instinknya. Berdasarkan isarat-isarat Al-Quran ini, kelihatannya kata nafsu harus dibedakan kepada dua pengertian dasar, yaitu hawa nafsu sebagai dorongan hasrat yang rendah yang digerakkan oleh naluri hayawaniyah, dan juga bersifat yangbaik. Kesimpulan ini dapat dilihat dalam banyak ayat Al- Quran yang menunjukkan pengertian jiwa yakni jiwa yang memiliki jasmani, bahwa yang diusahakannya akan mempengaruhi jiwa orang tersebut. 44 Kata nafs dalam pengertian jiwa yang tenang dan sangat popular dikalanga sufi, karena kualitas jiwa yang seperti itulah yang menjadi dambaan dalam dunia sufisme. Sebab, nafs al muthmainnah adalah tingkat perkembangan jiwa yang paling tinggi dan kearah inilah sebenarnya apa yang ingin dicapai dari proses pensucian kejiwaan, yang disebut sebagai Tazkiyah an-Nafs.
43 Ibid., Surat. Muhammad ayat 16-17, hlm. 509 44 Ibid., Surat. Al-Mudatsir ayat 38, hlm. 577 51 3. An-Nafs dalam Tasawuf Manusia diciptakan dalam suatu proses, baik badaninya maupun rohaniahnya. Oleh karena itu, disamping pertumbuhan badani yang berlangsung secara alamiyah, manusia juga mengembangkan dan membangun diri pribadinya sesuai dengan fitrah kejadiannya. Perlunya penyempurnaan diri pribadi bagi setiap orang yaitu di mana manusia berupaya mengadakan peningkatan kualitas dirinya, yang menurut Al-Quran adalah menjadi tanggung jawab masing-masing orang. Peletakan tanggung jawab pada manusia dalam proses penyempurnaan nafs itu, ada dalam pilihan jalan hidupnya, apakah memilih jalan kebaikan ataukah jalan kejahatan. Esensi dari Tazkiyah An-Nafs dalam pandangan tasawuf adalah pembinaan dan pengembangan akhlak al-karimah dalam diri manusia. Hal ini bearti, bahwa akhlak adalah kualitas moral yang khas manusia dan merupakan esensi kemanusiaan itu sendiri, sehingga ia disebut sebagai makhluk yang paling sempurna kejadiannya. Tanpa akhlak manusia akan kehilangan atributnya yang terbaik, bahkan bisa merosot menjadi makhluk yang paling rendah mertabatnya, sehingga ia hidup tanpa atribut kemanusiaannya. 45
Dari sisi ini tasawuf melihat, bahwa perkembangan kualitas moral manusia bukanlah sesuatu yang akan berjalan dengan sendirinya, tetapi ia akan tumbuh subur atau layu dalam dinamika kehidupan kesadaran moral manusia. Kesadaran moral adalah semacam kepahaman dan keinsafan manusia tentang nilai, nilai yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
45 A. Rivay Siregar, op,cit., hlm. 236 52 kewajiban. Oleh karena itu, kesadaran moral pada hakikatnya adalah perwujudan dari kemampuan maknawi manusia yang bersifat intelektual dan spiritual. Dalam kehidupan paktis, kesadaran moral menampakkan diri dalam wujud hati nurani, yang dalam Al-Quran disebut sebagai nafs al-lawwamah, suatu potensi kesadaran moral manusia. Dilihat dari segi bahasa kata lawwamah merupakan bentuk penekanan dari laima yang berarti menyesali diri. Oleh karena itu, nafs al-lawwamah bukan hanya sekedar kesadaran moral yang dirinya bisa memahami dan menghayati tentang kebaikan dan kekurangan, mengerti apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, tetapi juga bisa dianggap sebagai hati nurani yakni daya batin manusia yang dapat mencegah dan menyesali perilakunya yang tidak baik. Nafs al-lauwwamah atau ego berperan sebagai mediator dan pengendali konflik antara nafs al-lauwwamah dan nilai-nilai luhur sehingga dapat disebut sebagai sentran manajemen, pengendalian konflik dan krisis. Dengan demikian esensi ibadah dalam Islam adalah sebagai proses peningkatan kualitas jiwa, adalah rasional. Peningkatan kualitas jiwa ini berjalan secara gradual dari tahap ammarah (instink) ketahap lawwamah (ego) dan menaik ke muthmainnah (super ego). Berdasarkan telaah esoteris sufisme tentang an-nafs maka dalam pandangan tasawuf an-nafs juga dimaknai sebagai kelembutan (latifah) yang bersifat ke-Tuhan-an, karena ia terdiri dari non materi yang berasal dari Allah. Sebagai latifah, sesungguhnya an-nafs adalah ruh yang merupakan 53 wujudnya yang asli sebelum bergabung dengan jasmani manusia. Artinya, menurut pandangan tasawuf an-nafs dan ruh adalah serupa tapi tidak sama. Ruh ibarat lilin dalam kamar, cahayanya memancarkan sinar kehidupan bagi sekujur badan. Ruh adalah sebagai faktor pemberi hidup bagi tubuh dan penggerak bagi berbagai perasaan dan daya inderawi tubuh manusia. 46
Ruh yang semula berupa substansi yang non individual setelah ditiupkan ke dalam tubuh yang sudah siap sawwa menampung daya baru, maka daya-daya yang telah berintegrasi itu disebut an-nafs yang bersifat individual. Ruh yang bersifat non individual itu, berkedudukan sebagai kutub aktif dari wujud being yang dalam dunia filsafat disebut intellect atau al aql. Unsur inilah yang merupakan faktor pembeda antara manusia dengan hewan. Ruh yang bersifat Rabbani memiliki hubungan interaksi timbal balik dengan tubuh dan dengan daya-daya lainnya seperti hati (qalb), jiwa (nafs), inteligensia (aql), hawa nafsu (ahwa) dan daya inderawi lainnya. Dengan demikian, menurut analisis tasawuf terlihat bahwa an-nafs atau jiwa adalah perkembangan dari ruh setelah mempribadi dalam proses perkembangannya. Menurut psiko-analis tasawuf yang diawali al-Gazali, secara anatomis jiwa atau an-nafs dibedakan kepada tujuh lapisan, yang bisa disebut dalam tradisi tarekat sebagai lathifah tujuh. Selanjutnya menurut pandangan ini an-nafs muthmainnah belum merupakan kualitas tertinggi dari jiwa, tetapi masih ada tiga lapisan lagi di atasnya. Berdasarkan pendapat ini, maka formasi dari lathifah an-nafs adalah sebagai berikut:
46 Ibid., Surat As- Sajdah ayat 7-9, hlm. 416 54 a. An-Nafs Al-Ammarah, impeling self, ID jiwa rendah b. An-Nafs Al-Lawwamah, critical self, ego, jiwa kritis c. An-Nafs Al-Mulhimmah, inspired self, jiwa yang sadar d. An-Nafs Al-Muthmainnah, serene self, seper ego, tawazun, harmonis, stabil dan tenang e. An-Nafs ar-radhian, pleased self, tanpa pamrih, ikhlas dan rela, qanaah, puas f. An-Nafs al-mardiah, blessing self, jiwa yang direstui, selalu mencari ridha Allah g. An-Nafs al-kamilah, perfection self jiwa paripurna 47
Apabila ditelaah lebih lanjut, tiga lapisan sesudah an-nafs muthmainnah itu adalah semacam spesipikasi dari fungsi dan kedudukan an- nafs muthmainnah. Dilihat dari sisi yang berbeda an-nafs muthmainnah adalah jiwa yang cenderung berbuat tanpa pamrih, ikhlas dan merasa puas. Jika diteliti dari sisi penilaian Tuhan, maka an-nafs muthmainnah adalah jiwa yang mendapat restu dari-Nya, karena selalu condong mengikuti petunjuk guna meraih ridha Allah. Apabila dihitung berdasarkan jarak perjalanan maka sudah tiba di ujung jalan yaitu kesucian jiwa. Dari serangkaian uraian ini, apa yang dimaksud dengan an-nafs dalam tasawuf kelihatannya adalah jati diri manusia itu sendiri, yakni daya- daya yang memiliki khas manusiawi yang berasal dari alam Ilahiyat dan alam
47 A. Rivay Siregar, op.cit., hlm. 241 55 kainat. Kemasan dari keseluruhan daya-daya itu mewujud dalam bentuk individu disebut an-nafs atau jiwa. 4. Metode Tazkiyah An-Nafs Menurut bahasa al-zakah berarti tumbuh dan bertambah. Sesuatu dukatakan tumbuh apabila berkembang lebih baik. Supaya dapat tumbuh, berkembang dan sempurna hati membutuhkan perawatan. Seperti halnya tubuh yang perlu dipelihara dengan memberi gizi yang cukup juga dijauhkan dari segala yang merusak. Maka hati juga demikian, hati tidak akan tumbuh berkembang dan menjadi semakin baik kecuali jika diberi sesuatu yang bermanfaat dan dijauhkan dari segala yang merusak. 48
Meninggalkan perbuatan keji (fawahisy) dapat menjadikan hati bersih. Begitu pula menjauhkan diri dari maksiat. Sebab, kedudukan maksiat seperti cairan kotor dalam tubuh. Hati juga demikian, apabila hati bertobat atas dosa- dosa yang diperbuat yaitu dengan membersihkan bercampurnya amal saleh dengan kemaksiatan yang ada di dalamnya, maka kekuatan hati akan kembali pulih. Keinginan untuk beramal saleh akan bangkit dan selanjutnya hati akan terbebas dari hal-hal buruk yang menggerogotinya. Allah berfirman, % x=& $8. % >%{ $9
Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syam:9-10)
48 Ibn Taymiyyah, Terapi Penyakit Hati, terj., Mohammad Rois dan Luqman Junaidi (Jakarta: PT. SUN 2006), hlm. 23 56 Al-Tazkiyah berarti membersihkan atau mensucikan sesuatu, baik zat maupun keyakinannya. Jadi, pensucian hati ditandai dengan tumbuh berkembangnya. Meskipun asal tazkiyah (pensucian) adalah tumbuh dan semakin baik, tetapi semua itu baru dapat tercapai dengan menghilangkan keburukan. Manusia dilengkapi oleh Allah dua hal pokok, yaitu jasmani dan rohani. Dua hal ini memiliki keperluan masing-masing, jasmani membutuhkan makan, minum, pelampiasan syahwat, keindahan, pakaian, perhiasan- perhiasan dan kemasyhuran dan rohani membutuhkan kedamaian, ketenteraman, kasih-sayang dan cinta. Para sufi menegaskan bahwa hakekat sesungguhnya manusia adalah rohaninya, rohani adalah muara segala kebajikan. Kebahagiaan badani sangat tergantung pada kebahagiaan rohani. Sedang, kebahagiaan rohani tidak terikat pada wujud luar jasmani manusia. Sebagai inti hidup, rohani harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Semakin tinggi rohani diletakkan, kedudukan manusia akan semakin agung. Jika rohani berada pada tempat rendah, hina pulalah hidup manusia. Fitrah rohani adalah kemuliaan, jasmani pada kerendahan. Badan yang tidak memiliki rohani tinggi, akan selalu menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rendah hewani. Rohani hendaknya dibebaskan dari ikatan keinginan hewani, yaitu kecintaan pada pemenuhan syahwat dan keduniaan.
57 Hati manusia yang terpenuhi dengan cinta pada dunia, akan melahirkan kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung. Hati adalah cerminan ruh. Kebutuhan ruh akan cinta bukan untuk dipenuhi dengan kesibukan pada dunia. Dalam rangkaian metode pembersihan hati, para sufi menetapkan dengan tiga tahap yaitu: a. Takhalli Dalam proses pensucian jiwa, secara psikologis ada dua macam ketidaksadaran, yang pertama berasal dari qalb dan yang kedua bersumber dari hawa nafsu atau nafsu ammarah. Ketidaksadaran dalam hati manusia, menurut sufisme adalah cerminan Ilahi yang didalamnya termuat rahmat. Cermin tersebut harus terus dibersihkan dari godaan alamiyah dan dunia materi, sehingga benar-benar bersih dan dapat memancarkan cahaya kebenaran. Sedangkan yang berasal dari nafs al-ammarah yang berisi segala macam naluri agresifitas dan destruktifitas manusia, harus ditransformasikan menjadi nafs al-lawwamah yang pada gilirannya meningkat menjadi nafs muthmainnah. Proses transformasi nafs yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi inilah yang disebut takhalli. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengosongkan diri atau membebaskan diri dari rasa ketergantungan terhadap kenikmatan materi dan keasikan kehidupan duniawi, yang disebut sebagai zuhud duniawi. Untuk dapat tercipta sikap zuhud, menurut sufisme adalah dengan cara menekan dan bila mungkin mengunci mati nafs al-ammarah. Sebab, nafs al-ammarah adalah sumber dari ketidakbaikan, merupakan daya pendorong kerusakan, 58 sehingga menjadi penghalang utama bagi kedekatan (taqarrub) dengan Allah. 49 Para ulama dan orang-orang bijak telah bersepakat bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan di akhirat kecuali dengan cara menghalangi jiwa dari hawa nafsu. 50
Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah, karena bukan hakekat tujuan manusia. Manakala manusia meninggalkan dunia ini, harta akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk pada dunia pada saat ditinggalkannya, akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi, seorang manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya dari kecintaan pada dunia. 51
Menguasai dan mengendalikan hawa nafsu bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, perlu didukung oleh berbagai sikap mental yang disebut sebagai al-maqomat seperti: al-faqr, al-shabr, al-wara, al- ridha dan lain-lain. Al-faqr adalah satu sikap yang paling mendukung dalam upaya mengendalikan hawa nafsu, karena dendan sikap ini orang akan merasa tidak memiliki harta kekayaan. Artinya, walaupun memiliki sesuatu yang bersifat benda tetapi dianggapnya sebagai titipan dari Allah, bukan sebagai alat kenikmatan atau alat pemuas hawa nafsu yang cenderung merusak. Untuk itu manusia harus memiliki kekuatan dan kemantapan batin (al-shabr) dalam menapaki hidup dan kehidupan,
49 A. Rivay Siregar, op,cit., hlm. 242-243 50 Al Ghazali, Ihya Ulumuddin Pensucian Jiwa, terj., Muhammad Ereska (Depok: Iqra Kurnia Gemilang, 2005), hlm. 105 51 Nur Muhammad, Antara Makhluk dan Sang Khaliq (http:www.yahoo.com, diakses 10 Agustus 2009) 59 manusia juga harus bersifat hati-hati (al-wara) dalam menjalani hidup dan kehidupan duniawi dalam memanfaatkan karunia Allah dan rela menerima segala resiko dan kemungkinan cobaan dari pilihannya itu (al-ridha). b. Tahalli Tahap berikutnya adalah pengisian kembali jiwa yang bersih itu dengan saifat-sifat terpuji. Salah satu cara yang paling disukai para sufi dalam rangga tahalli ini adalah melalui dzikir. Dzikir adalah gerbang utama menuju perjumpaan dengan Allah. Teknik pelaksanaan dzikir itu bervariasi sesuai dengan aliran sufisme dan lafaznya ada yang terikat (muqaiyyad) pada waktu dan tempat tertentu, tetapi ada yang bebas (muthlak) dari waktu dan tempat. Menurut Athaillah, dzikir dapat dibedakan kepada tiga macam yaitu: 1) Dzikir lisan atau dzikir jali, yaitu yang diucapkan secara lisan dan terdengar dengan jelas sesuai dengan lafaz yang disukai seperti naf-isbat, atau tahlil tasbih, tahmid dan lain-lain 2) Dzikir qalbi atau dzikir khafi, yaitu yang dilakukan dalam hati saja, tanpa lisan dan tanpa suara 3) Dzikir haqiqi, yaitu dzikir yang dilakukan oleh seluruh jiwa dan raga, dzikir yang disatukan melalui segenap ekspresi manusia sehingga seluruhnya terpusat hanya kepada Allah semata. 52
52 A. Rivay Siregar, op.cit., hlm. 146 60 Dikatakan bahwa berdzikir dengan lidah mendatangkan banyak kebaikan (khairat), sedangkan berdzikir dengan hati mendapatkan kedekatan dengan Allah dengan darajat yang tinggi. Ayat yang sering digunakan oleh para sufi yaitu Q.S. Al-Ahzab ayat 41, menegaskan bahwa perintah berdzikir itu termakna perintah mencintai Allah. Dengan demikian berdzikir dalam pemahamn kaum sufi adalah cintailah Allah setulus-tulusnya dan sebanyak-banyaknya. 53
Apabila dikaitkan dengan orang yang bedzikir, maka dzikir dibedakan kepada tiga kualitas, yaitu: 1) Dzikir mubtadi, dzikir pemula atau yang baru mulai berlatih. Secara teknis pelaksanaannya adalah pada saat pengucapan lafadz dzikir secara lisan, maka hati mengiringinya (membaca dalam hati) dengan kalimat la mabud illallah 2) Dzikir mutawassith, dzikir tingkat menengah, yakni dzikir lisan dengan iringan dzikir qalb dengan bacaan la maksud illallah, artinya tiada yang ku cari kecuali Allah semata 3) Dzikir Muntah, dzikir pemuncak yaitu dzikir yang dilakukan secara simultan oleh seluruh daya dan ekspresi manusia. Tiada detik tanpa dzikir, tiada denyut nadi dan desah nafas tanpa dzikir. Seluruh gerak hidupnya sudah terkondisi hanya utuk dzikrullah, tiada yang dirasakan kecuali kebersamaan dengan Allah. Situasi yang demikian dalam bahasa sufime disebut fana fillah, sehingga
53 Abd Al-Aziz Al-Darini, Terapi Menyucikan HatiKunci-Kunci Mendekatkan Diri Kepada Allah, terj., Ida Nursida dan Tiar Anwar Bachtiar (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008), hlm. 59 61 kualitas kepahamannya mengenai Tuhan disebut marifat yakni pengetahuan yang diperoleh melalui mata hati (ainul bashirah). 54
Pada saat tahalli, karena kesibukannya mengingat dan berdzikir kepada Allah dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz kebesaran Allah yang tidak henti-hentinya didengungkan setiap saat. Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang lain. Pada tahap ini, hati akan merasa ketenangan. Kegelisahannya bukan lagi pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang tidak akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya bukan pada syahwat badani yang seringkali memperosokkan pada kebinatangan. Tapi hanya kepada Allah, hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik. Dzikir memiliki dua fungsi utama, yaitu memperdalam dan memperluas penghayatan keimanan, dan merupakan perisai diri dari pengaruh nasf al-ammarah. Dengan membudayakan dzikir dalam kepribadian seseorang, maka akan tercipta rasa keakraban dan kebersamaan dengan Allah.
54 Ibid., 62 c. Tajalli Dari serangkaian latihan yang dilakukan secara sungguh-sungguh pada dua tahap terdahulu, diharapkan jiwa seseorang telah terbebas dari pengaruh nasf al-ammarah dan telah mengisi nafs al-lawwamah dengan sifat-sifat kesempurnaan, sehingga orang itu telah berada setidaknya di ambang gerbang nafs al-muthmainnah. Jika tahap takhalli dan tahalli dapat disebut sebagai tahap penciptaan suasana yang kondusif bagi pengembangan spiritual ketingkat sempurna, maka tahap tajalli adalah tahap penghalusan dan penyuburan rasua ke Tuhanan melalui pendalaman spiritual dengan pendekatan esoteris. Untuk tujuan itu diperlukan pemeliharaan kontak langsung dengan Allah secara terus-menerus, sehingga segala perhatian dan aktivitas diorientasikan untuk mencapai tujuan dasar tadi, yakni dzikrullah ala ddawam selali bersama Allah semasa di dunia dan akhirat nanti. 55
Salah satu yang sangat dianjurkan sufisme dalam rangkaian tajalli ini adalah dzikrul maut atau selalu ingat kematian, niscaya tidak mudah tergeser dari prinsip hidup yang diyakininya. Dibalik kematian adalah pertanggungjawaban atas semua yang dilakukan selama hidup, maka dengan mengingat akan datanganya kematian, seseorang akan sangat hati- hati dalam setiap sikap dan perilakunya. Di sisi lain, dzikrul mautakan menjadi pendorong untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin dan dalam
55 A. Rivay Siregar, op,cit., hlm.251-252 63 setiap kesempatan menjadi orang yang tidak pernah puas dalam berbuat kebaikan. Munajat adalah metode lain dalam rangka tajalli, mengisi diri dengan sifat-sifat kesempurnaan Ilahi. Munajat paling baik dilakukan pada keheningan malam seusai shalat tahajjud. Inti dari munajat adalah pelaporan diri kehadirat Allah atas segala perbuatan, baik yang diyakini sebagai amal shaleh apalagi yang dirasakan sebagai kealpaan. Dengan demikian munajat pada hakikatnya adalah pengakuan dan penyerahan diri seraya mohon hidayah dan taufi-Nya, diiringi doa dan tasybih, tahmid kepada Allah. Apabila hati sudah bersih dari noda dan sifat tercela, berarti manusia telah kembali kepada kemanusiaannya yang hakiki sehingga akan merefleksikan kebenaran sebagaimana adanya.Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai marifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur. Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebutnya sebagai insan kamil, manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai ketinggian kebahagiaan. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap ketiga ini sebagai kekasih Allah (waliyullah). Orang-orang yang telah memasuki tahapan Tajalli ini, telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia. Derajat ini pernah dilalui oleh Hasan Basri, Imam Junaidi al-Baghdadi, Sirri Singkiti, Imam Ghazali, Rabiah al-Adawiyyah, Maruf al-Karkhi, 64 Imam Qusyairi, Ibrahim Ad-ham, Abu Nasr Sarraj, Abu Bakar Kalabadhi, Abu Talib Makki, Sayyid Ali Hujweri, Syekh Abdul Qadir Jaelani, dan lain sebagainya. Tahap inilah hakekat hidup dapat ditemui, yaitu kebahagiaan sejati. 56
C. Akhlak dan Pondok Pesantren 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Menurut bahasa (etimologi) kata akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika. 57
Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat, namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat ahli tersebut dihimpun sebagai berikut: a. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tetang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.
56 Nur Muhammad, Loc. Cit. 57 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 2
65 b. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya. c. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk. Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlaqul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah. d. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia. e. Hamzah Yaqub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut: 1) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. 2) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka. f. Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 66 g. Farid Maruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. h. M. Abdullah Daraz, mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (akhlak baik) atau pihak yang jahat (akhlak buruk). i. Ibnu Miskawaih mendefinisikan akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui prosses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari). 58
Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak sebagai suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk sekelilingnya. Akhlak atau moral adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karekteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda. 59
58 Ibid., hlm. 3 59 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 26 67 Akhlak Islami adalah keadaan melekat pada jiwa manusia. Karena itu suatu perbuatan, baru dapat disebut pencerminan akhlak jika memenuhi beberapa syarat yaitu: a. Dilakukan berulang-ulang. Jika dilakukan sekali saja atau jarang- jarang, tidak dapat dikatakan akhlak. Jika seseorang tiba-tiba misalnya, memberi uang kapada orang lain karena alasan tertentu, orang itu tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan. b. Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya. Jika suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan ditimbang- timbang, apalagi karena terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan akhlak. 60
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Akhlak merupakan buah dari pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun syariah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah diantaranya, Sesungguhnya aku diutus menyempurnakan akhlak (HR. Ahmad); Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya (HR. Tarmizi). Akhlak Nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Quran yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam.
