Anda di halaman 1dari 128

1

KORELASI PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAQ


DENGAN PERILAKU SISWA
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BATU



SKRIPSI


Oleh
LAILY ZULFANI HARIROH
NIM: 05110073














JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
Agustus 2009
2
KORELASI PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAQ
DENGAN PERILAKU SISWA
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BATU


Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)


Oleh
LAILY ZULFANI HARIROH
NIM: 05110073











JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
Agustus 2009

3
HALAMAN PERSETUJUAN

KORELASI PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAQ
DENGAN PERILAKU SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI BATU


SKRIPSI

Oleh:
Laily Zulfani Hariroh
05110073


Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing



Drs. Bashori
NIP. 150 209 994


Tanggal, 10 Juli 2009

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam



Drs. Moh. Padil. M. Pd. I
NIP. 150 267 235

4
HALAMAN PENGESAHAN

KORELASI PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN
PERILAKU SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BATU
SKRIPSI
Di persiapkan dan di susun oleh
Laily Zulfani Hariroh (05110073)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
5 Agustus 2009
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada tanggal: 5 Agustus 2009

Dewan Penguji
Ketua Sidang
Drs. Bashori ( )
NIP. 150 209 994

Sekretaris Sidang
Drs. A. Fatah Yasin, M. Ag ( )
NIP. 150 287 892

Pembimbing
Drs. Bashori ( )
NIP. 150 209 994

Penguji Utama
Drs. H. Djazuli, M. P. I ( )
NIP. 150 019 224

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang



Dr. M. Zainuddin, MA
NIP. 150 275 502
5

Drs. Bashori
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang


NOTA DINAS PEMBIMBING
Malang, 10 Juli 2009
Hal : Skripsi Laily Zulfani Hariroh
Lamp. : 4 eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Di
Malang

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa,
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi ini, mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama : Laily Zulfani Hariroh
NIM : 05110073
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku
Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah
layak diajukan untuk diujikan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Pembimbing,





Drs. Bashori
NIP. 150 209 994




6
MOTTO

) )) ) 9 99 9 % %% % . .. . 3 33 3 9 99 9 ! !! ! # ## # ` `` ` & && & m mm m 9 99 9 % %% % . .. .
# ## # ` `` `_ __ _ ! !! ! # ## # 9 99 9 # ## # z zz z # ## # . .. . ! !! ! # ## # # ## # V VV V . .. .
Artinya:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
1

(Q.S Al-Ahzhab : 21)










1
Al-Quran dan Terjemahannya, Depag RI, hlm. 670
7
PERSEMBAHANKU




Ku Persembahkan Buah Karya ini Kepada:

Allah Azza wa Jalla yang Maha Esa dan Maha Sempurna, Cahaya di Atas
Cahaya, Sang Penggenggam Setiap Jiwa yang Menguasai Alam Raya

Nabi Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallama, Tiada Kecintaan Seindah
Kepadamu Wahai Teladan Umat

Ayah dan Ibu Tercinta (Moch. Hansah dan Siti Asiyah )
Serta Segenap Keluarga,
Yang Senantiasa Melantunkan Doa dan Memberikan yang Terbaik Demi
Kebahagiaan dan Kemudahanku Menjalani Setiap Tangga Kehidupan

Semua Guru dan Dosenku, yang Telah Memberikan Ilmu dan Harapan
Cemerlang Untukku Menyongsong Masa Depan yang Diridloi Allah SWT.

Sahabat dan Teman-temanku yang Selalu Menjadi Kebanggaanku, Rasa
Syukurku Selalu Mengalir Karenamu


Agustus 2009


8
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 1 Agustus 2009



Laily Zulfani Hariroh


















9
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil 'alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad
SAW, pembesar kaum Muslimin fiddunya wal akhirah.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ayahku tercinta, Moch. Hansah dan ibuku Siti Asiyah yang telah mendidikku
dan membimbingku hingga saat ini, sungguh beruntung aku dalam asuhanmu,
semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayang-Nya kepada keduanya seperti
mereka mengasihiku di waktu kecil. Dan juga kepada saudara-saudaraku,
adikku Nazarudin Faizin.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.
4. Bapak Drs. Moh. Padil, M. Pd. I, selaku Kepala Jurusan (Kajur) Fakultas
Tarbiyah beserta segenap dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
5. Bapak Drs. Bashori, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan konstribusi tenaga dan fikiran, guna
memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat selesai.
10
6. Bapak Sudirman, S. Pd., selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu,
beserta guru-guru dan karyawan yang telah mengizinkan dan membantu
penulis dalam mengadakan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
7. Bapak Agus Sholikin S. Ag., selaku guru Aqidah Akhlaq di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu, yang senantiasa membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian dari awal sampai selesai.
8. Sahabatku (Ulfi, Indra, Farida, Rama, Pak Rusydi, Mas Didik, Kak Amin,
Smile Girl, Pak Syaifudin, Bu Revi, dll), terima kasih atas kebersamaan yang
indah selama ini. Juga tuk teman-temanku semua yang telah memberikan
kebaikan-kebaikan yang kan menjadi kenangan tak terlupakan.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa pemikiran-
pemikiran maupun motivasi kepada penulis untuk terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
Jazakumullahu khairan katsiron. Semoga Allah membalas kebaikannya
dengan yang lebih baik. Dan akhirnya, penulis mengharapkan masukan berupa
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi memperbaiki karya tulis ini.
Semoga dapat membawa manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi
penulis sendiri pada khususnya. Amin ya Rabbal Alamin.

Malang, 1 Agustus 2009

Penulis

11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN. ............................................................................. iv
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ......................................................v
HALAMAN MOTTO.......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvi
ABSTRAK......................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 8
F. Definisi Operasional............................................................................ 8
G. Hipotesis.............................................................................................. 10
H. Sistematika Pembahasan..................................................................... 11
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak. ...................................14
1. Pengertian Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq.................................14
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Aqidah
Akhlaq..........................................................................................21
3. Tujuan Belajar Aqidah Akhlaq ....................................................28
4. Manfaat Belajar Aqidah Akhlaq ..................................................33
B. Pembahasan Perilaku Siswa...............................................................35
1. Pengertian Perilaku Siswa............................................................35
2. Macam-macam Perilaku Siswa....................................................37
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa .....................44
C. Pembahasan Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku Siswa47
1. Prestasi Belajar Aqidah Akhalq pada Perilaku Siswa..................47
2. Kondisi Perilaku Siswa ................................................................50
3. Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku Siswa55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.........................................................58
B. Lokasi Penelitian................................................................................59
C. Kehadiran Peneliti..............................................................................59
D. Data dan Sumber Data .......................................................................59
E. Identifikasi Variabel Penelitian..........................................................60
F. Penentuan Populasi dan Sampel.........................................................61
G. Instrumen Penelitian...........................................................................63
13
H. Teknik Pengumpulan Data.................................................................67
I. Analisis Data. .....................................................................................69
J. Pengecekan Keabsahan Temuan. .......................................................71
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian................................................................74
1. Sejarah MTs Negeri Batu.............................................................74
2. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Negeri Batu.....................................75
3. Struktur Organisasi MTs Negeri Batu..........................................76
4. Keadaan Tenaga Guru dan Pegawai MTs Negeri Batu ...............77
5. Keadaan Siswa MTs Negeri Batu. ...............................................80
6. Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Negeri Batu.........................80
B. Temuan Hasil Penelitian ....................................................................81
1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Siswa di MTs Negeri Batu.......81
2. Perilaku Siswa di MTs Negeri Batu............................................85
3. Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhalq dengan Perilaku Siswa
di MTs Negeri Batu.....................................................................91
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Siswa di MTs Negeri Batu..............95
B. Perilaku Siswa di MTs Negeri Batu...................................................96
C. Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku
Siswa di MTs Negeri Batu.................................................................99
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................101
14
B. Saran.................................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................103
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................106



























15
DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Guru dan Pegawai MTs Negeri Batu ..................78
2. Tabel 4.2 Keadaan Siswa MTs Negeri Batu ....................................................80
3. Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Negeri Batu ...........................81
4. Tabel 4.4 Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Siswa Kelas VII, VIII, dan IX
MTs Negeri Batu .............................................................................83
5. Tabel 4.5 Distribusi Prestasi Belajar Siswa .....................................................85
6. Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel ......................................................................88
7. Tabel 4.7 Uji Realiabilitas Variabel.................................................................90
8. Tabel 4.8 Distribusi Perilaku Siswa.................................................................90
9. Tabel 4.9 Korelasi Product Moment ................................................................93



















16
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan dari Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Lampiran 2 Bukti Konsultasi
Lampiran 3 Denah Lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Lampiran 4 Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Lampiran 5 Instrumen Penelitian/ angket penelitian
Lampiran 6 Pedoman Observasi
Lampiran 7 Pedoman Wawancara
Lampiran 8 Pedoman Dokumentasi
Lampiran 9 Aspek-aspek Penilaian Kepribadian Siswa MTs Negeri Batu
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 11 Prestasi Non-Akademik Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu



























17
ABSTRAK

Hariroh, Laily Zulfani. 2009. Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Dengan
Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu. Skripsi,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing:
Drs. Bashori.

Kata kunci: Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq, Perilaku Siswa

Dewasa ini sering kali terdengar di media cetak maupun media elektronik,
tentang kenakalan yang terjadi pada siswa sekolah. Banyak hal yang tidak
seharusnya dilakukan oleh para siswa sekolah, seperti halnya; mencuri, minum-
minuman keras, menonton VCD porno, berperilaku tidak sopan pada orang yang
lebih dewasa, mengkonsumsi narkoba, dan masih banyak lagi. Hal ini terjadi
karena dilatarbelakangi oleh pengaruh kemajuan teknologi yang ada, serta budaya
asing yang ada di lingkungan sekitar di mana siswa itu tinggal.
Sehubungan dengan hal itu, maka dirasa pendidikan agama khususnya
Aqidah Akhlaq mempunyai peran yang sangat penting untuk mendidik siswa agar
mempunyai akhlaq yang mulia. Namun kenyataan yang ada saat ini, penerapan
tentang materi Aqidah Akhlaq yang diajarkan di sekolah kurang diamalkan oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Berangkat dari permasalahan di atas, maka secara umum masalah yang
dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu: prestasi belajar Aqidah Akhlaq siswa di
MTs Negeri Batu, perilaku siswa di MTs Negeri Batu, dan korelasi prestasi
belajar Aqidah Akhlaq dengan perilaku siswa di MTs Negeri Batu.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, dengan
pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) wawancara; (3)
dokumentasi; dan (4) angket.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa Prestasi belajar Aqidah Akhlak Siswa di MTs Negeri Batu adalah amat
baik, hal ini terbukti dari data yang diperoleh pada saat penelitian menunjukkan
nilai prestasi belajar Aqidah Akhlak berada dalam kategori amat baik, yaitu
51,38% dengan 37 responden menunjukan prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa
menempati proposisi yang paling besar. Selanjutnya prestasi belajar Aqidah
Akhlak sebesar 48,62% dengan 35 responden menunjukkan prestasi belajar
Aqidah Akhlak menempati kategori baik. Sedangkan untuk kategori cukup,
kurang dan amat kurang masing-masing sebesar 0%, karena dalam hal ini semua
siswa telah mencapai KKM. Perilaku siswa di MTs Negeri Batu bisa dikatakan
baik, karena dalam hal ini dari beberapa sampel yang dipilih menunjukkan
perilaku siswa yang baik, yakni perilaku siswa yang paling tinggi berada pada
kategori baik, yaitu 65,27% dengan 47 responden menunjukan perilaku siswa
menempati proposisi yang paling besar, dilanjutkan dengan perilaku siswa pada
kategori cukup sebesar 34,73% dengan 25 responden. Dan korelasi prestasi
belajar aqidah akhlaq mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
18
siswa di MTs Negeri Batu. Dengan nilai korelasi sebesar 0,514 didapatkan bahwa
hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlaq dengan perilaku siswa di MTs
Negeri Batu termasuk dalam kategori yang sedang karena berada pada interval 0,4
0,6.
Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan, yaitu bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
hendaknya lebih aktif dan penuh inisiatif dalam melibatkan siswa untuk
mengamalkan materi pelajaran Aqidah Akhlak.






































19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini sering kali terdengar di media cetak maupun media
elektronik, tentang kenakalan yang terjadi pada siswa sekolah. Banyak hal
yang tidak seharusnya dilakukan oleh para siswa sekolah, seperti halnya;
mencuri, minum-minuman keras, menonton VCD porno, berperilaku tidak
sopan pada orang yang lebih dewasa, mengkonsumsi narkoba, dan masih
banyak lagi. Hal ini terjadi karena dilatarbelakangi oleh pengaruh kemajuan
teknologi yang ada, serta budaya yang ada di lingkungan sekitar di mana siswa
itu tinggal.
Sehubungan dengan hal itu, maka dirasa pendidikan agama, khususnya
Aqidah Akhlaq mempunyai peran yang sangat penting untuk mendidik siswa
agar mempunyai akhlaq yang mulia. Namun kenyataan yang ada saat ini,
penerapan tentang materi Aqidah Akhlaq yang diajarkan di sekolah kurang
diamalkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya pendidikan itu sendiri mempunyai arti, yaitu; usaha
secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
1
20
kecerdasan akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara
2
.
Dengan demikian hendaklah seorang pendidik tidak hanya
mengajarkan materi Aqidah Akhlaq tanpa menyisipkan unsur-unsur atau nilai-
nilai yang terkandung dalam materi pelajaran Aqidah Akhlaq tersebut. Karena
apabila hal itu terjadi, maka yang didapatkan oleh siswa hanyalah sebuah
materi yang dihafalkan dan dipelajari saat ujian, tanpa diterapkan dalam
kehidupan sehari-harinya. Jadi dalam hal ini siswa kurang memiliki kekuatan
spiritual keagamaan yang menyebabkan siswa kurang bisa mengendalikan
diri, sehingga perilaku maupun perbuatannya tidak mencerminkan akhlaq
yang mulia.
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan kepribadian anak perlu
diperhatikan sejak kecil. Pendidik pertama adalah orang tua, kemudian
masyarakat sekelilingnya dan seterusnya adalah guru ketika berada di sekolah.
Semua pengalaman yang dilalui anak adalah merupakan unsur yang penting
dalam pribadinya, sikap anak terhadap agama pertama kali dibentuk di rumah
melalui pengalaman yang didapat dari orangtua, kemudian disempurnakan dan
diperbaiki di sekolah.
Maka yang dimaksud dengan tujuan pendidikan disini adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta


2
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-undangan RI Tentang SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL (Cet. I; Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2005), hlm. 11.
21
bertanggung jawab
3
. Di samping itu pendidikan juga bertujuan untuk
membentuk manusia yang seutuhnya.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu tujuan pendidikan, maka
harus dilaksanakan pembelajaran secara formal di sekolah. Sekolah sebagai
lembaga formal dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah seorang guru
untuk mendidik siswa agar memiliki akhlaq yang mulia.
Dalam suatu proses pembelajaran di sekolah, hendaknya seorang guru
senantiasa menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi
pembelajaran yang diajarkan. Dalam hal ini, khususnya mata pelajaran Aqidah
Akhlaq. Seharusnya seorang guru bisa menanamkan nilai-nilai yang
terkandung dalam mata pelajaran tersebut, agar seorang siswa memiliki akhlaq
yang mulia dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu,
seorang siswa diharapkan memiliki kemampuan yang menyeluruh, yang
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk mengukur ketiga aspek tersebut, maka diperlukan adanya
evaluasi untuk mengukur keberhasilan dan prestasi yang dicapai oleh siswa
selama menempuh proses pembelajaran. Dan diharapkan siswa mampu
menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah kualitas pendidikan formal dapat diketahui dalam bentuk nilai
prestasi akademik yang diperoleh di bangku pendidikan. Mengenai proses
belajar dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan
yang sifatnya positif, sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,


3
Ibid., hlm.15.
22
kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin
dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang
memuaskan dibutuhkan proses belajar.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu
yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Belajar merupakan proses
perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya
penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti
suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian
terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Syaiful Bahri Jamarah adalah: Hasil yang
dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di
dalam nilai raportnya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar
4
.
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient
(IQ) yang tinggi pula, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan


4
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 21.
23
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi
belajar yang optimal.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering
ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan
kemampuannya, karena berbagai faktor terciptanya hal-hal yang dapat
menghambat peningkatan prestasi belajar. Terkadang siswa yang mempunyai
kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif
rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif
rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf
inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi
diantaranya, yakni; kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama dengan berbagai pihak dalam lingkungan
pendidikan.
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai
setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi
belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa
misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.
Pendidikan sangat penting demi terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas. Keberhasilan pendidikan salah satunya dapat dilihat melalui
prestasi belajar sebagai hasil belajarnya. Prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor dari diri maupun dari luar diri siswa termasuk orang tua. Tinggi
24
rendahnya prestasi belajar antara lain dari dalam diri siswa dalam bentuk
perilaku belajar.
Namun kenyataannya, fakta yang ada seringkali siswa mendapatkan
prestasi yang baik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq, akan tetapi siswa
tersebut memiliki akhlaq yang kurang baik.
Oleh karena itu, melihat fenomena tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana hubungan prestasi belajar Aqidah Akhlaq dengan perilaku
siswa. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu para
pendidik di sekolah tersebut untuk melihat seberapa jauh pengaruh pendidikan
Aqidah Akhlaq pada aktivitas siswa sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengangkat tema
judul skripsi KORELASI PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAQ
DENGAN PERILAKU SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI BATU.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan tersebut, maka peneliti dapat merumuskan
masalah yang menjadi sasaran dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana prestasi belajar Aqidah Akhlaq siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu?
2. Bagaimana perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu?
3. Apakah ada korelasi antara prestasi belajar Aqidah Akhlaq dengan
perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu?

25
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan prestasi belajar Aqidah Akhlaq siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu.
2. Untuk mendeskripsikan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi prestasi belajar Aqidah
Akhlaq dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis, semoga dengan penelitian ini dapat menambah wawasan
lebih mendalam mengenai korelasi prestasi belajar Aqidah Akhlaq dengan
perilaku siswa di sekolah.
2. Bagi Akademik, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam
kemajuan pendidikan dan perbendaharaan pustaka, khususnya pendidikan
Islam dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq.
3. Bagi Pihak Sekolah, dapat memberikan solusi untuk dapat melihat
keberhasilan sebuah pembelajaran Aqidah Akhlaq dan dapat melakukan
inovasi dalam pembelajaran.
4. Bagi Peneliti lanjutan, sebagai bahan acuan dan tolak ukur jika akan
diadakan penelitian lanjutan.
5. Bagi Siswa, diharapkan dengan penelitian ini siswa lebih mudah
memahami, menghayati dan mengamalkan pelajaran Aqidah Akhlaq
dalam kehidupan sehari-hari.

26
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi agar tidak terlalu luas dalam pembahasan ini, serta
memperoleh gambaran seksama tentang materi penulisan ini, maka ruang
lingkup pembahasan dalam skripsi ini yaitu:
1. Prestasi belajar Aqidah Akhlaq di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu.
2. Perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
3. Korelasi prestasi belajar Aqidah Akhlaq dengan perilaku
siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan semacam petunjuk pelaksanaan dalam
mengukur suatu variabel.
1. Korelasi
Korelasi asal katanya adalah Correlation yang berarti:
perhubungan, dua pengertian yang berhubungan
5
. Maka korelasi dalam
judul ini yang penulis maksudkan adalah hubungan dua variabel, yaitu
antara prestasi belajar aqidah akhlaq dengan perilaku siswa.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh dari
suatu proses belajar mengajar siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Prestasi belajar merupakan gambaran tentang kemampuan siswa dalam
memahami isi pelajaran yang biasanya dilambangkan oleh skor atau nilai.

5
S.Wojowasito dan Titowasito W, Kamus Lengkap Inggris Indonesia-Indonesia Inggris
(Bandung: Penerbit Hasta, 1990), hlm. 33.
27
Dalam penelitian ini, prestasi belajar siswa adalah nilai yang dicapai siswa
setelah melaksanakan proses pembelajaran yang terdapat pada buku raport.
3. Aqidah Akhlaq
Aqidah adalah segala hal yang berhubungan dengan rukun iman
dalam Islam dengan dalil-dalil dan bukti yang meyakinkan. Sedangkan
Akhlaq, yakni sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan
muncul secara spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran
atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari
luar.
4. Perilaku Siswa
Perilaku merupakan cerminan konkret yang tampak dalam sikap,
perbuatan dan kata-kata (pernyataan) sebagai reaksi seseorang yang
muncul karena adanya pengalaman proses pembelajaran dan rangsangan
dari lingkungannya.
Maka yang dimaksud dengan definisi operasional dalam judul
skripsi ini adalah hubungan antara dua variabel, yaitu; antara prestasi
belajar Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa. Dalam hal ini prestasi
belajar yang dimaksud adalah hasil yang dicapai atau diperoleh dari suatu
proses belajar Aqidah Akhlaq dalam mencapai tujuan belajar yang
biasanya dilambangkan oleh skor atau nilai yang dicapai siswa pada buku
rapot, sehingga dari prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dapat
memunculkan perilaku, sikap, maupun perbuatan yang mencerminkan
akhlaq yang mulia.
28
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan peneliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul
6
.
Sedangkan menurut Arief Furhan, hipotesis adalah suatu pernyataan
sementara yang diajukan untuk memecahkan suatu masalah atau untuk
menerangkan suatu gejala
7
.
Dari dua pendapat tersebut di atas dapat penulis simpulkan, bahwa
hipotesis merupakan praduga peneliti dari suatu gejala dan praduga tersebut
diteliti kebenarannya.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yakni:
1. Hipotesis kerja, atau disebut hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis
kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya
perbedaan antara dua kelompok.
2. Hipotesis nol, sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya
dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan
perhitungan statistik. Hipotesis nol disingkat Ho. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X
terhadap variabel Y.
Dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini
adalah:


6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm 67.

7
Arief Furhan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), hlm. 120.
29
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara prestasi belajar
Aqidah Akhlaq dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan suatu rangkaian dari beberapa
uraian dalam suatu sistem pembahasan. Dalam kaitannya dengan penulisan ini
sistematika pembahasannya meliputi VI BAB, di mana masing-masing bab
terdiri dari sub bab yang saling berkaitan.
Sebelum memasuki pada bab satu terdapat beberapa halaman, yaitu
halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan,
halaman nota dinas, halaman motto, halaman persembahan, halaman
pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, dan
abstrak.
Maka sistematika pembahasannya dalam penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
BAB I: Berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian, definisi operasional, hipotesis dan diakhiri dengan sistematika
pembahasan.
BAB II: Membahas kajian pustaka yang terdiri dari: Pembahasan
Mengenai Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq yang meliputi; Pengertian
Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar Aqidah Akhlaq, Tujuan Belajar Aqidah Akhlaq, dan Manfaat Belajar
30
Aqidah Akhlaq. Dilanjutkan Pembahasan Mengenai Perilaku Siswa yang
meliputi; Pengertian Perilaku Siswa, Macam-macam Perilaku Siswa, dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa. Kemudian Pembahasan
Mengenai Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dan Perilaku Siswa yang
meliputi; Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Pada Perilaku Siswa, Kondisi
Perilaku Siswa, dan Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku
Siswa.
BAB III: Membahas metode penelitian yang terdiri dari; Pendekatan
dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Kehadiran Peneliti, Data dan Sumber
Data, Identifikasi Variabel Penelitian, Penentuan Populasi dan Sampel,
Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, dan
Pengecekan Keabsahan Temuan.
BAB IV: Membahas hasil penelitian yang meliputi; Deskripsi Obyek
Penelitian yang mencakup; Sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, Visi
dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, Struktur Organisasi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu, Keadaan Tenaga Guru dan Pegawai Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu, Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu,
dan Kondisi Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
Dilanjutkan Temuan Hasil Penelitian yang meliputi; Prestasi Belajar Aqidah
Akhlaq Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, Perilaku Siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, dan Korelasi Prestasi Belajar Aqidah
Akhlaq Dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
31
BAB V: Membahas hasil penelitian yang menganalisis tentang;
Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu,
Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, dan Korelasi Prestasi
Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu.
BAB VI: Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian pembahasan,
dari bab pertama sampai bab lima, yang membahas tentang kesimpulan dan
dilengkapi dengan saran.





























32
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembahasan Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq
1. Pengertian Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq
Untuk memudahkan memberikan pengertian prestasi belajar aqidah
akhlaq, terlebih dahulu penulis mengemukakan istilah kata-katanya satu
persatu. Oleh karena itu sebelum membahas pengertian prestasi belajar
aqidah akhlaq, penulis perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan
prestasi, belajar, kemudian dilanjutkan dengan pengertian aqidah akhlaq.
a. Pengertian Prestasi
Kata "prestasi" berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi "prestasi" yang berarti
"hasil usaha"
8
. Menurut WJS Poerwadarminta berpendapat bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya
9
.
Sedangkan secara istilah pengertian prestasi yang dikemukakan
para ahli dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah adalah sebagai
berikut:


8
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 2.

9
WJS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1982), hlm. 787.
14 14
33
1) Menurut Mas'ud Khasan Abdul Qahar, memberi batasan prestasi
dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja
10
.
2) Pendapat lain mengenai prestasi belajar dikemukakan oleh Nasrun
Harahab, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-
nilai yang terdapat dalam kurikulum
11
.
Dari pemaparan pengertian prestasi di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati serta diperoleh
dengan jalan keuletan kerja keras.
b. Pengertian Belajar
Setelah diketahui pengertian prestasi, selanjutnya akan
dikemukakan pengertian belajar menurut para ahli, antara lain:
1) Adapun pengertian belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman
12
.
2) Sedangkan menurut Athur T. Jersild, belajar adalah perubahan tingkah
laku karena pengalaman dan latihan
13
.


10
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 20.

11
Ibid., hlm. 20.

12
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remadja Karya, 2000), hlm. 84.

13
Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 98.
34
3) Menurut Muhibbin Syah, belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenjang pendidikan. Hal ini berarti, bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses
belajar yang dialami oleh siswa. Belajar bukan hanya kegiatan
mempelajari suatu mata pelajaran di sekolah secara formal, akan tetapi
kecakapan, kebiasaan dan sikap manusia juga terbentuk karena
belajar
14
.
4) Biggs dalam teaching for learning mendefinisikan belajar dalam tiga
macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, institusional, dan
kualitatif. Secara kuantitatif (jumlah), belajar diartikan sebagai
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan
fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini seberapa banyak
materi yang dikuasai oleh siswa. Secara institusional (kelembagaan),
belajar dipandang sebagai proses validitas atau pengabsahan
terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka
pelajari. Sedangkan secara kualitatif (mutu), belajar merupakan proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia di sekeliling siswa dalam arti tercapainya daya pikir
dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi siswa
15
.


14
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2007), hlm. 63.

15
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 91-92.
35
5) Para ahli modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan
16
.
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa ciri-ciri belajar adalah
sebagai berikut:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Untuk dapat disebut sebagai belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup
panjang
17
.
Jadi secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
itu akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Salah satu indikator terjadinya perubahan sebagai hasil belajar di
sekolah adalah prestasi belajar yang dapat dilihat melalui angka-angka


16
Oemar Hamalik, Metode Mengajar dan Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito, 1983),
hlm. 21.

17
Ibid., hlm. 22.
36
dalam raport atau daftar nilai yang diperoleh siswa. Lebih lanjut Machri
yang dikutip oleh E. Hendrawati, mengungkapkan pengertian karakteristik
prestasi belajar sebagai berikut:
a. Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur. Untuk
mengukur tingkah laku tersebut dapat digunakan tes prestasi belajar.
b. Prestasi menunjuk kepada individu sebagai sebab, artinya individu
sebagai pelaku.
c. Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik berdasarkan
atas kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu atau ditetapkan menurut
standar yang dicapai oleh kelompok.
d. Prestasi belajar menunjuk kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan
secara sengaja dan disadari
18
.
Dari pengertian prestasi dan belajar diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengalami proses belajar di sekolah yang menghasilkan perubahan
dalam bidang pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan penerapan
(psikomotorik) dan dapat dinyatakan dengan nilai.
c. Pengertian Aqidah Akhlaq
Secara etimologis (lughatan), aqidah berasal dari kata aqoda-
yaqidu-aqdan-aqidatan
19
. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian
dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan
20
.


18
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 24

19
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam, 2002), hlm. 1.

20
Ibid., hlm. 1.
37
Secara terminologis (istilahan), kata aqidah terdapat beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang dikutip oleh Yunahar Ilyas,
antara lain:
1) Menurut Hasan al-Banna, aqidah adalah:


Artinya:
Kata Aqidah berasal dari kata Aqaid (bentuk jamak dari aqidah)
adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati
(mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan
21
.
2) Sedangkan menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, aqidah adalah:


.

Artinya:
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran
itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu
22
.
Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa, aqidah
adalah perkara yang wajib diyakini oleh manusia berdasarkan akal, wahyu
dan fitrah, dan kebenaran itu harus diyakini tanpa ada keragu-raguan.


21
Ibid., hlm. 1.

22
Ibid., hlm. 2.
38
Selanjutnya pengertian akhlak dilihat dari sudut bahasa
(etimologi), adalah bentuk jamak dari kata Khulk. Khulk dalam Kamus Al-
Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat
23
.
Sedangkan secara terminologis, pengertian akhlaq menurut
Zahrudin AR yang mengutip pendapat beberapa para ahli, antara lain;
1) Menurut Ibnu Maskawaih, akhlaq adalah:

Artinya: Akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dulu)
24
.
2) Menurut Imam Ghazali, akhlaq adalah:


Artinya: Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)
25
.
3) Sedangkan menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, akhlaq adalah:




23
Luis Maluf, Kamus Al-Munjid (Beirut: Al-Maktabah al-Katulikiyah, 1988), hlm. 194.

24
Zahruddin AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
hlm. 4.

25
Ibid., hlm. 4.
39
Artinya: Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak
ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak
26
.
4) Selanjutnya menurut Humaidi Tatapangarsa yang mengutip pendapat
Abdullah Dirroz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai
manifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dengan dua syarat, yaitu:
Pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam
bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan-
perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan
karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti paksaan
dari orang lain, sehingga menimbulkan ketakutan atau bujukan dengan
harapan-harapan yang indah-indah, dan lain sebagainya
27
.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa, akhlaq ialah sifat-
sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan
selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik yang
disebut akhlaq mulia atau perbuatan buruk yang disebut akhlaq yang
tercela sesuai dengan pembinaannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, yang dimaksud dengan prestasi belajar aqidah akhlaq disini, adalah
merupakan kecakapan nyata yang diperoleh siswa setelah melakukan
serangkaian kegiatan belajar dan diukur dengan kriteria penilaian tertentu
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak.


