Anda di halaman 1dari 198

1

PENERAPAN NILAI-NILAI MANAJEMEN QOLBU DALAM


MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM
(PROGRAM PESANTREN MAHASISWA)
DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG


SKRIPSI

Oleh:
Rini Noviantini
04110161










JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus, 2009
2
PENERAPAN NILAI-NILAI MANAJEMEN QOLBU DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM
(PROGRAM PESANTREN MAHASISWA)
DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu
Sarjana Pendidikan Islam (S Pd.I)


Oleh:
Rini Noviantini
04110161





JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus, 2009
3
HALAMAN PERSETUJUAN

PENERAPAN NILAI-NILAI MANAJEMEN QOLBU DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM
(PROGRAM PESANTREN MAHASISWA)
DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG

SKRIPSI

Oleh:
Rini Noviantini
04110161


Telah disetujui pada tanggal 27 Juli 2009
Dosen Pembimbing,




Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
NIP. 150215385



Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam



Drs. Moh. Padil, M.Pd.I
NIP. 150267235

4
HALAMAN PENGESAHAN


PENERAPAN NILAI-NILAI MANAJEMEN QOLBU DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK SANTRI MUKIM
(PROGRAM PESANTREN MAHASISWA)
DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Rini Noviantini (04110161)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 8 Agustus 2009
dan talah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar strata satu Sarjana Pandidikan Islam (S.Pd.I)


Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I : _____________________
NIP. 150215385

Sekretaris Sidang
Dr. Abdul Bashith, M.Si : ______________________
NIP. 150327264

Pembimbing
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I : ______________________
NIP. 150215385

Penguji Utama
Prof. Dr. H. Muhaimin, MA : ______________________
NIP. 150215375


Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang



Dr. M. Zainuddin, M.A
NIP. 150275502
5
MOTTO

V - - _ = ~ - - ~ ~ - = ~ ~ - _ - = ~ - -
- ~ - - ~ - - = ~ - - V - - - ~

ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal
daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila rusak, niscaya akan
rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati
(HR. Imam Bukhari dan Muslim)
1


























1
Al-Lulu wa al-Marjan Fima Ittafaqa Alaihi asy- syaikal, Muhammad Fuad Abdul
Baqi, dari hadits Numan bin Basyir, hadits no. 1020
6
PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN

U UU Un nn ntuk s tuk s tuk s tuk sepasang mutiara hati Babeh dan Mamah epasang mutiara hati Babeh dan Mamah epasang mutiara hati Babeh dan Mamah epasang mutiara hati Babeh dan Mamah
yang mema yang mema yang mema yang memancarkan sinar kasih sayang yang ncarkan sinar kasih sayang yang ncarkan sinar kasih sayang yang ncarkan sinar kasih sayang yang tidak pernah usa tidak pernah usa tidak pernah usa tidak pernah usai dalam mendoakan dan i dalam mendoakan dan i dalam mendoakan dan i dalam mendoakan dan
mendidik mendidik mendidik mendidikku sehingga aku mam ku sehingga aku mam ku sehingga aku mam ku sehingga aku mampu menghadapi tajamnya krikil pu menghadapi tajamnya krikil pu menghadapi tajamnya krikil pu menghadapi tajamnya krikil- -- -krikil kehidupan. krikil kehidupan. krikil kehidupan. krikil kehidupan.
Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata Senandung kasih sayang mereka tiada tara hingga tak dapat ku ungkapkan dengan kata- -- -
kata namun akan kata namun akan kata namun akan kata namun akan selalu ku rangkai dalam doa, selalu ku rangkai dalam doa, selalu ku rangkai dalam doa, selalu ku rangkai dalam doa,
Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah Semoga amal mereka diridhoi oleh Allah SWT SWT SWT SWT. .. .

Yang tersayang adik Yang tersayang adik Yang tersayang adik Yang tersayang adikku Rena Novita ku Rena Novita ku Rena Novita ku Rena Novita serat Silvia Fauziah serat Silvia Fauziah serat Silvia Fauziah serat Silvia Fauziah
yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan pada Teh Orin dalam menuntut ilmu,
dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ce dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ce dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ce dan kalianlah yang membuat Teh Orin bisa ceria di saat pulang ke rumah, ria di saat pulang ke rumah, ria di saat pulang ke rumah, ria di saat pulang ke rumah,
Semoga Allah selalu melindungi kalian Semoga Allah selalu melindungi kalian Semoga Allah selalu melindungi kalian Semoga Allah selalu melindungi kalian. .. .

Calon suami Calon suami Calon suami Calon suamiku tercinta Ichwan Ismail A ku tercinta Ichwan Ismail A ku tercinta Ichwan Ismail A ku tercinta Ichwan Ismail Al ll l- -- -Faruqi Faruqi Faruqi Faruqi
yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan yang selalu memberi ketenangan hati, kasih sayang, keceriaan
serta serta serta serta dukungan dalam setiap aktifitas dukungan dalam setiap aktifitas dukungan dalam setiap aktifitas dukungan dalam setiap aktifitasku, ku, ku, ku,
Engkau adalah penerang jiwa Engkau adalah penerang jiwa Engkau adalah penerang jiwa Engkau adalah penerang jiwaku, dengan mu aku bisa me ku, dengan mu aku bisa me ku, dengan mu aku bisa me ku, dengan mu aku bisa memahami mahami mahami mahami arti kehidupan, arti kehidupan, arti kehidupan, arti kehidupan,
jangan jangan jangan jangan pernah lelah menemani hari pernah lelah menemani hari pernah lelah menemani hari pernah lelah menemani hari- -- -hari hari hari hariku. ku. ku. ku.

Semua Pahlawan Semua Pahlawan Semua Pahlawan Semua Pahlawanku yang t ku yang t ku yang t ku yang telah sudi mendidik dan memberikan elah sudi mendidik dan memberikan elah sudi mendidik dan memberikan elah sudi mendidik dan memberikan bimbingan kepada bimbingan kepada bimbingan kepada bimbingan kepadaku tanpa ku tanpa ku tanpa ku tanpa
tanda jasa, Guru SD Bayabang II tanda jasa, Guru SD Bayabang II tanda jasa, Guru SD Bayabang II tanda jasa, Guru SD Bayabang II Bandung Bandung Bandung Bandung, Guru MTs Cipeundeuy , Guru MTs Cipeundeuy , Guru MTs Cipeundeuy , Guru MTs Cipeundeuy Bandung Bandung Bandung Bandung, , , , Guru Guru Guru Guru PP. PP. PP. PP.
Sabilunnajah Bandung, Sabilunnajah Bandung, Sabilunnajah Bandung, Sabilunnajah Bandung, Guru Guru Guru Guru PPP. Wali Songo Jombang, PPP. Wali Songo Jombang, PPP. Wali Songo Jombang, PPP. Wali Songo Jombang, Guru Guru Guru Guru PP. Luhur Malang, PP. Luhur Malang, PP. Luhur Malang, PP. Luhur Malang, Guru Guru Guru Guru
PPP. PPP. PPP. PPP. Al Al Al Al- -- -Hikmah Al Hikmah Al Hikmah Al Hikmah Al- -- -Fathimiyyah Malang Fathimiyyah Malang Fathimiyyah Malang Fathimiyyah Malang d dd dan semua an semua an semua an semua Dosen UIN Malang, Dosen UIN Malang, Dosen UIN Malang, Dosen UIN Malang,
Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia Dengan ilmu yang engkau berikan, aku mampu menyibak tirai kelam dunia. .. .

Semua teman Semua teman Semua teman Semua teman- -- -teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap teman terbaikku, yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap
aktifitasku aktifitasku aktifitasku aktifitasku, ,, ,
Terima kasih semuanya Terima kasih semuanya Terima kasih semuanya Terima kasih semuanya


7
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Rini Noviantini Malang, 27 Juli 2009
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar


Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang

Assalamualaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa yang tersebut di
bawah ini:

Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
:
:
:
:
Rini Noviantini
04110161
Pendidikan Agama Islam
Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam
Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim
(Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung

maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.


Pembimbing,






Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
NIP. 150215385


8
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa tulisan dalam skripsi ini adalah murni
dari karya penulis dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu Perguruan Tinggi dan bukan jiplakan
dari karya orang lain. Jika terdapat pendapat dari orang lain, maka telah diacu
dalam naskah ini dan terdapat dalam daftar pustaka yang dicantumkan.


Malang, 27 Juli 2009


Rini Noviantini



























9
KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan
ridho dan maunah-Nya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjunan umat Islam,
Nabi besar Muhammad SAW, yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan
keikhlasan telah membimbing dan menuntun umatnya ke jalan yang penuh
dengan cahaya ilmu yang di Ridhoi oleh Allah SWT.
Tentunya skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tuaku tercinta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan telah
mengasuh, membimbing, membesarkan dan membiayai baik materil maupun
spiritual serta mengalirkan doa-doanya untuk kebahagiaan anaknya di dunia
maupun di akhirat.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, M.A selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
10
4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Bapak Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang
dengan kesabaran membimbing dan memberi arahan serta masukan yang amat
berguna hingga terselesaikan skripsi ini.
6. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang yang telah banyak
memberikan ilmu kepada penulis selama di bangku kuliah.
7. KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) selaku pengasuh Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung yang selalu memberikan ketenangan dengan
dakwahnya.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyampaikan terima kasih, semoga bantuan yang telah diberikan
mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu perlu adanya koreksi, saran dan kritikan
yang konstuktif dan sifatnya membangun dari seluruh pembaca yang budiman
senantiasa penulis selalu mengharapkan demi perbaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis

11
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Tabel 4.1

Tabel 4.2
Tabel 4.3
:
:
:
:
:
:
:

:
:
Pembagian kecerdasan ....................................................
Langkah Praktis Pengenalan diri .....................................
Proses Lisan Berkualitas .................................................
Mengelola Waktu ............................................................
Proses Komukasi Berkualitas ..........................................
Santri Harapan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ..
Jadwal Aktivitas Program Pesantren Mahasiswa (PPM)
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 2008-2009
Format Muhasabah Harian ..............................................
Karakter Santri Daarut Tauhiid .......................................
26
92
103
111
115
136

132
135
137











12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V


Lampiran VI
Lampiran VII
:
:
:
:
:


:
:

Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Struktur Organisasi Yayasan Daarut Tauhid
Struktur Organisasi Direktorat Pendidikan
Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa
Data santri Mukim Akhwat dan Ikhwan Program Pesantren
Mahasiswa Angkatan 2 Periode September 2008-Agustus
2009
Peta Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Kegiatan Santri Daarut Tauhiid











13
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
HALAMAN MOTTO .................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ...........................................
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ..........................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ABSTRAK ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ..............................
F. Definisi Operasional ...................................................................
G. Sistem Pembahasan .....................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xi
xii
xvi


1
9
9
9
10
11
11

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Qolbu ......................................................................
1. Pengertian Manajemen Qolbu ...............................................
2. Konsep Manajemen Qolbu ...................................................
3. Pembagian Hati .....................................................................
4. Qolbu Pusat Kecerdasan Ruhani ...........................................
5. Al-Quran sebagai Obat Hati dari Berbagai Penyakit ...........
B. Pensucian Jiwa (Tazkiyah An-Nafs) dalam Tasawuf ......
1. Pengertian An-Nafs Menurut Bahasa ...
2. An-Nafs dalam Al-Quran
3. An-Nafs dalam Tasawuf ...
4. Metode Tazkiyah An-Nafs
C. Akhlak dan Pondok Pesantren ...................................................
1. Pengertian Akhlak dan Ruang Lingkup Akhlak ...................
2. Akhlak Terhadap Allah, Manusia dan Lingkungan Hidup.....
3. Pendidikan Akhlak Islam .......................................................
4. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam ........
5. Materi Pelajaran dan Metode Pengajaran Pondok Pesantren..
6. Pertumbuhan Kelembagaan Pondok Pesantren ......................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................
B. Kehadiran Peneliti ....................................................................
C. Lokasi Penelitian ......................................................................

13
13
17
20
23
28
30
30
31
34
38
47
47
53
58
59
64
68

71
72
73
15
D. Sumber Data .............................................................................
E. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................
F. Analisis Data ............................................................................
G. Pengecekan Keabsahan Temuan Data .....................................
H. Tahap-Tahap Penelitian ...........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek ..............................................................
1. Sejarah Pondok Pesantren Daarut Tauhiid .........................
2. Letak Geografis ..................................................................
3. Struktur Organisasi ............................................................
4. Visi, Misi, Tujuan, Target dan Strategi ..............................
5. Pola Kepemimpinan ...........................................................
B. Penyajian Data .........................................................................
1. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam
Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program
Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Bandung ................................................................
2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan
Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan
Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren
Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung .............................................................................

73
74
77
78
78

80
80
83
83
85
87
89



89




141

16
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu Dalam Meningkatkan
Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren
Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung .......
B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-
Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas
Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung ...............................
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN



146



150

152
155















17
ABSTRAK

Noviantini, Rini, Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan
Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang, Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I

Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to manage yang sinonimnya
antara lain to hand berati mengurus, to control berarti mengawasi dan to guide
berarti memimpin. Qolbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya
kebenaran ilahiyah yaitu ruh. Manajemen Qolbu artinya bagaimana mengelola
hati supaya potensi positifnya bisa berkembang maksimal mengiringi kemampuan
berpikir dan bertindak, sehingga sekujur sikapnya menjadi positif dan potensi
negatifnya segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak berbuah menjadi
tindakan yang negatif.
Dengan adanya Manajemen Qolbu maka akan melahirkan akhlak yang
baik. Akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Pondok Pesantren tidak hanya berfungsi
sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan
penyiaran agama, sehingga mudah mempraktekan nilai-nilai Manajemen Qolbu
supaya kualitas akhlak menjadi lebih baik.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan nilai-
nilai Manajemen Qolbu dan apa faktor-faktor pendukung dan penghambat
penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak
santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Bandung. Tujuannya mendeskripsikan penerapan nilai-nilai Manajemen
Qolbu dan faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu.
Jenis penelitian ini adalah Kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode Observasi, Interview, Dokumentasi dan pembahasan
menggunakan metode deskriptif kualitatif yang sebagian besar berasal dari catatan
pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Kemudian catatan tersebut di analisis
untuk memperoleh tema dan pola-pola yang dideskripsikan dan diilustrasikan
dengan contoh-contoh, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen.
Hasil dari penelitian ini adalah Program Pesantren Mahasiswa (PPM)
sebagai sebuah program pendidikan yang berorientasi pada penanaman aqidah,
pengembangan potensi dan pembentukan sikap, dengan harapan menjadi solusi
alternatif bagi bangsa. Manajemen Qolbu Aa Gym merupakan upaya pengelolaan
atau penataan hati dengan berbagai kiat-kiatnya yakni agar hati selalu bersih,
karena hati merupakan pusat dari segala perbuatan manusia. Faktor pendukung
internal yakni pengasuh, pengurus dan santri, faktor eksternal yakni wali santri
dan lingkungan. Faktor penghambat yakni masih membutuhkan dana yang lebih,
rasa malas karena kelelahan dan kurang kesadaran dari santri dalam mengikuti
program.
Kata Kunci: Manajemen Qolbu, Kualitas Akhlak
18
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini ada satu bagian dari dalam tubuh manusia yang banyak
menyita perhatian para ahli, utamanya ahli di bidang biologi, kedokteran dan
psikolagi yakni otak. Otak menjadi pusat perhatian yang paling tinggi, tidak
seperti perhatian mereka terhadap organ-organ tubuh yang lain. Sedikit demi
sedikit para pemerhati masalah ini telah menyimpulkan penelitian-penelitian
mereka. Misteri tentang otak manusia mulai terpecahkan dan teori-teori baru
tentang otak mulai dikembangkan, Neurologi menjadi ilmu yang paling maju
yang bisa dicapai dalam masalah yang satu ini.
2

Sementara itu, ada satu bagian lagi dari dalam tubuh manusia yang juga
menyita perhatian, bahkan sudah sangat lama, hanya saja tidak seperti perhatian
para ahli terhadap otak. Perhatian terhadap satu organ ini datang kebanyakan
bukan dari para ahli bidang biologi, kedokteran atau psikologi melainkan para
pemikir di bidang filsafat, sosial dan utamanya agama. Organ tersebut adalah hati,
jika gagasan-gagasan, konsep-konsep dan teori-teori tentang otak manusia sudah
banyak bermunculan maka tidak demikian dengan gagasan, konsep, teori tentang
hati. Misteri-misteri tentang hati masih tersembunyi rapat-rapat, serapat letaknya
di dalam tubuh manusia.

2
Muhammad Muhyidin, The True Power of Heart (Jogjakarta: Diva Press, 2007), hlm.
31
19
Walaupun demikian, tampaknya perhatian terhadap kedua organ dalam
tersebut sudah sama-sama tua. Di jaman Yunani kuno, pembicaraan otak dengan
hati sudah dimulai, hanya saja pembicaraan keduanya berangkat lebih banyak dari
pemikiran yang sifatnya spekulatif belaka. Dalam perkembangannya kemajuan
sains dan teknologi meniscayakan kita untuk melakukan penelitian terhadap otak,
tetapi sekaligus melokalisasi fokus perhatian tersebut pada organ yang satu ini.
3

Terdapat banyak alasan mengapa perhatian terhadap hati tidak setinggi
perhatian terhadap otak. Diantaranya karena persoalan letak, dari sisi ini
penelitian terhadap otak lebih dimungkinkan dari pada penelitian terhadap hati.
Alasan lain sudah diyakini bahwa otak merupakan pusat segala kecerdasan yang
niscaya dimiliki oleh manusia, padahal kecerdasan merupakan satu tema sentral
dalam kehidupan manusia sendiri, yang darinya manusia berbeda dan
membedakan diri dengan makhluk hidup yang lain.
Alasan yang lain sampai saat ini tampaknya sains dan teknologi belum
berhasil menemukan alat-alat tertentu yang sanggup digunakan untuk meneliti hati
sebagaimana alat-alat tertentu yang sudah ditemukan dan dapat digunkan untuk
meneliti otak. Hati atau jantung selama ini lebih banyak dibicarakan dan dibahas
dari sudut kedokteran saja, dari sisi sehat dan sakitnya secara fisik saja, yang
memang hal tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia. Penyakit jantung
atau penyakit liver merupakan jenis penyakit yang berbahaya dan mematikan,
penyakit seperti ini tidak sama dengan penyakit stres atau pusing kepala.

3
Ibid., hlm. 32
20
Dari kenyataan yang demikian itu, dorongan terhadap sains dan teknologi
agar bisa menghasilkan alat-alat penelitian yang khusus untuk membuka tabir
misteri hati tampaknya perlu terus-menuerus dilakukan. Para ilmuan bidang ini
tampaknya harus membuka diri untuk menerima asumsi-asumsi agama terhadap
organ yang satu ini. Mereka tidak bisa menutup mata terhadap kebenaran agama
yang menyatakan bahwa hati merupakan organ tubuh yang sangat vital dan sangat
penting.
Pembahasan tentang rahasia-rahasia hati ini lebih banyak bertolak dari
sudut pandang agama, logika dan falsafat bukan dari sudut pandang sains positif.
Alasannya sangat sulit untuk menemukan referensi atau rujukan ilmiah tentang
masalah ini. Walaupun demikian, tidak ada satu pun manusia yang berakal sehat
yang hidup di dunia ini meragukan fakta bahwa hati demikian kuat pengaruhnya
dalam kehidupan manusia sendiri.
Sifat-sifat seperti kebaikan, keluhuran, kelembutan, cinta-kasih, keadilan
dan kebenaran yang telah ditunjukan oleh manusia merupakan kenyataan yang
tidak mungkin dipungkiri. Demikian halnya sifat-sifat seperti tamak, rakus,
sombong, khianat, benci, dendam, amarah dan lain sebagianya, yang juga turut
meramaikan jiwa manusia merupakan fakta-fakta yang juga tidak bisa dipungkiri.
Para ilmuan atau para ahli di bidang otak sendiri mengakui keberadaan
sumber atau pusat keberadaan sifat-sifat yang seperti ini bukan berada di otak.
Berkhayal, berfantasi, berimajinas dan berpikir merupakan fungsi otak sedangkan
benar, adil, jujur, marah, benci, dendam dan seterusnya ini tidak termasuk dalam
kategori khayalan, fantasi, imajinasi dan pikiran. Sebagainya masuk ke dalam
21
kategori rasa dan sumber atau pusat rasa juga tidak terdapat di otak, kecuali otak
hanya mampu berpikir tentang rasa yang kemudian dapat disebut sebagai
Kecerdasan Emosional. Otak juga mampu berpikir tentang benar, adil, jujur,
cinta-kasih, kelembutan dan keyakinan terhadap kekuatan yang bersifat
Suprarasional, yang kemudian disebut sebagai Kecerdasan Spiritual, tetapi
sumber atau pusat dari sifat-sifat ini lagi-lagi bukan berada di otak.
4

Hati tidak mempunyai batas atau ukuran-ukuran permanen, sebagaimana
makna hati itu sendiri yang bersifat kondisional (ahwal) dan tidak memiliki
pengertian yang statis (maqamah), hati tidak mungkin diukur dengan batasan-
batasan atau dibatasi dengan ukuran-ukuran yang pasti. Ungkapan Pascal yang
dikutip Tasmara Toto yaitu Le coeur a ses raisons que la raisons ne connait
pas hati mempunyai akalnya sendiri yang tidak bisa dimengerti oleh akal
budinya. Pascal melanjutkan bahwa kebenaran hanya dapat diketahui jika kita
mau mendengar suara hati (logique de coeur), walaupun seharusnya lebih
ditegaskan bahwa kebenaran hanya mungkin diketahui dan dirasakan nyata
apabila kita mau melaksanakan kata hati bukan hanya mendengar.
5

Agama sebagimana juga logika dan falsafah menyebutkan sumber atau
pusat sifat-sifat adalah hati bukan otak. Oleh karena itu membahas rahasi-rahasia
hati adalah sebagia dasar kita untuk mengerti dan memahami kekuatan-kekuatan
yang dimilikinya, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan kita sendiri.
Memahami dan menangkap hati secara utuh adalah kemustahilan. Kita hanya

4
Ibid., hlm. 36
5
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) (Jakarta: Gema
Insani,, 2001), hlm. 45
22
dapat memahami melalui asumsi-asumsi dari proses perenungan yang sangat
personal karena di dalam hati terdapat barbagai hayalan dan filsafat agama, tema
yang berkaitan dengan hati menjadi masalah yang selalu menarik untuk
memahaminya secara lebih mendalam.
Langkah awal untuk membuka dan memahami rahasia-rahasia hati maka
memerlukan pijakan yakni dasar-dasar rujukan yang paling diyakini benar dan
sangat bisa untuk dipertanggungjawabkan tentang informasi-informasi mengenai
hati. Ayat-ayat Al-Quran al-Karim adalah pilihan yang paling tepat untuk
menjadi dasar dan pijaka memasuki rahasia-rahasia hati.
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung menerapkan konsep
Manajemen Qolbu dalam dakwahnya. Pesantren ini mulanya adalah sebuah
majelis dzikir yang dipimpin langsung oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau yang
lebih dikenal Aa Gym. Lambat laun majelis ini merangkak menjadi sebuah
pengajian rutin dan terus berkembang sampai akhirnya jadilah Daarut Tauhiid
dengan berbagai lembaga pendukungnya.
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid adalah Pesantren Alternatif karena
aktivitas dakwah di Daarut Tauhiid berbeda dengan umumnya Pesantren, biasanya
yang disebut Pesantren adalah lembaga pendidikan keislaman yang di dalamnya
terdapat kiai, santri, masjid, pondok dan pengkajian kitab Islam klasik (kitab
kuning) dan biasanya Pesantren seperti ini disebut Pesantren tradisional atau
Pesantren salaf. Di Daarut Tauhiid kriteria seperti di atas tidak terpenuhi. Di
Daarut Tauhiid tidak ada pengkajian khusus secara mendalam mengkaji kitab
Islam klasik seperti di Pesantren tradisional, kalaupun ada porsinya sangat sedikit.
23
Santri Daarut Tauhiid tidak hanya mempelajari agama yang behubungan dengan
ibadah tetapi juga mempelajari ilmu yang berhubungan dengan alam semesta.
6

Pondok Pesantren Daarut Tauhiid memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan dengan umumnya Pesantren yang terdapat di negeri ini, baik yang
tergolong tradisional maupun modern. Pertama, kiai atau ustad yang memimpin
dan mengajar di Daarut Tauhiid telah dididik dalam dua kultur yaitu modern dan
tradisional. Kultur modern maksudnya adalah para ustad tersebut telah dididik
atau bersentuhan baik secara akademis maupun kultural dengan sistem pendidikan
modern. Namun, di sisi lain para ustad tersebut selain berpendidikan modern juga
bersentuhan dengan sistem pendidikan tradisional Pesantren, seperti umumnya
figur kiai di Indonesia.
Kedua, kiai atau ustad tampaknya bukanlah figur segala-galanya dan
bukan juga pemegang kebijaksanaan tunggal Pesantren. Akibatnya, gaya
kepemimpinan Daarut Tauhiid tidak lagi bersifat sentralistis, melainkan
demokratis. Bahkan gaya seperti ini tampaknya mulai mempengaruhi sistem
pengajaran Pesantren, santri atau jamaah pengajian diberi kebebasan seluas-
luasnya untuk mengekspresikan pendapat, bertanya dan menjalankan agamanya,
serta bersikap kritis terhadap apa yang disampaikan oleh kiai atau ustad. Mungkin
sesuai dengan karekter Pesantren dan figur Aa Gym di dalamnya, khidmat
berlebihan kepada kiai atau ustad yang cenderung melahirkan kultus tidak
dikenal di Pesantren ini. Di Daarut Tauhiid justru yang terlihat aroma

6
Hernowo dan M. Deden Ridwan, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhiid (Bandung:
PT. Mizan Pustaka, 2003), hlm. 28-30
24
kebersamaan dan sikap egaliter, kendati prinsip disiplin tetap dipraktikkan secara
ketat.
7

Pondok Pesantren Daarut Tauhiid sengaja didesain menjadi pesantren
yang benar-benar berbaur dengan masyarakat atau dikenal dengan konsep tanpa
batas (virtual). Santrinya menyewa rumah di masyarakat sehingga diharapkan
selain akan mewarnai masyarakat sekitarnya juga menghidupkan ekonomi
masyarakat dengan makan dan belanja di warung sekitarnya. Adapun yang
menjadi santri adalah dari semua lapisan masyarakat yang terdiri dari para
mahasiswa, tetangga, pedagang, tukang beca, supir, anak jalanan, polisi dan
aparat pemerintah sehingga menjadi satu kesatuan.
8
Sebagai Pesantren yang
berada di tengah kota, Daarut Tauhid memang dimaksudkan untuk mengincar
segmen masyarakat perkotaan yang ingin memperdalam ilmu agama.
Aktivitas keislaman di Daarut Tauhiid terfokus pada kegiatan dakwah, di
sini lebih bermakna pendidikan bukan dakwah dalam pengertian konvensional.
Pola dakwahnya meliputi ceramah umum yang rutin diselenggarakan, ada lagi
yang disebut kategori pendidikan khusus seperti salah satunya objek yang penulis
teliti yaitu santri mukim Program Pesantren Mahasiwa (PPM) dan waktunya
relatif ada yang 3 bulan, 1 tahun dan sebagainya, tetapi dengan kurikulum yang
jelas.


7
Ibid., hlm. 29-30
8
Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya Sebuah Qolbugrafi (Bandung: Khas MQ,
2006), hlm. 98
25
Model pendidikan yang dikedepankan oleh Daarut Tauhid dikenal dengan
sebutan "Manajemen Qalbu", konsep yang digelontorkan oleh KH. Abdullah
Gymnastiar. Sebuah metode yang mengajak pesertanya untuk mampu
menseleraskan olah pikir, olah hati dan olah tindakan (dzikir). Intinya adalah
memenej dan memelihara kebeningan hati dengan cara mengenal Allah lebih
mendalam (dengan amalan/dzikir), untuk kemudian mengisinya dengan nilai-nilai
ruhani Islam seperti sabar, ridho, tawakkal, ikhlas, jujur, disertai dengan ikhtiar.
Aa Gym telah bertahun-tahun berusaha untuk menemukan konsep praktis
Manajemen Qolbu ini, berusaha menggali konsep ini bukan dari kekuatan orang
lain, melainkan dari kedalaman dirinya sendiri. Proses introspeksi diri yang
dilakukannya baik bersama seluruh keluarga, santri dan para sahabat maupun
dirinya sendiri terutama ketika berada sendirian di keheningan malam atau saat
terpojok oleh masalah-masalah duniawi terasa cukup efektif untuk merumuskan
konsep Manajemen Qolbu ini. Ternyata Manajemen Qolbu menunjukkan bahwa
manusia mampu mengendalikan dirinya.
9

Tujuan Manajemen Qolbu yang penting lagi adalah mengajak kita untuk
mengembangkan dan mengedepankan hati yang terberkahi, tersucikan dan
tercerahkan, sehingga hati ini dapat memandu kehidupan kita menuju kepada
tujuan kehidupan yang hakiki. Tujuan yang hakiki menghendaki pemahaman yang
baik dalam proses mencapai tujuan, sedangkan pemahaman yang baik hanya akan
kita dapatkan manakala kita telah berhasil memahami rahasia-rahasia hati itu
sendiri.

9
Hernowo dan M. Deden Ridwan, op cit., hlm. 227
26
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan
kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung?
2. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim
(Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam
meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren
Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim
(Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, diharapkan dapat memeberikan pengetahuan dan
memperkaya khazanah kepustakaan di Perguruan Tinggi serta dapat
dijadikan bahan pijakan untuk penelitian berikutnya dan sebagai
27
pengalaman dalam mengembangkan dan membina kemampuan peneliti
dalam menyusun mukim ilmiah.
2. Secara praktis, dapat memberikan informasi dan untuk mengetahui serta
memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim
(Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung.
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Untuk menghindari perluasan masalah dalam pembahasan skripsi ini
sekaligus untuk mempermudah pemahaman, maka dalam penulisan skripsi ini
dibatasi hanya akan membahas tentang penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu
dalam meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren
Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung dan faktor-faktor
pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam
meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Apabila ada permasalahan diluar
pembahasan tersebut maka sifatnya hanyalah sebagai penyempurna sehingga
pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju.





28
F. Definisi Operasional
1. Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran
10

2. Qolbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran
ilahiyah yaitu ruh
11

3. Kualitas adalah mutu; baik buruknya barang
12

4. Akhlak adalah budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muruah atau segala
sesuatu yang sudah menjadi tabiat
13

G. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh suatu gambaran secara garis besar dari penelitian
ini, maka penelitian menguraikan dalam enam bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini bertujuan sebagai pengantar kepada pembaca yang meliputi: latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang
lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika
pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini merupakan kajian teori yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan dan menjadi dasar dalam penelaahan, yang meliputi: Manajemen

10
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mukim Abditama, 2001),
hlm. 274

11
Toto Tasmara, op. cit., hlm. 45
12
Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arbola,
1994), hlm. 384
13
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 2
29
Qolbu, Pensucian Jiwa (Tazkiyah An-Nafs) dalam Tasawuf , Akhlak dan
Pondok Pesantren.
BAB III METODE PENELITIAN
Bagian ini meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian, sumber data, proses pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan temuan data dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bagian ini meliputi latar belakang objek: sejarah Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid, letal geografis, struktur organisasi, visi dan misi dan pola
kepemimpinan. Penyajian data: penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam
meningkatkan kualitas akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa)
di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, faktor-faktor pendukung dan
penghambat penerapan Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas
akhlak santri mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bagian ini merupakan pembahasan hasil peneitian dan pembahasan terhadap
temuan-temuan
BAB VI PENUTUP
Bagian ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini, oleh karena itu penulis
akan memberikan kesimpulan dari pembahasan yang bersifat empiris,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian saran.


30
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Qolbu
1. Pengertian Manajemen Qolbu
Manajemen Qolbu berasal dari kata manajemen dan qolbu. Kata
manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to manage yang sinonimnya
antara lain to hand berati mengurus, to control berarti mengawasi dan to guide
berarti memimpin. Jadi, apabila dilihat dari asal katanya manajemen berarti
pengurusan, pengendalian, memimpin, membimbing, kepemimpinan,
ketatalaksanan, pembinaan dan ketatapengurusan pengelolaan.
14
Manajemen
adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan
orang-orang yang terorganisir dalam kelompok formil untuk mencapai suatu
tujuan yang dikehendaki.
15

Secara sederhana manajemen berarti pengelolaan atau pentadbiran,
artinya sekecil apa pun potensi yang ada apabila dikelola dengan tepat, akan
dapat terbaca, tergali, tertata dan berkembang secara optimal.
16

Qolbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran
ilahiyah yaitu ruh.
17
Sebagaimana sejak di alam ruh, manusia telah melakukan
kesaksian kebenaran,

14
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran (Jakarta: Amzah,
2007), hlm. 159
15
John D. Millet, Management in the public service (http: www.google.com, diakses 10
Agustus 2009)
16
Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati Step by Step Manajemen Qolbu (Bandung: Khas
MQ, 2006), hlm. xvi
31
) {& 7/ _/ # Jh & ? &
M9& 3n// ( #9$% ?/ $ & #9)? )9# $) $2
# ,#

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi
saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)"
(QS. Al-Araaf: 172)
Qolbu adalah bentuk masdar dari qalaba yang artinya berubah-ubah,
berbolak-balik, tidak konsisten, berganti-ganti. Qolbu merupakan lokus atau
tempat di dalam jiwa manusia yang merupakan titik sentral atau awal segala
awal yang menggerakkan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan
dan keburukan. Qolbu juga merupakan sagfana atau hamparan yang menerima
suara hati (conscience) yang berasal dari ruh dan disebut dengan nurani, yang
menerangi atau memberikan arah pada manusia untuk bertindak dan bersikap
berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimiliki.