60 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 348 68 Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Karena itu, selain dengan akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syariah. Syariah mempunyai lima ketegori penilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia yang disebut al-ahkam al-khamsah yaitu wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah atau jaiz. Wajib dan haram termasuk dalam kategori hukum (duniawi) terutama, sedang sunnah, makruh dan mubah termasuk dalam ketegori kesusilaan atau akhlak. Sunnah dan makruh termasuk ke dalam kategori kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakat, sedang mudah atau jaiz termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak pribadi. Jelaslah jika dihubungkan dengan ihsan dalam melakukan ibadah dalam shalat misalnya, dengan baik dan khusuk (sungguh- sungguh, penuh penyerahan dan kebulatan hati dengan kerendahan hati) seolah-olah yang melakukan shalat itu sedang melihat atau berhadapan langsung dengan Allah. Jika tidak dapat membayangkan melihat Allah, kata Hadits Nabi yang berasal dari Umar bin Khattab itu, sekurang-kurangnya yang bersangkutan marasakan Allah melihat dia. Karena syariah atau hukum Islam mencakup segenap aktivitas manusia, maka ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Ilmu akhlak dilihat dari sudut etimologi ialah upaya untuk mengenal budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat seseorang sesuai dengan esensinya. Dipandang dari terminologi ilmu akhlak adalah ilmu yang 69 menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dengan yang tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. 61
Dalam garis besarnya akhlak di bagi dua, pertama adalah akhlak terhadap Allah atau Khalik (Pencipta), dan kedua adalah akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah). Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan dikembangkan oleh ilmu tasawuf dan tarikat-tarikat, sedang akhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak (dalam bahasa asing disebut ethics). Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi dua yaitu: a. Akhlak terhadap manusia 1) Akhlak terhadap diri sendiri 2) Akhlak terhadap orang lain a) Akhlak terhadap Rasulullah b) Akhlak terhadap orang tua c) Akhlak terhadap karib kerabat d) Akhlak terhadap tetangga e) Akhlak terhadap masyarakat b. Akhlak terhadap bukan manusia 1) Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia a) Tumbuh-tubuhan (flora) b) Hewan (fauna) 2) Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia a) Tanah b) Air c) Udara dan sebagainya
61 Mohammad Daud Ali, Ibid., hlm. 352 70 2. Akhlak Terhadap Allah, Manusia dan Lingkungan Hidup a. Akhlak terhadap Allah Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah adalah ucapan dan perbuatan manusia. Oleh karena itu, akhlak manusia yang baik kepada Allah adalah manusia yang mengucapkan dan bertingkah laku yang terpuji kepada Allah SWT, baik ucapan melalui ibadah langsung kepada Allah sepert shalat, zakat, haji dan sebagainnya maupun melalui perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah di luar ibadah tersebut. Perilaku manusia dimaksud diuraikan sebagai berikut: 1) Bersyukur, yaitu manusia mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diperolehnya. Ungkapan syukur dimaksud tampak melalui perkataan dan perbuatan, ungkapan syukur dalam bentuk kata-kata adalah al-hamdulillah (segala puji bagi Allah) pada setiap saat, sedangkan bersyukur malalui perbuatan adalah menggunakan nikmat Allah sesuai dengan keridhaan-Nya. 2) Bertasbih, yaitu manusia mensucikan Allah dengan ucapan. Oleh karena itu, manusia akan selalu mengucapkan subhanallah (Maha Suci Allah) dan menjauhkan perilakunya dari perbuatan yang dapat mengotori kemahasucian Allah. 3) Beristigfar, yaitu manusia meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuatnya, baik sengaja maupun tidak. 71 Oleh karena itu, manusia yang beristigfar adalah manusia yang selalu mengucapkan astagfirullah aladhim innahu kan ghaffar (aku mohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, sesungguhnya hanya Engkau Maha Pengampun). Selain itu, beristigfar melalui perbuatan, yaitu manusia yang pernah melakukan dosa tidak akan mengulangi lagi perbuatannya itu. 62
Selain itu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban berprilaku yaitu: 1) Mencintai terhadap Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa pun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup dan ehidupan; 2) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya; 3) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah; 4) Menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar Ilahi setelah berikhtiar maksimal; 5) Bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling tinggi adalah taubat nasuha, yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah, dan dengan tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya; 6) Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.
62 Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 33-34 72 b. Akhlak terhadap Manusia Akhlak terhadap manusia, dapat dirinci menjadi: 1) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain: a) Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya; b) Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan; c) Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa yang dilarangnya; 2) Akhlak terhadap orang tua, antara lain: a) Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya; b) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang; c) Berkomunikasi dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut; d) Berbuat baik dengan sebaik-baiknya; e) Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi orang tua kendati seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia. 3) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: a) Memelihara kesucian diri; b) Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh keliatan, menurut hukum dan akhlak Islam); c) Jujur dalam perkataan dan perbuatan; 73 d) Ikhlas; e) Sabar; f) Rendah hati; g) Malu melakukan perbuatan jahat; h) Menjauhi dengki; i) Menjauhi dendam; j) Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain; k) Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia. 4) Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat, antara lain: a) Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga; b) Saling menunaikan kewajiban untuk mendapatkan hak; c) Berbakti kepada orang tua; d) Mendidik anak-anak dengan kasih sayang; e) Memelihara hubungan silaturrahim dan melanjutkan silaturrahim yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia; 5) Akhlak terhadap tetangga, antara lain: a) Saling mengunjungi; b) Saling bantu di waktu senang lebih-lebih tatkala susah; c) Saling beri-memberi; d) Saling hormat-menghormati; e) Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
74 6) Akhlak terhadap masyarakat, antara lain: a) Memuliakan tamu; b) Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat; c) Saling menolong dalam kebajikan dan takwa; d) Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar); e) Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya; f) Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama; g) Mentaati putusan yang telah diambil bersama; h) Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat; i) Menepati janji. c. Akhlak terhadap Lingkungan Hidup 1) Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup; 2) Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya; 3) Sayang pada sesam makhluk.
75 3. Pendidikan Akhlak Islam Pendidikan akhlak Islam diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak Islami berarti juga menumbuhkan personalitas (kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab. 63
Pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang mengakui bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan hal buruk, kebenaran dan kebatilan, keadilan dan kezaliman, serta perdamain dan peperangan. Untuk menghadapi hal-hal yang serba kontra tersebut, Islam telah menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membuat manusia mampu hidup di dunia. Dengan demikian, manusia mampu mewujudkan kebaikan di dunia dan akhirat, serta mampu berinteraksi dengan orang-orang baik dan jahat. 64
Tujuan utama pendidikan akhlak Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karen itu, jika berpredikat muslim benar- benar menjadi penganut agama yang baik harus mentaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya.
63 M. Yatimin Abdullah, Ibid., hlm. 22 64 Ali Abdul Halim Mahmud, Ibid., hlm. 121 76 Jadi, pendidikan akhlak Islami merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berpikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pada sistem pendidikan Islam ini khusus memberikan pendidikan tentang akhlaqul karimah agar dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim. 4. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam a. Sejarah Pondok Pesantren Pesantren atau pondok adalah lembaga yang dapat dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan, pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di tanah air dan merupakan bapak dari pendidikan Islam. 65 Apabila ditilik dari namanya merupakan perpaduan (sinkretisena atau sinthesa) dari dua kata, yaitu pesantren yang berasal dari kata santri yang mengandung pergeseran kebahasaan (lingustik change) dari asal kata santri yaitu nama yang diberikan kepada penuntut ilmu agama Hindu-Buddha, dan kata pondok yang berasal dari kata bahasa Arab fundug yang datang ke tanah air bersamaan datangnya Islam yang berarti Hotel atau Asrama. 66
Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat. Dengan demikian pesantren artinya tempat para santri. Selain itu, asal
65 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), hlm. 89 66 A. Sadali, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Kuning Mas, 1984), hlm. 195. 77 kata pesantren dianggap gabungan dari kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. 67
Nurcholis Madjid berpendapat tentang asal usul perkataan santri dan juga kiai karena kedua perkataan tersebut tidak dapat dipisahkan ketika dibicarakan tentang pesantren, Santri asal kata santri (sanskerta) yang berati melek huruf, dikonotasikan santri adalah kelas literary, pengetahuan agama dibaca dari kitab berbahasa Arab dan diasumsikan bahwa santri berarti juga orang yang tahu tentang agama (melalui kitab-kitab) dan paling tidak santri dapat membaca Al-Quran, sehingga membawa kepada sikap lebih serius dalam memandang agama. Perkataan santri juga berasal dari bahasa Jawa (cantrik) yang berarti orang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana guru pergi menetap (ingat pada pewayangan), tentu dengan tujuan dapat belajar dari guru mengenai sesuatu keahlian 68
Pondok pesantren ini tumbuh sebagai perwujudan dari strategi umat Islam untuk mempertahankan eksistensinya terhadap pengaruh penjajahan Barat atau akibat surau atau masji tempat diselenggarkannya pendidikan agama Islam tidak lagi dapat menampung jumlah anak-anak yang ingin mengaji. Disamping itu juga didorong oleh keinginan untuk lebih mengintensifkan pendidikan agama pada anak-anak, maka sang guru atau kiai dengan bantuan masyarakat memperluas bangunan di sekitar surau atau masjid untuk tempat mengaji dan sekaligus sebagai asrama bagi
67 Ibid., hlm. 91 68 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina,1997), hlm. 20 78 anak-anak. Dengan begitu anak-anak tidak perlu bolak-balik pulang ke rumah orang tua mereka. 69
Peran kiai sabagai filter budaya, meredam akibat perubahan yang dibawa arus informasi, juga mempelopori terjadinya perubahan masyarakat menurut caranya sendiri. Jadi di sini kiai tidak lagi menunggu datangnya informasi lantas menyaringnya, melainkan kiai sepenuhnya berperan mengadakan perubahan karena ia mengetahui bahwa perkembangan harus terjadi sebagai hal yang tak terelakan. 70
Persoalan-persoalan historis tentang asal usul pondok pesantren berhubungan erat antara Islam Indonesia dengan pusat-pusat Islam, terutama Mekkah yang terjadi selama ini pada garis besarnya merupakan usaha penyesuaian diri dengan pendidikan Islam yang diberikan di Mekkah. Hal ini dapat dilihat dari asal semua kitab kuning yang tebal maupun yang tipis, dan semua guru atau kiai mendapat pendidikan dari Mekkah. b. Fungsi Pondok Pesantren Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama. Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan menyelenggarakan pendidikan formal (madarasah, sekolah umum dan perguruan tinggi) dan pendidikan nonformal yang secara khusus mengajarkan agama yang
69 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 212 70 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 197 79 sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ulama fiqh, hadits, tafsir, tauhid dan tasawuf. Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi mereka. Sementara itu, setiap hari menerima tamu yang datang dari masyarakat jauh, mereka datang bertamu mempunyai motif yang berbeda-beda; ada yang ingin bersilaturahmi; ada yang berkonsultasi; meminta nasihat; memohon doa; berobat dan ada pula yang meminta jimat untuk penangkal gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai lembaga penyiaran agama Islam, masjid pesantren juga berfungsi sebagai masjid umum yakni sebagai tempat belajar agama dan ibadah bagi para jamaah. Masjid pesantren sering dipakai untuk majelis taklim (pengajian), diskusi-diskusi keagamaan dan sebagainya. Selain itu, kiai dan santri-santri senior disamping mengajar juga berdakwah baik di dalam kota maupun di luarnya, bahkan sampai ke daerah-daerah pedalaman. Sehubungan dengan fungsi tersebut, pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya dan menjadi rujukan moral bagi kehidupan masyarakat umum. Masyarakat umum memandang pesantren sebagai komunitas khusus yang ideal terutama dalam bidang kehidupan moral keagamaan. Karekteristik pesantren dilihat dari segi fungsinya sangat berperan di tengah-tengah masyarakat, menjadikannya semakin eksis dan dapat diterima oleh semua kalangan. 80 c. Sarana dan Tujuan Pondok Pesantren Dalam bidang sarana, pesantren tradisional ditanda oleh ciri khas kesederhanaan. Secara fisik kini sudah berubah total, banyak pesantren tradisional yang memiliki gedung yang megah. Namun, kesederhanaan dapat dilihat dari sikap dan perilaku kiai dan santri serta sikap mereka dalam pergaulan sehari-hari. Sarana belajar misalnya, masih tetap dipertahankan seperti sediakala, dengan duduk di atas lantai dan di tempat terbuka dan kiai menyampaikan pelajaran. Demikian juga tempat kediaman kiai yang tidak begitu mewah, tentu saja ada pengecualian. Kiai sekarang berbeda dengan kiai dulu, kalau dulu para kiai sering berjalan kaki atau bersepeda tetapi kiai sekarang sudah terbiasa mengendarai mobil, bahkan mempunyai mobil dan sopir pribadi. Begitu pula tempat kediaman santri yang masih sederhana. Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat, dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.
81 H.A. Sadali menjelaskan tujuan pendidikan pesantren tidak hanya duniawi (mondial) dan sementara (temporer), akan tetapi sampai kepada alam ukhrawi untuk mencapai keridhaan Allah, baik di dunia maupun akhirat 71
Rumusan tujuan pendidikan pesantren menggambarkan bahwa pembinaan akhlak dan kepribadian serta semangat pengabdian menjadi target utama yang ingin dicapai pesantren. Oleh karen itu, pemimpinan pesantren memandang bahwa kunci sukses dalam hidup bersama adalah moral agama, yang dalam hal ini adalah perilaku keagamaan. Semua aktivitas sehari-hari difokuskan pada pencarian nilai-nilai ilahiah. 5. Materi Pelajaran dan Metode Pengajaran Pondok Pesantren Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada dasarnya hanya mengajarkan agama, sedangkan sumber kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-kitab dalam bahasa Arab. Pelajaran agama yang dikaji di pesantren ialah Al-Quran dengan tajwid dan tafsirnya, aqaid dan ilmu kalam, fiqih dan ushul fiqih, hadits dengan mushthalah hadits, bahasa Arab dengan ilmu alatnya seperti nahwu, sharaf, bayan, maani, badi dan arudh, tarikh, mantiq dan tasawuf. Kitab yang dikaji di pesantren umumnya kitab-kitab yang ditulis pada abad pertengahan, yaitu antara abad ke-12 sampai dengan abad ke-15 atau lazim disebut dengan Kitab Kuning.
71 H.A. Sadali, Ibid., hlm. 198 82 Adapun metode yang lazim dipergunakan dalam pendidikan pesantren ialah wetonan, sorogan dan hafalan. Metode wetonan adalah metode kuliah, para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu, karena pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu yaitu sebelum dan sesudah melakukan shalat lima waktu. Di Jawa Barat metode ini disebut bandongan, sedangkan di Sumatra disebut halaqah. Biasanya kiai menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajarinya. Metode sorogan adalah suatu metode santri menghadap guru atau kiai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Kiai membacakan dan menerjemahkannya kalimat demi kalimat, kemudian menerangkan maksudnya. Santri menyimak bacaan kiai mengesahkan, jika santri sudah benar-benar mengerti, dengan memberikan catatan pada kitabnya untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kiai kepadanya. Istilah sorogan berasal dari bahasa Jawa sorog yang berarti menyodorkan kitab ke depan kiai atau asistennya. Pengajian dengan metode ini merupakan pelimpahan nilai-nilai sebagai proses delivery of culture di pesantren dengan istilah tutorship atau mentorship. Metode hafalan adalah suatu metode santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Biasanya cara menghafal ini diajarkan dalam bentuk syair atau nazham. Kebiasaan menghafall dalam 83 sistem pendidikan pesantren, merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak awal berdirinya. Hafalan tidak saja terbatas pada ayat-ayat Al-Quran dan hadits ataupun nazham, tetapi juga isi atau teks kitab tertentu. Karena itu, oleh sebagian kiai diajarkan kitab kepada santrinya tidak sekaligus tetapi secara berangsur-angsur (gradual), kalimat demi kalimat sehingga santrinya mengerti benar apa yang diajarkannya. Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Umumnya, kenaikan tingkat seorang santri ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya. Apabila seorang santri telah menguasai satu kitab atau beberapa kitab dan telah lulus imtihan (ujian) yang diujikan oleh kiainya, maka berpindah ke kitab lain. Jadi, jenjang pendidikan tidak ditandai dengan naiknya kelas seperti dalam pendidikan formal, tetapi pada penguasaan kitab- kitab yang telah ditetapkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Sebagai gambaran lebih lanjut, berikut ini disebutkan pesantren- pesantren terkemuka di Jawa yang sudah terkenal dengan spesialisasinya atau fan-fan (cabang ilmu) tertentu yang menjadi fokus kajiannya dan kiai yang mengajarkannya: a. Pesantren Tebuireng (Kiai Hasyim Asyari), Tambak Beras (Kiai Wahab Hasbullah), Denanyar (Kiai Bisri Syamsuri), Termas (Kiai Dimyathi dan Hamid Dimyathi), Lasem (Kiai Kholil), Pesantren PERSIS (Persatuan Islam) Bangil, terkenal dengan fiqh dan ilmu hadits. 84 b. Pesantren Lasem (kiai Masum), Nglirap Banyumas, Pesantren Lirboyo (Kiai Mahrus) Kediri, Bendo, Jampes, terkenal dengan ilmu alat nahwu, sharaf, bayan, badi, dan lain-lain. c. Pesantren Krapyak (Kiai Munawwir dan Ali Masum), Cintapada Tasikmalaya (Kiai Dimyathi), Wonokromo (Kiai Abdul Aziz dan Hasbullah), terkenal dengan qiraat al-Quran. d. Pesantren Rejoso (Kiai Musain Romli), Tegal Rejo (Kiai Khudari), al- Falak Pegentongan (Kiai Falak), Watu Congol (Kiai Dahlan), terkenal dengan bidang tasawuf. e. Pesantren Kiai Haji Badhawi Lasem, Jamsaren (Kiai Abu Amar), terkenal dengan spesialisasi tafsir al-Quran. f. Pesantren Inabah (Kiai Abah Anom) terkenal dengan pengobatan korban narkotika, Pesantren Gontor (Kiai Ahmad Sahal, Zainuddin Fananie dan Imam Zarkasyi) terkenal dengan bahasa Arab dan Inggris, Pesantren Pabelan di Magelang yang menekankan pada keterampilan santri, Pesantren Darul Falah Bogor yang berkecimpung di bidang pertanian. 72
Ada bidang-bidang khusus yang merupakan fokus masing-masing pesantren dapat menarik minat para santri untuk memilih bidang-bidang yang diminati. Hal ini menunjukkan keanekaragaman bidang kajian di pesantren- pesantren antara satu dengan yang lainnya tidak ada kesamaan. Secara umum dapat dipahami bahwa setiap pesantren memberikan porsi yang lebih besar
72 Abuddin Nata, Ibid., hlm. 110-111 85 pada bidang-bidang tertentu sebagai kekhasan pendidikan yang dimilikinya dan sekaligus dikenal karena kekhususannya itu. 6. Pertumbuhan Kelembagaan Pondok Pesantren Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lemabaga pendidikan, namun faktor guru yang memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi timbulnya suatu pesantren. Pada umumnya, berdirinya suatu pesantren diawali dari pengakuan masyarakat akan akan keunggulan dan ketinggian ilmu seorang kiai atau guru. Masyarakat sekitar atau dari luar daerah datang untuk mengaji atau belajar karena keinginan menuntut dan memperoleh ilmu dari kiai atau guru. Santri yang telah menyelesaikan dan diakui telah tamat biasanya diberi izin atau ijazah oleh kiai untuk membuka dan mendirikan pesantren baru di daerah asalnya. Dengan cara demikian pesantren-pesantren berkembang di daerah-daerah, terutama pedesadan dan pesantren asal dianggap sebagai pesantren induk. Perkembangan kelembagaan pesantren seperti ini oleh Zamakhsyari Dhofier disebut Pesantren Salafi, yang tetap mempertahankan kitab-kitab kuning/ klasik. Dengan demikian, jelaslah bahwa pesantren bukan hanya mampu bertahan, melainkan pada gilirannya mampu mengembangkan diri dan menempati posisi penting dalam pendidikan. Pesantren dalam sejarah perjalanannya mengalami perubahan dan pertumbuhan sekaligus merupakan perkembangan, baik dilihat dari sisi isi maupun dari segi bentuk. Apabila 86 dilihat dari pola perubahan dan pertumbuhan pesantren, ditemukan bermacam- macam pola perubahan, antara lain: a. Pesantren yang terdiri hanya masjid dan rumah kiai. Pesantren ini masih sangat sederhana, kiai menggunakan masjid atau rumahnya sendiri untuk tempat mengajar dan santrinya berasal dari daerah sekitar pesantren tersebut. b. Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok atau asrama. Pola ini telah dilengkapi pondok yang disediakan bagi para santri yang datang dari daerah lain. c. Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok atau asrama dan madrasah. Pola ini telah memakai sistem klasial, santri mendapat pengajaran di madrasah. Di samping itu, belajar mangaji mengikuti pengajaran yang diberikan oleh kiai di pondok. d. Pesantren yang telah berubah kelembagaannya yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok atau asrama, madrasah dan tempat keterampilan. Pola ini dilengkapi dengan tempat-tempat keterampilan agar santri terampil dengan pekerjaan yang sesuai dengan sosial kemasyarakatannya, seperti pertanian, peternakan, menjahit dan sebagainnya. e. Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok atau asrama, madrasah, tempat keterampilan dan ditambah adanya universitas, gedung pertemuan, tempat olah raga, sekolah umum. Pada pola ini 87 pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah berkembang dan bisa dikatakan sebagai pesantren modern. 73
Azyumardi Azra menjelaskan, .... Pesantren bukan hanya mempu bertahan. Tetapi lebih dari itu, dengan penyesuaian, akomodasi dan konsesi yang diberikannya, pesantren pada gilirannya juga mampu mengembangkan diri, dan bahkan kembali menempatkan diri pada posisi yang penting dalam sistem pendidikan nasional indonesia secara keseluruhan 74
Wacana yang berkembang dalam dinamika pemikiran dan pengalaman praktis alumni pesantren tampaknya menegaskan bahwa pesantren merupakan bagian dari infrastruktur masyarakat yang secara makro telah berperan menyadarkan komunitas masyarakat untuk mempunyai idealisme, kemampuan intelektual dan perilaku mulia (al-akhlaq al-Karim) guna menata dan membengun karakter bangsa yang paripurna. 75
73 Ibid., hlm. 96-97 74 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: PT Logos, 1999), hlm. 106 75 Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 117 88 BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexi, J Moleong mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. 76
Sejalan dengan definisi tersebut, Krik dan Miller yang dikutip oleh Lexy, J, Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dengan orang-orang tersebut dalam behasannya dan dalam peristilahannya. 77
Deskriptif Kualitatif adalah penelitian yang data-datanya berupa kata- kata (bukan angka-angka, yang berasal dari wawancara, catatan laporan, dokumen dan lain-lain) atau penelitian yang di dalamnya mengutamakan untuk pendiskripsian sacara analisis sesuatu peristiwa atau proses
76 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 3 77 Ibid., hlm. 3 89 sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang mendalam dari hakekat proses tersebut. 78
Penelitian ini digunakan dengan beberapa alasan, pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, ketiga metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi dan bertujuan untuk menggambarkan realitas empiris sesuai fenomena secara rinci dan tuntas, serta untuk mengungkapkan gejala secara holistic kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. B. Kehadiran Peneliti Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah penelitian sendiri. Lexi J. Meloeng menyebutkan bahwa penelitian dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia jadi pelopor hasil penelitiannya. 79 Karena penelitian merupakan instrument penelitian dalam penelitian ini, maka kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian kualitatif, yaitu peneliti harus menciptakan hubungan yang baik dengan subyek penelitian.