26
Ibid., hlm. 4.

27
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984),
hlm. 16.
40
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar secara global dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni
kondisi lingkungan di sekitar siswa. Dan faktor pendekatan belajar yakni
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran
28
.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu dan dapat mempengaruhi prestasi belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
1) Aspek Fisiologis
Faktor atau aspek fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani
pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya prestasi


28
Muhibbin Syah, 2007, Op. Cit., hlm. 144.
41
belajar yang maksimal
29
. Oleh karena itu, untuk mempertahankan
tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi
30
.
Kedua, keadaan fungsi jasmani atau fisiologi. Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh
manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,
pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat
mengenal dunia luar. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa
perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif
maupun yang bersifat kuratif
31
.
2) Aspek Psikologis
Faktor atau aspek psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama mempengaruhi prestasi belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a) Kecerdasan atau Intelegensi Siswa
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan
kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi


29
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Op. Cit., hlm. 19.

30
Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 145.

31
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Op. Cit., hlm. 20.
42
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut
meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah
tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua dan lain
sebagainya
32
.
b) Motivasi
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses
di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberikan arah,
dan menjaga perilaku setiap saat. Dari sudut sumbernya,
motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik
memiliki pengaruh yang lebih efektif karena motivasi intrinsik
lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar
(ekstrinsik). Adapun motivasi ekstrinsik adalah faktor yang
datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap
kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib,
teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya
33
.
c) Minat


32
Ibid., hlm. 20-21.

33
Ibid., hlm. 22.
43
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu
34
. Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Jika
seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, maka ia akan
tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya
35
.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek,
orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif
36
. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh
perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran atau lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar,
guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional
dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya
37
.


34
Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 151.

35
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Op. Cit., hlm. 24.

36
Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 149.

37
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Op. Cit., hlm. 24-25.
44


e) Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan
belajar, Slavin mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi
salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil
38
.
b. Faktor Eksternal
Dalam hal ini, Muhibbin Syah menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi proses belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan
nonsosial
39
.
1) Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, pegawai administrasi
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi prestasi belajar
seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya


38
Ibid., hlm. 25.

39
Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 150.
45
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah
40
.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa di tengah-
tengah masyarakat. Faktor dari masyarakat ini antara lain
tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi
prestasi belajar siswa
41
.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Karena lingkungan
keluargalah yang pertama-tama membentuk kepribadian siswa,
apakah keluarga akan memberikan pengaruh positif atau
negatif. Pengaruh ini terlihat dari cara orang tua mendidik,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian keluarga
dan sebagainya
42
.
2) Lingkungan Nonsosial
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak
panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak
terlalu lemah, suasana yang sejuk dan tenang, dan lain-lain.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang


40
Ibid., hlm. 150.

41
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hlm. 69-70.

42
Ibid., hlm. 60.
46
dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Sebaliknya, bila
kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terhambat
43
.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga
dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan
lain sebagainya
44
.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa,
begitu juga dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan
kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan konstribusi yang positif terhadap aktivitas belajar
siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siswa
45
.
3. Tujuan Belajar Aqidah Akhlaq
Dalam setiap kegiatan idealnya ditentukan tujuan dari pelaksanaan
kegiatan tersebut terlebih dahulu. Dengan demikian ruang lingkup
kegiatan tidak akan menyimpang. Kegiatan yang tanpa disertai dengan


43
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Op.,Cit, hlm. 27.

44
Ibid., hlm. 28.

45
Ibid., hlm. 27-28.
47
tujuan sasarannya akan kabur, akibat program-program kegiatannya
sendiri menjadi tidak teratur.
Dan secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengatakan
sebagaimana yang dikutip oleh Syamsul Nizar, bahwa tujuan belajar
Aqidah Akhlak terdiri atas lima sasaran, yaitu:
a. Membentuk akhlak mulia
b. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
c. Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
d. Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik
e. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil
46
.
Jadi tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, dan tujuan memiliki
arti yang sangat penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah
atau pedoman yang harus ditempuh dalam melaksanakan kegiatan.
Menurut Zakiyah Daradjat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai
47
.
Yang menjadi sasaran dalam belajar aqidah akhlak adalah manusia,
sedangkan yang menjadi dasarnya adalah diciptakannya manusia untuk
beribadah dan tunduk kepada Allah serta menjadi khalifah di muka bumi
untuk memakmurkannya dengan melaksanakan serta mentaati syariat
agama Allah. Suatu rumusan tujuan pendidikan akan tercapai apabila
sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu, perlu ditegaskan disini fungsi


46
Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm 37.

47
Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 29.
48
tujuan pendidikan itu sendiri. Fungsi tujuan pendidikan diantaranya telah
disebutkan oleh Ahmad Marimba, yaitu:
1. Mengakhiri usaha, sesuatu usaha yang tidak mempunyai tujuan
tidaklah mempunyai arti apa-apa. Selain itu usaha mengalami
permulaan dan mengalami pula akhirnya. Pada umumnya suatu usaha
baru berakhir kalau tujuan terakhir sudah tercapai.
2. Mengarahkan usaha, tanpa adanya antisipasi (pandangan ke depan)
kepada tujuan, maka penyelewengan akan banyak terjadi dan kegiatan
yang dilakukan tidak akan berjalan secara efisien.
3. Titik pangkal mencapai tujuan-tujuan lain, yaitu tujuan-tujuan baru
ataupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa dari satu segi tujuan itu membahas ruang gerak
usaha. Namun dari segi lain tujuan tersebut dapat mempengaruhi
dinamika dari usaha itu.
4. Memberi nilai pada usaha, ada usaha yang tujuannya lebih luhur, lebih
mulia, lebih luas dari pada usaha-usaha lainnya. Hal ini menunjukkan
dalam rumusan setiap tujuan selalu disertai dengan nilai-nilai yang
hendak diusahakan perwujudannya
48
.
Menurut Hasan Langgulung, tujuan belajar aqidah akhlak harus
mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu:
1. Fungsi spiritual yang berkaitan dengan aqidah.


48
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Almaarif, 1998),
hlm. 44.
49
2. Fungsi psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku individu
termasuk nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat
yang lebih sempurna.
3. Fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan yang
menghubungkan manusia dengan manusia atau masyarakat, dimana
masing-masing menyadari hak-hak dan tanggungjawabnya untuk
menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang
49
.
Maka pendidikan aqidah akhlak merupakan bagian dari pendidikan
agama dan merupakan tujuan dari pendidikan itu. Sebagaimana M.
Athiyah mengatakan bahwa, pendidikan akhlak adalah jiwa dari
pendidikan agama Islam. Dan Islam telah menyimpulkan bahwa,
pendidikan aqidah akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Tujuan yang
sebenarnya dari pendidikan islam adalah penyempurnaan akhlak
50
.
Jadi tujuan belajar aqidah akhlak sudah tercantum dalam tujuan
pendidikan agama, yaitu sejalan dengan tujuan akhirnya, yakni
membentuk akhlakul karimah yang merupakan manfaat dalam jiwa anak
didik, sehingga anak terbiasa dalam berperilaku dan bertindak secara
rohaniah dan insaniah yang tergantung pada moralitas keagamaan tanpa
memperhitungkan keuntungan-keuntungan material
51
.
Menurut Barmawie Umary sebagaimana yang dikutip A. Mustofa
bahwa tujuan pendidikan akhlak, yaitu:


49
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-
Maarif, 1990), hlm. 178.

50
Ibid., hlm. 178.

51
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Aksara, 1993), hlm. 136.
50
1. Supaya terbiasa melakukan hal yang baik dan terpuji serta menghindari
yang buruk, jelek, hina dan tercela.
2. Supaya hubungan manusia dengan Allah SWT dan dengan sesama
makhluk terpelihara dengan baik dan harmonis
52
.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, tujuan belajar Aqidah
Akhlaq adalah membangun pribadi anak yang berakhlak mulia, dimana
kesadaran anak itu muncul dari dalam dirinya sendiri
53
. Nilai-nilai akhlaq
harus meresap dan terserap pada diri sang anak. Hal ini tidak mungkin
dilakukan hanya dengan mengajar dan menghafal pelajaran aqidah akhlaq
seperti yang biasa dilakukan.
Maka pelajaran aqidah akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaqnya
yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT,
serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi
54
.
Dari pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa tujuan
belajar aqidah akhlak adalah agar setiap siswa memiliki pengertian baik


52
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 135.

53
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 46.

54
Ibid., hlm. 46.
51
buruknya suatu perbuatan, supaya dapat mengamalkan sesuai dengan
ajaran Islam dan selalu berakhlak mulia sehingga pendidikan akhlak
tercapai dengan baik.
4. Manfaat Belajar Aqidah Akhlaq
Besar harapan orang yang mempelajari aqidah akhlaq akan
menjadi orang yang baik budi pekertinya. Ia akan menjadi anggota
masyarakat yang berarti dan berjasa. Dengan mempelajari aqidah akhlaq
dapat membuka mata hati seseorang untuk mengetahui yang baik dan
buruk. Begitu pula memberi pemahaman faedahnya berbuat baik dan
bahayanya jika berbuat kejahatan.
Orang yang baik akhlaknya, biasanya banyak memiliki teman
sejawat dan sedikit musuhnya. Hatinya tenang, riang, dan senang.
Hidupnya bahagia dan membahagiakan. Allah berfirman dalam surat Al-
Fajr, ayat 27-30:
$J' 9# 9# _# <) 7/ # `
?{$ 6 ?{# L_
Artinya:
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-
hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Q. S. Al-Fajr (89): ayat
27-30)
55
.


55
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya (Semarang:
CV. Toha Putra, 1996), hlm. 475.
52
Ayat tersebut merupakan penghargaan Allah terhadap manusia
yang sempurna imannya. Orang yang sempurna imannya niscaya
sempurna pula budi pekertinya. Orang yang tinggi budi pekertinya mampu
merasakan kebahagiaan hidup. Ia merasakan dirinya berguna, berharga,
dan mampu menggunakan potensinya untuk membahagiakan dirinya dan
untuk orang lain.
Latihan sikap untuk selalu melaksanakan yang baik dan
meninggalkan yang buruk secara bertahap, merupakan usaha pembinaan
akhlak al-karimah. Selanjutnya hasil yang dicapai ialah sikap pribadi yang
baik, menjadi anggota masyarakat dan warga negara yang baik. Ini sejalan
dengan isi sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab dalam
penjabarannya sebagai berikut:
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan
kemanusiaan, berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar
bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa
dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa-bangsa lain
56
.
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa
manfaat pendidikan Aqidah Akhlaq, antara lain:
a. Untuk mempertahankan, meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada
Allah SWT,
b. Sebagai pembeda yang jelas antara manusia dan hewan. Dengan
pengertian bahwa tanpa modal aqidah akhlaq, manusia akan
kehilangan derajat kemanusiaannya sebagai makhluk yang paling
mulia,


56
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran (Jakarta: Amzah,
2007), hlm. 17.
53
c. Sebagai penuntun bagi manusia secara universal menuju perilaku yang
baik dalam segala aspek kehidupan,
d. Untuk melestarikan kelangsungan hidup suatu masyarakat atau bangsa,
e. Sebagai usaha untuk membentuk pribadi muslim,
f. Untuk menanamkan nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,
g. Untuk mencegah peserta didik dari hal-hal yang negatif dari
lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-
hari,
h. Sebagai pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan
akhlak serta sistem dan fungsionalnya
57
.
B. Pembahasan Perilaku Siswa
1. Pengertian Perilaku Siswa
Kata perilaku mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu tidak
hanya mencakup kegiatan yang motorik saja, seperti; berjalan, berlari-lari,
berolah raga, bergerak dan lain-lain. Akan tetapi juga membahas macam-
macam fungsi seperti: melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi,
pengenalan kembali, penampilan emosi dalam bentuk tangis atau senyum
dan sebagainya
58
.
Lebih jelasnya dapat dilihat dalam Kamus Bahasa Indonesia
kontemporer yang disebutkan bahwa perilaku adalah kegiatan individu
atas sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut, yang diwujudkan
dalam bentuk gerak dan ucapan
59
. Dari uraian di atas, dapat dipahami


57
Hasbullah, Op.,Cit, hlm. 75.

58
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Umum (Surabaya: Sinar Wijaya, 1991),
hlm. 55.

59
DEPDIKBUD, Op., Cit, hlm. 154.
54
bahwa perilaku adalah segala aktivitas individu karena adanya reaksi atau
rangsangan dari luar.
Menurut Ahmad Amin, perilaku adalah segala perbuatan yang
timbul dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia
mengetahui waktu melakukan apa yang diperbuat. Demikian juga segala
perbuatan yang timbul tiada dengan kehendak, tetapi dapat diikhtiarkan
penjagaan sewaktu sadar
60
.
Kemudian menurut pandangan Harry Stack Sullivan, sebagaimana
dikutip oleh Sanapiah dan Andi, ia berpendapat bahwa, perilaku mendapat
peranan penting dalam mewujudkan kepribadian, mewujudkan dirinya
dalam hubungannya dengan pribadi-pribadi yang lain. Interaksi sosial
dengan perilaku itu merupakan suatu bukti nyata bahwa pribadi sama
sekali tidak ada tanpa pribadi yang lain untuk mengerti tingkah laku
individu haruslah sebagai hubungan interpersonal
61
.
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada
individu atau organisme itu timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat
dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan, baik
stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun demikian sebagian
besar dari perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus
eksternal
62
.


60
Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 5.

61
Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Dimensi-dimensi Psikologi I (Jakarta: Usaha
Nasional, 1984), hlm. 228.