17
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) (Jakarta: Gema
Insani,, 2001), hlm. 45
32
Dengan qolbu itulah, Allah memuliakan manusia dari segala makhluk
yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qolbu itu pula manusia merusak
dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan qolbu merupkan titik sentral
kecerdasan dan sekaligus kebodohan ruhaniah bagi manusia. Itulah sebabnya,
Allah menempatkan qolbu sebagai sentral kesadaran manusia sehingga Allah
tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah
memafkan kasalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan oleh hati nurani
manusia.
Allah tidak memandang apa yang tampak, tetapi melihat yang lebih
esensial yaitu qolbu manusia, karena dari sinilah berangkat segala tindakan
yang autentik. Rasulullah bersabda,
Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk wajahmu, tidak
memandang badanmu, melainkan Dia memandang qolbumu
Di dalam qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati
tentang salah-benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus
dipertanggungjawabkannya secara sadar, sehingga kualitas qolbu akan
menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil
Tuhan di muka bumi ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina, bahkan
lebih hina dari binatang yang melata.
Qolbu merupakan awal dari sikap sejati manusia yang paling autentik
yaitu kejujuran, keyakinan dan prinsip-prinsip kebenaran. Perasaan moral
tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tindakan yang berorientasi pada
prestasi (achievemnents orientation) amal saleh. Dengan pemahaman ini,
33
tumbuhlah kecerdasan ruhaniah yang paling awal yaitu kesadaran untuk
bertanggung jawab.
Salah satu fungsi qolbu adalah merasakan dan mengalami, yang
artinya qolbu mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan
dipantulkan kembali ke dunia luar, dan proses ini disebut menghayati. Dalam
proses mengalami dan menghayati itu, manusia sadar akan dirinya dalam
konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, di dalam proses menghayati
manusia sadar akan seluruh tanggungjawab perbuatannya. Pengalaman
bersifat kualitatif physical (badani, nafsiah), sedangkan penghayatan bersifat
kualitatif psychical spiritual (ruhiah).
18

Pada tubuh manusia terdapat tiga rasa yang melekat. Pertama, rasa
indrawi (badaniah) misalnya: pahit, manis dan asin. Kedua, rasa vital
(nafsiyah) misalnya: segar, bugar. Ketiga, rasa qolbiyah misalnya: cinta,
benci, bahagia dan derita, termasuk di dalam rasa qolbiyah ini adalah rasa
yang paling luhur yaitu rasa ruhiyah yang mencakup kearifan dan kebenaran
Ilahiah atau yang dikenal dengan istilah marifah.
19

Qolbu adalah hati nurani atau lubuk hati yang paling dalam, yang
merupakan sarana terpenting yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia.
Hati adalah tempat bersemayamnya niat, yakni yang menentukan nilai
perbuatan seseorang. Niat ini selanjutnya diproses oleh akal pikiran agar bisa

18
Ibid., hlm. 48
19
Ibid..
34
direalisasikan dengan efektif dan efisien oleh jasad kita dalam bentuk amal
perbuatan.
20

Menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud,
Al-qalbu atau hati yang dimaksud dengannya bisa berupa anggota khusus
yang berada dalam tubuh manusia yang menopang aliran darah. Namun,
bukan ini yang kami maksud .... Qalbu dengan makna ini adalah hakikat
manusia. Dialah bagian yang menyerap, menangkap, dan memiliki
pemahaman dalam diri manusia. Dialah yang diberi tugas hukum, yang
akan diperhitungkan, yang akan diberi ganjaran, dan yang akan mendapat
kecaman
21


2. Konsep Manajemen Qolbu
Konsep Manajemen Qolbu (MQ) kali pertama dikembangkan oleh
KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada tahun 1990, untuk kalangan intern
Pesantren Daarut Tauhiid (DT) Bandung. Setelah terbukti ada manfaatnya,
sejak tahun 1998 mulai dikembangkan ke beberapa lembaga di luar
pesantren.
22

Manajemen Qolbu bukanlah hal baru dalam Islam. Konsep ini
hanyalah sebuah format dakwah yang bersumber dari Al-Quran Surat Asy-
Syam: 9-10
% x=& $8. % >%{ $9
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.


20
Abdullah Gymnastiar, loc.cit.
21
Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani (Jakarta: Gema Insani Press, 2000),
hlm. 62
22
Ibid., hlm. xvi
35
dan Al-Hadits Riwayat Muslim:
' - - = ' _ ' - - = ' - - - -- = ' _ `

- ' - ' ` ' - - = ' - - - -

Artinya: Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau
segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, tetapi
bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal
daging itu bernama hati.
Menyimak dari itu dikemaslah dalam bahasa yang lebih aktual yaitu
Manajemen Qolbu, artinya bagaimana mengelola hati supaya potensi
positifnya bisa berkembang maksimal mengiringi kemampuan berpikir dan
bertindak, sehingga sekujur sikapnya menjadi positif dan potensi negatifnya
segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak berbuah menjadi tindakan
yang negatif.
23

Dalam konsep Manajemen Qolbu setiap keinginan, perasaan atau
dorongan apa pun yang keluar dari dalam diri seseorang akan tersaring niatnya
sehingga melahirkan suatu kebaikan dan kemuliaan serta penuh dengan
manfaat, tidak hanya bagi kehidupan dunia tetapi juga untuk kehidupan
akhirat. Dengan pengelolaan hati yang baik, maka seorang juga dapat
merespon segala bentuk aksi atau tindakan dari luar dirinya baik itu positif
maupun negatif secara proporsional.


23
Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. 150
36
Respon yang terkelola dengan sangat baik akan membuat reaksi yang
dikeluarkannya menjadi positif dan jauh dari hal-hal mudharat. Dengan kata
lain, setiap aktifitas lahir dan batinnya telah tersaring sedemikian rupa oleh
proses Manajemen Qolbu. Karena itu, yang muncul hanyalah satu yaitu sikap
yang penuh kemuliaan dengan pertimbangan nurani yang tulus.
Peran hati dalam mengendalikan anggota-anggota badan sebagaimana
peran seorang raja dalam mengendalikan tentara-tentaranya, di mana
semuanya harus atas perintahnya, dan dia menggunkannya sebagaimana dia
kehendaki, maka semua anggota badan itu seharusnya berada di bawah
penghambaan dan kekuasaannya. Dari hatilah anggota-anggoat memperoleh
bekal untuk beerlaku istiqamah atau ragu-ragu. Jadi hati adalah raja bagi
seluruh anggota badan, sedangkan anggota tubuh yang melaksanakan segala
perintah hati dan menerima segala hadiah yang diberikan kepadanya. Segala
amal anggota badan tidak mungkin pernah lurus hingga bersumber dari tujuan
dan niatnya. Hatilah yang bertanggung jawab atas segala tindakan anggota
badan, karena setiap pemimpin harus bertanggung jawab atas seluruh
rakyatnya.
24

Dengan demikian, melalui konsep Manajemen Qolbu seseorang bisa
diarahkan agar menjadi sangat peka dalam mengelola sekecil apa pun potensi
yang ada dalam dirinya menjadi sesuatu yang bernilai kemuliaan serta
memberi manfaat besar, baik bagi dirinya sendiri maupun makhluk Allah

24
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Obat Hati Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi;
Karya dan Pemikirannya, terj., Tajudin. (Jakarta: Darul Haq, 2007), hlm. 211
37
lainnya. Lebih dari itu, dapat memberi kemaslahatan di dunia juga di akhirat
kelak.
25

3. Pembagian Hati
a. Hati yang sehat
Hati yang sehat yaitu hati yang bersih yang seorang pun tidak akan
bisa selamat pada hari kiamat kecuali jika dia datang kepada Allah dengan
hati yang bersih. Sebagaimana firman Allah,
$ / ) A& !# 5==)/ 5=
Artinya: (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih.
(QS. Asy-Syuara: 88-89)
Disebut qalbun salim (hati yang bersih, sehat) karena sifat bersih dan sehat
telah menyatu dengan hati, sebagaiman kata Al-Alim, Al-Qadir (Yang
Maha Mengetahui, Maha kuasa) dan merupakan lawan dari sakit dan aib.
Qalbun salim yaitu hati yang bersih yang selamat dari berbagai
syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Allah, hati yang selamat
dari menjadikan sekutu untuk Allah dengan alasan apapun. Hati yang
mengikhlaskan penghambaan dan ibadah kepada Allah semata, baik dalam
kehendak, cinta, tawakal, inabah (kembali), merendahkan diri, khasyyah

25
Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati Step by Step Manajemen Qolbu (Bandung: Khas
MQ, 2006), hlm. xvi-xviii
38
(takut), raja (pengharapan) dan hati yang mengikhlaskan amalnya untuk
Allah.
26

Kesehatan ruhani dalam pandangan Islam adalah selamatnya qolbu
(hati nurani) dari penyakit-penyakit ruhani, karena telah hadirnya cahaya
hidayah atau petunjuk Ilahiah di dalamnya. Cahaya itu mengandung energi
dan power Ilahiah yang senantiasa mendorong dan eksistensi diri selalu
tetap dalam keyakinan dan persaksian tauhid yakni tiada sesembahan
malainkan Maha Zat yang bernama Allah. Dalam bahasa orang agama,
orang yang memiliki kesehatan ruhani yang baik dan benar lebih masyhur
disebut orang yang hidup dan meraih kehidupan dalam keimanan dan
ketakwaan.
27

Seseorang yang memiliki hati sehat, tidak ubahnya seperti
seseorang yang memiliki tubuh sehat yang akan bugar dan berfungsi
optimal dan juga akan mampu mamilih dan memilah setiap rencana atau
suatu tindakan. Dengan begitu, setiap yang akan diperbuat benar-benar
sudah melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang
bersih.
28





26
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Manajemen Qalbu Melumpuhkan Senjata Syetan; Karya
dan Pemikirannya, terj., Ainul Haris Umar Arifin. (Jakarta: Darul Falah, 2005 ), hlm. 1-2
27
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligence (Yogyakarta: Islamika, 2005),
hlm. 6
28
Abdullah Gymnastiar, Inilah Indahnya Islam dengan Manajemen Qolbu (Bandung:
Khas MQ, 2005), hlm. 11
39
b. Hati yang mati
Hati yang mati yaitu hati yang tidak mengetahui Tuhannya, tidak
menyembah-Nya sesuai dengan perintah yang dicintai dan diridhai-Nya.
Hati yang selalu menuruti keinginan nafsu dan kelezatan dirinya,
meskipun begitu, tidak mempedulikan akan dimurkai dan dibenci Allah
asalkan mendapat bagian dan keinginannya. Hati yang mati tidak
menerima dan taat pada kebenaran.
Hawa nafsu membuat hati tuli dan buta selain dari kebatilan, hati
yang mati tidak mempedulikan orang yang memberi nasehat, sebaliknya
mengikuti setiap langkah dan keinginan syetan. Maka membaur dengan
orang yang hatinya mati adalah penyakit, bergaul dengan orang yang
hatinya mati adalah racun dan menemani orang yang hatinya mati adalah
kehancuran.
29

c. Hati yang sakit
Hati yang sakit yaitu hati yang hidup tetapi cacat, memiliki dua
materi yang saling tarik menarik. Ketika hati memenangkan pertarungan
maka di dalamnya terdapat kecintaan kepada Allah, keimanan, keikhlasan
dan tawakal kepada-Nya, itulah materi kehidupan. Di dalam hati itu juga
terdapat kecintaan kepada nafsu, keinginan dan usaha keras untuk
mendapatkannya, dengki, takabur, bangga diri, kecintaan kekuasaa dan
membuat kerusakan di bumi, itulah materi yang menghancurkan dan
membinasakan.

29
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ibid., hlm. 3
40
Hati yang sakit diuji oleh dua penyeru, yang satu menyeru kepada
Allah dan Rasul-Nya serta hari kiamat, sedang yang lain menyeru kepada
kenikmatan sesaat. Hati yang sakit akan memenuhi salah satu di antara
yang paling dekat pada keselamatan dan bisa pula lebih dekat pada
kehancuran. Hati yang sakit jika penyakitnya sedang kambuh maka
hatinya menjadi keras dan mati, dan jika mengalahkan penyakit hatinya
maka hati menjadi sehat dan selamat.
30

Sakit ruhani yaitu kotor dan najis qolbu, karena telah dipenuhi oleh
virus-virus ruhani seperti syirik (menyekutukan Alla), kufur (mendustakan
Alla), nifaq (bermuka dua di hadapan Allah) dan fasik (menganggap
enteng Allah). Indikasi sakit ruhani itu akan terlihat pada perilaku tindakan
dan aktivitas kehidupan yang menyimpang atau keluar dari bimbingan dan
pimpinan agama, ketuhanan, Al-Quran dan ketauladanan Rasul-Nya
seperti dengki, dendam, dusta, korupsi, zina dan fitnah.
31

4. Qolbu Pusat Kecerdasan Ruhani
Kecerdasan ruhaniah ialah kemampuan seseorang untuk
mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam
cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati
dan beradaptasi. Untuk itu, kecerdasan ruhaniah sangat ditentukan oleh upaya
untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qolbu (tazkiyah, tarbiyatul
qullub) sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya

30
Ibid., hlm. 4-5
31
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, op.cit., hlm. 7
41
mengambil keputusan. Qolbu harus senantiasa berada pada posisi menerima
curahan cahaya ruh yang bermuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi.
32

Rasa ruhaniah merupakan rasa yang paling fitrah, sebuah potensi yang
secara hakiki ditiupkan ke dalam tubuh manusia ruh kebenaran, yang selalu
mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi bertuhan.
Nilai kehidupan yang hakiki tidak lain berada pada nilai yang sangat luhur
tersebut, apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk
mendengarkan kebenaran atau menjadi orang yang hina karena seluruh
potensinya telah terkubur dalam kegelapan.
O 1 m ( _ 39 9# /{# {# 4
W=% $ 6@

Artinya: Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
(QS. As-Sajdah: 9)
Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali
kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan, yaitu sebagai
berikut:
a. Kecerdasan ruhaniah (spiritual intelligence) yaitu kemampuan
seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa
moral dalam carannya menempatkan diri dalam pergaulan.

32
Toto Tasmara, op.cit., hlm. 47
42
b. Kecerdasan intelektual yaitu kemampuan seseorang dalam
memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa dan
matematika (logical mathematical intelligence).
c. Kecerdasan emosional (emotional intelligence) yaitu kemampuan
seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya
untuk memahami irama, nada, musik serta nilai-nilai estetika.
d. Kecerdasan sosial yaitu kemampuan seseorang dalam menjalin
hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok. Dalam
kecerdasan ini termasuk pula interpersonal, intrapersonal skill dan
kemampuan berkomunikasi (linguistic intelligence).
e. Kecerdasan fisik (bodily-kinesthetic intelligence) yaitu kemampuan
seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyarat
tubuhnya.
33

Seluruh kecerdasan tersebut, harus berdiri di atas kecerdasan ruhaniah
sehingga potensi yang dimilikinya menghantarkan diri kepada kemuliaan
akhlak. Empat kecerdasan yang dikendalikan oleh hati nurani akan
memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan dan perdamaian manusia.
Dengan demikian, di dalam qolbu selain memiliki fungsi indrawi, di dalamnya
ada ruhani yaitu moral dan nilai-nilai etika, artinya hati yang menentukan
tentang rasa bersalah, baik-buruk, serta mengambil keputusan berdasarkan
tanggung jawab moralnya tersebut.

33
Ibid., hlm. 49
43
Penilaian akhir dari sebuah perbuatan sangat ditentukan oleh fungsi
qolbu. Kecerdasan ruhani tidak hanya mampu mengetahui nilai-nilai, tata
susila dan adat istiadat saja, malainkan kesetiaannya pada suara hati yang
paling sejati dari lubuk hatinya sendiri. Apabila ukurannya hanya etika tata
susila, seorang koruptor pun mampu menunjukkan sikap yang sopan dan
manis tutur katanya, mamikat dan simpatik. Seorang koruptor tidak ada
kekuatan spiritual lemah dan bodoh qolbu, sehingga seluruh kecerdasannya
terlepas dari bisikan nuraninya yang memenuhi qolbunya. Tindakannya
terlepas dari nilai hanifiyah yaitu kecerdasannya kepada kebenaran.


Gambar 2.1 Pembagian kecerdasan
Kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang paling sejati tentang
kearifan dan kebenaran serta pengetahuan Ilahi. Kecerdasan ini membutuhkan
rasa cinta yang sangat mendalam terhadap kebenaran, sehingga seluruh
Kecerdasan
Emosional




Qalbu
Kecerdasan
Ruhani
Kecerdasan
Physical
Kecerdasan
Intelektual
Kecerdasan
Sosial
44
tindakannya akan dibimbing oleh ilmu Ilahiah yang mengantarkannya kepada
marifatullah. Sedangkan, kecerdasan lainnya lebih bersifat pada kemampuan
untuk mengolah segala hal yang berkaitan dengan bentuk lahiriah (duniawi).
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa setiap niat yang terlepas dari nilai-nilai
kebenaran Ilahiah merupakan kecerdasan duniawi dan fana (temporer),
sedangkan kecerdasan ruhaniah qalbiah bersifat autentik, universal dan abadi.
Manusia adalah makhluk yang sangat kreatif, penuh dengan daya
imajinasi. Apabila potensi yang dimilikinya itu terlepas dari cahaya Ilahi,
maka masuklah ke dalam qolbu kekuasaan syetan sehingga seluruh
kreativitasnya, imajinasinya dapat menyesatkan pandangan lahir manusia
lainnya. Qolbu marupakan padang pertempuran yang paling dahsyat di mana
kebenaran akan selalu bertempur dengan kebatilan, cahaya berhadapan dengan
kegelapan.
Sesuai dengan hakikatnya yang sering berbolak-balik dan tidak
konsisten, maka di dalam hati manusia terdapat pertemputan abadi (jihadun
nafs), dan setiap pribadi yang beriman dan bertaqwa wajib memenangkannya.
Potensi kecerdasan ruhaniah akan terus cemerlang selama kita mau
mengasahnya dengan kewaspadaan yang penuh, tentunya dibutuhkan
pembebasan diri dari segala belenggu nafsu yang selalu ingin menyimpangkan
qolbu dari cahaya Ilahi agar qolbu menampakkan wajah Ilahi yang
sebenarnya.
34



34
Ibid., hlm. 53
45
5. Al-Quran sebagai Obat dan Penawar Hati dari Berbagai Penyakit
Al-Quran adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui malaikat Jibril As secara bertahap selama lebih
kurang 23 tahun. Isi dari Al-Quran terdiri dari dua permasalahan utama, yaitu
persoalan ketuhanan dengan seluk-beluknya dan persoalan kealaman atau
kemakhlukan dengan seluk-beluknya. Dengan harapan manusia dapat
berpedoman pada Al-Quran dengan utuh dan sempurna, tanpa ada keraguan
sedikit pun akan kebenaran dan kemukjizatannya.
Melalui Al-Quran manusia akan dapat menemukan hakikat
kebahagiaannya yang hakiki di dunia hingga akhirat. Melalui Al-Quran
manusia dapat membangun dan mengembangkan manajemen interaktif antara
diri dengan Tuhannya dan antara diri dengan lingkungannya. Al-Quran
sebagai kalam Allah Yang Maha Suci dan Maha Benar memiliki fungsi dan
tujuan yang sangat agung dan mulia bagi kepentingan dan kebutuhan manusia.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran itu sendiri, bahwa
kalam Allah itu mempunyai beberapa fungsi dan tujuan utama. Diantara
fungsi-fungsinya adalah sebagai penyembuh atau obat, dengan mempelajari,
memahami dan mengamalkan Al-Quran dengan baik dan benar, manusia
akan menjadi sehat secara mental, spiritual, moral, sosial dan fisik. Karena,
pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Quran aka selalu membimbing
siapa saja yang beriman, percaya, yakin dan mengenal Allah Swt.
35


35
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, op.cit., hlm. 139
46
Dengan mengamal Al-Quran akan menjadikan ruhani sehat serta
muncul dalam diri rasa takut dan patuh kepada-Nya. Mental dan jiwa pun akan
selalu bergerak dalam moral atau akhlak ketuhanan, sehingga fisik dan
lingkungan hidup dan kehidupan turut merasakan aura kesehatan dan
kesejahteraan itu. Fungsi Al-Quran juga sebagai rahmat bagi orang-orang
yang beriman artinya, dengan mempelajari, memahami dan mengamalkannya
dengan baik, benar, penuh keimanan dan keyakinan, maka rahmat Allah akan
datang menghiasi diri dan kehidupan. Kasih, sayang dan cinta-Nya akan
menghiasi hidup dan kehidupan diri baik dalam kehidupan vertikal maupun
horizontal.
Inti dari tujuan Al-Quran adalah mendidik dan mengarahkan manusia
kepada hidup dan kehidupan yang baik, benar dan menyelamatkan secara
mental, spiritual, moral, fisik, sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.
Jika tujuan minimal ini dapat tercapai, maka tujuan kerahmatan bagi seluruh
alam semesta akan terwujud pula adanya.
36

Inbu Qayyum Al Jauziyah menjelaskan,
.... Al-Quran seluruhnya merupakan terapi bagi setiap penyakit khususnya
penyakit hati. Ia merupakan terapi bagi setiap penyakit-penyakit hati dari
kebodohan, keraguan, kebimbangan dan lain-lain. Allah Swt sama sekali
tidak pernah menurunkan terapi lain dari langit yang lebih umum, lebih
bermanfaat, lebih agung dan lebih mujarab dalam menghilangkan penyakit
dari terapi Al-Quran
37







36
Ibid., hlm. 142
37
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Obat Hati Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi;
Karya dan Pemikirannya, terj., Tajudin. (Jakarta: Darul Haq, 2007), hlm.234
47
B. Pensucian Jiwa (Tazkiyah An-Nafs) dalam Tasawuf
1. Pengertian An-Nafs Menurut Bahasa
Salah satu misteri yang tersimpan dalam diri manusia adalah Nafs
yang lebih sering diucapkan sebagai nafsu. Penggunaan kata ini sangat
beragam, sehingga menimbulkan interpretasi yang beragam pula. Terkadang
dihubungkan dengan makan dan minum, kadangkala dengan emosi dan paling
sering dikaitkan dengan seksualitas. Dalam bahasa harian, nafsu kerap
diartikan sebagai tenaga atau daya yang ada pada setiap diri orang.
38

Sebagai daya maka ia tidak terlihat namun dapat dirasakan
kehadirannya, terutama katika seseorang berkeinginan untuk berbuat sesuatu
yang dianggap dapat memuaskan keinginannya. Nafsu itu bersifat ego
sentries, bersifat bagi kesenangan dan kepuasan sendiri, baik kepuasan
badaniyah maupun kepuasan rohaniyah. Biasanya sikap dan tindakan
bernafsu mengacu kepada perbuatan yang jelek, walupun tidak selalu.
Sebab, adalah suatu hal yang lazim suatu tindakan yang mengandung nafsu
apalagi bernafsu biasanya cenderung merugikan diri sendiri.
Namun demikian, bagaimanapun nafsu itu adalah salah satu ciri
manusia yang manusiawi, sehingga menjadi bagian dari manusia. Jika ada
orang kurang nafsu, maka orang itu dinyatakan ada kelemahannya bahkan
dapat disebut sebagai tidak normal. nafsu ini pula yang menjadi mesin
penggerak kemajuan dunia, bahakan karena manusia bernafsu itulah ia

38
A. Rivay Siregar. Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 229
48
diberi kehormatan sebagai khalifah Tuhan di bumi, bukan malaikat yang
diberi tugas itu, kerena malaikat tidak bernafsu.
Dalam hal ini Sigmund Freud mengatakan, peradaban akan
berkembang hanya apabila prinsip realita dapat mengalahkan prinsip
kesenangan. Oleh karena itu, setiap orang harus mampu mengendalikan diri,
dan inilah katanya salah satu fungsi kebudayaan. Menurut Freud, manusia
pada dasarnya dikendalikan oleh nalurinya yang bertujuan untuk mencapai
kepuasan. Apabila naluri-naluri ini tidak dikendalikan, dampaknya akan
bersifat anti sosial, anarkis, serakah dan kejam. Akan tetapi, kenyataannya
menunjukkan bahwa manusia tidak bisa sepenuhnya menguasai apabila
mematikan nalurinya terhadap kesenangan. Akibatnya manusia akan dihadapi
pada pilihan antara hasrat untuk melepas bebaskan nafsu (pleasure
principle) dan kenyataannya bahwa tanpa pengendalian nafsu, maka
manusia akan jatuh menjadi bersifat destruktif (realita principle). Inilah yang
disebut ketenangan abadi dalam diri manusia.
39

2. An-Nafs dalam Al-Quran
Dalam Al-Quran kata nafsu nampaknya berasal dari nafs yang
kata jamaknya anfus dan nufus yang diartikan sebagai jiwa, diri, pribadi,
hidup, pikiran atau hati yang dalam bahasa Inggris disebut soul, Psyche dan
nous. Apabila secara khusus dibaca Surat Yusuf ayat 53 kata Nafs
kelihatannya bermakna ganda, yakni cenderung untuk berbuat jahat (nafsu

39
Ibid., hlm. 230
49
ammarah) tetapi juga bisa berbuat kebaikan (nafsu al-marhamah), nafsu
yang diberi rahmat yakni kepribadian yang didominasi sifat kasih sayang.
40

Selain kata nafsu dalam Al-Quran juga ditemukan istilah hawa atau
ahwa yang pengertiannya sama dengan nafsu, kecenderungan diri atau
hasrat manusia untuk bersifat tertentu, kecenderungan untuk berbuat sesuatu
Al-Ahwal muncul ketika orang ingin keluar dari jalur kebenaran, dan
bahkan banyak manusia yang menempatkan hawa pada posisi yang tinggi.
Dalam posisi yang demikian, hawa atau nafsu berfungsi sebagai pengarah
dan sekaligus menjadu tujuan hidup seseorang, yang disebut Al-Quran
mempertuhankan ahwa.
41
Al-Quran menegaskan secara tuntas, bahwa
hawa yang juga disebut sebagai keinginan yang rendah, yang ditempatkan
sebagai acuan sikap dan perbuatan, maka orang seperti itu dipersamakan
dengan binatang, bahkan lebih rendah dari binatang.
42
Sebab, binatang yang
normal memang bersemboyan hidup untuk memuaskan nafsu.
Dari penegasan Al-Quran ini dapat dicatat bahwa nafsu itu adalah
hasrat dan keinginan rendah, yakni naluri yang bersifat biologis, hasrat yang
cenderung kepada pemenuhan kesenangan badani yang dalam sufisme disebut
nafs al hayawaniyah. Orang yang kualitas dirinya seperti ini dinyatakan Al-
Quran sebagai orang yang telah tertutup hati nuraninya karena tidak tergetar
lagi oleh peringatan atau teguran dari luar dan dari dalam dirinya. Sebaliknya,
orang yang dapat menguasai dan mengendalikan hawa-nafsu-nya maka

40
Ibid., hlm. 231
41
Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: CV. Penerbit J-Art, 2004), Surat Al-Furqan
ayat 43, hlm. 360
42
Ibid., ayat 44
50
orang seperti itu akan cenderung kepada kebaikan dan bahkan berkeinginan
untuk menjadi insan muttaqin.
43

Menurut Al-Quran pada tahap peradaban manusia yang paling rendah
(sederhana), kehidupannya dikuasai oleh nafs al ammarah. Dorongan ini
bekerja secara tidak rasional, impulsive, mendorong ekspresi seseorang tanpa
mempedulikan hal-hal yang bersifat moral, agama dan akibat-akibat sosial
lainnya. Apabila dilihat dari aspek naluriah, manusia seperti ini sama dengan
hewan yang mengutamakan instinknya.
Berdasarkan isarat-isarat Al-Quran ini, kelihatannya kata nafsu
harus dibedakan kepada dua pengertian dasar, yaitu hawa nafsu sebagai
dorongan hasrat yang rendah yang digerakkan oleh naluri hayawaniyah, dan
juga bersifat yangbaik. Kesimpulan ini dapat dilihat dalam banyak ayat Al-
Quran yang menunjukkan pengertian jiwa yakni jiwa yang memiliki
jasmani, bahwa yang diusahakannya akan mempengaruhi jiwa orang
tersebut.
44
Kata nafs dalam pengertian jiwa yang tenang dan sangat
popular dikalanga sufi, karena kualitas jiwa yang seperti itulah yang menjadi
dambaan dalam dunia sufisme. Sebab, nafs al muthmainnah adalah tingkat
perkembangan jiwa yang paling tinggi dan kearah inilah sebenarnya apa yang
ingin dicapai dari proses pensucian kejiwaan, yang disebut sebagai Tazkiyah
an-Nafs.



43
Ibid., Surat. Muhammad ayat 16-17, hlm. 509
44
Ibid., Surat. Al-Mudatsir ayat 38, hlm. 577
51
3. An-Nafs dalam Tasawuf
Manusia diciptakan dalam suatu proses, baik badaninya maupun
rohaniahnya. Oleh karena itu, disamping pertumbuhan badani yang
berlangsung secara alamiyah, manusia juga mengembangkan dan membangun
diri pribadinya sesuai dengan fitrah kejadiannya. Perlunya penyempurnaan diri
pribadi bagi setiap orang yaitu di mana manusia berupaya mengadakan
peningkatan kualitas dirinya, yang menurut Al-Quran adalah menjadi
tanggung jawab masing-masing orang. Peletakan tanggung jawab pada
manusia dalam proses penyempurnaan nafs itu, ada dalam pilihan jalan
hidupnya, apakah memilih jalan kebaikan ataukah jalan kejahatan.
Esensi dari Tazkiyah An-Nafs dalam pandangan tasawuf adalah
pembinaan dan pengembangan akhlak al-karimah dalam diri manusia. Hal ini
bearti, bahwa akhlak adalah kualitas moral yang khas manusia dan merupakan
esensi kemanusiaan itu sendiri, sehingga ia disebut sebagai makhluk yang
paling sempurna kejadiannya. Tanpa akhlak manusia akan kehilangan
atributnya yang terbaik, bahkan bisa merosot menjadi makhluk yang paling
rendah mertabatnya, sehingga ia hidup tanpa atribut kemanusiaannya.
45

Dari sisi ini tasawuf melihat, bahwa perkembangan kualitas moral
manusia bukanlah sesuatu yang akan berjalan dengan sendirinya, tetapi ia
akan tumbuh subur atau layu dalam dinamika kehidupan kesadaran moral
manusia. Kesadaran moral adalah semacam kepahaman dan keinsafan
manusia tentang nilai, nilai yang baik dan yang buruk, tentang hak dan

45
A. Rivay Siregar, op,cit., hlm. 236
52
kewajiban. Oleh karena itu, kesadaran moral pada hakikatnya adalah
perwujudan dari kemampuan maknawi manusia yang bersifat intelektual dan
spiritual.
Dalam kehidupan paktis, kesadaran moral menampakkan diri dalam
wujud hati nurani, yang dalam Al-Quran disebut sebagai nafs al-lawwamah,
suatu potensi kesadaran moral manusia. Dilihat dari segi bahasa kata
lawwamah merupakan bentuk penekanan dari laima yang berarti
menyesali diri. Oleh karena itu, nafs al-lawwamah bukan hanya sekedar
kesadaran moral yang dirinya bisa memahami dan menghayati tentang
kebaikan dan kekurangan, mengerti apa yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya, tetapi juga bisa dianggap sebagai hati nurani yakni daya batin
manusia yang dapat mencegah dan menyesali perilakunya yang tidak baik.
Nafs al-lauwwamah atau ego berperan sebagai mediator dan
pengendali konflik antara nafs al-lauwwamah dan nilai-nilai luhur sehingga
dapat disebut sebagai sentran manajemen, pengendalian konflik dan krisis.
Dengan demikian esensi ibadah dalam Islam adalah sebagai proses
peningkatan kualitas jiwa, adalah rasional. Peningkatan kualitas jiwa ini
berjalan secara gradual dari tahap ammarah (instink) ketahap lawwamah
(ego) dan menaik ke muthmainnah (super ego).
Berdasarkan telaah esoteris sufisme tentang an-nafs maka dalam
pandangan tasawuf an-nafs juga dimaknai sebagai kelembutan (latifah)
yang bersifat ke-Tuhan-an, karena ia terdiri dari non materi yang berasal dari
Allah. Sebagai latifah, sesungguhnya an-nafs adalah ruh yang merupakan
53
wujudnya yang asli sebelum bergabung dengan jasmani manusia. Artinya,
menurut pandangan tasawuf an-nafs dan ruh adalah serupa tapi tidak
sama. Ruh ibarat lilin dalam kamar, cahayanya memancarkan sinar kehidupan
bagi sekujur badan. Ruh adalah sebagai faktor pemberi hidup bagi tubuh dan
penggerak bagi berbagai perasaan dan daya inderawi tubuh manusia.
46

Ruh yang semula berupa substansi yang non individual setelah
ditiupkan ke dalam tubuh yang sudah siap sawwa menampung daya baru,
maka daya-daya yang telah berintegrasi itu disebut an-nafs yang bersifat
individual. Ruh yang bersifat non individual itu, berkedudukan sebagai kutub
aktif dari wujud being yang dalam dunia filsafat disebut intellect atau al
aql. Unsur inilah yang merupakan faktor pembeda antara manusia dengan
hewan. Ruh yang bersifat Rabbani memiliki hubungan interaksi timbal balik
dengan tubuh dan dengan daya-daya lainnya seperti hati (qalb), jiwa (nafs),
inteligensia (aql), hawa nafsu (ahwa) dan daya inderawi lainnya. Dengan
demikian, menurut analisis tasawuf terlihat bahwa an-nafs atau jiwa adalah
perkembangan dari ruh setelah mempribadi dalam proses perkembangannya.
Menurut psiko-analis tasawuf yang diawali al-Gazali, secara anatomis
jiwa atau an-nafs dibedakan kepada tujuh lapisan, yang bisa disebut dalam
tradisi tarekat sebagai lathifah tujuh. Selanjutnya menurut pandangan ini
an-nafs muthmainnah belum merupakan kualitas tertinggi dari jiwa, tetapi
masih ada tiga lapisan lagi di atasnya. Berdasarkan pendapat ini, maka formasi
dari lathifah an-nafs adalah sebagai berikut:

46
Ibid., Surat As- Sajdah ayat 7-9, hlm. 416
54
a. An-Nafs Al-Ammarah, impeling self, ID jiwa rendah
b. An-Nafs Al-Lawwamah, critical self, ego, jiwa kritis
c. An-Nafs Al-Mulhimmah, inspired self, jiwa yang sadar
d. An-Nafs Al-Muthmainnah, serene self, seper ego, tawazun, harmonis,
stabil dan tenang
e. An-Nafs ar-radhian, pleased self, tanpa pamrih, ikhlas dan rela,
qanaah, puas
f. An-Nafs al-mardiah, blessing self, jiwa yang direstui, selalu mencari
ridha Allah
g. An-Nafs al-kamilah, perfection self jiwa paripurna
47

Apabila ditelaah lebih lanjut, tiga lapisan sesudah an-nafs
muthmainnah itu adalah semacam spesipikasi dari fungsi dan kedudukan an-
nafs muthmainnah. Dilihat dari sisi yang berbeda an-nafs muthmainnah
adalah jiwa yang cenderung berbuat tanpa pamrih, ikhlas dan merasa puas.
Jika diteliti dari sisi penilaian Tuhan, maka an-nafs muthmainnah adalah
jiwa yang mendapat restu dari-Nya, karena selalu condong mengikuti petunjuk
guna meraih ridha Allah. Apabila dihitung berdasarkan jarak perjalanan maka
sudah tiba di ujung jalan yaitu kesucian jiwa.
Dari serangkaian uraian ini, apa yang dimaksud dengan an-nafs
dalam tasawuf kelihatannya adalah jati diri manusia itu sendiri, yakni daya-
daya yang memiliki khas manusiawi yang berasal dari alam Ilahiyat dan alam

47
A. Rivay Siregar, op.cit., hlm. 241
55
kainat. Kemasan dari keseluruhan daya-daya itu mewujud dalam bentuk
individu disebut an-nafs atau jiwa.
4. Metode Tazkiyah An-Nafs
Menurut bahasa al-zakah berarti tumbuh dan bertambah. Sesuatu
dukatakan tumbuh apabila berkembang lebih baik. Supaya dapat tumbuh,
berkembang dan sempurna hati membutuhkan perawatan. Seperti halnya tubuh
yang perlu dipelihara dengan memberi gizi yang cukup juga dijauhkan dari
segala yang merusak. Maka hati juga demikian, hati tidak akan tumbuh
berkembang dan menjadi semakin baik kecuali jika diberi sesuatu yang
bermanfaat dan dijauhkan dari segala yang merusak.
48

Meninggalkan perbuatan keji (fawahisy) dapat menjadikan hati bersih.
Begitu pula menjauhkan diri dari maksiat. Sebab, kedudukan maksiat seperti
cairan kotor dalam tubuh. Hati juga demikian, apabila hati bertobat atas dosa-
dosa yang diperbuat yaitu dengan membersihkan bercampurnya amal saleh
dengan kemaksiatan yang ada di dalamnya, maka kekuatan hati akan kembali
pulih. Keinginan untuk beramal saleh akan bangkit dan selanjutnya hati akan
terbebas dari hal-hal buruk yang menggerogotinya. Allah berfirman,
% x=& $8. % >%{ $9

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(QS. Asy-Syam:9-10)

48
Ibn Taymiyyah, Terapi Penyakit Hati, terj., Mohammad Rois dan Luqman Junaidi
(Jakarta: PT. SUN 2006), hlm. 23
56
Al-Tazkiyah berarti membersihkan atau mensucikan sesuatu, baik zat
maupun keyakinannya. Jadi, pensucian hati ditandai dengan tumbuh
berkembangnya. Meskipun asal tazkiyah (pensucian) adalah tumbuh dan
semakin baik, tetapi semua itu baru dapat tercapai dengan menghilangkan
keburukan.
Manusia dilengkapi oleh Allah dua hal pokok, yaitu jasmani dan
rohani. Dua hal ini memiliki keperluan masing-masing, jasmani membutuhkan
makan, minum, pelampiasan syahwat, keindahan, pakaian, perhiasan-
perhiasan dan kemasyhuran dan rohani membutuhkan kedamaian,
ketenteraman, kasih-sayang dan cinta.
Para sufi menegaskan bahwa hakekat sesungguhnya manusia adalah
rohaninya, rohani adalah muara segala kebajikan. Kebahagiaan badani sangat
tergantung pada kebahagiaan rohani. Sedang, kebahagiaan rohani tidak terikat
pada wujud luar jasmani manusia. Sebagai inti hidup, rohani harus
ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Semakin tinggi rohani diletakkan,
kedudukan manusia akan semakin agung. Jika rohani berada pada tempat
rendah, hina pulalah hidup manusia. Fitrah rohani adalah kemuliaan, jasmani
pada kerendahan. Badan yang tidak memiliki rohani tinggi, akan selalu
menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rendah hewani. Rohani hendaknya
dibebaskan dari ikatan keinginan hewani, yaitu kecintaan pada pemenuhan
syahwat dan keduniaan.

57
Hati manusia yang terpenuhi dengan cinta pada dunia, akan melahirkan
kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung. Hati adalah cerminan ruh.
Kebutuhan ruh akan cinta bukan untuk dipenuhi dengan kesibukan pada dunia.
Dalam rangkaian metode pembersihan hati, para sufi menetapkan dengan tiga
tahap yaitu:
a. Takhalli
Dalam proses pensucian jiwa, secara psikologis ada dua macam
ketidaksadaran, yang pertama berasal dari qalb dan yang kedua bersumber
dari hawa nafsu atau nafsu ammarah. Ketidaksadaran dalam hati manusia,
menurut sufisme adalah cerminan Ilahi yang didalamnya termuat rahmat.
Cermin tersebut harus terus dibersihkan dari godaan alamiyah dan dunia
materi, sehingga benar-benar bersih dan dapat memancarkan cahaya
kebenaran. Sedangkan yang berasal dari nafs al-ammarah yang berisi
segala macam naluri agresifitas dan destruktifitas manusia, harus
ditransformasikan menjadi nafs al-lawwamah yang pada gilirannya
meningkat menjadi nafs muthmainnah. Proses transformasi nafs yang
rendah ke tingkat yang lebih tinggi inilah yang disebut takhalli. Langkah
awal yang harus dilakukan adalah mengosongkan diri atau membebaskan
diri dari rasa ketergantungan terhadap kenikmatan materi dan keasikan
kehidupan duniawi, yang disebut sebagai zuhud duniawi. Untuk dapat
tercipta sikap zuhud, menurut sufisme adalah dengan cara menekan dan
bila mungkin mengunci mati nafs al-ammarah. Sebab, nafs al-ammarah
adalah sumber dari ketidakbaikan, merupakan daya pendorong kerusakan,
58
sehingga menjadi penghalang utama bagi kedekatan (taqarrub) dengan
Allah.
49
Para ulama dan orang-orang bijak telah bersepakat bahwa tidak
ada jalan menuju kebahagiaan di akhirat kecuali dengan cara menghalangi
jiwa dari hawa nafsu.
50

Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah, karena bukan
hakekat tujuan manusia. Manakala manusia meninggalkan dunia ini, harta
akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk pada dunia pada saat
ditinggalkannya, akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan
penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut
para saleh sufi, seorang manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya
dari kecintaan pada dunia.
51

Menguasai dan mengendalikan hawa nafsu bukanlah pekerjaan
yang mudah. Oleh karena itu, perlu didukung oleh berbagai sikap mental
yang disebut sebagai al-maqomat seperti: al-faqr, al-shabr, al-wara, al-
ridha dan lain-lain. Al-faqr adalah satu sikap yang paling mendukung
dalam upaya mengendalikan hawa nafsu, karena dendan sikap ini orang
akan merasa tidak memiliki harta kekayaan. Artinya, walaupun memiliki
sesuatu yang bersifat benda tetapi dianggapnya sebagai titipan dari Allah,
bukan sebagai alat kenikmatan atau alat pemuas hawa nafsu yang
cenderung merusak. Untuk itu manusia harus memiliki kekuatan dan
kemantapan batin (al-shabr) dalam menapaki hidup dan kehidupan,

49
A. Rivay Siregar, op,cit., hlm. 242-243
50
Al Ghazali, Ihya Ulumuddin Pensucian Jiwa, terj., Muhammad Ereska (Depok:
Iqra Kurnia Gemilang, 2005), hlm. 105
51
Nur Muhammad, Antara Makhluk dan Sang Khaliq (http:www.yahoo.com, diakses 10
Agustus 2009)
59
manusia juga harus bersifat hati-hati (al-wara) dalam menjalani hidup dan
kehidupan duniawi dalam memanfaatkan karunia Allah dan rela menerima
segala resiko dan kemungkinan cobaan dari pilihannya itu (al-ridha).
b. Tahalli
Tahap berikutnya adalah pengisian kembali jiwa yang bersih itu
dengan saifat-sifat terpuji. Salah satu cara yang paling disukai para sufi
dalam rangga tahalli ini adalah melalui dzikir. Dzikir adalah gerbang
utama menuju perjumpaan dengan Allah. Teknik pelaksanaan dzikir itu
bervariasi sesuai dengan aliran sufisme dan lafaznya ada yang terikat
(muqaiyyad) pada waktu dan tempat tertentu, tetapi ada yang bebas
(muthlak) dari waktu dan tempat. Menurut Athaillah, dzikir dapat
dibedakan kepada tiga macam yaitu:
1) Dzikir lisan atau dzikir jali, yaitu yang diucapkan secara lisan dan
terdengar dengan jelas sesuai dengan lafaz yang disukai seperti
naf-isbat, atau tahlil tasbih, tahmid dan lain-lain
2) Dzikir qalbi atau dzikir khafi, yaitu yang dilakukan dalam hati saja,
tanpa lisan dan tanpa suara
3) Dzikir haqiqi, yaitu dzikir yang dilakukan oleh seluruh jiwa dan
raga, dzikir yang disatukan melalui segenap ekspresi manusia
sehingga seluruhnya terpusat hanya kepada Allah semata.
52



52
A. Rivay Siregar, op.cit., hlm. 146
60
Dikatakan bahwa berdzikir dengan lidah mendatangkan banyak
kebaikan (khairat), sedangkan berdzikir dengan hati mendapatkan
kedekatan dengan Allah dengan darajat yang tinggi. Ayat yang sering
digunakan oleh para sufi yaitu Q.S. Al-Ahzab ayat 41, menegaskan bahwa
perintah berdzikir itu termakna perintah mencintai Allah. Dengan
demikian berdzikir dalam pemahamn kaum sufi adalah cintailah Allah
setulus-tulusnya dan sebanyak-banyaknya.
53

Apabila dikaitkan dengan orang yang bedzikir, maka dzikir
dibedakan kepada tiga kualitas, yaitu:
1) Dzikir mubtadi, dzikir pemula atau yang baru mulai berlatih.
Secara teknis pelaksanaannya adalah pada saat pengucapan lafadz
dzikir secara lisan, maka hati mengiringinya (membaca dalam hati)
dengan kalimat la mabud illallah
2) Dzikir mutawassith, dzikir tingkat menengah, yakni dzikir lisan
dengan iringan dzikir qalb dengan bacaan la maksud illallah,
artinya tiada yang ku cari kecuali Allah semata
3) Dzikir Muntah, dzikir pemuncak yaitu dzikir yang dilakukan secara
simultan oleh seluruh daya dan ekspresi manusia. Tiada detik tanpa
dzikir, tiada denyut nadi dan desah nafas tanpa dzikir. Seluruh
gerak hidupnya sudah terkondisi hanya utuk dzikrullah, tiada yang
dirasakan kecuali kebersamaan dengan Allah. Situasi yang
demikian dalam bahasa sufime disebut fana fillah, sehingga

53
Abd Al-Aziz Al-Darini, Terapi Menyucikan HatiKunci-Kunci Mendekatkan Diri
Kepada Allah, terj., Ida Nursida dan Tiar Anwar Bachtiar (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008),
hlm. 59
61
kualitas kepahamannya mengenai Tuhan disebut marifat yakni
pengetahuan yang diperoleh melalui mata hati (ainul bashirah).
54

Pada saat tahalli, karena kesibukannya mengingat dan berdzikir
kepada Allah dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan
sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz
kebesaran Allah yang tidak henti-hentinya didengungkan setiap saat.
Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu
pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang lain.
Pada tahap ini, hati akan merasa ketenangan. Kegelisahannya
bukan lagi pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan
istri yang tidak akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya
bukan pada syahwat badani yang seringkali memperosokkan pada
kebinatangan. Tapi hanya kepada Allah, hatinya sedih jika tidak
mengingat Allah dalam setiap detik.
Dzikir memiliki dua fungsi utama, yaitu memperdalam dan
memperluas penghayatan keimanan, dan merupakan perisai diri dari
pengaruh nasf al-ammarah. Dengan membudayakan dzikir dalam
kepribadian seseorang, maka akan tercipta rasa keakraban dan
kebersamaan dengan Allah.




54
Ibid.,
62
c. Tajalli
Dari serangkaian latihan yang dilakukan secara sungguh-sungguh
pada dua tahap terdahulu, diharapkan jiwa seseorang telah terbebas dari
pengaruh nasf al-ammarah dan telah mengisi nafs al-lawwamah dengan
sifat-sifat kesempurnaan, sehingga orang itu telah berada setidaknya di
ambang gerbang nafs al-muthmainnah. Jika tahap takhalli dan tahalli
dapat disebut sebagai tahap penciptaan suasana yang kondusif bagi
pengembangan spiritual ketingkat sempurna, maka tahap tajalli adalah
tahap penghalusan dan penyuburan rasua ke Tuhanan melalui pendalaman
spiritual dengan pendekatan esoteris. Untuk tujuan itu diperlukan
pemeliharaan kontak langsung dengan Allah secara terus-menerus,
sehingga segala perhatian dan aktivitas diorientasikan untuk mencapai
tujuan dasar tadi, yakni dzikrullah ala ddawam selali bersama Allah
semasa di dunia dan akhirat nanti.
55

Salah satu yang sangat dianjurkan sufisme dalam rangkaian tajalli
ini adalah dzikrul maut atau selalu ingat kematian, niscaya tidak mudah
tergeser dari prinsip hidup yang diyakininya. Dibalik kematian adalah
pertanggungjawaban atas semua yang dilakukan selama hidup, maka
dengan mengingat akan datanganya kematian, seseorang akan sangat hati-
hati dalam setiap sikap dan perilakunya. Di sisi lain, dzikrul mautakan
menjadi pendorong untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin dan dalam

55
A. Rivay Siregar, op,cit., hlm.251-252
63
setiap kesempatan menjadi orang yang tidak pernah puas dalam berbuat
kebaikan.
Munajat adalah metode lain dalam rangka tajalli, mengisi diri
dengan sifat-sifat kesempurnaan Ilahi. Munajat paling baik dilakukan pada
keheningan malam seusai shalat tahajjud. Inti dari munajat adalah
pelaporan diri kehadirat Allah atas segala perbuatan, baik yang diyakini
sebagai amal shaleh apalagi yang dirasakan sebagai kealpaan. Dengan
demikian munajat pada hakikatnya adalah pengakuan dan penyerahan diri
seraya mohon hidayah dan taufi-Nya, diiringi doa dan tasybih, tahmid
kepada Allah.
Apabila hati sudah bersih dari noda dan sifat tercela, berarti
manusia telah kembali kepada kemanusiaannya yang hakiki sehingga akan
merefleksikan kebenaran sebagaimana adanya.Pada tahap ini, para sufi
menyebutnya sebagai marifah, orang yang sempurna sebagai manusia
luhur.
Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebutnya sebagai insan kamil,
manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang
berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai ketinggian kebahagiaan.
Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap ketiga ini
sebagai kekasih Allah (waliyullah). Orang-orang yang telah memasuki
tahapan Tajalli ini, telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia.
Derajat ini pernah dilalui oleh Hasan Basri, Imam Junaidi al-Baghdadi,
Sirri Singkiti, Imam Ghazali, Rabiah al-Adawiyyah, Maruf al-Karkhi,
64
Imam Qusyairi, Ibrahim Ad-ham, Abu Nasr Sarraj, Abu Bakar Kalabadhi,
Abu Talib Makki, Sayyid Ali Hujweri, Syekh Abdul Qadir Jaelani, dan
lain sebagainya. Tahap inilah hakekat hidup dapat ditemui, yaitu
kebahagiaan sejati.
56

C. Akhlak dan Pondok Pesantren
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak
Menurut bahasa (etimologi) kata akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq
(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan
gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut
wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani
pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab
kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.
Ethicos kemudian berubah menjadi etika.
57

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat,
namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat ahli
tersebut dihimpun sebagai berikut:
a. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tetang keutamaan yang
harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi
dengan kebaikan dan tentang keburukan yang harus dihindarinya
sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.

56
Nur Muhammad, Loc. Cit.
57
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Amzah,
2007), hlm. 2

65
b. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan
dengan baik dan buruknya.
c. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan
buruk. Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka
disebut akhlaqul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut
akhlaqul madzmumah.
d. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa
yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.
e. Hamzah Yaqub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan
manusia lahir dan batin.
2) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian
tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia
dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha
dan pekerjaan mereka.
f. Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak ialah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
66
g. Farid Maruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia
yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
h. M. Abdullah Daraz, mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan
dalam kehendak yang mantap, kekuatan berkombinasi membawa
kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (akhlak baik) atau
pihak yang jahat (akhlak buruk).
i. Ibnu Miskawaih mendefinisikan akhlak sebagai suatu keadaan yang
melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa
melalui prosses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).
58

Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak sebagai suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian.
Dari sini timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Dapat dirumuskan bahwa akhlak
ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan
jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk sekelilingnya.
Akhlak atau moral adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari
karekteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang
menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka
psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan
nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.
59


58
Ibid., hlm. 3
59
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 26
67
Akhlak Islami adalah keadaan melekat pada jiwa manusia. Karena itu
suatu perbuatan, baru dapat disebut pencerminan akhlak jika memenuhi
beberapa syarat yaitu:
a. Dilakukan berulang-ulang. Jika dilakukan sekali saja atau jarang-
jarang, tidak dapat dikatakan akhlak. Jika seseorang tiba-tiba misalnya,
memberi uang kapada orang lain karena alasan tertentu, orang itu tidak
dapat dikatakan berakhlak dermawan.
b. Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang
berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya.
Jika suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan ditimbang-
timbang, apalagi karena terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan
akhlak.
60

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Akhlak
merupakan buah dari pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan
berdaun syariah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai
sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah diantaranya,
Sesungguhnya aku diutus menyempurnakan akhlak (HR. Ahmad); Mukmin
yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya
(HR. Tarmizi). Akhlak Nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan
akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber
dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Quran yang menjadi sumber
utama agama dan ajaran Islam.

60
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006), hlm. 348
68
Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku
manusia. Karena itu, selain dengan akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan
dengan syariah. Syariah mempunyai lima ketegori penilaian tentang
perbuatan dan tingkah laku manusia yang disebut al-ahkam al-khamsah yaitu
wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah atau jaiz. Wajib dan haram
termasuk dalam kategori hukum (duniawi) terutama, sedang sunnah, makruh
dan mubah termasuk dalam ketegori kesusilaan atau akhlak.
Sunnah dan makruh termasuk ke dalam kategori kesusilaan umum atau
kesusilaan masyarakat, sedang mudah atau jaiz termasuk dalam kategori
kesusilaan atau akhlak pribadi. Jelaslah jika dihubungkan dengan ihsan dalam
melakukan ibadah dalam shalat misalnya, dengan baik dan khusuk (sungguh-
sungguh, penuh penyerahan dan kebulatan hati dengan kerendahan hati)
seolah-olah yang melakukan shalat itu sedang melihat atau berhadapan
langsung dengan Allah. Jika tidak dapat membayangkan melihat Allah, kata
Hadits Nabi yang berasal dari Umar bin Khattab itu, sekurang-kurangnya yang
bersangkutan marasakan Allah melihat dia. Karena syariah atau hukum Islam
mencakup segenap aktivitas manusia, maka ruang lingkup akhlak pun dalam
Islam meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang hidup dan
kehidupan.
Ilmu akhlak dilihat dari sudut etimologi ialah upaya untuk mengenal
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat seseorang sesuai dengan
esensinya. Dipandang dari terminologi ilmu akhlak adalah ilmu yang
69
menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dengan yang
tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
61

Dalam garis besarnya akhlak di bagi dua, pertama adalah akhlak
terhadap Allah atau Khalik (Pencipta), dan kedua adalah akhlak terhadap
makhluk (semua ciptaan Allah). Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan
dikembangkan oleh ilmu tasawuf dan tarikat-tarikat, sedang akhlak terhadap
makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak (dalam bahasa asing disebut ethics).
Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi dua yaitu:
a. Akhlak terhadap manusia
1) Akhlak terhadap diri sendiri
2) Akhlak terhadap orang lain
a) Akhlak terhadap Rasulullah
b) Akhlak terhadap orang tua
c) Akhlak terhadap karib kerabat
d) Akhlak terhadap tetangga
e) Akhlak terhadap masyarakat
b. Akhlak terhadap bukan manusia
1) Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia
a) Tumbuh-tubuhan (flora)
b) Hewan (fauna)
2) Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia
a) Tanah
b) Air
c) Udara dan sebagainya


61
Mohammad Daud Ali, Ibid., hlm. 352
70
2. Akhlak Terhadap Allah, Manusia dan Lingkungan Hidup
a. Akhlak terhadap Allah
Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah adalah ucapan
dan perbuatan manusia. Oleh karena itu, akhlak manusia yang baik kepada
Allah adalah manusia yang mengucapkan dan bertingkah laku yang terpuji
kepada Allah SWT, baik ucapan melalui ibadah langsung kepada Allah
sepert shalat, zakat, haji dan sebagainnya maupun melalui perilaku tertentu
yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah di luar ibadah
tersebut.
Perilaku manusia dimaksud diuraikan sebagai berikut:
1) Bersyukur, yaitu manusia mengungkapkan rasa syukur kepada
Allah atas nikmat yang telah diperolehnya. Ungkapan syukur
dimaksud tampak melalui perkataan dan perbuatan, ungkapan
syukur dalam bentuk kata-kata adalah al-hamdulillah (segala puji
bagi Allah) pada setiap saat, sedangkan bersyukur malalui
perbuatan adalah menggunakan nikmat Allah sesuai dengan
keridhaan-Nya.
2) Bertasbih, yaitu manusia mensucikan Allah dengan ucapan. Oleh
karena itu, manusia akan selalu mengucapkan subhanallah (Maha
Suci Allah) dan menjauhkan perilakunya dari perbuatan yang
dapat mengotori kemahasucian Allah.
3) Beristigfar, yaitu manusia meminta ampun kepada Allah atas
segala dosa yang pernah dibuatnya, baik sengaja maupun tidak.
71
Oleh karena itu, manusia yang beristigfar adalah manusia yang
selalu mengucapkan astagfirullah aladhim innahu kan ghaffar
(aku mohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung,
sesungguhnya hanya Engkau Maha Pengampun). Selain itu,
beristigfar melalui perbuatan, yaitu manusia yang pernah
melakukan dosa tidak akan mengulangi lagi perbuatannya itu.
62

Selain itu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai
kewajiban berprilaku yaitu:
1) Mencintai terhadap Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa pun
juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Quran
sebagai pedoman hidup dan ehidupan;
2) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya;
3) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah;
4) Menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar Ilahi setelah
berikhtiar maksimal;
5) Bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling tinggi adalah
taubat nasuha, yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi
melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah, dan dengan tertib
melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya;
6) Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.



62
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 33-34
72
b. Akhlak terhadap Manusia
Akhlak terhadap manusia, dapat dirinci menjadi:
1) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain:
a) Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua
sunnahnya;
b) Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup
dan kehidupan;
c) Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa yang
dilarangnya;
2) Akhlak terhadap orang tua, antara lain:
a) Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya;
b) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih
sayang;
c) Berkomunikasi dengan khidmat, mempergunakan kata-kata
lemah lembut;
d) Berbuat baik dengan sebaik-baiknya;
e) Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi orang tua
kendati seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
3) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain:
a) Memelihara kesucian diri;
b) Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh keliatan,
menurut hukum dan akhlak Islam);
c) Jujur dalam perkataan dan perbuatan;
73
d) Ikhlas;
e) Sabar;
f) Rendah hati;
g) Malu melakukan perbuatan jahat;
h) Menjauhi dengki;
i) Menjauhi dendam;
j) Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain;
k) Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
4) Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat, antara lain:
a) Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
keluarga;
b) Saling menunaikan kewajiban untuk mendapatkan hak;
c) Berbakti kepada orang tua;
d) Mendidik anak-anak dengan kasih sayang;
e) Memelihara hubungan silaturrahim dan melanjutkan
silaturrahim yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia;
5) Akhlak terhadap tetangga, antara lain:
a) Saling mengunjungi;
b) Saling bantu di waktu senang lebih-lebih tatkala susah;
c) Saling beri-memberi;
d) Saling hormat-menghormati;
e) Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

74
6) Akhlak terhadap masyarakat, antara lain:
a) Memuliakan tamu;
b) Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat;
c) Saling menolong dalam kebajikan dan takwa;
d) Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri dan
orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar);
e) Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup
dan kehidupannya;
f) Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan
bersama;
g) Mentaati putusan yang telah diambil bersama;
h) Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan
yang diberikan seseorang atau masyarakat;
i) Menepati janji.
c. Akhlak terhadap Lingkungan Hidup
1) Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup;
2) Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati,
fauna dan flora yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan
manusia dan makhluk lainnya;
3) Sayang pada sesam makhluk.



75
3. Pendidikan Akhlak Islam
Pendidikan akhlak Islam diartikan sebagai latihan mental dan fisik
yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas
kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah.
Pendidikan akhlak Islami berarti juga menumbuhkan personalitas
(kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab.
63

Pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang mengakui
bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan hal buruk,
kebenaran dan kebatilan, keadilan dan kezaliman, serta perdamain dan
peperangan. Untuk menghadapi hal-hal yang serba kontra tersebut, Islam telah
menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membuat manusia mampu
hidup di dunia. Dengan demikian, manusia mampu mewujudkan kebaikan di
dunia dan akhirat, serta mampu berinteraksi dengan orang-orang baik dan
jahat.
64

Tujuan utama pendidikan akhlak Islam adalah agar manusia berada
dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah
digariskan oleh Allah Swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karen itu, jika berpredikat muslim benar-
benar menjadi penganut agama yang baik harus mentaati ajaran Islam dan
menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya.


63
M. Yatimin Abdullah, Ibid., hlm. 22
64
Ali Abdul Halim Mahmud, Ibid., hlm. 121
76
Jadi, pendidikan akhlak Islami merupakan suatu proses mendidik,
memelihara, membentuk dan memberikan latihan mengenai akhlak dan
kecerdasan berpikir baik yang bersifat formal maupun informal yang
didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pada sistem pendidikan Islam ini khusus
memberikan pendidikan tentang akhlaqul karimah agar dapat mencerminkan
kepribadian seorang muslim.
4. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
a. Sejarah Pondok Pesantren
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang dapat dikatakan
merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan,
pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di tanah air dan
merupakan bapak dari pendidikan Islam.
65
Apabila ditilik dari namanya
merupakan perpaduan (sinkretisena atau sinthesa) dari dua kata, yaitu
pesantren yang berasal dari kata santri yang mengandung pergeseran
kebahasaan (lingustik change) dari asal kata santri yaitu nama yang
diberikan kepada penuntut ilmu agama Hindu-Buddha, dan kata pondok
yang berasal dari kata bahasa Arab fundug yang datang ke tanah air
bersamaan datangnya Islam yang berarti Hotel atau Asrama.
66

Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang
mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat.
Dengan demikian pesantren artinya tempat para santri. Selain itu, asal

65
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), hlm. 89
66
A. Sadali, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Kuning Mas, 1984),
hlm. 195.
77
kata pesantren dianggap gabungan dari kata sant (manusia baik) dengan
suku kata tra (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat berarti
tempat pendidikan manusia baik-baik.
67

Nurcholis Madjid berpendapat tentang asal usul perkataan santri
dan juga kiai karena kedua perkataan tersebut tidak dapat dipisahkan
ketika dibicarakan tentang pesantren,
Santri asal kata santri (sanskerta) yang berati melek huruf,
dikonotasikan santri adalah kelas literary, pengetahuan agama dibaca
dari kitab berbahasa Arab dan diasumsikan bahwa santri berarti juga
orang yang tahu tentang agama (melalui kitab-kitab) dan paling tidak
santri dapat membaca Al-Quran, sehingga membawa kepada sikap
lebih serius dalam memandang agama. Perkataan santri juga berasal
dari bahasa Jawa (cantrik) yang berarti orang yang selalu mengikuti
seorang guru ke mana guru pergi menetap (ingat pada pewayangan),
tentu dengan tujuan dapat belajar dari guru mengenai sesuatu
keahlian
68


Pondok pesantren ini tumbuh sebagai perwujudan dari strategi
umat Islam untuk mempertahankan eksistensinya terhadap pengaruh
penjajahan Barat atau akibat surau atau masji tempat diselenggarkannya
pendidikan agama Islam tidak lagi dapat menampung jumlah anak-anak
yang ingin mengaji. Disamping itu juga didorong oleh keinginan untuk
lebih mengintensifkan pendidikan agama pada anak-anak, maka sang guru
atau kiai dengan bantuan masyarakat memperluas bangunan di sekitar
surau atau masjid untuk tempat mengaji dan sekaligus sebagai asrama bagi

67
Ibid., hlm. 91
68
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:
Paramadina,1997), hlm. 20
78
anak-anak. Dengan begitu anak-anak tidak perlu bolak-balik pulang ke
rumah orang tua mereka.
69

Peran kiai sabagai filter budaya, meredam akibat perubahan yang
dibawa arus informasi, juga mempelopori terjadinya perubahan
masyarakat menurut caranya sendiri. Jadi di sini kiai tidak lagi menunggu
datangnya informasi lantas menyaringnya, melainkan kiai sepenuhnya
berperan mengadakan perubahan karena ia mengetahui bahwa
perkembangan harus terjadi sebagai hal yang tak terelakan.
70

Persoalan-persoalan historis tentang asal usul pondok pesantren
berhubungan erat antara Islam Indonesia dengan pusat-pusat Islam,
terutama Mekkah yang terjadi selama ini pada garis besarnya merupakan
usaha penyesuaian diri dengan pendidikan Islam yang diberikan di
Mekkah. Hal ini dapat dilihat dari asal semua kitab kuning yang tebal
maupun yang tipis, dan semua guru atau kiai mendapat pendidikan dari
Mekkah.
b. Fungsi Pondok Pesantren
Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan,
tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama.
Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan menyelenggarakan
pendidikan formal (madarasah, sekolah umum dan perguruan tinggi) dan
pendidikan nonformal yang secara khusus mengajarkan agama yang

69
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 212
70
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 197
79
sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ulama fiqh, hadits, tafsir,
tauhid dan tasawuf.
Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak-anak dari
segala lapisan masyarakat muslim tanpa membedakan tingkat sosial
ekonomi mereka. Sementara itu, setiap hari menerima tamu yang datang
dari masyarakat jauh, mereka datang bertamu mempunyai motif yang
berbeda-beda; ada yang ingin bersilaturahmi; ada yang berkonsultasi;
meminta nasihat; memohon doa; berobat dan ada pula yang meminta
jimat untuk penangkal gangguan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai lembaga penyiaran agama Islam, masjid pesantren juga
berfungsi sebagai masjid umum yakni sebagai tempat belajar agama dan
ibadah bagi para jamaah. Masjid pesantren sering dipakai untuk majelis
taklim (pengajian), diskusi-diskusi keagamaan dan sebagainya. Selain itu,
kiai dan santri-santri senior disamping mengajar juga berdakwah baik di
dalam kota maupun di luarnya, bahkan sampai ke daerah-daerah
pedalaman.
Sehubungan dengan fungsi tersebut, pesantren memiliki tingkat
integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya dan menjadi rujukan
moral bagi kehidupan masyarakat umum. Masyarakat umum memandang
pesantren sebagai komunitas khusus yang ideal terutama dalam bidang
kehidupan moral keagamaan. Karekteristik pesantren dilihat dari segi
fungsinya sangat berperan di tengah-tengah masyarakat, menjadikannya
semakin eksis dan dapat diterima oleh semua kalangan.
80
c. Sarana dan Tujuan Pondok Pesantren
Dalam bidang sarana, pesantren tradisional ditanda oleh ciri khas
kesederhanaan. Secara fisik kini sudah berubah total, banyak pesantren
tradisional yang memiliki gedung yang megah. Namun, kesederhanaan
dapat dilihat dari sikap dan perilaku kiai dan santri serta sikap mereka
dalam pergaulan sehari-hari. Sarana belajar misalnya, masih tetap
dipertahankan seperti sediakala, dengan duduk di atas lantai dan di tempat
terbuka dan kiai menyampaikan pelajaran.
Demikian juga tempat kediaman kiai yang tidak begitu mewah,
tentu saja ada pengecualian. Kiai sekarang berbeda dengan kiai dulu, kalau
dulu para kiai sering berjalan kaki atau bersepeda tetapi kiai sekarang
sudah terbiasa mengendarai mobil, bahkan mempunyai mobil dan sopir
pribadi. Begitu pula tempat kediaman santri yang masih sederhana.
Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan
mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat
dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, mampu berdiri sendiri,
bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan
Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat, dan
mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.


81
H.A. Sadali menjelaskan tujuan pendidikan pesantren tidak hanya
duniawi (mondial) dan sementara (temporer), akan tetapi sampai kepada
alam ukhrawi untuk mencapai keridhaan Allah, baik di dunia maupun
akhirat
71

Rumusan tujuan pendidikan pesantren menggambarkan bahwa
pembinaan akhlak dan kepribadian serta semangat pengabdian menjadi
target utama yang ingin dicapai pesantren. Oleh karen itu, pemimpinan
pesantren memandang bahwa kunci sukses dalam hidup bersama adalah
moral agama, yang dalam hal ini adalah perilaku keagamaan. Semua
aktivitas sehari-hari difokuskan pada pencarian nilai-nilai ilahiah.
5. Materi Pelajaran dan Metode Pengajaran Pondok Pesantren
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada dasarnya hanya
mengajarkan agama, sedangkan sumber kajian atau mata pelajarannya ialah
kitab-kitab dalam bahasa Arab. Pelajaran agama yang dikaji di pesantren ialah
Al-Quran dengan tajwid dan tafsirnya, aqaid dan ilmu kalam, fiqih dan ushul
fiqih, hadits dengan mushthalah hadits, bahasa Arab dengan ilmu alatnya
seperti nahwu, sharaf, bayan, maani, badi dan arudh, tarikh, mantiq dan
tasawuf. Kitab yang dikaji di pesantren umumnya kitab-kitab yang ditulis
pada abad pertengahan, yaitu antara abad ke-12 sampai dengan abad ke-15
atau lazim disebut dengan Kitab Kuning.


71
H.A. Sadali, Ibid., hlm. 198
82
Adapun metode yang lazim dipergunakan dalam pendidikan pesantren
ialah wetonan, sorogan dan hafalan. Metode wetonan adalah metode kuliah,
para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yang
menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat
jika perlu. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu, karena
pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu yaitu sebelum dan
sesudah melakukan shalat lima waktu. Di Jawa Barat metode ini disebut
bandongan, sedangkan di Sumatra disebut halaqah. Biasanya kiai
menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat
demi kalimat dari kitab yang dipelajarinya.
Metode sorogan adalah suatu metode santri menghadap guru atau kiai
seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Kiai
membacakan dan menerjemahkannya kalimat demi kalimat, kemudian
menerangkan maksudnya. Santri menyimak bacaan kiai mengesahkan, jika
santri sudah benar-benar mengerti, dengan memberikan catatan pada kitabnya
untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kiai kepadanya. Istilah
sorogan berasal dari bahasa Jawa sorog yang berarti menyodorkan kitab ke
depan kiai atau asistennya. Pengajian dengan metode ini merupakan
pelimpahan nilai-nilai sebagai proses delivery of culture di pesantren dengan
istilah tutorship atau mentorship.
Metode hafalan adalah suatu metode santri menghafal teks atau
kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Biasanya cara menghafal ini
diajarkan dalam bentuk syair atau nazham. Kebiasaan menghafall dalam
83
sistem pendidikan pesantren, merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak
awal berdirinya. Hafalan tidak saja terbatas pada ayat-ayat Al-Quran dan
hadits ataupun nazham, tetapi juga isi atau teks kitab tertentu. Karena itu, oleh
sebagian kiai diajarkan kitab kepada santrinya tidak sekaligus tetapi secara
berangsur-angsur (gradual), kalimat demi kalimat sehingga santrinya mengerti
benar apa yang diajarkannya.
Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam
lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Umumnya,
kenaikan tingkat seorang santri ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab
yang dipelajarinya. Apabila seorang santri telah menguasai satu kitab atau
beberapa kitab dan telah lulus imtihan (ujian) yang diujikan oleh kiainya,
maka berpindah ke kitab lain. Jadi, jenjang pendidikan tidak ditandai dengan
naiknya kelas seperti dalam pendidikan formal, tetapi pada penguasaan kitab-
kitab yang telah ditetapkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Sebagai gambaran lebih lanjut, berikut ini disebutkan pesantren-
pesantren terkemuka di Jawa yang sudah terkenal dengan spesialisasinya atau
fan-fan (cabang ilmu) tertentu yang menjadi fokus kajiannya dan kiai yang
mengajarkannya:
a. Pesantren Tebuireng (Kiai Hasyim Asyari), Tambak Beras (Kiai
Wahab Hasbullah), Denanyar (Kiai Bisri Syamsuri), Termas (Kiai
Dimyathi dan Hamid Dimyathi), Lasem (Kiai Kholil), Pesantren
PERSIS (Persatuan Islam) Bangil, terkenal dengan fiqh dan ilmu
hadits.
84
b. Pesantren Lasem (kiai Masum), Nglirap Banyumas, Pesantren
Lirboyo (Kiai Mahrus) Kediri, Bendo, Jampes, terkenal dengan ilmu
alat nahwu, sharaf, bayan, badi, dan lain-lain.
c. Pesantren Krapyak (Kiai Munawwir dan Ali Masum), Cintapada
Tasikmalaya (Kiai Dimyathi), Wonokromo (Kiai Abdul Aziz dan
Hasbullah), terkenal dengan qiraat al-Quran.
d. Pesantren Rejoso (Kiai Musain Romli), Tegal Rejo (Kiai Khudari), al-
Falak Pegentongan (Kiai Falak), Watu Congol (Kiai Dahlan), terkenal
dengan bidang tasawuf.
e. Pesantren Kiai Haji Badhawi Lasem, Jamsaren (Kiai Abu Amar),
terkenal dengan spesialisasi tafsir al-Quran.
f. Pesantren Inabah (Kiai Abah Anom) terkenal dengan pengobatan
korban narkotika, Pesantren Gontor (Kiai Ahmad Sahal, Zainuddin
Fananie dan Imam Zarkasyi) terkenal dengan bahasa Arab dan
Inggris, Pesantren Pabelan di Magelang yang menekankan pada
keterampilan santri, Pesantren Darul Falah Bogor yang berkecimpung
di bidang pertanian.
72

Ada bidang-bidang khusus yang merupakan fokus masing-masing
pesantren dapat menarik minat para santri untuk memilih bidang-bidang yang
diminati. Hal ini menunjukkan keanekaragaman bidang kajian di pesantren-
pesantren antara satu dengan yang lainnya tidak ada kesamaan. Secara umum
dapat dipahami bahwa setiap pesantren memberikan porsi yang lebih besar

72
Abuddin Nata, Ibid., hlm. 110-111
85
pada bidang-bidang tertentu sebagai kekhasan pendidikan yang dimilikinya
dan sekaligus dikenal karena kekhususannya itu.
6. Pertumbuhan Kelembagaan Pondok Pesantren
Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat
akan adanya lemabaga pendidikan, namun faktor guru yang memenuhi
persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi
timbulnya suatu pesantren. Pada umumnya, berdirinya suatu pesantren diawali
dari pengakuan masyarakat akan akan keunggulan dan ketinggian ilmu
seorang kiai atau guru. Masyarakat sekitar atau dari luar daerah datang untuk
mengaji atau belajar karena keinginan menuntut dan memperoleh ilmu dari
kiai atau guru.
Santri yang telah menyelesaikan dan diakui telah tamat biasanya diberi
izin atau ijazah oleh kiai untuk membuka dan mendirikan pesantren baru di
daerah asalnya. Dengan cara demikian pesantren-pesantren berkembang di
daerah-daerah, terutama pedesadan dan pesantren asal dianggap sebagai
pesantren induk. Perkembangan kelembagaan pesantren seperti ini oleh
Zamakhsyari Dhofier disebut Pesantren Salafi, yang tetap mempertahankan
kitab-kitab kuning/ klasik.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pesantren bukan hanya mampu
bertahan, melainkan pada gilirannya mampu mengembangkan diri dan
menempati posisi penting dalam pendidikan. Pesantren dalam sejarah
perjalanannya mengalami perubahan dan pertumbuhan sekaligus merupakan
perkembangan, baik dilihat dari sisi isi maupun dari segi bentuk. Apabila
86
dilihat dari pola perubahan dan pertumbuhan pesantren, ditemukan bermacam-
macam pola perubahan, antara lain:
a. Pesantren yang terdiri hanya masjid dan rumah kiai. Pesantren ini
masih sangat sederhana, kiai menggunakan masjid atau rumahnya
sendiri untuk tempat mengajar dan santrinya berasal dari daerah
sekitar pesantren tersebut.
b. Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok atau asrama.
Pola ini telah dilengkapi pondok yang disediakan bagi para santri
yang datang dari daerah lain.
c. Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok atau asrama
dan madrasah. Pola ini telah memakai sistem klasial, santri mendapat
pengajaran di madrasah. Di samping itu, belajar mangaji mengikuti
pengajaran yang diberikan oleh kiai di pondok.
d. Pesantren yang telah berubah kelembagaannya yang terdiri dari
masjid, rumah kiai, pondok atau asrama, madrasah dan tempat
keterampilan. Pola ini dilengkapi dengan tempat-tempat keterampilan
agar santri terampil dengan pekerjaan yang sesuai dengan sosial
kemasyarakatannya, seperti pertanian, peternakan, menjahit dan
sebagainnya.
e. Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok atau asrama,
madrasah, tempat keterampilan dan ditambah adanya universitas,
gedung pertemuan, tempat olah raga, sekolah umum. Pada pola ini
87
pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah berkembang
dan bisa dikatakan sebagai pesantren modern.
73

Azyumardi Azra menjelaskan,
.... Pesantren bukan hanya mempu bertahan. Tetapi lebih dari itu, dengan
penyesuaian, akomodasi dan konsesi yang diberikannya, pesantren pada
gilirannya juga mampu mengembangkan diri, dan bahkan kembali
menempatkan diri pada posisi yang penting dalam sistem pendidikan
nasional indonesia secara keseluruhan
74


Wacana yang berkembang dalam dinamika pemikiran dan pengalaman
praktis alumni pesantren tampaknya menegaskan bahwa pesantren merupakan
bagian dari infrastruktur masyarakat yang secara makro telah berperan
menyadarkan komunitas masyarakat untuk mempunyai idealisme, kemampuan
intelektual dan perilaku mulia (al-akhlaq al-Karim) guna menata dan
membengun karakter bangsa yang paripurna.
75











73
Ibid., hlm. 96-97
74
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
(Jakarta: PT Logos, 1999), hlm. 106
75
Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004), hlm. 117
88
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, Bogdan dan Taylor
yang dikutip oleh Lexi, J Moleong mendefinisikan Metodologi Kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu
atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari suatu keutuhan.
76

Sejalan dengan definisi tersebut, Krik dan Miller yang dikutip oleh
Lexy, J, Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
dengan orang-orang tersebut dalam behasannya dan dalam peristilahannya.
77

Deskriptif Kualitatif adalah penelitian yang data-datanya berupa kata-
kata (bukan angka-angka, yang berasal dari wawancara, catatan laporan,
dokumen dan lain-lain) atau penelitian yang di dalamnya mengutamakan
untuk pendiskripsian sacara analisis sesuatu peristiwa atau proses

76
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2000), hlm. 3
77
Ibid., hlm. 3
89
sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna
yang mendalam dari hakekat proses tersebut.
78

Penelitian ini digunakan dengan beberapa alasan, pertama
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda, kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden, ketiga metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi dan bertujuan untuk
menggambarkan realitas empiris sesuai fenomena secara rinci dan tuntas, serta
untuk mengungkapkan gejala secara holistic kontekstual melalui pengumpulan
data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen
kunci.
B. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka instrumen yang
dipakai untuk mengumpulkan data adalah penelitian sendiri. Lexi J. Meloeng
menyebutkan bahwa penelitian dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir
data dan pada akhirnya ia jadi pelopor hasil penelitiannya.
79
Karena penelitian
merupakan instrument penelitian dalam penelitian ini, maka kehadiran peneliti
di lokasi penelitian mutlak diperlukan sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian
kualitatif, yaitu peneliti harus menciptakan hubungan yang baik dengan
subyek penelitian.

78
Nana Sudjana, Metode Statistik (Bandung: Tarsito, 1989), hlm. 203
79
Lexy J. Moleong, op. cit., hal. 121
90

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
yang beralamat di Jalan Gegerkalong Girang 38 Bandung 40153, tepatnya
sebelah barat kampus Universitas Pendidikan Indonesia.
D. Sumber Data
Menurut Lofland (1984), yang dikutip oleh Moleong, sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
80
, Suharsimi Arikunto
menjelaskan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh
81

Pengambilan data yang dilakukan pada beberapa sumber data/subyek
dalam penelitian antara lain: pengasuh, ustadz/ustadza dan santri Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Untuk mempermudah mengidentifikasi
sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi 3 dengan huruf depan p
tingkatan dari bahasa Inggris, yaitu:
P = person, sumber data berupa orang yaitu sumber data yang bisa
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban
tertulis melalui angket.
P = place, sumber data berupa tempat yaitu sumber data yang menyajikan
tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.

80
Ibid., hlm. 112
81
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan PrakteK (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 114
91
Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna dan
lain-lain.
Bergerak, misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian,
gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar dan lain
sebagainya.
P = paper, sumber data berupa simbol yaitu sumber data yang menyajikan
tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain.
Dengan pengertiannya ini maka paper bukan terbatas hanya pada
kertas sebagiamana terjemahan dari kata paper dalam bahasa Inggris,
tetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar dan sebagianya
yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.
82

E. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan beberapa
metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian di lapangan,
adapun metode-metode tersebut adalah sebagi berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Metode observasi digunakan apabila seorang peneliti ingin mengetahui
secara empirik tentang fenomena obyek yang diamati. Dalam hal ini peeneliti
menggunakan teknik Observasi sistematik, karena di dalamnya memuat
faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dulu dan ciri khusus dari
tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.

82
Ibid., hlm. 107
92
Dalam kasus ini pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat
dunia sebagaimana dilihat oleh subjek pada keadaan waktu itu, merasakan apa
yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti
menjadi sumber data, pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik
dari pihaknya maupun dari pihak subjek.
83

Metode observasi digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data
tentang situasi umum dari objek yang diteliti, meliputi: letak geografis, nuansa
kehidupan, sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung.
2. Interview (Wawancara)
Interview atau wawancara dipergunakna sebagai cara untuk
memperoleh data dengan jalan mengadakan wawancara dengan nara sumber
atau responden. Pelaksanaannya dapat dilakuka secara langsung berhadapan
dengan yang diwawancarai tetapi dapat pula secara tidak dapat pula secara
tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada
kesempatan lain.
84

Menurut Suharsimi Arikunto metode interview adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi
dari terwawancara (interviewwee)
85
, sedang menurut Lexy J. Moleong,
Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yaitu
percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yakni pewawancara yang

83
Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 175
84
Hariwijaya, M dan Djaelani, Bisri M, Teknik Menulis Skripsi & Thesis (Jogjakarta:
Zenith Publisher, 2006), hlm. 45
85
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 132
93
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
petanyaan itu
86

Peneliti disini menggunakan Wawancara Bebas Terpimpin, yaitu
kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Dimana dalam
pelaksanaannya pewawancara membawa buku pedoman yang merupakan
garis besarnya saja, selain itu pewawancara juga harus dapat menciptakan
suasana santai tapi serius. Dalam hal ini peneliti mewawancarai Pengasuh,
Pengurus, Ustadz/Ustadzah, santri di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung, serta informan lain yang terkait dengan masalah yang dibahas.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode penelitian untuk memperoleh
keterangan dengan cara memeriksa dan mencatat laporan. Menurut Suharsimi
Arikunto, metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, rapat dan sebagainya
87

Dalam metode dokumentasi, data yang diperuntukan adalah:
a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung.
b. Struktur organisasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung.
c. Data-data tentang penerapan Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung.
d. Dan lain-lain yang berkenaan dengan penelitian ini.


86
Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 186
87
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206
94
F. Analisis Data
Setelah data yang diperoleh sudah terkumpul maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis atau pengolahan data. Menurut
Moleong, bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
88

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
sebagian besar berasal dari catatan pengamatan, wawancara dan dokumentasi.
Kemudian catatan tersebut di analisis untuk memperoleh tema dan pola-pola
yang dideskripsikan dan diilustrasikan dengan contoh-contoh, termasuk
kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen.
Menurut Meleong, dalam Metodologi Penelitian Kualitatif menyatakan
bahwa proses analisis data penelitian kualitatif adalah:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu, diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat
temuan-temuan umum.
89



88
Lexy J Moleong, op .cit., hlm. 208
89
Ibid,. hlm. 248
95
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif eksploratif.
Penelitian deskriptif eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau
status fenomena.
90
Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan keadaan sesuatu. Teknik ini penulis gunakan untuk
menggambarkan, menuturkan, menafsirkan serta menguraikan data yang
bersifat kualitatif yang penulis peroleh dari metode pengumpulan data.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menguji validitas data atau keabsahan data, disini peneliti
menggunakan metode Triangulasi. Menurut Moleong bahwa metode ini
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.
91

Adapun teknik yang digunakan oleh peneliti adalah Triangulasi dengan
Metode, menurut Patton (1987) yang dikutip oleh Lexy, J Moleong terdapat
dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data, pengecekan derajat kepercayaan beberapa
sumber data dengan metode yang sama.
92

H. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Tahap Pra Lapangan terdiri dari:
a. Menyusun rancangan penelitian
b. Memilih lapangan penelitian

90
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 183
91
Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 330
92
Ibid., .hlm. 127-148
96
c. Mengurus perizinan
d. Menjajaki dan menilai lapangan
e. Memilih dan memanfaatkan informan
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian
g. Persoalan etika penelitian
2. Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
b. Mamasuki lapangan
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data
3. Tahap akhir penelitian terdiri dari:
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi
b. Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
93






















93
Lexy J Moleong, op. cit., hlm. 27-148
97
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek
1. Sejarah Daarut Tauhiid
Sejarah Daarut Tauhiid (DT) berawal pada tahun 1987, ketika seorang
pemuda bernama Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) merintis usaha wiraswasta
dalam wadah KMIW (Kelompok Mahasiswa Islam Wiraswasta) yang
sebagian hasil usahanya digunakan untuk menopang kegiatan pengajian rutin
yang dipimpinnya. Setelah selanjutnya menyadari akan keterbatasan
pengetahuan, akhirnya Aa Gym memutuskan untuk menambah ilmu
khususnya ilmu agama Islam di berbagai pesantren diantaranya K.H. Djunaedi
di Garut dan K.H. Khoer Affandi di Tasikmalaya. Diawali dengan perjuangan
yang cukup berat, Alhamdulillah Aa Gym dengan ketekunan sedikit demi
sedikit hasilnya dapat dilihat.
Pada tahun 1988, Aa Gym pertama kali melaksanakan ibadah haji.
Setelah itu, hampir pada setiap tahun berikutnya Aa Gym mendampingi
jamaah berangkat haji. Sejak tahun 1989, wirausaha yang dirintis Aa Gym ini
semakin hari semakin berkembang seiring dengan semakin banyaknya
jamaah yang datang ke pengajian rutin asuhannya, sehingga tempat yang ada
yaitu di rumah Aa Gym sendiri tidak memungkinkan lagi. Untuk
memfasilitasinya, maka pada tanggal 4 September 1990 berdirilah secara
98
resmi Yayasan Daarut Tauhiid (DT) yang beralamat di Jalan Gegerkalong
Girang No. 38 Bandung.
Saat-saat penuh tantangan bagi Daarut Tauhiid (DT) dalam merintis
dawah adalah ketika menempati lokasi baru tersebut. Lokasi Baru ini semula
adalah sebuah rumah kontrakan sederhana dengan 20 kamar yang sebelumnya
dipakai sebagai tempat pondokan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Kota Bandung. Bagai musafir kehausan di tengah padang, hari demi hari
pengajian di lokasi baru ini semakin banyak dihadiri khalayak yang rindu akan
siraman penyejuk qolbu.
Di tahun 1993 Daarut Tauhiid (DT) terus berupaya mengembangkan
organisasinya dengan melakukan pembebasan tanah dan bangunan yang
diikuti dengan pembangunan sebuah masjid permanen berlantai tiga. Masjid
DT sering disebut masjid seribu tangan, sebab dibangun secara gotong royong
oleh ribuan masyarakat sekitar dan jamaah Daarut Tauhiid (DT). Untuk
menopang laju dan gerak dakwah Islamiyah di Daarut Tauhiid (DT), tahun
selanjutnya (1994) berdiri Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN-DT).
Aa Gym dapat membebaskan tanah gedung pesantren atas bantuan
Bapak Palgunadi T Setyawan dari Astra Mitra Ventura. Ketika itu Aa Gym
berkesempatan untuk memberikan ceramah di PT. Astra Mitra Ventura, saat
itu pula Pak Palgunadi T Setyawan merasa tertarik untuk ikut andil dalam
pengembangan Pesantren Daarut Tauhiid.


99
Menjelang akhir 1997, sarana dakwah dan perekonomian menjadi
semakin lengkap dengan didirikannya gedung KOPONTREN-DT berlantai
empat persis diseberang masjid. Gedung yang cukup representatif ini
dipergunakan untuk kantor beberapa unit usaha seperti BMT (Baitul Mal Wat
Tamwil), Super Mini Market, Warung Telekomunikasi dan lain-lain.
Bersamaan dengan berkembangnya aktivitas perekonomian, aktivitas
pendidikan pun ikut aktif dengan berbagai programnya, diantaranya adalah
dengan dimulainya program Pendidikan Santri Beasiswa tahun 1995,
dibukanya lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) DT pada
tanggal 7 Desember 1997. Diantara programnya adalah kerjasama pendidikan
dan pelatihan Manajemen Qolbu (MQ) untuk para eksekutif, staff dan
karyawan berbagai perusahaan swasta. Diantara perusahaan yang pernah
mengikuti pelatihan MQ ini adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bandung, PT. Telkom Divre III Jabar, PT. Telkom Corporate Office, PT.
Kereta Api Indonesia (KAI), Bank Indonesia, Bank Bukopin, PLN. Persero
dan perusahaan lainnya.
Di tahun 1998 pula, seakan tidak henti-hentinya karunia Allah yang
harus disyukuri. Menjelang detik-detik akhir penghujung tahun diresmikanlah
sebuah Pondokan atau Cottage yang asri Daarul Jannah. Sebuah sarana
dakwah lain kembali hadir di Pesantren Daarut Tauhiid, ialah Stasiun Radio
1026 AM (sekarang 102,7 FM), Radio Ummat yang dibangun dari hasil
Kencleng Ummat pendengar siaran Manajemen Qolbu (MQ) pagi yang
disiarkan tahun 1999 atas kerja sama dengan Stasiun Radio Paramuda 93,9
100
FM. Radio Ummat pertama kali mengudara (On Air) pada bulan Ramadhan
1420 H, tepatnya tanggal 9 Desember 1999. Dan kemudian dibekukan pada
awal April 2003 dikarenakan permasalahan kualitas radio yang berfrekuensi
AM, disamping masalah aspek legal yang belum terselesaikan dan
mengalihkan aktivitasnya ke Radio MQ FM. Berdasarkan data, perkembangan
Daarut Tauhiid (DT) Bandung dapat digambarkan sebagai berikut: luas tanah
22.202 M2 dan luas bangunan masjid (587,50 M2).
94

2. Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah berdasarkan
kenyataan permukaan bumi. Menurut letak geografisnya Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid berada di bagian selatan kota Bandung tepatnya di jalan
Gegerkalong Girang No. 38 Bandung 40154, sebelah utara Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid adalah kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia).
3. Stuktur Organisasi
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid adalah milik umat sehingga tidak
boleh terikat pada figur seseorang. Operasional organisasi Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid dijalankan bersama yaitu Aa Gym hanya sabagai pendiri
sekaligus pembina dan dibawah itu Aa Gym menyerahkan kepada santri atau
pengurus sehingga memungkinkan santri untuk kreatif mengelola pesantren
secara mandiri.

94
Buku Panduan Santri Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, hlm.
13-14
101
Aktifitas di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ini tidak hanya
mengelola Pondok Pesantren saja, akan tetapi terdapat lembaga-lembaga yang
ada di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid antara lain:
a. Yayasan Eco-Pesantren Daarut Tauhiid
Pendidikan formal yaitu TK Khas Daarut Tauhiid
b. MQ Corporation yaitu PT Pesantren Daarut Tauhiid
Bisnis yang disertai dengan dakwah diantaranya:
1) MQTV
2) MQ FM
3) MQS (Mutiara Qolbun Saliim)
4) MQ Guest House
5) MQ Consumer Goods
6) MQ Cafe
7) MQ Tours & Travel
8) MQ Multimedia
c. Yayasan Pesantren Daarut Tauhiid
Pesantren atau badan wakaf dengan dakwah dan pendidikan non
formal atau kesantrian, diantaranya:
1) Santri Mukim:
a) Akhlak Plus Wirausaha (APW)
b) Dauroh Qolbiyah
c) Dauroh Quraniyah
d) Pesantren Kilat
e) Program Pesantren Mahasiswa (PPM)
f) Pesantren Muslimah Teladan (PMT)
g) Pesantren Karya
102
2) Santri Non Mukim:
a) Santri Siap Guna (SSG)
d. Kopontren Daarut Tauhiid
Badan usaha koperasi atau ekonomi kerakyatan, devisi usahanya antara
lain:
1) Super Mini Market (SMM)
2) Lembaga Keuangan Syariah BMT (Baitul Maal wa Tamwil)
3) Cottage & Caftaria Daarul Jannah
4) Handycraft
5) Lembaga Pendidikan & Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES)
6) Global Service Provider
e. Gemanusa yaitu perhimpunan atau perkumpulan gerakan moral
Pengurus berperan penting dan merupakan tangan kanan pendiri
karena pendiri tidak terjun sendiri dan tidak mengetahui keadaan
santri dari sekian banyak santrinya. Penguruslah dengan berbagai job
deskripsinya mereka memahami keadaan santri lebih mendalam.
Dalam pengembangannya Pondok Pesantren Daarut Tauhiid juga
didukung oleh para santri sendiri dan para wali santri
95


4. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi
a. Visi
1) Ahli Dzikir
Menjadikan Allah sebagai tumpuan kerinduan, harapan, pertolongan
dan tujuan dalam beramal shaleh, sehingga apapun yang terjadi tidak
akan mengurangi keyakinan dan selalu ridha pada ketentuan-Nya.



95
Wawancara dengan Fredy Rizaldi, Kepala Bagian Kelembagaan & Litbang Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 28 November 2008
103
2) Ahli Fikir
Mengoptimalkan kemampuan berfikir, bertafakur dan bertadabbur
dalam menggali hakekat kebenaran, mengungkap hikmah yang
tersembunyi, potensi diri dan lingkungan sehingga diharapkan muncul
sikap yang arif, efektif dan tepat dalam mengatasi berbagai tantangan
dan masalah.
3) Ahli Ikhtiar
Mengoptimalkan daya upaya dan ikhtiar yang diridhai Allah, sehingga
diharapkan akan muncul manusia-manusia unggul yang selalu
berkarya dengan diiringi sikap amar maruf nahi mungkar.
b. Misi
1) Menjadikan konsep manajemen qolbu sebagai konsep perubahan
sikap, penyejuk hati, penggelora semangat, pendidikan dan
pelatihan serta pembinaan
2) Mengarahkan aktifitas organisasi menuju pesantren kota,
lingkungan barokah, Bandung bermartabat
3) Memajukan perekonomian DT dengan menumbuhkembangkan
jiwa entrepreneurship, produk dan jasa
4) Mencetak SDM yang siap berkarya dengan etos kerja yang
optimal, pendidikan dan pelatihan serta pembinaan
c. Tujuan
1) Bidang Dakwah:
a) Mengembangkan metoda dakwah yang segar, solutif dan
aplikatif
b) Mengutamakan nilai-nilai Islam yang rahmatan lilalamiin
2) Bidang Pendidikan:
a) Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis marifatullah,
leadership dan entrepreneurship
104
b) Menyelenggarakan pelatihan pengembangan diri yang
berbasiskan Manajemen Qolbu
c) Menyelenggarakan pendidikan formal berjenjang dari TK
sampai Perguruan Tinggi yang berorientasi pada kemandirian
3) Bidang Sosial:
Memberdayakan potensi masyarakat dengan mendirikan Lembaga
Pengelola Zakat nasional yang mensucikan dan memberdayakan.
4) Bidang Ekonomi Syariah:
Membangun model pengembangan ekonomi syariah yang
mengutamakan kemaslahatan bagi masyarakat.

d. Strategi
Strategi yang dikedepankan oleh Daarut Tauhid dikenal dengan
sebutan "Manajemen Qalbu", konsep yang digelontorkan oleh KH.
Abdullah Gymnastiar. Sebuah metode yang mengajak jamaahnya untuk
mampu menseleraskan olah pikir, olah hati dan olah tindakan (dzikir).
Intinya adalah memenej dan memelihara kebeningan hati dengan cara
mengenal Allah lebih mendalam (dengan amalan/dzikir). Untuk kemudian
mengisinya dengan nilai-nilai ruhani Islam seperti sabar, ridho, tawakal,
ikhlas, jujur, disertai dengan ikhtiar. Sebagai pesantren yang berada di
tengah kota, Daarut Tauhid memang dimaksudkan untuk mengincar
segmen masyarakat perkotaan yang ingin memperdalam ilmu agama.
5. Pola Kepemimpinan
Pola kepamimpinan yang diterapkan oleh Aa Gym adalah dengan
mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad yang sangat siddiq (benar dalam
tekad dan sikap), sangat amanah (penuh tanggung jawab), fathonah (sangat
105
cerdas dan profesional), serta tabligh (memiliki kemampuan komunikasi yang
andal) akan mengantarkan seorang pemimpin efektif menjadi kemuliaan dunia
akhirat.
Sabda Nabi Muhammad saw Setiap di antaramu adalah pemimpin,
dan akan ditayangkan tentang kepemimpinannya (al-hadits). Artinya
kesadaran untuk memiliki keterampilan adalah satu hal yang standar harus
dimiliki oleh setiap manusia, disebut keterampila memimpin karena manusia
akan berkembang dan tumbuh kemampuan memimpinnya jika yang
bersangkutan secara konsisten terus menerus belajar dan berlatih untuk bias
memimpin dengan baik. Dengan kata lain, walaupun berkata apabila tidak
disertai ilmu dan pelatihan yang benar serta konsisten, hasilnya akan menjadi
pemimpin yang buruk bahkan berbahaya.
Kepemimpinan yang baik harus memiliki keterampilan membangun
visi kedepan, mengatur strategi dengan baik membaca dan mensinergikan
aneka potensi serta memotivasi diri maupun yang dipimpinnya untuk
mencapai hasil yang dicita-citakan. Pemimpin sejati jelajahnya ada di hati
yang dipimpin. Dengan demikian, yang mengikuti akan dengan tulus berjuang
dan berkorban untuk menggapai tujuan mulia yang diharapkan bersama.
Pemimpin sejati harus diawali dengan kegigihan memimpin dirinya
sendiri. Mengendalikan pandangan, pendengaran, tuturkata, keinginan, hawa
nafsu, amarah dan syahwat, sesudah itu memimpin keluarga merupakan
prioritas pula agar menjadi suri teladan bagi masyarakat yang dipimpinnya.
106
Kegagalan membangun keluarga yang baik akan melemahkan wibawa
kepemimpinannya.
Kunci memimpin orang lain adalah dengan meposisikan diri sebagai
teladan dan sebelum menyuruh orang lain, serta menjadi pelayan bagi
masyarakat. Posisi yang lebih banyak berbuat, berkorban waktu, tenaga,
biaya dan pikiran dengan tulus, maka inilah yang akan kena di hati orang-
orang yang dipimpin bukannya diposisikan sebagai raja.
96

B. Penyajian Data
1. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan
Kaulitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu yang diterapkan di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan Diri
Sungguh betapa indah hidup dengan bening hati. Kebeningan hati
menciptakan kedamaian dan kebersamaan. Kebeningan hati diawali
dengan pembersihan hati. Lalu bagaimana kiat menuju kebeningan hati
itu? Ikhtiar pembersihan hati harus dimulai dengan upaya memahami diri
dan orang lain. Tanpa pemahaman dan pengenalan yang mendalam
mustahil bisa terhindar dari kotoran hati. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa sumber dari kiat mengelola qolbu (manajemen qolbu) adalah
pengenalan diri.