78 Nana Sudjana, Metode Statistik (Bandung: Tarsito, 1989), hlm. 203 79 Lexy J. Moleong, op. cit., hal. 121 90
C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid yang beralamat di Jalan Gegerkalong Girang 38 Bandung 40153, tepatnya sebelah barat kampus Universitas Pendidikan Indonesia. D. Sumber Data Menurut Lofland (1984), yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain 80 , Suharsimi Arikunto menjelaskan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh 81
Pengambilan data yang dilakukan pada beberapa sumber data/subyek dalam penelitian antara lain: pengasuh, ustadz/ustadza dan santri Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi 3 dengan huruf depan p tingkatan dari bahasa Inggris, yaitu: P = person, sumber data berupa orang yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. P = place, sumber data berupa tempat yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.
80 Ibid., hlm. 112 81 Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan PrakteK (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 114 91 Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar dan lain sebagainya. P = paper, sumber data berupa simbol yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertiannya ini maka paper bukan terbatas hanya pada kertas sebagiamana terjemahan dari kata paper dalam bahasa Inggris, tetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar dan sebagianya yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi. 82
E. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian di lapangan, adapun metode-metode tersebut adalah sebagi berikut: 1. Observasi (Pengamatan) Metode observasi digunakan apabila seorang peneliti ingin mengetahui secara empirik tentang fenomena obyek yang diamati. Dalam hal ini peeneliti menggunakan teknik Observasi sistematik, karena di dalamnya memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dulu dan ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
82 Ibid., hlm. 107 92 Dalam kasus ini pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek pada keadaan waktu itu, merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data, pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek. 83
Metode observasi digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data tentang situasi umum dari objek yang diteliti, meliputi: letak geografis, nuansa kehidupan, sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. 2. Interview (Wawancara) Interview atau wawancara dipergunakna sebagai cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan wawancara dengan nara sumber atau responden. Pelaksanaannya dapat dilakuka secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi dapat pula secara tidak dapat pula secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. 84
Menurut Suharsimi Arikunto metode interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewwee) 85 , sedang menurut Lexy J. Moleong, Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yaitu percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yakni pewawancara yang
83 Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 175 84 Hariwijaya, M dan Djaelani, Bisri M, Teknik Menulis Skripsi & Thesis (Jogjakarta: Zenith Publisher, 2006), hlm. 45 85 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 132 93 mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas petanyaan itu 86
Peneliti disini menggunakan Wawancara Bebas Terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Dimana dalam pelaksanaannya pewawancara membawa buku pedoman yang merupakan garis besarnya saja, selain itu pewawancara juga harus dapat menciptakan suasana santai tapi serius. Dalam hal ini peneliti mewawancarai Pengasuh, Pengurus, Ustadz/Ustadzah, santri di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, serta informan lain yang terkait dengan masalah yang dibahas. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode penelitian untuk memperoleh keterangan dengan cara memeriksa dan mencatat laporan. Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dan sebagainya 87
Dalam metode dokumentasi, data yang diperuntukan adalah: a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. b. Struktur organisasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. c. Data-data tentang penerapan Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung. d. Dan lain-lain yang berkenaan dengan penelitian ini.
86 Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 186 87 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206 94 F. Analisis Data Setelah data yang diperoleh sudah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis atau pengolahan data. Menurut Moleong, bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 88
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang sebagian besar berasal dari catatan pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Kemudian catatan tersebut di analisis untuk memperoleh tema dan pola-pola yang dideskripsikan dan diilustrasikan dengan contoh-contoh, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen. Menurut Meleong, dalam Metodologi Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa proses analisis data penelitian kualitatif adalah: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu, diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya. 3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum. 89
88 Lexy J Moleong, op .cit., hlm. 208 89 Ibid,. hlm. 248 95 Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif eksploratif. Penelitian deskriptif eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. 90 Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu. Teknik ini penulis gunakan untuk menggambarkan, menuturkan, menafsirkan serta menguraikan data yang bersifat kualitatif yang penulis peroleh dari metode pengumpulan data. G. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menguji validitas data atau keabsahan data, disini peneliti menggunakan metode Triangulasi. Menurut Moleong bahwa metode ini adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 91
Adapun teknik yang digunakan oleh peneliti adalah Triangulasi dengan Metode, menurut Patton (1987) yang dikutip oleh Lexy, J Moleong terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 92
H. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu: 1. Tahap Pra Lapangan terdiri dari: a. Menyusun rancangan penelitian b. Memilih lapangan penelitian
90 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 183 91 Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 330 92 Ibid., .hlm. 127-148 96 c. Mengurus perizinan d. Menjajaki dan menilai lapangan e. Memilih dan memanfaatkan informan f. Menyiapkan perlengkapan penelitian g. Persoalan etika penelitian 2. Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari: a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Mamasuki lapangan c. Berperan serta sambil mengumpulkan data 3. Tahap akhir penelitian terdiri dari: a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi b. Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 93
93 Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 27-148 97 BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek 1. Sejarah Daarut Tauhiid Sejarah Daarut Tauhiid (DT) berawal pada tahun 1987, ketika seorang pemuda bernama Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) merintis usaha wiraswasta dalam wadah KMIW (Kelompok Mahasiswa Islam Wiraswasta) yang sebagian hasil usahanya digunakan untuk menopang kegiatan pengajian rutin yang dipimpinnya. Setelah selanjutnya menyadari akan keterbatasan pengetahuan, akhirnya Aa Gym memutuskan untuk menambah ilmu khususnya ilmu agama Islam di berbagai pesantren diantaranya K.H. Djunaedi di Garut dan K.H. Khoer Affandi di Tasikmalaya. Diawali dengan perjuangan yang cukup berat, Alhamdulillah Aa Gym dengan ketekunan sedikit demi sedikit hasilnya dapat dilihat. Pada tahun 1988, Aa Gym pertama kali melaksanakan ibadah haji. Setelah itu, hampir pada setiap tahun berikutnya Aa Gym mendampingi jamaah berangkat haji. Sejak tahun 1989, wirausaha yang dirintis Aa Gym ini semakin hari semakin berkembang seiring dengan semakin banyaknya jamaah yang datang ke pengajian rutin asuhannya, sehingga tempat yang ada yaitu di rumah Aa Gym sendiri tidak memungkinkan lagi. Untuk memfasilitasinya, maka pada tanggal 4 September 1990 berdirilah secara 98 resmi Yayasan Daarut Tauhiid (DT) yang beralamat di Jalan Gegerkalong Girang No. 38 Bandung. Saat-saat penuh tantangan bagi Daarut Tauhiid (DT) dalam merintis dawah adalah ketika menempati lokasi baru tersebut. Lokasi Baru ini semula adalah sebuah rumah kontrakan sederhana dengan 20 kamar yang sebelumnya dipakai sebagai tempat pondokan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Bandung. Bagai musafir kehausan di tengah padang, hari demi hari pengajian di lokasi baru ini semakin banyak dihadiri khalayak yang rindu akan siraman penyejuk qolbu. Di tahun 1993 Daarut Tauhiid (DT) terus berupaya mengembangkan organisasinya dengan melakukan pembebasan tanah dan bangunan yang diikuti dengan pembangunan sebuah masjid permanen berlantai tiga. Masjid DT sering disebut masjid seribu tangan, sebab dibangun secara gotong royong oleh ribuan masyarakat sekitar dan jamaah Daarut Tauhiid (DT). Untuk menopang laju dan gerak dakwah Islamiyah di Daarut Tauhiid (DT), tahun selanjutnya (1994) berdiri Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN-DT). Aa Gym dapat membebaskan tanah gedung pesantren atas bantuan Bapak Palgunadi T Setyawan dari Astra Mitra Ventura. Ketika itu Aa Gym berkesempatan untuk memberikan ceramah di PT. Astra Mitra Ventura, saat itu pula Pak Palgunadi T Setyawan merasa tertarik untuk ikut andil dalam pengembangan Pesantren Daarut Tauhiid.
99 Menjelang akhir 1997, sarana dakwah dan perekonomian menjadi semakin lengkap dengan didirikannya gedung KOPONTREN-DT berlantai empat persis diseberang masjid. Gedung yang cukup representatif ini dipergunakan untuk kantor beberapa unit usaha seperti BMT (Baitul Mal Wat Tamwil), Super Mini Market, Warung Telekomunikasi dan lain-lain. Bersamaan dengan berkembangnya aktivitas perekonomian, aktivitas pendidikan pun ikut aktif dengan berbagai programnya, diantaranya adalah dengan dimulainya program Pendidikan Santri Beasiswa tahun 1995, dibukanya lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) DT pada tanggal 7 Desember 1997. Diantara programnya adalah kerjasama pendidikan dan pelatihan Manajemen Qolbu (MQ) untuk para eksekutif, staff dan karyawan berbagai perusahaan swasta. Diantara perusahaan yang pernah mengikuti pelatihan MQ ini adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Bandung, PT. Telkom Divre III Jabar, PT. Telkom Corporate Office, PT. Kereta Api Indonesia (KAI), Bank Indonesia, Bank Bukopin, PLN. Persero dan perusahaan lainnya. Di tahun 1998 pula, seakan tidak henti-hentinya karunia Allah yang harus disyukuri. Menjelang detik-detik akhir penghujung tahun diresmikanlah sebuah Pondokan atau Cottage yang asri Daarul Jannah. Sebuah sarana dakwah lain kembali hadir di Pesantren Daarut Tauhiid, ialah Stasiun Radio 1026 AM (sekarang 102,7 FM), Radio Ummat yang dibangun dari hasil Kencleng Ummat pendengar siaran Manajemen Qolbu (MQ) pagi yang disiarkan tahun 1999 atas kerja sama dengan Stasiun Radio Paramuda 93,9 100 FM. Radio Ummat pertama kali mengudara (On Air) pada bulan Ramadhan 1420 H, tepatnya tanggal 9 Desember 1999. Dan kemudian dibekukan pada awal April 2003 dikarenakan permasalahan kualitas radio yang berfrekuensi AM, disamping masalah aspek legal yang belum terselesaikan dan mengalihkan aktivitasnya ke Radio MQ FM. Berdasarkan data, perkembangan Daarut Tauhiid (DT) Bandung dapat digambarkan sebagai berikut: luas tanah 22.202 M2 dan luas bangunan masjid (587,50 M2). 94
2. Letak Geografis Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah berdasarkan kenyataan permukaan bumi. Menurut letak geografisnya Pondok Pesantren Daarut Tauhiid berada di bagian selatan kota Bandung tepatnya di jalan Gegerkalong Girang No. 38 Bandung 40154, sebelah utara Pondok Pesantren Daarut Tauhiid adalah kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). 3. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid adalah milik umat sehingga tidak boleh terikat pada figur seseorang. Operasional organisasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dijalankan bersama yaitu Aa Gym hanya sabagai pendiri sekaligus pembina dan dibawah itu Aa Gym menyerahkan kepada santri atau pengurus sehingga memungkinkan santri untuk kreatif mengelola pesantren secara mandiri.
94 Buku Panduan Santri Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, hlm. 13-14 101 Aktifitas di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ini tidak hanya mengelola Pondok Pesantren saja, akan tetapi terdapat lembaga-lembaga yang ada di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid antara lain: a. Yayasan Eco-Pesantren Daarut Tauhiid Pendidikan formal yaitu TK Khas Daarut Tauhiid b. MQ Corporation yaitu PT Pesantren Daarut Tauhiid Bisnis yang disertai dengan dakwah diantaranya: 1) MQTV 2) MQ FM 3) MQS (Mutiara Qolbun Saliim) 4) MQ Guest House 5) MQ Consumer Goods 6) MQ Cafe 7) MQ Tours & Travel 8) MQ Multimedia c. Yayasan Pesantren Daarut Tauhiid Pesantren atau badan wakaf dengan dakwah dan pendidikan non formal atau kesantrian, diantaranya: 1) Santri Mukim: a) Akhlak Plus Wirausaha (APW) b) Dauroh Qolbiyah c) Dauroh Quraniyah d) Pesantren Kilat e) Program Pesantren Mahasiswa (PPM) f) Pesantren Muslimah Teladan (PMT) g) Pesantren Karya 102 2) Santri Non Mukim: a) Santri Siap Guna (SSG) d. Kopontren Daarut Tauhiid Badan usaha koperasi atau ekonomi kerakyatan, devisi usahanya antara lain: 1) Super Mini Market (SMM) 2) Lembaga Keuangan Syariah BMT (Baitul Maal wa Tamwil) 3) Cottage & Caftaria Daarul Jannah 4) Handycraft 5) Lembaga Pendidikan & Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) 6) Global Service Provider e. Gemanusa yaitu perhimpunan atau perkumpulan gerakan moral Pengurus berperan penting dan merupakan tangan kanan pendiri karena pendiri tidak terjun sendiri dan tidak mengetahui keadaan santri dari sekian banyak santrinya. Penguruslah dengan berbagai job deskripsinya mereka memahami keadaan santri lebih mendalam. Dalam pengembangannya Pondok Pesantren Daarut Tauhiid juga didukung oleh para santri sendiri dan para wali santri 95
4. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi a. Visi 1) Ahli Dzikir Menjadikan Allah sebagai tumpuan kerinduan, harapan, pertolongan dan tujuan dalam beramal shaleh, sehingga apapun yang terjadi tidak akan mengurangi keyakinan dan selalu ridha pada ketentuan-Nya.
95 Wawancara dengan Fredy Rizaldi, Kepala Bagian Kelembagaan & Litbang Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 28 November 2008 103 2) Ahli Fikir Mengoptimalkan kemampuan berfikir, bertafakur dan bertadabbur dalam menggali hakekat kebenaran, mengungkap hikmah yang tersembunyi, potensi diri dan lingkungan sehingga diharapkan muncul sikap yang arif, efektif dan tepat dalam mengatasi berbagai tantangan dan masalah. 3) Ahli Ikhtiar Mengoptimalkan daya upaya dan ikhtiar yang diridhai Allah, sehingga diharapkan akan muncul manusia-manusia unggul yang selalu berkarya dengan diiringi sikap amar maruf nahi mungkar. b. Misi 1) Menjadikan konsep manajemen qolbu sebagai konsep perubahan sikap, penyejuk hati, penggelora semangat, pendidikan dan pelatihan serta pembinaan 2) Mengarahkan aktifitas organisasi menuju pesantren kota, lingkungan barokah, Bandung bermartabat 3) Memajukan perekonomian DT dengan menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship, produk dan jasa 4) Mencetak SDM yang siap berkarya dengan etos kerja yang optimal, pendidikan dan pelatihan serta pembinaan c. Tujuan 1) Bidang Dakwah: a) Mengembangkan metoda dakwah yang segar, solutif dan aplikatif b) Mengutamakan nilai-nilai Islam yang rahmatan lilalamiin 2) Bidang Pendidikan: a) Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis marifatullah, leadership dan entrepreneurship 104 b) Menyelenggarakan pelatihan pengembangan diri yang berbasiskan Manajemen Qolbu c) Menyelenggarakan pendidikan formal berjenjang dari TK sampai Perguruan Tinggi yang berorientasi pada kemandirian 3) Bidang Sosial: Memberdayakan potensi masyarakat dengan mendirikan Lembaga Pengelola Zakat nasional yang mensucikan dan memberdayakan. 4) Bidang Ekonomi Syariah: Membangun model pengembangan ekonomi syariah yang mengutamakan kemaslahatan bagi masyarakat.
d. Strategi Strategi yang dikedepankan oleh Daarut Tauhid dikenal dengan sebutan "Manajemen Qalbu", konsep yang digelontorkan oleh KH. Abdullah Gymnastiar. Sebuah metode yang mengajak jamaahnya untuk mampu menseleraskan olah pikir, olah hati dan olah tindakan (dzikir). Intinya adalah memenej dan memelihara kebeningan hati dengan cara mengenal Allah lebih mendalam (dengan amalan/dzikir). Untuk kemudian mengisinya dengan nilai-nilai ruhani Islam seperti sabar, ridho, tawakal, ikhlas, jujur, disertai dengan ikhtiar. Sebagai pesantren yang berada di tengah kota, Daarut Tauhid memang dimaksudkan untuk mengincar segmen masyarakat perkotaan yang ingin memperdalam ilmu agama. 5. Pola Kepemimpinan Pola kepamimpinan yang diterapkan oleh Aa Gym adalah dengan mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad yang sangat siddiq (benar dalam tekad dan sikap), sangat amanah (penuh tanggung jawab), fathonah (sangat 105 cerdas dan profesional), serta tabligh (memiliki kemampuan komunikasi yang andal) akan mengantarkan seorang pemimpin efektif menjadi kemuliaan dunia akhirat. Sabda Nabi Muhammad saw Setiap di antaramu adalah pemimpin, dan akan ditayangkan tentang kepemimpinannya (al-hadits). Artinya kesadaran untuk memiliki keterampilan adalah satu hal yang standar harus dimiliki oleh setiap manusia, disebut keterampila memimpin karena manusia akan berkembang dan tumbuh kemampuan memimpinnya jika yang bersangkutan secara konsisten terus menerus belajar dan berlatih untuk bias memimpin dengan baik. Dengan kata lain, walaupun berkata apabila tidak disertai ilmu dan pelatihan yang benar serta konsisten, hasilnya akan menjadi pemimpin yang buruk bahkan berbahaya. Kepemimpinan yang baik harus memiliki keterampilan membangun visi kedepan, mengatur strategi dengan baik membaca dan mensinergikan aneka potensi serta memotivasi diri maupun yang dipimpinnya untuk mencapai hasil yang dicita-citakan. Pemimpin sejati jelajahnya ada di hati yang dipimpin. Dengan demikian, yang mengikuti akan dengan tulus berjuang dan berkorban untuk menggapai tujuan mulia yang diharapkan bersama. Pemimpin sejati harus diawali dengan kegigihan memimpin dirinya sendiri. Mengendalikan pandangan, pendengaran, tuturkata, keinginan, hawa nafsu, amarah dan syahwat, sesudah itu memimpin keluarga merupakan prioritas pula agar menjadi suri teladan bagi masyarakat yang dipimpinnya. 106 Kegagalan membangun keluarga yang baik akan melemahkan wibawa kepemimpinannya. Kunci memimpin orang lain adalah dengan meposisikan diri sebagai teladan dan sebelum menyuruh orang lain, serta menjadi pelayan bagi masyarakat. Posisi yang lebih banyak berbuat, berkorban waktu, tenaga, biaya dan pikiran dengan tulus, maka inilah yang akan kena di hati orang- orang yang dipimpin bukannya diposisikan sebagai raja. 96
B. Penyajian Data 1. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kaulitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu yang diterapkan di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung adalah sebagai berikut: a. Pengenalan Diri Sungguh betapa indah hidup dengan bening hati. Kebeningan hati menciptakan kedamaian dan kebersamaan. Kebeningan hati diawali dengan pembersihan hati. Lalu bagaimana kiat menuju kebeningan hati itu? Ikhtiar pembersihan hati harus dimulai dengan upaya memahami diri dan orang lain. Tanpa pemahaman dan pengenalan yang mendalam mustahil bisa terhindar dari kotoran hati. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa sumber dari kiat mengelola qolbu (manajemen qolbu) adalah pengenalan diri.
96 Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya Sebuah Qolbugrafi (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. 144-145 107 Seseorang yang mampu mengendalikan perasaan (emosinya) adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya. Jadi, tentunya akan bisa mengendalikan diri begitu mengenalnya secara mendalam. Orang-orang yang terkadang tidak mampu mengendalikan dirinya, itu karena mereka merasa asing dengan dirinya sendiri. Lalu, bisa terjadi pada suatu masa mereka melakukan perbuatan maksiat dan keji sementara mereka merasa melakukannya tanpa sandar. Kunci pemahaman diri terletak pada hati. Hati bisa memperlihatkan secara jelas siapa diri seseorang dan bagaimana watak seseorang. Hati yang bersih, bening dan jernih isnya Allah bisa memperlihatkan kebersihan, kebeningan dan kejernihan pada diri seseorang. Untuk mengenal diri, tentu memulainya dari kedalaman diri sandiri, dari kedalaman qolbu atau apa yang disebut nurani. Inilah yang sering dikenal dengan upaya introspeksi diri (muhasabah). 1) Cermati Potensi Diri Anda adalah apa yang Anda pikirkan, demikianlah sebuah ungkapan tentang pengenalan dan potensi diri. Artinya jika kita memikirkan diri kita ini tidaklah berguna, ketidakbergunaan itulah yang akan tetap menjadi cap diri kita. Dengan demikian, kita pun memadamkan potensi-potensi positif yang ada pada diri kita karena kita sudah menata hati dan pikiran ke arah negatif. 97
97 Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati Step by Step Manajemen Qolbu (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. 2-3 108 Utamanya bisa mengenali potensi diri melalui hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain akan memungkinkan munculnya kritik. Untuk itu, kita pun mengembangkan sikap terbuka terhadap kritik yang datang dari luar diri kita. Artinya, kita harus berprasangka baik (husnudzan) tentang apa yang orang lain katakan terhadap diri kita karena merekalah yang mungkin lebih objektif melihat potensi-potensi dalam diri kita. Cara paling praktis dalam upaya pengenalan diri ini adalah melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungan terdekat, yaitu keluarga, setelah keluarga, mulailah berhubungan secara harmonis dengan saudara, teman, tetangga atau orang di dalam lingkungan pekerjaan. Mungkin di sini akan terasa lebih berat karena keterbukaan kita akan mengalirkan kritik yang lebih hebat lagi. Namun, yakinlah bahwa proses ini akan lebih membuat perkembangan emosi semakin baik dari hari ke hari.
