SKRIPSI
Oleh:
EEN SIREGAR
NIM 111 08 099
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2015
SKRIPSI
DISUSUN OLEH
EEN SIREGAR
NIM: 11108099
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PAI, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada
tanggal 15 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
sarjana S1 Kependidikan Islam
Suwardi, M.Pd
NIP.19670121 199903 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 11108099
Jurusan : Tarbiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Yang Menyatakan,
Een Siregar
MOTTO
- jika dia seorang yang hina, maka akan menjadi seorang yang mulia.
- jika dia seorang yang kalah, maka akan segera mendapatkan pertolongan.
- jika dia seorang yang berhutang, maka akan segera dapat membayar.
- jika dia seorang yang berada dalam kesusahan, maka akan hilang kesusahannya.
- jika dia seorang yang sulit dalam penghidupan, maka akan segera mendapat
kelapangan kehidupan.
Ibunda Roaini
Terima Atas segala dorongan, kasih sayangmu, serta doa tulus yang tiada
henti..
Puji syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW
berikut keluarganya, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, Penulis akhirnya
(IAIN) Salatiga.
2. Ibu Rohayati, M.Pdi. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Agama Islam
3. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
skripsi ini.
4. Seluruh anggota Tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
5. Semua Dosen-dosen Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan
seluruh staf Program studi yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan
6. Bapakku Syahri dan Ibuku Ruaini yang selalu memberi dukungan dan doa yang
tiada henti.
7. Terima kasih secara khusus bagi Seluruh Staf maupun pengurus Komunitas
Belajar Qariyah Thayyibah yang telah menjadi informan kunci dalam penelitian
ini.
8. Semua teman-teman PAI angkatan 2008 yang telah memberi warna dalam
perjalanan hidupku.
Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Penulis
Een Siregar
BAB I
PENDAHULUAN
pendidikan sendiri merupakan proses tanpa akhir (never ending process), ada pula
atas menunjukkan betapa pentingnya pendidikan bagi seseorang. Orang dapat hidup
dengan layak di dunia ini manakala mempunyai pendidikan yang cukup baik, dan
mewarnai perjalanan hidup untuk menggapai masa depannya, karena semakin tinggi
pendidikan seseorang maka dia akan lebih paham akan realita, dan mempunyai
kelebihan untuk memecahkan berbagi masalah, sehingga dia dapat menjalani dan
melalui hidup ini dengan mudah. Namun, bagi mereka yang pendidikannya di bawah
rata-rata akan sulit dalam memahami realitas kehidupan ini, hal itu menyebabkan dia
kebutuhan dasar (basic need) hidup manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu
bagian dari hak asasi manusia. Dalam pengertian lebih luas, pendidikan bertujuan
(Yunus, 2004:7).
pendewasaan sosial manusia menuju pada dataran ideal. Makna yang terkandung di
dalamnya menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi
tentu saja sangat besar, mengingat manusia merupakan makhluk yang berpikir dan
eksistensi manusia itu sendiri. Dari situ akan terbentuk mekanisme pendidikan yang
Pendidikan Islam sampai saat ini belum mampu memainkan perannya sebagai
agen perubahan (sosial agent of social change). Padahal dalam atmosfir modernisasi
dan globalisasi saat ini, pendidikan Islam dituntut untuk mampu memainkan
memberikan warna baru, kontribusi serta perubahan bagi terciptanya umat Islam yang
membentengi diri dari ekses negatif globalisasi. Tetapi yang paling penting adalah
bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan dalam pendidikan Islam mampu
berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari segala bentuk himpitan
semua itu dapat kita lihat, bahwa pendidikan Islam saat ini kalah jauh bila
yang berhubungan dengan duniawi dianggap kurang penting. Sehingga sebagian umat
Islam hanya belajar demi kepentingan kehidupan setelah mati (akherat) sedangkan
bagi kehidupan dunia tidak begitu diperhatikan. Selama ini umat Islam menyakini
bahwa ajaran Islam telah selesai disusun secara tuntas dalam ilmu agama, sebagai
ilmu umum (non agama) dipandang bertentangan dengan ilmu agama, dan membuat
ternyata tidak seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu agama tersebut (Mulkhan,
konsep baru tentang keberagamaan dan keislaman itu sendiri. Dari sini konsep ilmu
dalam kesadaran Islam perlu dikaji ulang agar bebas dari dilema kontroversi ilmu
agama dan ilmu umum yang selama ini menjadi dasar kontruksi pendidikan Islam
(Mulkhan, 2002:49).
pencerahan dan perubahan, hal itu dimungkinkan karena tuntutan zaman. Saat ini
formalitas, padahal kalau mau jujur tujuan yang bersifat substansial belum terpenuhi.
Kebutuhan tersebut adalah menciptakan generasi Islam yang aktif humanis. Namun,
perubahan ke arah yang lebih baik, walaupun perubahan tersebut masih terasa lamban
sekali. Hal itu salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan paradigma dalam
Diakui atau tidak, paradigma yang dipakai dalam pendidikan Islam masih
berpegang teguh pada norma, menurut norma atau kaidah yang berlaku (Sudarsono,
satu kelemahan yaitu: anti kritik, anti nalar serta anti pada perubahan. Hal tersebutlah
yang sering menjadikan pendidikan sulit berkembang ke arah yang lebih baik.
untuk merubah pola pendidikan Islam saat ini. Pola-pola pemikiran yang progresif,
senantiasa mempunyai prinsip perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih baik,
serta ditunjang dengan pola pikir liberal yang senantiasa kritis serta bebas dan terbuka
dalam berpikir dan berpandangan merupakan salah satu kelebihan yang mutlak
berubah kearah yang lebih baik, demi mencapai predikat sebagai insan kamil
media yang dapat menghantarkan umat Islam ke gerbang kemajuan dan kejayaan.
Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh tokoh serta pemikir pendidikan Islam di
era awal abad ke 21 Ahmad Dahlan, menurut Dahlan dalam Nizar (2002:104) upaya
strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola pikir yang statis menuju pada
pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan (Nizar, 2002:104). Ini berarti
bahwa pendidikan Islam saat ini memerlukan format dan formulasi baru dalam segi
landasan agar nantinya pendidikan Islam dapat berperan dalam menjawab tuntutan
zaman.