62
Ibid., hlm. 228.
55
Dari beberapa pengertian masalah perilaku tersebut, maka penulis
menyimpulkan, bahwa perilaku siswa adalah sesuatu kegiatan organisme
yang dilakukan pada diri siswa-siswi di keluarga, sekolah dan masyarakat
yang saling berinteraksi, sehingga terbentuk suatu perilaku baik dan buruk.
2. Macam-macam Perilaku Siswa
Tinjauan mengenai macam-macam perilaku siswa ini akan dapat
memperjelas bagaimana siswa berperilaku atau berbuat terhadap Allah
SWT, Rasulullah, sesama manusia, dirinya, lingkungan di sekitarnya,
sehingga membentuk insan kamil
63
. Adapun macam-macam perilaku
siswa adalah sebagai berikut:
a. Perilaku Terhadap Allah SWT
Berperilaku terhadap Allah SWT, artinya beriman kepada Allah
yang merupakan tujuan utama bagi setiap manusia yang menjalani
hidup. Untuk itu bagi anak didik yang dilahirkan harus mempelajari
tentang kaidah-kaidah ke-Tuhanan. Beriman kepada Allah berarti
mengakui, mempercayai, dan meyakini Allah itu benar-benar ada dan
bersifat dengan segala sifat yang baik dan Maha Suci dari sifat yang
buruk. Tetapi iman kepada Allah, tidak cukup dengan hanya sekedar
mempercayai akan adanya Allah saja, melainkan juga harus diikuti
dengan beribadah atau mengabdi kepada Allah dalam kehidupan
sehari-hari, yang realisasi atau manifestasinya berupa diamalkannya
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan


63
Ibid., hlm. 230
56
kesemuanya itu dikerjakan dengan tulus, ikhlas semata-mata hanya
karena Allah saja
64
.
Akal pikiran manusia dapat digunakan untuk memikirkan dan
merenungkan alam ciptaan Tuhan. Dengan didukung oleh keterangan
ayat-ayat Al-Quran, akan bertambah subur iman seseorang.
Kesuburan dan keteguhan iman sangat besar artinya dalam hidup dan
kehidupan seseorang. Iamn yang teguh akan menumbuhkan sikap
ikhlas dan bersyukur. Dengan demikian, seseorang yang teguh
imannya senantiasa akan merasa tentram
65
.
Firman Allah SWT dalam surat Ar-Radu:
%!# #`# ? /=% ./ !# & 2/ !# ? >=)9#
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-
lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Radu: 27)
66

b. Perilaku terhadap Rasul Allah
Rasulullah adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah
SWT, untuk disampaikan kepada umatnya. Dengan berbagai upaya
Rasulullah menuntun umatnya gar mau mengikuti petunjuknya menuju
jalan yang diridhai Allah.


64
Ibid., hlm. 231.
65
Masan Alfat, Aqidah Akhlak (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1994), hlm. 49
66
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.,Cit. Hlm. 345
57
Dalam menjalankan tugasnya, Rasulullah mengalami berbagai
rintangan, namun semua beliau hadapi dengan sabar. Semua usahanya
dilakukannya dengan ikhlas. Segala kepentingan yang sifatnya pribadi
beliau kesampingkan. Beliau selalu mementingkan umat manusia.
Allah SWT, berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 107:
$ =& ) q ==9
Artinya:
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.(Q.S. Al-Anbiya: 107)
67

c. Perilaku terhadap diri sendiri
Sebelum seseorang mengenal tentang siapapun, maka sudah
dituntut untuk lebih jauh mengenal atau memahami diri sendiri, karena
diri sendiri merupakan satu-satunya yang harus diselamatkan, sebelum
yang lainnya. Adapun perilaku terhadap diri sendiri kewajibannya
adalah:
1. Memenuhi kebutuhan, baik lahir maupun batin
2. Menjaga supaya tetap baik lahir dan batin
68
.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-
Baqoroh, ayat 195, yang berbunyi:
#)& 6 !# #)=? /3'/ <) 3=J9# #`m& ) !#
=t `s9#
Artinya:

67
DEPAG, Op.,Cit, hlm. 456

68
Humaidi Tatapangarsa, Op,Cit., hlm. 22.
58
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. (Q. S. Al-Baqoroh, ayat: 195)
69
.
Ayat di atas menjelaskan bahwa berperilaku terhadap diri sendiri,
yaitu menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat, kejahatan
dalam pergaulan yang akan membawa dirinya dalam kehancuran.
d. Perilaku terhadap keluarga
Keluarga adalah bentuk sosial yang asasi sekaligus bentuk
kehidupan antar manusia yang terkecil dan merupakan kelompok yang
pertama. Dimana anak menjadi anggota dan merupakan lembaga yang
pertama dalam kehidupan anak. Dalam konteks ini suasana kehidupan
keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan
pendidikan yang sempurna dalam membentuk pribadi anak-anak yang
utuh
70
.
Dengan melihat pengorbanan orang tua yang merawat dan
mencintai sewaktu masih kecil hingga dewasa, sepatutnyalah seorang
anak harus berbuat baik kepada kedua orang tua yang telah
memberikan pendidikan, sehingga ia bisa membedakan perilaku yang
baik dan yang buruk
71
. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Isra, ayat: 23;


69
Departemen Agama, Op.,Cit, hlm 23.

70
Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 123.

71
Ibid., hlm. 123.
59
% 7/ & #7? ) $) $!9$/ $m) $) =7 8
969# $n& & $. )? $; & $]? % $9
% $2
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Q.S.
Al-Isra, ayat: 23)
72
.

e. Perilaku terhadap guru
Guru adalah orang yang menyampaikan pendidikan di sekolah.
Orang yang menyampaikan pendidikan dan pengajaran di kelas disebut
guru formal. Sedangkan pengajaran dan pendidikan yang disampaikan
di luar sekolah atau melalui ceramah, diskusi, dan lain sebagainya
disebut guru non formal. Akan tetapi, keduanya sama-sama
mempunyai predikat guru dan mereka semua adalah orang yang
memberikan pendidikan dan pengajaran
73
.
Untuk itu sebagai murid atau siswa yang diajarkan di sekolah,
mereka diwajibkan berperilaku baik dan memuliakan guru atas segala
jasanya, yaitu: mendidik dan memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan


72
Departemen Agama, Op.,Cit. hlm. 227.

73
Slameto, Op.,Cit, hlm. 85.
60
ilmu pengetahuan manusia di dunia dapat maju, mempunyai peradaban
yang tinggi dan dapat mengatasi berbagai macam kesulitan hidup
74
.
Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 9:
& M% $# 9# #`$ $$% 't z# #`_ q / %
G` %!# > %!# = $) `.G #9`& =79{#
Artinya:
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Q.S. Az-Zumar: 9)
75


f. Perilaku terhadap sesamanya
Manusia hidup di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
memerlukan satu sama lain. Tegasnya diri manusia itu adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari bangsa itu sendiri, ia sebagai komponen
mau tidak mau pasti mengambil bagian dari makanan, pertumbuhan
dan perasaan yang dibagikan keseluruhan anggota tubuh teman itu
sendiri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Humaidi Tatapangarsa,
bahwa: Hidup itu tidak dapat dihasilkan sendiri, tetapi membutuhkan
orang lain
76
.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa salah satu unsur yang
penting dan berpengaruh dalam membina teman adalah meningkatkan


74
Ibid., hlm. 86.
75
Departemen Agama, Op.,Cit. Hlm. 340

76
Humaidi Tatapangarsa, Op.,Cit, hlm. 22.
61
ketinggian budi pekerti dengan pergaulan yang intim, perasaan yang
lemah lembut dan berpandangan yang luas, sehingga dapat
menanggapi masalah-masalah yang hidup dan berkembang dalam
lingkungan. Adapun contoh berperilaku terhadap sesamanya, yaitu
hendaknya saling tolong menolong dalam hal yang membawa
kebaikan dan jangan tolong menolong dalam hal yang membawa
petaka
77
.
Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:
$' %!# #`# #=tB !# 9# #t:# ;# =)9#
# M79# #t:# G6 5 $ #) ==m #$$
3g `$ % & 2 f`9# #t:# & #G? #$?
? 99# )G9# #$? ? O}# `9# #)?# !# ) !#
>$)9#
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-
binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan
dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji,
Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.(Q.S. Al-Maidah: 2)
78



77
Ibid., hlm. 22.
78
Departemen Agama, Op.,Cit. hlm. 245
62
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa
Aliran Konvergensi mengatakan bahwa perkembangan anak itu
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam
membentuk perilaku siswa, maka dipengaruhi oleh dua faktor tersebut
79
.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa, yaitu:
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri
di mana faktor ini banyak dipengaruhi oleh psikis anak. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1) Faktor fisik
Masa remaja merupakan renungan kehidupan individu,
dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Pada tahun
permulaan proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja
proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu
mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Hal ini
terutama tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa
remaja akhir proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh
dewasa dalam semua bagiannya
80
.
2) Faktor intelektual
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi
formal (operasi: kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai


79
Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan (Surabaya: Usaha
Nasional, 1988), hlm. 10.

80
Baharuddin dan Esa, Op.,Cit, hlm. 19.
63
gagasan)
81
. Remaja secara mental telah dapat berpikir logis
otaknya mencapai kesempurnaan tentang berbagai gagasan yang
abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat
hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam
memecahkan masalah daripada berpikir kongkrit.
3) Faktor emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama
organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau
perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti
perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan
lawan jenis
82
.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang datangnya dari luar anak atau
siswa melalui proses identifikasi lingkungan setempat. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1) Faktor lingkungan keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam
upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang
penuh kasih sayang dan menanamkan pendidikan tentang nilai-
nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat


81
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006), hlm. 196.

82
Ibid.,hlm.196.
64
yang sehat. Dengan demikian keluarga merupakan fase sosialisasi
awal bagi pembentukan pribadi anak
83
.
2) Faktor lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah
keluarga, karena makin besar kebutuhan siswa, maka orang tua
menyerahkan tanggung jawabnya sebagian kepada lembaga
sekolah ini. Sekolah sebagai pembantu keluarga dalam mendidik
anak dan sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada
siswa mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan
orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam
keluarga
84
.
3) Faktor dari lingkungan teman-teman sebaya
Kelompok sebaya (Peer Groups) mempunyai peranan yang
sangat penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi
kehidupannya di masa yang akan datang dan juga berpengaruh
terhadap perilaku dan pandangaannya. Peranan kelompok teman
sebaya bagi remaja adalah memberikan kesempatan untuk belajar
tentang:
a) Bagaimana berinteraksi dengan orang lain
b) Mengontrol tingkah laku sosial
c) Mengembangkan ketrampilan dan minat yang relevan dengan
usianya


83
Baharuddin dan Esa, Op.,cit, hlm. 27.

84
Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja (Jakarta: Tiara Wacana), hlm. 127.
65
d) Saling bertukar pikiran, perasaan dan masalah
85
.
4) Faktor lingkungan remaja terhadap orang dewasa
Remaja pada umumnya suka kepada orang yang
terpandang, pemimpin masyarakat, pejabat pemerintah dan pemuka
agama yang mau memahami kebutuhan dan keadaan mereka yang
sedang mencari identitas diri dan berusaha mendapatkan perhatian
dan penerimaan orang-orang terpenting tersebut. Boleh jadi di
antara mereka dijadikan suri tauladan atau idola di dalam
hidupnya
86
.
C. Pembahasan Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku Siswa
1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq pada Perilaku Siswa
Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengutip pendapat Nasrun
Harahab, menyatakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum
87
. Kemudian Baharuddin mengutip pendapat
Howar L. Kingsleny yang mengatakan bahwa belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan
88
.
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa, prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar


85
Ibid., hlm. 131.

86
Ibid., hlm. 132.

87
Syaiful Bahri Djamarah, Op.,Cit, hlm. 20.

88
Baharuddin dan Dholifah, Psikologi Pendidikan (Spektrum Belajar Pendidikan Agama)
(Malang: UIN Malang Press, 2007), hlm. 84.
66
selama beberapa waktu yang mengakibatkan perubahan sikap, perilaku
dan pengetahuan dalam diri siswa.
Menurut pendapat Hasan al-Banna yang dikutip oleh Yunahar Ilyas
menyatakan bahwa, aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati (mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan
89
.
Selanjutnya menurut Zahruddin AR mengutip dari pendapat Ibnu
Maskawaih mengatakan bahwa, akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dulu)
90
.
Dari pendapat di atas penulis menarik kesimpulan bahwa, Aqidah
akhlaq adalah keyakinan seseorang yang mendorong untuk melakukan
suatu perbuatan.
Menurut Ahmad Amin, perilaku adalah segala perbuatan yang
timbul dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia
mengetahui waktu melakukan apa yang diperbuat
91
.
Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu
92
.
Dengan demikian yang dimaksud dengan prestasi belajar aqidah
akhlaq pada perilaku siswa adalah hasil yang diperoleh siswa setelah


89
Yunahar Ilyas, Op., cit, hlm. 1.

90
Zahruddin AR, Op., cit, hlm. 4.

91
Ahmad Amin, Op.,cit, hlm. 5.

92
Himpunan Perundang-undangan RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Op.,cit, hlm.
11.
67
mengalami proses belajar Aqidah Akhlak yang mengakibatkan perubahan
dalam diri siswa serta keyakinan untuk melakukan suatu perbuatan yang
baik sesuai dengan ajaran Islam.
Tidak ada tujuan yang lebih penting bagi pendidikan aqidah akhlak
daripada membimbing umat manusia di atas prinsip kebenaran dan jalan
lurus, yaitu mempersiapkan manusia yang beriman dan beramal sholeh,
menaati hukum halal dan haram Allah, berinteraksi sosial baik dengan
sesama muslim maupun dengan kaum non muslim, melaksanakan dakwah
ilahi, beramar maruf nahi munkar dan berjihad di jalan Allah
93
.
Begitu juga dengan tujuan pendidikan Islam yang menjadikan
manusia beriman dan bertaqwa, membentuk akhlak yang mulia, bermoral
tinggi, menghormati hak manusia, mengetahui mana yang baik dan benar.
Memilih suatu fadhilah karena cinta kepada fadhilah, dan mengingat
Tuhan dimanapun ia berada
94
.
Ketika semua itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
maka hidup akan menjadi tentram dan nyaman. Seperti di sekolah setiap
guru memberikan pengarahan tentang berakhlak yang baik, pembiasaan
kegiatan religius seperti; sholat, dengan sholat dapat menjauhkan diri dari
keji dan munkar, puasa dapat menahan amarah dan ditujukan untuk orang-
orang yang bertaqwa, mengeluarkan zakat, yaitu melatih agar mempunyai
sikap kepedulian sosial
95
.