109
Potensi Negatif:
Sombong Pelit senyum Cuek Kurang pergaulan Kikir Mau menang sendiri Tidak percaya diri Penaku
Potensi Positif:
Rendah hati Murah senyum Empatik Banyak teman Dermawan Mau mengalah Percaya diri Pemberani
Gambar 4.2 Langkah Praktis Pengenalan diri Interaksi Harmonis dengan keluarga (Lingkungan Terkecil) Mengembangkan Sikap Terbuka Besar Hati Menuai Kritik Kuat Hati Menenrima Pujian 110 Kritik adalah senjata ampuh untuk mengenal lebih jauh kelemahan diri. Alergi terhadap kritik berarti akan membuat tumbuh suburnya potensi negatif pada diri. Upaya-upaya memperbaiki diri akan lebih efektif jika menngerakkan segenap potensi positif dalam diri. Tentu dengan syarat bahwa telah mengetahui adanya kelmahan- kelemahan pada diri. Potensi untuk memperbaiki diri hanya bisa digerakkan dengan niat yang tulus. 98
Kebaikan pada diri bisa dilihat secara kasat mata melalui jasad dan akal. Potensi jasad dan akal yang tampak lahiriah sebenarnya digerakkan oleh potensi hati atau qolbu. Jadi, qolbu yang bersih akan menampakkan fisik dan pikiran yang bersih pula. Jasad dan akal hanya akan menuju pada suatu kebaikan jika dikendalikan oleh qolbu yang bersih yang membuat perbuatan diri menjadi bernilai dan berkualitas. 2) Fokuskan pada Diri Sendiri Kebaikan bisa dicontohkan atau ditularkan dari atau kepada orang lain. Namun, kebaikan akan menjadi efektif marasuk pada diri mankala berpangkal pada diri kita sendiri. Ungkapan yang cocok dengan ini bahwa Uruslah diri sendiri sebelum mengurus orang lain. Perbaikilah diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain. Bersihkanlah diri sendiri sebelum membersihkan orang lain. 99
98 Ibid., hlm. 4-6 99 Ibid., hlm. 10 111 Jika ingin melihat kebaikan pada diri orang lain, harus memulainya dari diri pribadi. Seperti halnya jika ingin efektif mendidik anak sendiri, harus menunjukan sikap yang baik. Bagaimana mungkin kita melarang anak untuk merokok, padahal sehari-hari kita merokok di depan mereka? Hal demikianlah yang justru membuat hidup kita menjadi lebih hina karena perbuatan tidak sesuai dengan ucapan dan hati kita. Kita akan menjadi bahan cemoohan. Keinginan kuat atau kerinduan melihat sebuah kebaikan agar terjadi dilingkungan kita akan memotivasi diri untuk menebarkan kebaikan dari dalam diri kita. Kita tidak akan sungkan melakukan pembersihan jika melihat kekotoran di sekeliling. Kita dengan senang hati menciptakan suasana yang membuat orang lain berbahagia, apakah itu tersenyum, menolong dan berupaya memberikan solusi. Pada akhirnya, akan terkondisikan keadaan yang dalam hal ini diri kita menjadi pusat kebaikan dan solusi bagi orang-orang di sekeliling kita. Kehadiran diri kita menjadi buah kerinduan bagi orang-orang yang mendambakan kedamaian dan motivasi, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 3) Ubahlah Persepsi Persepsi adalah cara pandang terhadap potensi-potensi diri kita. Karena itu, jika kita mempersepsikan diri kita selalu gagal dan tidak bisa diperbaiki, sampai kapan pun kita tidak akan pernah sukses. 112 Perubahan persepsi ini memang teramat penting. Dalam konsep manajemen qolbu pengubahan persepsi harus dimulai dengan mengukurnya pada kedalamn hati (nurani). Dengan kata lain, seseorang akan efektif mengubah persepsinya jika dapat menggunakan sarana qolbunya. Qolbu akan menuju kepada Allah Swt, akan berbicara bahwa pada dasarnya manusia memiliki sisi baik. Manusia bisa mengubah dirinya menuju kebaikan jika ia menghidupkan sisi baik dan mematikan sisi buruknya. Jadi, harus ada persepsi bahwa kita bisa menjadi lebih baik, kita bisa menjadi sukses dan Allah Swt senantiasa akan menolong hamba-Nya yang tulus bermunajat kepada-Nya. b. Pembersihan Hati Sebenarnya sukses itu tidak berjuang. Sukses adalah sesuatu yang tidak hakiki. Manakala seseorang disebut telah meraih sukses, sebenarnya seseorang itu telah ditawari untuk maraih sukses berikutnya lewat upaya lebih keras dan lebih tinggi dari pada sebelumnya. Upaya keras ini memerrlukan tekad. Upaya keras kita mengenali dan mengendalikan diri juga memerlukan tekad yang kuat. Tekad ini harus dijaga agar terus berkorban dan tidak padam. Tekad inilah yang nantinya menjadi jala bagi kita untuk mulai membersihkan hati karena masa antara mengenali dan mengendalikan diri adalah membersihkan hati dulu. 113 Kesuksesan dalam konsep manajemen qolbu adalah bagaimana kita secara istiqomah dapat terus melakukan pembersihan hati sepanjang kehidupan. Kita harus ingat bahwa kunci keberhasilan agar kita bisa bertemu dengan Allah Saw adalah kebersihan hati atau qolbun saliim. Jadi, puncak kesuksesan bermuara pada kebersihan hati dan wahana pembersihan hati adalah tekad (niat) yang kuat. Tekad menjadi kunci untuk menggerakkan sesuatu dan tekad juga menjadi kunci terciptanya sikap istiqomah dalam perilaku. 1) Kunci kedua Ilmu memahami diri Seseorang bisa membersihkan hati apabila dia terus-menurus memperbaiki keadaan dirinya yang dirasakan memiliki banyak kekurangan. Ilmu memahi diri ini berbanding lurus dengan tekad. Semakin keras upaya-upaya yang dilakukan seseorang untuk menelusuri siapa dirinya, tentulah tekad untuk memperbaiki diri semakin besar pula kadar ilmu pemahaman diri yang dimiliki. Dari sinilah kemudian lahir apa yang menjadi tahapan ketiga upaya membersihkan hati. 2) Kunci ketiga rajin mengevaluasi diri Dalam konsep manajemen waktu ada istilah pemetaan dan pembagian waktu. Jika kita hidup dalam 24 jam sehari, tentu kita bisa memetakan waktu tiap jam, tiap menit, bahkan tiap detiknya. Dari pemetaan tersebut, apakah selama ini kita sudah menyediakan waktu untuk mengevaluasi diri? 114 Sehari-hari kita menghadapi berbagai sifat dan watak orang, termasuk merasakan watak diri kita sendiri. Jika orang lain menghujat ataupun menegur kita yang sombong, otak kita akan merespon apa itu sombong dan apa yang menyebabkan saya sombong. Lalu hati kita pun diajak berdialog: Benarkah saya sombong? proses itu terjadi karena kita sudah mengenal kriteria (ilmu) kesombongan. Dengan kriteria itulah kita mengetahui hakikat sombong dan apa akibatnya, dari situ kita lalu berpikir: Wah, bener saya ini sombong atau Ah, rasanya saya biasa saja, tidak sombong. Proses berpikir ini biasa disebut tafakur. Jika kita sombong, apakah bisa kita menahan kesombongan itu? Jika kita merasa tidak sombong, benarkah apa yang kita lakukan bukan merupakan kesombongan? 100
Jadi, sama halnya dengan upaya memahami diri kita dapat menjelma menjadi upaya pengendalian diri. Kita bisa terus membersihkan hati jika tahu ilmunya. Kita akan bisa mengukur diri kita sombong atau tidak dengan ciri-ciri yang kita kenali. 3) Kunci keempat biarkan orang lain menilai kita Tahapan keempat pembersihan hati adalah upaya membuka diri terhadap kritik yang datang dari luar diri kita. Di sinilah seseorang bisa mempraktikan kebesara hati yang dimilikinya. Seseorang akan dengan lapang dada menerima ketidak senengan dan keraguan orang lain terhadap dirinya.
100 Ibid., hlm. 16-17 115 Cara efektif untuk menjadi besar hati dan melapangkan dada adalah dengan menerima atau mencari tahu kelemahan diri dari orang- orang terdekat kita, misalnya orang tua, kakak, adik, serta istri atau suami, bahkan bisa pula meminta penilaian dari anak-anak kita. Apabila di dalam keluarga ini kemudian berhasil dalam evaluasi diri itu berlangsung secara nyata perkembangan diri kita. Alhasil, akan tercipta suatu pengondisian agar kita selalu menjaga perilaku karena ada yang mengawasi. Bukankah hal ini sangat menguntungkan bagi pengembangan diri kita? Upayakan membicarakan perilaku di tengah keluarga hendaknya dilakukan secara akrab, terbuka dan jujur agar proses pembersihan hati berlanjut dengan efektif. 101
4) Kunci kelima bercermin pada prilaku orang lain Dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari, cermin adalah orang-orang di sekitar kita, baik yang kenal akrab maupun yang belum kita kenal. Allah menciptakan berbagai orang dengan berbagai sifat sebagai cermin bagi kita. Sifat orang akan bermanfaat sebagai cermin jika kita mengenakan ukuran-ukuran sifat itu kepada diri kita sendiri. Misalnya, jika kita melihat seseorang menunjukkan kesombongannya, lantas diri kita hanya bisa berkata Ah, sombong betul orang itu, atau kemudian apakah keadaan sombong itu kita kembalikan kepada diri kita? Tentulah tidak ada gunanya apabila kita hanya mengatakan bahwa, orang itu sombong, yang akan bermanfaat bagi kita adalah
101 Ibid., hlm. 19 116 jika kesombongan yang terjadi di dalam diri kita adalah jika kesombongan yang terjadi di dalam diri orang lain itu kita kendalikan agar kita tidak menjadi sombong. Sebenarnya perilaku orang-orang di sekitar kita bisa menjadi percepatan pembelajaran bagi kita untuk membersihkan hati. Kita menjadikan hidup ini lebih efektif dengan mempelajari perilaku orang- orang di sekitar kita untuk memperbaiki diri, bahkan hal ini lebih efektif dari pada sekedar membaca buku tentang pengembangan diri yang lebih banyak dimuat teori. Misalnya, ada orang yang kata- katanya gampang menyakiti orang lain. Hidup kita akan menjadi efektif jika kita tidak memberikan komentar atas orang itu dan kita berupaya saja terhindar agar tidak menjadi orang seperti itu. c. Pengendalian Diri Siapa sebenarnya yang paling diwaspadai dalam kehidupan kita? Bukan orang lain, bukan musuh kita, melainkan diri kita sendiri. Syariatnya, kita tidak akan celaka, kecuali karena diri kita sendiri. Karena itu, pengendalian diri adalah fardhu ain sifatnya jihadun nafs adalah prioritas utama. Bahkan hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw bahwa jihad akbar adalah jihad melawan diri sendiri. Pengendalian diri memang memerlukan keterampilan prima. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sumber pengendalian diri adalah kita harus mengenal diri kita dahulu dan berupaya membersihkan hati terlebih dahulu. Ibaratnya jika seorang supir, kemudian 117 ditugasi menyetir mobil ber-cc tinggi, kita bisa mengendarainya jika kita sudah mengenal sangat baik dan kondisinya prima. Namun, sebaliknya jika tidak akrab dengan mobil tersebut, bukannya bisa mengendarainya dengan enak, melainkan malah tersiksa olehnya. 1) Mengelola perasaan Perasaan atau diri itu ibarat kuda liar. Jika kita tidak bisa menaklukannya, kita pun akan terpelanting dibuatnya. Ada berbagai perasaan yang berhubungan dengan hawa nafsu yang perlu kita kendalikan agar kita tidak dirugikan olehnya. Perasaan ini jika tidak dikendalikan akan menggumpal menjadi amratul qulub (penyakit hati). Berikut ini perasaan-perasaan yang memerlukan pengendalian diri oleh kita: a) Amarah Allah Swt menganugrahkan rasa marah bagi kita guna mengekspresikan perasaan hati. Namun, amarah bisa menjadi media efektif bagi setan untuk menunggangi kita sehingga kita tunduk kepadanya dengan meledakan amarah. Padahal, jika saja nafsu amarah tidak ada, setan tentu tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itu, setan begitu membenci orang yang sebenarnya bisa marah, tetapi tidak mau marah. Rasa marah bisa terkontrol jika kita meyakini bahwa hal itu tiada berguna sama sekali. Amarah itu memang suasana hati yang paling sulit dikendalikan. Karena itu, Allah Swt dan rasul- 118 Nya sudah memperingatkan kita tentang dampak negatif dari amarah. Rasulullah saw memberikan cara praktis untuk mengendalikan amarah, dalam haditsnya yaitu Jika seorang di antaramu marah ketika sedang berdiri, segeralah ia duduk, jika kemarahan belum mereda, hendaklah ia berbaring (HR. Abu Dzar). Damapak negatif dari marah salah satunya menghasilkan kata dan perilaku yang keji, yang bisa melukai orang lain. Tentu saja perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan mana pun. Namun, memang ada kalanya kita tidak bisa menahan amarah. Jika harus terjadi, pilihlah kata-kata yang tidak menyakitkan hati, sederhanakan persoalannya jangan diperuncing dan persingkat kemarahannya, yang terpenting juga jangan sungkan meminta maaf setelah marah. b) Ucapan Mulutmu adalah harimaumu yang akan menerkam kepalamu. Inilah pepatah lama yang maksudnya betapa bahaya ucapan atau lisan kita. Banyak sekali yang termasuk bahaya lisan itu, di antaranya berbohong, menggunjing (ghibah), mengumpat dan mengobrol yang tiada guna. Kebersihan lisan harus disertai oleh kebersihan hati. Tanpa adanya kebersihan hati, kita tidak akan bisa menghasilkan kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang berisi dan berkualitas. 119 Syeikh Ibnu Athaillah mengatakan, bahwa tiap lisan yang dikeluarkan pastilah membawa corak bentuk hati yang mengeluarkannya. Tersemburnya caci maki, penghinaan, kebohongan, sumpah serapah, yang rata-rata menyakitkan hati, pastilah bersumber dari hati yang kotor. Di hati yang kotor selalu terselip keinginan untuk mengucapkan lisan yang menyakitkan, tidak bermakna atau sekedar berkomentar yang tidak perlu. Apa saja yang terlihat di depan matanya ataupun terlintas di pikirannya, selalu membuatnya gatal ingin bicara. Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati dalam hal lisan, kita perlu kemampuan menahan lisan dengan mempertimbangkan akibat-akibat yang menyertainya. Lisan memang tidak melukai sacara fisik, namun bisa melukai perasaan yang mampu membawa perkelahian fisik, terputusnya silaturahmi dan hancurnya sebuah sistem. 102
102 Ibid., hlm. 43 120 Tidak penting Penting Diam Apa manfaatnya? Siapa lawan bicara? Adakah unsur ghibah? Bagaimana etikanya? Bagaimana pilihan kayanya?
Gambar 4.3 Proses Lisan Berkualitas
Keinginan atau niat berbicara Pikirkan secara matang Tanyakan pada hati nurani Lisan yang berkualitas 121 c) Pandangan Mata atau pandangan kita ibarat kamera yang bisa merekam setiap objek dan disimpan dalam memori otak. Karena itu, pandangan lewat mata merupakan virus yang bisa membuta kita terpengaruh untuk kembali mengotori hati. Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka jangan terlalu berharap memiliki hati yang bersih. Umar bin Khattab pernah berkata, lebih baik aku berjalan di belakang singa dari pada berjalan di belakang wanita. Ini memperlihatkan betapa bahayanya pandangan, terutama bagi para ikhwan jika terlarut memandang akhwat. Pandangan berbahaya tidak terbatas pada soal lawan jenis. Akan tetapi, termasuk juga pandangan kita terhadap hal-hal yang kerapkali menggiurkan hati kita. Karena itu salah satu kekuatan yang diperlukan oleh orang-orang yang istiqomah menjaga hati adalah menundukan pandangan. Tundukkan pandangan terhadap hal-hal yang menimbulkan nafsu syahwat dan terhadap hal-hal yang menimbulkan keinginan hampa. Bahagialah orang yang sangat senang melihat kebaikan orang lain. Namun, tatkala mendapati seseorang tidak baik kelakukannya, segera mengerti bahwa manusia itu bukan malaikat. Di balik segala kekurangan yang dimiliki orang tersebut pasti ada 122 kebaikannya. Jadi, fokuskan perhatian kita kepada kebaikannya sehingga bisa tumbuh rasa kasih sayang di hati. Tabiat nafsu selalu tidak sebanding antara kesenangan yang didapat dan akibat atau resiko yang diterimanya 103
d) Pendengaran Hampir setara fungsi dan dampaknya dengan pandangan dalam memebersihkan dan mengotori hati adalah pendengaran. Jika kita mendengar hal-hal yang tidak sepantasnya didengar, itu membuat hati kita tidak tenang dan penasaran untuk melontarkannya. Jika kita mendengar hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, itu dapat menimbulkan dendam dan amarah yang mengotori hati. Sebaliknya, jika kita mendengar hal-hal yang baik, tentu itu akan menentramkan hati. Coba saja kita dengarkan lantunan ayat-ayat Al-Quran, hati kita menjadi teduh dan tentram rasanya. Makanya beberapa pakar psikologi menganjurkan pada saat bayi di dalam kandungan sebaiknya diperdengarkan kepadanya musik- musik klasik yang berirama lembut dan intelek. Ini merupakan kiat pertama menanamkan kecerdasan ruhani pada sang bayi. Dalam Islam tetulah lantunan ayat-ayat Al-Quran yang lebih bermakna dari pada musik klasik.
103 Ibid., hlm. 42 123 e) Selera makan Kegiatan makan termasuk jalan bagi seseorang untuk bisa lebih dekat kapada Allah Swt dan sebaliknya, bisa pula menjadi media pertuturan nafsu. Hakikat makan bagi seorang hamba Allah adalah demi menjaga kesehatan tubuhnya dan makanan termasuk rezeki yang dilimpahkan Allah sehingga seseorang bisa menikmati dengan penuh syukur. Namun, ada kalanya makanan dijadikan sebagai alat kesombongan untuk pamer, kekikiran, pelampiasan nafsu dan alat untuk menzalimi orang lain. Di sinilah makanan tersebut akan menjadi pupuk bagi pertumbuhan hati yang semakin kotor. Barang siapa yang ingin memiliki hati yang sehat dan memlihara kebeningannya, hendaknya senantiasa berhati-hati dalam soal makan. Hal-hal yang dapat menurunkan kualitas iman, seperti tidak sanggup bertahujud, tidak khusuk dalam beribadah, tumpulnya otak dan tidak terkabulnya doa terkadang disebabkan perkara makan. Karena itu, perkuatlah kemampuan atau ketahanan diri terhadap makanan dan Allah serta Rasulullah saw telah menganjurkan senta mencontohkan perilakunya yaitu berpuasa. 2) Mengelola stres Kegelisahan dan kecemasan adalah keadaan tidak mengenakkan yang bisa dialami oleh semua orang. Namun, ada orang yang bisa tawakal menerimanya sehingga bisa semakin dekat kapada 124 Allah Awt dan bisa menjaga hatinya dari sifat buruk sangka kepada Allah maupun orang lain. Adapula yang benar-benar tersiksa olehnya sehingga kerapkali menyalahkan lingkungan, orang lain, bahkan Allah swt. Stres berhubungan dengan suasana fisik. Adapun yang berhubungan dengan kejiwaan biasa disebut depresi. Keduanya timbul karena banyak hal seperti: a) Keluarga Keluarga bisa menjadi sumber stres manakala tidak memberikan suasana yang kondusif. Misalnya, keluarga yang mengalami perpecahan, baik perceraian orang tua maupun pertengkaran orang tua dan anak. Bisa pula karena perilaku- perilaku buruk yang ditunjukkan oleh orang tua seperti selingkuh, berbuat tidak adil, menipu orang dan menzalimi orang. Bisa juga karena perilaku buruk anak seperti terlibat narkoba, melawan orang tua atau perbuatan-perbuatan melawan hukum. Stres dari keluarga ini bisa juga timbul dari hubungan antara suami dan istri. Istri akan merasa cemas manakala melihat perubahan perilaku suaminya yang kasar, egois dan mau menang sendiri atau sebaliknya suami merasa cemas manakala melihat istrinya seorang yang pemboros, suka berkata kasar dan menyakitkan. Suasana stres dalam keluarga ini berpeluang pula 125 ditimbulkan oleh orang lain di luar keluarga inti, seperti mertua, menantu, besan, ipar, keponakan dan saudara-saudar lainnya. b) Hubungan antar personal Stres bisa diakibatkan hubungan antarpersonal. Sesorang yang kita cintai biasanya begitu memikat hati, namun manakal ikatan itu putus karena sang pujaan hati memutuskannya ataupun menikah dengan orang lain, saat itulah hal yang paling mungkin menimbulkan stres. Kemudian, bisa pula terjadi manakala kita dicintai begitu banyak orang, padahal kita tidak mencintai satu pun dari mereka. Semua ini berpotensi memunculkan ketegangan, kecemasan dan ketakutan akan masa depan kita. c) Pekerjaan Kata-kata stres kerapkali dikenalkan kepada pekerja, terutama eksekutif di perusahaan. Pekerjaan dan karier menjadi peluang bagi mereka untuk mendatangkan stres. Misalnya, beban pekerjaan yang mereka terima tidak sesuai dengan kemampuan ataupun imbalan yang didapatkan. Bisa juga karena karier mereka dihambat oleh orang lain atau reputasi hancur karena kesalahan sepele. Selain itu, soal gaji, penghargaan dan hukuman (reward and punishment), jenjang karier, serta turunnya omzet atau kerugian bisa membuat stres. Di pihak lain, orang-orang yang mendambakan pekerjaan dan masih terus menganggur lama- 126 kelamaan bisa mengalami stres, orang-orang yang kehilangan pekerjaan juga bisa stres. d) Tetangga Orang terdekat di lingkungan rumah kita adalah tetangga. Tetangga yang baik dan ramah bisa mendatangkan kedamaian bagi kita. Namun, jika tetangga menjadi sumber keributan, tentulah bisa mendatangkan stres. e) Persoalan hukum Orang-orang yang bersentuhan dengan hukum karena melanggarnya tidak pelak lagi bisa mengalami stres. Polisi, pengadilan dan penjara menjadi sesuatu yang menakutkan karena bisa mencuri kebebasan dan menghancurkan nama baik kita serta keluarga, belum lagi kita bisa kehilangan pekerjaan karena persoalan hukum ini. f) Kondisi fisik Ketegangan dan kecemasan bisa datang dari perubahan atau perkembangan fisik. Penyakit atau cacat tubuh bisa menjadi sumber stres. Seorang yang cacat mungkin saja merasa tersiksa, kemudian mati-matian menyembunyikan kecacatannya. Seorang wanita yang menjelang tua, merasa ketakutan dengan kulitnya yang mulai keriput atau menjadi panik karena memasuki masa menopause.
127 Kunci menghilangkan stres adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Artinya, kita tidak justru larut pada permasalahan yang mengguncang, tetapi mencari pemecahannya dengan memohon kepada Allah Swt. Alangkah ruginya seseorang yang hidup sekali, namun dipenuhi dengan pikiran tegang 104
3) Mengelola waktu
Waktu adalah amanah bagi manusia untuk digunakan sebaik- baiknya atau dengan kata lain, efektif dan efisien. Allah memberikan waktu bagi manusia untuk berkiprah di dunia ini. Ada manusia memanfaatkan masa itu dengan baik hingga bisa melakukan percepatan dan memanfaatkannya. Namun, ada pula manusia yang sebaliknya hingga menunda-nunda dan menggunakan jalan memutar. Kelakukan, pikiran, sikap, tutur kata dan apa pun yang kita lakukan, semuanya pasti memakan waktu. Maka, tidak boleh kita melakukannya kecuali jika dipandang berharga dan bermanfaat 105
Brikut ini kiat praktis mengelola waktu: a) Biasakan tertib dan teratur b) Selalu terencana c) Biasa dengan data dan informasi akurat d) Sedia perangkat yang memadai e) Jangan menunda dan mengulur waktu f) Selalu tepat waktu g) Biar cepat dan ringkas asal selamat h) Biasakan cek dan ricek i) Waspadai pencuri waktu 106
Tingkatkan keyakinan kita kepada Allah. Allah Swt adalah sebaik-baik becking (pelindung) hidup kita. Keyakinan kepada Allah akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi penggunaan waktu
sudahkan mulut digunakan untuk membicarakan yang baik dan bermanfaat?
Sudahkah telinga digunakan untuk mendengarkan yang baik dan bermanfaat?
Sudahkah mata digunakan untuk melihat dan membaca hal-hal baik serta bermanfaat?
Sudahkah hati dan pikiran kita digunakan untuk merasakan dan memikirkan hal-hal yang baik dan bermanfaat?
Jadi, upayakan input dan output yang kita terima dan hasilkan benar-benar berkualitas dan bermanfaat. Jika demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk menunda- nunda berbuat kebaikan.