96
Abdullah Gymnastiar, Aa Gym Apa Adanya Sebuah Qolbugrafi (Bandung: Khas MQ,
2006), hlm. 144-145
107
Seseorang yang mampu mengendalikan perasaan (emosinya)
adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya. Jadi, tentunya akan bisa
mengendalikan diri begitu mengenalnya secara mendalam. Orang-orang
yang terkadang tidak mampu mengendalikan dirinya, itu karena mereka
merasa asing dengan dirinya sendiri. Lalu, bisa terjadi pada suatu masa
mereka melakukan perbuatan maksiat dan keji sementara mereka merasa
melakukannya tanpa sandar.
Kunci pemahaman diri terletak pada hati. Hati bisa
memperlihatkan secara jelas siapa diri seseorang dan bagaimana watak
seseorang. Hati yang bersih, bening dan jernih isnya Allah bisa
memperlihatkan kebersihan, kebeningan dan kejernihan pada diri
seseorang. Untuk mengenal diri, tentu memulainya dari kedalaman diri
sandiri, dari kedalaman qolbu atau apa yang disebut nurani. Inilah yang
sering dikenal dengan upaya introspeksi diri (muhasabah).
1) Cermati Potensi Diri
Anda adalah apa yang Anda pikirkan, demikianlah sebuah
ungkapan tentang pengenalan dan potensi diri. Artinya jika kita
memikirkan diri kita ini tidaklah berguna, ketidakbergunaan itulah
yang akan tetap menjadi cap diri kita. Dengan demikian, kita pun
memadamkan potensi-potensi positif yang ada pada diri kita karena
kita sudah menata hati dan pikiran ke arah negatif.
97



97
Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati Step by Step Manajemen Qolbu (Bandung: Khas
MQ, 2006), hlm. 2-3
108
Utamanya bisa mengenali potensi diri melalui hubungan
dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain akan memungkinkan
munculnya kritik. Untuk itu, kita pun mengembangkan sikap terbuka
terhadap kritik yang datang dari luar diri kita. Artinya, kita harus
berprasangka baik (husnudzan) tentang apa yang orang lain katakan
terhadap diri kita karena merekalah yang mungkin lebih objektif
melihat potensi-potensi dalam diri kita.
Cara paling praktis dalam upaya pengenalan diri ini adalah
melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungan terdekat, yaitu
keluarga, setelah keluarga, mulailah berhubungan secara harmonis
dengan saudara, teman, tetangga atau orang di dalam lingkungan
pekerjaan. Mungkin di sini akan terasa lebih berat karena keterbukaan
kita akan mengalirkan kritik yang lebih hebat lagi. Namun, yakinlah
bahwa proses ini akan lebih membuat perkembangan emosi semakin
baik dari hari ke hari.








109






Potensi Negatif:

Sombong
Pelit senyum
Cuek
Kurang pergaulan
Kikir
Mau menang sendiri
Tidak percaya diri
Penaku


Potensi Positif:

Rendah hati
Murah senyum
Empatik
Banyak teman
Dermawan
Mau mengalah
Percaya diri
Pemberani


Gambar 4.2 Langkah Praktis Pengenalan diri
Interaksi
Harmonis dengan keluarga
(Lingkungan Terkecil)
Mengembangkan Sikap
Terbuka
Besar Hati Menuai Kritik
Kuat Hati Menenrima
Pujian
110
Kritik adalah senjata ampuh untuk mengenal lebih jauh
kelemahan diri. Alergi terhadap kritik berarti akan membuat tumbuh
suburnya potensi negatif pada diri. Upaya-upaya memperbaiki diri
akan lebih efektif jika menngerakkan segenap potensi positif dalam
diri. Tentu dengan syarat bahwa telah mengetahui adanya kelmahan-
kelemahan pada diri. Potensi untuk memperbaiki diri hanya bisa
digerakkan dengan niat yang tulus.
98

Kebaikan pada diri bisa dilihat secara kasat mata melalui jasad
dan akal. Potensi jasad dan akal yang tampak lahiriah sebenarnya
digerakkan oleh potensi hati atau qolbu. Jadi, qolbu yang bersih akan
menampakkan fisik dan pikiran yang bersih pula. Jasad dan akal hanya
akan menuju pada suatu kebaikan jika dikendalikan oleh qolbu yang
bersih yang membuat perbuatan diri menjadi bernilai dan berkualitas.
2) Fokuskan pada Diri Sendiri
Kebaikan bisa dicontohkan atau ditularkan dari atau kepada
orang lain. Namun, kebaikan akan menjadi efektif marasuk pada diri
mankala berpangkal pada diri kita sendiri. Ungkapan yang cocok
dengan ini bahwa Uruslah diri sendiri sebelum mengurus orang lain.
Perbaikilah diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain.
Bersihkanlah diri sendiri sebelum membersihkan orang lain.
99



98
Ibid., hlm. 4-6
99
Ibid., hlm. 10
111
Jika ingin melihat kebaikan pada diri orang lain, harus
memulainya dari diri pribadi. Seperti halnya jika ingin efektif
mendidik anak sendiri, harus menunjukan sikap yang baik. Bagaimana
mungkin kita melarang anak untuk merokok, padahal sehari-hari kita
merokok di depan mereka? Hal demikianlah yang justru membuat
hidup kita menjadi lebih hina karena perbuatan tidak sesuai dengan
ucapan dan hati kita. Kita akan menjadi bahan cemoohan.
Keinginan kuat atau kerinduan melihat sebuah kebaikan agar
terjadi dilingkungan kita akan memotivasi diri untuk menebarkan
kebaikan dari dalam diri kita. Kita tidak akan sungkan melakukan
pembersihan jika melihat kekotoran di sekeliling. Kita dengan senang
hati menciptakan suasana yang membuat orang lain berbahagia,
apakah itu tersenyum, menolong dan berupaya memberikan solusi.
Pada akhirnya, akan terkondisikan keadaan yang dalam hal ini diri kita
menjadi pusat kebaikan dan solusi bagi orang-orang di sekeliling kita.
Kehadiran diri kita menjadi buah kerinduan bagi orang-orang yang
mendambakan kedamaian dan motivasi, seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW.
3) Ubahlah Persepsi
Persepsi adalah cara pandang terhadap potensi-potensi diri kita.
Karena itu, jika kita mempersepsikan diri kita selalu gagal dan tidak
bisa diperbaiki, sampai kapan pun kita tidak akan pernah sukses.
112
Perubahan persepsi ini memang teramat penting. Dalam konsep
manajemen qolbu pengubahan persepsi harus dimulai dengan
mengukurnya pada kedalamn hati (nurani). Dengan kata lain,
seseorang akan efektif mengubah persepsinya jika dapat menggunakan
sarana qolbunya.
Qolbu akan menuju kepada Allah Swt, akan berbicara bahwa
pada dasarnya manusia memiliki sisi baik. Manusia bisa mengubah
dirinya menuju kebaikan jika ia menghidupkan sisi baik dan
mematikan sisi buruknya. Jadi, harus ada persepsi bahwa kita bisa
menjadi lebih baik, kita bisa menjadi sukses dan Allah Swt senantiasa
akan menolong hamba-Nya yang tulus bermunajat kepada-Nya.
b. Pembersihan Hati
Sebenarnya sukses itu tidak berjuang. Sukses adalah sesuatu yang
tidak hakiki. Manakala seseorang disebut telah meraih sukses, sebenarnya
seseorang itu telah ditawari untuk maraih sukses berikutnya lewat upaya
lebih keras dan lebih tinggi dari pada sebelumnya. Upaya keras ini
memerrlukan tekad.
Upaya keras kita mengenali dan mengendalikan diri juga
memerlukan tekad yang kuat. Tekad ini harus dijaga agar terus berkorban
dan tidak padam. Tekad inilah yang nantinya menjadi jala bagi kita untuk
mulai membersihkan hati karena masa antara mengenali dan
mengendalikan diri adalah membersihkan hati dulu.
113
Kesuksesan dalam konsep manajemen qolbu adalah bagaimana kita
secara istiqomah dapat terus melakukan pembersihan hati sepanjang
kehidupan. Kita harus ingat bahwa kunci keberhasilan agar kita bisa
bertemu dengan Allah Saw adalah kebersihan hati atau qolbun saliim. Jadi,
puncak kesuksesan bermuara pada kebersihan hati dan wahana
pembersihan hati adalah tekad (niat) yang kuat. Tekad menjadi kunci
untuk menggerakkan sesuatu dan tekad juga menjadi kunci terciptanya
sikap istiqomah dalam perilaku.
1) Kunci kedua Ilmu memahami diri
Seseorang bisa membersihkan hati apabila dia terus-menurus
memperbaiki keadaan dirinya yang dirasakan memiliki banyak
kekurangan. Ilmu memahi diri ini berbanding lurus dengan tekad.
Semakin keras upaya-upaya yang dilakukan seseorang untuk
menelusuri siapa dirinya, tentulah tekad untuk memperbaiki diri
semakin besar pula kadar ilmu pemahaman diri yang dimiliki. Dari
sinilah kemudian lahir apa yang menjadi tahapan ketiga upaya
membersihkan hati.
2) Kunci ketiga rajin mengevaluasi diri
Dalam konsep manajemen waktu ada istilah pemetaan dan
pembagian waktu. Jika kita hidup dalam 24 jam sehari, tentu kita bisa
memetakan waktu tiap jam, tiap menit, bahkan tiap detiknya. Dari
pemetaan tersebut, apakah selama ini kita sudah menyediakan waktu
untuk mengevaluasi diri?
114
Sehari-hari kita menghadapi berbagai sifat dan watak orang,
termasuk merasakan watak diri kita sendiri. Jika orang lain menghujat
ataupun menegur kita yang sombong, otak kita akan merespon apa itu
sombong dan apa yang menyebabkan saya sombong. Lalu hati kita pun
diajak berdialog: Benarkah saya sombong? proses itu terjadi karena
kita sudah mengenal kriteria (ilmu) kesombongan. Dengan kriteria
itulah kita mengetahui hakikat sombong dan apa akibatnya, dari situ
kita lalu berpikir: Wah, bener saya ini sombong atau Ah, rasanya
saya biasa saja, tidak sombong. Proses berpikir ini biasa disebut
tafakur. Jika kita sombong, apakah bisa kita menahan kesombongan
itu? Jika kita merasa tidak sombong, benarkah apa yang kita lakukan
bukan merupakan kesombongan?
100

Jadi, sama halnya dengan upaya memahami diri kita dapat
menjelma menjadi upaya pengendalian diri. Kita bisa terus
membersihkan hati jika tahu ilmunya. Kita akan bisa mengukur diri
kita sombong atau tidak dengan ciri-ciri yang kita kenali.
3) Kunci keempat biarkan orang lain menilai kita
Tahapan keempat pembersihan hati adalah upaya membuka diri
terhadap kritik yang datang dari luar diri kita. Di sinilah seseorang bisa
mempraktikan kebesara hati yang dimilikinya. Seseorang akan dengan
lapang dada menerima ketidak senengan dan keraguan orang lain
terhadap dirinya.

100
Ibid., hlm. 16-17
115
Cara efektif untuk menjadi besar hati dan melapangkan dada
adalah dengan menerima atau mencari tahu kelemahan diri dari orang-
orang terdekat kita, misalnya orang tua, kakak, adik, serta istri atau
suami, bahkan bisa pula meminta penilaian dari anak-anak kita.
Apabila di dalam keluarga ini kemudian berhasil dalam evaluasi diri
itu berlangsung secara nyata perkembangan diri kita. Alhasil, akan
tercipta suatu pengondisian agar kita selalu menjaga perilaku karena
ada yang mengawasi. Bukankah hal ini sangat menguntungkan bagi
pengembangan diri kita? Upayakan membicarakan perilaku di tengah
keluarga hendaknya dilakukan secara akrab, terbuka dan jujur agar
proses pembersihan hati berlanjut dengan efektif.
101

4) Kunci kelima bercermin pada prilaku orang lain
Dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari, cermin adalah
orang-orang di sekitar kita, baik yang kenal akrab maupun yang belum
kita kenal. Allah menciptakan berbagai orang dengan berbagai sifat
sebagai cermin bagi kita. Sifat orang akan bermanfaat sebagai cermin
jika kita mengenakan ukuran-ukuran sifat itu kepada diri kita sendiri.
Misalnya, jika kita melihat seseorang menunjukkan kesombongannya,
lantas diri kita hanya bisa berkata Ah, sombong betul orang itu, atau
kemudian apakah keadaan sombong itu kita kembalikan kepada diri
kita? Tentulah tidak ada gunanya apabila kita hanya mengatakan
bahwa, orang itu sombong, yang akan bermanfaat bagi kita adalah

101
Ibid., hlm. 19
116
jika kesombongan yang terjadi di dalam diri kita adalah jika
kesombongan yang terjadi di dalam diri orang lain itu kita kendalikan
agar kita tidak menjadi sombong.
Sebenarnya perilaku orang-orang di sekitar kita bisa menjadi
percepatan pembelajaran bagi kita untuk membersihkan hati. Kita
menjadikan hidup ini lebih efektif dengan mempelajari perilaku orang-
orang di sekitar kita untuk memperbaiki diri, bahkan hal ini lebih
efektif dari pada sekedar membaca buku tentang pengembangan diri
yang lebih banyak dimuat teori. Misalnya, ada orang yang kata-
katanya gampang menyakiti orang lain. Hidup kita akan menjadi
efektif jika kita tidak memberikan komentar atas orang itu dan kita
berupaya saja terhindar agar tidak menjadi orang seperti itu.
c. Pengendalian Diri
Siapa sebenarnya yang paling diwaspadai dalam kehidupan kita?
Bukan orang lain, bukan musuh kita, melainkan diri kita sendiri.
Syariatnya, kita tidak akan celaka, kecuali karena diri kita sendiri. Karena
itu, pengendalian diri adalah fardhu ain sifatnya jihadun nafs adalah
prioritas utama. Bahkan hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw bahwa
jihad akbar adalah jihad melawan diri sendiri.
Pengendalian diri memang memerlukan keterampilan prima.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sumber pengendalian
diri adalah kita harus mengenal diri kita dahulu dan berupaya
membersihkan hati terlebih dahulu. Ibaratnya jika seorang supir, kemudian
117
ditugasi menyetir mobil ber-cc tinggi, kita bisa mengendarainya jika kita
sudah mengenal sangat baik dan kondisinya prima. Namun, sebaliknya
jika tidak akrab dengan mobil tersebut, bukannya bisa mengendarainya
dengan enak, melainkan malah tersiksa olehnya.
1) Mengelola perasaan
Perasaan atau diri itu ibarat kuda liar. Jika kita tidak bisa
menaklukannya, kita pun akan terpelanting dibuatnya. Ada berbagai
perasaan yang berhubungan dengan hawa nafsu yang perlu kita
kendalikan agar kita tidak dirugikan olehnya. Perasaan ini jika tidak
dikendalikan akan menggumpal menjadi amratul qulub (penyakit hati).
Berikut ini perasaan-perasaan yang memerlukan pengendalian diri oleh
kita:
a) Amarah
Allah Swt menganugrahkan rasa marah bagi kita guna
mengekspresikan perasaan hati. Namun, amarah bisa menjadi
media efektif bagi setan untuk menunggangi kita sehingga kita
tunduk kepadanya dengan meledakan amarah. Padahal, jika saja
nafsu amarah tidak ada, setan tentu tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena itu, setan begitu membenci orang yang sebenarnya bisa
marah, tetapi tidak mau marah.
Rasa marah bisa terkontrol jika kita meyakini bahwa hal
itu tiada berguna sama sekali. Amarah itu memang suasana hati
yang paling sulit dikendalikan. Karena itu, Allah Swt dan rasul-
118
Nya sudah memperingatkan kita tentang dampak negatif dari
amarah. Rasulullah saw memberikan cara praktis untuk
mengendalikan amarah, dalam haditsnya yaitu Jika seorang di
antaramu marah ketika sedang berdiri, segeralah ia duduk, jika
kemarahan belum mereda, hendaklah ia berbaring (HR. Abu
Dzar).
Damapak negatif dari marah salah satunya menghasilkan
kata dan perilaku yang keji, yang bisa melukai orang lain. Tentu
saja perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di
lingkungan mana pun. Namun, memang ada kalanya kita tidak bisa
menahan amarah. Jika harus terjadi, pilihlah kata-kata yang tidak
menyakitkan hati, sederhanakan persoalannya jangan diperuncing
dan persingkat kemarahannya, yang terpenting juga jangan
sungkan meminta maaf setelah marah.
b) Ucapan
Mulutmu adalah harimaumu yang akan menerkam
kepalamu. Inilah pepatah lama yang maksudnya betapa bahaya
ucapan atau lisan kita. Banyak sekali yang termasuk bahaya lisan
itu, di antaranya berbohong, menggunjing (ghibah), mengumpat
dan mengobrol yang tiada guna.
Kebersihan lisan harus disertai oleh kebersihan hati.
Tanpa adanya kebersihan hati, kita tidak akan bisa menghasilkan
kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang berisi dan berkualitas.
119
Syeikh Ibnu Athaillah mengatakan, bahwa tiap lisan yang
dikeluarkan pastilah membawa corak bentuk hati yang
mengeluarkannya.
Tersemburnya caci maki, penghinaan, kebohongan,
sumpah serapah, yang rata-rata menyakitkan hati, pastilah
bersumber dari hati yang kotor. Di hati yang kotor selalu terselip
keinginan untuk mengucapkan lisan yang menyakitkan, tidak
bermakna atau sekedar berkomentar yang tidak perlu. Apa saja
yang terlihat di depan matanya ataupun terlintas di pikirannya,
selalu membuatnya gatal ingin bicara. Oleh karena itu, kita perlu
berhati-hati dalam hal lisan, kita perlu kemampuan menahan lisan
dengan mempertimbangkan akibat-akibat yang menyertainya.
Lisan memang tidak melukai sacara fisik, namun bisa melukai
perasaan yang mampu membawa perkelahian fisik, terputusnya
silaturahmi dan hancurnya sebuah sistem.
102









102
Ibid., hlm. 43
120
Tidak penting Penting
Diam
Apa manfaatnya?
Siapa lawan bicara?
Adakah unsur ghibah?
Bagaimana etikanya?
Bagaimana pilihan kayanya?
















Gambar 4.3 Proses Lisan Berkualitas

Keinginan atau niat berbicara
Pikirkan secara matang
Tanyakan pada hati nurani
Lisan yang berkualitas
121
c) Pandangan
Mata atau pandangan kita ibarat kamera yang bisa merekam
setiap objek dan disimpan dalam memori otak. Karena itu,
pandangan lewat mata merupakan virus yang bisa membuta kita
terpengaruh untuk kembali mengotori hati. Barang siapa yang
ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat
hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka jangan terlalu berharap
memiliki hati yang bersih. Umar bin Khattab pernah berkata, lebih
baik aku berjalan di belakang singa dari pada berjalan di belakang
wanita. Ini memperlihatkan betapa bahayanya pandangan,
terutama bagi para ikhwan jika terlarut memandang akhwat.
Pandangan berbahaya tidak terbatas pada soal lawan jenis.
Akan tetapi, termasuk juga pandangan kita terhadap hal-hal yang
kerapkali menggiurkan hati kita. Karena itu salah satu kekuatan
yang diperlukan oleh orang-orang yang istiqomah menjaga hati
adalah menundukan pandangan. Tundukkan pandangan terhadap
hal-hal yang menimbulkan nafsu syahwat dan terhadap hal-hal
yang menimbulkan keinginan hampa.
Bahagialah orang yang sangat senang melihat kebaikan
orang lain. Namun, tatkala mendapati seseorang tidak baik
kelakukannya, segera mengerti bahwa manusia itu bukan malaikat.
Di balik segala kekurangan yang dimiliki orang tersebut pasti ada
122
kebaikannya. Jadi, fokuskan perhatian kita kepada kebaikannya
sehingga bisa tumbuh rasa kasih sayang di hati.
Tabiat nafsu selalu tidak sebanding antara kesenangan yang
didapat dan akibat atau resiko yang diterimanya
103


d) Pendengaran
Hampir setara fungsi dan dampaknya dengan pandangan
dalam memebersihkan dan mengotori hati adalah pendengaran.
Jika kita mendengar hal-hal yang tidak sepantasnya didengar, itu
membuat hati kita tidak tenang dan penasaran untuk
melontarkannya. Jika kita mendengar hal-hal yang tidak
menyenangkan atau menyakitkan, itu dapat menimbulkan dendam
dan amarah yang mengotori hati.
Sebaliknya, jika kita mendengar hal-hal yang baik, tentu
itu akan menentramkan hati. Coba saja kita dengarkan lantunan
ayat-ayat Al-Quran, hati kita menjadi teduh dan tentram rasanya.
Makanya beberapa pakar psikologi menganjurkan pada saat bayi di
dalam kandungan sebaiknya diperdengarkan kepadanya musik-
musik klasik yang berirama lembut dan intelek. Ini merupakan kiat
pertama menanamkan kecerdasan ruhani pada sang bayi. Dalam
Islam tetulah lantunan ayat-ayat Al-Quran yang lebih bermakna
dari pada musik klasik.



103
Ibid., hlm. 42
123
e) Selera makan
Kegiatan makan termasuk jalan bagi seseorang untuk bisa
lebih dekat kapada Allah Swt dan sebaliknya, bisa pula menjadi
media pertuturan nafsu. Hakikat makan bagi seorang hamba Allah
adalah demi menjaga kesehatan tubuhnya dan makanan termasuk
rezeki yang dilimpahkan Allah sehingga seseorang bisa menikmati
dengan penuh syukur. Namun, ada kalanya makanan dijadikan
sebagai alat kesombongan untuk pamer, kekikiran, pelampiasan
nafsu dan alat untuk menzalimi orang lain. Di sinilah makanan
tersebut akan menjadi pupuk bagi pertumbuhan hati yang semakin
kotor.
Barang siapa yang ingin memiliki hati yang sehat dan
memlihara kebeningannya, hendaknya senantiasa berhati-hati
dalam soal makan. Hal-hal yang dapat menurunkan kualitas iman,
seperti tidak sanggup bertahujud, tidak khusuk dalam beribadah,
tumpulnya otak dan tidak terkabulnya doa terkadang disebabkan
perkara makan. Karena itu, perkuatlah kemampuan atau ketahanan
diri terhadap makanan dan Allah serta Rasulullah saw telah
menganjurkan senta mencontohkan perilakunya yaitu berpuasa.
2) Mengelola stres
Kegelisahan dan kecemasan adalah keadaan tidak
mengenakkan yang bisa dialami oleh semua orang. Namun, ada orang
yang bisa tawakal menerimanya sehingga bisa semakin dekat kapada
124
Allah Awt dan bisa menjaga hatinya dari sifat buruk sangka kepada
Allah maupun orang lain. Adapula yang benar-benar tersiksa olehnya
sehingga kerapkali menyalahkan lingkungan, orang lain, bahkan Allah
swt.
Stres berhubungan dengan suasana fisik. Adapun yang
berhubungan dengan kejiwaan biasa disebut depresi. Keduanya timbul
karena banyak hal seperti:
a) Keluarga
Keluarga bisa menjadi sumber stres manakala tidak
memberikan suasana yang kondusif. Misalnya, keluarga yang
mengalami perpecahan, baik perceraian orang tua maupun
pertengkaran orang tua dan anak. Bisa pula karena perilaku-
perilaku buruk yang ditunjukkan oleh orang tua seperti selingkuh,
berbuat tidak adil, menipu orang dan menzalimi orang. Bisa juga
karena perilaku buruk anak seperti terlibat narkoba, melawan orang
tua atau perbuatan-perbuatan melawan hukum.
Stres dari keluarga ini bisa juga timbul dari hubungan
antara suami dan istri. Istri akan merasa cemas manakala melihat
perubahan perilaku suaminya yang kasar, egois dan mau menang
sendiri atau sebaliknya suami merasa cemas manakala melihat
istrinya seorang yang pemboros, suka berkata kasar dan
menyakitkan. Suasana stres dalam keluarga ini berpeluang pula
125
ditimbulkan oleh orang lain di luar keluarga inti, seperti mertua,
menantu, besan, ipar, keponakan dan saudara-saudar lainnya.
b) Hubungan antar personal
Stres bisa diakibatkan hubungan antarpersonal. Sesorang
yang kita cintai biasanya begitu memikat hati, namun manakal
ikatan itu putus karena sang pujaan hati memutuskannya ataupun
menikah dengan orang lain, saat itulah hal yang paling mungkin
menimbulkan stres. Kemudian, bisa pula terjadi manakala kita
dicintai begitu banyak orang, padahal kita tidak mencintai satu pun
dari mereka. Semua ini berpotensi memunculkan ketegangan,
kecemasan dan ketakutan akan masa depan kita.
c) Pekerjaan
Kata-kata stres kerapkali dikenalkan kepada pekerja,
terutama eksekutif di perusahaan. Pekerjaan dan karier menjadi
peluang bagi mereka untuk mendatangkan stres. Misalnya, beban
pekerjaan yang mereka terima tidak sesuai dengan kemampuan
ataupun imbalan yang didapatkan. Bisa juga karena karier mereka
dihambat oleh orang lain atau reputasi hancur karena kesalahan
sepele. Selain itu, soal gaji, penghargaan dan hukuman (reward
and punishment), jenjang karier, serta turunnya omzet atau
kerugian bisa membuat stres. Di pihak lain, orang-orang yang
mendambakan pekerjaan dan masih terus menganggur lama-
126
kelamaan bisa mengalami stres, orang-orang yang kehilangan
pekerjaan juga bisa stres.
d) Tetangga
Orang terdekat di lingkungan rumah kita adalah tetangga.
Tetangga yang baik dan ramah bisa mendatangkan kedamaian bagi
kita. Namun, jika tetangga menjadi sumber keributan, tentulah bisa
mendatangkan stres.
e) Persoalan hukum
Orang-orang yang bersentuhan dengan hukum karena
melanggarnya tidak pelak lagi bisa mengalami stres. Polisi,
pengadilan dan penjara menjadi sesuatu yang menakutkan karena
bisa mencuri kebebasan dan menghancurkan nama baik kita serta
keluarga, belum lagi kita bisa kehilangan pekerjaan karena
persoalan hukum ini.
f) Kondisi fisik
Ketegangan dan kecemasan bisa datang dari perubahan atau
perkembangan fisik. Penyakit atau cacat tubuh bisa menjadi
sumber stres. Seorang yang cacat mungkin saja merasa tersiksa,
kemudian mati-matian menyembunyikan kecacatannya. Seorang
wanita yang menjelang tua, merasa ketakutan dengan kulitnya yang
mulai keriput atau menjadi panik karena memasuki masa
menopause.

127
Kunci menghilangkan stres adalah mendekatkan diri kepada
Allah Swt. Artinya, kita tidak justru larut pada permasalahan yang
mengguncang, tetapi mencari pemecahannya dengan memohon kepada
Allah Swt.
Alangkah ruginya seseorang yang hidup sekali, namun dipenuhi
dengan pikiran tegang
104


3) Mengelola waktu

Waktu adalah amanah bagi manusia untuk digunakan sebaik-
baiknya atau dengan kata lain, efektif dan efisien. Allah memberikan
waktu bagi manusia untuk berkiprah di dunia ini. Ada manusia
memanfaatkan masa itu dengan baik hingga bisa melakukan
percepatan dan memanfaatkannya. Namun, ada pula manusia yang
sebaliknya hingga menunda-nunda dan menggunakan jalan memutar.
Kelakukan, pikiran, sikap, tutur kata dan apa pun yang kita
lakukan, semuanya pasti memakan waktu. Maka, tidak boleh kita
melakukannya kecuali jika dipandang berharga dan bermanfaat
105


Brikut ini kiat praktis mengelola waktu:
a) Biasakan tertib dan teratur
b) Selalu terencana
c) Biasa dengan data dan informasi akurat
d) Sedia perangkat yang memadai
e) Jangan menunda dan mengulur waktu
f) Selalu tepat waktu
g) Biar cepat dan ringkas asal selamat
h) Biasakan cek dan ricek
i) Waspadai pencuri waktu
106



104
Ibid., hlm. 50
105
Ibid., hlm. 58
106
Ibid., hlm. 59-62
128
-


Memberi amanah waktu


Tingkatkan keyakinan kita kepada Allah. Allah Swt
adalah sebaik-baik becking (pelindung) hidup kita.
Keyakinan kepada Allah akan meningkatkan
efektivitas dan efesiensi penggunaan waktu




sudahkan mulut digunakan untuk membicarakan yang
baik dan bermanfaat?

Sudahkah telinga digunakan untuk mendengarkan yang
baik dan bermanfaat?

Sudahkah mata digunakan untuk melihat dan membaca
hal-hal baik serta bermanfaat?

Sudahkah hati dan pikiran kita digunakan untuk
merasakan dan memikirkan hal-hal yang baik dan bermanfaat?

Jadi, upayakan input dan output yang kita terima dan
hasilkan benar-benar berkualitas dan bermanfaat. Jika
demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk menunda-
nunda berbuat kebaikan.