93
Ali Abdul Halim. M, Tarbiyah Khuluqiyah (Cet I, Jakarta: Media Insani, 2003), hlm.
150-151.

94
M. Athiyah al-Abrasyi., Op.,Cit, hlm. 1.

95
Ibid., hlm. 3.
68
2. Kondisi Perilaku Siswa
Setiap perilaku siswa selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik setelah mengalami proses belajar. Menurut Surya dalam bukunya
Psikologi Pendidikan, menyebutkan bahwa karakteristik belajar disebut
juga sebagai prinsip-prinsip belajar
96
. Di antara ciri-ciri perubahan khas
yang menjadi karakteristik perilaku siswa yang terpenting adalah:
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi pada perilaku siswa dalam proses belajar
adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja
dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini
mengandung konotasi bahwa siswa menyadari terdapat perubahan
yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan
dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan
pandangan sesuatu, ketrampilan dan seterusnya
97
.
b. Perubahan Positif dan Aktif
Perubahan yang terjadi pada perilaku siswa bersifat positif dan
aktif. Positif artinya perilaku siswa yang menunjukkan sikap yang
baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna
bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni
diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan ketrampilan
baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun
perubahan aktif yang dimaksudkan disini, yakni perilaku siswa tidak


96
Muhibbin Syah, Op.,Cit, hlm. 116.

97
Ibid., hlm. 116
69
terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi
karena usaha siswa itu sendiri
98
.
c. Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang timbul pada perilaku siswa karena proses belajar
yang dipandang efektif, yaitu yang berhasil guna, artinya, perubahan
tersebut membawa pengaruh, makna dan manfaat bagi siswa. Selain
itu, perubahan yang bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif
menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat
diharapkan memberi manfaat yang luas, misalnya ketika siswa
menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan
sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Selain itu, perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat
dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif
lainnya
99
.
Setelah siswa mengalami proses belajar di sekolah, maka
diharapkan siswa bisa mewujudkan suatu perubahan tingkah laku.
Manifestasi atau perwujudan perilaku siswa biasanya lebih sering tampak
dalam perubahan-perubahan sebagai berikut
100
:
a. Manifestasi Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-
kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt, kebiasaan itu


98
Ibid., hlm. 117.

99
Ibid., hlm. 118.

100
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 108.
70
timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan
menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar,
pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan.
Karena proses penyusutan/pengurangan inilah, muncul suatu pola
bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis
101
.
b. Manifestasi Keterampilan
Menurut Reber, keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-
pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan
sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu
102
.
c. Manifestasi Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi
arti rangsangan yang masuk melalui indera seperti mata dan telinga.
Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai
pengamatan yang benar obyektif sebelum mencapai pengertian.
Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian
yang salah pula
103
.
d. Manifestasi Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana, berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu
merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan
respons. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk
melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh


101
Ibid., hlm. 109.

102
Ibid., hlm. 110.

103
Ibid., hlm. 110.
71
tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil
belajar
104
.
Di samping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar
sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa
yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan
bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam
memori, serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi
tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang ia hadapi
105
.
e. Manifestasi Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku siswa
terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya
siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan
dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan bagaimana
(how) dan mengapa (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut
menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat,
menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan dan bahkan juga
menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan.
Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif
tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan
masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan
106
.




104
Ibid., hlm. 110

105
Ibid., hlm. 111.

106
Ibid.,hlm. 111.
72
f. Manifestasi Sikap
Menurut Bruno, sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif
menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang
atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat
dianggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan
cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan
ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang
telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu obyek, tata nilai,
peristiwa dan sebagainya
107
.
g. Manifestasi Inhibisi
Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi ialah
kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan
yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang
lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya
108
.
Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya
diperoleh lewat proses belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan
perilaku siswa akan tampak pula dalam kemampuannya melakukan
inhibisi ini
109
.
h. Manifestasi Apresiasi
Tingkat apresiasi seorang siswa terhadap nilai sebuah karya sangat
bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, jika
seorang siswa telah mengalami proses belajar agama secara mendalam


107
Ibid., hlm. 111.

108
Ibid., hlm. 112.

109
Ibid., hlm. 112.
73
maka tingkat apresiasinya terhadap nilai seni baca Al-Quran dan
kaligrafi akan mendalam pula. Dengan demikian pada dasarnya
seorang siswa baru akan memiliki apresiasi yang memadai terhadap
objek tertentu apabila sebelumnya ia telah mempelajari materi yang
berkaitan dengan objek yang dianggap mengandung nilai penting dan
indah tersebut
110
.
i. Manifestasi Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti
ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia
juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku siswa
111
.
3. Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku Siswa
Pengaruh prestasi belajar Aqidah Akhlak yang didapat oleh siswa
itu berbeda-beda. Sedikitnya ada tiga faktor yang berperan dalam
menentukan pengaruh prestasi belajar, yaitu: pendapat siswa tentang hal-
hal yang menyebabkan diperolehnya nilai, nilai yang ingin diterima oleh
siswa dan nilai yang biasa diterima oleh siswa
112
.
Bagi siswa yang biasanya memperoleh nilai tinggi, nilai tersebut
merupakan reinforcement yang positif, siswa akan tetap belajar dengan


110
Ibid., hlm. 113.

111
Ibid., hlm. 114.

112
M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan (Yogyakarta:
BPFE, 1990), hlm. 282.
74
cara yang sama seperti yang sudah-sudah karena cara itu ternyata
menghasilkan imbalan yang positif
113
.
Menurut M Dimyati Mahmud, apabila guru memberi nilai tinggi
kepada jawaban-jawaban yang sesuai dengan kehendak dan pendapatnya,
artinya jawaban-jawaban yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan atau
yang sesuai dengan buku pelajaran, siswa pun akan berusaha
menyesuaikan diri dengan kehendak dan pendapat gurunya pada waktu
menempuh tes di waktu-waktu yang akan datang. Kecuali itu hasil
penelitian lain juga menunjukkan bahwa nilai tinggi itu lebih sering
diperoleh oleh siswa yang suka menyesuaikan diri tersebut daripada oleh
siswa-siswa yang kreatif. Yang jelas, nilai tinggi itu dapat meningkatkan
taraf kegairahan dan kegiatan belajar
114
.
Sementara itu ada juga siswa yang selalu mendapat nilai rendah.
Pengalaman seperti ini dapat mengakibatkan siklus destruktif, yaitu: nilai
rendah mengakibatkan gairah belajar menurun, sehingga usaha untuk
berhasil berkurang dan seterusnya
115
. Nilai rendah ini sering ditafsirkan
sebagai hukuman. Kalau hal semacam ini terus menerus terjadi, bisa jadi
siswa akan menjadi kendur dan bahkan patah semangat, dan siswa akan
meninggalkan sekolah sebagai siswa yang putus sekolah (droup out).
Sehubungan dengan ini, M Dimyati Mahmud mengutip pendapat
Margaret Clifford berkesimpulan, bahwa kegagalan itu dapat berpengaruh
positif dan negatif terhadap perilaku berikutnya, tergantung pada situasi


113
Ibid., hlm. 283.

114
Ibid., hlm. 285.

115
Ibid., hlm. 285.
75
dan pribadi siswa. Gagal sama sekali ataupun seratus persen berhasil dapat
merupakan persiapan yang buruk untuk belajar mengatasi kegagalan.
Suatu tingkat kegagalan bisa jadi malah membantu siswa, terutama kalau
guru membantu siswa melihat dan menyadari hubungan antara kerja keras
dan hasil yang membaik
116
.
Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa korelasi
prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan perilaku siswa yang dimaksud
disini, yaitu apabila proses pembelajaran Aqidah Akhlak dilakukan dengan
baik, maka akan diperoleh prestasi belajar yang memuaskan, sehingga bisa
menghasilkan perilaku siswa yang baik dan mencerminkan akhlak yang
mulia.























116
Ibid., hlm. 286.
76
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu
proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data
berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai
apa yang ingin diketahui peneliti. Angka-angka yang
terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian dapat dianalisis
menggunakan metode statistik
117
.
Berdasarkan penelitian ini, maka jenis penelitian yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara prestasi
belajar Aqidah Akhlaq dengan perilaku siswa adalah bersifat
korelasi. Penelitian korelasional adalah penelitian yang

117
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 105-106.
77
dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-
variabel yang berbeda dalam suatu populasi
118
.
Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada
tidaknya hubungan antara dua variabel, dan apabila ada,
seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya
hubungan itu
119
.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu yang
terletak di Jalan Pronoyudo Desa Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu.
Adapun pemilihan Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu sebagai obyek
penelitian adalah karena Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu tersebut
merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di kota Batu dan memiliki
lokasi yang strategis, sehingga mudah dalam pelaksanaan penelitian. Untuk
memperjelas letak lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu dapat dilihat
pada lampiran.
C. Kehadiran Peneliti

118
Sevilla, C. G, dkk, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: UII Press, 1993), hlm. 87
119
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 270
58
78
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus sebagai pengumpul data. Peran peneliti
sebagai instrumen dalam proses pengumpulan data, yaitu
mengamati dan berdialog secara langsung dengan beberapa
pihak yang berkaitan dengan proses penelitian.
D. Data dan Sumber Data
Dalam rangka pencarian data, terlebih dahulu yang
harus ditentukan adalah sumber data, yaitu subjek dari mana
data dapat diperoleh
120
. Sumber data merupakan bagian
penting dari sebuah penelitian, karena ketepatan memilih dan
menentukan sumber data akan membentuk ketepatan dan
kekayaan data yang diperoleh.

Data dalam penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder:
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya dan
diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan
121
. Adapun yang

120
Ibid., hlm. 129.
121
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 137.
79
menjadi data primer disini adalah prestasi belajar Aqidah Akhlaq yang
sumber datanya berasal dari raport siswa dan perilaku siswa selama berada
di sekolah.
2. Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
122
.
Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini berupa; data-data
yang diperoleh dari Kepala Sekolah, Tata Usaha, Guru, dalam bentuk
tabel, diagram dan lain-lain.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya
123
. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel bebas (independen variabel) atau variabel X
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat)
124
. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam

122
Ibid., hlm. 137
123
Ibid., hlm. 38.
124
Ibid., hlm. 39.
80
penelitian ini adalah prestasi belajar Aqidah Akhlaq.
2. Variabel terikat (dependen variabel) atau variabel Y adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas
125
. Adapun yang menjadi
variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku siswa.
F. Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya
126
.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu,
yaitu meliputi siswa kelas VII, VIII, dan IX Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu yang berjumlah 519 siswa, dengan
rincian sebagai berikut;

125
Ibid., hlm. 39.
126
Ibid., hlm. 80.
81
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Putra 90 78 88
Putri 83 85 95
Jumlah 173 163 183
Sumber Data: Dokumentasi MTs Negeri Batu
2. Sampel
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
127
. Sedangkan pengertian
sampel menurut M. Nazir adalah bagian dari populasi
128
.
Selanjutnya dalam menentukan populasi atau sampel Arikunto
memberi pedoman bentuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
129
.
Karena jumlah subyek yang akan penulis teliti tergolong besar,
yakni sejumlah 519, maka penulis memilih melakukan penelitian sampel.
Dalam mengambil sampel penulis menggunakan teknik proporsional
random sampling, pengambilannya secara acak dan setiap individu diberi
hak yang sama. Adapun sampel yang diambil sebagai data, yaitu
mengambil 15% dari jumlah tiap-tiap kelas:
a. Kelas VII A 43 siswa; 15% x 43 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.

127
Ibid., hlm. 81.
128
M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 327.
129
Suharsimi Arikunto, Op.,Cit, hlm. 134.
82
b. Kelas VII B 44 siswa; 15% x 44 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.
c. Kelas VII C 43 siswa; 15% x 43 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.
d. Kelas VII D 44 siswa; 15% x 44 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.
e. Kelas VIII A 40 siswa; 15% x 40 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.
f. Kelas VIII B 41 siswa; 15% x 41 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.
g. Kelas VIII C 41 siswa; 15% x 41 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.
h. Kelas VIII D 41 siswa; 15% x 41 siswa = 6 siswa, putra = 3, putri = 3.
i. Kelas IX A 38 siswa; 15% x 38 siswa = 5 siswa, putra = 2, putri = 3.
j. Kelas IX B 39 siswa; 15% x 39 siswa = 5 siswa, putra = 2, putri = 3.
k. Kelas IX C 39 siswa; 15% x 39 siswa = 5 siswa, putra = 3, putri = 2.
l. Kelas IX D 39 siswa; 15% x 39 siswa = 5 siswa, putra = 3, putri = 2.
m. Kelas IX E 28 siswa; 15% x 28 siswa = 4 siswa, putra = 2, putri = 2.
Jumlah sampel = 72 siswa, putra = 36, putri = 36
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitan adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati
130
. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
perilaku siswa dengan jumlah soal seluruhnya 35 item dan
masing-masing disediakan empat pilihan jawaban secara rinci.

130
Sugiyono, Op.,Cit, hlm. 102.
83
Pengukuran variabel perilaku siswa ini diambil dari
indikator-indikator yang terdapat pada konsep perilaku siswa
tersebut. Adapun indikator tersebut adalah:
1. Perilaku siswa terhadap Allah
a. Beriman kepada Allah, yaitu; percaya akan adanya
Allah dan segala ciptaan-Nya.
b. Bertaqwa kepada Allah, yaitu; menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
c. Bertawakal kepada Allah, yaitu; menyerahkan
keputusan segala sesuatunya kepada Allah.
d. Ikhlas, yaitu; melakukan segala perbuatan semata-mata
mengharapkan ridha Allah.
e. Bersyukur, yaitu; selalu mengucap syukur (terima kasih)
atas nikmat dan anugerah yang diberikan Allah.
f. Dzikrullah, yaitu; selalu mengingat Allah di saat suka
maupun duka.
g. Taqorrub, yaitu; selalu mendekatkan diri kepada Allah.
2. Perilaku siswa terhadap diri sendiri
a. Memenuhi kebutuhan diri sendiri, baik lahir maupun
batin.
b. Tidak menganiaya diri sendiri.
84
c. Menjaga diri dari perbuatan maksiat.
d. Menepati janji yang telah dibuat.
e. Menjaga diri dalam pergaulan.
f. Rajin dan tekun dalam belajar, bekerja dan berbuat
dalam hal kebaikan.
g. Sabar dan tabah terhadap segala cobaan yang dihadapi.
3. Perilaku siswa terhadap keluarga
a. Menghormati kepada kedua orangtua.
b. Selalu berdoa untuk kedua orangtua.
c. Mentaati segala perintah orangtua.
d. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih
muda.
e. Saling bermusyawarah jika terjadi masalah.
f. Menjaga hubungan silaturrahim.
g. Saling memahami keadaan masing-masing.
4. Perilaku siswa terhadap guru
a. Menghormati kepada semua guru.
b. Mentaati segala tata tertib dan peraturan yang diberikan
oleh guru.
c. Mendengarkan saat guru menjelaskan pelajaran.
85
d. Selalu patuh terhadap nasehat yang diberikan oleh guru.
e. Selalu bersikap sopan santun terhadap guru.
f. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat
pada waktunya.
g. Memberi salam dan menegur ketika bertemu guru.
5. Perilaku siswa terhadap sesama
a. Saling tolong menolong terhadap sesama.
b. Saling bertoleransi terhadap sesama.
c. Saling menghibur apabila terkena musibah.
d. Saling bertegur sapa apabila bertemu teman.
e. Memenuhi undangan.
f. Saling memberi nasehat apabila dibutuhkan.
g. Bersikap lemah lembut terhadap orang yang lemah.