Gambar 4.4 Mengelola Waktu
129 4) Berempati Empati merupakan kemampuan dan keinginan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan. Berempati termasuk bagian dari kemampuan mengolah hati. Berempati memungkinkan sikap kita sebagai manusia bermanfaat buat yang lainnya. Bukankah orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling bermanfaat buat yang lainnya? Sungguh tiada berguna orang justru merugikan orang lainnya. Keberuntungan kita bukan diukur dari apa yang kita dapatkan, melainkan dari nilai manfaat yang ada dari kehadiram kita. Dari sinilah bermula rasa suka dan sayang orang terhadap kita karena kehadiran kita bisa menyejukkan, menolong dan memberikan solusi-solusi yang berguna. Munculnya kesejukan, sifat menolong dan kejernihan pikiran mencari solusi karena kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. 5) Berkomunikasi dan bergaul Komunikasi dalam pergaulan yang hakiki adalah komunikasi dan pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan. Insya Allah seperti ini akan terasa sangat indah dan mengesankan. Pergaulan yang penuh rekayasa, topeng dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak pernah abadi dan cenderung menjadi masalah, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Gambaran suasana hati bisa menjadi gambaran nyata dan eksplisit fisik kita. Untuk itu, orang yang ingin berhasil dalam bergaul harus menata hatinya sehingga menunjukkan tiga gambar fisik yang baik: 130 1) Aku bukan ancaman bagimu Harus ada keyakinan dalam hati bahwa kita tidak menjadi ancaman bagi orang lain. Istilahnya kita bukanlah si biang kerok yang selalu menimbulkan kesusahan dan kerugian pada pihak orang lain. Andaikan kita bertemu dengan orang yang sering menyakiti, baik dengan kata maupun sikapnya, niscaya kita pun tidak akan nyaman berjumpa dengannya. Bahkan, kalau bisa sangat ingin menghindar darinya. Lalu apa yang bisa kita lakukan? a) Hindari penghinaan b) Hindari ikut campur urusan pribadi c) Hindari memotong pembicaraan d) Hindari membanding-bandingkan e) Hindari membela musuh, mencaci teman f) Hindari merusak kebahagiaan g) Hindari mengungkit masa lalu h) Hindari mengambil hak i) Hindari kemarahan j) Hindari menertawakan orang lain k) Hindari penampilan buruk 107
2) Aku menyenangkan bagimu Harus ada keinginan dalam hati bahwa kita bisa menyenangkan orang lain. Alhasil, kehadiran kita bisa menjadi pelipur lara bagi orang- orang yang sedang bermasalah. a) Wajah yang selalu cerah ceria b) Senyum yang tulus c) Kata-kata yang santun dan lembut
107 Ibid., hlm. 84 131 d) Senang menyapa dan megucapkan salam e) Sopan bersikap dan penuh rasa hormat f) Senangkan perasaan orang lain g) Penampilan yang menyenangkan h) Memaafkan kesalahan 108
3) Aku bermanfaat bagimu Telah diungkapkan oleh Rasulullah saw bahwa orang paling mulia di antara kita adlah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Karena itu, harus menjadi tekad yang menggebu untuk meraih kedudukan mulia di sisi Allah dengan cara meningkatkan kemampuan kita agar bermanfaat bagi orang lain. Keuntungan lain dari pemberi manfaat ini tentulah menjadi sangat dibutuhkan, disayangi dan dicintai sebagaimana kita pun menncintai orang yang berbuat banyak kebaikan kepada kita. Bagaimana kita bisa meningkatkan manfaat untuk orang lain? a) Rajin bersilaturahmi b) Saling berkirim hadiah c) Menolong dengan apa pun d) Sumbangan ilmu dan pengalaman 109
108 Ibid., hlm. 89 109 Ibid., hlm. 94 132
komunikator
Mengukurnya dengan hati
komunikasikan
Umpan balik yang menyiratkan gambar fisik komunikator:
aku bukan ancaman bagimu
aku menyenangkan bagimu
aku bermanfaat bagimu
Gambar 4.5 Proses Komukasi Berkualitas
Lisan Tulisan Gerak tubuh 133 d. Pengembangan Diri Sering niat dan tekad menggebu di dalam hati untuk mengubah diri. Lalu, kita tumbuh menjadi pribadi yang kita idamkan. Namun, setelah tumbuh sering kita justru tidak bisa berkembang. Hal ini karena kekonsistenan tekad dan niat kita terganggu oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan diri karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan ingin lebih baik, yang mungkin terlambat hanya kesadaran kita memahami bahwa kita ini sebenarnya bukanlah pribadi yang menyenangkan atau mungkin pribadi yang rendah diri karena tidak bisa mengembagkan potensi-potensi positif yang ada. Berikut ini upaya-upaya mengembangkan diri setelah melewati proses pengenalan diri dan pembersihan hati. Keberhasilan pengembangan diri adalah sebuah prestasi yang membuat hidup ini akan lebih berarti. 1) Membina kepercayaan diri Perasaan rendah diri akan menjadi sesuatu yang berharga manakala khusus dihadapkan kepada Allah Swt. Apalah artinya manusia kecil jika dibandingkan dengan ke-Maha perkasa-an Allah Swt. Allah Mahatahu meliputi segenap yang ada, sedangkan kita tidak punya pengetahuan apa pun, kecuali sedikit saja. Karena itu, sangatlah wajar jika kita merasa rendah diri di hadapan Allah Swt, yang tidak wajar justru kalau kita merasa rendah di hadapan orang lain. Di 134 hadapan sesama manusia yang sama-sama diciptakan Allah dari tanah, inilah yang menjadi masalah. Tanda kita rendah diri, misalnya ketika kita harus berkumpul dengan orang banyak, kita dilanda kegalauan luar biasa. Hati terasa sempit, peluh pun bercucuran. Jika kita diminta untuk melakukan sesuatu, kita segera menghindar, bukan karena sebab buruknya yang diminta, melainkan karena adanya perasaan diri tidak mampu. Ternyata penolakan ini tidak menolong kita. Kita semakin merana dan merasa diri ini betul-betul hina tanpa guna. Kita pun lebih sering menyendiri sehingga hidup ini menjadi sunyi senyap tanpa arti. Tidak jarang perilaku ini melahirkan beban yang amat berat. Bahkan, apabila semakin melekat pada diri pribadi, melahirkan keinginan fatal menuju mati. Minder memang menjadi berbahaya. Karena itu, mari kita evaluasi diri sebelum penyakit ini menyerang dan membuat usaha kita berkembang menjadi sia-sia. Waspadai hal-hal berikut ini: a) Karena keaadaan Tubuh b) Karena keadaan keluarga c) Karena status sosial d) Karena pekerjaan e) Karena pendidikan 2) Membangun kredibilitas dan kapabilitas Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul Allah merupakan sosok yang sudah memiliki kredibilitas tinggti, mendapatkan gelar al-Amin (terpercaya) dari masyarakat kota Mekkah 135 sejak usia remaja dan menjadi orang terpercaya (kredibel) karena akhlak dan perilakunya. Kepercayaan adalah inti dari hubungan antarsesama manusia. Seseorang yang telah memperolah kepercayaan dari banyak orang sangat dimungkinkan memperoleh kesuksesan dalam karier kehidupannya. Kekuatan hati, memang menjadi salah satu pilar penting dalam membangun kredibilitas. Berikut upaya-upaya untuk memperkuat hati dan menjaga kredibilitas: a) Menebar kejujuran yang terbukti dan teruji b) Menggalang kecakapan c) Mengembangkan kreasi dan inovasi Membangun kapabilitas termasuk sebuah proses yang juga bersifat try and error. Jika suatu saat kita melakukan kesalahan yang sengaja ataupun tidak disengaja karena di luar kemampuan kita, jangan perbah rontok seakan-akan habislah segal-galanya. Kata-kata jatuh bangunnbagi seseorang yang ingin meraih sukses adalah biasa dan bukan suatu keburukan. Hal itu akan menimbulkan satu kecerdasan yaitu apa yang disebut kecerdasan kegetiran sehingga sebagai pribadi kita siap menjadi berhasil dan siap pula untuk gagal, dan tetap bertahan dalam kondisi apa pun. 3) Menjadi pribadi unggul Kata-kata unggul sering didengarkan sebagai kata yang memiliki makna prestatif. Istilah bibit unggul, sekolah unggu, siswa dan mahasiswa unngul, pesantren unngul dan lain-lain. Masalahnya keunggulan hanya akan jadi wacana dan buah bibir jika kita 136 sebenarnya tidak bisa memaknai kata unggul tersebut dengan aktivitas dan perilaku yang benar-benar menunjukkan keunggulan. Kita telah mengetahui sebagi seorang muslim bahwa ukuran-ukuran kualitas pribadi unggul telah ada pada diri Rasulullah saw. Dalam hal ini sesuai dengan konsep manajemen qolbu, tetaplah tekad kita menjadi pribadi unggul bermula dari rumah hati. Bermula dari hati ini ada tiga prasyarat: a) Kita harus mempunyai kemampuan mengoreksi sikap mental b) Kita harus berada pada lingkungan dan sistem yang kondusif c) Kita harus sering bersilaturahmi 110
e. Makrifatullah Langkah akhir dari upaya mengelola hati (manajemen qolbu) adalah kecondongan diri kita kepada Allah. Qolbu yang bersih dan terjaga harus senantiasa fokus kepada Allah demi menghidupkan dan membinarkan terus-menerus pusat kepemimpinan di dalam diri kita yaitu Allah Azza wa jalla. 1) Jalan menuju Allah Dalam upaya pengenalan diri pada langkah pertama manajemen qolbu, kita mengiringi dengan upaya mengenal Allah. Bisa mengenal Allah adalah mutiara paling berharga dalam hidup ini, apalagi jika kita tergolong orang-orang yang dikasihi Allah.
110 Ibid., hlm. 99-126 137 Oleh karena itu, tahapan paling tinggi bagi kita dalam pengenalan diri, pembersihan hati, pengendalian diri dan pengembangan diri adalah jalan menuju ridha Allah Swt. Segala aktivitas kita di dunia ini harus menuju pada apa yang diridhai oleh Allah. Insya Allah istiqomah pengelolaan hati akan terjaga dengan senantiasa kita berpikir dan berikhtiar semata-mata demi Allah serta kita melakukan dzikrullah semata-mata untuk mendekatkan diri dan mengingat Allah Swt. 2) Kecerdasan ruhaniah Kecerdasan ruhani merupakan anugerah Ilahi kepada hamba- Nya yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam hati orang- orang yang dianugerahi kecerdasan seperti ini, cahaya Ilahi akan selalu berbinar. Inilah ciri-ciri orang yang teranugerahi puncak kecerdasan yaitu kecerdasan ruhaniah. a) Mengalami perubahan yang dahsyat Kekuatan keyakinan itu begitu dahsyat mengubah apa pun bukan dengan bilangan tahun, melainkan bisa dengan bilangan bulan, minggu, hari, bahkan detik. Jadi, jika menginginkan perubahan yang drastis dan dramatis, tidak bisa dengan ancaman dan paksaan, tetapi dengan kekuatan keyakinan kepada Allah-lah semuanya bisa berubah. Dengan keimanan kita bisa berharap terjadinya perubahan hakiki pada diri kita, yang semula pemalas berubah menjadi sarat semangat berkarya. 138 b) Menjadi orang yang merdeka Berbahagialah orang yang membina hubungan baiknya tidak saja secara horizontal, tetapi yang lebih penting adalah secara vertikal dengan Allah Swt. Manakala kita telah mengenal Allah Swt kita pun akan menjadi merdeka. Dipuji tidak dipuji kita tetap giat berbakti, diberi balasan atau tidak kita tetap senang berbuat baik, diawasi atau tidak kita tetap istiqomah bekerja dengan tertib dan optimal. Siapa pun yang mengenal Allah, tidak akan pernah kecewa dengan perbuatan Allah sebab meyakini semuanya telah diatur. Maka semua puncak kebahagiaan, ketenangan, seluruhnya berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kita kepada Allah. c) Merasakan pengiring Orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah tentu tidak akan merasakan kesendirian karena dapat meraskan iringan Allah dalam hidupnya. Kita pun tidak akan pernah merasa sepi sebab ada Allah yang memperhatikan kita, memenuhi kebutuhan-kebutukan kita, siang malam baik dalam keadaan sepi maupun ramai. d) Menjadi optimis Sebagian besar di antara kita sering merasa kecil dan kecut hati mengahadapi hidup ini. Hari esok dihadapi dengan kekhawatiran dan bermuram durja. Padahal andai sudah bulat 139 keyakianannya kepada Allah maka semua kecemasan itu tidak berarti apa-apa. e) Memiliki akhlak yang baik Alangkah tentramnya orang yang berada di samping orang yang berhati bersih. Kejernihan hati yang berasal dari keyakinan bahwa Allah mengawasi segala gerak-geriknya, mengetahui segenap lintasan hatinya. Keadaan seperti ini akan membuat hidupnya damai. Sekalipun tinggal di tempat yang sempit, dunia akan terasa luas baginya, hal ini kerana banyak tempat yang merindukan kehadirannya. 111
f. Ikhlas Kesungguhan kita untuk meniti kelima langkah yakni pengenalan, pembersihan, pengendalian dan pengembangan diri serta makrifatullah atau kecondongan diri kepada Allah, tampaknya tidak akan ada artinya jika tidak serius untuk menjaga keikhlasan. Ikhlas adalah bersih dari segala maksud-maksud pribadi, bersih dari segala pamrih dan riya, bersih dari hal yang tidak disukai Allah Swt. Ikhlas dalam menjadikan Allah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya. Ikhlas dalam menjadikan Allah sebagai satu-satunya Zat yang kita harapkan, taati, cintai dan kita takuti. Ikhlas menerima Muhammad saw sebagai penjelas dan penyampai wahyu Ilahi. Ikhlas menerima Al-Quran sebagai pedoman dalam segala gerak kehidupan kita.
111 Ibid., hlm. 130-138 140 Manusia yang ikhlas adalah manusia yang berkarakter kuat dan tidak pernah mengenal lelah. Setiap perilakunya sama sekali tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kedudukan maupun penghargaan. Baginya yang paling penting adalah Allah ridha kepadanya. Orientasi hidupnya jelas dan tegas, langkahnya pasti dan penuh harapan, tidak ada kata frustasi dalam hidupnya, tidak ada kata putus asa dalam usahanya, jiwanya merdeka karena hanya Allah yang menjadi tujuan hidupnya. Sungguh beruntung bagi siapa pun yang dikaruniakan oleh Allah menjadi seorang hamba ahli ikhlas. Secara sederhana ada sebelas tanda keikhlasan yaitu: 1) Tidak mencari popularitas dan tidak menonjolkan diri 2) Tidak rindu dan tidak terkecoh pujian 3) Tidak silau dan cinta kepada jabatan 4) Tidak diperbudak imbalan dan balas budi 5) Tidak mudah kecewa 6) Tidak membedakan amal besar dan amal kecil 7) Tidak fanatis golongan 8) Menyalurkan emosi secara objektif 9) Ringan, lahap dan nikmat dalam beramal 10) Tidak egois karena selalu mementingkan kepentingan bersama 11) Tidak membeda-bedakan pergaulan 112
g. Kiat-Kiat Manajemen Qolbu 1) 3 S Manajemen Konflik a) Semangat Bersaudara b) Semangat Mencari Solusi c) Selamat Maslahat Bersama
112 Ibid., hlm. 143-154 141 2) 3 M Kiat Mengubah Bangsa a) Mulai dari Diri Sendiri b) Mulai dari Hal yang Kecil c) Mulai Saat Ini 3) 5 Pantangan a) Pantang Sia-Sia b) Pantang Mengeluh c) Pantang Menjadi Beban d) Pantang Berkhianat e) Pantang Kotor Hati 4) Membangun Kredibilitas a) Kejujuran yang Terbukti dan Teruji b) Cakap c) Inovatif 5) TSP a) Tahan dari buang sampah sembarangan b) Simpan sampah pada tempatnya c) Pungut sampah insya Allah sedekah 6) 7 T Kiat Membentuk Pribadi Sukses a) Tenang b) Terencana c) Terampil d) Tertib e) Tekun f) Tegar g) Tawadhu 7) Prinsip Kerja Sama a) Adil b) Saling menguntungkan c) Transparan
142 8) 5 S Kiat Membentuk Pribadi Simpatik a) Senyum b) Salam c) Sapa d) Sopan e) Santun 9) 5 Kiat Praktis Mengatasi Persoalan Hidup a) Siap b) Ridha c) Jangan Mempersulit Diri d) Evaluasi Diri e) Hanya Allah Satu-satunya Penolong 10) 3 B + RS (Budaya Kepemilikan) a) Berkah b) Bersahaja c) Bersih d) Rapi e) Serasi 11) B + 2 L a) Berani mengakui jasa dan kelebihan orang lain b) Bijak terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain c) Lihat kekurangan dan kesalahan diri sendiri d) Lupakan jasa dan kebaikan diri sendiri 12) Konsep Produk a) Mutu Terjamin Halal b) Murah Harganya c) Mudah Didapat d) Mutakhir e) Multi Manfaat Dunia dan Akhirat
143 13) Konsep Untung a) Bila Menjadi Amal Shaleh b) Bila Menjadi Ilmu c) Bila Bermanfaat d) Bila Menambag Silaturahmi e) Bila Menguntungkan Orang Lain 14) DEWASA a) Diam Aktif b) Empati c) Wara d) Adil e) Suri Teladan f) Amanah 15) Rahasia Sosialisasi a) Suri Tauladan b) Media yang Aman c) Pendidikan yang Unggul d) Lingkungan yang Kondusif 16) 7 B Kiat Meraih Hidup Sukses a) Baribadah dengan Benar dan Istiqomah b) Berakhlak Baik c) Belajar Tiada Henti d) Bekerja Keras, Cerdas dan Ikhlas e) Bersahaja dalam Hidup f) Bantu Sesama g) Bersihkan Hati Selalu
144 Berikut adalah pemaparan tentang santri Program Pesantren Mahasiswa (PPM) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung: a. Latar Belakang Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan akhlak, karakter, pemikiran, bahkan keyakinan seseorang, tidak sedikit orang yang berubah menjadi tidak baik dan menyimpang ketika salah dalam mengambil lingkungan yang ditempati. Sudah menjadi kebutuhan bagi para mahasiswa untuk memilih tempat tinggal yang sesuai, bukan hanya karena jaraknya yang dekat dengan kampus, tapi juga tempat yang kondusif untuk belajar dan menambah pengetahuan, dalam mengembangkan kemampuan diri dengan penguasaan wawasan, pengalaman, dan pergaulan yang Islami sebagai bekal untuk masa depan. Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Daarut Tauhiid Bandung, sebagai wadah bagi mahasiswa untuk beraktivitas dengan kreatif dan inovatif, sekaligus sebagai tempat belajar dan menimba ilmu pengetahuan keagamaan. Program ini diharapkan dapat membantu menumbuhkan idealisme para mahasiswa dalam mencetak kader-kader baru generasi muda yang memiliki komitmen dan bertata nilai Islam yang kuat, dengan penguasaan pengetahuan dan kemampuan pemahaman yang utuh serta ruhiyah yang mantap (baik dan kuat).
145 Program Pesantren Mahasiswa (PPM) pada prinsipnya hadir sebagai sebuah jawaban alternatif, dengan didasari oleh adanya tanggung jawab dan kepedulian terhadap kondisi generasi bangsa yang saat ini cenderung mengarah pada terjadinya degradasi moral. Program Peasntren Mahasiswa (PPM) sebagai sebuah program pendidikan yang berorientasi pada penanaman aqidah, pengembangan potensi dan pembentukan sikap, dengan harapan menjadi solusi alternatif bagi bangsa. Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Daarut Tauhiid adalah program santri mukim 1 (satu) tahun, program ini menggunakan pola pembelajaran lepas kuliah (PLK), dengan tidak mengganggu aktivitas kuliah. Waktu pembelajaran yang digunakan yaitu bada sholat subuh dan bada sholat ashar (waktu belajar pada prinsipnya fleksibel dan kondisional). b. Tujuan Program 1) Umum Membentuk pribadi muslim yang memiliki aqidah yang bersih, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah) 2) Khusus Menghasilkan sosok santri yang memiliki: a) Pemahaman keIslaman yang baik dan benar b) Ruhiyah yang bagus c) Kebeningan Hati d) Kemandirian dan bertanggung jawa e) Berjiwa kepemimpinan f) Mampu mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari 146 c. Pendekatan Program: 1) Menampilkan contoh/ suriteladan 2) Pendidikan, latihan dan pembinaan yang berkesinambungan 3) Lingkungan kondusif 4) Kekuatan doa (kekuatan spiritual) d. Tahapan Kegiatan 1) Masa pendaftaran 2) Proses seleksi 3) Tes pengetahuan dasar agama Islam 4) Tes kesemaptaan 5) Wawancara 6) Orientasi santri dan diklatsar 7) Proses Kegiatan Belajar (KBM) 8) Ujian Tengah Semester (UTS) 9) Ujian Akhir Semester (UAS) 10) Aktivitas unggulan 11) Camping ruhiyah dan tafakur alam 12) Malam bina iman dan takwa 13) Praktek Khidmat Masjid (PKM) 14) Pembinaan Anak Muslim Kreatif (AMK) 15) Sidang (Laporan akhir) 16) Wisuda dan kenaikan tingkat (untuk yang melanjutkan) e. Materi Pembelajaran: 1) Aqidah Islam, 2) Akhlak (MQ) 3) Fiqih, 4) Tahsin Al Qur'an 5) Tafsir Al Qur'an 6) Tahfiz Al Qur'an 7) Hadits 8) Bahasa Arab 147 9) Bahasa Inggris 10) Leadership 11) Entrepreneurship (kemandirian) f. Fasilitas: 1) Asrama 2) Seragam kebersamaan 3) Syal KBM 4) Keanggotaan perpustakaan 5) Name Tag 6) Serifikat g. Materi Seleksi: 1) Tes Tertulis kemampuan dasar keislaman (Al Qur'an, Aqidah, Fiqih, Akhlak & wawasan umum) 2) Kesemapatan 3) Wawancara h. Pengembangan SDM Program 1) PJ. Program 2) Administrasi umum 3) Mudabbir dan Mudabbirroh 4) Logistik i. Sarana dan Prasarana 1) Ruang Tidur 2) Dapur 3) Kamar mandi 4) Aula 5) Lemari (loker kecil) 6) Kasur 7) Bantal 8) Selimut
148 j. Syarat-Syarat Pendaftaran 1) Mengisi formulir 2) Foto copy KTP (Kartu Identitas) 3) Foto copy ijazah terakhir 4) Surat keterangan sehat dari dokter 5) Surat Keterangan berkelakukan baik 6) Pas foto 2x3 = 2 lbr dan 3x4 = 2 lbr 7) Surat izin orang tua dan surat keterangan dari kampus
Untuk mencapai target kegiatan belajar Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Daarut Tauhiid Bandung diatur dalam jam pelajaran terjadwal yang waktunya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan santri. Kegiatan penyampaian materinya dilakukan secara learning by doing, pembelajaran sesudah memahami sehingga materi yang dipelajari sesegera mungkin diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
122 Tabel 4.1 Jadwal Aktivitas Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 2008-2009
WAKTU SENIN Tp SELASA Tp RABU Tp KAMIS Tp JUMAT Tp SABTU Tp AHAD Tp 03.00 - 03.30 Sahur A Persiapan Shalat Tahajjud A Sahur A Persiapan Shalat Tahajjud 03.30 - 04.30 Shalat Tahajjud + Shalat Subuh A
AKHLAK (MQ) AL QUR'AN IHKWAN AL QUR'AN AKHWAT 04.30- 06.00 MQ ON AIR
Ust. Mulyadi A. F. DI Ust. Suherman Ar Rozi M MQ ON AIR M Usth. Siti Sumarni M MQ ON AIR M 06.00 - 07.00 O p s I h / O l a h R a g a + K P S A 07.00 - 07.30 08.00 - 08.30 TAUSHIYAH 08.30 - 09.00 Aa Gym + Asaatidz M 09.00 - 09.30 Shalat Dhuha M 09.30 - 10.00 L I B U R T 10.00 - 10.30 AKTIVITAS KULIAH A K T I V I T A S K U L I A H CAMPUS KEBERSAMAAN/ Bersih-bersih perlengkapan pribadi A PENGAJIAN AHAD SIANG M 123 11.00 - 11.30 Aa Gym) 12.00 - 12.30 S h o l a t D h u h u r B e r j a m a a h M 12.30 - 13.00 AKTIVITAS KULIAH / KPS T 14.45 - 15.00 Persiapan Shalat Ashar, Tilawah Al-Qur'an M 15.00- 16.00 S h o l a t A s h a r, D z i k i r A l - M a t s u r o t & P e r s I a p a n K B M M 15.30 - 16.00 16.00 - 16.30 AL-HIKAM BREAFING SANTRI 16.30 - 17.30 A K T I V I T A S K U L I A H T Aa Gym / Asaatidz M A K T I V I T A S K U L I A H T PJ. Program C7 17.30 - 18.00 KPS + Persiapan Shalat A KPS/Persiapan Buka A KPS + Pers. Shalat A KPS + Pers. Shalat 18.00 - 18.15 TAFSIR JUZ 'AMMA 18.30 - 19.15 Sholat Magrib + Makan Malam M Ust. Sholahuddin DH Sholat Magrib + Makan Malam M/T Sholat Magrib + Makan Malam A 19.15 - 19.45 S h a l a t I s y a B e r j a m a a h M Shalat + Makan + Persiapan Khidmat pengajian M Shalat Isya M LIBUR T Shalat Isya M BHS. ARAB TAUHIID Muthola'ah PENGAJIAN MALAM JUM'AT KAJIAN FIQIH Muthola'ah MUHADHOROH 19.45 - 21.15 Ust. Nur Stalis Alamin A Ust. Rizal Zulkarnaen DI Mudabbir A Aa Gym M Ust. Roni A. Fattah DI Mudabbir A Mudabbir A 21.30 - 03.30 I s t i r a h a t / T i d u r A
Tabel 4.2 Format Muhasabah Harian Bulan : ................ Isilah dengan tanda checklist () pada kolom yang telah disediakan, kecuali untuk poin yang bertanda * (poin 4, 8 dan 12) diisi dengan angka sejumlah frekuensi sahabat melakukan aktivitas tersebut. Hari/ Tanggal Hari/ Tanggal No Aktivitas Jml
Jml
Jml
Jml
Jumlah Total perbulan Cinta Shalat Cinta Shalat Shalat Shubuh Berjamaah di Masjid Shalat Dzuhur Berjamaah di Masjid Shalat Ashar Berjamaah di Masjid Shalat Maghrib Berjamaah di Masjid 1 Shalat Isya Berjamaah di Masjid
Shalat Shubuh di Shaf Utama Masjid Shalat Dzuhur di Shaf Utama Masjid Shalat Ashar di Shaf Utama Masjid Shalat Maghrib di Shaf Utama Masjid 2 Shalat Isya di Shaf Utama Masjid
Shalat Sunnah Qobla Shubuh Shalat Sunnah Qobla Dzuhur Shalat Sunnah Bada Dzuhur Shalat Sunnah Bada Maghrib 3 Shalat Sunnah Bada Isya
4 Shalat Sunnah Tahiyyatul Masjid* 5 Shalat Sunnah Dhuha 6 Shalat Sunnah Tarawih Berjamaah/ Qiyamullail/ Tahajjud Cinta Masjid Cinta Masjid Datang ke Masjid sebelum Adzan Shubuh (Min. 5 menit sebelum adzan) Datang ke Masjid sebelum Adzan Dzuhur (Min. 5 menit sebelum adzan) Datang ke Masjid sebelum Adzan Ashar (Min. 5 menit sebelum adzan) Datang ke Masjid sebelum Adzan Maghrib (Min. 5 menit sebelum adzan) 7 Datang ke Masjid sebelum Adzan Isya (Min. 5 menit sebelum adzan)
8 Pengamalan TSP dan Bebaskomiba di Masjid* Cinta Al-Quran Cinta Al-Quran 9 Tilawah/ membaca Al-Quran Min. 2,5 lembar sehari 10 Menghafak ayat Al-Quran
151 Dari data diatas dapat dilihat aktivitas sehari-hari santri yang full day dengan berbagai macam kegiatan dan pelatihan, diharapkan santri bisa belajar untuk disiplin waktu supaya tidak banyak waktu yang terbuang begitu saja. Penyampaian pembelajaran di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung telah menggunakan metode yang bervariatif. Jadwal belajar di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) ini disesuaikan dengan kegiatan formal santri yakni menyesuaikan dengan jadwal kampus. Kegiatan dimulai setelah kegiatan formal santri 113
Untuk menunjang kegiatan Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ini ada buku panduan yang diberikan kepada santri, di dalamnya terdapat tabel format muhasabah harian yang harus diisi setiap harinya dengan tanda checklist pada kolom yang telah disediakan, disesuaikan dengan aktivitas yang telah dilakukan. Dua halaman disediakan untuk setiap bulannya dan diakhir bulan santri akan menjumlah total point sesuai dengan aktivitas yang sudah dikerjakan. Tujuannya dari adanya format muhasabah harian ini adalah supaya santri mampu mengkoreksi dan memperbaiki diri menuju Ridho Allah SWT 114
113 Wawancara dengan Halimah, Murabbiyah Program Pesantren Mahasiswa Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 29 November 2008 114 Ibid., Pukul 16.10 152
153 Dari tabel diatas adalah salah satu cara untuk mendukung tercapainya target yang diharapkan dari Program Pasantren Mahasiswa (PPM) ini, kegiatan belajar Program Pasantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung diatur dalam jam pelajaran terjadwal yang waktunya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dalam pencapain target.