Konstruk mental yang menggelayuti mindset sebagian generasi Islam saat ini
adalah keengganan untuk melakukan refleksi kembali atas apa yang telah dicapai oleh
oleh para pemikir dan ulama‟ di abad keemasan Islam yaitu abad pertengahan. Dalam
berbagai hal, khususnya wacana generasi Islam masih di dominasi dengan wacana
klasik dan dalam dunia pesantren masih mengagungkan kitab kuning sebagai ukuran
baku dan tolok ukur satu-satunya kitab paling sahih dan paling penting untuk
pemikiran, hilangnya daya kritis yang dilandasi dengan taklid buta terhadap
Dalam diskursus humanisme, Ali Syari‟ati adalah salah seorang tokoh muslim
humanisme. Ali Syari‟ati berpandangan bahwa tradisi filsafat Barat dan agama,
memiliki bangunan epistemologinya masing-masing. Setidaknya ada empat
humanisme religius menjadi sebuah alternatif baru yang menjadi pijakan pendidikan,
aspek materinya, melainkan mencakup spiritualitasnya pula. Tak hanya berkutat pada
dalam upaya membangun masyarakat. Islam yang ideal menurutnya adalah Islam
yang bisa mengawal perubahan dalam rangka menegakkan hakhak kaum tertindas.
kemanusiaan sebagai nilai luhur dalam kehidupan dan ajaran Islam sebagai bekal
utama. Nilai-nilai kemanusiaan tidak bisa lepas dari aspek spiritualitas mengingat
kodrat manusia sebagai makhluk spiritual. Untuk itu gerakan pembaruan Islam Ali
Syari‟ati paling tidak memiliki dua karakter utama, yaitu ideologi pembebasan
dunia Islam, khususnya pendidikan. Namun, sampai saat ini juga, Islam masih
terbilang belum mau terus terang dan vulgar dalam menggunakan ketiga istilah
tersebut. Ini lantaran masih minimnya pengetahuan umat Islam tentang istilah-istilah
itu yang dianggap berasal dari dunia barat, sedangkan budaya orang Islam adalah
budaya timur yang sering tidak bisa dipadukan dan disamakan ketika berhadapan
pendidikan Islam liberalis dan humanis dalam rangka menjawab tuntutan zaman.
Kemajuan suatu pendidikan memang tak bisa dilepaskan dari peranan sikap kritis,
dan inovatif dalam melakukan kajian dan penelitian dalam rangka menciptakan
formula dan keilmuan yang baru, dan semua itu tanpa meninggalkan dimensi
kemanusian sebagai hamba Allah. Semuanya itu akan dapat kita peroleh manakala
ada niat serta usaha yang sungguh-sunguh dalam mengaplikasikan apa yang telah
diajarkan oleh Allah dalam Al-Qur‟an dan lewat Sunnah Rasul dalam Al-Hadist.
PELAJARAN 2014/2015 ”
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Telaah Pustaka
sejumlah penelitian sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan tema yang
dari buku yang ditulis Ali Syari‟ati berjudul Al-Isnsan, Al-Islam wa Madaris Al-
Gharb yang diterjemahkan oleh Afif Muhammad. Dalam buku ini Ali Syari‟ati
tentang humanisme tertuang dalam buku ini. Dijelaskan bahwa memasuki era
modern, perhatian manusia terhadap dirinya sendiri sedikit berkurang. Ali Syari‟ati
mengutip Alexis Carrel yang mengatakan “Derajat keterpisahan manusia dari dirinya,
berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia di luar
dirinya”. Kritiknya juga diarahkan kepada pandangan tradisi filsafat Barat dan
kaku. Dalam buku ditawarkan dan mengurai alternative solusi terhadap problem besar
akar persoalan yang kerap dihadapi manajemen pendidikan Islam, sistem pendidikan
falsafah, sains, dan agama Islam sebagai hubunagn antar entitas yang saling terkait
(interconnected entiteies).
4. Skripsi Quthfi Muarif, NIM: 063111127 : Implikasi Konsep Humanisme
dalam Pendidikan Islam ( Telaah Filosofis Atas Pemikiran Ali Syari‟ati ) IAIN
Walisongo Semarang, 2011. Skripsi ini mengkaji pemikiran Ali Syariati tentang
dilatarbelakangi oleh maraknya tradisi keagamaan yang sekedar berkutat pada ritual,
namun tidak bisa menunjukkan sikap kepedulian terhadap realitas sosial yang
keadaan semacam ini, dalam pendidikan Islam perlu dilakukan reorientasi agar dapat
membentuk watak muslim yang sadar realitas dan berkomitmen dalam penegakan
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan
teknik studi kasus (case study) dan menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana
sistematis dan runtut, faktual serta akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
Cara kerja metode ini selalu berhadapan dengan data kualitatif, di mana data
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
dimana data diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua yaitu
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada
subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Sumber data primer ini diperoleh dari
membaca dan menganalisis secara langsung buku-buku pokok yang berkaitan dengan
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk
memperjelas sumber data primer berupa data kepustakaan yang berkorelasi erat
dengan pembahasan obyek penelitian (Moloeng, 1989:114). Dalam penelitian ini data
sekunder diperoleh dari sumbersumber buku, majalah, artikel, serta data-data lain
a. Observasi
Metode observasi atau pengamatan adalah metode penelitian dengan
Dalam melakukan penelitian penulis juga menggunakan alat bantu lain sesuai dengan
bertatap muka). Dengan metode ini diharapkan penulis memperoleh data berupa
c. Metode Dokumentasi
Sumber dokumentasi pada dasarnya ialah sumber informasi yang berhubungan baik
resmi maupun tidak resmi. Penggunaan metode ini dilakukan untuk mengetahui alat
deskripstif yaitu Dalam pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam
bentuk uraian naratif (Sudjana dan Ibrahim, 1989:198.). Selain itu juga digunakan
metode content analisys (analisis isi) yaitu analisis terhadap makna yang terkandung
dalam pemikiran, menganalisa dan memahami dari sebuah pendapat maupun sebuah
akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
Pendidikan Islam.
BAB IV : ANALISIS Pada bab ini penulis akan mencoba menganalisis mengenai
BAB V : PENUTUP Dalam bab terakhir ini penulis sajikan kesimpulan, saran
A. Pendidikan Humanis
1. Pengertian Humanisme
Manusia adalah makhluk yang dapat mendidik dan dididik, sedang makhluk
lain tidak. Pada dimensi ini manusia memiliki potensi yang dapat menjadi objek dan
subjek pengembangan diri. Pendidikan pun harus berpijak pada potensi yang dimiliki
manusia, karena potensi manusia tidak akan bisa berkembang tanpa adanya ransangan
dari luar berupa pendidikan (Assegaf, 2011:164). Dalam perbedaan ini maka manusia
menjadi hamba Allah SWT yang wajib mendapat perlakuan santun dan tidak
merusak. Implikasi dari pemahaman tentang hakikat dan wujud manusia sebagai
makhluk yang dapat dididik dan mendidik adalah; Pertama, pendidikan lebih bersifat
sekaligus membantu menanamkan sikap percaya diri dan tanggung jawab. Keempat,
proses pendidikan harus selalu mengacu pada sifat-sifat ketuhanan atau tauhid (teo-
centris). Bila dikaitkan dengan Islam, berarti pendidikan tersebut mengacu pada
pendidikan keimanan yang sesuai dengan ajaran agama Islam, mengingat Islam
dari fokus perhatian manusia (human). Maka aspek ini harus ada dalam pendidikan,
memandang aspek manusianya, tetapi memiliki objek yang sama yaitu manusia.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik. Qs.3:110
Dalam Al- Qur‟an surat Ali Imran ayat 110, menyebutkan karakteristik khairu
al-ummah terdiri dari amar ma‟ruf, nahi munkar dan iman kepada Allah swt. Dalam
diantaranya yaitu nilai humanisasi, nilai liberasi, dan nilai transendensi yang
merupakan derivasi Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 110; yaitu : amar ma'ruf nahi
munkar dan Iman kepada Allah. Pertama Nilai-nilai humanisasi terdiri dari : a) nilai
(plurasme), c) demokrasi,
Maka dengan adanya kedua kata diatas, maka paradigma progresif merupakan
salah satu pola pikir, cara pandang seseorang yang lebih mengedepankan aspek
perubahan dan kemajuan. dalam arti cara pandang yang selalu berorientasi pada
kemajuan dan perbaikan dalam segala hal, itu pulalah yang menjadi landasan
pendidikan Islam kedepan. Dan semua itu hanyalah bertujuan satu yaitu demi
masyarakat itu selalu berkembang dan berubah, nilai-nilai yang dianggap baik dan
buruk bagi individu juga mengalami perkembangan dan perubahan. Maka perubahan
dan perkembangan tersebut dapat direspon dengan baik oleh pendidikan humanisme.
Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang sangat penting, satu hal yang
Semuanya harus saling merefleksi dan terlibat dalam arus perubahan. Keterlibatannya
tidak hanya terbatas pada kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap
perubahan, tetapi harus lebih pada bagaimana pendidikan itu mampu menjadi agen
Dengan itu, maka perubahan yang diinginkan merupakan hal yang tinggal
menunggu waktu saja, baik itu perubahan dalam dunia pendidikan pada khususnya
Dengan kata lain, dengan pendidikan yang cukup serta kualitas manusia yang
memadai maka akan tercipta produk manusia yang bermutu, atau dalam Islam di
sebut sebagai Ulul Albab. Dan hal itu tidak akan mudah terwujud manakala
pendidikan sendiri sebagai sarana serta proses untuk melakukan hal tersebut belum
orang. Namun, paradigma mana yang relevan untuk masa depan pendidikan terutama
bagi masa depan pendidikan Islam dan terkhusus lagi bagi pendidikan di Indonesia
perlu analisis spekulatif berdasarkan keadaan obyektif masyarakat kita masa depan,
Gibson, masa depan memiliki kreteria khusus yang ditandai dengan adanya
hiperkompetisi, suksesi revolusi teknologi serta dislokasi dan konflik sosial, yang
akan menghasilkan satu keadaan yang non linier dan sangat tidak dapat diperkirakan
dari keadaan masa lampau dan masa kini. Masa depan hanya dapat dihadapi dengan
tentunya tak bisa dilepaskan dari peran pendidikan, sehingga diperlukan satu konsep
a. Manusia adalah makhluk asli, artinya memiliki substansi yang mandiri dan
berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya dengan substansi fisik sekaligus ruh yang
dimiliki. Substansi fisik membedakan manusia dengan malaikat yang gaib, dan
b. Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas. Ini adalah kekuatan
yang paling besar dalam diri manusia karena kehendak bebas adalah sifat manusia
pada manusia untuk menentukan sendiri arah hidupnya yang kemudian harus
berpikir, manusia selalu mampu mencari jalan untuk bertahan hidup dan berkembang
menuju kehidupan yang lebih baik. Ketika sebuah ancaman hadir, maka secara
manusia mempelajari dirinya sendiri sebagai subyek yang berbeda dengan hal-hal
semestinya dilakukan, dan ke arah mana dia berjalan. Kepentingannya adalah tentu
saja manusia harus memastikan bahwa dirinya berjalan ke arah yang lebih baik.
untuk melakukan pekerjaan berat, maka manusia akan mengerahkan daya kreatifnya
yang ideal. Visi tentang sebuah masa depan membuatnya tidak akan puas dengan
keadaan kekinian dan membawa manusia selalu bergerak dinamis menuju perubahan
positif. Bahkan ini dapat menegaskan bahwa perubahan itu ditentukan oleh manusia
itu sendiri.
sebagai ungkapan tentang hubungan manusia dengan fenomena, cara atau kondisi
yang di dalamnya terdapat motif yang lebih luhur dari pada keuntungan (Ali
Syari‟ati: 47-49).
Potensi dasar yang paling dominan dalam diri manusia adalah potensi akal
yang memungkinkan dia sadar dan berpikir. Ali Syar‟ati mengurutkan orientasi
pemikiran manusia, bahwa berpikir yang benar adalah jalan menuju pengetahuan
yang benar, dan pengetahuan yang benar adalah pengantar menuju keyakinan.
Keyakinan akan ketuhanan menjadi tujuan utama sekaligus modal bagi kehidupan
Berdasarkan etimologi bahasa dari ketiga kata tersebut dapat ditarik benang
merah, bahwa kata tarbiyah memuat kandungan upaya sadar akan pemeliharaan,
mengesankan proses pemberian ilmu pengetahuan dan penyadaran akan fitrahnya dan
nyata. Sedangkan kata ta‟dib mengesankan proses pembinaan kepribadian dan sikap
moral (afektif) dan etika dalam kehidupan. Dengan demikian, ketiga kata tersebut
sebagai agama dan sistem nilai, Islam juga mengajarkan bagaimana menghargai
eksistensi dan aktualisasi manusia untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
menjadi manusia yang beradab, berfikir dan berkesadaran, yang kesemuanya itu akan
bermuara pada bagaimana membedakan manusia dengan makhluk Tuhan yang lain.
formal) bisa kita jadikan sebagai panutan, tidak diragukan lagi bahwa Islam lahir dan
jadi penanda perubahan yang luar biasa, akan tetapi setelah nabi Muhammad SAW
wafat orientasi yang dimiliki kaum muslimin berubah lebih mementingkan individu
sesuai dengan perannya sebagai khalifah di bumi ini. Al-Qur‟an menggunakan empat
term untuk menyebutkan manusia, yaitu basyar, al-nas, bani adam dan al-insan.
Keempat term tersebut mengandung arti berbeda-beda sesuai dengan konteks yang
ditentukan langsung oleh Allah. Islam menjelaskan bahwa Allah telah menjadikan
ditempatkan dalam posisi “paling istimewa” di antara makhluk yang lain. Oleh
karena itu, manusia wajib menempatkan martabat dan kemanusiaan pada tempat yang
makhluk ciptaan Allah yang mau menerima tawaran “amanat” Tuhan dan berani
memikulnya. Penerimaan manusia akan beban ini telah menempatkan manusia pada
derajat yang lebih tinggi dibanding dengan makhluk Tuhan, bahkan malaikat, karena
hanya manusia saja yang mampu melaksanakan taklif atas tugas kosmik Tuhan.
adalah makna kosmik manusia, dan inilah yang menjadi dasar ciri humanisme Islam,
pandangan tentang manusia yang lainnya (Raffi al Faruqi 1995:61). Tanggung jawab
dan kewajiban (taklif) yang dibebankan kepada manusia sama sekali tidak mengenal
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di alam raya. Seluruh manusia
merupakan obyek tindakan moralnya dan seluruh alam semesta adalah panggung dan
diartikan sebagai egoisme dan lebih mementingkan diri sendiri, tetapi makna
Dalam hal ini Rahman mengajak umat Islam menggunakan akal sehatnya
pendengar dan mata, dari pada mulut dan tulisan. Dengan akal sehat inilah manusia
dijadikan khalifah di bumi. Dengan telinga kita dapat sabar dalam mendengar
ilmu dan meneliti bahkan sampai ke negeri Cina, dan Islam menempatkan derajat
yang tinggi bagi mereka yang beriman dan berilmu. Saat ini budaya meneliti mulai
hilang dalam dunia pendidikan Islam, padahal budaya tersebut menjadi penentu
kemajuan dan langgeng dimasa pendidikan klasik. Dewasa ini budaya tersebut telah
berhasil diteruskan oleh orang-orang barat yang notabene nya mayoritas non muslim.
Melihat ironi sedemikian rupa, tetaplah kiranya apa yang pernah dikatakan
oleh seorang filosof humanis zaman klasik Islam Abu Hayyan “Al-insan asykala
„alaihil insan” (sungguh manusia telah sengsara oleh manusia yang lainnya.
Penyebab masalah ini adalah hadirnya pola pikir yang terlalu teosentris,
terhadap perkembangan zaman yang terus bergulir. Islam semakin diharapkan tampil
dengan tawaran kultural yang produktif dan konstruktif serta mampu meyakinkan diri
dengan tradisi taqlid (mengekor). Bukti dari fenomena ini adalah jarangnya
penemuan-penemuan baru selama kurun ini dari lintas disiplin keilmuan, meski
banyak pemikir-pemikir yang lahir, karya yang muncul adalah karya lanjutan tokoh-
tokoh terdahulu, tidak ada yang benar-benar baru. Hal ini diperparah dengan peta
politik dunia yang dimotori Barat yang berideologi sekuler melalui institusi-institusi
dialami umat Islam karena disebabkan beberapa hal antara lain; kemunduran umat
stagnasi pemikiran umat (the intellectual stagnation of the ummah), absennya ijtihad
umat (the absence of ijtihad in the ummah), absennya kemajuan cultural umat (the
absence of cultural progress in the ummah), tercerabutnya umat dari norma-norma
dasar peradaban Islam (the umah losing touch with the basic norm of Islamic
civilization).
wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia Islam,
dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam paradigma
sebagai suatu sistem pemanusiawian manusia yang unik, mandiri dan kreatif
penjelas bagi petunjuk itu serta pembeda antara yang benar dan yang salah (QS. al-
frame work agama. Artinya seluruh aktifitas intelektual senantiasa dilandasi oleh
nilai-nilai agama islam, dimana tujuan akhir dari aktifitas tersebut adalah upaya
tercipta banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat
yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana proses
penggagasan dan pembangkitan dunia Islam ini. Adanya perhatian dan dukungan
Islam yang aktif-progresif, yang dengannya diharapkan dunia pendidikan Islam dapat
Dalam hal ini, fungsi pendidikan Islam tak bisa dilepaskan dari tugas
pendidikan Islam sendiri. Tugas pendidikan Islam senantiasa bersambung dan tidak
terbatas oleh waktu. Hal ini karena hakekat pendidikan Islam merupakan proses tanpa
akhir sejalan dengan konsep Islam life long education (QS. Al-Hijr 15: 99).
Demikian juga tugas yang diberikan pendidikan Islam bersifat dinamis dan progresif
mengikuti kebutuhan anak didik dalam arti luas. Untuk menelaah tugas pendidikan
dapat dilihat dengan tiga pendekatan yaitu: Pertama, pendidikan Islam sebagai
pengembang potensi. Kedua, pendidikan Islam sebagai pewarisan budaya dan yang
ketiga, pendidikan Islam sebagai media interaksi antara potensi dan budaya (Maksum
Dalam hal ini tugas dan fungsi pendidikan Islam yang perlu diemban adalah
bermakna bahwa tugas dan juga fungsi pendidikan Islam memiliki sasaran peserta
didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari dalam
kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas pendidikan Islam adalah
dari dalam ayunan hingga ke liang lahad. Ini berarti bahwa tugas dan fungsi
seorang anak didik tidak terlalu terjerembab ke dalam perbuatan yang salah. Dan
tugas serta fungsi dari pendidikan Islam di sini sangat menentukan sekali berhasil dan
tidaknya seorang muslim menggapai cita-cita sebagai seorang muslim yang berhasil
BAB III
KALIBENING SALATIGA
A. Gambaran Umum Komunitas Belajar Qariyyah Thayyibah Kalibening
Salatiga
yang berarti elok, baik, bagus, indah (Mahmud Yunus, 1990:244). Jadi secara
Sejarah awal Alternatif Qaryah Thayyibah tidak bisa lepas dari dua
Pertama (SMP).
Muhammad Fauzan, S.H. Nomor. 23 pada tanggal 3 Februari 2000. Saat ini
Qaryah Thayyibah berkantor di Jl. Hasanudin No. 125 A Salatiga, Telp. 62-
berikut:
Visi:
Mewujudkan masyarakat tani yang tangguh yang mampu mengelola
dan mengontrol segala sumber daya yang tersedia beserta seluruh potensinya
Misi:
pemberdayaan petani.
Thayyibah, 2004:2)
Salah satu visi gerakan SPPQT yang dapat menunjang untuk segera
politik dan kemampuan petani dalam mengakses dan mengontrol sumber daya
Visi:
Misi:
bertaqwa.
yang berkualitas yang bisa dijangkau oleh semua orang, termasuk masyarakat
miskin. Sekolah ini dikatakan murah namun tidak gratis. Orang tua tetap
Pendidikan yang berkualitas tidak harus serba mahal yang hanya bisa
Thayyibah belajar yang murah dan menyenangkan dapat dinikmati oleh warga
miskin sekalipun.
2. Letak Geografis
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga terletak di Jl.
R. Mas Sa‟id 12, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Yang
berdiri pada bulan Juli 2003. Lokasi tersebut sangat nyaman, karena di
samping berdekatan dengan rumah penduduk, sekolah ini juga sangat dekat
dan sejuk, membuat situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar. Di
samping itu, jauh dari jalan raya sehingga tidak terganggu dengan lalu-lalang
3. Keadaan Siswa
sebagaian besar berlatar belakang dari keluarga petani. Mereka berasal dari
dalam kota maupun luar kota seperti Boyolali, Klaten, bahkan ada juga yang
berasal dari Pekalongan. Sampai saat ini jumlah siswa dari tahun 2003 lebih
didasarkan atas empat dasar potensi dan kompetensi manusia yang dimiliki
siswa, yaitu:
a. Memiliki kebenaran sebagai dasar pembenaran untuk melakukan
dalam menyampaikan visi dan misi pribadi sebagai diri dan bagian
di masyarakatnya.
beragam.
digugu lan ditiru. Akan tetapi sebagai sekolah alternatif Alternatif Qaryah
yang lain, khususnya mengenai sarana dan prasarana internet. Bahkan internet
merupakan sarana unggulan, para siswa dapat mengakses internet 24 jam non
stop tanpa batas waktu. Hal ini tentunya didasarkan pada maksud dan tujuan
tertentu, yang pada akhirnya dapat menjadi salah satu sarana mencapai tingkat
yang sebenarnya cukup murah karena tidak harus tersusun dalam lembaran
harus ada gedung yang hebat, pagar tembok tinggi, seragam mewah, namun
siswa akan menjelajahi pengetahuan tidak hanya sebatas buku paket, tapi
c. Tokoh penggerak desa, ini menjadi penting karena ialah yang menjadi
oleh SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Konsep pilihan dari keadaan yang
telah ada. Berangkat dari kenyataan yang ada dimana beberapa persoalan
terwadahi dalam satu wilayah yang kira-kira dapat dijangkau dengan tidak
Maksud dari kaidah lokalitas ini adalah agar guru dan murid paham,
mengetahui dan menyatu dengan persoalan sosial yang kurang lebih sama.
Persoalan sosial yang sama akan mempermudah guru dan murid untuk belajar
masalah sosial. Di satu sisi guru dengan mudah menerangkan masalah sosial
dengan mengambil contoh-contoh. Di sisi lain murid akan dengan mudah pula
pelajaran. Guru dan murid bisa saling belajar di luar sekolah dengan intensitas
yang lebih tinggi karena tidak terbatasi oleh jarak geografis dan budaya yang
menyediakan waktu secara khusus. Pada bagian lain murid juga lebih besar
paham kapan biasanya guru ada dirumah dan kapan pergi. Lokalitas ini juga
membantu para orang tua untuk menjalin hubungan yang dialogis antara
dirinya, anaknya dengan gurunya. Orang tua ketika menerima dan meminta
karena letaknya dekat. Begitu juga dengan keluhan yang dilontarkan anak,
dengan temannya maupun dengan gurunya, maka orang tua akan bisa
karena orang tua, murid, dan guru bahkan pihak pengelola sekolah bisa saling
2. Murah
Pendidikan mahal dan jauh dari jangkauan bukan alasan tepat untuk
tidak ada satupun alasan tepat yang bisa menghentikan pendidikan anak-anak.
Pendidikan menjadi mahal dan jauh dari jangkauan adalah sebuah realitas dan
beberapa pos pengeluaran para orang tua siswa sehingga biaya yang harus
dikeluarkan bisa ditekan atau dialokasikan pada sesuatu yang memberi nilai
dan manfaat lebih bagi kemajuan belajar. Dengan demikian, konsep murah
upaya efisiensi beberapa hal yang sekiranya tidak perlu atau bisa digantikan
dengan hal yang lain. Konsep ini berkait erat dengan konsep lokalitas. Konsep
lokalitas telah membuat efisiensi dari segi biaya dari banyak hal. Jarak yang
dekat menyebabkan orang tua tidak perlu mengeluarkan uang transport setiap
hari untuk anak-anaknya. Anak juga tidak memerlukan uang transport bila
untuk bertemu dengan gurunya karena jaraknya dekat, kenal, dan tahu kapan
waktu yang pas untuk berkunjung. Atau bahkan bisa membicarakan persoalan
mengenai konsep murah. Sekali lagi, jadi murah bukan dalam arti gratis, tapi
menjadi hal yang mudah dilaksanakan, terjangkau dan tidak menjadi beban.
Karena jarak yang jauh, komunikasi anak dengan orang tua tidak lancar, atau
orang tua hanya menerima informasi sepihak yaitu dari anaknya saja, maka
siswa. Waktu, tenaga, pikiran dan kesempatan siswa kadang tersita untuk
membuat suatu karya tertentu, atau hal lainnya yang ditujukan untuk membuat
karya adalah suatu keharusan sehingga kecerdasan dan ketrampilan anak didik
terbangun. Yang membedakan disini adalah bahwa kegiatan dan karya itu
dihadapi murid, orang tua, dan masyarakat dimana mereka tinggal. Dengan
demikian, maka kegiatan, karya ataupun hal-hal lain yang dikerjakan tidak
terpisah dari konteks kemasyarakatan dan lokalitasnya. Juga tidak menutup
Dalam hal ini dialog antara orang tua dan guru sangat berperan
diadakan berangkat dan berdasarkan dari kesepakatan antara orang tua, murid
dan guru. Dengan demikian, beberapa aspek yang melatar belakangi bisa
orang tua dan guru dibicarakan. Dengan demikian, maka konteks sosial tidak
dihasilkannya.
Masih berkaitan dengan konsep lokalitas ada konsep yang penting lagi
pendidikan itu sendiri, sedangkan waktu berkaitan dengan jarak yang harus
memberikan manfaat lain dari uang transportasi itu sendiri. Contoh, dari desa
sedikitnya dua ribu hingga dua ribu lima ratus rupiah setiap siswa perhari.
Dalam hal waktu efisiensi juga tidak bisa lepas dari kontek lokalitas
tadi. Anak-anak desa Kalibening sekitar pukul enam pagi sudah harus di jalan
pukul enam pagi mereka sudah harus keluar dari rumah dan siap di jalan,
disekolah dan menanggung resiko lain. Selain itu stamina murid sudah
kelas mengikuti materi tambahan bahasa Inggris. Waktu satu jam ini efektif
sekali karena selain stamina masih baik, fresh dan segar, juga dilaksanakan
setiap hari.
waktunya sedikit daripada dilakukan dalam waktu yang lama tapi tidak
kontinyu. Yang demikian itu hanya akan membuat anak jenuh dan bosan.
5. Penjagaan Mutu
Mutu pendidikan merupakan hal yang harus diperhatikan. Pendidikan
akan menjadi sia-sia bila mutu lulusannya rendah, tidak terbangun jiwa
kemandirian dan kreatifitasnya, dan lebih parah lagi justru menambah beban
masyarakat, keluarga dan negaranya. Hal ini terjadi karena orientasi nilai
masih mendominasi sistem pendidikan saat ini. Kecerdasan anak hanya diukur
mengherankan bila lulusan dengan nilai tinggi dan juara di kelas justru
kreatifitas, solidaritas dan kepekaan sosial pada siswanya. Jiwa mandiri dan
sekolah lain, akan tetapi proses dan suasana belajar yang berbeda akan
melahirkan daya tangkap yang berbeda, dan sangat bergantung pada karakter
depannya. Mutu tidak hanya diukur dari seberapa bisa ia mengerjakan test di
atas kertas dan meja percobaan, namun bagaimana murid menghadapi situasi
yang dihadapi, langkah apa yang dia tempuh dan sebagainya. Ini adalah item
masuk ke SMP ini adalah bersifat lokal. Murid yang sedikit jumlahnya justru
hasilnya. Mengelola kelas kecil adalah lebih mudah dan interaksi antara guru
dan sebagainya karena waktu yang tersedia dibagi dengan jumlah murid yang
Telah disepakati bahwa tiap keluarga (kakak, orang tua/ wali) siswa
ruang berbeda sesuai mata pelajaran yang dikehendaki atau bagi yang
serta Komite sekolah terdiri dari beliau semua yang mengagendakan tiap
adanya perubahan bahwa pendidikan adalah hak bagi semua warga negara
Agama Islam yang dilaksanakan oleh pengelola dan pengajar terhadap siswa,
dengan tujuan agar dalam jiwa siswa tertanam nilai-nilai agama sebagai
dasar agama Islam, yakni akidah, syariah, akhlak dan materi tentang baca tulis
hanya menekankan pada kesemarakan ritual (ibadah ritual) saja, akan tetapi
sosial (hubungan manusia dengan manusia, dan juga manusia dengan alam).
tanpa mengetahui nilai esensi atau makna dari Pendidikan Agama Islam itu
sendiri.
Adapun sikap dari guru sebagai fasilitator di sana dalam proses belajar
selama ini tidak memandang bahwa siswa adalah anak yang bodoh dan tidak
tahu apa-apa. Sebab memandang bahwa siswa sebagai siswa yang bodoh
siswa dengan penuh kasih sayang13, tidak memandang rendah dan bodoh
terhadap siswa. Akan tetapi guru sebagai fasilitator memandang bahwa
mengerti kondisi kebutuhan psikologi siswa. Dalam hal ini para guru tidak
menganggap bahwa siswa adalah anak yang bodoh, akan tetapi justru
sebaliknya, para guru menganggap siswa adalah anak yang cerdas, kreatif, dan
juga mandiri. Oleh karena itu, semua guru di SMP Alternatif Qaryah
adalah hubungan yang setara, yakni sebagai mitra dalam belajar. Dengan pola
pendekatan yang seperti ini maka akan terjadi pola pendidikan yang
anak.
Qaryah Tayyibah, hal tersebut sudah tampak dalam pola pendampingan dalam
belajar mengajar. Sebagai pandangan ke sana, yakni pada saat guru sebagai
fasilitator tersebut mengajarkan tentang nilai-nilai keagamaan kepada peserta
didik dengan sebuah metode yang harmonis dan menyenangkan, yakni antara
guru dan peserta didik (siswa) membaur bersama menjadi saudara tanpa
Qaryah Tayyibah dapat dijadikan sebagai landasan berpijak bagi peserta didik
akan mengetahui hak dan kewajibannya, baik kewajiban kepada Allah SWT
yang tercermin ke dalam bentuk ibadah ritual, yakni sholat, puasa, membaca
doa dan sebagainya, maupun hak dan kewajiban terhadap sesama manusia dan
karena masih terbiasa dengan gaya sekolah selama di sekolah dasar. Untuk
Islam tidak ada unsur dikotomik antara Pendidikan Agama Islam dengan
disiplin ilmu lainnya yang merupakan integrasi dari berbagai bidang ilmu.
dengan pendidikan agama Islam, karena mata pelajaran itu sendiri merupakan
bagian dari ajaran Islam. Hal ini dapat diketahui dari tokoh-tokoh Islam
terdahulu yang pernah mempelajari disiplin ilmu umum yang terkait dengan
ajaran agama Islam. Misal Ibnu Sina, Al farobi dan lain-lain. Disamping itu
13.30 WIB saat mereka keluar dari ruang kelas, langsung antri di dekat kran
air atau kamar kecil untuk berwudhu, mereka melaksanakan shalat Dzuhur ber
jama‟ah di masjid yang berada di sebelah sekolah. Usai shalat mereka duduk
membaca al-Qur‟an. Semua kegiatan di masjid ini bukan akhir dari proses
belajar mereka. Para siswa belajar dengan seorang guru yang dipilihnya
sebagai fasilitator.
a. Active learning
fasilitator kebutuhan siswa yang apabila dilakukan sendiri oleh siswa justru
yang dibahas atau dipecahkan oleh siswa. Artinya pada permulaan setiap
akses buku dan atau media lain seperti internet sebagai sumber informasi.
masalah.
pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa memahami isi dari materi
sis materi pelajaran dengan situasi dunia sebenarnya, dan mendorong siswa
situasi dimana pendidikan lebih bersifat untuk siapa saja san berlaku
2. Kurikulum
alam sekitar sebagai sumber belajar. Kelas disini di fungsikan sebagai tempat
untuk bertemu bersama, ataupun kelas bermakna bisa dimana saja tergantung
tentunya masih dalam konteks amar ma‟ruf nahi munkar sebagai salah satu
mendetail, tetapi ia adalah agama Allah yang dibawa oleh Rasul-Nya yang
global agar dapat diterapkan secara fleksibel dan elastis sesuai dengan kondisi
dan lain-lain. Prinsip ini mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tidak
Ahmad Derajat sebagai fasilitator kajian kitab kuning, Ridwan fasilitator pada
qiro’ati dan tilawah. Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah relasi antara guru
dan siswa tidak ada sekat (pemisah) dalam artian guru diposisikan sebagai
teman belajar. Dengan anggapan siswa tidak lebih bodoh dari pada guru. Jadi,
saling melengkapi ketika ada kekurangan dalam proses belajar mengajar atau
bahkan justru siswa lebih banyak pengetahuannya yang dimiliki oleh guru.
Terkadang guru dapat berfungsi sebagai sumber yang bisa dimiliki ilmunya
tetapi disaat lain justru sebaliknya siswa bisa juga bisa memberikan,
siswa. Jadi pada prinsipnya ketika ada siswa yang membutuhkan guru untuk
diskusi, siapapun guru itu yang dipilih sebagai fasilitator harus siap, dimana di
SMP Qaryah Thayyibah ini adalah teman yang mau diajak belajar bersama
baik sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam, maka di butuhkan metode
khusus dengan tujuan agar materi yang disampaikan bisa diterima oleh siswa.
tidak bosan dan keberhasilan lebih terjamin, maka fasilitator harus memiliki
komunikasi langsung yang bersifat Two Way Traffic, sebab pada saat yang
sama terjadi dialog antara guru dan siswa, guru bertanya siswa menjawab,
atau sebaliknya. Disini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung
antara guru dengan siswa. Melalui metode ini siswa diberi kesempatan untuk
Metode diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau
siswa. Metode ini biasa digunakan dalam pembahasan kajian fiqh umum.
c. Metode bandongan
santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh Kyai dengan
Arbain Nawawi.
d. Metode demonstrasi
Metode ini merupakan metode mengajar dengan menggunakan
Metode ini termasuk metode yang sangat efektif karena dapat memberikan
e. Metode pembiasaan
Pembiasan sebagai salah satu metode yang dapat mengubah seluruh sifat-sifat
Thayyibah salam shalat dzuhur ber jama‟ah dan mengaji (membaca al-Qur‟an
dengan tartil).
4. Media
belajar mengajar yaitu dengan mengelola sumber daya yang tersedia, tidak
saku anak perhari Rp 2000 rupiah. Misalnya harga komputer Rp. 1 juta per
unit nya, tentunya dengan mengumpulkan uang selama 500 hari komputer itu
kan dapat di sediakan. Ternyata baru berjalan 200 hari pengelola sudah dapat
mencarikan biaya untuk pengadaan komputer seharga Rp. 1,4 Juta per
unitnya.
Dengan demikian, pendidikan humanis ini tidak berurusan dengan murah dan
mahal. Dengan kasus tidak ada uang sama sekali, tidak kepedulian dari negara
dan dari manapun, belajar tidak harus berhenti. Berikutnya belajar harus
5. Evaluasi
dicapai oleh siswa. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program
berpegang pada rencana tujuan yang hendak dicapai. Setiap materi yang
evaluasi tersebut dibebankan kepada peserta didik sendiri sejauh mana mereka
dapat menyerap materi yang telah diberikan. Jadi, sistem evaluasi di SMP
sehari-hari.
BAB IV
ANALISIS
Manusia dapat mengenali dirinya dengan baik jika dia paham akan potensi
atau fitrah yang dimilikinya dan bisa memaksimalkan dengan baik serta faham
pada bab II bahwa salah satu persoalan dalam pendidikan adalah sistem pendidikan
yang membelenggu dan kaku, oleh karena itu perlu dirumuskan kembali konsep
yang mandiri dan subjek pembelajaran aktif, sesuai dengan tujuan manusia yang
bermuara pada munculnya kesadaran untuk menjadi manusia yang bebas dan
merdeka.
Selain itu, yang lebih menarik menurut hemat penulis proses pembelajaran
menggunakan aksi kultur, di mana tindakan sehari-hari setiap siswa menjadi bagian
tentunya tidak hanya sekedar mengajarkan tindakan-tindakan ritual seperti sholat dan
membaca do‟a, akan tetapi juga membentuk keseluruhan tingkah laku manusia dalam
rangka memperoleh ridha Allah Swt. Pendidikan Agama Islam merupakan suatu
perilaku dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Disamping itu, Pendidikan Agama
Islam di sekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus
kesalehan sosial dengan cara menanamkan nilai-nilai agama Islam yang diwujudkan
1. Analisis Kurikulum
Tujuan pendidikan model Qoryah Thayyibah adalah terwujudnya desa yang berdaya.
Tidak hanya masyarakatnya, tetapi juga pada sumber daya alamnya. Pendidikan
sistem ekonomi yang berkeadilan, namun juga berorientasi pada kelestarian dan
penguatan daya dukung sumber daya alam. Hal ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Untuk memperdalam ilmu-ilmu agama di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
mengembangkan materi-materi agama Islam secara umum. Hal ini dilakukan untuk
mereka.
umum, karena materi pelajaran yang diberikan berupa materi-materi yang bersifat
umum seperti sekolah formal pada umumnya (ekonomi, matematika, fisika, bahasa
dan sebagainya). Setiap mata pelajaran yang diajarkan masing-masing tetap bersifat
terpisah antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang diajarkan masing-
masing tetap bersifat terpisah antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lain. Namun apabila terdapat mata pelajaran yang berhubungan maka seorang guru
day school” atau “One day school”, sehari penuh dalam sekolah. Karena setiap
harinya siswa datang pada pukul 06.00 WIB untuk belajar bahasa Inggris dan pulang
sekolah pukul 13.30 WIB, juga tidak dibatasi ketika siswa masih ingin belajar dan
menggunakan fasilitas sekolah, walaupun sudah larut mendalam bahkan ada juga
dan kelola sendiri. Adapun materi-materi tersebut antara lain: kajian fiqh umum,
bahasa arab, nahwu shorof, rishlatul mahaid, Tafsir, tajwid, kajian kitab, qiro‟ati dan
tilawah.
2. Analisis Metode
dengan materi yang disampaikan. Adakalanya dalam satu mata pelajaran seorang
pembelajaran yang ingin dicapai, karena tujuan adalah faktor yang sangat penting
dalam suatu proses, hal ini karena tujuan itu akan mampu menggunakan semua
aktifitas yang perlu dilakukan sehingga pencapaian tujuan adalah buah dari aktifitas.
seperti di sekolah formal lainnya. Proses belajar dan mengajar yang dilaksanakan
oleh guru dan siswa dengan cara duduk lesehan bahkan siswa duduk di kursi dan guru
duduk di lantai, itu menjadi hal yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan cara
duduk di lantai, itu menjadi hal yang wajar. Mereka tidak membedakan posisi antara
3. Analisis Media
Media yang tersedia di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah jauh dari media
yang ada di sekolah lainnya. SMP ini tidak membutuhkan gedung yang megah,
laboratorium, dan perpustakaan yang lengkap. Sesuatu yang ada disekitar yang
siswa dalam menjelajahi pengetahuan, tidak hanya sebatas buku paket, tapi ia akan
lebih banyak memahami dan mencari pengetahuannya secara terbuka dan bebas.
dengan pertanian, home industri, konversi alam, air, warung desa dan sebagainya.
Tokoh penggerak desa ini menjadi penting karena mereka yang menjadi
penting karena mereka yang menjadi fasilitator sekaligus mediator bagi lembaga
sekolah, masyarakat, pemerintah lokal, dan orang-orang yang terkait dengan sekolah.
4. Analisis Evaluasi
Evaluasi adalah suatu alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan peserta
didik terhadap materi atau kajian yang telah diberikan. Evaluasi bertujuan untuk
memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar dalam memperbaiki
proses belajar mengajar dan mengadakan perbaikan bagi peserta didik. SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah tidak menggunakan nilai raport siswa dalam setiap
ujian, siswa sendiri yang akan menilai sejauh mana keberhasilan oleh peserta didik
sendiri tanpa menunggu guru mengadakan evaluasi secara lisan maupun tertulis.
guru, siswa tanpa segan-segan memberikan saran dan kritik kepada guru demi
kebaikan bersama.
Evaluasi yang dilaksanakan tidak dalam bentuk teks atau non tes tetapi
merupakan evaluasi kinerja. Misalnya ketika ada siswa yang merokok dan ia sadar
benda sebagai hukuman sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Dengan begitu ia akan bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan.
yang dibingkai dalam pendidikan prinsip dan nilai-nilai dasar islam al-Adlah
(kebebasan memilih), dalam konteks Khaifdul Mal (perlindungan harta, Khifdul Nafs
Salatiga
yang mandiri dan subjek pembelajaran aktif, sesuai dengan tujuan pendidikan yang
memanusiakan manusia.
Dalam perspektif pendidikan Islam hal tersebut sesuai dengan fitrah manusia
yang dibekali dengan akal pikiran, karena pada dasarnya di samping memiliki sifat
ke-Tuhan-an (Ilahiyat) juga memiliki sifat kehewanan untuk mengelola alam dan
menjaga kestabilan rotasi atau proses yang ada, sehingga perlu sebagai perwakilan
kaum miskin).
keadilan, mengontrol dan mengelola segala sumber daya yang tersedia, kelestarian
yang diharapkan kedepan menjadi tumpuan bagi anak-anak petani. Konsep tersebut
Membebaskan berarti keluar dari belenggu legal formalistik yang selama ini
menjadikan pendidikan tidak kritis, dan tidak kreatif, sedangkan semangat perubahan
lebih diartikan pada kesatuan dan mengajar, siapa yang lebih tahu mengajari yang
belum paham. Hal ini kemudian akan didapat seorang guru ketika mengajar
sebenarnya dia sedang belajar, terkadang belajar apa yang tidak diketahui dari murid.
guru dalam proses belajar mengajar. Kegembiraan ini akan muncul apabila ruang
sekat antara guru murid tidak dibatasi. Keduanya adalah tim yang berproses secara
pendidikan yang sesuai kebutuhan, hal ini akan membuang jauh citra sekolah yang
dingin dan tidak berjiwa yang selalu dirancang oleh intelektual kota yang tidak
membumi.
hidup yang nyata, plural, berkembang dan berubah. Proses belajar mengajar antara
materi agama dan umum diajarkan secara seimbang, keduanya mempunyai porsi yang
sama. Setiap mata pelajaran diajarkan masing-masing bersifat terpisah antara satu
mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain. Namun apabila terdapat mata
insidental.
Sekolah tidak mempunyai gedung pun tidak masalah yang penting ada
pendidik dan si terdidik yang akan melaksanakan proses belajar mengajar dan di
dukung dengan fasilitator yang ada. sekolah tanpa gedung tidak menghambat proses
pembelajaran.
dalam bentuk bagaimana seorang pendidik disana memperlakukan siswa bukan hanya
sebagai obyek didik saja akan tetapi juga menjadikan siswa sebagai subyek penting
penuh persaudaraan, siswa bebas berekspresi dan berkarya dalam bentuk apapun
sesuai dengan potensi yang ada pada diri siswa, tidal adanya pemaksaan dalam proses
belajar mengajar, siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan apa yang
mereka sukai, guru adalah fasilitator bukan sebagai semata-mata pentransfer ilmu,
karena di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah guru adalah teman belajar, teman
diskusi, sehingga guru dan siswa adalah sama-sama belajar. Lingkungan dan
masyarakat merupakan sumber belajar yang nyata dan alam sekitar adalah karunia
Tuhan sebagai sumber belajar yang dapat di kelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembelajarannya merupakan bagian langsung dari realitas, visi, dan misi yang
belajar dalam diri siswa yang nantinya mengantar pada “ belajar sejati” adalah
ke depan, integritas dan kemandirian peserta didik dan bukannya beban mata
kooperatif, tutorial serta pada waktu dan tempat yang sesuai dengan kondisi
dan situasi siswa. Sistem pendidikan humanis ini ditekankan pada ruang
berjalan optimal jika ada partisipasi bagi siapapun tanpa di batasi ruang dan
waktu. Hal ini dapat di lihat dari proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dan siswa dengan cara duduk lesehan, bahkan siswa duduk di kursi dan
guru di lantai, dan itu menjadi hal yang wajar. Mereka tidak membedakan
humanisme dalam Islam ditempatkan dalam posisi yang sangat tinggi, sebab
dan ditempatkan dalam posisi “paling istimewa” di antara makhluk yang lain.
Oleh karena itu, manusia wajib menempatkan martabat dan kemanusiaan pada
B. Saran
berikut:
kita tentang sistem dan metode pembelajaran yang tidak tekstual akan