Gambar 4.4 Mengelola Waktu



129
4) Berempati
Empati merupakan kemampuan dan keinginan untuk
merasakan apa yang orang lain rasakan. Berempati termasuk bagian
dari kemampuan mengolah hati. Berempati memungkinkan sikap kita
sebagai manusia bermanfaat buat yang lainnya. Bukankah orang yang
paling mulia itu adalah orang yang paling bermanfaat buat yang
lainnya? Sungguh tiada berguna orang justru merugikan orang lainnya.
Keberuntungan kita bukan diukur dari apa yang kita dapatkan,
melainkan dari nilai manfaat yang ada dari kehadiram kita. Dari sinilah
bermula rasa suka dan sayang orang terhadap kita karena kehadiran
kita bisa menyejukkan, menolong dan memberikan solusi-solusi yang
berguna. Munculnya kesejukan, sifat menolong dan kejernihan pikiran
mencari solusi karena kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan.
5) Berkomunikasi dan bergaul
Komunikasi dalam pergaulan yang hakiki adalah komunikasi
dan pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan. Insya Allah
seperti ini akan terasa sangat indah dan mengesankan. Pergaulan yang
penuh rekayasa, topeng dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai
rendah tidak pernah abadi dan cenderung menjadi masalah, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
Gambaran suasana hati bisa menjadi gambaran nyata dan eksplisit
fisik kita. Untuk itu, orang yang ingin berhasil dalam bergaul harus menata
hatinya sehingga menunjukkan tiga gambar fisik yang baik:
130
1) Aku bukan ancaman bagimu
Harus ada keyakinan dalam hati bahwa kita tidak menjadi ancaman
bagi orang lain. Istilahnya kita bukanlah si biang kerok yang selalu
menimbulkan kesusahan dan kerugian pada pihak orang lain. Andaikan
kita bertemu dengan orang yang sering menyakiti, baik dengan kata
maupun sikapnya, niscaya kita pun tidak akan nyaman berjumpa
dengannya. Bahkan, kalau bisa sangat ingin menghindar darinya. Lalu apa
yang bisa kita lakukan?
a) Hindari penghinaan
b) Hindari ikut campur urusan pribadi
c) Hindari memotong pembicaraan
d) Hindari membanding-bandingkan
e) Hindari membela musuh, mencaci teman
f) Hindari merusak kebahagiaan
g) Hindari mengungkit masa lalu
h) Hindari mengambil hak
i) Hindari kemarahan
j) Hindari menertawakan orang lain
k) Hindari penampilan buruk
107

2) Aku menyenangkan bagimu
Harus ada keinginan dalam hati bahwa kita bisa menyenangkan
orang lain. Alhasil, kehadiran kita bisa menjadi pelipur lara bagi orang-
orang yang sedang bermasalah.
a) Wajah yang selalu cerah ceria
b) Senyum yang tulus
c) Kata-kata yang santun dan lembut

107
Ibid., hlm. 84
131
d) Senang menyapa dan megucapkan salam
e) Sopan bersikap dan penuh rasa hormat
f) Senangkan perasaan orang lain
g) Penampilan yang menyenangkan
h) Memaafkan kesalahan
108

3) Aku bermanfaat bagimu
Telah diungkapkan oleh Rasulullah saw bahwa orang paling mulia
di antara kita adlah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Karena itu,
harus menjadi tekad yang menggebu untuk meraih kedudukan mulia di sisi
Allah dengan cara meningkatkan kemampuan kita agar bermanfaat bagi
orang lain.
Keuntungan lain dari pemberi manfaat ini tentulah menjadi sangat
dibutuhkan, disayangi dan dicintai sebagaimana kita pun menncintai orang
yang berbuat banyak kebaikan kepada kita. Bagaimana kita bisa
meningkatkan manfaat untuk orang lain?
a) Rajin bersilaturahmi
b) Saling berkirim hadiah
c) Menolong dengan apa pun
d) Sumbangan ilmu dan pengalaman
109






108
Ibid., hlm. 89
109
Ibid., hlm. 94
132

komunikator








Mengukurnya dengan hati












komunikasikan




Umpan balik yang menyiratkan
gambar fisik komunikator:

aku bukan ancaman bagimu

aku menyenangkan bagimu

aku bermanfaat bagimu

Gambar 4.5 Proses Komukasi Berkualitas

Lisan Tulisan Gerak tubuh
133
d. Pengembangan Diri
Sering niat dan tekad menggebu di dalam hati untuk mengubah
diri. Lalu, kita tumbuh menjadi pribadi yang kita idamkan. Namun, setelah
tumbuh sering kita justru tidak bisa berkembang. Hal ini karena
kekonsistenan tekad dan niat kita terganggu oleh hal-hal yang berasal dari
dalam diri kita sendiri. Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan
diri karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat
baik dan ingin lebih baik, yang mungkin terlambat hanya kesadaran kita
memahami bahwa kita ini sebenarnya bukanlah pribadi yang
menyenangkan atau mungkin pribadi yang rendah diri karena tidak bisa
mengembagkan potensi-potensi positif yang ada.
Berikut ini upaya-upaya mengembangkan diri setelah melewati
proses pengenalan diri dan pembersihan hati. Keberhasilan pengembangan
diri adalah sebuah prestasi yang membuat hidup ini akan lebih berarti.
1) Membina kepercayaan diri
Perasaan rendah diri akan menjadi sesuatu yang berharga
manakala khusus dihadapkan kepada Allah Swt. Apalah artinya
manusia kecil jika dibandingkan dengan ke-Maha perkasa-an Allah
Swt. Allah Mahatahu meliputi segenap yang ada, sedangkan kita tidak
punya pengetahuan apa pun, kecuali sedikit saja. Karena itu, sangatlah
wajar jika kita merasa rendah diri di hadapan Allah Swt, yang tidak
wajar justru kalau kita merasa rendah di hadapan orang lain. Di
134
hadapan sesama manusia yang sama-sama diciptakan Allah dari tanah,
inilah yang menjadi masalah.
Tanda kita rendah diri, misalnya ketika kita harus berkumpul
dengan orang banyak, kita dilanda kegalauan luar biasa. Hati terasa
sempit, peluh pun bercucuran. Jika kita diminta untuk melakukan
sesuatu, kita segera menghindar, bukan karena sebab buruknya yang
diminta, melainkan karena adanya perasaan diri tidak mampu.
Ternyata penolakan ini tidak menolong kita. Kita semakin
merana dan merasa diri ini betul-betul hina tanpa guna. Kita pun lebih
sering menyendiri sehingga hidup ini menjadi sunyi senyap tanpa arti.
Tidak jarang perilaku ini melahirkan beban yang amat berat. Bahkan,
apabila semakin melekat pada diri pribadi, melahirkan keinginan fatal
menuju mati.
Minder memang menjadi berbahaya. Karena itu, mari kita
evaluasi diri sebelum penyakit ini menyerang dan membuat usaha kita
berkembang menjadi sia-sia. Waspadai hal-hal berikut ini:
a) Karena keaadaan Tubuh
b) Karena keadaan keluarga
c) Karena status sosial
d) Karena pekerjaan
e) Karena pendidikan
2) Membangun kredibilitas dan kapabilitas
Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul Allah
merupakan sosok yang sudah memiliki kredibilitas tinggti,
mendapatkan gelar al-Amin (terpercaya) dari masyarakat kota Mekkah
135
sejak usia remaja dan menjadi orang terpercaya (kredibel) karena
akhlak dan perilakunya. Kepercayaan adalah inti dari hubungan
antarsesama manusia. Seseorang yang telah memperolah kepercayaan
dari banyak orang sangat dimungkinkan memperoleh kesuksesan
dalam karier kehidupannya. Kekuatan hati, memang menjadi salah satu
pilar penting dalam membangun kredibilitas. Berikut upaya-upaya
untuk memperkuat hati dan menjaga kredibilitas:
a) Menebar kejujuran yang terbukti dan teruji
b) Menggalang kecakapan
c) Mengembangkan kreasi dan inovasi
Membangun kapabilitas termasuk sebuah proses yang juga
bersifat try and error. Jika suatu saat kita melakukan kesalahan yang
sengaja ataupun tidak disengaja karena di luar kemampuan kita, jangan
perbah rontok seakan-akan habislah segal-galanya. Kata-kata jatuh
bangunnbagi seseorang yang ingin meraih sukses adalah biasa dan
bukan suatu keburukan. Hal itu akan menimbulkan satu kecerdasan
yaitu apa yang disebut kecerdasan kegetiran sehingga sebagai pribadi
kita siap menjadi berhasil dan siap pula untuk gagal, dan tetap bertahan
dalam kondisi apa pun.
3) Menjadi pribadi unggul
Kata-kata unggul sering didengarkan sebagai kata yang
memiliki makna prestatif. Istilah bibit unggul, sekolah unggu, siswa
dan mahasiswa unngul, pesantren unngul dan lain-lain. Masalahnya
keunggulan hanya akan jadi wacana dan buah bibir jika kita
136
sebenarnya tidak bisa memaknai kata unggul tersebut dengan aktivitas
dan perilaku yang benar-benar menunjukkan keunggulan. Kita telah
mengetahui sebagi seorang muslim bahwa ukuran-ukuran kualitas
pribadi unggul telah ada pada diri Rasulullah saw. Dalam hal ini sesuai
dengan konsep manajemen qolbu, tetaplah tekad kita menjadi pribadi
unggul bermula dari rumah hati. Bermula dari hati ini ada tiga
prasyarat:
a) Kita harus mempunyai kemampuan mengoreksi sikap mental
b) Kita harus berada pada lingkungan dan sistem yang kondusif
c) Kita harus sering bersilaturahmi
110


e. Makrifatullah
Langkah akhir dari upaya mengelola hati (manajemen qolbu)
adalah kecondongan diri kita kepada Allah. Qolbu yang bersih dan terjaga
harus senantiasa fokus kepada Allah demi menghidupkan dan
membinarkan terus-menerus pusat kepemimpinan di dalam diri kita yaitu
Allah Azza wa jalla.
1) Jalan menuju Allah
Dalam upaya pengenalan diri pada langkah pertama
manajemen qolbu, kita mengiringi dengan upaya mengenal Allah. Bisa
mengenal Allah adalah mutiara paling berharga dalam hidup ini,
apalagi jika kita tergolong orang-orang yang dikasihi Allah.

110
Ibid., hlm. 99-126
137
Oleh karena itu, tahapan paling tinggi bagi kita dalam
pengenalan diri, pembersihan hati, pengendalian diri dan
pengembangan diri adalah jalan menuju ridha Allah Swt. Segala
aktivitas kita di dunia ini harus menuju pada apa yang diridhai oleh
Allah. Insya Allah istiqomah pengelolaan hati akan terjaga dengan
senantiasa kita berpikir dan berikhtiar semata-mata demi Allah serta
kita melakukan dzikrullah semata-mata untuk mendekatkan diri dan
mengingat Allah Swt.
2) Kecerdasan ruhaniah
Kecerdasan ruhani merupakan anugerah Ilahi kepada hamba-
Nya yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam hati orang-
orang yang dianugerahi kecerdasan seperti ini, cahaya Ilahi akan selalu
berbinar. Inilah ciri-ciri orang yang teranugerahi puncak kecerdasan
yaitu kecerdasan ruhaniah.
a) Mengalami perubahan yang dahsyat
Kekuatan keyakinan itu begitu dahsyat mengubah apa pun
bukan dengan bilangan tahun, melainkan bisa dengan bilangan
bulan, minggu, hari, bahkan detik. Jadi, jika menginginkan
perubahan yang drastis dan dramatis, tidak bisa dengan ancaman
dan paksaan, tetapi dengan kekuatan keyakinan kepada Allah-lah
semuanya bisa berubah. Dengan keimanan kita bisa berharap
terjadinya perubahan hakiki pada diri kita, yang semula pemalas
berubah menjadi sarat semangat berkarya.
138
b) Menjadi orang yang merdeka
Berbahagialah orang yang membina hubungan baiknya
tidak saja secara horizontal, tetapi yang lebih penting adalah secara
vertikal dengan Allah Swt. Manakala kita telah mengenal Allah
Swt kita pun akan menjadi merdeka. Dipuji tidak dipuji kita tetap
giat berbakti, diberi balasan atau tidak kita tetap senang berbuat
baik, diawasi atau tidak kita tetap istiqomah bekerja dengan tertib
dan optimal.
Siapa pun yang mengenal Allah, tidak akan pernah kecewa
dengan perbuatan Allah sebab meyakini semuanya telah diatur.
Maka semua puncak kebahagiaan, ketenangan, seluruhnya
berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kita kepada Allah.
c) Merasakan pengiring
Orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah tentu tidak
akan merasakan kesendirian karena dapat meraskan iringan Allah
dalam hidupnya. Kita pun tidak akan pernah merasa sepi sebab ada
Allah yang memperhatikan kita, memenuhi kebutuhan-kebutukan
kita, siang malam baik dalam keadaan sepi maupun ramai.
d) Menjadi optimis
Sebagian besar di antara kita sering merasa kecil dan kecut
hati mengahadapi hidup ini. Hari esok dihadapi dengan
kekhawatiran dan bermuram durja. Padahal andai sudah bulat
139
keyakianannya kepada Allah maka semua kecemasan itu tidak
berarti apa-apa.
e) Memiliki akhlak yang baik
Alangkah tentramnya orang yang berada di samping orang
yang berhati bersih. Kejernihan hati yang berasal dari keyakinan
bahwa Allah mengawasi segala gerak-geriknya, mengetahui
segenap lintasan hatinya. Keadaan seperti ini akan membuat
hidupnya damai. Sekalipun tinggal di tempat yang sempit, dunia
akan terasa luas baginya, hal ini kerana banyak tempat yang
merindukan kehadirannya.
111

f. Ikhlas
Kesungguhan kita untuk meniti kelima langkah yakni pengenalan,
pembersihan, pengendalian dan pengembangan diri serta makrifatullah
atau kecondongan diri kepada Allah, tampaknya tidak akan ada artinya
jika tidak serius untuk menjaga keikhlasan. Ikhlas adalah bersih dari segala
maksud-maksud pribadi, bersih dari segala pamrih dan riya, bersih dari hal
yang tidak disukai Allah Swt. Ikhlas dalam menjadikan Allah sebagai
Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya. Ikhlas dalam
menjadikan Allah sebagai satu-satunya Zat yang kita harapkan, taati, cintai
dan kita takuti. Ikhlas menerima Muhammad saw sebagai penjelas dan
penyampai wahyu Ilahi. Ikhlas menerima Al-Quran sebagai pedoman
dalam segala gerak kehidupan kita.

111
Ibid., hlm. 130-138
140
Manusia yang ikhlas adalah manusia yang berkarakter kuat dan
tidak pernah mengenal lelah. Setiap perilakunya sama sekali tidak
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kedudukan maupun penghargaan.
Baginya yang paling penting adalah Allah ridha kepadanya. Orientasi
hidupnya jelas dan tegas, langkahnya pasti dan penuh harapan, tidak ada
kata frustasi dalam hidupnya, tidak ada kata putus asa dalam usahanya,
jiwanya merdeka karena hanya Allah yang menjadi tujuan hidupnya.
Sungguh beruntung bagi siapa pun yang dikaruniakan oleh Allah
menjadi seorang hamba ahli ikhlas. Secara sederhana ada sebelas tanda
keikhlasan yaitu:
1) Tidak mencari popularitas dan tidak menonjolkan diri
2) Tidak rindu dan tidak terkecoh pujian
3) Tidak silau dan cinta kepada jabatan
4) Tidak diperbudak imbalan dan balas budi
5) Tidak mudah kecewa
6) Tidak membedakan amal besar dan amal kecil
7) Tidak fanatis golongan
8) Menyalurkan emosi secara objektif
9) Ringan, lahap dan nikmat dalam beramal
10) Tidak egois karena selalu mementingkan kepentingan bersama
11) Tidak membeda-bedakan pergaulan
112

g. Kiat-Kiat Manajemen Qolbu
1) 3 S Manajemen Konflik
a) Semangat Bersaudara
b) Semangat Mencari Solusi
c) Selamat Maslahat Bersama

112
Ibid., hlm. 143-154
141
2) 3 M Kiat Mengubah Bangsa
a) Mulai dari Diri Sendiri
b) Mulai dari Hal yang Kecil
c) Mulai Saat Ini
3) 5 Pantangan
a) Pantang Sia-Sia
b) Pantang Mengeluh
c) Pantang Menjadi Beban
d) Pantang Berkhianat
e) Pantang Kotor Hati
4) Membangun Kredibilitas
a) Kejujuran yang Terbukti dan Teruji
b) Cakap
c) Inovatif
5) TSP
a) Tahan dari buang sampah sembarangan
b) Simpan sampah pada tempatnya
c) Pungut sampah insya Allah sedekah
6) 7 T Kiat Membentuk Pribadi Sukses
a) Tenang
b) Terencana
c) Terampil
d) Tertib
e) Tekun
f) Tegar
g) Tawadhu
7) Prinsip Kerja Sama
a) Adil
b) Saling menguntungkan
c) Transparan

142
8) 5 S Kiat Membentuk Pribadi Simpatik
a) Senyum
b) Salam
c) Sapa
d) Sopan
e) Santun
9) 5 Kiat Praktis Mengatasi Persoalan Hidup
a) Siap
b) Ridha
c) Jangan Mempersulit Diri
d) Evaluasi Diri
e) Hanya Allah Satu-satunya Penolong
10) 3 B + RS (Budaya Kepemilikan)
a) Berkah
b) Bersahaja
c) Bersih
d) Rapi
e) Serasi
11) B + 2 L
a) Berani mengakui jasa dan kelebihan orang lain
b) Bijak terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain
c) Lihat kekurangan dan kesalahan diri sendiri
d) Lupakan jasa dan kebaikan diri sendiri
12) Konsep Produk
a) Mutu Terjamin Halal
b) Murah Harganya
c) Mudah Didapat
d) Mutakhir
e) Multi Manfaat Dunia dan Akhirat


143
13) Konsep Untung
a) Bila Menjadi Amal Shaleh
b) Bila Menjadi Ilmu
c) Bila Bermanfaat
d) Bila Menambag Silaturahmi
e) Bila Menguntungkan Orang Lain
14) DEWASA
a) Diam Aktif
b) Empati
c) Wara
d) Adil
e) Suri Teladan
f) Amanah
15) Rahasia Sosialisasi
a) Suri Tauladan
b) Media yang Aman
c) Pendidikan yang Unggul
d) Lingkungan yang Kondusif
16) 7 B Kiat Meraih Hidup Sukses
a) Baribadah dengan Benar dan Istiqomah
b) Berakhlak Baik
c) Belajar Tiada Henti
d) Bekerja Keras, Cerdas dan Ikhlas
e) Bersahaja dalam Hidup
f) Bantu Sesama
g) Bersihkan Hati Selalu




144
Berikut adalah pemaparan tentang santri Program Pesantren
Mahasiswa (PPM) di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung:
a. Latar Belakang Program Pesantren Mahasiswa (PPM)
Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan akhlak, karakter,
pemikiran, bahkan keyakinan seseorang, tidak sedikit orang yang berubah
menjadi tidak baik dan menyimpang ketika salah dalam mengambil
lingkungan yang ditempati. Sudah menjadi kebutuhan bagi para
mahasiswa untuk memilih tempat tinggal yang sesuai, bukan hanya karena
jaraknya yang dekat dengan kampus, tapi juga tempat yang kondusif untuk
belajar dan menambah pengetahuan, dalam mengembangkan kemampuan
diri dengan penguasaan wawasan, pengalaman, dan pergaulan yang Islami
sebagai bekal untuk masa depan.
Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Daarut Tauhiid Bandung,
sebagai wadah bagi mahasiswa untuk beraktivitas dengan kreatif dan
inovatif, sekaligus sebagai tempat belajar dan menimba ilmu pengetahuan
keagamaan. Program ini diharapkan dapat membantu menumbuhkan
idealisme para mahasiswa dalam mencetak kader-kader baru generasi
muda yang memiliki komitmen dan bertata nilai Islam yang kuat, dengan
penguasaan pengetahuan dan kemampuan pemahaman yang utuh serta
ruhiyah yang mantap (baik dan kuat).

145
Program Pesantren Mahasiswa (PPM) pada prinsipnya hadir
sebagai sebuah jawaban alternatif, dengan didasari oleh adanya tanggung
jawab dan kepedulian terhadap kondisi generasi bangsa yang saat ini
cenderung mengarah pada terjadinya degradasi moral. Program Peasntren
Mahasiswa (PPM) sebagai sebuah program pendidikan yang berorientasi
pada penanaman aqidah, pengembangan potensi dan pembentukan sikap,
dengan harapan menjadi solusi alternatif bagi bangsa.
Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Daarut Tauhiid adalah
program santri mukim 1 (satu) tahun, program ini menggunakan pola
pembelajaran lepas kuliah (PLK), dengan tidak mengganggu aktivitas
kuliah. Waktu pembelajaran yang digunakan yaitu bada sholat subuh dan
bada sholat ashar (waktu belajar pada prinsipnya fleksibel dan
kondisional).
b. Tujuan Program
1) Umum
Membentuk pribadi muslim yang memiliki aqidah yang bersih,
ibadah yang benar dan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah)
2) Khusus
Menghasilkan sosok santri yang memiliki:
a) Pemahaman keIslaman yang baik dan benar
b) Ruhiyah yang bagus
c) Kebeningan Hati
d) Kemandirian dan bertanggung jawa
e) Berjiwa kepemimpinan
f) Mampu mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
sehari-hari
146
c. Pendekatan Program:
1) Menampilkan contoh/ suriteladan
2) Pendidikan, latihan dan pembinaan yang berkesinambungan
3) Lingkungan kondusif
4) Kekuatan doa (kekuatan spiritual)
d. Tahapan Kegiatan
1) Masa pendaftaran
2) Proses seleksi
3) Tes pengetahuan dasar agama Islam
4) Tes kesemaptaan
5) Wawancara
6) Orientasi santri dan diklatsar
7) Proses Kegiatan Belajar (KBM)
8) Ujian Tengah Semester (UTS)
9) Ujian Akhir Semester (UAS)
10) Aktivitas unggulan
11) Camping ruhiyah dan tafakur alam
12) Malam bina iman dan takwa
13) Praktek Khidmat Masjid (PKM)
14) Pembinaan Anak Muslim Kreatif (AMK)
15) Sidang (Laporan akhir)
16) Wisuda dan kenaikan tingkat (untuk yang melanjutkan)
e. Materi Pembelajaran:
1) Aqidah Islam,
2) Akhlak (MQ)
3) Fiqih,
4) Tahsin Al Qur'an
5) Tafsir Al Qur'an
6) Tahfiz Al Qur'an
7) Hadits
8) Bahasa Arab
147
9) Bahasa Inggris
10) Leadership
11) Entrepreneurship (kemandirian)
f. Fasilitas:
1) Asrama
2) Seragam kebersamaan
3) Syal KBM
4) Keanggotaan perpustakaan
5) Name Tag
6) Serifikat
g. Materi Seleksi:
1) Tes Tertulis kemampuan dasar keislaman (Al Qur'an, Aqidah,
Fiqih, Akhlak & wawasan umum)
2) Kesemapatan
3) Wawancara
h. Pengembangan SDM Program
1) PJ. Program
2) Administrasi umum
3) Mudabbir dan Mudabbirroh
4) Logistik
i. Sarana dan Prasarana
1) Ruang Tidur
2) Dapur
3) Kamar mandi
4) Aula
5) Lemari (loker kecil)
6) Kasur
7) Bantal
8) Selimut


148
j. Syarat-Syarat Pendaftaran
1) Mengisi formulir
2) Foto copy KTP (Kartu Identitas)
3) Foto copy ijazah terakhir
4) Surat keterangan sehat dari dokter
5) Surat Keterangan berkelakukan baik
6) Pas foto 2x3 = 2 lbr dan 3x4 = 2 lbr
7) Surat izin orang tua dan surat keterangan dari kampus

Untuk mencapai target kegiatan belajar Program Pesantren
Mahasiswa (PPM) Daarut Tauhiid Bandung diatur dalam jam pelajaran
terjadwal yang waktunya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan santri.
Kegiatan penyampaian materinya dilakukan secara learning by doing,
pembelajaran sesudah memahami sehingga materi yang dipelajari sesegera
mungkin diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.











122
Tabel 4.1 Jadwal Aktivitas Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 2008-2009


WAKTU SENIN Tp SELASA Tp RABU Tp KAMIS Tp JUMAT Tp SABTU Tp AHAD Tp
03.00 -
03.30
Sahur A Persiapan Shalat Tahajjud A Sahur A Persiapan Shalat Tahajjud
03.30 -
04.30
Shalat Tahajjud + Shalat Subuh
A

AKHLAK
(MQ)
AL QUR'AN
IHKWAN
AL QUR'AN
AKHWAT
04.30-
06.00
MQ ON AIR

Ust.
Mulyadi A.
F.
DI
Ust. Suherman Ar
Rozi
M MQ ON AIR M
Usth. Siti Sumarni
M MQ ON AIR M
06.00 -
07.00
O p s I h / O l a h R a g a + K P S A
07.00 -
07.30
08.00 -
08.30
TAUSHIYAH
08.30 -
09.00
Aa Gym +
Asaatidz
M
09.00 -
09.30
Shalat Dhuha M
09.30 -
10.00
L I B U R T
10.00 -
10.30
AKTIVITAS
KULIAH
A K T I V I T A S K U L I A H CAMPUS
KEBERSAMAAN/
Bersih-bersih
perlengkapan
pribadi
A
PENGAJIAN
AHAD SIANG
M
123
11.00 -
11.30
Aa Gym)
12.00 -
12.30
S h o l a t D h u h u r B e r j a m a a h M
12.30 -
13.00
AKTIVITAS KULIAH / KPS T
14.45 -
15.00
Persiapan Shalat Ashar, Tilawah Al-Qur'an M
15.00-
16.00
S h o l a t A s h a r, D z i k i r A l - M a t s u r o t & P e r s I a p a n K B M M
15.30 -
16.00
16.00 -
16.30
AL-HIKAM
BREAFING
SANTRI
16.30 -
17.30
A K T I V I T A S K U L I A H T
Aa Gym /
Asaatidz
M A K T I V I T A S K U L I A H T
PJ. Program
C7
17.30 -
18.00
KPS + Persiapan Shalat A
KPS/Persiapan
Buka
A KPS + Pers. Shalat A KPS + Pers. Shalat
18.00 -
18.15
TAFSIR JUZ
'AMMA
18.30 -
19.15
Sholat Magrib + Makan Malam M
Ust. Sholahuddin
DH
Sholat Magrib +
Makan Malam
M/T
Sholat Magrib +
Makan Malam
A
19.15 -
19.45
S h a l a t I s y a B e r j a m a a h M
Shalat +
Makan +
Persiapan
Khidmat
pengajian
M
Shalat Isya M
LIBUR T
Shalat Isya M
BHS. ARAB TAUHIID Muthola'ah
PENGAJIAN
MALAM
JUM'AT
KAJIAN FIQIH Muthola'ah MUHADHOROH
19.45 -
21.15
Ust. Nur Stalis
Alamin
A
Ust. Rizal
Zulkarnaen
DI
Mudabbir
A
Aa Gym
M
Ust. Roni A.
Fattah
DI
Mudabbir
A
Mudabbir
A
21.30 -
03.30
I s t i r a h a t / T i d u r A

Tabel 4.2 Format Muhasabah Harian
Bulan : ................
Isilah dengan tanda checklist () pada kolom yang telah disediakan, kecuali untuk poin yang bertanda *
(poin 4, 8 dan 12) diisi dengan angka sejumlah frekuensi sahabat melakukan aktivitas tersebut.
Hari/ Tanggal Hari/ Tanggal
No Aktivitas
Jml

Jml

Jml

Jml

Jumlah
Total
perbulan
Cinta Shalat Cinta Shalat
Shalat Shubuh Berjamaah di Masjid
Shalat Dzuhur Berjamaah di Masjid
Shalat Ashar Berjamaah di Masjid
Shalat Maghrib Berjamaah di Masjid
1
Shalat Isya Berjamaah di Masjid









Shalat Shubuh di Shaf Utama Masjid
Shalat Dzuhur di Shaf Utama Masjid
Shalat Ashar di Shaf Utama Masjid
Shalat Maghrib di Shaf Utama Masjid
2
Shalat Isya di Shaf Utama Masjid









Shalat Sunnah Qobla Shubuh
Shalat Sunnah Qobla Dzuhur
Shalat Sunnah Bada Dzuhur
Shalat Sunnah Bada Maghrib
3
Shalat Sunnah Bada Isya









4 Shalat Sunnah Tahiyyatul Masjid*
5 Shalat Sunnah Dhuha
6 Shalat Sunnah Tarawih Berjamaah/ Qiyamullail/ Tahajjud
Cinta Masjid Cinta Masjid
Datang ke Masjid sebelum Adzan Shubuh (Min. 5 menit sebelum adzan)
Datang ke Masjid sebelum Adzan Dzuhur (Min. 5 menit sebelum adzan)
Datang ke Masjid sebelum Adzan Ashar (Min. 5 menit sebelum adzan)
Datang ke Masjid sebelum Adzan Maghrib (Min. 5 menit sebelum adzan)
7
Datang ke Masjid sebelum Adzan Isya (Min. 5 menit sebelum adzan)









8 Pengamalan TSP dan Bebaskomiba di Masjid*
Cinta Al-Quran Cinta Al-Quran
9 Tilawah/ membaca Al-Quran Min. 2,5 lembar sehari
10 Menghafak ayat Al-Quran

Cinta Shoum Cinta Shoum
11 Shoum Ramadhan/ Sunnah
Cinta Shodaqoh Cinta Shodaqoh
12 Shadaqoh Maal (Harta)*
Cinta Dzikir Cinta Dzikir
Berdzikir Al-Matsurat bada shalat Shubuh
13
Berdzikir Al-Matsurat bada shalat Ashar











1
3
5

124



149























150






















151
Dari data diatas dapat dilihat aktivitas sehari-hari santri yang full day
dengan berbagai macam kegiatan dan pelatihan, diharapkan santri bisa belajar
untuk disiplin waktu supaya tidak banyak waktu yang terbuang begitu saja.
Penyampaian pembelajaran di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung telah menggunakan metode yang
bervariatif.
Jadwal belajar di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) ini disesuaikan
dengan kegiatan formal santri yakni menyesuaikan dengan jadwal kampus.
Kegiatan dimulai setelah kegiatan formal santri
113


Untuk menunjang kegiatan Program Pesantren Mahasiswa (PPM)
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ini ada buku panduan yang
diberikan kepada santri, di dalamnya terdapat tabel format muhasabah harian
yang harus diisi setiap harinya dengan tanda checklist pada kolom yang telah
disediakan, disesuaikan dengan aktivitas yang telah dilakukan. Dua halaman
disediakan untuk setiap bulannya dan diakhir bulan santri akan menjumlah
total point sesuai dengan aktivitas yang sudah dikerjakan.
Tujuannya dari adanya format muhasabah harian ini adalah supaya santri
mampu mengkoreksi dan memperbaiki diri menuju Ridho Allah SWT
114








113
Wawancara dengan Halimah, Murabbiyah Program Pesantren Mahasiswa Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 29 November 2008
114
Ibid., Pukul 16.10
152























153
Dari tabel diatas adalah salah satu cara untuk mendukung tercapainya
target yang diharapkan dari Program Pasantren Mahasiswa (PPM) ini,
kegiatan belajar Program Pasantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung diatur dalam jam pelajaran terjadwal yang waktunya
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dalam pencapain target.


4.6 Santri Harapan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
154
Tabel 4.3 Karakter Santri Daarut Tauhiid
Pembawaan Tenang, kalem dan mantap
Penampilan Bersih, rapi dan wajar
Raut Muka Cerah, jernih, dan murah senyum
Tutur Kata Jelas, santun dan tidak banyak bicara
Sikap Ramah, sopan, peka dan peduli
Gerak-gerik Gesit, tangkas dan cekatan
Mental (karakter kuat)
Penyabar, tangguh, ulet/gigih, pantang
mengeluh, dan pantang menyerah
Sifat (karakter baik)
Jujur, berani, pemaaf, tawadhu, dan tulus
(ikhlash)
1. Kepala
b. Rambut
Selalu dicukur pendek dan tersisir rapih, tidak menutupi daun telinga dan tidak
menutupi kerah. senantiasa terpelihara kebersihannya, dicuci secara berkala,
tidak berkutu, tidak menghalangi kening sewaktu sholat. Tidak ada riwayat
santri DT berambut gondrong, atau kumal tidak terurus. Tidak diperbudak
oleh model rambut yang membuat ujub dan riya, ataupun genit menjadi
korban mode yang tak Islami.
b. Kopiah
Sangat senang berkopiah putih agar selalu bersih, dan kopiahnya dipastikan
secara berkala dicuci serta memiliki cadangan sehingga selalu bersih tidak ada
daki atau warna kumal dan lusuh. Namun tetap bukan merupakan kewajiban.
Harapannya dapat menjadi dawah, bangga menjadi muslim, selain dapat
menjadi sarana penjagaan sikap diri
c. Kening
Ciri khas santri Daarut Tauhiid sangat senang dan betah bersujud, utama
sekali dalam shalat-shalat sunnah, atau sujud syukur, apalagi dikala tahajjud.
Namun demikian, tidak pernah ada upaya untuk menjadi riya dengan sengaja
membuat bekas sujud di keningnya, kalaupun ada dengan sendirinya maka
semua ini dianggap cobaan keikhlasan.
d. Pikiran
Ciri santri DT adalah selalu berpikir positif, senang berpikir keras, berpikir
cepat dan efektif, tajam dan kritis serta terlatih untuk menemukan masalah dan
potensi serta sanggup berpikir keras untuk merencanakan, memecahkan dan
melaksanakan penyelesaian masalah dengan baik dan benar.
Tidak pernah mau berpikir jahat, keji, berpikir mesum, kotor, angan-angan
kosong, lamunan hampa makna atau pikiran negatif lainnya, termasuk tidak
pernah mau berpikir yang sia-sia tiada arti. Berusaha berpikir penuh inisiatif
dan berpikir kreatif, senang dengan ide-ide baru. Senantiasa mengasah
pikirannya dengan bertukar pikiran, merenung atau tafakkur, membaca, atau
aneka cara lainnya yang dapat semakin membuka dan memperluas wawasan
berpikirnya.