4.6 Santri Harapan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid 154 Tabel 4.3 Karakter Santri Daarut Tauhiid Pembawaan Tenang, kalem dan mantap Penampilan Bersih, rapi dan wajar Raut Muka Cerah, jernih, dan murah senyum Tutur Kata Jelas, santun dan tidak banyak bicara Sikap Ramah, sopan, peka dan peduli Gerak-gerik Gesit, tangkas dan cekatan Mental (karakter kuat) Penyabar, tangguh, ulet/gigih, pantang mengeluh, dan pantang menyerah Sifat (karakter baik) Jujur, berani, pemaaf, tawadhu, dan tulus (ikhlash) 1. Kepala b. Rambut Selalu dicukur pendek dan tersisir rapih, tidak menutupi daun telinga dan tidak menutupi kerah. senantiasa terpelihara kebersihannya, dicuci secara berkala, tidak berkutu, tidak menghalangi kening sewaktu sholat. Tidak ada riwayat santri DT berambut gondrong, atau kumal tidak terurus. Tidak diperbudak oleh model rambut yang membuat ujub dan riya, ataupun genit menjadi korban mode yang tak Islami. b. Kopiah Sangat senang berkopiah putih agar selalu bersih, dan kopiahnya dipastikan secara berkala dicuci serta memiliki cadangan sehingga selalu bersih tidak ada daki atau warna kumal dan lusuh. Namun tetap bukan merupakan kewajiban. Harapannya dapat menjadi dawah, bangga menjadi muslim, selain dapat menjadi sarana penjagaan sikap diri c. Kening Ciri khas santri Daarut Tauhiid sangat senang dan betah bersujud, utama sekali dalam shalat-shalat sunnah, atau sujud syukur, apalagi dikala tahajjud. Namun demikian, tidak pernah ada upaya untuk menjadi riya dengan sengaja membuat bekas sujud di keningnya, kalaupun ada dengan sendirinya maka semua ini dianggap cobaan keikhlasan. d. Pikiran Ciri santri DT adalah selalu berpikir positif, senang berpikir keras, berpikir cepat dan efektif, tajam dan kritis serta terlatih untuk menemukan masalah dan potensi serta sanggup berpikir keras untuk merencanakan, memecahkan dan melaksanakan penyelesaian masalah dengan baik dan benar. Tidak pernah mau berpikir jahat, keji, berpikir mesum, kotor, angan-angan kosong, lamunan hampa makna atau pikiran negatif lainnya, termasuk tidak pernah mau berpikir yang sia-sia tiada arti. Berusaha berpikir penuh inisiatif dan berpikir kreatif, senang dengan ide-ide baru. Senantiasa mengasah pikirannya dengan bertukar pikiran, merenung atau tafakkur, membaca, atau aneka cara lainnya yang dapat semakin membuka dan memperluas wawasan berpikirnya.
155 e. Wajah Ciri khas santri DT adalah tampak dari wajahnya yang selalu jernih ceria. Full senyum ikhlas, yang akan menyenangkan siapapun yang menatapnya, kecerahan tulus yang keluar dari lubuk hati terdalam buah dari sifat yang selalu ingin membahagiakan orang lain. Wajah segar bercahaya yang merupakan bekas dari istiqomahnya berwudhu. Merupakan suatu kehinaan andaikata menampilkan wajah selalu bermuram durja, bengis, suram, ketus, sinis, dan lain-lain. f. Mata Ciri santri DT adalah kemampuan menjaga pandangannya dari apapun yang dilarang Allah SWT, tidak akan membiarkan matanya jelalatan melihat yang diharamkan Allah sehingga akan mengeraskan dan menghancurkan hatinya sendiri juga akan kedudukannya di sisi Allah. Matanya sangat senang membaca Al Quran, tiada hari tanpa membaca Al- Quran. Matanya sangat hobi membaca untuk menuntut ilmu, akrab dengan bahan bacaan bermanfaat, tahu serta dapat membaca dengan efektif dan efisien. Matanya dapat menemukan Allah dari kesenangannya mengagumi ayat-ayat Allah, alam dan segala bentuk kebesaran Allah lainnnya. Matanya hanya senang melihat yag bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. g. Telinga Ciri santri DT adalah kesungguhannya untuk mensucikan pendengarannya dari segala kemaksiatan dan kesia-siaan, sangat tidak suka mendengar aib orang lain tanpa niat yang benar untuk kebaikan, tidak mau mendengar musik atau lagu maksiat dan sia-sia. Tidak mau mendengarkan obrolan tanpa guna, semua yang didengar dipastikan harus bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. h. Mulut Tidak banyak bicara, tapi setiap pembicaraannya terjamin kebenarannya terucap dengan fasih dan bahasa yang baik juga penuh makna, tutur kata yang halus penuh etika, jujur dan terbuka, tidak mengenal berdusta, tidak pernah mengingkari janji, tidak mengada-ada atau menambah-nambah omongan, atau sebaliknya tidak menghilangkan apa yang harus disampaikan, pendek kata, perkataannya adalah jaminan mutu. Tidak pernah mau berkata kasar dan kotor, tidak berkata porno atau apapun yang merupakan pembicaraan berselera rendah yang akan membuat malu pendengarnya. Kemarahan tidak menjadikan kata-katanya meganiaya siapapun dan tidak beranjak dari kebenaran dan keadilan. Tidak pernah mau berghibah menceritakan aib dan kejelekan orang lain, atau menjatuhkan kemuliaan orang lain, kecuali demi kebaikan dan dengan cara terbaik. Gurauannya menyenangkan namun tetap dalam kebenaran, tidak berlebihan dan melampaui batas, bersih dari kemaksiatan, orang akan aman dari kata-kata yang akan melukai hatinya. Tidak pernah mau memasukkan ke dalam mulutnya segala yang haram maupun yang makruh, maka tidak pernah boleh ada santri yang merokok atau yang sejenisnya
156 i. Gigi Selalu tergosok dan terbersihkan dengan baik. Usahakan selalu putih bercahaya, tidak boleh terjadi ada santri yang bergigi kuning kotor karena jarang digosok, atau banyak kotoran di sela-sela giginya. Setiap karang gigi dan gigi yang berlubang harus segera diobati sebelum menimbulkan masalah yang lebih besar. Bau mulut harus diperhatikan, tidak boleh membiarkan bermulut bau, ingat walaupun rajin shaum tidak berarti harus bermulut bau, kita pun tidak pernah senang dan nyaman berdekatan dengan orang yang bermulut bau, maka orang lainpun demikian adanya. Milikilah selalu sikat gigi yang baik dan memenuhi syarat serta pasta gigi yang terjamin kehalalannya. Dan gosoklah minimal 2 kali sehari (Rasul menggosok gigi setiap kali berwudhu dan seusai makan), dan perhatikan pula caranya dengan benar. Miliki pula tusuk gigi, yang selalu tersedia setiap saat, sehingga selalu dapat mengontrol kebersihan gigi, apalagi bagi yang memiliki gigi yang sering bermasalah. Juga sangat baik bila memiliki obat kumur agar mulut senantiasa sehat dan harum. j. Kumis dan Janggut Kumis dianjurkan untuk dipangkas habis, atau kalupun tumbuh harus dicukur rata dan rapih selalu, tidak melebihi bibir atas. Janggut dan jambang (godeg), dianjurkan dipelihara agar tumbuh, namun harus selalu dirawat dan dirapihkan secara berkala sehingga tampak selalu rapih, bila tumbuhnya sedikit dan tidak merata, maka bisa juga dibiarkan tetap ada namun dicukur sangat pendek atau kalau perlu dicukur habispun tak menjadi masalah sekiranya bila dibiarkan menjadi masalah. Dianjurkan selalu memiliki gunting kecil dan pisau cukur, dan selalu mengontrol kerapihannya setiap hari. 1. Badan Kondisi badan selalu terjaga kebersihan, kesegaran, dan vitalitasnya dijaga, tidak berbau keringat utamanya bau ketiak, bahkan senantiasa harum tentu saja bukan harum yang riya. a. Otot Tiada hari tanpa senam atau olah raga. Senantiasa berolahraga dengan baik, benar dan istiqomah, sehingga ototnya terbentuk dengan serasi dan dapat berfungsi optimal. Memiliki kekuatan dan daya tahan tubuh yang prima dan terkondisi dengan baik dan mantap, selau segar dan siap sedia bertugas. b. Gerakan Tubuh Ciri santri DT memiliki gerakan tubuh yang gesit, tangkas, terampil, lentur, mampu bereaksi cepat hasil dari sikap yang selalu dilatih. Sama sekali tidak berkebiasaan lamban, malas atau lesu, loyo dan lemah. c. Mental Ciri santri DT adalah bermental baja, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan apapun, pantang berkeluh kesah, gigih, ulet, tangguh, tahan uji, tabah, berani mengambil risiko. Juga sangat pantang menjadi beban bagi orang lain dengan sengaja. Kalaupun menjadi beban niscaya akan berjuang untuk balas meringankan beban dalam bentuk yang dia mampu. Sangat menjaga harga diri dan kehormatannya sebagai seorang muslim.
157 d. Pakaian atau Penampilan Ciri santri DT senantiasa berpenampilan selalu menutup auratnya dengan benar. Pakaiannya senantiasa tampil rapih, tersetrika dengan baik, bersih, serasi, dan disesuaikan dengan keadaan, tidak mengenal penampilan seronok dan bermewah-mewahan, juga tidak pernah mau berpakaian kumal, kotor, kusut, bau yang akan membuat orang lain merasa jijik serta merendahkan umat Islam. Setiap santri diharuskan sangat mejaga penampilannya sehingga selain akan menyenangkan siapapun yang melihatnya juga turut mengangkat wibawa dan kehormatan agama serta ummat Islam, namun demikian tetap harus sangat menjaga niat agar terpelihara dari perasaan pamer, riya, ujub, dan takabbur. e. Perut Dijamin terpelihara dari makanan yang haram atau bahkan yang meragukan sekalipun, seluruh santri harus istiqomah shaum sunnah senin kamis atau shaum Daud. Tidak pernah makan berlebihan. Tidak dikenal santri yang terlalu gembul, rakus dan pemakan sembarang makanan. f. Tangan Kuku selalu tergunting dengan baik setidaknya setiap hari jumat, tidak boleh ada kuku panjang, kusam dan hitam kotor tak terurus. Selalu memakai arloji yang akurasinya bagus, syukur kalau di tangan kanan (walaupun tidak wajib) karena yang baik memang dianjurkan di kanan, bukan arloji mewah. Tangan selalu ringan untuk menafkahkan rizkinya yang halal, tidak mengenal kikir. Tangannya sangat senang, ringan dan mudah menolong orang lain. Tangannya sangat terjaga dari menyentuh apapun yang diharamkan Allah, baik harta, barang maupun lawan jenis yang tak halal baginya. g. Kaki Keadaan kaki bersih terpelihara, dengan kuku yang terpotong pendek dan rapih. Ciri kaki santri DT sangat ringan bergerak ke tempat yang disukai Allah, ke Masjid, ke Majelis Ilmu, ke tempat orang yang membutuhkan pertolongan. Memiliki kemampuan dan kekuatan dalam berjalan maupun berlari hasil dari latihan yang istiqomah. Ciri khas Rasulullah dalam berjalan adalah langkah yang mantap, cepat bagai jalan di jalanan yang menurun, tidak mungkin santri DT berjalan santai berleha-leha sia-sia. Senang dan membiasakan diri untuk selalu bersepatu, sehingga selalu ready to combat. Bila bersepatu modelnya disesuaikan dengan keadaan dan tidak untuk riya. Tidak boleh membiasakan hanya bersandal biasa atau sandal jepit karet bila berada di lingkungan kantor, sekolah, kampus, atau pesantren, apalagi bila menerima tamu, kecuali untuk ke WC. Bila berkaus kaki maka selalu warnanya serasi, tak akan dibiarkan berlubang-lubang dan bau, apalagi bila shalat berjamaah, atau bertamu dengan membuka sepatu. h. Sikap Sikap ramah, santun, rendah hati, pemaaf, pemberani, sopan, menjaga perasaan orang lain, memudahkan dan membantu kepentingan orang lain. 115
115 Buku Panduan Santri Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, hlm. 4- 10 158 2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kaulitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Agar kita dapat memahami tentang perlunya perubahan-perubahan pendidikan pesantren atau faktor-faktor yang mendukung adanya penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kaulitas akhlak yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan-kegiatan Program Pesantren Mahasiswa (PPM), maka perlu diketahui beberapa faktor tersebut antara lain: a. Faktor Pendukung 1) Faktor kegigihan usaha tenaga pendidik Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Kegigihan tenaga pendidik adalah merupakan faktor yang sangat mendukung terhadap pelaksanaan Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, karena tanpa adanya kegigihan kerja yang tinggi dari para tenaga pendidik mustahil Program Pesantren Mahasiswa (PPM) dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu, mengenai kegigihan usaha para tenaga pendidik di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung sudah tidak diragukan lagi.
159 2) Faktor internal dan eksternal Faktor internal dalam melaksanakan penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung adalah pengasuh, pengurus dan santri. Dari pengasuh terkait dalam pola kepemimpinan yang demokratis sebagai figur untuk dicontoh baik itu dari sikap, perilaku maupun keilmuannya yang turut andil adanya penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu sesuai dengan harapan yang diinginkan. Pengurus sebagai fasilitator dalam pengembangan adanya penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu sesuai akan tuntutan dari luar. Santri sendiri sangat besar pengaruhnya terhadap proses penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu, karena tujuan utama diadakannya program ini adalah untuk merubah dan meningkatkan keilmuan santri untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Dalam meningkatkan keilmuan santri, ustadz atau ustadzah mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dan membangun kepribadian menjadi seseorang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Oleh karena itu, ustadz atau ustadzah dituntut untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah wali santri dan lingkungan. Dalam hal ini praktek yang telah dilakukan oleh Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid 160 Bandung dalam menata atau menciptakan lingkungan yang kondusif diperlukan upaya sesering mungkin dalam mengadakan komunikasi sebaik mungkin dengan wali santri dan masyarakat guna terciptanya penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu, baik itu melalaui pertemuan- pertemuan di saat hari-hari besar Islam maupun di saat acara yang memungkinkan kehadiran wali santri. Faktor pendukung disini adalah lingkungan yang sangat mendukung terlaksananya Program Pesantren Mahasiswa sehingga bisa langsung mengaplikasikan pelajaran yang sudah didapat di program ini 116
Dilihat dari data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk mencapai suatu proses belajar mengajar yang diharapkan harus saling berinteraksi antara santri dan ustadz atau ustadzah. Terlihat dari santri dalam menelaah pelajaran dan pelatihan serta didukung oleh ustadz atau ustadzah yang mengajar dengan menggunakan metode yang berbeda supaya santri tidak merasa jenuh dengan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum dalam waktu satu tahun dengan mempelajari pelajaran agama yang terdapat nilai-nilai yang mendukung penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu ditambah dengan motivasi dari semua pihak akan membantu tercapainya target dalam Program Pesantren Mahasiswa (PPM) sebagai contoh dalam mempelajari ilmu agama disertai juga pelatihan yang akan menjadikan suasana belajar dan berinteraksi dengan orang lain manjadi kondusif.
116 Wawancara dengan Rosita Septia Tirtani, Santri Program Pesantren Mahasiswa Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 29 November 2008 161 b. Faktor Penghambat Dalam perjalanan mencapai tujuannya, Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung tidak banyak dihadapkan pada berbagai permasalahan, karena nialai-nialai Manajemen Qolbu yang diterapkan di Daarut Tauhiid mempengaruhi kinerja dari setiap individunya. Meskipun demikian ada faktor penghambat di Program Pesantren Mahasiswa (PPM), permasalahan tersebut salah satunnya mempengaruhi kualitas kurikulum dari pendidikan yang ada di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung itu sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, hambatan-hambatan yang dialami Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung adalah sebagai berikut: 1) Program Pesantren Mahasiswa (PPM) khususnya masih membutuhkan dana yang lebih demi tercapainya harapan-harapan yang diinginkan, seperti untuk fasilitas dan sarana-sarana lain yang mendukung program ini. Hambatannya di Program Pesantren Mahasiswa ini mungkin dari segi dana yang masih kekurangan untuk mendukung program ini baik dari segi sarana ataupun yang lainnya 117
2) Hambatan yang dialami santri dalam menjalankan program ini adalah rasa malas yang sering muncul ketika jadwal kegiatan dimulai, kerena faktor kecapekan setelah program formal mereka.
117 Wawancara dengan Hamdani, Ketua Program Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 28 November 2008 162 3) Santri kurang mempunyai kesadaran sendiri dalam hal menimba ilmu apapun yang merupakan kewajibannya. Faktor penghambatnya adalah rasa malas yang sering muncul disaat program dimulai, karena kelelahan setelah kegiatan formal atau kegiatan lainnya 118
118 Wawancara dengan Rindra Kurniawati, Santri Program Pesantren Mahasiswa Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 29 November 2008 163 2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kaulitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Dalam rangka memahami dan mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien guna adanya perubahan-perubahan pendidikan pesantren dibutuhkan kerjasama yang baik antara pengasuh, pengurus, asatidz dan santri, kerena tanpa adanya kerjasama yang baik maka mustahil Program Pesantren Mahasiswa (PPM) dapat terlaksana dengan baik. Selain itu juga wali santri dan lingkungan ikut andil dalam mewujudkan pendidikan yang baik. Seperti yang telah telah dilakukan oleh Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung dalam menata atau menciptakan lingkungan yang kondusif diperlukan upaya sesering mungkin dalam mengadakan komunikasi sebaik mungkin dengan wali santri dan masyarakat guna terciptanya peningkatan kualitas akhlak, baik itu melalui pertemuan-pertemuan di saat hari-hari besar Islam maupun di saat acara yang memungkinkan kehadiran wali santri. Wali santri harus selalu memberi dukungan baik moril maupun materiil. Dukungan moril diberikan melalui pemantauan kegiatan anak sehari- hari baik mendatangi ke Pondok Pesantren atau melalui media telekomunikasi, pemberian perhatian, nasehat dan semangat kepada anaknya. Dukungan materiil diberikan melalui pemberian financial dan pendukung lainnya guna kelancaran kegiatan pembelajaran. Pihak yayasan juga harus memberikan 164 pelayanan sebaik-baiknya kepada santri. Selain itu juga harus bisa bekerja sama dengan lingkungan demi kelancaran pelaksanaan pembelajaran yang ditempuh. Pada kenyataannya walaupun semua program telah tersusun dengan baik, tetapi kendala tetap ada saja yang akan muncul. Oleh karena itu, semua pihak baik wali santri, yayasan maupun santri harus selalu mewaspadai setiap kendala yang akan muncul. Jika permasalahan telah datang maka harus cepat diselesaikan agar tidak berlarut-larut dan merugikan banyak pihak.
165 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN
B. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kaulitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak yang ada di Daarut Tauhiid ini ada beberapa tahapan yang semua itu harus dilatih supaya bisa menjadi kebiasaan dalam menata hati dan bertindak. Tahapan itu adalah sebagai berikut: 1) Pengenalan Diri Sebagai langkah awal dalam Manajeman Qolbu, seseorang yang mampu mengendalikan perasaan (emosinya) adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya. Kunci pemahaman diri terletak pada hati. Hati bisa memperlihatkan secara jelas siapa diri seseorang dan bagaimana watak seseorang. Hati yang bersih, bening dan jernih isnya Allah bisa memperlihatkan kebersihan, kebeningan dan kejernihan pada diri seseorang. Untuk mengenal diri, tentu memulainya dari kedalaman diri sandiri, dari kedalaman qolbu atau apa yang disebut nurani. 2) Pembersihan Hati Upaya keras mengenali dan mengendalikan diri memerlukan tekad yang kuat. Tekad ini harus dijaga agar terus berkorban dan tidak padam. Tekad inilah yang nantinya menjadi jala bagi kita untuk mulai membersihkan hati karena masa antara mengenali dan mengendalikan diri adalah 166 membersihkan hati dulu. Kesuksesan dalam konsep Manajemen Qolbu adalah bagaimana kita secara istiqomah dapat terus melakukan pembersihan hati sepanjang kehidupan. 3) Pengendalian Diri Pengendalian diri memerlukan keterampilan prima. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sumber pengendalian diri adalah kita harus mengenal diri kita dahulu dan berupaya membersihkan hati terlebih dahulu. Ibaratnya jika seorang supir, kemudian ditugasi menyetir mobil ber-cc tinggi, kita bisa mengendarainya jika kita sudah mengenal sangat baik dan kondisinya prima. Namun, sebaliknya jika tidak akrab dengan mobil tersebut, bukannya bisa mengendarainya dengan enak, melainkan malah tersiksa olehnya. 4) Pengembangan Diri Niat dan tekad sering menggebu di dalam hati untuk mengubah diri. Lalu, kita tumbuh menjadi pribadi yang kita idamkan. Namun, setelah tumbuh sering kita justru tidak bisa berkembang. Hal ini karena kekonsistenan tekad dan niat kita terganggu oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan diri karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan ingin lebih baik, yang mungkin terlambat hanya kesadaran kita memahami bahwa kita ini sebenarnya bukanlah pribadi yang menyenangkan atau mungkin pribadi yang rendah diri karena tidak bisa mengembagkan potensi-potensi positif yang ada.
167 5) Makrifatullah Langkah akhir dari upaya mengelola hati (manajemen qolbu) adalah kecondongan diri kita kepada Allah. Qolbu yang bersih dan terjaga harus senantiasa fokus kepada Allah demi menghidupkan dan membinarkan terus- menerus pusat kepemimpinan di dalam diri kita yaitu Allah Azza wa jalla. Tahapan paling tinggi bagi kita dalam pengenalan diri, pembersihan hati, pengendalian diri dan pengembangan diri adalah jalan menuju ridha Allah Swt. Segala aktivitas kita di dunia ini harus menuju pada apa yang diridhai oleh Allah. Insya Allah istiqomah pengelolaan hati akan terjaga dengan senantiasa kita berpikir dan berikhtiar semata-mata demi Allah serta kita melakukan dzikrullah semata-mata untuk mendekatkan diri dan mengingat Allah Swt. 6) Ikhlas Ikhlas adalah bersih dari segala maksud-maksud pribadi, bersih dari segala pamrih dan riya, bersih dari hal yang tidak disukai Allah Swt. Ikhlas dalam menjadikan Allah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya. Ikhlas dalam menjadikan Allah sebagai satu-satunya Zat yang kita harapkan, taati, cintai dan kita takuti. Ikhlas menerima Muhammad saw sebagai penjelas dan penyampai wahyu Ilahi. Ikhlas menerima Al-Quran sebagai pedoman dalam segala gerak kehidupan kita. Manusia yang ikhlas adalah manusia yang berkarakter kuat dan tidak pernah mengenal lelah. Setiap perilakunya sama sekali tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kedudukan maupun penghargaan. Baginya yang paling penting adalah Allah ridha kepadanya. Orientasi hidupnya jelas dan tegas, 168 langkahnya pasti dan penuh harapan, tidak ada kata frustasi dalam hidupnya, tidak ada kata putus asa dalam usahanya, jiwanya merdeka karena hanya Allah yang menjadi tujuan hidupnya. Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat penulis deskripsikan bahwa fenomena dakwah Manajemen Qolbu Aa Gym bukanlah hal yang asing bagi kebanyakan santri Daarut Tauhiid khususnya mahasiswa yang mengikuti Program Pesantren Mahasiswa (PPM). Dalam hal ini peneliti mengambil sampel 10 orang dari santri Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, dan setelah melakukan interview dengan mereka maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah mahasisiwa yang memang benar-benar paham mengenai dakwah Manajeman Qolbu Aa Gym. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa Manajemen Qolbu Aa Gym merupakan upaya pengelolaan atau penataan hati dengan berbagai kiat- kiatnya yakni agar hati selalu bersih, karena hati merupakan pusat atau sumber dari segala perbuata manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada segumpal darah, bila segumpal darah itu baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik dan sebaliknya, segumpal darah itu tidak lain adalah hati. Maka dari itu kebersihan hati haruslah selalu diupayakan semaksiamal mungkin. Salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam adalah kesempurnaan akhlak dan hal itu tidak bisa terwujud apabila hati kita masih kotor, penuh dengan penyakit-penyakit hati. Pengajaran akhlak di sekolah maupun 169 lingkungan keluarga memang hal yang sangat penting namun salain hal tersebut kebersihan hati juga harus selalu diupayakan dan salah satunya bisa dengan cara terapi Manajemen Qolbu, seperti yang telah di contohkan oleh Aa Gym ini. Dalam menyampaikan dakwah MQ-nya Aa Gym menggunakan cara yang santun dan bahasa yang mudah dipahami sehingga banyak kalangan bahkan mahasiswa yang suka mendengarkan ceramah-ceramah beliau. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa mereka tertarik mengikuti MQ Aa Gym ini salah satunya ialah karena retorika dakwahnya.
170 BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian baik berupa dokumen dalam bentuk tulisan-tulisan ataupun data yang dihasilkan dari lapangan maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Manajemen Qolbu merupakan upaya penataan hati dengan berbagai kiat-kiatnya yakni agar hati selalu bersih, karena hati merupakan pusat atau sumber dari segala perbuata manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada segumpal darah, bila segumpal darah itu baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik dan sebaliknya, segumpal darah itu tidak lain adalah hati. Maka dari itu kebersihan hati haruslah selalu diupayakan semaksiamal mungkin. Sebagai langkah pertama dalam Manajeman Qolbu adalah Pengenalan Diri seseorang yang mampu mengendalikan perasaan (emosinya) adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya. Langkah kedua adalah Pembersihan Hati, kesuksesan dalam konsep Manajemen Qolbu adalah bagaimana kita secara istiqomah dapat terus melakukan pembersihan hati sepanjang kehidupan. Langkah ketiga adalah Pengendalian Diri, memerlukan keterampilan prima. 171 seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sumber pengendalian diri adalah kita harus mengenal diri kita dahulu dan berupaya membersihkan hati terlebih dahulu. Langkah keempat adalah Pengembangan Diri, tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan diri karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan ingin lebih baik, yang mungkin terlambat hanya kesadaran kita memahami bahwa kita ini sebenarnya bukanlah pribadi yang menyenangkan atau mungkin pribadi yang rendah diri karena tidak bisa mengembagkan potensi-potensi positif yang ada. Langkah kelima adalah Makrifatullah, tahap akhir dari upaya mengelola hati (Manajemen Qolbu) adalah kecondongan diri kita kepada Allah. Qolbu yang bersih dan terjaga harus senantiasa fokus kepada Allah demi menghidupkan dan membinarkan terus-menerus pusat kepemimpinan di dalam diri kita yaitu Allah Azza wa jalla. Langkah keenam Ikhlas, bersih dari segala maksud- maksud pribadi, bersih dari segala pamrih dan riya, bersih dari hal yang tidak disukai Allah Swt. Program Pesantren Mahasiswa (PPM) prinsipnya hadir sebagai sebuah jawaban alternatif, dengan didasari oleh adanya tanggung jawab dan kepedulian terhadap kondisi generasi bangsa yang saat ini cenderung mengarah pada terjadinya degradasi moral. Program Pesantren Mahasiswa (PPM) sebagai sebuah program pendidikan yang berorientasi pada penanaman aqidah, pengembangan potensi dan pembentukan sikap, dengan harapan menjadi solusi alternatif bagi bangsa. 172 2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Dalam pencapaian Penerapan Nilai-Nilai Manajeman Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung dipengaruhi beberapa faktor pendukung antara lain: faktor kegigihan usaha tenaga pendidik Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung dan dipengaruhi dari faktor internal yakni pengasuh, pengurus dan santri serta faktor eksternalnya yakni wali santri dan lingkungan. pengurus sangat berperan penting sebagai penggerak dan pelaksana pendidikan Pesantren terhadap perkembangan pendidikan Pesantren. Faktor penghambat antara lain: a. Program Pesantren Mahasiswa (PPM) khususnya masih membutuhkan dana yang lebih demi tercapainya harapan yang diinginkan b. Hambatan yang dialami santri dalam menjalankan program ini adalah rasa malas yang sering muncul ketika jadwal kegiatan dimulai, kerena faktor kecapekan setelah program formal santri c. Santri kurang mempunyai kesadaran sendiri dalam hal menimba ilmu apapun yang merupakan kewajibannya
173 B. Saran-Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan penelitian di Pondok Pesantren Daarut tauhiid, maka saran-saran yang diberikan penulis berkaitan dengan Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatka Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) yakni: 1. Prospek Pesantren dalam mengembangkan dinamika keilmuan Islam dituntut mampu mengaktualisakan diri ditengah-tengah masyarakat. Dengan pengembangan dinamika keilmuan tersebut harus mampu menjadi sarana transformasi sosial dan kontekstualisasi ajaran Islam dalam tata kehidupan masyarakat. Pesantren harus dinamika, artinya tanggap terhadap perubahan sosialkultural dan tuntutan-tuntutan yang menyertainya. Harus bermutu, terutama dalam pelayanan program- program yang ditawarkan. Harus relevan, yakni cocok dengan kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai idealisme yang diembannya 2. Bagi pengurus dan asatidz, hendaklah lebih aktif dan telaten dalam membimbing dan mendidik santri guna menghasilkan out put yang benar- benar matang dan tentunya akan berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa. Bagi santri hendaknya menyadari terlebih dahulu bahwasannya dalam hal menimba ilmu merupakan suatu kewajiban dan akan berguna baik untuk diri sendiri maupun orang lain, sehingga secara tidak langsung santri akan bisa menanggapi dengan positif pelajaran maupun peraturan- peraturan yang diterapkan untuk mencapai kualitas dan menghasilkan out put yang baik sesuai dengan harapan 174 DAFTAR RUJUKAN
Anwar, Dessy. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama
Al Ghazali. 2005. Ihya Ulumuddin Pensucian Jiwa, terj., Muhammad Ereska. Depok: Iqra Kurnia Gemilang
Azra. Azyumzrdi. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: PT. Logos
Al-Quran dan Terjemahnya. 2004. Bandung: CV. Penerbit J-Art
Al-Darini, Abd Al-Aziz. 2008. Terapi Menyucikan HatiKunci-Kunci Mendekatkan Diri Kepada Allah, terj., Ida Nursida dan Tiar Anwar Bachtiar. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Buku Panduan Santri Mukim Program Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung
Gymnastiar, Abdullah. 2006. Jagalah Hati Step by Step Manajemen Qolbu. Bandung: Khas MQ
_______. 2006. Aa Gym Apa Adanya Sebuah Qolbugrafi. Bandung: Khas MQ
_______. 2005. Inilah Indahnya Islam dengan Manajemen Qolbu. Bandung: Khas MQ
Hariwijaya, M dan Djaelani, Bisri M. 2006. Teknik Menulis Skripsi & Thesis. Jogjakarta: Zenith Publisher
Hafidhuddin. Didin. 2002. Membentuk Pribadi Qurani. Jakarta: Harakah
175 Hernowo dan M. Deden Ridwan. 2003. Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhiid . Bandung: PT. Mizan Pustaka
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Muhyidin, Muhammad. 2007. The True Power of Heart. Jogjakarta: Diva Press
Muhammad, Nur. diakses 10 Agustus 2009. Antara Makhluk dan Sang Khaliq. http:www.yahoo.com
Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
______. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga- Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo
Partanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 1989. Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Sadali. A. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV. Kuning Mas
Siregar, A. Rivay. 2002. Tasawuf dar iSufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Taymiyyah, Ibn. 2006. Terapi Penyakit Hati, terj., Mohammad Rois dan Luqman Junaidi. Jakarta: PT. SUN
Lampiran I
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID
Lampiran III
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENDIDIKAN
Lampiran IV
Dauroh Islamiyah Ahmad Sujai Dauroh Qolbiyah Suherman Ar Rofi Adm Keuanagan Inggrid Laras Agustin Mudabbir/ah Santri PPM Hamdani Direktur Pendidikan Ust. Mulyadi Al Fadhil Kabag. Kerjasama Hilman Abdul Halimi Ka. Sekertariat Dadan Kurniawan Kabag. Kesantrian Rizal dzulkarnaen TK KHAS APW Roni Abdul Fattah SSG Duden Lampiran IV
ATURAN POKOK SANTRI PESANTREN MAHASISWA PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG
BAB I UMUM Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mumin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam agama Islam (tafaqquh fiddien) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At- Taubah [9] : 122) Pasal 1 N A M A
Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Pasal 2 RUANG LINGKUP
Aturan ini berlaku bagi semua Santri Pesantren Mahasiswa yang belajar di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung sejak hari pertama ia belajar di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
Pasal 3 ISTILAH-ISTILAH
Di dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : Pondok Pesantren Adalah Badan Yayasan Daarut Tauhiid yang berorientasi pada bidang pendidikan, dakwah, sosial dan perekonomian dengan kantor pusat di Bandung yang anggaran dasarnya dimuat dalam Akta Pendirian Nomor 8 (delapan) tanggal 4 September 1998, meliputi Kantor Pusat, Kantor-Kantor Cabang dan Kantor-Kantor Pembantu unit-unit usaha lainnya. Kyai Adalah pimpinan tertinggi Pondok Pesantren yang mendapat amanah menghidupkan nilai-nilai ruhiyah bagi kalangan Santri. Ustadz Adalah seseorang yang memiliki ilmu agama dan ilmu lainnya yang mendapat tugas mengamalkannya melalui proses belajar-mengajar program pendidikan Santri di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Pengelola Kepesantrenan Adalah seseorang dan tim yang mendapat amanah mengelola pendidikan Santri di Yayasan Daarut Tauhiid, yang terdiri dari Kepala Departemen Kepesantrenan, Penanggung Jawab Program Akhlaq Plus Wirausaha, Dauroh, Santri Siap Guna (SSG), Santri Pesantren Mahasiswa (SMM), Staf Serta Mudabbir. Kepala Asrama Adalah seseorang yang mendapat amanah dari lembaga untuk tinggal di asrama (Asrama ikhwan / akhwat) untuk membina, mengelola dan mengawasi santri selama berada di asrama dan lingkungan sekitar asrama. Mudabbir Adalah pembimbing santri yang secara formal (ditetapkan dengan surat keputusan), terikat dalam satu hubungan karya/amanah dengan Pondok Pesantren, dalam rangka pembimbingan kegiatan santri selama 24 jam. Murabbi Adalah wali santri yang ditunjuk oleh lembaga yang bertugas untuk membimbing santri selama mengikuti program pendidikan di Daarut Tauhiid yang bertanggung jawab terhadap perkembangan santri. Lingkungan Pesantren Adalah area Pondok Pesantren meliputi, area Koperasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (Kopontren), area perkantoran MQ Corporation, area perkantoran Yayasan Daarut Tauhiid dan rumah Pimpinan Pesantren (Sentral 3), area perkantoran Departemen Kepesantrenan , area perkantoran Pelatihan (Sentral 7), area perkantoran Yayasan Daarut Tauhiid, area perkantoran Dompet Peduli Ummat (DPU), area Masjid Daarut Tauhiid, area kompleks Setiabudi Indah (Sentral 5 dan 7), dan area asrama Santri PPM / Dauroh / APW Daarut Tauhiid. Santri Pesantren Mahasiswa Adalah Santri yang lulus seleksi dan menetap/mukim di lingkungan Pondok Pesantren dalam menimba ilmu-ilmu yang diselenggarakan oleh bagian Pendidikan Santri Pesantren Mahasiswa selama kurun waktu tertentu, yang aturannya diatur dalam aturan pokok Santri Pesantren Mahasiswa. Diwajibkan ketentuan yang harus dilaksanakan oleh santri karena alasan syari dan ditetapkan oleh Lembaga. Diharuskan ketentuan yang harus dilaksanakan santri karena tata tertib Santri Pesantren Mahasiswal. Ditekankan ketentuan yang sedapat mungkin dilakukan oleh santri. Dianjurkan ketentuan yang sebaiknya dilaksanakan karena adanya keutamaan. Dilarang / Tidak diperkenankan ketentuan yang seharusnya ditinggalkan, baik karena alasan syari ataupun tata tertib Santri Pesantren Mahasiswa. Sanksi tindakan yang dikenakan kepada santri karena melanggar peraturan tata tertib Santri Pesantren Mahasiswa. Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan kepada santri karena prestasi tertentu.
BAB II IBADAH Pasal 4 Shalat
1. Santri diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah tepat pada waktu dan di tempat yang ditentukan; 2. Santri ditekankan berada di dalam masjid sebelum azan dikumandangkan; 3. Santri ditekankan berzikir setiap selesai shalat fardhu; 4. Santri ditekankan mendirikan shalat sunnah rawatib; 5. Santri ditekankan mendirikan qiyamul lail setiap malam; 6. Santri ditekankan mendirikan shalat dhuha setiap hari; 7. Santri dianjurkan melakukan shodaqoh maal setiap hari; 8. Santri dianjurkan selalu memiliki wudhu'. 9. Pasal 5 Shoum
1. Santri diharuskan membaca al-Quran setiap hari; 2. Santri diharuskan memiliki dan memelihara mushaf al-Quran dan terjemahnya dengan baik; 3. Santri ditekankan untuk mengkhatamkan Al-Quran minimal satu kali dalam dua bulan; 4. Santri dianjurkan menghafal al-Qur'an dan hadits sesuai target yang telah ditentukan.
BAB III AKHLAQ Pasal 7 Adab sopan santun
1. Mengamalkan tata nilai budaya Islam yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren; 2. Menjaga kebersihan lingkungan Pondok Pesantren dan mengambil sampah dalam radius 5 meter; 3. Merapihkan alas kaki (ready to come back) dimanapun (apalagi dalam lingkungan Pondok Pesantren); 4. Menghormati orang lain sebagaimana menghormati diri sendiri dan orang tua; 5. Menjaga hubungan persaudaraan di antara santri, pengelola pendidikan, civitas Pondok Pesantren, keluarga kyai, dan masyarakat; 6. Menjalankan dengan istiqamah Aturan Pokok Santri Mukim Pondok Pesantren; 7. Mendukung semua program pendidikan, pelatihan, pemberdayaan dan pelayanan masyarakat Pondok Pesantren; 8. Membayar kontribusi/administrasi pendidikan sesuai dengan program yang diambil tepat pada waktunya; 9. Menjaga nama baik Pondok Pesantren; 10. Selalu berusaha untuk berakhlak mulia; 11. Bejuang keras untuk menjauhi segala larangan Islam; 12. Tidak bergaul bebas, berhubungan dengan lawan jenis melalui surat- menyurat, e-mail, telepon, pesan singkat (SMS), chatting, kirim barang atau perbuatan sejenisnya yang tidak dibenarkan oleh Pondok.
Pasal 8 Pakaian dan rambut
Untuk ikhwan (Laki-laki), aturan dalam berpakaian adalah sebagai berikut : 1. Senantiasa memakai tanda pengenal (Syal / ID card) selama berada di lingkungan Pondok Pesantren atau KBM; 2. Senantiasa memakai peci (warna bebas) di lingkungan pesantren; 3. Senantiasa memakai pakaian muslim (baju koko/taqwa) warna bebas, sopan dan rapih; 4. Khusus untuk hari Senin, Jumat dan khidmat Pengajian Rutin memakai baju koko putih, celana warna gelap, dan peci putih; 5. Tidak diperkenankan memakai baju kaos pada saat shalat berjamaah atau sendirian, dan kegiatan belajar-mengajar (KBM); 6. Tidak diperkenankan memakai sandal jepit saat KBM dan kegiatan penting pesantren; 7. Tidak diperkenankan berpakaian yang bergambar dan atau bertuliskan ketika shalat berjamaah; 8. Berambut pendek, rapi dan sopan; 9. Dilarang dengan sengaja menyerupai perempuan. Untuk akhwat (Wanita), aturan dalam berpakaian adalah sebagai berikut : 1. Senantiasa memakai tanda pengenal (Syal / ID card) selama berada di lingkungan Pondok Pesantren atau KBM; 2. Senantiasa memakai busana muslimah (gamis) warna bebas tapi tidak mencolok, berkerudung standar DT (lebar, polos, tidak transparan, dan tidak tipis), dan berkaos kaki; 3. Khusus untuk hari Senin, Jumat dan khidmat Pengajian Rutin memakai busana muslimah (gamis) warna biru dan kerudung putih standar DT; 4. Tidak diperkenankan memakai baju kaos, pakaian ketat/transparan, celana panjang/kulot dan yang tidak menutup aurat lainnya; 5. Tidak diperkenankan memakai sandal jepit saat KBM dan kegiatan penting pesantren; 6. Tidak memakai pengharum badan/pakaian berlebihan (yang menyengat); 7. Dilarang ber-tabarruj (Berhias diri berlebihan); 8. Tidak diprekenankan berambut cepak dan menyerupai laki-laki; 9. Diwajibkan memakai kaos kaki waktu keluar area putri; 10. Dilarang dengan sengaja menyerupai Ikhwan. Untuk ikhwan dan akhwat : 11. Tidak diperkenankan memakai perhiasan yang berlebihan; 12. Tidak diperkenankan memakai jeans, celana cutbray/komprang dan sejenisnya; 13. Tidak diperkenankan mewarnai rambut dan menjadi korban mode.
Pasal 9 Disiplin di Kamar mandi
1. Santri wajib menjaga dan memelihara kebersihan kamar mandi; 2. Upayakan tidak berlama-lama di kamar mandi, maksimalkan waktu di kamar mandi selama 5 (lima) menit; 3. Tidak merendam pakaian cucian lebih dari 24 jam; 4. Peralatan mandi tidak di simpan di kamar mandi; 5. Berusaha selalu hemat air dan sarana kamar mandi lainnya; 6. Tidak berbuat sia-sia di dalam kamar mandi; 7. Mengamalkan adab masuk kamar mandi/wc.