Bentuk angket dalam penelitian ini berupa pilihan ganda
(multiple choice) dengan empat alternatif jawaban yang harus
dipilih oleh subyek. Terdapat dua jenis pertanyaan dalam
angket ini yaitu pernyataan favourable dan unfavourable.
Peryataan favourable yaitu pernyataan yang berisi tentang hal-
86
hal yang positif mengenai obyek sikap. Sebaliknya pernyataan
unfavourable adalah pernyataan yang berisi hal-hal yang
negatif mengenai obyek sikap, yaitu bersifat tidak mendukung
ataupun kontra terhadap obyek sikap yang hendak
diungkap
131
.
Adapun penilaian atau pemberian skor berdasarkan
pernyataan favourable dan unfavourable sebagai berikut:
A. Untuk Pernyataan favourable
1. Skor 4 untuk jawaban sangat setuju
2. Skor 3 untuk jawaban setuju
3. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju
4. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
B. Untuk pernyataan unfavourable
1. Skor 1 untuk jawaban sangat setuju
2. Skor 2 untuk jawaban setuju
3. Skor 3 untuk jawaban tidak setuju
4. Skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju
Angket ini sifatnya tertutup dimana jawaban telah disediakan sehingga
responden tinggal memilih. Dengan rincian angket sebagaimana dibawah ini:
Perilaku Siswa : 35 item (25 favourabel dan 10 unfavourabel).
H. Teknik Pengumpulan Data

131
Saifuddin, Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 99
87
Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan data
dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti dalam waktu tertentu sesuai dengan data yang dibutuhkan
132
. Di
dalam pengertian psikologi, observasi atau disebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perkataan terhadap objek
dengan menggunakan seluruh alat indera
133
.
Maka dalam observasi yang dilakukan dalam penelitian di MTs
Negeri batu ini, peneliti melakukan pengamatan langsung dalam belajar
siswa, akan tetapi dalam observasi ini peneliti memfokuskan pada
pengolahan beberapa data dokumentasi catatan hasil nilai ahkir (raport)
tentang prestasi belajar Aqidah Akhlaq dan perilaku siswa selama berada
di sekolah.
2. Teknik Wawancara
Menurut Koentjaraningrat metode ini mencakup cara yang
dipergunakan atau mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari

132
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.
70.
133
Sutrisno Hadi, Statistik II (Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2000), hlm 222-223
88
seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang itu
134
.
Sedangkan pengertian metode interview menurut Sutrisno Hadi,
Interview sebagai proses tanya jawab lisan dalam hal yang mana dua orang
atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat yang lain dan
mendengar hanya dengan telinganya sendiri suaranya, tampaknya
merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa
jenis data sosial baik yang terpendam maupun tertulis
135
.
Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi dari
kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, maupun para pendidik, baik
guru mata pelajaran aqidah akhlak maupun guru yang lain, mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan pengumpulan data.
3. Teknik Dokumentasi
Pengertian dokumentasi menurut Arikunto, yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya
136
.
Teknik ini penulis gunakan untuk meneliti bahan-bahan
dokumentasi guna mendapatkan data-data tentang situasi umum Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu yang meliputi: sejarah berdirinya, letak
geografisnya, keadaan siswa, sarana dan prasarana, keadaan guru dan
karyawan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar di sekolah tersebut.

134
Suharsimi Arikunto, Op.,Cit, hlm. 128
135
Sutrisno Hadi, Op.,Cit, hlm. 226.
136
Suharsimi Arikunto, Op., Cit, hlm. 231.
89
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, maka metode
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
obyek studi, khususnya keadaan populasi dan daftar nilai prestasi belajar
Aqidah Akhlaq dalam buku raport.
4. Teknik Angket
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara
menjawab juga dilakukan dengan tertulis
137
.
Dalam penelitian ini, tujuan penyebaran angket adalah untuk
mengetahui perilaku siswa.
I. Analisis Data
1. Validitas
Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsinya. Jadi angket
yang digunakan akan diukur ketepatan dan keakuratannya. Koefesien
validitas menurut Azwar merupakan korelasi antara distribusi skor tes
yang bersangkutan dengan distribusi skor kriteria
138
.
Suatu tes dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes
tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang
tepat dan akurat sesuai dengan maksud test tersebut. Dalam penelitian ini
untuk uji validitas angket perilaku siswa digunakan internal validity, yaitu

137
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 101.
138
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 173.
90
tehnik mengkorelasi skor butir dan skor total dengan rumus yang dipakai
korelasi product moment dari pearson.
139

Korelasi Product Moment Pearson









2 Reliabilitas
Hasil ukur dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran
terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Untuk
mencari reliabilitas alat ukur perilaku siswa digunakan rumus alpha.
Penggunaan rumus alpha ini didasarkan pada pertimbangan bahwa rumus
alpha ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya
bukan 1 dan 0 misalnya angket atau soal bentuk uraian.
140










139
Suharsimi Arikunto, Op.,Cit, hlm. 272.
140
Ibid., hlm. 20.
Rxy =
( )( )
{ }{ }

2 2 2
) ( ) ( Y Y N X X N
Y X XY N

Keterangan :
N = Banyak subyek
X = Angka pada variable pertama
Y = Angka pada variable kedua
Rxy = Nilai korelasi product moment
23

91
Reliabilitas Alpha
141









3. Analisis uji hipotesa
Analisis ini digunakan untuk pengolahan lebih lanjut dari analisis
hipotesis. Apabila r yang diperoleh itu lebih besar atau berada dalam nilai
r
t
baik dalam taraf signifikasi 1% maka hasil penelitian yang diperoleh itu
lebih kecil atau berada di bawah r
t
baik dalam taraf signifikasi 1% maka
hasil penelitian yang diperoleh non signifikasi dan berarti hipotesis
kerjanya gagal/ ditolak.
J. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria
tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Masing-masing
kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-

141
Ibid., hlm. 194.
R11 =
( )

2
1
2
1
1

h
k
k

Keterangan :
R11 = Reliabelitas instrument
K = Banyaknya butir pertanyaan

2
h
= Jumlah varians butir

2
1
= Varians total
24


92
sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan datanya
dilakukan dengan:
1. Teknik perpanjangan keikutsertaan, ialah untuk
memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda,
yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama
pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi
fenomena yang diteliti.
2. Ketekunan/Keajegan pengamatan, bermaksud menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci.
3. Triangulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya..
Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik dan teori.
93
4. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi, dilakukan dengan
cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-
rekan sejawat.
5. Kajian kasus negatif, dilakukan dengan jalan
mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan
pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan
dan digunakan sebagai bahan pembanding.
6. Pengecekan anggota, yang dicek dengan anggota yang
terlibat meliputi data, kategori analisis, penafsiran, dan
kesimpulan. Yaitu salah satunya seperti ikhtisar wawancara
dapat diperlihatkan untuk dipelajari oleh satu atau
beberapa anggota yang terlibat, dan mereka diminta
pendapatnya.
7. Uraian rinci, tehnik ini menuntut peneliti agar melaporkan
hasil penelitian sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti
dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks
tempat penelitian diselenggarakan.


94

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu berdiri pada tahun pelajaran
2004/2005 atas himbauan Bapak Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu
beserta sebagian masyarakat Kota Batu bahwa cepat atau lambat Batu
perlu Madrasah Terpadu yang terdiri dari MIN, MTsN dan MAN. Karena
MAN sudah lama berdiri sekarang saatnya merintis MIN dan MTsN
sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat di Kota Batu.
Madrasah Tsanawiyah Negeri beroperasional sejak tahun pelajaran
2004/2005 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen
Agama Propinsi Jawa Timur No: Kw.13.4/4/PP.03.2/2580/SKP/2004
tanggal 5 November 2004 dengan nomer statistik madrasah (NSM):
212357902135.
Madrasah ini dibawah yayasan pendidikan Al Ikhlas yang
beralamat di jalan Sultan Agung no 7 telp. (0341) 512123 Kota Batu,
Madrasah ini diberi nama Madrasah Tsanawiyah Negeri karena betul-betul
dipersiapkan menjadi MTs Negeri Kota Batu.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu beralamat di jalan Pronoyudo,
Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu. Di atas areal tanah seluas
74
95
18.000 m
2
,
milik pemerintah. Kawasan ini secara umum merupakan daerah
pegunungan dengan udara yang sejuk dan asri serta lingkungan
masyarakat yang Islami dan sangat mendukung keberadaan Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu. Hal ini terbukti dari jumlah penerimaan siswa
baru tahun pelajaran 2004/2005 yang mencapai 90 siswa, meningkat pada
tahun pelajaran 2005/2006 yang mencapai 164 siswa, pada tahun pelajaran
2006/2007 menerima siswa baru sebanyak 187 siswa, pada tahun pelajaran
2007/2008 menerima 162 siswa dari 327 pendaftar dan pada tahun
pelajaran 2008/2009 ini dengan tujuan untuk lebih efektifnya proses
pembelajaran di kelas hanya menerima 166 siswa dari 323 pendaftar
142
.
2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Visi
Terwujudnya Madrasah yang berkwalitas bidang IMTAQ dan
IPTEK serta berwawasan lingkungan.
Misi
Menyelenggarakan pendidikan yang unggul dan berprestasi bidang
IMTAQ dan IPTEK berciri khas Islam serta berwawasan lingkungan
dengan mewujudkan:
1. Lingkungan pendidikan dengan fasilitas yang memadai, kondusif
dan agamis.

142
Sumber Data: Dokumentasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
96
2. Strategi pembelajaran dan bimbingan dengan pendekatan
kompetensi siswa secara efektif.
3. Pembinaan ekstrakulikuler secara optimal sesuai dengan minat dan
bakat siswa.
4. Pembinaan masjid sebagai laboratorium keagamaan.
5. Pembiasaan sholat berjamaah, sholat sunnah, tartil Al-Quran dan
ucapan kalimat toyyibah.
6. Jalinan kerja sama yang baik dengan Komite Madrasah,
masyarakat dan dunia usaha sebagai perwujudan Manajemen
Berbasis Madrasah (MBM).
7. Identifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh Madrasah.
Tujuan
Setelah siswa dididik selama tiga tahun diharapkan:
1. Mampu secara aktif melaksanakan Ibadah Yaumiah dengan benar
dan tertib.
2. Khatam Al Quran dan tartil.
3. Berakhlaq mulia (Akhlaqul Karimah).
4. Hafal Juz Amma.
5. Mampu berbicara dengan bahasa Inggris dan bahasa Arab.
6. Dapat bersaing dan tidak kalah dengan para siswa dari sekolah lain
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
143
.

143
Sumber Data: Dokumentasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
97
3. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Dalam rangka mewujudkan sekolah sebagai lembaga
pendidikan yang professional, maka dalam aktifitas sehari-
hari gerak langkah komponen-komponen pendukung
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu dibingkai dalam sebuah
tatanan kerja yang harmonis mulai dari Kepala Madrasah,
komite sekolah, guru, karyawan hingga siswa. Adapun
bagan struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu sebagaimana dalam lampiran.
4. Keadaan Tenaga Guru dan Pegawai Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu
Berdasarkan data yang ada tenaga edukatif atau tenaga pengajar di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu secara kuantitatif maupun kualitatif
telah menunjukkan adanya suatu kemampuan dan kesiapan dalam
menunjang lancarnya proses belajar mengajar.
Secara kuantitatif Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu memiliki 32
guru, sedangkan dari sisi kualitatif para guru yang ada telah memadai
dalam menunjang lancarnya proses belajar mengajar. Hal ini bisa dilihat
dengan adanya gelar yang dimiliki oleh tenaga pengajar mayoritas di
98
antara para guru telah banyak menyelesaikan pendidikan di perguruan
tinggi.
Keadaan guru yang berada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
akan dijelaskan dalam Tabel Berikut:



TABEL 4.1
KEADAAN TENAGA GURU DAN PEGAWAI
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BATU
No Nama Pendidikan Mata
Pelajaran
Jabatan
1 Sudirman S.Pd
NIP:
196004041985
031005
S1 Matematika Kepala
Sekolah
2 Dra. Sunarmi S1 Bahasa Daerah Biro Sosial
dan
Kesejahtera
an
3 Drs. Suharto S1 Penjaskes PKM
Kesiswaan
4 Dra. Titik
Hindrayani
S1 Bhs. Inggris Guru
5 Agus Sholikhin
S.Ag
S1 Aqidah Akhlak PKM
Kurikulum
6 Drs. Mastohari S1 Al-Quran
Hadits
Guru
7 Ali Ridho S.Pd S1 IPS Terpadu Guru
8 Ninik Alfiana
S.Pd
S1 Bahasa
Indonesia
Guru
9 Mutmainnah S.
Ag
S1 PPKN Guru/Wali
Kelas
10 Abdul Muis
S.Si
S1 IPA Terpadu Guru
11 Dyah
Ambarukmi
S.Pd
S1 IPS Terpadu Guru
12 Nur Yayuk S1 Bahasa Arab Guru/Wali
99
Faridah S.Ag Kelas
13 Izzatul
Hidayah
S.Hum
S1 Bhs. Inggris Guru
14 Nurhayati S.P S1 Matematika Guru
15 Zulia Ika S.Pd S1 IPA Terpadu Guru
16 Mas Makhin
M.Ag
S2 Fiqih Guru
17 Dra. Masfufah S1 Matematika Guru/Wali
Kelas
18 Mahfudz S.Ag S1 Bhs. Arab Biro
Keagamaan
19 Fahron Dakka D3 TIK Guru
20 Anis Maisaroh
S.Pd
S1 IPS Terpadu Guru
21 Dhian Novianti
A.md
D3 Bhs. Arab Guru
22 Nufi Faridah S1 PPKN Guru
23 Mokhamad
Suud S.T
S1 Lingkungan
Hidup
Guru
24 Dra. Farida S1 Seni Budaya Guru
25 Drs. Iswanto S1 IPA Terpadu PKM
HUMAS
dan
SARPRAS
26 Dra. Siti
Maisaroh
S1 Bhs. Indonesia Guru
27 Dra. Maslahah S1 SKI Guru
28 Iin Suminarni
S.Pd
S1 Matematika Guru/Wali
Kelas
29 Abdul Hadi
Harahap S.Pd
S1 Bhs. Indonesia Guru/Wali
Kelas
30 M. Nazar
Rosyidi
S1 TIK Guru
31 M. Nahrowi
Pasha S.Psi
S1 PENJASKES Kordinator
BK
32 Dwi Rahmad
Sujianto S.Pd
S1 Seni Budaya Guru
33 Bambang
Setiawan, S.Pd
S1 - Bendahara
34 Indi Astuti SMA - Tata Usaha
35 Agus Lutfianto SMA - Tata Usaha
36 Sugeng
Purnomo
SMP - Penjaga
Sekolah
37 R Shiddiq, S1 - Tata Usaha
100
S.Ag
38 Suwandi SMA - Pesuruh
39 Siti Rochmah,
S.HI
S1 - Tata Usaha
40 Titin
Andriyani,
S.Pd
S1 - Tata Usaha
Sumber Data: Dokumentasi MTs Negeri Batu


5. Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Berdasarkan data yang ada bahwa jumlah siswa Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu tahun ajaran 2008-2009 sebanyak 519 siswa
dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 4.2
KEADAAN SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BATU
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII A 21 22 43
2 VII B 23 21 44
3 VII C 23 20 43
4 VII D 23 20 43
5 VIII A 11 29 40
6 VIII B 22 19 41
7 VIII C 24 17 41
8 VIII D 21 20 41
9 IX A 16 22 38
10 IX B 20 19 39
11 IX C 19 20 39
12 IX D 19 20 39
13 IX E 14 14 28
JUMLAH 256 263 519
Sumber Data: MTs Negeri Batu
101
6. Kondisi Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu
Secara umum keadaan sarana dan prasarana pendidikan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu cukup memadai, baik sarana
administrasi maupun sarana edukatif. Namun dalam bebarapa hal masih
memerlukan adanya penambahan dan pembenahan untuk lebih
memperlancar proses belajar mengajar.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan sarana dan prasarana yang
ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 4.3
KEADAAN SARANA DAN PRASARANA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BATU
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
1 Ruang Kelas 13 Baik
2 Ruang Perpustakaan 1 Baik
3 Ruang Laboratorium IPA 1 Baik
4 Ruang Ketrampilan
Komputer
1 Baik
5 Ruang Kepala Madrasah 1 Baik
6 Ruang Guru 1 Baik
7 Ruang Tata Usaha 1 Baik
8 Kamar Mandi/Toilet Guru 1 Baik
102
9 Kamar Mandi/Toilet Siswa 6 Baik
10 Gudang 1 Baik
11 Ruang UKS 1 Baik
Sumber Data: MTs Negeri Batu
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu
Dalam menyajikan data berupa prestasi belajar
Aqidah Akhlak kelas VII, VIII, dan IX semester ganjil
tahun 2008-2009 yang dijadikan sampel penelitian, penulis
mengambil dari dokumen rapor siswa pada buku leger hasil
belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
Adapun dalam menentukan nilai rapor, peneliti
melakukan interview dengan Bapak Agus Sholikhin, S. Ag
selaku guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu, yakni dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Rata-rata KD/Ulangan Harian + Nilai UAS
2
103
Pembobotan = rata-rata ulangan harian/ blok + nilai UAS
3
Adapun keterangan terhadap angka-angka yang ada
pada daftar nilai adalah sebagai berikut:
A = AMAT BAIK (80-100)
B = BAIK (70-79)
C = CUKUP (60-69)
D = KURANG (50-59)
E = AMAT KURANG (< 50 )
144

Adapun nilai yang diberikan oleh guru harus sesuai
dengan KKM (Kompetensi Kelulusan Minimal), nilai KKM
Aqidah Akhlaq di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
adalah 70. Namun apabila ada siswa yang belum mencapai
nilai KKM, maka diadakan remidi untuk memperbaiki
nilai tersebut
145
.
Adapun penyajian data prestasi belajar Aqidah
Akhlak adalah sebagai berikut:


144
Wawancara dengan Bapak Agus Sholikhin, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, 16 Maret
2009, di MTs Negeri Batu.
145
Ibid.
104
TABEL 4.4
PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK
SISWA KELAS VII, VIII, DAN IX MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI BATU TAHUN PELAJARAN 2008-2009
NO NAMA SISWA KELAS PRESTASI
BELAJAR AQIDAH
AKHLAK
1 FERIANTO HENDRI VII A 72
2 MOCH.FIRMAN AMRULAH VII A 76
3 FIFTA FIBRIA ASTUTI VII A 73
4 JUWITA PERMATA SARI VII A 71
5 LIA KARUNIA VII A 70
6 A'IZZATUL ISLAMI VII A 76
7 DYAS SHAHMY VII B 70
8 ANGGA AFRIAN ZULMI VII B 70
9 A. HANIF IQBAL VII B 72
10 KHALID NAJIB A VII B 74
11 ANDIKA SANDYA VII B 70
12 MEGA CRIASANAH PUTRI VII B 76
13 GHIFARI JAKA WALI VII C 72
14 ALIEF ROHMAN R VII C 74
15 IRA DESSY WIRA YUNI VII C 73
16 WIDYA PRASASTYA VII C 78
17 RANI INDAH SARI VII C 73
18 MAULIDAH ZAKKIYAH VII C 79
19 NUR ROHMAN HIDAYAT VII D 70
20 INDRI WAHYU NINGTYAS VII D 70
21 YANITA DWI ANGGRAINI VII D 72
22 BAGUS PRAKOSO VII D 74
23 RIZKI NANDA NUGROHO VII D 70
24 AKBAR KURNIAWAN VII D 74
25 DENNY PRAYOGO VIII A 94
26 MOCH. CHALIM R VIII A 91
27 DITTA DIAH P VIII A 96
28 HAFIZH RIFA'I VIII A 94
29 EKA TRIA HANDAYANI VIII A 97
30 ELIN WIDAYUK VIII A 90
31 DEDDY HERMAWAN VIII B 74
32 IMRO'ATUL MU'ALIMAH VIII B 82
33 EVA NURJANAH VIII B 84
34 RISNA SABARINA VIII B 77
105
35 IMAM HERMAWAN VIII B 84
36 ILHAM ADI MUFI VIII B 76
37 KARLINDA MADA S VIII C 76
38 ILLAVIA VINGGI VIII C 77
39 DEVIKA VIII C 76
40 DINI WILUJENG VIII C 74
41 DEWI MUSTIKA SARI VIII C 81
42 YUNIA PUTRI VIII C 79
43 DWI SISWOYO VIII D 83
44 SISCA AMELIA VIII D 85
45 ACHMAD ZAKARIA VIII D 77
46 AJENG RORO NOVRIANA VIII D 87
47 YAYIK PRIHATIN VIII D 85
48 DEWI FATIMATUZ ZAHRO VIII D 89
49 DESY AULIA R IX A 88
50 AIDAH FACHRIA IX A 94
51 WIRDAN SEISARA IX A 86
52 M. ZUBDATUL FIKRI IX A 82
53 FERRY FRANSISKA IX A 85
54 ANDRI WAHYU SAPUTRA IX B 84
55 NELLA SEPTI MARSHALY IX B 81
56 ANISATUL FAJRIAH IX B 83
57 ANDIYAS SETYAWAN IX B 82
58 VINI KARINA HANUM IX B 82
59 NORA AYU WITTI P IX C 88
60 OKKY AINUL FAUZI IX C 77
61 SUCI HANDAYANI IX C 84
62 YUSUF MIKI EFENDI IX C 77
63 RIDHA MAULIFAH IX C 81
64 SINTA MAYANG SARI IX D 94
65 CHINTYA TRISNADA Y IX D 87
66 ARIES SAMODRA IX D 93
67 RAKA ANDHY IX D 82
68 PUTRI MENTARI IX D 93
69 AHMAD EKA OKTANDRA IX E 82
70 ZEFI AGESTI IX E 86
71 SISKA TRIA MEGAWATI IX E 89
72 SUROYYA NURIL AQILAH IX E 96
JUMLAH 5813
NILAI RATA-RATA 80,73
Sumber Data: Dokumentasi MTs Negeri Batu




106


TABEL 4.5
DISTRIBUSI PRESTASI BELAJAR SISWA
No Kategori Frekuensi Prosentase
1 Amat Baik 37 51,38 %
2 Baik 35 48,62 %
3 Cukup 0 0
4 Kurang 0 0
5 Amat
Kurang
0 0
Jumlah 72 100 %
Sumber: Data olah primer
Mengenai data prestasi belajar Aqidah Akhlaq kelas
VII sampai kelas IX di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
yang menjadi sampel menunjukkan jumlah nilai
keseluruhan dari 72 responden adalah 5813. Sedangkan
nilai rata-rata adalah jumlah dari nilai Aqidah Akhlak
dibagi jumlah responden, yakni hasilnya 80,73.
Dengan nilai rata-rata 80,73, maka prestasi belajar
Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
107
berdasarkan nilai rapor adalah amat baik, karena nilai 80-
100 termasuk kategori amat baik.
2. Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Untuk mengetahui perilaku siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu, peneliti mengadakan observasi
langsung pada siswa saat proses pembelajaran di kelas,
pada waktu istirahat dan sholat berjamaah di masjid.
Selain itu untuk menyajikan data mengenai perilaku siswa
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu adalah dengan hasil
angket yang diambil secara objektif pada siswa saat berada
di dalam kelas.
Menurut penuturan Bapak Agus Sholikin, selaku
guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, mengungkapkan
perihal perilaku siswa-siswi MTs Negeri Batu, yaitu;
meskipun kebanyakan siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu bersikap cerewet (banyak omong), namun
108
omongan mereka itu bersifat kritis
146
. Jadi sikap cerewetnya
diimbangi dengan sikap kritis terhadap pelajaran.
Sedangkan menurut Bapak Drs. Suharto selaku
Waka Kesiswaan dan guru mata pelajaran Penjaskes,
mengatakan bahwa perilaku siswa-siswi MTs Negeri Batu
sangat baik, hal ini tercermin dengan kedisiplinan para
murid dalam melaksanakan tugas-tugas dan kewajibannya.
Misalnya; datang ke sekolah dengan tepat waktu, rajin
melaksanakan sholat dhuha dan dhuzur secara berjamaah,
aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di
sekolah dan lain-lain
147
.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sedikit
pelanggaran yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu. Dalam hal ini pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
masih bisa diatasi oleh para guru dengan memberikan
peringatan maupun sanksi bagi setiap siswa yang
melanggar peraturan sekolah.

146
Ibid.
147
Wawancara dengan Bapak Drs. Suharto, Waka Kesiswaan dan guru mata pelajaran
Penjaskes, 16 Maret 2009, di MTs Negeri Batu.
109
Akan tetapi menurut beliau, ada juga beberapa siswa
yang sering melakukan pelanggaran terhadap peraturan
yang telah ditetapkan di sekolah. Setiap siswa yang
melakukan pelanggaran di sekolah akan ditindak oleh
pihak tatib dan diberi poin atas pelanggaran itu. Apabila
pelanggaran itu cukup berat dan poin yang terkumpul
sudah mencapai kriteria, maka pihak sekolah akan
memberikan sanksi pada siswa tersebut
148
. Masing-masing
kategori pelanggaran itu bisa diketahui pada buku tatib
yang ada pada lampiran.
Sebagaimana telah peneliti sebutkan di atas bahwa
yang menjadi objek penelitian adalah siswa-siswi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu tahun ajaran 2008/2009 sebanyak
72 orang yang diambil secara acak dari kelas VII sebanyak
24 siswa, kelas VIII sebanyak 24 siswa, dan kelas IX
sebanyak 24 siswa.
Angket atau kuisioner dalam penelitian ini digunakan
sebagai alat analisa. Oleh karena itu dalam analisa yang
dilakukan lebih bertumpu pada skor responden pada tiap-

148
Ibid.
110
tiap amatan. Sedangkan benar tidaknya skor responsi
tersebut tergantung pada pengumpulan data. Instrumen
pengumpulan data yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.



a) Uji Validitas
Pengujian validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan
masing-masing faktor atau variabel dengan total faktor atau variabel
tersebut dengan menggunakan korelasi (r) product moment.
Kriteria pengujian untuk menerima atau menolak hipotesis adanya
pernyataan yang valid atau tidak dapat dilakukan dengan:
H
0
: r = 0, tidak terdapat data yang valid pada tingkat kepercayaan ()
5%.
H
1
: r 0, terdapat data yang valid pada tingkat kepercayaan () 5%.
Hipotesa nol (H
0
) diterima apabila r
hitung
< r
tabel
, demikian
sebaliknya hipotesa alternatif (H
1
) diterima apabila r
hitung
> r
tabel
.
Pengujian validitas yang dilakukan dengan melalui program SPSS
ver. 13.0 dengan mengggunakan korelasi product moment
menghasilkan nilai masing-masing item pernyataan dengan skor item
111
pertanyaan secara keseluruhan dan untuk lebih jelasnya disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
TABEL 4.6
UJI VALIDITAS VARIABEL
No Indikator Koefisien Validitas r tabel Keterangan
1 Y1 0.377 0.325
Valid
2 Y2 0.356 0.325
Valid
3 Y3 0.356 0.325
Valid
4 Y4 0.367 0.325
Valid
5 Y5 0.410 0.325
Valid
6 Y6 0.341
0.325 Valid
7 Y7 0.352
0.325 Valid
8 Y8 0.393
0.325 Valid
9 Y9 0.339
0.325 Valid
10 Y10 0.438
0.325 Valid
11 Y11 0.376
0.325 Valid
12 Y12 0.345
0.325 Valid
13 Y13 0.423
0.325 Valid
14 Y14 0.429
0.325 Valid
15 Y15 0.467
0.325 Valid
16 Y16 0.443
0.325 Valid
17 Y17 0.345
0.325 Valid
18 Y18 0.425
0.325 Valid
19 Y19 0.365
0.325 Valid
20 Y20 0.369
0.325 Valid
21 Y21 0.423
0.325 Valid
22 Y22 0.396
0.325 Valid
23 Y23 0.365
0.325 Valid
24 Y24 0.386
0.325 Valid
25 Y25 0.345
0.325 Valid
26 Y26 0.368
0.325 Valid
27 Y27 0.419
0.325 Valid
28 Y28 0.333
0.325 Valid
29 Y29 0.346
0.325 Valid
30 Y30 0.396
0.325 Valid
31 Y31 0.428
0.325
Valid
32 Y32 0.423
0.325
Valid
33 Y33 0.396
0.325
Valid
112
34 Y34 0.398
0.325
Valid
35 Y35 0.369
0.325
Valid
Sumber: Data Primer Diolah

Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien validitas
tiap item pertanyaan lebih besar dari r tabel yang berarti tiap-tiap item
variabel adalah valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item
tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel perilaku siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.


b) Uji Reliabilitas
Teknik pengujian reliabilitas adalah dengan menggunakan nilai
koefisien reliabilitas alpha. Kriteria pengambilan keputusannya adalah
apabila nilai dari koefisien reliabilitas alpha lebih besar dari 0,6 maka
variabel tersebut sudah reliabel (handal).
TABEL 4.7
UJI RELIABILITAS VARIABEL
Nomor Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan
1 X 0.759 Reliabel
Sumber: data primer diolah
Dari Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai dari alpha cronbach untuk
semua variabel lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah
disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang digunakan untuk
mengukur variabel perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu sudah reliabel.
113
Adapun kategori skor untuk angket perilaku siswa adalah sebagai
berikut:
Baik : 93-124
Cukup : 62-92
Kurang : 31-61
TABEL 4.8
DISTRIBUSI PERILAKU SISWA
No Kategori Frekuensi Prosentase
1 Baik 47 65,27%
2 Cukup 25 34, 73%
3 Kurang 0 0
Jumlah 72 100%
Sumber: Data Olah Primer
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perilaku siswa yang paling
tinggi berada pada kategori baik, yaitu 65,27% dengan 47 responden
menunjukan bahwa perilaku siswa menempati proposisi yang paling
besar, dilanjutkan dengan perilaku siswa pada kategori cukup sebesar
34,73 % dengan 25 responden.
3. Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Setelah peneliti mengadakan observasi, dokumentasi
dan wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak, maupun guru mata pelajaran yang lain,
membuktikan bahwa ada korelasi prestasi belajar Aqidah
Akhlak dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu. Hal ini terbukti dengan adanya kesesuaian
114
nilai yang didapat dengan perilaku siswa di sekolah setiap
harinya.
Namun dalam hal ini, peneliti hanya menjelaskan
relevansi nilai Aqidah Akhlaq dengan beberapa mata
pelajaran yang masih ada hubungannya dengan Aqidah
Akhlak, yakni antara lain: mata pelajaran PPKN, Fiqih, Al-
Quran Hadits, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Dalam hal ini nilai yang didapat oleh siswa
merupakan tolak ukur keberhasilan yang telah dicapai oleh
siswa, sebagaimana hal ini dituturkan oleh Ibu
Mutmainnah S. Ag selaku guru mata pelajaran PPKN
149
.
Nilai yang didapat oleh siswa ini cukup valid, karena guru
itu sendiri yang memberikan penilaian secara objektif pada
siswa saat berada di kelas. Di samping itu beberapa guru
juga mengadakan kerjasama dalam penilaian sikap yang
diberikan pada siswa saat berada di kelas maupun di
lingkungan sekolah
150
. Dalam penelitian ini, peneliti juga