155
e. Wajah
Ciri khas santri DT adalah tampak dari wajahnya yang selalu jernih ceria. Full
senyum ikhlas, yang akan menyenangkan siapapun yang menatapnya,
kecerahan tulus yang keluar dari lubuk hati terdalam buah dari sifat yang
selalu ingin membahagiakan orang lain. Wajah segar bercahaya yang
merupakan bekas dari istiqomahnya berwudhu. Merupakan suatu kehinaan
andaikata menampilkan wajah selalu bermuram durja, bengis, suram, ketus,
sinis, dan lain-lain.
f. Mata
Ciri santri DT adalah kemampuan menjaga pandangannya dari apapun yang
dilarang Allah SWT, tidak akan membiarkan matanya jelalatan melihat yang
diharamkan Allah sehingga akan mengeraskan dan menghancurkan hatinya
sendiri juga akan kedudukannya di sisi Allah.
Matanya sangat senang membaca Al Quran, tiada hari tanpa membaca Al-
Quran.
Matanya sangat hobi membaca untuk menuntut ilmu, akrab dengan bahan
bacaan bermanfaat, tahu serta dapat membaca dengan efektif dan efisien.
Matanya dapat menemukan Allah dari kesenangannya mengagumi ayat-ayat
Allah, alam dan segala bentuk kebesaran Allah lainnnya. Matanya hanya
senang melihat yag bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.
g. Telinga
Ciri santri DT adalah kesungguhannya untuk mensucikan pendengarannya
dari segala kemaksiatan dan kesia-siaan, sangat tidak suka mendengar aib
orang lain tanpa niat yang benar untuk kebaikan, tidak mau mendengar musik
atau lagu maksiat dan sia-sia. Tidak mau mendengarkan obrolan tanpa guna,
semua yang didengar dipastikan harus bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.
h. Mulut
Tidak banyak bicara, tapi setiap pembicaraannya terjamin kebenarannya
terucap dengan fasih dan bahasa yang baik juga penuh makna, tutur kata yang
halus penuh etika, jujur dan terbuka, tidak mengenal berdusta, tidak pernah
mengingkari janji, tidak mengada-ada atau menambah-nambah omongan, atau
sebaliknya tidak menghilangkan apa yang harus disampaikan, pendek kata,
perkataannya adalah jaminan mutu.
Tidak pernah mau berkata kasar dan kotor, tidak berkata porno atau apapun
yang merupakan pembicaraan berselera rendah yang akan membuat malu
pendengarnya. Kemarahan tidak menjadikan kata-katanya meganiaya
siapapun dan tidak beranjak dari kebenaran dan keadilan. Tidak pernah mau
berghibah menceritakan aib dan kejelekan orang lain, atau menjatuhkan
kemuliaan orang lain, kecuali demi kebaikan dan dengan cara terbaik.
Gurauannya menyenangkan namun tetap dalam kebenaran, tidak berlebihan
dan melampaui batas, bersih dari kemaksiatan, orang akan aman dari kata-kata
yang akan melukai hatinya.
Tidak pernah mau memasukkan ke dalam mulutnya segala yang haram
maupun yang makruh, maka tidak pernah boleh ada santri yang merokok atau
yang sejenisnya

156
i. Gigi
Selalu tergosok dan terbersihkan dengan baik. Usahakan selalu putih
bercahaya, tidak boleh terjadi ada santri yang bergigi kuning kotor karena
jarang digosok, atau banyak kotoran di sela-sela giginya. Setiap karang gigi
dan gigi yang berlubang harus segera diobati sebelum menimbulkan masalah
yang lebih besar.
Bau mulut harus diperhatikan, tidak boleh membiarkan bermulut bau, ingat
walaupun rajin shaum tidak berarti harus bermulut bau, kita pun tidak pernah
senang dan nyaman berdekatan dengan orang yang bermulut bau, maka orang
lainpun demikian adanya. Milikilah selalu sikat gigi yang baik dan memenuhi
syarat serta pasta gigi yang terjamin kehalalannya. Dan gosoklah minimal 2
kali sehari (Rasul menggosok gigi setiap kali berwudhu dan seusai makan),
dan perhatikan pula caranya dengan benar. Miliki pula tusuk gigi, yang selalu
tersedia setiap saat, sehingga selalu dapat mengontrol kebersihan gigi, apalagi
bagi yang memiliki gigi yang sering bermasalah. Juga sangat baik bila
memiliki obat kumur agar mulut senantiasa sehat dan harum.
j. Kumis dan Janggut
Kumis dianjurkan untuk dipangkas habis, atau kalupun tumbuh harus dicukur
rata dan rapih selalu, tidak melebihi bibir atas. Janggut dan jambang (godeg),
dianjurkan dipelihara agar tumbuh, namun harus selalu dirawat dan dirapihkan
secara berkala sehingga tampak selalu rapih, bila tumbuhnya sedikit dan tidak
merata, maka bisa juga dibiarkan tetap ada namun dicukur sangat pendek atau
kalau perlu dicukur habispun tak menjadi masalah sekiranya bila dibiarkan
menjadi masalah. Dianjurkan selalu memiliki gunting kecil dan pisau cukur,
dan selalu mengontrol kerapihannya setiap hari.
1. Badan
Kondisi badan selalu terjaga kebersihan, kesegaran, dan vitalitasnya
dijaga, tidak berbau keringat utamanya bau ketiak, bahkan senantiasa harum tentu
saja bukan harum yang riya.
a. Otot
Tiada hari tanpa senam atau olah raga. Senantiasa berolahraga dengan baik,
benar dan istiqomah, sehingga ototnya terbentuk dengan serasi dan dapat
berfungsi optimal. Memiliki kekuatan dan daya tahan tubuh yang prima dan
terkondisi dengan baik dan mantap, selau segar dan siap sedia bertugas.
b. Gerakan Tubuh
Ciri santri DT memiliki gerakan tubuh yang gesit, tangkas, terampil, lentur,
mampu bereaksi cepat hasil dari sikap yang selalu dilatih. Sama sekali tidak
berkebiasaan lamban, malas atau lesu, loyo dan lemah.
c. Mental
Ciri santri DT adalah bermental baja, pantang menyerah dalam menghadapi
kesulitan apapun, pantang berkeluh kesah, gigih, ulet, tangguh, tahan uji,
tabah, berani mengambil risiko. Juga sangat pantang menjadi beban bagi
orang lain dengan sengaja. Kalaupun menjadi beban niscaya akan berjuang
untuk balas meringankan beban dalam bentuk yang dia mampu. Sangat
menjaga harga diri dan kehormatannya sebagai seorang muslim.

157
d. Pakaian atau Penampilan
Ciri santri DT senantiasa berpenampilan selalu menutup auratnya dengan
benar. Pakaiannya senantiasa tampil rapih, tersetrika dengan baik, bersih,
serasi, dan disesuaikan dengan keadaan, tidak mengenal penampilan seronok
dan bermewah-mewahan, juga tidak pernah mau berpakaian kumal, kotor,
kusut, bau yang akan membuat orang lain merasa jijik serta merendahkan
umat Islam. Setiap santri diharuskan sangat mejaga penampilannya sehingga
selain akan menyenangkan siapapun yang melihatnya juga turut mengangkat
wibawa dan kehormatan agama serta ummat Islam, namun demikian tetap
harus sangat menjaga niat agar terpelihara dari perasaan pamer, riya, ujub, dan
takabbur.
e. Perut
Dijamin terpelihara dari makanan yang haram atau bahkan yang meragukan
sekalipun, seluruh santri harus istiqomah shaum sunnah senin kamis atau
shaum Daud. Tidak pernah makan berlebihan. Tidak dikenal santri yang
terlalu gembul, rakus dan pemakan sembarang makanan.
f. Tangan
Kuku selalu tergunting dengan baik setidaknya setiap hari jumat, tidak boleh
ada kuku panjang, kusam dan hitam kotor tak terurus. Selalu memakai arloji
yang akurasinya bagus, syukur kalau di tangan kanan (walaupun tidak wajib)
karena yang baik memang dianjurkan di kanan, bukan arloji mewah. Tangan
selalu ringan untuk menafkahkan rizkinya yang halal, tidak mengenal kikir.
Tangannya sangat senang, ringan dan mudah menolong orang lain. Tangannya
sangat terjaga dari menyentuh apapun yang diharamkan Allah, baik harta,
barang maupun lawan jenis yang tak halal baginya.
g. Kaki
Keadaan kaki bersih terpelihara, dengan kuku yang terpotong pendek dan
rapih. Ciri kaki santri DT sangat ringan bergerak ke tempat yang disukai
Allah, ke Masjid, ke Majelis Ilmu, ke tempat orang yang membutuhkan
pertolongan. Memiliki kemampuan dan kekuatan dalam berjalan maupun
berlari hasil dari latihan yang istiqomah. Ciri khas Rasulullah dalam berjalan
adalah langkah yang mantap, cepat bagai jalan di jalanan yang menurun, tidak
mungkin santri DT berjalan santai berleha-leha sia-sia. Senang dan
membiasakan diri untuk selalu bersepatu, sehingga selalu ready to combat.
Bila bersepatu modelnya disesuaikan dengan keadaan dan tidak untuk riya.
Tidak boleh membiasakan hanya bersandal biasa atau sandal jepit karet bila
berada di lingkungan kantor, sekolah, kampus, atau pesantren, apalagi bila
menerima tamu, kecuali untuk ke WC. Bila berkaus kaki maka selalu
warnanya serasi, tak akan dibiarkan berlubang-lubang dan bau, apalagi bila
shalat berjamaah, atau bertamu dengan membuka sepatu.
h. Sikap
Sikap ramah, santun, rendah hati, pemaaf, pemberani, sopan, menjaga
perasaan orang lain, memudahkan dan membantu kepentingan orang lain.
115


115
Buku Panduan Santri Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, hlm. 4-
10
158
2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-Nilai
Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kaulitas Akhlak Santri
Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Bandung
Agar kita dapat memahami tentang perlunya perubahan-perubahan
pendidikan pesantren atau faktor-faktor yang mendukung adanya penerapan
nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kaulitas akhlak yang sangat
besar pengaruhnya terhadap kegiatan-kegiatan Program Pesantren Mahasiswa
(PPM), maka perlu diketahui beberapa faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Pendukung
1) Faktor kegigihan usaha tenaga pendidik Program Pesantren
Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Kegigihan tenaga pendidik adalah merupakan faktor yang
sangat mendukung terhadap pelaksanaan Program Pesantren
Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, karena
tanpa adanya kegigihan kerja yang tinggi dari para tenaga pendidik
mustahil Program Pesantren Mahasiswa (PPM) dapat terlaksana
dengan baik. Untuk itu, mengenai kegigihan usaha para tenaga
pendidik di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung sudah tidak diragukan lagi.



159
2) Faktor internal dan eksternal
Faktor internal dalam melaksanakan penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu di Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung adalah pengasuh, pengurus dan
santri. Dari pengasuh terkait dalam pola kepemimpinan yang
demokratis sebagai figur untuk dicontoh baik itu dari sikap, perilaku
maupun keilmuannya yang turut andil adanya penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu sesuai dengan harapan yang diinginkan. Pengurus
sebagai fasilitator dalam pengembangan adanya penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu sesuai akan tuntutan dari luar. Santri sendiri sangat
besar pengaruhnya terhadap proses penerapan nilai-nilai Manajemen
Qolbu, karena tujuan utama diadakannya program ini adalah untuk
merubah dan meningkatkan keilmuan santri untuk menghadapi
tantangan di masa yang akan datang.
Dalam meningkatkan keilmuan santri, ustadz atau ustadzah
mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dan
membangun kepribadian menjadi seseorang yang berguna bagi nusa
dan bangsa. Oleh karena itu, ustadz atau ustadzah dituntut untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan faktor eksternalnya adalah wali santri dan
lingkungan. Dalam hal ini praktek yang telah dilakukan oleh Program
Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
160
Bandung dalam menata atau menciptakan lingkungan yang kondusif
diperlukan upaya sesering mungkin dalam mengadakan komunikasi
sebaik mungkin dengan wali santri dan masyarakat guna terciptanya
penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu, baik itu melalaui pertemuan-
pertemuan di saat hari-hari besar Islam maupun di saat acara yang
memungkinkan kehadiran wali santri.
Faktor pendukung disini adalah lingkungan yang sangat
mendukung terlaksananya Program Pesantren Mahasiswa sehingga
bisa langsung mengaplikasikan pelajaran yang sudah didapat di
program ini
116


Dilihat dari data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk
mencapai suatu proses belajar mengajar yang diharapkan harus saling
berinteraksi antara santri dan ustadz atau ustadzah. Terlihat dari santri dalam
menelaah pelajaran dan pelatihan serta didukung oleh ustadz atau ustadzah
yang mengajar dengan menggunakan metode yang berbeda supaya santri tidak
merasa jenuh dengan kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum dalam waktu satu tahun dengan mempelajari pelajaran
agama yang terdapat nilai-nilai yang mendukung penerapan nilai-nilai
Manajemen Qolbu ditambah dengan motivasi dari semua pihak akan
membantu tercapainya target dalam Program Pesantren Mahasiswa (PPM)
sebagai contoh dalam mempelajari ilmu agama disertai juga pelatihan yang
akan menjadikan suasana belajar dan berinteraksi dengan orang lain manjadi
kondusif.

116
Wawancara dengan Rosita Septia Tirtani, Santri Program Pesantren Mahasiswa
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 29 November 2008
161
b. Faktor Penghambat
Dalam perjalanan mencapai tujuannya, Program Pesantren
Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung tidak
banyak dihadapkan pada berbagai permasalahan, karena nialai-nialai
Manajemen Qolbu yang diterapkan di Daarut Tauhiid mempengaruhi
kinerja dari setiap individunya. Meskipun demikian ada faktor penghambat
di Program Pesantren Mahasiswa (PPM), permasalahan tersebut salah
satunnya mempengaruhi kualitas kurikulum dari pendidikan yang ada di
Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung itu sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan,
hambatan-hambatan yang dialami Program Pesantren Mahasiswa (PPM)
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung adalah sebagai berikut:
1) Program Pesantren Mahasiswa (PPM) khususnya masih
membutuhkan dana yang lebih demi tercapainya harapan-harapan
yang diinginkan, seperti untuk fasilitas dan sarana-sarana lain yang
mendukung program ini.
Hambatannya di Program Pesantren Mahasiswa ini mungkin
dari segi dana yang masih kekurangan untuk mendukung
program ini baik dari segi sarana ataupun yang lainnya
117


2) Hambatan yang dialami santri dalam menjalankan program ini
adalah rasa malas yang sering muncul ketika jadwal kegiatan
dimulai, kerena faktor kecapekan setelah program formal mereka.

117
Wawancara dengan Hamdani, Ketua Program Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 28 November 2008
162
3) Santri kurang mempunyai kesadaran sendiri dalam hal menimba
ilmu apapun yang merupakan kewajibannya.
Faktor penghambatnya adalah rasa malas yang sering muncul
disaat program dimulai, karena kelelahan setelah kegiatan
formal atau kegiatan lainnya
118






































118
Wawancara dengan Rindra Kurniawati, Santri Program Pesantren Mahasiswa
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, tanggal 29 November 2008
163
2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-Nilai
Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kaulitas Akhlak Santri
Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Bandung
Dalam rangka memahami dan mewujudkan proses belajar mengajar
yang efektif dan efisien guna adanya perubahan-perubahan pendidikan
pesantren dibutuhkan kerjasama yang baik antara pengasuh, pengurus, asatidz
dan santri, kerena tanpa adanya kerjasama yang baik maka mustahil Program
Pesantren Mahasiswa (PPM) dapat terlaksana dengan baik.
Selain itu juga wali santri dan lingkungan ikut andil dalam
mewujudkan pendidikan yang baik. Seperti yang telah telah dilakukan oleh
Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung dalam menata atau menciptakan lingkungan yang kondusif
diperlukan upaya sesering mungkin dalam mengadakan komunikasi sebaik
mungkin dengan wali santri dan masyarakat guna terciptanya peningkatan
kualitas akhlak, baik itu melalui pertemuan-pertemuan di saat hari-hari besar
Islam maupun di saat acara yang memungkinkan kehadiran wali santri.
Wali santri harus selalu memberi dukungan baik moril maupun
materiil. Dukungan moril diberikan melalui pemantauan kegiatan anak sehari-
hari baik mendatangi ke Pondok Pesantren atau melalui media telekomunikasi,
pemberian perhatian, nasehat dan semangat kepada anaknya. Dukungan
materiil diberikan melalui pemberian financial dan pendukung lainnya guna
kelancaran kegiatan pembelajaran. Pihak yayasan juga harus memberikan
164
pelayanan sebaik-baiknya kepada santri. Selain itu juga harus bisa bekerja
sama dengan lingkungan demi kelancaran pelaksanaan pembelajaran yang
ditempuh.
Pada kenyataannya walaupun semua program telah tersusun dengan
baik, tetapi kendala tetap ada saja yang akan muncul. Oleh karena itu, semua
pihak baik wali santri, yayasan maupun santri harus selalu mewaspadai setiap
kendala yang akan muncul. Jika permasalahan telah datang maka harus cepat
diselesaikan agar tidak berlarut-larut dan merugikan banyak pihak.




























165
BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kaulitas
Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Penerapan nilai-nilai Manajemen Qolbu dalam meningkatkan kualitas
akhlak yang ada di Daarut Tauhiid ini ada beberapa tahapan yang semua itu
harus dilatih supaya bisa menjadi kebiasaan dalam menata hati dan bertindak.
Tahapan itu adalah sebagai berikut:
1) Pengenalan Diri
Sebagai langkah awal dalam Manajeman Qolbu, seseorang yang
mampu mengendalikan perasaan (emosinya) adalah orang yang bisa
memahami siapa dirinya. Kunci pemahaman diri terletak pada hati. Hati bisa
memperlihatkan secara jelas siapa diri seseorang dan bagaimana watak
seseorang. Hati yang bersih, bening dan jernih isnya Allah bisa
memperlihatkan kebersihan, kebeningan dan kejernihan pada diri seseorang.
Untuk mengenal diri, tentu memulainya dari kedalaman diri sandiri, dari
kedalaman qolbu atau apa yang disebut nurani.
2) Pembersihan Hati
Upaya keras mengenali dan mengendalikan diri memerlukan tekad
yang kuat. Tekad ini harus dijaga agar terus berkorban dan tidak padam.
Tekad inilah yang nantinya menjadi jala bagi kita untuk mulai membersihkan
hati karena masa antara mengenali dan mengendalikan diri adalah
166
membersihkan hati dulu. Kesuksesan dalam konsep Manajemen Qolbu adalah
bagaimana kita secara istiqomah dapat terus melakukan pembersihan hati
sepanjang kehidupan.
3) Pengendalian Diri
Pengendalian diri memerlukan keterampilan prima. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya bahwa sumber pengendalian diri adalah kita harus
mengenal diri kita dahulu dan berupaya membersihkan hati terlebih dahulu.
Ibaratnya jika seorang supir, kemudian ditugasi menyetir mobil ber-cc tinggi,
kita bisa mengendarainya jika kita sudah mengenal sangat baik dan kondisinya
prima. Namun, sebaliknya jika tidak akrab dengan mobil tersebut, bukannya
bisa mengendarainya dengan enak, melainkan malah tersiksa olehnya.
4) Pengembangan Diri
Niat dan tekad sering menggebu di dalam hati untuk mengubah diri.
Lalu, kita tumbuh menjadi pribadi yang kita idamkan. Namun, setelah tumbuh
sering kita justru tidak bisa berkembang. Hal ini karena kekonsistenan tekad
dan niat kita terganggu oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri.
Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan diri karena pada dasarnya
manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan ingin lebih baik,
yang mungkin terlambat hanya kesadaran kita memahami bahwa kita ini
sebenarnya bukanlah pribadi yang menyenangkan atau mungkin pribadi yang
rendah diri karena tidak bisa mengembagkan potensi-potensi positif yang ada.


167
5) Makrifatullah
Langkah akhir dari upaya mengelola hati (manajemen qolbu) adalah
kecondongan diri kita kepada Allah. Qolbu yang bersih dan terjaga harus
senantiasa fokus kepada Allah demi menghidupkan dan membinarkan terus-
menerus pusat kepemimpinan di dalam diri kita yaitu Allah Azza wa jalla.
Tahapan paling tinggi bagi kita dalam pengenalan diri, pembersihan
hati, pengendalian diri dan pengembangan diri adalah jalan menuju ridha
Allah Swt. Segala aktivitas kita di dunia ini harus menuju pada apa yang
diridhai oleh Allah. Insya Allah istiqomah pengelolaan hati akan terjaga
dengan senantiasa kita berpikir dan berikhtiar semata-mata demi Allah serta
kita melakukan dzikrullah semata-mata untuk mendekatkan diri dan
mengingat Allah Swt.
6) Ikhlas
Ikhlas adalah bersih dari segala maksud-maksud pribadi, bersih dari
segala pamrih dan riya, bersih dari hal yang tidak disukai Allah Swt. Ikhlas
dalam menjadikan Allah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa
alam raya. Ikhlas dalam menjadikan Allah sebagai satu-satunya Zat yang kita
harapkan, taati, cintai dan kita takuti. Ikhlas menerima Muhammad saw
sebagai penjelas dan penyampai wahyu Ilahi. Ikhlas menerima Al-Quran
sebagai pedoman dalam segala gerak kehidupan kita.
Manusia yang ikhlas adalah manusia yang berkarakter kuat dan tidak
pernah mengenal lelah. Setiap perilakunya sama sekali tidak dipengaruhi oleh
ada atau tidaknya kedudukan maupun penghargaan. Baginya yang paling
penting adalah Allah ridha kepadanya. Orientasi hidupnya jelas dan tegas,
168
langkahnya pasti dan penuh harapan, tidak ada kata frustasi dalam hidupnya,
tidak ada kata putus asa dalam usahanya, jiwanya merdeka karena hanya Allah
yang menjadi tujuan hidupnya.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat penulis deskripsikan
bahwa fenomena dakwah Manajemen Qolbu Aa Gym bukanlah hal yang asing
bagi kebanyakan santri Daarut Tauhiid khususnya mahasiswa yang mengikuti
Program Pesantren Mahasiswa (PPM). Dalam hal ini peneliti mengambil
sampel 10 orang dari santri Program Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, dan setelah melakukan interview dengan
mereka maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah mahasisiwa
yang memang benar-benar paham mengenai dakwah Manajeman Qolbu Aa
Gym.
Hampir seluruh responden menyatakan bahwa Manajemen Qolbu Aa
Gym merupakan upaya pengelolaan atau penataan hati dengan berbagai kiat-
kiatnya yakni agar hati selalu bersih, karena hati merupakan pusat atau sumber
dari segala perbuata manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada segumpal darah, bila segumpal
darah itu baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik dan sebaliknya,
segumpal darah itu tidak lain adalah hati. Maka dari itu kebersihan hati
haruslah selalu diupayakan semaksiamal mungkin.
Salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam adalah kesempurnaan
akhlak dan hal itu tidak bisa terwujud apabila hati kita masih kotor, penuh
dengan penyakit-penyakit hati. Pengajaran akhlak di sekolah maupun
169
lingkungan keluarga memang hal yang sangat penting namun salain hal
tersebut kebersihan hati juga harus selalu diupayakan dan salah satunya bisa
dengan cara terapi Manajemen Qolbu, seperti yang telah di contohkan oleh Aa
Gym ini. Dalam menyampaikan dakwah MQ-nya Aa Gym menggunakan cara
yang santun dan bahasa yang mudah dipahami sehingga banyak kalangan
bahkan mahasiswa yang suka mendengarkan ceramah-ceramah beliau. Hampir
seluruh responden menyatakan bahwa mereka tertarik mengikuti MQ Aa Gym
ini salah satunya ialah karena retorika dakwahnya.















170
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian baik berupa dokumen dalam bentuk
tulisan-tulisan ataupun data yang dihasilkan dari lapangan maka dapat penulis
simpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan
Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Manajemen Qolbu merupakan upaya penataan hati dengan berbagai
kiat-kiatnya yakni agar hati selalu bersih, karena hati merupakan pusat atau
sumber dari segala perbuata manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
yang menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada segumpal darah, bila
segumpal darah itu baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik dan
sebaliknya, segumpal darah itu tidak lain adalah hati. Maka dari itu kebersihan
hati haruslah selalu diupayakan semaksiamal mungkin.
Sebagai langkah pertama dalam Manajeman Qolbu adalah Pengenalan
Diri seseorang yang mampu mengendalikan perasaan (emosinya) adalah orang
yang bisa memahami siapa dirinya. Langkah kedua adalah Pembersihan Hati,
kesuksesan dalam konsep Manajemen Qolbu adalah bagaimana kita secara
istiqomah dapat terus melakukan pembersihan hati sepanjang kehidupan.
Langkah ketiga adalah Pengendalian Diri, memerlukan keterampilan prima.
171
seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sumber pengendalian diri
adalah kita harus mengenal diri kita dahulu dan berupaya membersihkan hati
terlebih dahulu.
Langkah keempat adalah Pengembangan Diri, tidak ada kata terlambat
untuk mengembangkan diri karena pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan untuk berbuat baik dan ingin lebih baik, yang mungkin
terlambat hanya kesadaran kita memahami bahwa kita ini sebenarnya
bukanlah pribadi yang menyenangkan atau mungkin pribadi yang rendah diri
karena tidak bisa mengembagkan potensi-potensi positif yang ada. Langkah
kelima adalah Makrifatullah, tahap akhir dari upaya mengelola hati
(Manajemen Qolbu) adalah kecondongan diri kita kepada Allah. Qolbu yang
bersih dan terjaga harus senantiasa fokus kepada Allah demi menghidupkan
dan membinarkan terus-menerus pusat kepemimpinan di dalam diri kita yaitu
Allah Azza wa jalla. Langkah keenam Ikhlas, bersih dari segala maksud-
maksud pribadi, bersih dari segala pamrih dan riya, bersih dari hal yang tidak
disukai Allah Swt.
Program Pesantren Mahasiswa (PPM) prinsipnya hadir sebagai sebuah
jawaban alternatif, dengan didasari oleh adanya tanggung jawab dan
kepedulian terhadap kondisi generasi bangsa yang saat ini cenderung
mengarah pada terjadinya degradasi moral. Program Pesantren Mahasiswa
(PPM) sebagai sebuah program pendidikan yang berorientasi pada penanaman
aqidah, pengembangan potensi dan pembentukan sikap, dengan harapan
menjadi solusi alternatif bagi bangsa.
172
2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Nilai-Nilai
Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri
Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Bandung
Dalam pencapaian Penerapan Nilai-Nilai Manajeman Qolbu dalam
Meningkatkan Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren
Mahasiswa) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung dipengaruhi beberapa
faktor pendukung antara lain: faktor kegigihan usaha tenaga pendidik Program
Pesantren Mahasiswa (PPM) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung dan
dipengaruhi dari faktor internal yakni pengasuh, pengurus dan santri serta
faktor eksternalnya yakni wali santri dan lingkungan. pengurus sangat
berperan penting sebagai penggerak dan pelaksana pendidikan Pesantren
terhadap perkembangan pendidikan Pesantren.
Faktor penghambat antara lain:
a. Program Pesantren Mahasiswa (PPM) khususnya masih membutuhkan
dana yang lebih demi tercapainya harapan yang diinginkan
b. Hambatan yang dialami santri dalam menjalankan program ini adalah
rasa malas yang sering muncul ketika jadwal kegiatan dimulai, kerena
faktor kecapekan setelah program formal santri
c. Santri kurang mempunyai kesadaran sendiri dalam hal menimba ilmu
apapun yang merupakan kewajibannya


173
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan penelitian di Pondok Pesantren
Daarut tauhiid, maka saran-saran yang diberikan penulis berkaitan dengan
Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatka Kualitas Akhlak
Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa) yakni:
1. Prospek Pesantren dalam mengembangkan dinamika keilmuan Islam
dituntut mampu mengaktualisakan diri ditengah-tengah masyarakat.
Dengan pengembangan dinamika keilmuan tersebut harus mampu menjadi
sarana transformasi sosial dan kontekstualisasi ajaran Islam dalam tata
kehidupan masyarakat. Pesantren harus dinamika, artinya tanggap
terhadap perubahan sosialkultural dan tuntutan-tuntutan yang
menyertainya. Harus bermutu, terutama dalam pelayanan program-
program yang ditawarkan. Harus relevan, yakni cocok dengan kebutuhan
masyarakat dan nilai-nilai idealisme yang diembannya
2. Bagi pengurus dan asatidz, hendaklah lebih aktif dan telaten dalam
membimbing dan mendidik santri guna menghasilkan out put yang benar-
benar matang dan tentunya akan berguna bagi masyarakat, nusa dan
bangsa. Bagi santri hendaknya menyadari terlebih dahulu bahwasannya
dalam hal menimba ilmu merupakan suatu kewajiban dan akan berguna
baik untuk diri sendiri maupun orang lain, sehingga secara tidak langsung
santri akan bisa menanggapi dengan positif pelajaran maupun peraturan-
peraturan yang diterapkan untuk mencapai kualitas dan menghasilkan out
put yang baik sesuai dengan harapan
174
DAFTAR RUJUKAN

Anwar, Dessy. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya
Abditama

Adz-Dzakiey, Madani Barran. 2004. Prophetic Intelligence (Kecerdasan
Kenabian). Jogjakarta: Islamika

Abdullah. M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran.
Jakarta: Amzah

Al-Jauziyah. Ibnu Qayyim. 2007. Obat Hati. Jakarta: Darul Haq

______. 2005. Manajemen Qalbu. Jakarta: Darul Falah

Al Ghazali. 2005. Ihya Ulumuddin Pensucian Jiwa, terj., Muhammad
Ereska. Depok: Iqra Kurnia Gemilang

Azra. Azyumzrdi. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi
Menuju Milenium Baru. Jakarta: PT. Logos

Al-Quran dan Terjemahnya. 2004. Bandung: CV. Penerbit J-Art

Al-Darini, Abd Al-Aziz. 2008. Terapi Menyucikan HatiKunci-Kunci
Mendekatkan Diri Kepada Allah, terj., Ida Nursida dan Tiar Anwar
Bachtiar. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Buku Panduan Santri Mukim Program Pesantren Mahasiswa Pondok
Pesantren Daarut Tauhid Bandung

Gymnastiar, Abdullah. 2006. Jagalah Hati Step by Step Manajemen
Qolbu. Bandung: Khas MQ

_______. 2006. Aa Gym Apa Adanya Sebuah Qolbugrafi. Bandung: Khas
MQ

_______. 2005. Inilah Indahnya Islam dengan Manajemen Qolbu.
Bandung: Khas MQ

Hariwijaya, M dan Djaelani, Bisri M. 2006. Teknik Menulis Skripsi &
Thesis. Jogjakarta: Zenith Publisher

Hafidhuddin. Didin. 2002. Membentuk Pribadi Qurani. Jakarta: Harakah

175
Hernowo dan M. Deden Ridwan. 2003. Aa Gym dan Fenomena Daarut
Tauhiid . Bandung: PT. Mizan Pustaka

Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya

Muhyidin, Muhammad. 2007. The True Power of Heart. Jogjakarta: Diva
Press

Muhammad, Nur. diakses 10 Agustus 2009. Antara Makhluk dan Sang
Khaliq. http:www.yahoo.com

Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

______. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo

Partanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arkola

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 1989. Metode Statistik. Bandung: Tarsito

Sadali. A. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV.
Kuning Mas

Siregar, A. Rivay. 2002. Tasawuf dar iSufisme Klasik ke Neo-Sufisme.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental
Intelligence). Jakarta: Gema Insani

Taymiyyah, Ibn. 2006. Terapi Penyakit Hati, terj., Mohammad Rois dan
Luqman Junaidi. Jakarta: PT. SUN


Lampiran I

STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID









Lampiran III

STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENDIDIKAN






















Lampiran IV













Dauroh Islamiyah
Ahmad Sujai
Dauroh Qolbiyah
Suherman Ar Rofi
Adm Keuanagan
Inggrid Laras Agustin
Mudabbir/ah
Santri
PPM
Hamdani
Direktur Pendidikan
Ust. Mulyadi Al Fadhil
Kabag. Kerjasama
Hilman Abdul Halimi
Ka. Sekertariat
Dadan Kurniawan
Kabag. Kesantrian
Rizal dzulkarnaen
TK KHAS
APW
Roni Abdul Fattah
SSG
Duden
Lampiran IV

ATURAN POKOK
SANTRI PESANTREN MAHASISWA
PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID
BANDUNG

BAB I
UMUM
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mumin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam agama Islam (tafaqquh fiddien) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-
Taubah [9] : 122)
Pasal 1
N A M A

Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung
Pasal 2
RUANG LINGKUP

Aturan ini berlaku bagi semua Santri Pesantren Mahasiswa yang belajar di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung sejak hari pertama ia belajar di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.

Pasal 3
ISTILAH-ISTILAH

Di dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
Pondok Pesantren
Adalah Badan Yayasan Daarut Tauhiid yang berorientasi pada bidang pendidikan,
dakwah, sosial dan perekonomian dengan kantor pusat di Bandung yang anggaran
dasarnya dimuat dalam Akta Pendirian Nomor 8 (delapan) tanggal 4 September
1998, meliputi Kantor Pusat, Kantor-Kantor Cabang dan Kantor-Kantor Pembantu
unit-unit usaha lainnya.
Kyai
Adalah pimpinan tertinggi Pondok Pesantren yang mendapat amanah
menghidupkan nilai-nilai ruhiyah bagi kalangan Santri.
Ustadz
Adalah seseorang yang memiliki ilmu agama dan ilmu lainnya yang mendapat tugas
mengamalkannya melalui proses belajar-mengajar program pendidikan Santri di Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid.
Pengelola Kepesantrenan
Adalah seseorang dan tim yang mendapat amanah mengelola pendidikan Santri di
Yayasan Daarut Tauhiid, yang terdiri dari Kepala Departemen Kepesantrenan,
Penanggung Jawab Program Akhlaq Plus Wirausaha, Dauroh, Santri Siap Guna
(SSG), Santri Pesantren Mahasiswa (SMM), Staf Serta Mudabbir.
Kepala Asrama
Adalah seseorang yang mendapat amanah dari lembaga untuk tinggal di asrama
(Asrama ikhwan / akhwat) untuk membina, mengelola dan mengawasi santri
selama berada di asrama dan lingkungan sekitar asrama.
Mudabbir
Adalah pembimbing santri yang secara formal (ditetapkan dengan surat
keputusan), terikat dalam satu hubungan karya/amanah dengan Pondok Pesantren,
dalam rangka pembimbingan kegiatan santri selama 24 jam.
Murabbi
Adalah wali santri yang ditunjuk oleh lembaga yang bertugas untuk membimbing
santri selama mengikuti program pendidikan di Daarut Tauhiid yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan santri.
Lingkungan Pesantren
Adalah area Pondok Pesantren meliputi, area Koperasi Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid (Kopontren), area perkantoran MQ Corporation, area perkantoran
Yayasan Daarut Tauhiid dan rumah Pimpinan Pesantren (Sentral 3), area
perkantoran Departemen Kepesantrenan , area perkantoran Pelatihan (Sentral 7),
area perkantoran Yayasan Daarut Tauhiid, area perkantoran Dompet Peduli
Ummat (DPU), area Masjid Daarut Tauhiid, area kompleks Setiabudi Indah
(Sentral 5 dan 7), dan area asrama Santri PPM / Dauroh / APW Daarut Tauhiid.
Santri Pesantren Mahasiswa
Adalah Santri yang lulus seleksi dan menetap/mukim di lingkungan Pondok
Pesantren dalam menimba ilmu-ilmu yang diselenggarakan oleh bagian
Pendidikan Santri Pesantren Mahasiswa selama kurun waktu tertentu, yang
aturannya diatur dalam aturan pokok Santri Pesantren Mahasiswa.
Diwajibkan
ketentuan yang harus dilaksanakan oleh santri karena alasan syari dan ditetapkan
oleh Lembaga.
Diharuskan
ketentuan yang harus dilaksanakan santri karena tata tertib Santri Pesantren
Mahasiswal.
Ditekankan
ketentuan yang sedapat mungkin dilakukan oleh santri.
Dianjurkan
ketentuan yang sebaiknya dilaksanakan karena adanya keutamaan.
Dilarang / Tidak diperkenankan
ketentuan yang seharusnya ditinggalkan, baik karena alasan syari ataupun tata
tertib Santri Pesantren Mahasiswa.
Sanksi
tindakan yang dikenakan kepada santri karena melanggar peraturan tata tertib
Santri Pesantren Mahasiswa.
Penghargaan
adalah sesuatu yang diberikan kepada santri karena prestasi tertentu.





BAB II
IBADAH
Pasal 4
Shalat

1. Santri diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah tepat
pada waktu dan di tempat yang ditentukan;
2. Santri ditekankan berada di dalam masjid sebelum azan dikumandangkan;
3. Santri ditekankan berzikir setiap selesai shalat fardhu;
4. Santri ditekankan mendirikan shalat sunnah rawatib;
5. Santri ditekankan mendirikan qiyamul lail setiap malam;
6. Santri ditekankan mendirikan shalat dhuha setiap hari;
7. Santri dianjurkan melakukan shodaqoh maal setiap hari;
8. Santri dianjurkan selalu memiliki wudhu'.
9.
Pasal 5
Shoum

1. Santri ditekankan melaksanakan shoum sunnah Senin dan Kamis;
2. Santri ditekankan melaksanakan shoum sunnah Daud;
3. Santri dianjurkan melaksanakan shoum tathawwu.

Pasal 6
Tilawatul Quran dan Hadits

1. Santri diharuskan membaca al-Quran setiap hari;
2. Santri diharuskan memiliki dan memelihara mushaf al-Quran dan
terjemahnya dengan baik;
3. Santri ditekankan untuk mengkhatamkan Al-Quran minimal satu kali dalam
dua bulan;
4. Santri dianjurkan menghafal al-Qur'an dan hadits sesuai target yang telah
ditentukan.

BAB III
AKHLAQ
Pasal 7
Adab sopan santun

1. Mengamalkan tata nilai budaya Islam yang dikembangkan oleh Pondok
Pesantren;
2. Menjaga kebersihan lingkungan Pondok Pesantren dan mengambil sampah
dalam radius 5 meter;
3. Merapihkan alas kaki (ready to come back) dimanapun (apalagi dalam
lingkungan Pondok Pesantren);
4. Menghormati orang lain sebagaimana menghormati diri sendiri dan orang tua;
5. Menjaga hubungan persaudaraan di antara santri, pengelola pendidikan, civitas
Pondok Pesantren, keluarga kyai, dan masyarakat;
6. Menjalankan dengan istiqamah Aturan Pokok Santri Mukim Pondok
Pesantren;
7. Mendukung semua program pendidikan, pelatihan, pemberdayaan dan
pelayanan masyarakat Pondok Pesantren;
8. Membayar kontribusi/administrasi pendidikan sesuai dengan program yang
diambil tepat pada waktunya;
9. Menjaga nama baik Pondok Pesantren;
10. Selalu berusaha untuk berakhlak mulia;
11. Bejuang keras untuk menjauhi segala larangan Islam;
12. Tidak bergaul bebas, berhubungan dengan lawan jenis melalui surat-
menyurat, e-mail, telepon, pesan singkat (SMS), chatting, kirim barang atau
perbuatan sejenisnya yang tidak dibenarkan oleh Pondok.

Pasal 8
Pakaian dan rambut

Untuk ikhwan (Laki-laki), aturan dalam berpakaian adalah sebagai berikut :
1. Senantiasa memakai tanda pengenal (Syal / ID card) selama berada di
lingkungan Pondok Pesantren atau KBM;
2. Senantiasa memakai peci (warna bebas) di lingkungan pesantren;
3. Senantiasa memakai pakaian muslim (baju koko/taqwa) warna bebas, sopan
dan rapih;
4. Khusus untuk hari Senin, Jumat dan khidmat Pengajian Rutin memakai baju
koko putih, celana warna gelap, dan peci putih;
5. Tidak diperkenankan memakai baju kaos pada saat shalat berjamaah atau
sendirian, dan kegiatan belajar-mengajar (KBM);
6. Tidak diperkenankan memakai sandal jepit saat KBM dan kegiatan penting
pesantren;
7. Tidak diperkenankan berpakaian yang bergambar dan atau bertuliskan ketika
shalat berjamaah;
8. Berambut pendek, rapi dan sopan;
9. Dilarang dengan sengaja menyerupai perempuan.
Untuk akhwat (Wanita), aturan dalam berpakaian adalah sebagai berikut :
1. Senantiasa memakai tanda pengenal (Syal / ID card) selama berada di
lingkungan Pondok Pesantren atau KBM;
2. Senantiasa memakai busana muslimah (gamis) warna bebas tapi tidak
mencolok, berkerudung standar DT (lebar, polos, tidak transparan, dan tidak
tipis), dan berkaos kaki;
3. Khusus untuk hari Senin, Jumat dan khidmat Pengajian Rutin memakai
busana muslimah (gamis) warna biru dan kerudung putih standar DT;
4. Tidak diperkenankan memakai baju kaos, pakaian ketat/transparan, celana
panjang/kulot dan yang tidak menutup aurat lainnya;
5. Tidak diperkenankan memakai sandal jepit saat KBM dan kegiatan penting
pesantren;
6. Tidak memakai pengharum badan/pakaian berlebihan (yang menyengat);
7. Dilarang ber-tabarruj (Berhias diri berlebihan);
8. Tidak diprekenankan berambut cepak dan menyerupai laki-laki;
9. Diwajibkan memakai kaos kaki waktu keluar area putri;
10. Dilarang dengan sengaja menyerupai Ikhwan.
Untuk ikhwan dan akhwat :
11. Tidak diperkenankan memakai perhiasan yang berlebihan;
12. Tidak diperkenankan memakai jeans, celana cutbray/komprang dan
sejenisnya;
13. Tidak diperkenankan mewarnai rambut dan menjadi korban mode.

Pasal 9
Disiplin di Kamar mandi

1. Santri wajib menjaga dan memelihara kebersihan kamar mandi;
2. Upayakan tidak berlama-lama di kamar mandi, maksimalkan waktu di kamar
mandi selama 5 (lima) menit;
3. Tidak merendam pakaian cucian lebih dari 24 jam;
4. Peralatan mandi tidak di simpan di kamar mandi;
5. Berusaha selalu hemat air dan sarana kamar mandi lainnya;
6. Tidak berbuat sia-sia di dalam kamar mandi;
7. Mengamalkan adab masuk kamar mandi/wc.

BAB IV
PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Pasal 10
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Ditetapkan oleh Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren dan wajib diikuti oleh
Santri. Waktu dalam kegiatan belajar secara prinsip dilaksanakan dalam 24 jam di
lingkungan Pondok Pesantren dan berdasarkan keputusan yang diambil oleh
Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren.
1. Siap di dalam kelas 10 menit sebelum materi di mulai untuk tilawah al-
Quran;
2. Siap aktif mengikuti pembelajaran dan mencatat intisari pelajaran;
3. Siap menyelesaikan dan menyerahkan tugas pembelajaran;
4. Siap menjaga kebersihan dan kerapihan tempat belajar;
5. Siap mengikuti pelajaran dengan posisi duduk rapih dan sopan dalam kelas
secara terpimpin;
6. Tidak keluar masuk ruangan belajar kecuali izin dari pemateri atau Mudabbir;
7. Tidak diperkenankan makan, minum dan tidur saat mengikuti KBM;
8. Terlibat aktif hadir di kegiatan MQ On Air, Kajian Al-Hikam, dan Pengajian
Rutin (malam Jumat dan Ahad pagi);
9. Mengisi dan menyerahkan buku muhasabah harian santri sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.





Pasal 11
Disiplin Waktu Belajar

1. Penentuan waktu belajar didasarkan kepada hasil musyawarah Pengelola
Pendidikan Pondok Pesantren. Jam belajar santri ditentukan sesuai dalam
jadwal belajar yang terlampir;
2. Setiap perubahan aturan pokok santri dan jam belajar oleh Pengelola
Pendidikan Pondok Pesantren akan diberitahukan sebelumnya kepada Santri
dengan tenggang waktu yang layak;
3. Bagi Santri yang melakukan tugas belajar tertentu untuk kepentingan Pondok
Pesantren berlaku jam belajar tersendiri sesuai dengan sifat tugasnya;
4. Setiap Santri wajib hadir dan belajar pada waktu yang telah ditetapkan
Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren;
5. Santri mencatatkan sendiri kehadirannya pada lembar kehadiran yang
disediakan Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren;
6. Tidak diperkenankan untuk mencatatkan waktu dan menandatangani pada
lembar kehadiran untuk Santri lain;
7. Apabila Santri tidak masuk belajar/kegiatan atau meninggalkan tempat belajar
sebelum jam belajar berakhir, maka harus dengan ijin tertulis mudabbirnya;
8. Apabila untuk suatu keperluan di luar lingkungan Pondok Pesantren seorang
Santri perlu meninggalkan belajar/kegiatan Pondok Pesantren untuk sementara
waktu, diharuskan mencatatkan kepergian dan kedatangannya pada kartu ijin
dan mengisi formulir yang telah disediakan;
9. Tidak diperkenankan merubah waktu pada lembar kehadiran;
10. Santri yang tidak masuk belajar/kegiatan bukan karena alasan sakit, izin tidak
masuk belajar/kegiatan atau alasan-alasan lain yang ditetapkan dalam Aturan
Pokok Santri ini dianggap mangkir;
11. Santri yang tidak masuk belajar/kegiatan karena sakit atau karena alasan lain
yang dapat diterima Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren, wajib
memberitahukan kepada mudabbirnya selambat-lambatnya pada hari belajar
berikutnya;
12. Sakit lebih dari 1 (satu) hari diwajibkan memberikan surat keterangan Dokter
sesegera mungkin atau selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah tidak masuk
belajar;
13. Ketidakhadiran karena alasan lain diwajibkan membuat pemberitahuan tertulis
yang ditujukan kepada mudabbirnya, satu hari sebelumnya.

Pasal 12
Ijin Tidak Belajar

Seorang santri dapat diberi ijin untuk tidak masuk belajar sehubungan dengan hal-
hal berikut :
1. Apabila santri harus mengikuti jam perkuliahan di kampus;
2. Kematian orang tua/saudara kandung Santri sebanyak maks. 3 (tiga) hari;
3. Sakit keras atau di opname (dirawat inap)nya orang tua/saudara kandung
Santri sebanyak maks. 2 (dua) hari;

4. Santri yang bersangkutan tertimpa sakit atau musibah seperti : kecelakaan,
kebanjiran, kecurian dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu,
sebanyak 1 (satu) hari karya atau sesuai surat dokter;
5. Bila direncanakan akan tidak hadir dalam KBM, diwajibkan menyampaikan
berita secara tertulis kepada mudabbir masing-masing, maksimal 1 hari
sebelumnya.
Pasal 13
Buku Pelajaran dan Alat Sekolah

1. Santri diharuskan memiliki seluruh buku pelajaran, catatan dan alat sekolah
yang diperlukan;
2. Santri dilarang menggunakan buku catatan yang bergambar dan bertuliskan
tidak sopan;
3. Santri dilarang meninggalkan buku pelajaran dan atau alat sekolah tidak pada
tempatnya;
4. Santri diharuskan membawa semua buku pelajaran pada hari pelajaran itu
berlangsung.
Pasal 14
Buku Bacaan

1. Santri dianjurkan membaca buku, majalah, koran, atau bacaan-bacaan lain
yang disediakan di perpustakaan;
2. Santri dianjurkan memiliki buku-buku yang menunjang pendidikan;
3. Santri dilarang membaca, memiliki dan menyimpan buku bacaan atau gambar
yang tidak Islami.

BAB V
ASRAMA
Pasal 15

1. Melakukan dan memelihara kebersihan dan kerapihan asrama dan
lingkungannya;
2. Mengucapkan salam sebelum masuk asrama;
3. Merapihkan tempat tidur dan kamar asrama;
4. Menjaga keamanan barang-barang dan meninggalkan loker dalam keadaan
terkunci;
5. Menempatkan barang-barang pada tempatnya dan tidak menggunakan barang
orang lain kecuali mendapatkan ijin dari pemiliknya;
6. Tidak diperkenankan ghibah, dan perbuatan sia-sia lainnya;
7. Bangun paling lambat pukul 03.30 wib;
8. Mematikan listrik, lampu, pompa air dan alat listrik lainnya ketika tidur atau
meninggalkan asrama;
9. Melaksanakan jadwal piket kebersihan yang telah disepakati;
10. Tidur paling lambat pukul 22.00 wib (ikhwan) dan pukul 22.30 wib (akhwat);
11. Tidak diperkenankan membunyikan musik/lagu-lagu yang tidak islami;
12. Tidak membuat gaduh atau mengganggu teman atau ketentraman tetangga;
13. Tidak menaruh barang sembarangan dan tidak membawa barang berharga
(antara lain : perhiasan emas, barang mewah dan lainnya);
14. Masuk asrama paling lambat pukul 21.30 WIB;
15. Asrama akan dikunci pada waktuwaktu tertentu (KBM, Mabit dan kegiatan-
kegiatan lainnya);
16. Tidak diperkenankan tidur di luar asrama yang telah ditentukan;
17. Santri diharuskan keluar masuk pondok melalui pintu yang telah ditentukan;
18. Santri dilarang memasuki gedung bioskop, night club, tempat-tempat
maksiat, bilyard, video game, play station dan sejenisnya;
19. Santri dilarang pindah kamar tanpa seizin Wali Asrama;
20. Santri dilarang menerima tamu/orang lain didalam asrama tanpa izin.

BAB VI
PERIZINAN
Pasal 16

1. Setiap santri yang akan mengikuti kegiatan di kampus, harus menyertakan
surat izin resmi dari Organisasi/Himpunan/Instansi yang bersangkutan;
2. Bagi santri yang akan pulang, harus menyerahkan berita tertulis kepada
mudabbir;
3. Setiap santri yang pulang harus membawa surat ijin pulang sebagai
keterangan resmi dari pesantren, 1 (satu) hari sebelum pulang;
4. Surat Ijin Pulang merupakan surat keterangan resmi sebagai tanda santri
mendapatkan restu untuk pulang dari pengelola pesantren;
5. Siap mengikuti disiplin kembali ke pesantren sesuai dengan perijinan dan
melapor kembali kepada pengelola pesantren/Mudabbir;
6. Siap selalu mengamalkan dan menjaga akhlak sebagai santri pesantren saat ke
luar lingkungan pesantren atau saat di kendaraan atau saat di lingkungan
rumah atau dimanapun.

BAB VII
KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KEAMANAN DAN KETERTIBAN,
KEKELUARGAAN
Pasal 17
Kebersihan

1. Santri diharuskan menjaga kebersihan diri, kamar dan lingkungan;
2. Santri diharuskan menjemur pakaian di tempat yang telah disediakan;
3. Santri diharuskan membuang sampah pada tempatnya (TSP dan
BEBASKOMIBA);
4. Santri diharuskan meletakkan pakaian kotor pada tempatnya;
5. Santri diharuskan meletakkan barang-barang miliknya pada tempatnya;
6. Santri dilarang berkuku panjang, memberi warna pada kuku (cuteks) dan
bertato.





Pasal 18
Keindahan

1. Santri diharuskan memelihara keindahan diri, kamar dan lingkungan
sekitarnya;
2. Santri dilarang menulis, corat-coret di tempat tidur, almari, pintu, dinding
tembok, meja, bangku, dan lain-lain;
3. Santri dilarang menggantungkan pakaian dan sejenisnya di tempat yang tidak
seharusnya;
4. Santri dilarang memelihara binatang di lingkungan asrama;
5. Santri dilarang memajang hiasan yang tidak islami.

Pasal 19
Keamanan dan Ketertiban

Santri dilarang untuk :
1. Mabuk, madat, memakai obat bius, atau zat adiktif lainnya dimanapun;
2. Melakukan perbuatan asusila di lingkungan Pondok Pesantren;
3. Menggunakan status santri Pondok Pesantren untuk melakukan tindakan
yang menguntungkan diri sendiri ataupun pihak ketiga seperti keluarga,
teman-teman tanpa mengindahkan kepentingan Pondok Pesantren;
4. Melakukan tindakan kejahatan misalnya : Mencuri, Menggelapkan, Menipu
dan tindakan kejahatan lainnya yang tidak ditolerir oleh Syari;
5. Memperdagangkan barang terlarang didalam lingkungan Pondok Pesantren;
6. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam sesama santri,
Pengelola Pondok Pesantren, Kyai, keluarga kyai atau tetangga;
7. Membujuk sesama santri atau Pengelola Pondok Pesantren untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, hukum agama ataupun
negara;
8. Dengan sengaja atau karena ceroboh, merusak, merugikan atau menjadikan
Pondok Pesantren dalam keadaan bahaya;
9. Membongkar rahasia Pondok Pesantren atau hal ikhwal Pengelola Pondok
Pesantren, Kyai, dan keluarga Kyai yang seharusnya dirahasiakan, kecuali
atas perintah yang berwajib;
10. Pemalsuan apapun yang merugikan Pondok Pesantren;
11. Perjudian dalam bentuk apapun yang dilakukan di lingkungan Pondok
Pesantren;
12. Tidak hadir selama 6 (enam) hari waktu belajar berturut-turut tanpa
keterangan tertulis dengan bukti-bukti yang sah dan telah dipanggil oleh
Pengelola Pondok Pesantren secara patut, dianggap sebagai mengundurkan
diri atas kemauan sendiri dan akan diproses sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
13. Menghilangkan dengan sengaja karena kecerobohan, barang milik orang lain
dan Pondok Pesantren;
14. Melakukan suatu tindakan baik didalam maupun diluar lingkungan Pondok
Pesantren termasuk terhadap sesama santri atau pihak ketiga lainnya yang
dipandang oleh Pondok Pesantren bahwa tindakan tesebut tidak sejalan
dengan Syariah Islam;
15. Membawa, memiliki, menyimpan, menggunakan senjata api, senjata angin,
senjata tajam, obat-obatan terlarang, minuman keras (khamar) dan sejenisnya;
16. Membawa, menyimpan dan menghisap rokok;
17. Memberikan keterangan palsu;
18. Membuat dan atau mengikuti kelompok-kelompok gelap (gank) baik secara
simbolis atau terang-terangan, perkelahian dan perbuatan sewenang-wenang;
19. Berkelahi tanpa alasan syar'i.

Pasal 20
Kekeluargaan

1. Santri diwajibkan menghormati pengasuh, ustadz/ustadzah, karyawan dan
keluarga besar pondok, serta berlaku sopan kepada sesama teman maupun
tamu;
2. Santri diwajibkan hormat-menghormati dan tolong-menolong dalam
kebaikan;
3. Santri diwajibkan membantu meringankan penderitaan sesama santri yang
sakit/terkena musibah;
4. Santri diwajibkan menjaga dan meningkatkan ukhuwah islamiyah.

BAB VIII
SANKSI DAN PENGHARGAAN
Pasal 21
Sanksi/ Disipln santri

Pengelola Pondok Pesantren menyadari pentingnya penegakkan disiplin belajar
ini harus selaras dengan salah satu motto dari Pondok Pesantren yaitu "Tiada
Prestasi Tanpa Disiplin ", karenanya terhadap pelanggaran / kesalahan yang
dilakukan- Santri atas peraturan yang telah diatur dalam Aturan Pokok Santri ini
dapat diberikan peringatan / sanksi dan Poin negatif yang harus ditebus dengan
Amaliah positif yang dapat menghapus Poin negatif, selambat-lambatnya satu
bulan sebelum program berakhir.
Sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Santri dimaksudkan sebagai
tindakan korektif dan pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku Santri,
termasuk dalam melaksanakan ibadah pokok keagamaan.
Sanksi didasarkan pada :
1. Macam dan tingkat pelanggaran;
2. Frekuensi (sering / pengulangan) pelanggaran;
3. Unsur kesengajaan;
4. Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa.






Tabel Jenis sanksi dan bobot Poin negatif diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan
yang disesuaikan dengan tingkat dan jenis pelanggaran

No
Tingkat
Pelanggaran
Jenis Pelanggaran
Terhadap :
Bobot Poin
Negatif

Jenis Sanksi
( Ditentukan
oleh pengurus)
Masa Kaffarat

1

Pelanggara
n Tingkat I
(Ringan)

Pasal 4 : (1) (5), (6),
(7).

Pasal 5 : (1).

Pasal 6 : (1).

Pasal 7 : (3).

Pasal 8 : Ikhwan :
(1),(2),(3),(4),(6),(8)
(11),(12),(13).

Pasal 8: Akhwat :
(1),(2),(3),(4),(5),(9)
(6),(7),(11),(12),(13).

Pasal 10 : (9).

Pasal 11 :
(6),(7),(9),(10),(11)
(12),(13).

Pasal 12 : (1), (5).

Pasal 13 : (2).

Pasal 14 : (3).

Pasal 15 :
(7),(10),(11),(12)
(14),(17),(19).

Pasal 17 :
(1),(2),(3),(4),(5),(6).

Pasal 18: (1),(3)
(4),(5).

10 Poin
1 Poin

1 Poin

1 Poin

1 Poin

2 Poin
5 Poin
10 Poin

2 Poin
10 Poin
5 Poin


10 Poin
2 Poin


10 Poin

10 Poin

10 Poin

2 Poin
5 Poin
10 Poin

2 Poin
2 Poin

10 Poin

Diberikan teguran
atau peringatan

Menghafal ayat Al-
Qur'an dan hadits


Menghafal Tekad
kehormatan tauhiid
atau jargon-jargon
DT

Merangkum


Membangunkan
santri waktu subuh

Menyapu


Mengepel

Meminta nasihat
dan tanda tangan
pengasuh.

Menulis Al-Quran
atau hadits sesuai
pelanggaran

Membaca Al-
Quran pada waktu
dan tempat yang
telah ditentukan.
Merapikan sandal
di masjid atau di
asrama


* Diatur sesuai
kesepakatan

2

Pelanggara
n Tingkat
II
(Sedang)

Pasal 7 : (9)(12).

Pasal 8 : Ikhwan (9).

Akhwat:(8),(10)

Pasal 11 : (8).

Pasal 15: (5),(16),(20)
(18).



20 Poin
25 Poin

25 Poin
25 Poin

20 Poin


20 Poin
25 Poin


Membuang sampah
Merapikan jemuran
umum
Membersihkan
kamar mandi/WC
Membersihkan
halaman / lapangan
dari rumput,
sampah dan ilalang
Wajib lapor rutin
ke pengasuh.
Melakukan

* Diatur sesuai
kesepakatan
Pasal 16 : (1), (2)
(3),(5).

Pasal 18 : (2).

Pasal 20 : (1).


Pasal 19: (6),(7),(13).
25 Poin
20 Poin

25 Poin

25 Poin


25 Poin



rekonstruksi
Meminta nasihat
dan tanda tangan
pada
pengasuh/ustadz
atau pimpinan
pondok
Men-tasmi'-kan
ayat Al-Quran atau
hadits sesuai
pelanggaran
Bending dan atau
push-up.
Diumumkan di
hadapan seluruh
santri.

3

Pelanggara
n Tingkat
III (Berat)

Pasal 19 :
(1),(2),(3),(4),(5),
(8),(9),(10),(11),(12),(5)
(14),(16),(17),
(18),(19).


100 Poin
100 Poin
75 Poin

Mengembalikan
dan atau mengganti
kerusakan
Skorsing
Pemanggilan orang
tua santri
Pembebasan status
sebagai santrti
Pesantren
Mahasiswa.

* Diatur sesuai
kesepakatan




























Tabel Jenis Amaliah yang bisa Menghapus / Mengurangi Poin Negatif.

No Jenis Amaliah
Poin
Negatif
yang
terhapus
1
Shalat Fardhu berjamaah di masjid tepat
waktu selama 3 hari berturut-turut (15
waktu Shalat)
30 Poin
2
Shalat Fardhu berjamaah di masjid tepat
waktu selama 1 hari
10 Poin
3
Shalat Fardhu di shaff utama Masjid
sebanyak 5 waktu shalat Fardhu
5 Poin
4
Shalat sunnah Tahajjud / Qiyamullaill
11 Raka'at selama 3 Hari berturut-turut
25 Poin
5
Shalat sunnah Dhuha min 4 Raka'at
selama 3 Hari berturut-turut
10 Poin
6 Shoum sunnah Hari Senin dan Kamis 20 Poin
7 Shoum sunnah Nabi Daud 10 Poin
8
Tilawah Al-Qur'an Min 1 juz / Hari
selama 3 Hari
15 Poin
9 Menghafal Al-Qur'an 1/2 Juz 50 Poin
10
Menghafal 1 hadits Arba'in lengkap
dengan Sanad, Matan,Rawi dan
terjemahnya
10 Poin
11
Shodaqoh Maal Min. Rp. 500 sebanyak
5 kali
5 Poin
12
Datang ke Masjid sebelum waktu Shalat
dimulai ( Min. 10 menit sebelum
Adzan)
3 Poin

Keterangan :

Surat Peringatan 1 (SP 1) akan diberikan jika Poin negatif sudah
terakumulasi sebanyak 25 Poin;
Surat Peringatan 2 (SP 2) akan diberikan jika Poin negatif sudah
terakumulasi sebanyak 50 Poin;
Surat Peringatan 3 (SP 3) akan diberikan jika Poin negatif sudah
terakumulasi sebanyak 75 Poin;
Surat Pembebasan status sebagai santri diberikan jika Poin negatif
sudah terakumulasi sebanyak 100 Poin .





Pasal 22
Pemberian Sanksi dan Surat Peringatan (SP)

1. Yang berhak memberi sanksi adalah :
a. Pengurus organisasi santri yang ditunjuk;
b. Mudabbir/ah yang ditunjuk;
c. Penanggung Jawab Program Santri Pesantren Mahasiswa;
d. Ustadz/ustadzah yang ditunjuk;
e. Manajemen Departemen Kepesantrenan yang ditunjuk.
2. Yang berhak mengeluarkan Surat Peringatan (SP) adalah Penanggung Jawab
Program Santri Pesantren Mahasiswa;
3. Pemberian surat pembebasan status santri ditetapkan melalui musyawarah
bidang-bidang terkait..
Pasal 23
Penghargaan

1. Santri yang berprestasi berhak mendapat penghargaan.
2. Penghargaan meliputi :
a. Piagam penghargaan;
b. Poin tambah untuk menjadi santri terbaik;
c. Hadiah tertentu yang tidak mengikat.

BAB IX
LAIN-LAIN

Pasal 24
KETERTIBAN UMUM

1. Setiap Santri diwajibkan ikut menjaga ketertiban. keamanan, kebersihan.
kesehatan dan keselamatan belajar di asrama maupun di lingkungan Pondok
Pesantren;
2. Setiap Santri diwajibkan memelihara alat/perlengkapan milik Pondok
Pesantren dengan baik dan teliti termasuk keamanan penempatan, dan
penyimpanannya dan terhadap akibat penyambungan stop kontak listrik atau
sebab yang lainnya;
3. Setiap Santri dilarang membawa, memindahkan dan meminjamkan alat
perlengkapan milik Pondok Pesantren tanpa izin yang Pengelola Pendidikan
Pondok Pesantren.

Pasal 25
KEAMANAN PONDOK PESANTREN

1. Santri wajib mentaati peraturan keamanan di dalam Pondok Pesantren;
2. Santri yang mengetahui adanya keadaan/kejadian atau benda yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran, pencurian, gangguan terhadap ketentraman
dan keselamatan di lingkungan karya, wajib segera memberitahukan Tim
Kamtib atau pimpinannya langsung atau siapa saja yang dapat dihubungi
secara cepat.
3. Setiap Santri wajib menghindari hal-hal yang akan menyebabkan
timbulnya:
a) Kebakaran atau ledakan
b) Pencurian, kehilangan dan pengrusakan
c) Perkelahian

Pasal 26
SANTRI MENGUNDURKAN DIRI

1. Bila Santri mangkir atau tidak masuk belajar selama 6 (enam) hari
berturut-turut, tanpa kabar dan kemudian tidak memberi alasan yang sah
dan tidak dapat diterima oleh Pondok Pesantren dianggap mengundurkan
diri tanpa syarat;
2. Santri yang bersangkutan sudah melanggar peraturan yang berlaku sampai
terakumulasi Poin negatif sebanyak 100 Poin dan tidak ada perbaikan,
pihak Pondok Pesantren menyatakan bahwa yang bersangkutan dinyatakan
mengundurkan diri;
3. Santri yang oleh karena sesuatu ingin mengundurkan diri dari Pondok
Pesantren, mengajukan permohonan tertulis kepada Pengelola Pendidikan
Pondok Pesantren selambat-lambatnya satu bulan sebelumnya;
4. Dalam hal administrasi yang belum terselesaikan, Santri atau pihak
keluarganya tidak meninggalkan beban yang harus diselesaikannya.
5.
Pasal 27
PENYELESAIAN MASALAH SANTRI

1. Sudah menjadi tekad Pengelola Pendidikan Pondok Pesantren bahwa
setiap keluhan dan pengaduan seorang santri atau lebih akan diselesaikan
secara adil dan musyawarah secara ukhuwah islamiyah dan secepat
mungkin;
2. Untuk memperlancar program tersebut, Pengelola Pendidikan Pondok
Pesantren memberikan seorang mudabbir untuk beberapa santri, sebagai
perantara dan berfungsi membantu masalah-masalah kesantrian yang
mungkin muncul pada waktu proses pembelajaran.

Pasal 28
PERATURAN-PERATURAN YANG BERSIFAT PROSEDURAL
DAN/ATAU YANG LEBIH RINCI

1. Peraturanperaturan yang bersifat prosedural akan disusun tersendiri
berdasarkan pada petunjuk/ketentuan-ketentuan yang tercantum pada pasal-
pasal terdahulu;
2. Setiap asrama atau kelompok santri dalam satu bimbingan dapat membuat
peraturan tersendiri yang khusus tanpa melanggar Aturan Pokok Santri ini.


Pasal 29
HAL-HAL YANG BELUM DIATUR

Hal-hal yang belum diatur dalam Aturan pokok Santri ini tunduk pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang akan ditetapkan kemudian hari dan
ditambahkan sebagai pelengkap kedalam Peraturan Pondok Pesantren ini atau
dijadikan peraturan/petunjuk pelaksana.

Pasal 30
PERUBAHAN ATURAN POKOK SANTRI

1. Aturan pokok Santri ini akan ditinjau ulang setiap pergantian program
pendidikan santri minimal dalam 2 (Dua) Tahun;
2. Perubahan Aturan Pokok Santri dapat dilakukan dalam forum musyawarah
Bagian Santri Mukim Mahasissa Departemen Kepesantrenan Yayasan Daarut
Tauhiid;
3. Perubahan Aturan Pokok Santri diusulkan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah staf
Bagian Santri Pesantren Mahasiswa;
4. Perubahan Aturan Pokok Santri sah dan mengikat jika disetujui sekurang-
kurangnya 3/4 dari jumlah peserta rapat.

BAB X
PENUTUP

1. Aturan Pokok Santri ini diperbanyak oleh Pengelola Departemen
Kepesantrenan Pondok Pesantren untuk dibagikan kepada seluruh Santri
sebagai pedoman dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar dalam Program
Pendidikan Santri Pesantren Mahasiswa;
2. Aturan pokok Santri ini terhitung mulai tanggal ditetapkanya ;
3. Jika ada persyaratan didalamnya yang menyalahi peraturan perundang-
undangan yang berlaku maka Aturan Pokok Santri Pesantren Mahasiswa
tersebut batal demi hukum dan yang diberlakukan adalah yang sudah diatur
didalam perundang-undangan yang berlaku atau memperhatikan kebijakan
yang akan ditetapkan oleh Pondok Pesantren yang sesuai dengan visi dan misi
Yayasan Daarut Tauhiid.












DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jalan Gajayana No. 50 Telepon (0341) 552398 Faksimile (0341) 552398


BUKTI KONSULTASI
Nama
NIM
Jurusan
Pembimbing
Judul Skripsi
:
:
:
:
:
Rini Noviantini
04110161
Pendidikan Agama Islam
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
Penerapan Nilai-Nilai Manajemen Qolbu dalam Meningkatkan
Kualitas Akhlak Santri Mukim (Program Pesantren Mahasiswa)
di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung

No Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan
1. 13 September 2008 Proposal
2. 27 Oktober 2008 BAB I, II, III
3. 11 Juli 2009 Revisi BAB I, II, III
4. 26 Juli 2009 BAB IV, V, VI
5. 27 Juli 2009 Revisi BAB IV, V, VI
6. 27 Juli 2009 BAB I-VI dan Persetujuan

Malang, 27 Juli 2009
Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang



Dr. M. Zainuddin M.A
NIP. 150275502

Anda mungkin juga menyukai