BAB IV PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN Pasal 10 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Ditetapkan oleh Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren dan wajib diikuti oleh Santri. Waktu dalam kegiatan belajar secara prinsip dilaksanakan dalam 24 jam di lingkungan Pondok Pesantren dan berdasarkan keputusan yang diambil oleh Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren. 1. Siap di dalam kelas 10 menit sebelum materi di mulai untuk tilawah al- Quran; 2. Siap aktif mengikuti pembelajaran dan mencatat intisari pelajaran; 3. Siap menyelesaikan dan menyerahkan tugas pembelajaran; 4. Siap menjaga kebersihan dan kerapihan tempat belajar; 5. Siap mengikuti pelajaran dengan posisi duduk rapih dan sopan dalam kelas secara terpimpin; 6. Tidak keluar masuk ruangan belajar kecuali izin dari pemateri atau Mudabbir; 7. Tidak diperkenankan makan, minum dan tidur saat mengikuti KBM; 8. Terlibat aktif hadir di kegiatan MQ On Air, Kajian Al-Hikam, dan Pengajian Rutin (malam Jumat dan Ahad pagi); 9. Mengisi dan menyerahkan buku muhasabah harian santri sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pasal 11 Disiplin Waktu Belajar
1. Penentuan waktu belajar didasarkan kepada hasil musyawarah Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren. Jam belajar santri ditentukan sesuai dalam jadwal belajar yang terlampir; 2. Setiap perubahan aturan pokok santri dan jam belajar oleh Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren akan diberitahukan sebelumnya kepada Santri dengan tenggang waktu yang layak; 3. Bagi Santri yang melakukan tugas belajar tertentu untuk kepentingan Pondok Pesantren berlaku jam belajar tersendiri sesuai dengan sifat tugasnya; 4. Setiap Santri wajib hadir dan belajar pada waktu yang telah ditetapkan Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren; 5. Santri mencatatkan sendiri kehadirannya pada lembar kehadiran yang disediakan Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren; 6. Tidak diperkenankan untuk mencatatkan waktu dan menandatangani pada lembar kehadiran untuk Santri lain; 7. Apabila Santri tidak masuk belajar/kegiatan atau meninggalkan tempat belajar sebelum jam belajar berakhir, maka harus dengan ijin tertulis mudabbirnya; 8. Apabila untuk suatu keperluan di luar lingkungan Pondok Pesantren seorang Santri perlu meninggalkan belajar/kegiatan Pondok Pesantren untuk sementara waktu, diharuskan mencatatkan kepergian dan kedatangannya pada kartu ijin dan mengisi formulir yang telah disediakan; 9. Tidak diperkenankan merubah waktu pada lembar kehadiran; 10. Santri yang tidak masuk belajar/kegiatan bukan karena alasan sakit, izin tidak masuk belajar/kegiatan atau alasan-alasan lain yang ditetapkan dalam Aturan Pokok Santri ini dianggap mangkir; 11. Santri yang tidak masuk belajar/kegiatan karena sakit atau karena alasan lain yang dapat diterima Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren, wajib memberitahukan kepada mudabbirnya selambat-lambatnya pada hari belajar berikutnya; 12. Sakit lebih dari 1 (satu) hari diwajibkan memberikan surat keterangan Dokter sesegera mungkin atau selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah tidak masuk belajar; 13. Ketidakhadiran karena alasan lain diwajibkan membuat pemberitahuan tertulis yang ditujukan kepada mudabbirnya, satu hari sebelumnya.
Pasal 12 Ijin Tidak Belajar
Seorang santri dapat diberi ijin untuk tidak masuk belajar sehubungan dengan hal- hal berikut : 1. Apabila santri harus mengikuti jam perkuliahan di kampus; 2. Kematian orang tua/saudara kandung Santri sebanyak maks. 3 (tiga) hari; 3. Sakit keras atau di opname (dirawat inap)nya orang tua/saudara kandung Santri sebanyak maks. 2 (dua) hari;
4. Santri yang bersangkutan tertimpa sakit atau musibah seperti : kecelakaan, kebanjiran, kecurian dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu, sebanyak 1 (satu) hari karya atau sesuai surat dokter; 5. Bila direncanakan akan tidak hadir dalam KBM, diwajibkan menyampaikan berita secara tertulis kepada mudabbir masing-masing, maksimal 1 hari sebelumnya. Pasal 13 Buku Pelajaran dan Alat Sekolah
1. Santri diharuskan memiliki seluruh buku pelajaran, catatan dan alat sekolah yang diperlukan; 2. Santri dilarang menggunakan buku catatan yang bergambar dan bertuliskan tidak sopan; 3. Santri dilarang meninggalkan buku pelajaran dan atau alat sekolah tidak pada tempatnya; 4. Santri diharuskan membawa semua buku pelajaran pada hari pelajaran itu berlangsung. Pasal 14 Buku Bacaan
1. Santri dianjurkan membaca buku, majalah, koran, atau bacaan-bacaan lain yang disediakan di perpustakaan; 2. Santri dianjurkan memiliki buku-buku yang menunjang pendidikan; 3. Santri dilarang membaca, memiliki dan menyimpan buku bacaan atau gambar yang tidak Islami.
BAB V ASRAMA Pasal 15
1. Melakukan dan memelihara kebersihan dan kerapihan asrama dan lingkungannya; 2. Mengucapkan salam sebelum masuk asrama; 3. Merapihkan tempat tidur dan kamar asrama; 4. Menjaga keamanan barang-barang dan meninggalkan loker dalam keadaan terkunci; 5. Menempatkan barang-barang pada tempatnya dan tidak menggunakan barang orang lain kecuali mendapatkan ijin dari pemiliknya; 6. Tidak diperkenankan ghibah, dan perbuatan sia-sia lainnya; 7. Bangun paling lambat pukul 03.30 wib; 8. Mematikan listrik, lampu, pompa air dan alat listrik lainnya ketika tidur atau meninggalkan asrama; 9. Melaksanakan jadwal piket kebersihan yang telah disepakati; 10. Tidur paling lambat pukul 22.00 wib (ikhwan) dan pukul 22.30 wib (akhwat); 11. Tidak diperkenankan membunyikan musik/lagu-lagu yang tidak islami; 12. Tidak membuat gaduh atau mengganggu teman atau ketentraman tetangga; 13. Tidak menaruh barang sembarangan dan tidak membawa barang berharga (antara lain : perhiasan emas, barang mewah dan lainnya); 14. Masuk asrama paling lambat pukul 21.30 WIB; 15. Asrama akan dikunci pada waktuwaktu tertentu (KBM, Mabit dan kegiatan- kegiatan lainnya); 16. Tidak diperkenankan tidur di luar asrama yang telah ditentukan; 17. Santri diharuskan keluar masuk pondok melalui pintu yang telah ditentukan; 18. Santri dilarang memasuki gedung bioskop, night club, tempat-tempat maksiat, bilyard, video game, play station dan sejenisnya; 19. Santri dilarang pindah kamar tanpa seizin Wali Asrama; 20. Santri dilarang menerima tamu/orang lain didalam asrama tanpa izin.
BAB VI PERIZINAN Pasal 16
1. Setiap santri yang akan mengikuti kegiatan di kampus, harus menyertakan surat izin resmi dari Organisasi/Himpunan/Instansi yang bersangkutan; 2. Bagi santri yang akan pulang, harus menyerahkan berita tertulis kepada mudabbir; 3. Setiap santri yang pulang harus membawa surat ijin pulang sebagai keterangan resmi dari pesantren, 1 (satu) hari sebelum pulang; 4. Surat Ijin Pulang merupakan surat keterangan resmi sebagai tanda santri mendapatkan restu untuk pulang dari pengelola pesantren; 5. Siap mengikuti disiplin kembali ke pesantren sesuai dengan perijinan dan melapor kembali kepada pengelola pesantren/Mudabbir; 6. Siap selalu mengamalkan dan menjaga akhlak sebagai santri pesantren saat ke luar lingkungan pesantren atau saat di kendaraan atau saat di lingkungan rumah atau dimanapun.
BAB VII KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KEAMANAN DAN KETERTIBAN, KEKELUARGAAN Pasal 17 Kebersihan
1. Santri diharuskan menjaga kebersihan diri, kamar dan lingkungan; 2. Santri diharuskan menjemur pakaian di tempat yang telah disediakan; 3. Santri diharuskan membuang sampah pada tempatnya (TSP dan BEBASKOMIBA); 4. Santri diharuskan meletakkan pakaian kotor pada tempatnya; 5. Santri diharuskan meletakkan barang-barang miliknya pada tempatnya; 6. Santri dilarang berkuku panjang, memberi warna pada kuku (cuteks) dan bertato.
Pasal 18 Keindahan
1. Santri diharuskan memelihara keindahan diri, kamar dan lingkungan sekitarnya; 2. Santri dilarang menulis, corat-coret di tempat tidur, almari, pintu, dinding tembok, meja, bangku, dan lain-lain; 3. Santri dilarang menggantungkan pakaian dan sejenisnya di tempat yang tidak seharusnya; 4. Santri dilarang memelihara binatang di lingkungan asrama; 5. Santri dilarang memajang hiasan yang tidak islami.
Pasal 19 Keamanan dan Ketertiban
Santri dilarang untuk : 1. Mabuk, madat, memakai obat bius, atau zat adiktif lainnya dimanapun; 2. Melakukan perbuatan asusila di lingkungan Pondok Pesantren; 3. Menggunakan status santri Pondok Pesantren untuk melakukan tindakan yang menguntungkan diri sendiri ataupun pihak ketiga seperti keluarga, teman-teman tanpa mengindahkan kepentingan Pondok Pesantren; 4. Melakukan tindakan kejahatan misalnya : Mencuri, Menggelapkan, Menipu dan tindakan kejahatan lainnya yang tidak ditolerir oleh Syari; 5. Memperdagangkan barang terlarang didalam lingkungan Pondok Pesantren; 6. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam sesama santri, Pengelola Pondok Pesantren, Kyai, keluarga kyai atau tetangga; 7. Membujuk sesama santri atau Pengelola Pondok Pesantren untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, hukum agama ataupun negara; 8. Dengan sengaja atau karena ceroboh, merusak, merugikan atau menjadikan Pondok Pesantren dalam keadaan bahaya; 9. Membongkar rahasia Pondok Pesantren atau hal ikhwal Pengelola Pondok Pesantren, Kyai, dan keluarga Kyai yang seharusnya dirahasiakan, kecuali atas perintah yang berwajib; 10. Pemalsuan apapun yang merugikan Pondok Pesantren; 11. Perjudian dalam bentuk apapun yang dilakukan di lingkungan Pondok Pesantren; 12. Tidak hadir selama 6 (enam) hari waktu belajar berturut-turut tanpa keterangan tertulis dengan bukti-bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengelola Pondok Pesantren secara patut, dianggap sebagai mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan akan diproses sesuai dengan peraturan yang berlaku; 13. Menghilangkan dengan sengaja karena kecerobohan, barang milik orang lain dan Pondok Pesantren; 14. Melakukan suatu tindakan baik didalam maupun diluar lingkungan Pondok Pesantren termasuk terhadap sesama santri atau pihak ketiga lainnya yang dipandang oleh Pondok Pesantren bahwa tindakan tesebut tidak sejalan dengan Syariah Islam; 15. Membawa, memiliki, menyimpan, menggunakan senjata api, senjata angin, senjata tajam, obat-obatan terlarang, minuman keras (khamar) dan sejenisnya; 16. Membawa, menyimpan dan menghisap rokok; 17. Memberikan keterangan palsu; 18. Membuat dan atau mengikuti kelompok-kelompok gelap (gank) baik secara simbolis atau terang-terangan, perkelahian dan perbuatan sewenang-wenang; 19. Berkelahi tanpa alasan syar'i.
Pasal 20 Kekeluargaan
1. Santri diwajibkan menghormati pengasuh, ustadz/ustadzah, karyawan dan keluarga besar pondok, serta berlaku sopan kepada sesama teman maupun tamu; 2. Santri diwajibkan hormat-menghormati dan tolong-menolong dalam kebaikan; 3. Santri diwajibkan membantu meringankan penderitaan sesama santri yang sakit/terkena musibah; 4. Santri diwajibkan menjaga dan meningkatkan ukhuwah islamiyah.
BAB VIII SANKSI DAN PENGHARGAAN Pasal 21 Sanksi/ Disipln santri
Pengelola Pondok Pesantren menyadari pentingnya penegakkan disiplin belajar ini harus selaras dengan salah satu motto dari Pondok Pesantren yaitu "Tiada Prestasi Tanpa Disiplin ", karenanya terhadap pelanggaran / kesalahan yang dilakukan- Santri atas peraturan yang telah diatur dalam Aturan Pokok Santri ini dapat diberikan peringatan / sanksi dan Poin negatif yang harus ditebus dengan Amaliah positif yang dapat menghapus Poin negatif, selambat-lambatnya satu bulan sebelum program berakhir. Sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Santri dimaksudkan sebagai tindakan korektif dan pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku Santri, termasuk dalam melaksanakan ibadah pokok keagamaan. Sanksi didasarkan pada : 1. Macam dan tingkat pelanggaran; 2. Frekuensi (sering / pengulangan) pelanggaran; 3. Unsur kesengajaan; 4. Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa.
Tabel Jenis sanksi dan bobot Poin negatif diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yang disesuaikan dengan tingkat dan jenis pelanggaran
No Tingkat Pelanggaran Jenis Pelanggaran Terhadap : Bobot Poin Negatif
Jenis Sanksi ( Ditentukan oleh pengurus) Masa Kaffarat
Menghafal Tekad kehormatan tauhiid atau jargon-jargon DT
Merangkum
Membangunkan santri waktu subuh
Menyapu
Mengepel
Meminta nasihat dan tanda tangan pengasuh.
Menulis Al-Quran atau hadits sesuai pelanggaran
Membaca Al- Quran pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Merapikan sandal di masjid atau di asrama
* Diatur sesuai kesepakatan
2
Pelanggara n Tingkat II (Sedang)
Pasal 7 : (9)(12).
Pasal 8 : Ikhwan (9).
Akhwat:(8),(10)
Pasal 11 : (8).
Pasal 15: (5),(16),(20) (18).
20 Poin 25 Poin
25 Poin 25 Poin
20 Poin
20 Poin 25 Poin
Membuang sampah Merapikan jemuran umum Membersihkan kamar mandi/WC Membersihkan halaman / lapangan dari rumput, sampah dan ilalang Wajib lapor rutin ke pengasuh. Melakukan
* Diatur sesuai kesepakatan Pasal 16 : (1), (2) (3),(5).
Pasal 18 : (2).
Pasal 20 : (1).
Pasal 19: (6),(7),(13). 25 Poin 20 Poin
25 Poin
25 Poin
25 Poin
rekonstruksi Meminta nasihat dan tanda tangan pada pengasuh/ustadz atau pimpinan pondok Men-tasmi'-kan ayat Al-Quran atau hadits sesuai pelanggaran Bending dan atau push-up. Diumumkan di hadapan seluruh santri.
Mengembalikan dan atau mengganti kerusakan Skorsing Pemanggilan orang tua santri Pembebasan status sebagai santrti Pesantren Mahasiswa.
* Diatur sesuai kesepakatan
Tabel Jenis Amaliah yang bisa Menghapus / Mengurangi Poin Negatif.
No Jenis Amaliah Poin Negatif yang terhapus 1 Shalat Fardhu berjamaah di masjid tepat waktu selama 3 hari berturut-turut (15 waktu Shalat) 30 Poin 2 Shalat Fardhu berjamaah di masjid tepat waktu selama 1 hari 10 Poin 3 Shalat Fardhu di shaff utama Masjid sebanyak 5 waktu shalat Fardhu 5 Poin 4 Shalat sunnah Tahajjud / Qiyamullaill 11 Raka'at selama 3 Hari berturut-turut 25 Poin 5 Shalat sunnah Dhuha min 4 Raka'at selama 3 Hari berturut-turut 10 Poin 6 Shoum sunnah Hari Senin dan Kamis 20 Poin 7 Shoum sunnah Nabi Daud 10 Poin 8 Tilawah Al-Qur'an Min 1 juz / Hari selama 3 Hari 15 Poin 9 Menghafal Al-Qur'an 1/2 Juz 50 Poin 10 Menghafal 1 hadits Arba'in lengkap dengan Sanad, Matan,Rawi dan terjemahnya 10 Poin 11 Shodaqoh Maal Min. Rp. 500 sebanyak 5 kali 5 Poin 12 Datang ke Masjid sebelum waktu Shalat dimulai ( Min. 10 menit sebelum Adzan) 3 Poin
Keterangan :
Surat Peringatan 1 (SP 1) akan diberikan jika Poin negatif sudah terakumulasi sebanyak 25 Poin; Surat Peringatan 2 (SP 2) akan diberikan jika Poin negatif sudah terakumulasi sebanyak 50 Poin; Surat Peringatan 3 (SP 3) akan diberikan jika Poin negatif sudah terakumulasi sebanyak 75 Poin; Surat Pembebasan status sebagai santri diberikan jika Poin negatif sudah terakumulasi sebanyak 100 Poin .
Pasal 22 Pemberian Sanksi dan Surat Peringatan (SP)
1. Yang berhak memberi sanksi adalah : a. Pengurus organisasi santri yang ditunjuk; b. Mudabbir/ah yang ditunjuk; c. Penanggung Jawab Program Santri Pesantren Mahasiswa; d. Ustadz/ustadzah yang ditunjuk; e. Manajemen Departemen Kepesantrenan yang ditunjuk. 2. Yang berhak mengeluarkan Surat Peringatan (SP) adalah Penanggung Jawab Program Santri Pesantren Mahasiswa; 3. Pemberian surat pembebasan status santri ditetapkan melalui musyawarah bidang-bidang terkait.. Pasal 23 Penghargaan
1. Santri yang berprestasi berhak mendapat penghargaan. 2. Penghargaan meliputi : a. Piagam penghargaan; b. Poin tambah untuk menjadi santri terbaik; c. Hadiah tertentu yang tidak mengikat.
BAB IX LAIN-LAIN
Pasal 24 KETERTIBAN UMUM
1. Setiap Santri diwajibkan ikut menjaga ketertiban. keamanan, kebersihan. kesehatan dan keselamatan belajar di asrama maupun di lingkungan Pondok Pesantren; 2. Setiap Santri diwajibkan memelihara alat/perlengkapan milik Pondok Pesantren dengan baik dan teliti termasuk keamanan penempatan, dan penyimpanannya dan terhadap akibat penyambungan stop kontak listrik atau sebab yang lainnya; 3. Setiap Santri dilarang membawa, memindahkan dan meminjamkan alat perlengkapan milik Pondok Pesantren tanpa izin yang Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren.
Pasal 25 KEAMANAN PONDOK PESANTREN
1. Santri wajib mentaati peraturan keamanan di dalam Pondok Pesantren; 2. Santri yang mengetahui adanya keadaan/kejadian atau benda yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran, pencurian, gangguan terhadap ketentraman dan keselamatan di lingkungan karya, wajib segera memberitahukan Tim Kamtib atau pimpinannya langsung atau siapa saja yang dapat dihubungi secara cepat. 3. Setiap Santri wajib menghindari hal-hal yang akan menyebabkan timbulnya: a) Kebakaran atau ledakan b) Pencurian, kehilangan dan pengrusakan c) Perkelahian
Pasal 26 SANTRI MENGUNDURKAN DIRI
1. Bila Santri mangkir atau tidak masuk belajar selama 6 (enam) hari berturut-turut, tanpa kabar dan kemudian tidak memberi alasan yang sah dan tidak dapat diterima oleh Pondok Pesantren dianggap mengundurkan diri tanpa syarat; 2. Santri yang bersangkutan sudah melanggar peraturan yang berlaku sampai terakumulasi Poin negatif sebanyak 100 Poin dan tidak ada perbaikan, pihak Pondok Pesantren menyatakan bahwa yang bersangkutan dinyatakan mengundurkan diri; 3. Santri yang oleh karena sesuatu ingin mengundurkan diri dari Pondok Pesantren, mengajukan permohonan tertulis kepada Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren selambat-lambatnya satu bulan sebelumnya; 4. Dalam hal administrasi yang belum terselesaikan, Santri atau pihak keluarganya tidak meninggalkan beban yang harus diselesaikannya. 5. Pasal 27 PENYELESAIAN MASALAH SANTRI
1. Sudah menjadi tekad Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren bahwa setiap keluhan dan pengaduan seorang santri atau lebih akan diselesaikan secara adil dan musyawarah secara ukhuwah islamiyah dan secepat mungkin; 2. Untuk memperlancar program tersebut, Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren memberikan seorang mudabbir untuk beberapa santri, sebagai perantara dan berfungsi membantu masalah-masalah kesantrian yang mungkin muncul pada waktu proses pembelajaran.
Pasal 28 PERATURAN-PERATURAN YANG BERSIFAT PROSEDURAL DAN/ATAU YANG LEBIH RINCI
1. Peraturanperaturan yang bersifat prosedural akan disusun tersendiri berdasarkan pada petunjuk/ketentuan-ketentuan yang tercantum pada pasal- pasal terdahulu; 2. Setiap asrama atau kelompok santri dalam satu bimbingan dapat membuat peraturan tersendiri yang khusus tanpa melanggar Aturan Pokok Santri ini.
Pasal 29 HAL-HAL YANG BELUM DIATUR
Hal-hal yang belum diatur dalam Aturan pokok Santri ini tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang akan ditetapkan kemudian hari dan ditambahkan sebagai pelengkap kedalam Peraturan Pondok Pesantren ini atau dijadikan peraturan/petunjuk pelaksana.
Pasal 30 PERUBAHAN ATURAN POKOK SANTRI
1. Aturan pokok Santri ini akan ditinjau ulang setiap pergantian program pendidikan santri minimal dalam 2 (Dua) Tahun; 2. Perubahan Aturan Pokok Santri dapat dilakukan dalam forum musyawarah Bagian Santri Mukim Mahasissa Departemen Kepesantrenan Yayasan Daarut Tauhiid; 3. Perubahan Aturan Pokok Santri diusulkan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah staf Bagian Santri Pesantren Mahasiswa; 4. Perubahan Aturan Pokok Santri sah dan mengikat jika disetujui sekurang- kurangnya 3/4 dari jumlah peserta rapat.
BAB X PENUTUP
1. Aturan Pokok Santri ini diperbanyak oleh Pengelola Departemen Kepesantrenan Pondok Pesantren untuk dibagikan kepada seluruh Santri sebagai pedoman dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar dalam Program Pendidikan Santri Pesantren Mahasiswa; 2. Aturan pokok Santri ini terhitung mulai tanggal ditetapkanya ; 3. Jika ada persyaratan didalamnya yang menyalahi peraturan perundang- undangan yang berlaku maka Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa tersebut batal demi hukum dan yang diberlakukan adalah yang sudah diatur didalam perundang-undangan yang berlaku atau memperhatikan kebijakan yang akan ditetapkan oleh Pondok Pesantren yang sesuai dengan visi dan misi Yayasan Daarut Tauhiid.
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS TARBIYAH Jalan Gajayana No. 50 Telepon (0341) 552398 Faksimile (0341) 552398
BUKTI KONSULTASI Nama NIM Jurusan Pembimbing Judul Skripsi : : : : : Rini Noviantini 04110161 Pendidikan Agama Islam Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
No Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan 1. 13 September 2008 Proposal 2. 27 Oktober 2008 BAB I, II, III 3. 11 Juli 2009 Revisi BAB I, II, III 4. 26 Juli 2009 BAB IV, V, VI 5. 27 Juli 2009 Revisi BAB IV, V, VI 6. 27 Juli 2009 BAB I-VI dan Persetujuan
Malang, 27 Juli 2009 Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Dalam Menghadapi Proses Persalinan Di R.S Iphi Kota Batu Skripsi