149
Wawancara dengan Ibu Mutmainnah, guru mata pelajaran PPKN, 16 Maret 2009, di MTs
Negeri Batu.
150
Ibid.
115
mengamati sendiri perilaku siswa saat pembelajaran di
kelas pada beberapa kali pertemuan.
Untuk menganalisis hubungan antara variabel
prestasi belajar aqidah akhlak dengan perilaku siswa, maka
rumus yang digunakan untuk menganalisis kedua variabel
tersebut adalah korelasi product moment. Penggunaan
teknik product moment correlation, data yang digunakan
tidak hanya satu sumber saja, tetapi bisa lebih. Pada
penelitian ini terdapat dua sumber data, yaitu data variabel
X dan data variabel Y.
Pada penelitian ini perilaku siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu sebagai variabel dependent yang
dipengaruhi prestasi belajar aqidah akhlaq sebagai variabel
independent. Dalam perhitungan diperlukan penggunaan
tabel pembantu product moment Correlation. Perhitungan
kerelasi product moment menggunakan bantuan softwere
SPSS versi 13.00 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9


116

TABEL 4.9
KORELASI PRODUCT MOMENT



Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan pada Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hubungan
antara prestasi belajar aqidah akhlaq dengan perilaku siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Batu sebesar 0,514 yang tergolong pada korelasi
sedang, untuk menguji apakah dengan nilai korelasi sebesar 0,514 ada
hubungan yang signifikan atau tidak digunakan perbandingan dengan
menggunakan r tabel.
Setelah didapatkan nilai r hitung sebesar 0,514 dibandingkan
dengan nilai r tabel (0.05, 70) = 0,235. sehingga didapat bahwa r hitung > r
tabel, maka terdapat hubungan yang signifikan, sehingga dapat dikatakan
bahwa hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlaq sebagai variabel
independent dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
sebagai variabel dependent mempunyai hubungan yang nyata.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar aqidah
akhlaq mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu. Dengan nilai korelasi sebesar 0,514
Correlations
1.000 .514**
. .000
72 72
.514** 1.000
.000 .
72 72
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
VAR00001
VAR00033
VAR00001 VAR00033
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**.
117
didapatkan bahwa hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlaq dengan
perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu termasuk dalam
kategori yang sedang karena berada pada interval 0,4 0,6.








































118
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Batu
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu dan
dilaksanakan selama dua Minggu, dimulai pada tanggal 16 sampai 28 Maret
2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiamana prestasi belajar
Aqidah Akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, Perilaku siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, serta bagaimana Korelasi Prestasi Belajar
Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
Sedangkan variabel yang diamati pada penelitian tersebut adalah
prestasi belajar Aqidah Akhlak yang diukur dari hasil tugas, tes, ulangan
harian, maupun sikap siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Dari data yang diperoleh setelah melakukan penelitian, maka didapat
prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
menunjukkan nilai rata-rata terdapat dalam kategori amat baik. Hal ini terbukti
dari perhitungan data yang didapatkan, untuk kategori amat baik terdapat 37
siswa atau 51.38% dari semua sampel yang ada dan untuk kategori baik
terdapat 35 siswa atau 48,62% dari semua sampel.
Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah, menyatakan bahwa prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
95
119
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka
dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum
151
.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan, bahwa
prestasi belajar Aqidah Akhlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
adalah amat baik, karena dalam hal ini siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu sudah cukup menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru dan
telah mencapai kompetensi kelulusan minimal (KKM) yang telah ditentukan.
Hal ini terbukti dari data yang diperoleh pada saat penelitian
menunjukkan sebagian besar nilai prestasi belajar Aqidah Akhlak berada
dalam kategori amat baik, yakni prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa yang
paling tinggi berada pada kategori amat baik, yaitu 59.38 % dengan 37
responden menunjukan bahwa prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa
menempati proposisi yang paling besar. Selanjutnya prestasi belajar Aqidah
Akhlak sebesar 48,62 % dengan 35 menunjukkan bahwa prestasi belajar
Aqidah Akhlak menempati kategori baik. Sedangkan untuk kategori cukup,
kurang dan amat kurang masing-masing sebesar 0 %, karena dalam hal ini
semua siswa telah mencapai KKM.
B. Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Rumusan masalah yang kedua adalah bagaimana perilaku siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu. Untuk mendeskripsikan perilaku siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, maka dalam hal ini penulis mengadakan

151
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm.21.

120
observasi secara langsung di lapangan dan menyebarkan angket kepada siswa
untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu.
Menurut Ahmad Amin, perilaku adalah segala perbuatan yang timbul
dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia mengetahui
waktu melakukan apa yang diperbuat. Demikian juga segala perbuatan yang
timbul tiada dengan kehendak, tetapi dapat diikhtiarkan penjagaan sewaktu
sadar
152
.
Tinjauan mengenai macam-macam perilaku siswa ini akan dapat
memperjelas bagaimana siswa berperilaku atau beribadah terhadap Allah
SWT, dirinya, lingkungan di sekitarnya, sehingga membentuk insan kamil
153
.
Perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu ini terlihat cukup
baik, hal ini terbukti dengan adanya hasil observasi di lapangan menunjukkan
perilaku siswa yang baik, yaitu dengan cara saling bertegur sapa dan
mengucapkan salam saat bertemu sesama teman dan guru. Selain itu siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu juga rajin dalam melaksanakan sholat
wajib dan sunnah secara berjamaah di masjid, hal ini terlihat saat siswa
melaksanakan sholat dhuha dan dzuhur secara berjamaah
154
.
Di samping itu, siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
diwajibkan membaca Al-Quran sebelum pelajaran dimulai, hal ini merupakan
pembiasaan yang dilakukan agar siswa memiliki perilaku yang baik. Dengan

152
Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 5.
153
Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Dimensi-dimensi Psikologi I (Jakarta: Usaha
Nasional), hlm. 230.
154
Wawancara dengan Bapak Sudirman S. Pd, Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, 17
Maret 2009, di MTs Negeri Batu.
121
demikian perilaku siswa terhadap Allah SWT tercermin dengan melaksanakan
sholat berjamaah, membaca Al-Quran dan membiasakan diri mengucapkan
kalimat-kalimat toyyibah sesuai dengan misi Madrasah Tsanawiyah Negeri
Batu
155
.
Selanjutnya menurut ibu Siti Rohmah S. Hi, perilaku siswa terhadap
sesama juga cukup baik, hal ini terlihat pada saat siswa bersikap tenang, tertib
dan aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Di samping itu sikap
terhadap sesama teman juga ditunjukkan dengan saling tolong menolong
sesama teman yang membutuhkan bantuan maupun pertolongan saat
mengalami kesulitan dalam proses belajar di kelas
156
.
Sedangkan perilaku siswa terhadap lingkungan sekitar dinilai cukup
baik juga, hal ini terlihat dari perilaku siswa yang senantiasa menjaga
kebersihan dan merawat lingkungan sekolah. Perilaku siswa dikatakan baik
apabila perilaku siswa sudah mencerminkan dari ketiga hal tersebut, yaitu
berbuat baik terhadap Allah SWT, sesama dan lingkungan di sekitarnya
157
.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa
perilaku siswa yang paling tinggi berada pada kategori baik, yaitu 65,27%
dengan 47 responden menunjukan bahwa perilaku siswa menempati proposisi
yang paling besar, dilanjutkan dengan perilaku siswa pada kategori cukup
sebesar 34,73 % dengan 25 responden
158
.

155
Ibid.
156
Wawancara dengan Ibu Siti Rohmah S. Hi, guru mata pelajaran Fiqih, 19 Maret 2009, di
MTs Negeri Batu.
157
Ibid.
158
Sumber: Data olah primer
122
Dari uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa perilaku siswa
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu bisa dikatakan baik, karena dalam hal
ini dari beberapa sampel yang dipilih dalam penelitian menunjukkan perilaku
siswa yang baik.
C. Korelasi Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq dengan Perilaku Siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapat bahwa hasil korelasi
terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel prestasi belajar
Aqidah Akhlak dengan perilaku siswa.
Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka hal ini senada dengan apa
yang dikemukan oleh Harry Stack Sullivan, sebagaimana dikutip oleh
Sanapiah dan Andi, ia berpendapat bahwa, perilaku mendapat peranan penting
dalam mewujudkan kepribadian, mewujudkan dirinya dalam hubungannya
dengan pribadi-pribadi yang lain
159
.
Selanjutnya pendapat lain mengenai prestasi belajar dikemukakan oleh
Syaiful Bahri Djamarah mengutip pendapat Nasrun Harahab, bahwa prestasi
belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan
siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan
kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum
160
.
Dengan adanya prestasi belajar Aqidah Akhlak yang baik, diharapkan
setiap perilaku siswa yang dilakukan bisa mencerminkan akhlak yang mulia.

159
Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Op.,Cit, hlm. 228.
160
Syaiful Bahri Djamarah, Op., Cit, hlm. 20.

123
Sebab dengan prestasi belajar yang baik akan menciptakan kemauan untuk
belajar secara teratur. Oleh karena itu, siswa harus bisa memanfaatkan situasi
dengan sebaik-baiknya.
Dari beberapa pendapat para tokoh di atas, jika dihubungkan dengan
hasil penelitian menunjukkan, bahwa hubungan antara prestasi belajar aqidah
akhlaq dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu sebesar
0,514 yang tergolong pada korelasi sedang, untuk menguji apakah dengan
nilai korelasi sebesar 0,514 ada hubungan yang signifikan atau tidak
digunakan perbandingan dengan menggunakan r tabel.
Setelah didapatkan nilai r hitung sebesar 0,514 dibandingkan dengan
nilai r tabel (0.05, 70) = 0,235, sehingga didapat bahwa r hitung > r tabel,
maka terdapat hubungan yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa
hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlaq sebagai variabel independent
dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu sebagai variabel
dependent mempunyai hubungan yang nyata.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar aqidah
akhlaq mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu. Dengan nilai korelasi sebesar 0,514
didapatkan bahwa hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlaq dengan
perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu termasuk dalam kategori
yang sedang karena berada pada interval 0,4 0,6.




124
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka
penulis menyimpulkan bahwa:
1. Prestasi belajar Aqidah Akhlak Siswa di MTs Negeri Batu adalah amat
baik, hal ini terbukti dari data yang diperoleh pada saat penelitian
menunjukkan sebagian besar nilai prestasi belajar Aqidah Akhlak berada
dalam kategori amat baik, yakni 51,38% dengan 37 responden
menunjukan bahwa prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa menempati
proposisi yang paling besar. Selanjutnya prestasi belajar Aqidah Akhlak
sebesar 48,62% dengan 35 menunjukkan bahwa prestasi belajar Aqidah
Akhlak menempati kategori baik. Sedangkan untuk kategori cukup, kurang
dan amat kurang masing-masing sebesar 0%, karena dalam hal ini semua
siswa telah mencapai KKM.
2. Perilaku siswa di MTs Negeri Batu bisa dikatakan baik, karena dalam hal
ini dari beberapa sampel yang dipilih dalam penelitian menunjukkan
perilaku siswa yang baik, yakni perilaku siswa yang paling tinggi berada
pada kategori baik, yaitu 65,27% dengan 47 responden menunjukan bahwa
perilaku siswa menempati proposisi yang paling besar, dilanjutkan dengan
perilaku siswa pada kategori cukup sebesar 34,73% dengan 25 responden.
3. Prestasi belajar aqidah akhlaq mempunyai korelasi yang signifikan
terhadap perilaku siswa di MTs Negeri Batu. Dengan nilai korelasi sebesar
101
125
0,514 didapatkan bahwa hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlaq
dengan perilaku siswa di MTs Negeri Batu termasuk dalam kategori yang
sedang karena berada pada interval 0,4 0,6. Maka dapat dibuktikan
apabila prestasi belajar Aqidah Akhlak baik, maka semakin baik perilaku
siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu.
B. Saran
1. Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, hendaknya lebih
aktif dan penuh inisiatif dalam melibatkan siswa untuk mengamalkan
materi pelajaran Aqidah Akhlak.
2. Sehubungan dengan terbuktinya penelitian ini, bahwa prestasi belajar
Aqidah Akhlak mampu mempengaruhi perilaku siswa, maka apabila ada
siswa yang mengalami problema kesulitan belajar kiranya perlu
bekerjasama dengan guru Aqidah Akhlak maupun guru Bimbingan
Konseling (BK) agar siswa tidak mengalami kesulitan lagi dalam proses
pembelajaran.








126
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim M, Ali. 2003. Tarbiyah Khuluqiyah. Cet I. Jakarta: Media Insani
Abdullah Yatimin, M. 2007. Studi Akhlak Dalam Prespektif Al-Quran. Jakarta:
Amzah
Amin. Ahmad. 1975. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang
Arabi, Ibnu. 2004. Akhlak Mulia. Yogyakarta: Cahya Hikmah
Arifin, M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara
Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Ar. Zahrudin dan Hasanuddin Sinaga. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Azwar, Saifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
______________. 2005. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baharuddin dan Dholifah. 2007. Psikologi Pendidikan (Spektrum Belajar
Pendidikan Agama). Malang: UIN Press
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya:
Usaha Nasional
DEPAG RI. 1996. Al-Quran dan Terjemahannya. Semarang: CV Toha Putra
Faisal, Sanapiah dan Andi Mappiare. 1984. Dimensi-dimensi Psikologi I. Jakarta:
Usaha Nasional
Furhan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
Hadi, Sutrisno. 1993. Statistik (Jilid III). Yogyakarta: Andi Offset
Hamalik, Oemar. 1983. Metode Mengajar dan Kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito
127
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Ilyas, Yunahar. 2002. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam
Langgulung, Hasan. 1990. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.
Bandung: Al-Maarif
Mahmud, Dimyati M. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan.
Yogyakarta: BPFE
Maluf, Luis. Kamus Al-Munjid. Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mustofa. A. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2003. Metode Penelitian Jakarta: Bumi
Aksara
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nizar, Syamsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers
Panuju, Panut dan Ida Umami. Psikologi Remaja. Jakarta: Tiara Wacana
Purwadarminta, WJS. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka
Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sevilla. C.G,dkk. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: UII Press
Shalahuddin, Mahfudh. 1991. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Sinar
Wijaya
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos
_____________. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
_____________. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tatapangarsa, Humaidi. 1984. Pengantar Kuliah Akhlak. Surabaya: PT Bina Ilmu
128
Thonthowi, Ahmad. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa
Tim Dosen FIP IKIP Malang. 1988. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan.
Surabaya: Usaha Nasional
Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2005. Himpunan Perundang-undangan RI Tentang
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Bandung: Nuansa Aulia
Wojowasito. S, dan Titowasito W. 1990. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia dan
Indonesia-Inggris. Bandung: Penerbit Hasta
Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai