Anda di halaman 1dari 145

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI

DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


DI SMP NEGERI 1 KEPUNG KABUPATEN KEDIRI


SKRIPSI



Oleh
Romai Angga Risandika
NIM 05110138







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
April, 2009

Halaman Persetujuan

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI
DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
DI SMP NEGERI 1 KEPUNG KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI

Oleh
Romai Angga Risandika
NIM 05110138


Telah Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing,



Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony
NIP. 150042031

Tanggal, 01 April 2009

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam,



Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I
NIP. 150267235
Halaman Pengesahan

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI
DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
DI SMP NEGERI 1 KEPUNG KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh
Romai Angga Risandika (05110138)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
11 April 2009
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
pada tanggal 11 April 2009


Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang
Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony : ______________
NIP. 150042031

Sekretaris Sidang
Drs. A. Zuhdi : ______________
NIP. 150275611

Pembimbing,
Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony : ______________
NIP. 150042031

Penguji Utama
Dr. HM. Mudjab, MA : ______________
NIP. 150321635

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang




Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony
NIP. 150042031
PERSESEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :
Ayahanda dan Ibunda Tercinta. Yakni Alm. Ayah Rubangi
dan Ibu Erni Purwantini
Paman dan Bibi Tercinta, Yakni Bapak Dwiyanto dan Ibu Katfiyah serta Bapak
Nurwakhid dan Ibu Siti Farida
Kakek dan Nenek Tercinta, Yakni Alm. Mbah Mat Thoha
dan Mbah Fatonah
Saudaraku Tercinta, Yakni Arjuna Prayogi Andika, Ghozi Muafaq, Fitriana Nuhad,
Hasnil Asikin, Ardi Bagas Fidiyanto, Sri Burhana Rahmawati serta saudaraku
lainnya
Semua Keluargaku Tercinta
Teman-temanku Tercinta

Yaa Allah Terimakasih
Engkau berikan orang-orang yang menyayangiku dengan penuh ketulusan dan ridlo-
Mu, hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Yaa Allah, berikanlah balasan yang terbaik kepada mereka semua, Amin.

MOTTO

_, < _ `.., >.. _ . l-l .>: < !., l.-. ,,> ( :
11 )

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan".


Nota Dinas Pembimbing
Prof. DR. HM. Djunaidi Ghony
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Romai Angga Risandika Malang, 01 April 2009
Lamp : 6 (Enam) Eksemplar

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
di
Malang


Assalamualaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun
teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Romai Angga Risandika
NIM : 05110138
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi :
Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI
dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 1
Kepung Kabupaten Kediri

maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Pembimbing,




Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony
NIP. 150042031

SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.


Malang, 06 April 2009



Romai Angga Risandika


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam penulis haturkan keharibaan sang pendidik sejati Rasulullah
SAW, serta para sahabat, tabiin dan para umat yang senantiasa berjalan dalam
risalah-Nya.
Dengan terselesainya skripsi ini, tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan baik moral maupun
spiritual. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda, Paman dan Bibi, Kakek dan Nenek, serta keluargaku
tercinta, yang telah ikhlas memberikan doa restu, kasih sayang serta dorongan
yang senantiasa menyertaiku dalam suka maupun duka.
2. Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku rektor UIN Malang, yang telah banyak
memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga.
3. Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, yang telah
yang memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman berharga dalam
penyelesaian studi di UIN Malang.
4. Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang
selama ini tidak pernah bosan memberikan motivasi pada mahasiswanya.
5. Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
rela meluangkan waktunya untuk membimbing dan mambina kami.
6. Para Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat saya sebut satu persatu, mereka telah
memberikan pelajaran yang paling berharga untuk saya baik berupa pengetahuan,
pengalaman, dorongan, motivasi, doa dan sebagainya sehingga dapat
terselesaikannya semua tugas perkuliahan khususnya karya skripsi ini.
7. Teman-temanku seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agana Islam yang tidak
dapat saya sebut satu persatu, mereka telah memberikan motivasi, bantuan
berupa apapun demi terselesaikannnya skripsi ini.
8. Teman-teman satu tempat tinggal yang terus memberikan semangat dan
dukungannya atas penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan memberikan motivasi, dorongan
serta doa demi sukses dan berhasilnya studiku di UIN Malang ini.
Semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat dan balasan yang tiada tara
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Kami
hanya bisa mendoakan semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT sebagai
amal yang mulia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati dan dengan tangan terbuka kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya dengan harapan dan doa, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Malang, 06 April 2009

Romai Angga Risandika
DAFTAR TABEL

TABEL 1.1. VARIABEL PENELITIAN ............................................................. 11
TABEL 2.1. KARAKTERISTIK KOGNITIF PRIBADI GURU ......................... 26
TABEL 2.2. SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP SISWA ......................... 26
TABEL 2.3. SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP MATERI DAN
METODE ......................................................................................... 27
TABEL 4.1 JUMLAH GURU DAN KARYAWAN SMP N 1 KEPUNG
BERDASARKAN UMUR .............................................................. 86
TABEL 4.2. PEMBAGIAN TUGAS GURU SMP NEGERI 1 KEPUNG .......... 86
TABEL 4.3. DATA SISWA SMP N 1 KEPUNG DALAM 4 (EMPAT)
TAHUN TERAKHIR ...................................................................... 89
TABEL 4.4. RUANG DI SMP NEGERI 1 KEPUNG ......................................... 89
TABEL 4.5. DATA HASIL ANGKET KOMPETENSI KEPRIBADIAN
GURU PAI DI SMP NEGERI 1 KEPUNG................................... 98
TABEL 4.6. DATA HASIL ANGKET KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
PAI DI SMP NEGERI 1 KEPUNG ................................................. 100
TABEL 4.7. DATA HASIL ANGKET KOMPETENSI KEPRIBADIAN
GURU PAI SMP NEGERI 1 KEPUNG .......................................... 102
TABEL 4.8. DATA HASIL ANGKET KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
PAI SMP NEGERI 1 KEPUNG ...................................................... 102
TABEL 4.9. DATA KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DAN
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PAI SMP NEGERI 1
KEPUNG ......................................................................................... 102
TABEL 4.10. TABEL KERJA UNTUK MENGETAHUI HARGA CHI
KUADRAT ...................................................................................... 103



DAFTAR BAGAN

BAGAN 2.1. KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR ................................... 60
BAGAN 2.2. KOMUNIKASI MULTIARAH DALAM PBM ........................ 66
BAGAN 4.1. STRUKTUR ORGANISASI DEWAN SMP NEGERI 1
KEPUNG ................................................................................... 85
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. SURAT PENELITIAN
LAMPIRAN 2. MATRIKS PENELITIAN
LAMPIRAN 3. CATATAN HASIL PENGAMATAN LAPANGAN
LAMPIRAN 4. PEDOMAN INTERVIEW
LAMPIRAN 5. TRANSKRIP INTERVIEW
LAMPIRAN 6. PEDOMAN ANGKET
LAMPIRAN 7. DATA RESPONDEN ANGKET
LAMPIRAN 8. DATA HASIL ANGKET
LAMPIRAN 9. DATA PENILAIAN SISWA
LAMPIRAN 10. TABEL HARGA r
LAMPIRAN 11. DOKUMENTASI FOTO PENELITIAN
LAMPIRAN 12. DOKUMEN SMP NEGERI 1 KEPUNG
LAMPIRAN 13. BUKTI KONSULTASI PEMBIMBINGAN SKRIPSI
LAMPIRAN 14. RIWAYAT HIDUP PENULIS



DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ............................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii
Halaman Persembahan .......................................................................................... iv
Halaman Motto...................................................................................................... v
Halaman Nota Dinas Pembimbing ........................................................................ vi
Halaman Pernyataan.............................................................................................. vii
Kata Pengantar ...................................................................................................... viii
Daftar Tabel .......................................................................................................... x
Daftar Bagan ......................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .................................................................................................... xii
Daftar Isi................................................................................................................ xiii
Abstrak .................................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 8
E. Hipotesis ............................................................................................. 9
F. Ruang Lingkup Pembahasan .............................................................. 10
G. Definisi Operasional ........................................................................... 12
H. Sistematika Pembahasan .................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 14
A. Kompetensi Kepribadian Guru PAI .................................................. 14
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru PAI .......................... 14
2. Karakteristik Kepribadian Guru PAI .......................................... 21
3. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru PAI .................. 46
B. Kegiatan Belajar Mengajar PAI ........................................................ 54
1. Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar PAI ................................ 54
2. Proses Kegiatan Belajar Mengajar PAI ...................................... 59
3. Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar PAI .... 68
C. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Kegiatan
Belajar Mengajar ............................................................................... 71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 74
A. Lokasi Penelitian .............................................................................. 74
B. Jenis Penelitian ................................................................................. 75
C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 75
D. Populasi dan Sampel ........................................................................ 76
E. Instrumen Penelitian......................................................................... 78
F. Pengumpulan Data ........................................................................... 78
G. Analisis Data .................................................................................... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 83
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 83
1. Letak dan Sejarah Obyek Penelitian ............................................ 83
2. Struktur Organisasi ...................................................................... 85
3. Keadaan Guru dan Siswa ............................................................. 85
4. Keadaan Sarana dan Prasarana ..................................................... 89
B. Penyajian Data.................................................................................... 91
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 106
A. Kepribadian Guru PAI ...................................................................... 106
B. Kegiatan Belajar Mengajar PAI ......................................................... 107
C. Pengaruh Kompetensi Kepribadian PAI dalam Kegiatan Belajar
Mengajar PAI ..................................................................................... 111
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 114
A. Kesimpulan ........................................................................................ 114
B. Saran ................................................................................................... 116
DAFTAR RUJUKAN
Lampiran-lampiran


ABSTRAK

Romai Angga Risandika, Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI
dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri,
Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang, Prof. DR. HM. Djunaidi Ghony.
Kegiatan Belajar Mengajar merupakan suatu proses atau kegiatan interaksi antara
siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai transformator pengetahuan yang
ada dalam satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya menyampaikan
pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa
yang belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran yang sangat
berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini guru dituntut memiliki
kompetensi kepribadian yang baik. Dalam penelitian ini dibahas tentang bagaimana
kompetensi kepribadian seorang Guru PAI dan bagaimana Kegiatan Belajar
Mengajar yang berlangsung di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri, serta
apakah ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian guru PAI dalam Kegiatan
Belajar Mengajar di sana. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan
pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian yang menggunakan prosedur pemecahan
masalah yang menggunakan data angka dan diolah dengan perhitungan matematik
dengan berbagai rumus statistik. Yang menjadi dasar dari penelitian kuantitatif ini
adalah karena sebagian besar data yang dikehendaki dalam penelitian ini bersifat
kuantitatif. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah teknik
observasi, dokumentasi, interview dan angket. Sedangkan analisis datanya
menggunakan rumus Chi Kuadrat (
2
) dan Phi () dalam menentukan adanya
pengaruh antara kompetensi kepribadian guru PAI dalam Kegiatan Belajar Mengajar.
Rumusnya =

h
2
h o 2
f
f f
X , KK =
N X
X
2
2

, dan Phi ().


Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa Kompetensi Kepribadian Guru Agama
Islam di SMP Negeri 1 Kepung Kediri sudah baik. Hal ini terbukti dari observasi,
interview, dokumentasi, serta angket yang disebarkan kepada 80 siswa di sana
menyatakan baik sebanyak 75 siswa. Begitu juga dengan Kegiatan Belajar dan
Mengajar PAI yang dilaksanakan di sekolah ini tergolong baik, terbukti dari hasil
observasi, interview, dokumentasi, serta angket dari 80 siswa yang menyatakan baik
adalah sebanyak 70 siswa. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam
kegiatan Belajar Mengajar dapat dilihat dari hasil nilai r hasil rumusan product
moment dengan perhitungan melalui rumus dihasilkan nilai 0,37084, hasil dari Phi
() ini dikonsultasikan dengan nilai r tabel product moment yang tersedia.
Diketahui pada df=80, r
tabel
pada taraf signifikan 5% adalah 0,217 , dan pada taraf
siginifikan 1% adalah

0, 283. Dengan demikian Phi () yang berasal dari perubahan
atas KK tersebut lebih besar dari pada Phi () yang berada di tabel, baik dengan
signifikasi 5% maupun 1%, sehingga hipotesis nol ditolak, artinya ada pengaruh
yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru PAI dengan Kegiatan Belajar
Mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri.
Kata Kunci : Kompetensi Kepribadian Guru PAI, Kegiatan Belajar Mengajar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan
1
. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) terdapat tiga unsur
(komponen) pokok yaitu Guru, Siswa. dan Kurikulum/Materi.
Sesuai dengan pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang
Standar Nasional Pendidikan, pada ayat ke satu disebutkan bahwa pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional
2
.
Kompetensi yang dinyatakan pada ayat satu, disebutkan pada ayat ke tiga bahwa
kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial
3
.
Penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak harus dimiliki setiap guru untuk
menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang disyaratkan Undang-Undang
Guru dan Dosen. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,


1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Cet-3; Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 204

2
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana? (Bandung: YRAMA
WIDYA, 2008), hlm. 190

3
Ibid, hlm. 191
keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh
tanggungjawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya
4
.
Tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru, kompetensi kepribadian kiranya harus mendapatkan perhatian yang
lebih. Sebab, kompetensi ini akan berkaitan dengan idealisme dan kemampuan untuk
dapat memahami dirinya sendiri dalam kapasitas sebagai pendidik
5
.
Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru
meliputi
6
:
(1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak
sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
(2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri, menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja.
(3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
(4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
(5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan
yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.


4
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Cet. 3, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 25

5
http://www.pikiran-rakyat.com, Kompetensi Kepribadian Guru Oleh Drs. SUDRAJAT, 15 May
2007 pukul 11:31:42

6
Farida Sarimaya, Op.Cit, hlm. 18
(6) Evaluasi diri dan Pengembangan Diri, memiliki indikator esensial yaitu
memiliki kemampuan untuk berintropeksi dan mampu mengembangkan
potensi diri secara optimal.
Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi
guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru
dalam melaksanakan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh
kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih
banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa, jujur, ikhlas dan
dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam
pembelajaran apa pun jenis mata pelajarannya
7
.
Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang
mempunyai kemampuan mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata
pelajaran yang diajarkannya, tetapi implementasinya dalam pembelajaran kurang
optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak terbangunnya jembatan hati antara
pribadi guru yang bersangkutan sebagai pendidik dan siswanya, baik di kelas
maupun di luar kelas. Upaya pemerintah meningkatkan kemampuan pedagogis dan
professional guru banyak dilakukan, baik melalui pelatihan, workshop, maupun
pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Akan tetapi, hal tersebut
kurang menyentuh peningkatan kompetensi kepribadian guru
8
.
Kita patut bertanya mengapa pendidikan kita banyak menghasilkan anak didik
yang cerdas, pintar dan terampil, tapi belum banyak menghasilkan anak didik yang


7
http://www.pikiran-rakyat.com, Loc.Cit

8
Ibid
memiliki kepribadian yang sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, bangsa kita
mengalami krisis multidimensional yang berkepanjangan yang tiada ujungnya.
Jangan-jangan ini semua buah kita sebagai pendidik yang belum menampilkan
kepribadian yang patut diteladani oleh anak didik kita
9
.
Posisi guru PAI dalam proses belajar mengajar sangat menentukan keberhasilan
dan kesuksesan pembelajaran dan pengajaran Agama Islam yang memerlukan
pengamalan langsung. Oleh karena itu keberhasilan kegiatan belajar mengajar
tergantung pada kompetensi guru yang mencakup empat kompetensi tersebut
terutama kompetensi kepribadian guru yang mempengaruhi kompetensi guru lainnya.
Kepribadian adalah faktor yang sangat penting dalam kesuksesan seorang guru
sebagai pengembang sumber daya manusia (SDM). Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau
suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain
10
.
Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka, Prof. Dr.
Zakiyah Darajat (1982) menegaskan :
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina
yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah
dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah)
11
.
Jadi kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan
seorang guru sebagai pembimbing dan pendidik, guru juga berperan sebagai
panutan/figur dalam pendidikan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru PAI


9
Ibid

10
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 701

11
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet-14; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 225-226
diharapkan memiliki karakteristik kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan
yang bersifat psikologis-pedagogis dan sesuai dengan pelajaran yang diajarkannya
yaitu nilai-nilai ajaran Islam. Kegiatan belajar dan mengajar kurang atau bahkan
tidak dapat tercapai apabila guru tidak memiliki kepribadian yang baik dan ideal.
Jadi kepribadian guru memang diperlukan sebagai suatu kompetensi yang harus
dimilikinya dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni
hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana
yang bersifat pengajaran
12
.
Kegiatan Belajar Mengajar merupakan suatu proses atau kegiatan interaksi antara
dua unsur manusia yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai
transformator pengetahuan yang ada dalam satu kesatuan kegiatan yang tidak
terpisahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam kegiatan belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas tidak sekedar hubungan siswa dengan guru
tetapi berupa interaksi edukatif, dalam hal ini bukan hanya menyampaikan pesan
berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang
belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran yang sangat
berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar, apalagi guru tersebut memiliki
kompetensi kepribadian yang baik.


12
Muhibbin Syah,Op.Cit , hlm. 237
Menurut uraian di atas guru yang memiliki kepribadian baik dalam kegiatan
belajar mengajar memiliki sikap dan sifat serta berperilaku yang baik seperti
memiliki pribadi yang mantap dan etos kerja yang tinggi sesuai dengan aturan norma
yang ada, guru lebih dewasa dan bersikap arif. Kebanyakan guru yang memiliki
sikap baik, supel dan akrab kepada siswa diartikan oleh siswa scara negatif sehingga
banyak dari sebagian siswa yang menjadikan gurunya sebagai teman sebayanya
tanpa ada batasan dalam pergaulannya. Sehingga kadang-kadang dalam proses
belajar mengajar tidak terfokus pada pelajaran dengan baik.
Kualifikasi kepribadian guru berikutnya adalah berwibawa dan menampilkan
perilaku dan akhlak mulia sebagai teladan bagi anak didiknya. Namun kenyataan di
lapangan, guru yang berwibawa dan menampilkan perilaku baik ini terkadang bagi
sebagian siswa mempunyai efek negatif, misalkan anak didik menjadi malu kepada
guru, pasif, segan bahkan anak takut untuk bertanya kepada guru dan sebagainya.
Sesuai dengan jurusan kami dan dari uraian di atas, maka untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh yang disebabkan oleh kepribadian seorang guru PAI dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, maka pada skripsi ini akan kami bahas hal
tersebut dengan judul Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam
Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri.
Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah menengah yang berada di wilayah
pedesaan yaitu di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri. Kebanyakan dari siswa-
siswinya masih memperhatikan dan menjunjung erat adab sopan santun dalam
kesehariannya, begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di sekolah
ini para siswa terlihat akrab dan penuh kekeluargaan terhadap gurunya terutama guru
Agama Islam yang mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam. Walaupun demikian
keakraban mereka tidak tanpa batas, artinya para siswa masih dapat menempatkan
posisinya sebagai siswa, begitu juga seorang guru Agama yang ada di sana tetap
memegang kode etik profesinya.
Penelitian ini untuk mengetahui dan membuktikan bahwa kepribadian guru
agama dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai posisi penting dan pengaruh
yang besar. Maka dari itu perlu diadakan penelitian lapangan agar kebenaran dari
teori-teori yang ada dalam buku-buku dapat diverifikasi dengan kenyataan di
lapangan. Urgensi penelitian ini adalah untuk memperkuat teori dan memberi
informasi kepada kalangan akademisi bahwa kepribadian guru agama dalam kegiatan
belajar mengajar PAI mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dan membantu
bagi tercapainya tujuan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kompetensi kepribadian guru PAI dalam kegiatan belajar
mengajar di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri?
2. Bagaimana kegiatan belajar mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung
Kabupaten Kediri?
3. Apakah ada pengaruh kepribadian guru PAI dalam kegiatan belajar mengajar
di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri?



C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian Guru PAI di SMP Negeri 1
Kepung Kabupaten Kediri
2. Untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung
Kabupaten Kediri
3. Untuk membuktikan adanya pengaruh kepribadian guru dalam kegiatan
Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri

D. Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi Guru Pendidikan Agama I slam
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Guru Pendidikan Agama
Islam agar dapat lebih meningkatkan kompetensi yang dimilikinya terutama
dalam meningkatkan kompetensi personalnya yaitu kepribadian sebagai
syarat pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar
2. Bagi J urusan Pendidikan Agama I slam
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan laporan
penelitian yang bisa digunakan sebagai acuan atau pustaka bagi peneliti
selanjutnya yang ingin mengkaji tentang kompetensi kepribadian Guru PAI
dalam kegiatan belajar mengajar PAI


3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi diri penulis
dalam mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga pengajar serta sebagai
sarana untuk mengaplikasikan ilmu dan teori tentang kependidikan yang
didapat selama duduk di bangku perkuliahan ke dalam kehidupan sekolah,
lembaga pendidikan secara luas, dan masyarakat.
4. Bagi I nstansi Terkait
Bersama penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai masukan
terhadap instansi terkait sehingga dapat lebih baik dalam mengambil langkah-
langkah untuk mensosialisasikan dan menjadikan sosok guru PAI yang
nantinya benar-benar memiliki kompetensi kepribadian yang baik dalam
proses kegiatan belajar mengajar PAI.

E. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
13
. Adapun hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh antara kompetensi kepribadian guru PAI dalam kegiatan
belajar mengajar di SMP Negeri 1 Kepung




13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Rineka Cipta: Jakarta),
2006, hlm. 71
b. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh antara kompetensi kepribadian guru PAI terhadap
kegiatan belajar mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung

F. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam pembahasan rencana skripsi ini agar lebih terfokus pada permasalahan
yang akan dibahas, sekaligus menghindari terjadinya presepsi lain.
Adapun batasan istilah yang berkaitan dengan judul dalam rencana penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh dalam skripsi ini adalah suatu kekuatan yang timbul dari
kepribadian guru agama yang mempunyai dampak dalam kegiatan belajar
mengajar di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri.
2. Kompetensi kepribadian Guru PAI yang dibahas dalam skripsi ini sesuai
dengan PP No. 14 Tahun 2005 meliputi kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
3. Kegiatan Belajar Mengajar dalam skripsi ini adalah proses pelaksanaan
kegiatan belajar dan mengajar di sekolah pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang intinya pada adanya suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
antara guru yang mengajar dan siswa yang belajar serta kegiatan ini saling
menunjang satu sama lain.
Dalam skripsi ini terdapat 2 variabel yang dirinci pada tabel berikut ini :

TABEL 1.1. VARIABEL PENELITIAN
Variabel Sub Variabel Indikator
Kompetensi
Kepribadian
Guru PAI
(Variabel
Independent)




1. Mantap Senang dan bangga serta bersemangat sebagai
pendidik
Melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya
2. Stabil Jujur, adil, demokratis dan komitmen dalam
bertugas
Dapat mengendalikan diri
3. Dewasa Menampilkan kemandirian yang menunjukkan
etos kerja
Terbuka dan penuh perhatian kepada peserta
didiknya
4. Arif Menampilkan tindakan yang didasarkan
kemanfaatan bagi peserta didik, sekolah, serta
masyarakat
Menghadapi masalah dengan arif dan bijaksana,
lapang dada dan berjiwa besar
5. Berwibawa Memiliki perilaku yang berpengaruh positif bagi
peserta didik
Memiliki perilaku yang disegani
6. Menjadi
Teladan
bagi Peserta
Didik
Berperilaku yang diteladani peserta didik`
Bertindak jujur, baik, suka menolong dsb (semua
akhlak mulia ada pada diri pendidik)
7. Berakhlak
Mulia
Menampilkan tindakan yang sesuai dengan
norma religius (iman, takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong) di kelas dan di lingkungan sekolah
Kegiatan
Belajar
Mengajar
PAI
(Variabel
Dependent)





1. Aktifitas
Belajar
Siswa

Aktif mengikuti pelajaran
Bersemangat dan mempunyai motivasi tinggi
Perhatian dalam KBM
Mencatat bahan pelajaran
Bertanya kepada guru
2. Aktifitas
Mengajar
Guru

Keaktifan dan kedisiplinan memberikan materi
pelajaran
Memberi materi pelajaran dengan menjelaskan,
memberi tugas dan sebagainya
Menggunakan media pembelajaran
Memberikan PR
Mengadakan evaluasi
G. Definisi Operasional
Adapun definisi istilah yang berkaitan dengan judul dalam rencana penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang
ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang
14
.
2. Kompetensi kepribadian Guru PAI adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia
15
.
3. Proses belajar mengajar adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai
pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi
resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi
instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran
16
.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam menyajikan dan memahami isi dari penulisan skripsi
ini, maka dibuatlah sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB SATU : Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika
pembahasan.


14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 664

15
E. Mulyasa, Op.Cit, hlm. 117

16
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 237
BAB DUA : Merupakan kajian teoritis yang berisi tentang Kompetensi
Kepribadian Guru PAI, Kegiatan Belajar Mengajar PAI,
dan Pengaruh Kepribadian Guru PAI dalam Kegiatan
Belajar Mengajar.
BAB TIGA : Merupakan bagisn yang menyajikan Metodologi Penelitian,
meliputi; Lokasi Penelitian, Sumber Data, Jenis Data,
Metode dan Pendekatan Penelitian, Prosedur Pengumpulan
Data, Teknik Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan
Data.
BAB EMPAT : Merupakan Hasil Penelitian yang mendeskripsikan paparan
data dan hasil temuan penelitian yang diambil dari realita-
realita obyek berdasarkan penelitian yang dilakukan. Bab
ini meliputi: gambaran umum obyek penelitian dan
penyajian data hasil temuan penelitian.
BAB LIMA : Merupakan pembahasan dari paparan data dan temuan
peneliti yang dilakukan di SMP NEGERI 1 Kepung
Kabupaten Kediri dengan berbagai teori, sehingga dapat
mengklasifikasikan data-data untuk diambil kesimpulan
penyajian.
BAB ENAM : Merupakan bagian Penutup yang meliputi Kesimpulan dan
Saran.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kompetensi Kepribadian Guru PAI
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu
17
. Dalam kamus ilmiah populer diartikan sebagai
kecakapan, kewenangan, kekuasaan, kemampuan
18
. Jadi kompetensi merupakan
sesuatu kemampuan, kewenangan, kekuasaan, dan kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
untuk menentukan suatu tujuan.
Kompetensi guru memiliki banyak makna. Hal ini sesuai dengan beberapa
pendapat, diantaranya adalah sebagai berikut
19
:
Broke and Stone mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai suatu
gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.
Charles mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan.


17
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Cet-3, Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 453
18
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: ARLOKLA, tt), hlm.
353
19
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.
25
Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru
menunjuk pada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi
spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan
rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan
perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu
yang tidak kasat mata
20
.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalisme
21
.
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
kompetensi guru adalah suatu kemampuan, kecakapan serta kewenangan yang
harus dimiliki oleh seseorang dalam menyandang profesinya sebagai guru
mencakup pengetahuan dan perilaku yang mendukungnya dalam melaksanakan
tanggungjawab atau tugasnya sebagai guru secara baik dan profesional.

20
Ibid, hlm. 26

21
Ibid
Sedangkan istilah kepribadian sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita
sehari-hari. Meskipun kepribadian sudah menjadi kata umum dalam percakapan
sehari-hari, tetapi tidak jarang di antara kita yang belum paham benar tentang
pengertian kepribadian baik secara etimologi maupun pendapat dari para ahli.
Kepribadian bahasa Inggrisnya personality berasal dari bahasa Yunani
per dan sconare yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata personae
yang bearti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut
22
.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kepribadian diartikan sebagai sifat
hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain
23
.
Kepribadian itu relatif stabil. Pengertian stabil di sini bukan berarti bahwa
kepribadian itu tetap dan tidak berubah. Di dalam kehidupan manusia dari kecil
sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang, dan mengalami
perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perubahan itu terlihat adanya pola-pola
tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin jelas polanya, makin jelas
adanya stabilitas
24
.
Dalam bukunya Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I, disebutkan inti mengenai
kepribadian adalah sebagai berikut
25
:


22
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi (Cet-3; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 136
23
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 701

24
Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan (Cet-23, Bandung: Remaja Rosdakaarya, 2007, hlm. 155

25
Baharuddin, Psikologi Pendidikan-Refleksi Teoretis terhadap Fenomena (Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2007), hlm. 209
a. Bahwa kepribadian itu merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari
aspek-aspek jasmaniah dan rohaniah
b. Bahwa kepribadian seseorang itu bersifat dinamik dalam hubungannya
dengan lingkungan
c. Bahwa kepribadian seseorang itu khas (unique), berbeda dari orang lain
d. Bahwa kepribadian itu berkembang dengan dipengaruhi faktor-faktor
yang berasal dari dalam dan luar
Definisi di atas mendekati apa yang dikemukakan di atas yaitu definisi yang
dikemukakan oleh Gordon W. Alport yang menyatakan,
Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical system, that determines his unique adjustment to his
environment. [Kepribadian adalah suato organisasi yang dinamis dari sistem
psikofisik individu yang memberikan corak yang khas dalam caranya
menyesuaikan diri dengan lingkungannya]
26
.

Dalam bukunya Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata yang berjudul
Landasan Psikologi menyebutkan empat makna dari rumusan kepribadian
menurut Allport, yaitu
27
:
a. Kepribadian merupakan suatu organisasi
Pengertian organisasi menunjuk kepada sesuatu kondisi atau keadaan yang
kompleks, mengandung banyak aspek, banyak hal yang harus diorganisasi.
Organisasi juga punya makna bahwa sesuatu yang diorganisasi tu memiliki
sesuatu cara atau sistem pengaturan, yang menunjukkan sesuatu pola

26
Ibid, hlm. 210
27
Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit, hlm. 138-139
hubungan fungsional. Di dalam organisasi kepribadian cara pengaturan atau
pola hubungan tersebut adalah cara dan pola tingkah laku. Keseluruhan pola
tingkah laku individu membentuk satu aturan atau sistem tertentu yang
harmonis.


b. Kepribadian bersifat dinamis
Kepribadian individu bukan sesuatu yang statis, menetap, tidak berubah,
tetapi kepribadian tersebut berkembang secara dinamis. Perkembangan
manusia berbeda dengan hinatang yang statis, yang mengikuti lingkaran
tertutup, perkembangan manusia dinamis membentuk suatu lingkaran
terbuka atau spiral. Meskipun pola-pola umumnya sama tetapi selalu
terbuka kesempatan untuk pola-pola khusus yang baru. Dinamika
kepribadian individu ini, buklan saja dolagtarbelakangi oleh potensi-potensi
yang dimilikinya, tetapi sebagai makhluk sosial manusia selalu berinteraksi
dengan lingkungannya, dengan manusia lain. Lingkungan manusia juga
selalu berada dalam perubahan dan perkembangan.
c. Kepribadian meliputi aspek jasmaniah dan rohaniah
Kepribadian adalah suatu sistem psikofisik, yaitu suatu kesatuan antara
aspek-aspek fisik dengan psikis. Kepribadian bukan hanya terdiri atas aspek
fisik, juga bukan hanya terdiri atas aspek psikis, tetapi keduanya membentuk
satu kesatuan. Kalau iondividu berjalan, maka berjalan bukan hanya dengan
kakinya tetapi dengan seluruh aspek kepribadiannya. Bukan kaki yang
berjalan tetapi individu. Demikian juga kalau individu itu berbicara, berpikir,
melamun dsb, yang melakukukan semua perbuatan itu adalah individu.
d. Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan
lingkungannya.
Kepribadian individu bukan sesuatu yang berdiri sendiri, lepas dari
lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Ia adalah bagian dari lingkungannya dan berkembang
bersama-sama dengan lingkungannya. Interaksi atau penyesuain diri individu
dengan lingkungannya bersifatunik, atau khas, berbeda antara seorang
individu dengan individu lainnya.
Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau
kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya)
dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan
secara fungsional dalam diri seorang individu,sehingga membuatnya bertingkah
laku secara khas dan tetap
28
.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu
kebulatan yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang bersifat khas/unik
serta dinamis dalam hubungannya dengan kehidupan sosial.


28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet-14, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 225
Sedangkan pengertian dari guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariaannya, profesinya) mengajar
29
.
Drs. N.A. Ametembun yang dikutip dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah
menyatakan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual
ataupun klasikal, baik di sekolah ataupun di luar sekolah
30
.
Dr. Ainurrofiq Dawam M.A. dalam pengantar wacana buku Kiat Menjadi
Guru Profesional menyatakan bahwa :
Guru (dalam bahasa Jawa) adalah seorang yang harus digugu dan ditiru oleh
semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya
senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala
ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah
kebenaran yang tidak perlu dibuktikan dan diteliti lagi. Seorang guru juga harus
ditiru artinya seorang guru menjadi suri teladan bagi semua muridnya. Mulai
dari cara berpikir, cara bicara, hingga cara berperilaku sehari-hari. Sebagai
seorang yang harus digugu dan ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran
yang luar biasa dominannya bagi murid
31


Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti
mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai impementasi konsep
ideal mendidik
32
.


29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 288

30
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hlm. 32

31
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm.17

32
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 256
Dari beberapa uraian pengertian di atas jelas bahwa Guru Pendidikan Agama
Islam berarti orang pilihan yang pekerjaannya mengajarkan ilmu agama Islam
dengan memiliki pengetahuan serta perilaku yang dapat dipercaya dan diyakini
kebenarannya juga menjadi suri teladan bagi peserta didiknya.
Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada
penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia
33
.
Guru Agama Islam sebagai pengajar dan pendidik sudah selayaknya
memiliki kepribadian yang mulia, sebab kepribdian guru yang baik merupakan
kunci bagi kesuksesan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru
perlu mengintropeksi dirinya, apakah sudah menjadi teladan baik dalam tingkah
laku sehari-hari dan mampu menangani dengan baik kegiatan pendidikan bagi
siswanya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
kompetensi kepribadian guru PAI adalah seperangkat kecakapan, kemampuan,
kekuasaan, kewenangan yang dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang semua itu terorganisir dalam suatu kesatuan yang
tidak dapat terpisahkan dan bersifat dinamis dan khas (berbeda dengan orang
lain).


33
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana? (Bandung: YRAMA WIDYA,
2008), hlm. 243
Kesadaran akan kompetensi juga menuntut tanggungjawab yang berat bagi
para guru itu sendiri. Dia harus berani menghadapi tantangan dalam tugas
maupun lingkungannya, yang akan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Berarti dia juga harus berani merubah dan menyempurnakan diri sesuai dengan
tuntutan zaman.

2. Karakteristik Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat
dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari
latar pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua,
penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola kelas, mengelola proses
pembelajaran, pengelolaan siswa, dan melakukan tugas-tugas bimbingan dan
lain-lain
34
.
Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa, bahwa ada
enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai
berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan
belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik
sesuai dengan kebutuhannya.


34
Sudarwan Denim, Inovasi pendidikan, (Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan) (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 30
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dfan afektif yang
dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik
dan kondisi peserta didik, agar melaksanakan pembelajaran berjalan
secara efektif dan efesien.
3. Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakuakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya
kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana
untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik.
4. Nilai (value), adalah suatu atandar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku
guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-
lain)
5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak suka) atau
reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap
krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain.
6. Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk
mempelajari sesuatu
35
.
Dari keenam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi diatas, jika
ditelaah secara mendalam mencakup tiga bidang kompetensi yang pokok bagi
seorang guru, seperti yang dikemukakan oleh Cece Wijaya, yaitu kompetensi


35
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 38
pribadi (personal), kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, dari ketiga
jenis kompetensi tersebut harus sepenuhnya dikuasai oleh guru.
Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat
penting karena pada gurulah terletak keberhasilan proses belajar mengajar.
Untuk itu guru merupakan faktor yang sangat dominan dan menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar di samping faktor yang lain. Untuk
mencapai keberhasilan tersebut, guru harus memiliki kemampuan dasar dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Salah satu kemampuan tersebut
adalah kemampuan personal guru itu sendiri
36
.
Adapun kompetensi atau kemampuan personal guru dalam proses belajar
mengajar, antara lain
37
:
a. Kemantapan dan integritas pribadi.
b. Peka terhadap perubahan dan pembaharuan .
c. Berpikir alternatif.
d. Adil, jujur dan objektif.
e. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas.
f. Ulet dan tekun bekerja.
g. Berupaya memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya.
h. Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam
bertindak.
i. Bersifat terbuka.
j. Kreatif.
k. Berwibawa.
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Mengenai pentingnya


36
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar
(Cet-3; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 13

37
Ibid, hlm. 14
kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka, Prof. Dr. Zakiyah Darajat (1982)
menegaskan :
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil
(tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah)
38
.

Guru agama Islam dituntut untuk memahami bagaimana karakteristik (ciri
khas) kepribadian yang diperlukan sebagai anutan para siswa. Krakteristik
kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru pendidikan agama Islam
dalam menggeluti profesinya adalah meliputi : 1) fleksibilitas kognitif; 2)
keterbukaan psikologis
39
.
Untuk lebih jelasnya, dua ciri khas kepribadian tersebut akan penulis uraikan
sebagai berikut ini
40
:
a. Fleksibilitas Kognitif
Fleksibilitas Kognitif (keluwesan rabah cipta) merupakan kemampuan
berpikir yang diikuti secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.
Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang
ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai
dengan situasi yang sedang dihadapi.


38
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 225-226

39
Ibid, hlm. 226

40
Ibid, hlm. 226-229
Guru yang fleksibel biasanya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan
beradaptasi. Selain itu juga mempunyai resistensi (daya tahan) terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau diri) dalam pengamatan
dan pengenalan. Ketika mengamati dan mengenali suatu obyek atau situasi
tertentu, seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis. Berpikir kritis
(crtitical thinking) ialah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat
(reasonable reflective) yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk
mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari
sesuatu (Heger dan Kaye, 1990).
Dalam PBM fleksibilitas kognitif guru terdiri atas tiga dimensi yakni:
1) Dimensi karakteristik pribadi guru;
2) Dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa; dan
3) Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode
mangajar.
Selanjutnya akan diuraikan mengenai perbedaan karakteristik dan sikap guru
yang luwes dengan karakteristik dan sikap guru yang kaku. Untuk
mempermudah penelaahannya, maka akan sajikan dalam bentuk tabel. Tabel-
tabel ini bersumber dari Daradjat (1982, Surya (1982), dan Burns (1991).
TABEL 2.1. KARAKTERISTIK KOGNITIF PRIBADI GURU
Ciri Perilaku Kognitif Guru
Guru Luwes Guru Kaku
1. Menunjukkan keterbukaan 1. Tampak terlampau dikuasai oleh
dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar
rencana pelajaran, sehingga
alokasi waktu sangat kaku.
2. Menjadikan materi pelajaran
berguna bagi kehidupan nyata
siswa
2. Tidak mampu memodifikasi
materi silabus
3. Mempertimbangkan berbagai
alternatif cara
mengkomunikasikan isi
pelajaran kepada siswa
3. Tidak mampu menangani hal
yang terjadi secara tiba-tiba saat
pengajaran berlangsung
4. Dalam merencanakan sesuatu
mampu dalam keadaan
mendesak
4. Terpaku pada aturan yang
berlaku meskipun kurang
relevan
5. Dapat menggunakan humor
secara proporsional dalam
menciptakan situasi PBM yang
menarik
5. Terpaku pada isi materi dan
metode yang baku sehingga
situasi PBM monoton dan
membosankan

TABEL 2.2. SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP SISWA
Ciri Perilaku Kognitif Guru
Guru Luwes Guru Kaku
1. Menunjukkan perilaku
demokratis dan tenggang rasa
kepada semua siswa
1. Terlalu memperhatikan siswa
yang pandai dan mengabaikan
siswa yang lamban
2. Resposif terhadap kelas (mau
melihat, mendengar, dan
meresposns masalah disiplin,
kesulitan belajar, dsb)
2. Tidak mampu/tidak mau
mencatat isyarat adanya masalah
dalam PBM
3. Memandang siswa sebagai
partner dalam PBM
3. Memandang siswa sebagai
obyek yang berstatus rendah
4. Menilai siswa berdasarkan
faktor-faktor yang memadai
4. Menilai siswa secara
serampangan
5. Berkesinambungan dalam
menggunakan ganjaran dan
hukuman sesuai dengan
penampilan siswa
5. Lebih banyak menghukum dan
tidak memberi ganjaran yang
memadai atas prestasi yang
dicapai siswa

TABEL 2.3. SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP MATERI DAN
METODE
Ciri Perilaku Kognitif Guru
Guru Luwes Guru Kaku
1. Menyusun dan menyajikan
materi yang sesuai dengan
kebutuhan siswa
1. Terikat pada isi silabus tanpa
mempertimbangkan kebutuhan
siswa yang dihadapi
2. Menggunakan macam-macam
metode yang relevan secara
kreatif sesuai dengan sifat materi
2. Terpaku pada satu atau dua
metode mengajar tanpa
memperhatikan kesesuaiannya
dengan sifat materi pelajaran
3. Luwes dalam melaksanakan
rencana dan selalu berusaha
mencari pengajaran yang efektif
3. Terikat hanya pada satu atau dua
format dalam merencanakan
pengajaran
4. Pendekatan pengajarannya yang
lebih problematik, sehingga
siswa terdorong untuk berpikir
4. Pendekatan pengajarannya lebih
preskiptif (perintah/hanya
memberi petunjuk atau
ketentuan)

b. Keterbukaan Psikologis Pribadi Guru
Hal lain yang juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan tugas
seorang guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Keterbukaan ini
merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan
melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediannya
yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor
ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan
tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Di samping itu ia
juga memiliki empati, yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional
dan perasaan tertentu orang lain (Reber, 1988). Jika salah seorang muridnya
diketahui sedang mengalami kemalangan, umpamanya, maka ia turut
bersedih dan menunjukkan simpati serta berusaha memberi jalan keluar.
Keterbukaan Psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya
sebagai anutan siswa. Selain sisi-sisi positif sebagaimana tersebut di atas, ada
pula signifikansi lain yang terkandung dalam keterbukaan psikologis guru
seperti di bawah ini.
Pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat
penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan
ortang lain. Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan
suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis, sehingga
mendorong siswa untuk mengambangkan dirinya secara bebas dab tanpa
ganjalan.
Keterbukaan psikologis merupakan sebuah konsep yang menytakan kontinum
(continunum) yakni rangkaian kesatuan yang bermula dari titik keterbukaan
psikologi sampai sampai sebaliknya, ketertutupan psikologis. Posisi seorang
guru dalam kontinum tersebut ditentukan oleh kemampuannya dalam
menggunakan pengalamannya sendiri dalam hal berkeinginan, berperasaaan,
dan berfantasi untuk menyesuaikan diri. Jika kemampuan dan keterampilan
dalam penyesuaian tadi makin besar, ,maka makin dekat pula tempat
pribadinya dalam kutub kontinum keterbukaan psikologis tersebut. Secara
sederhana, ini bermakna bahwa jika guru lebih cakap menyesuaikan diri,
maka ia akan lebih memiliki keterbukaan diri.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa:
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia
41
.
Dari penjelasan Peraturan Pemerintah di atas, maka kompetensi kepribadian
guru juga termasuk guru agama Islam dapat dirinci sebagai berikut :
a. Kepribadian Mantap
Mantap berarti tetap; kukuh; kuat
42
. Pribadi mantap berarti orang tersebut
memiliki suatu kepribadian yang tidak tergoyahkan (tetap teguh dan kuat). Agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, professional dan dapat
dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap.
Kepribadian yang mantap dan berkeyakinan ini menekankan pada tiga hal
yang merupakan landasan gaya kepribadiannya : kebenaran, tanggungjawab, dan
kehormatan. Senantiasa dalam segala hal, dia berusaha untuk melakukan apa
yang benar, untuk bertanggungjawab dan mendapat kehormatan dari keluarga,
teman, dan hubungan lainnya. Kepribadian ini memperjuangkan hal-hal yang
diyakini benar secara tenang, tapi ulet bahkan secara keras kepala. Namun
demikian, kekeraskepalaan ini dilunakkan oleh ketenangan dan kemampuannya
untuk menyelami dan ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dia
adalah orang yang dapat meyakinkan, mahir dalam mendapatkan bantuan orang
lain dalam mengejar cita-citanya, sekalipun ia akan berusahya untuk menyadari
kehadiran orang lain itu, perasaan, dan kebutuhannya. Kepribadian ini


41
Farida Sarimaya, Loc.Cit

42
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 558
menghendaki bersikap ramah tamah dan dalam kebanyakan hal, ia memang
ramah tamah; tindakan yang kasar dan ketidakpedulian bukanlah gayanya. Ia
dapat bersikap kompetitif, tapi dia melakukannya tidak berlagak dan bernada
merendahkan, hingga mengurangi sikap agresifnya dan memberi kesan
menyenangkan
43
.
Jadi, seorang guru agama Islam diharapkan memiliki kepribadian yang
mantap bearti dia memiliki keteguhan dan kematangan dalam hal kecakapan dan
keterampilannya serta memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya.
b. Kepribadian Stabil
Stabil berarti mantap; kokoh; tidak goyah
44
. Jadi pribadi yang stabil
merupakan suatu kepribadian yang kokoh. Kalau kita menelaah dari segi arti
bahasanya bahwa pribadi ini sebenarnya sama halnya dengan pribadi yang
mantap.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang
sering memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak
semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung
perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang
berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan
mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta
didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti


43
Geogre G. Young disadur oleh Dwi Sunar P, Membaca Kepribadian Orang (Cet-11, Jogjakarta:
THINK, 2008), hlm. 215

44
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 857
pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan
kekhawatiran untuk dimarahi dan membelokkan konsentrasi peserta didik
45
.
Kemarahan guru terungkap dari kata-kata yang dikeluarkan, dalam raut muka
dan mungkin dengan gerakan-gerakan tertentu. Bahkan ada yang dilahirkan
dalam bentuk memberikan hukuman fisik. Sebagian kemarahan berilai negatif,
dan sebagian lagi bernilai positif. Kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak
ditampakkan, karena menunjukkan kurang stabilnya emosi guru. Dilihat dari
penyebabnya, sering nampak bahwa kemarahan adalah salah karena ternyata
disebabkan oleh peserta didik yang tidak mampu memecahkan masalah atau
menjawab pertanyaan, padahal dia telah belajar dengan sungguh-sungguh.
Stabilitas dan kematangan emosi guru akan berkembang sejalan dengan
pengalamannya, selama dia mau memanfaatkan pengalamannya. Jadi tidak
sekedar jumlah umur atau masa kerjanya yang bertambah, melainkan
bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar pengalaman masa
lalu
46
. Guru agama Islam diharapkan memiliki kestabilan dalam kepribadiannya,
artinya dia memiliki suatu tempramen, emosi, kondisi kejiwaan yang teguh/tetap
dalam mengiringinya melakukan tugas keguruan.
c. Dewasa


45
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 121

46
Ibid, hlm. 121-122
Dewasa secara bahasa berarti sampai umur; akil balig
47
. Orang yang dewasa
di sini bearti ia telah mampu mandiri dan dapat mengatur dirinya sendiri karena
akalnya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing dituntut memiliki
kematangan atau kedewasaaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani.
Minimal ada 3 ciri kedewasaaan
48
.
Pertama, orang yang telah dewasa telah memiliki tujuan dan pedoman hidup
(philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan
menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Seorang yang telah dewas tidak
mudah terombang-ambing karena telah mempunyai pegangan yang jelas, ke
mana akan pergi, dan dengan cara mana ia mencapainya
49
.
Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala sesuatu
secara obyektif. Tidak banyak dipengaruhi oleh subyektivitas dirinya. Mampu
melihat dirinya dan orang lain secara obyektif, melihat kelebihan dan kekurangan
dirinya dan juga orang lain. Lebih dari itu Ia mampu bertindak sesuai dengan
cara mana ia mencapainya
50
.
Ketiga, seorang dewasa adalah orang yang telah bisa bertanggungjawab.
Orang dewasa adalah orang yang telah memuiliki kemerdekaan, kebebasan;
tetapi di sisi lain dari kebebasan adalah tanggunjawab. Ia bebas menentukan arah
hidupnya, perbuatannya, tetapi setelah berbuat ia dituntut tanggungjawab. Guru


47
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 203

48
Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit, hlm. 254

49
Ibid

50
Ibid
harus terdiri atas orang-orang yang bisa bertanggungjawab atas segala
perbuatannya. Perbuatan yang bbertanggungjawab adalah perbuatan yang
berencana, yang dikaji terlebih dahulu sebelum dilakukan
51
.
Dengan sifat kedewasaan yang dimiliki oleh guru, maka siswa akan merasa
terlindungi oleh sosok pengayom dan pembimbingnya dalam proses belajar
mengajar, sehingga keakraban yang ditandai dengan sikap bangga dan patuh dari
siswa kepada dapat terwujud dengan baik.
d. Arif
Arif dapat berarti bijaksana; cerdik pandai; berilmu, juga bisa berarti tahu;
mengetahui
52
. Jafi seorang guru PAI yang arif berarti mengetahui dan pandai
dalam mengajar dan mendidik siswanya ke arah yang baik sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Banyaknya peserta didik yang berlaku kurang senonoh di masyarakat, terlibat
vcd porno, narkoba dan pelanggaran lainnya, berangkat dari pribadi yang kurang
didiplin, oleh karena itu, peserta didik harus belajar disiplin, dan gurulah yang
harus memulainya, sebagai guru dia harus memiliki pribadi yang disiplin, arif,
dan berwibawa. Hal ini penting, karena masih sering kita mendengar dan
menyaksikan peserta didik yang perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan
dengan sikap moral yang baik. Misalnya merokok, rambut gondrong, butceri
(rambut dicat sendiri), membolos, tidak mengerjakan PR, membuat keributan di
kelas, melawan guru, berkelahi, bahkan tindakan yang menjurus pada hal-hal


51
Ibid, hlm. 254-255

52
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 48
yang bersifat kriminal. Dengan kata lain, masih banyak peserta didik yang tidak
disiplin, dan menghambat jalannya pembelajaran. Kondisi tersebut menuntut
guru untuk bersikap disiplan, arif, dan berwibawa dalam segala tindakan dan
perilakunya, serta senantiasa mendisiplinkan peserta didik agar dapat
mendongkrak kualitas pembelajaran
53
.
Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan
pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa, kita tidak bisa berharap banyak
akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari guru yang kurang disiplin,
kurang arif, dan kurang berwibawa. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita
membina disiplin peserta didik dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan
berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditujukan untuk membantu peserta didik
menemukan diri; mengatasi,mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga
mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan
54
.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi
pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku
peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan
perilaku atau tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka
mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh
atau teladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta didik
55
.


53
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 122

54
Ibid, hlm. 122-123

55
Ibid, hlm. 126
Sebagai pembimbing guru harus berusaha untuk membimbing dan
mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif, dan menunjang
pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan guru harus memperlihatkan perilaku
disiplin yang baik kepada peserta didik, karena bagaimana peserta didik akan
berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan perilaku yang disiplin. Sebagai
pengawas, guru harus senantiasa mengawasi seluruh perilaku peserta didik,
terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran
terhadap disiplin, dapat segera diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu
mengendalikan seluruh perilaku peserta didik di sekolah. Dalam hal ini guru
harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan
tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun hukuman terhadap peserta
didik
56
.
e. Berwibawa
Wibawa adalah pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi orang
lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh
daya tarik. Berwibawa berarti mempunyai wibawa (sehingga disegani dan
dipatuhi)
57
.
Menurut Henry Fayol yang dikutip oleh Muhamad Nurdin dalam bukunya,
kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaaan untuk membuat kita
dipatuhi dan ditaati. Ada juga orang mengartikan kewibawaan dengan sikap dan
penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat.


56
Ibid

57
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 1011
Sehinggadengan kewibawaan seperti itu anak didikmerasa memperoleh
pengayoman dan perlindungan
58
.
Adanya rasa hormat dan segan yang disertai taat untuk ditakuti merupakan
kewibawaaan semu. Tampaknya, masih banyak guru yang di mata anak didiknya
hanya menampakkan kewibawaan semu. Hal itu bisa dilihat dari indikator bahwa
begitu banyak anak didik yang membicarakannya di belakang
59
.
Kewibawaan palsu (semu) dapat dimiliki melalui sarana materi (fisik), seperti
pakaian seragam atau senjata pada polisi, atau dengan menggunakan kekuasaan
secara otoriter oleh seorang kepala sekolah atau guru yang selalu memberi
ancaman untuk menghukum
60
.
Sebagai contohnya adalah ketika anak-anak ribut dan berbuat sekehendaknya,
lalu ada guru yang merasa jengkel, berteriak sambil memukul-mukul meja, maka
ketertiban itu hanya dapat dikendalikan dengan kekerasan. Mereka tertib karena
kekerasan sehingga ketertiban itu bersifat semu. Sebaliknya, jika ada guru yang
mendapati kelasnya ribut, dengan tenang dia memasuki kelas dan dengan spontan
kelas menjadi tenang, padahal tidak ada keklerasan, tapi ia mampu menguasai
anak didik seluruhnya. Inilah guru yang berwibawa
61
.
Jadi kewibawaan guru tidak diwujudkan dengan kondisi negatif/kekerasan,
akan tetapi bagaimana seorang guru dapat menguasai sesuatu dengan baik serta
dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat negatif/menyalahi aturan.


58
Muhamad Nurdin, Op.Cit, hlm. 144

59
Ibid

60
Ibid

61
Ibid, hlm. 144-145
Guru yang berwibawa digambarkan dalam al-Quran surat Al-Furqan ayat 63
dan 75 sebagai berikut :
:!,s _..-l _ :., _ls _ !.> :| `,Ll> _l.>l l! !..l.
Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-
orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan
62

.l` _> -l !., . _1l`, !, ,> !..l.
Artinya : Mereka Itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang Tinggi
(dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan
penghormatan dan Ucapan selamat di dalamnya
63


Dari terjemahan ayat-ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sangat
bangga sekali menjadi seorang guru yang memiliki wibawa yang sesungguhnya.
Dia tidak akan takut dicerca orang, bahkan selalu menampilkan perbuatan yang
baik. Karena sikapnya itu orang akan selalu tunduk dan malu untuk
melecehkannya serta selalu menghormatinya. Hal ini berdampak kepada peserta
didik yang merasa nyaman dan bahagia ketika dengannya karena mereka merasa
diarahkan oleh guru yang berwibawa tersebut.
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan, proses
belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin dan tertib. Dengan
demikian kewibawaan bukan berarti siswa harus takut kepada guru, melainkan


62
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya Juz 1-30 (Surabaya: MEKAR, 2004), hlm.
510

63
Ibid, hlm. 512
siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh guru
64
.
Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru agama Islam akan membawa
dan mengantarkan anak didik ke arah kedewasaaan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan pribadi anak didik untuk menumbuhkan rasa kesadaran anak
didik. Pada realitanya dalam kegiatan belajar mengajar faktor kesadaran yang ada
pada diri anak didik sangat menentukan sekali dalam mencapai keberhasilan
kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hal ini kita sadari bahwa dengan kesadaran
akan tumbuh kemauan, dan kemauan anak dengan sensirinya akan mewujudkan
suatu kemampuan yang lebih lagi baginya dalam kegiatan belajar mengajar.
f. Menjadi Teladan bagi Peserta Didik
Teladan berarti patut ditiru (perbuatan, barang, dsb); baik untuk dicontoh
65
.
Bagi seorang guru PAI seyogyanya sebelum melakukan pendidikan dan
pembinaan kepada anak didiknya, diperlukan suatu pendidikan pribadi, artinya
dia harus mampu mendidik dan membina dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum
mengajarkan kepada siswanya, maknanya adalah untuk memulai sesuatu yang
baik maka kita mulai dari diri sendiri, hal ini sesuai dengan firman Allah swt
dalam surat Al-Baqarah ayat 44, sebagai berikut :
'.!. _!.l l!, ... >.. .......


64
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Op.Cit, hlm. 21

65
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 917
Artinya : Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri......
66


Nabi Muhammad adalah sosok pendidik yang sejati, beliau diutus Allah di
dunia ini dengan diberi kesempurnaan akhlak sebagai suri teladan bagi umatnya.
Hal ini dijelaskan dalam al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21, sebagai berikut:
.1l l >l _ _. < :`. ..> _.l l `>, < ,l > : < ,:
Artinya :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah
67
.
Ayat di atas memeberi penjelasan bahwa pada diri Rasulullah SAW terdapat
suri teladan bagi kita semua. Ayat tersebut juga berisi perintah kepada kita agar
menjadikan Rasulullah sebagai acuan dalam berperilaku sehari-hari
68
.
Hal ini kami refleksikan kepada guru PAI sebagai orang yang alim dalam
bidang agama Islam dan sebagi penerus Rasul, maka sudah menjadi
kewajibannya untuk mengikuti akhlak Rasul yang menjadi teladan bagi peserta
didiknya.
Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Keprihatinan, kerendahan, kemalasan, dan rasa takut, secara terpisah ataupun


66
Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 8

67
Departemen Agama, Op.Cit, hlm. 595

68
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2005), hlm. 24
bersama-sama bisa menyebabkan seseorang berkata,jika saya harus menjadi
teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran
bukanlah pekerjaan yang tepatt bagi saya. Saya tidak cukup baik untuk
diteladani, di samping saya sendiri ingin bebas untuk menjadi diri sendiri dan
untuk selamanya tidak ingin menjadi teladan bagi orang lain. Jika peserta didik
harus memiliki model, biarkanlah dia menemukannya dimanapun. Alasan
tersebut tidak dapat dimengerti, mungkin dalam hal tertentu dapat diterima tetapi
mangabaikan atau menolak aspek fundamental dari sifat pembelajaran. Menjadi
teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru
tidak mau menerima atau menggunakannya secara konstruktif maka telah
mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut dipahami, dan
tidak perlu menjadi bahan yang memberatkan. Sehingga dengan ketrampilan dan
kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran
69
.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik dan orang di sekitar lingkungannya yang
mengaggap atau mengakuinya sebagai guru
70
.
Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru,
sehingga menjadi guru berarti menerima tanggungjawab untuk menjadi teladan.
Memang semua profesi memiliki tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila
menolak berarti menolak profesi itu
71
.


69
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 126-127

70
Ibid, hlm. 127

71
Ibid, hlm. 128
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi setisp peserta didik
diharapkan harus mampu mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Tugas
guru adalah menjadikan peserta didik sesuai dengan potensi dan kemampuan
yang dimilikinya, bukan memaksakan kehendak. Guru adalah manusia biasa
yang tidak lepas dari kemungkinan khilaf. Guru yang baik adalah yang
menyaadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang
dimilikinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan
perlu diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
Dengan kata lain, guru yang baik adalah guru yang sadar diri, menyadari
kelebihan dan kekurangannya
72
.


g. Berakhlak Mulia
Akhlak adalah budi pekerti; kelakuan
73
. Mulia berarti tinggi (tentang
kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat juga berarti luhur (budi dsb);
baik budi (hati dsb)
74
. Jadi akhlak mulia dapat diartikan sebagai budi
pekerti/kelakuan yang memiliki nilai tinggi dan luhur.
Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasehat bagi peserta
didiknya. Dengan berakhlak mulia, guru dalam keadaan bagaimanapun harus
memiliki kepercayaan diri yang istiqomah dan tidak tergoyahkan. Hal tersebut


72
Ibid, hlm. 128-129

73
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, hlm. 15

74
Ibid, hlm. 597
nampak seperti sesuatu yang tidak mungkin, padahal bukan hal yang istimewa
untuk dilakukan dan dimilki oleh seorang guru, asalkan memiliki niat dan
keinginan yang kuat
75
.
Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja tidak
tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang
mujahadah, yakni usaha sungguh-sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah,
dengan niat ibadah tentunya. Dalam hal ini, para guru harus merapatkan kembali
barisannya, meluruskan niatnya, bahwa menjadi guru bukan semata-mata untuk
kepentingan duniawi, memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi
pribadinya, dengan tetap bertawakal kepada Allah. Melalui guru yang
demikianlah, kita berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter
bangsa. Yang akan menentukan warna masa depan masyarakat Indonesia, serta
harga dirinya di mata dunia
76
.
Kompetensi kepribadian di atas dapat disederhanakan menjadi 3 cakupan
sesuai pendapat Sukmadinata yang dikutip dalam bukunya A. Fatah Yasin,
yaitu
77
:
a. Kompetensi yang berkaitan dengan penampilan sikap positif terhadap
keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan.


75
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 129-130

76
Ibid, hlm. 130-131

77
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 76
b. Kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman, penghayatan, dan
penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki guru.
c. Kompetensi yang berkaitan dengan upaya untuk menjadikan dirinya
sebagai panutan dan teladan bagi peserta didiknya.
Dari cakupan kompetensi kepribadian di atas, sebenarnya dapat dijabarkan
lagi dalam berbagai indikator, yakni seorang pendidik dalam dirinya harus
melekat sifat, sikap, dan perilaku antara lain
78
:
1) Merasa senang dan bangga terhadap pekerjaannya sebagai pendidik
2) Selalu konsisten dan komitmen terhadap perkataan dan perbuatannya
3) Selalu berkata benar terhadap siapa saja termasuk terhadap peserta
didiknya
4) Jujur, adil, dan demokratis dalam melaksanakan pembelajaran dengan
peserta didiknya
5) Menghargai dan menghormati pendapat orang lain, termasuk dengan
peserta didiknya
6) Selalu menjunjung tinggi aturan dan norma yang berlaku di masyarakat
7) Bekerja dengaan semangat yang tinggi
8) Disiplin dalam melaksanakan tugas sehari-hari
9) Selalu memberikan contoh yang dapat diteladani dan ditiru oleh siapa saja
termasuk terutama bagi peserta didiknua
10) Berpenampilan yang sederhana (bersih, rapi, dan sopan)
11) Memiliki ketenangan batin tersendiri meskipun dengan gaji yang minim


78
Ibid, hlm. 77-78
12) Memiliki sikap yang sabar dalam menjalankan tugas mendidik
13) Taat dalam menjalankan ajaran agama
14) Tunduk dan patuh terhadap aturan yang dibuat oleh pemerintah dan yang
berlaku di masyarakat
15) Selalu menunjukkan sikap yang dewasa dalam segala hal
16) Memiliki bersikap arif dan bijaksana terhadap berbagai masalah yang
muncul di lingkungan pekerjaannya
17) Tidak merasa berat apabila diminta membuat, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugasnya
18) Selalu berusaha keras untuk meningkatkan prestasi kerja agar lebih baik
19) Amanah dan bertanggungjawab dalam menerima tugas dan kepercyaan
yang diberikan kepadanya
20) Selalu siap menerima kritik dan saran dari siaapapun berkaitan dengan
pekerjaannya
21) Selalu akomodatif dan menjalin kerjasama dengan siapapun demi
kelancaran dan kesuksesan tugasnya
22) Memiliki perasaan puas dengan pekerjaan mengajar dan mendidik peserta
didik
23) Selalu melakukan tindakan dengan menggunakan pertimbangan yang
matang
24) Mandiri dan tidak menggantungkan orang lain, dalaam melaksanakann
tugasnya
25) Selalu peduli dan resposif terhadap berbagai peristiwa aktual yang terjadi
di masyarakat
26) Berusaha untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses
pembelajaran
27) Dan lain sebaagainya.
Pada dasarnya tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Sebagai pengajar ia merupakan medium atau perantara aktif antara siswa dan
ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik ia merupakan medium aktif antara
siswa dan haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan segala
seginya, dan dalam mengembangkan pribadi siswa serta mendekatkan mereka
dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari
pengaruh-pengaruh yang buruk. Dengan demikian seorang guru wajib memiliki
segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu
pengatahuan, sifat-sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani.
Sebagai pengajar guru harus memahami hakikat dan arti mengajar dan
mengetahui teori-teori mengajar serta dapat melaksanakan. Dengan mengetahui
dan mendalaminya ia akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya dan
dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang telah dilakukannya.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution, MA ada beberapa prinsip umum yang berlaku
untuk semua guru yang baik, yaitu :
1. Guru yang baik memahami dan menghormati siswa
2. Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikan.
Dengan pengertian ia harus menguasai bahan itu sepenuhnya, jangan
hanya mengenal ini buku pelajaran saja, melainkan juga mengetahui
pemakaian dan kegunaannya bagi kehidupan anak dan manusia
umumnya.
3. Guru yang baik mampu menyesuaikan metode mengajar dengan bahan
pelajaran.
4. Guru yang baik mampu menyesuikan bahan pelajaran dengan
kesanggupan individu anak.
5. Guru yang baik harus mengaktifkan siswa dalam hal belajar.
6. Guru yang baik memberikan pengertian dan bukan hanya dengan kata-
kata belaka. Dengan pengertian lain guru tidak bersifat verbalistis yakni
hanya mengenalkan anak terhadap kata-kata saja tetapi tidak dapat
menyelami arti dan maksudnya.
7. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa
8. Guru merumuskan tujuan yang akan dicapai pada setiap pelajaran yang
diberikannya.
9. Guru jangan hanya terikat oleh satu teks book saja.
10. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan
pengetahuan saja kepada siswa, melainkan senantiasa membentuk pribadi
siswa
79
.


79
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung : Jemmars, 1986) hal. 12-17
Dengan demikian guru yang memiliki kepribadian baik adalah guru yang
selalu bersikap obyektif, terbuka untuk menerima kritik terhadap kelemahan-
kelemahan yang ada pada dirinya, misalnya dalam hal caranya mengajar. Hal ini
diperlukan dalam upaya perbaikan mutu pendidikan demi kepentingan anak didik
sehingga benar-benar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru PAI
Guru juga manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian
guru seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri dari aspek
jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek kepribadian
tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri
yang khas. Integrasi dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang
perkembangan hidupnya
80
.
Seperti halnya pribadi yang lain, pembentukan pribadi guru dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari lingkungan keluarganya, sekolahnya tempat dulu ia
belajar, masyarakat sekitar serta kondisi situasi sekolah dimana sekarang ia
bekerja. Kepribadian sebagai seorang guru sudah tentu tidak dapat dipisahkan
dari kepribadian sebagai individu
81
.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian itu dapat diperinci menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) faktor


80
Isjoni, Gurukah yang dipersalahkan?-Menakar Posisi guru di tengah Duni Pendidikan Kita
(Yogyakarta: Pustaka P{elajar, 2006), hlm. 76

81
Ibid
biologis, (2) faktor sosial, (3) faktor kebudayaan
82
. Penjelasan dari ketiga faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor Biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali
pula disebut faktor fisiologis. Dalam pembicaraan tentang temperamen, kita
telah menyinggung masalah konstitusi tubuh yang meliputi keadaan
pencernaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, urat syaraf, dan lain-lain.
Juga termasuk konstitusi tubuh itu ialah tingginya, besarnya, beratnya, dan
sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak
dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita
lihat pada setiap bayi yang bari lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat
jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan
ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing.
Keadaan fisik/konstitusi tubuh yang berlainan itu menyebabkan sikap dan
sifat-sifat serta tempramen yang berbeda-beda pula
83
.
Bahwa keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan maup;un yang
merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan pernan yang
penting pada kepribadian seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun
demikian, itu hanya mereupakan salah satu faktor saja. Kita mengetahui
bahwa dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian selanjutnya


82
Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm. 160

83
Ibid
faktor-faktor lain terutama faktor lingkungan dan pendidikan tidak dapat kita
abaikan
84
.
b. Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial di sini adalah masyarakat; yakni
manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang
bersangkutan. Termasuk ke dalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi, adat
istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam
masyarakat itu
85
.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang di
sekitarnya. Pertama-tama dengan keluarganya terutama ibu dan ayah
kemudian dengan anggota keluarga lainnya seperti : kakak, adik, dan
pembantu rumah tangga. Dalam perkembangan anak pada m\asa bayi dan
kanak-kanak, peranan keluarga, terutama ibu dan ayah, sangat penting dan
menentukan bagi pembentukan kepribadian anak selanjutnya. Demikian pula
tradisi, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarga
itu
86
.
Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan, memberikan pengaruh
yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga
yang besar (banyak anggota keluarganya) berlainan pengaruhnya daripada
keluarga yang kecil. Keluarga yang lebih berpendidikan lain pula


84
Ibid

85
Ibid, hlm. 161

86
Ibid
pengaruhnya dengan keluarga yang kurang berpendidikan. Demikian pula
dengan keluarga yang kaya dengan yang miskin
87
.
Yang dimaksud dengan suasana keluarga, ialah bagaimana interelasi
antara anggota-anggota keluarga. Ada keluarga yang selalu diliputi
ketentraman dan kemesraan; dan ada pula keluarga yang selalu diliputi
suasana permusuhan, perselisihan-perselisihan, dan kericuhan, sehingga tidak
ada keharmonisan. Suasana keluarga seperti itu dipengaruhi pula oleh uutuh
tidaknya keluarga itu. Keluarga yang masih utuh, masih lengkap adanya ayah
dan ibu, lain suasananya dengan keluarga yang tidak utuh. Ketidakutuhan
keluarga ada bermacam-macam pula; ayah sudah meninggal atau ibu sudah
meninggal, keluarga dengan seorang ibu tiri atau ayah tiri,m dan
sebagainya
88
.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil
adalah sangat mendalam dan sangat menentukan perkembangan pribadi anak
selanjutnya. Hal ini disebabkan karena
89
:
1) Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama
2) Pengaruh yang diterima anak itu masih terbatas jumlah dan luasnya.
3) Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus-menerus siang
dan malam


87
Ibid

88
Ibid

89
Ibid, hlm. 161-162
4) Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat
intim dan bernada emosional
Pada masa selanjutnya, pengaruh lingkungan sosial yang diterima anak
semakin besar dan luas, melalui lingkungan keluarga meluas pada anggota-
anggota keluarga lain, teman-teman yang datang ke rumahnya, teman-teman
sepermainan, tetangga-tetangganya, lingkungan desa-kota, hingga pengaruh
yang khusus dari lingkungan sekolahnya mulai dari guru-gurunya, teman-
temannya, kurikulum sekolah, peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah,
dan sebagainya
90
.
c. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Sebenarnya faktor
kebudayaan ini sudah termasuk dalam faktor sosial seperti yang telah
diuraikan di atas. Namun di sini kita hendak memebicarakan kebudayaan
dalam scope yang lebih luas, lengkap dengan aspek-aspeknya
91
.
Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan dan pembentukan
kepribadian pada masing-masing individu tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan masyarakat di mana individu itu berada dan dibesarkan. Sering
dikatakan bahwa kebudayaan orang Barat berbeda dengan kebudayaan orang
Timur. Di negara kita sendiri misalnya, dapat diketehui di mana kehidupan
masyarakat di pedalaman Irian Barat berbeda dengan kehidupan masyarakat


90
Baharuddin, Op.Cit, hlm. 225

91
Ibid, hlm.226
Indonesia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa cara-cara hidup, adat istiadat,
kebiasaan, bahasa, kepercayaan, dan sebagainya dari suatu daerah/negara dan
masyarakat yang lain
92
.
Adapun beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian itu, antara lain
93
:
1) Nilai-nilai (value)
Pada setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
individu yang hidup dalam kebudayaan itu. Menaati nilai-nilai yang hidup
pada kebudayaan itu menjadi idaman dan kewajiban anggota masyarakat
kebudayaan tersebut. Dan, untuk bisa diterima sebagai anggota
masyarakat, maka seseorang harus memiliki kepribadian yang selaras
dengan kebudayaan yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu.
Sementara itu, nilai-nilai hidup yang berlaku dalam masyarakat
sangat erat hubungannya dengan kepercayaan, agama, adat istiadat,
kebiasaan dan tradisi yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Di
samping itu, lingkungan masyarakat itu sendiri, seperti masyarakat desa,
masyarakat kota, pulau-pulau terpencil, dan lain-lainnya, sama sekali
tidak dapat disangsikan peranannya dalam membentuk kepribadian
seorang individu.
2) Pengetahuan dan Keterampilan


92
Ibid

93
Ibid, hlm. 226-229
Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu juga mempengaruhi
sikap dan tindakannya. Sedang pengetahuan yang dimiliki oleh individu
tidaklah sama kadar tinggi dan luasnya antara individu yang satu dengan
yang lainnya. Begitu pula jenis pengetahuan yang dimilikinya tidaklah
sama. Ada yang ahli di bidang ekonomi, kedokteran, teknik,
pertanian/peternakan, dan sebagainya. Semuanya ini membentuk
kepribadian yang berbeda-beda pada setiap individu.
Demikian pula kecakapan atau keterampuilan individu dalam
mengerjakan sesuatu yang juga merupakan bagian dari kebudayaannya.
Perbedaan-perbedaan keterampilan tersebut dapat kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari, seperti ada orang yang ahli atau mempunyai
kecakapan dalam pidato dengan agitasi yang menarik (orator), ada yang
cakap mengendarai mobil, ada yang mempunyai kecakapan dan
keterampilan dalam bidang ukiran, musik, dan sebagainya.
Bahkan ada yang memiliki keterampilan dalam membuat dan
merencanakan model kapal terbang, roket, dan lain-lain. Tinggi
rendahnya kadar ilmu pengetahuan dan keterampilan atau teknologi yang
dimiliki seseorang mencerminkan tinggi rendahya kebudayaan
madyarakat itu. Semakin tinggi kebudayaan masyarakat, semakin maju
pula sikap hidup cara-cara kehidupan manusia.
3) Adat dan Tradisi
Sebagaimana dimaklumi bahwa adat istiadat (tradisi) suatu daerah
berbeda dengan daerahn lainnya. Perbedaan-perbedaan ini meliputi
berbagai masalah. Dalam hal perkawinan, model rumah, upacara agama,
kepercayaan, dan sebagainya, hampir setiap daerah memiliki
mkarakteristik sendiri-sendiri.
Adat istiadat Minangkabau berbeda dengan adat iostiadat Batak,
meskipun daerahnya berdekatan. Tradisi yang berlaku di Aceh jauh
berebeda dengan tradisi yang hidup dan berkembang di Jawa Tengah.
Semua adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah tersebut, selain
menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga
menentukan cara-cara bertindak dan bertingkah laku manusia-
manusianya.
4) Bahasa
Bahasa merupakan salah satu faktor yang ikut serta menentukan
karakteristik suatu kebudayaaan. Bahasa mempunyai hubungan yang erat
dengan kepribadian manusia yang menggunakan dan memiliki bahasa itu.
Bahasa juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar individu.
Dengan demikian, bagaimana cara-cara bertindak seseorang, bagaimana
pergaulan hidup bermasyarakatnya, dan sebagfainya, sebagian besar
dipengaruhi oleh bahasa yang berlaku dalam masyarakat itu.
Kata-kata yang tertera dalam kalimat bahasa mencerminkan
kepribadian bangsa, adalah tepat dan mengandung kebenaran yang dapat
diterima. Seperti perbedaan sikap dan cara hidup di daerah Jawa Ti,ur
sering menggunakan bahasa jawa yang kasar (ngoko). Demikian pula
dengan orang yang biasa menggunakan bahasa Indonesia, sikap dan gaya
hidupnya berbeda dengan orang yang terbiasa menggunakan bahasa
Inggris.
Selain itu, di dunia mana pun dapat dijumpai suatu fakta bahwa
bahasa berkembang sejajar dengan kemajuan dan perkembangan
kebudayaaan masyarakat pemakainya. Dengan demikian, bisa dikatakan
bahwa bahasza merupakan faktor kebudayaan yang sangat penting dalam
mempengaruhi dan bahkan menentukan kepribadian setiap individu.
Uraian tersebut telah menunjukkan bahwa betapa erat hubungan
antara kepribadian dengan kebudayaan, di mana kepribadian seseorang
tidak dapat dinilai tanpa menyelidiki latar belakang kebudayaannya.
Demikian pula sebaliknya, pengaruh dari suatu kebudayaan terhadap
pembentukan kepribadian adalah sangat besar.
Akhirnya, berbahagialah orang-orang yang mampu mengerti diri
sendiri. Dan dapat menegrti orang lain. Dan, akan lebih berbahagia lagi
orang yang mengerti dan menghargai orang lain.

B. Kegiatan Belajar Mengajar PAI
1. Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar PAI
Sebelum kita membahas tentang bagaimana proses dari kegiatan belajar
mengajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi baik tentang
belajar maupun mengajar yang diambil dari beberapa referensi.
Drs. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikanmengutip
beberapa definisi tentang belajar dari para tokoh yaitu
94
:
a. Hilgard dan Bower menyatakan bahwa belajar berhubungan dengan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau atas dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.
b. Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi
c. Morgan menyatakan bahwa belajar adaalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman.
d. Witherington menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian.


94
Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm. 84
Belajar adalah modifikasi atau memprteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan sebuah pengubahan kelakuan
95
.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa komponen terpenting dalam
pengertian dari belajar, yaitu:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku
b. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui suatu latihan atau
pengalaman
c. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar adalah
menyangkut berbagai aspek kepribadian, bai fisik maupun psikis
Adapun tentang pengertian mengajar, dalam bukunya Oemar Hamalik
disebutkan beberapa pengertian dari mengajar, diantaranya adalah sebagai
berikut
96
:
a. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik ataun
murid di sekolah
b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada genertasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah


95
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Cet-6; Jakarta: Bumi Aksara), hlm 27-28

96
Ibid, hlm. 44-53
c. Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan
kondisi belajar bagi siswa
d. Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan bvelajar
kepada murid.
e. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadio warga
negara yang baik sesuai dengan tuntu8tan masyarakat
f. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologi baik afektif,
psikomotorik, dan kognitif melalui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk
pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar
97
.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi
interaksi guru siswa, siswa siswa pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah
makna belajar dan mengajar sevagai suatu proses. Interaksi guru siswa sebagai
makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai
tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subyek dan


97
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Cet-5; Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2000), hlm. 28
sekligus juga sebagai obyek dalampengajaran, maka inti proses pengajaran tidak
lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran
98
.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar
mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu
perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model
99
.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru dan
siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran , melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri
siswa yang sedang belajar
100
.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas
dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya
satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru


98
Ibid

99
Uzer Usman, Menjadi Guru Professional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 1

100
Ibid
yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling
menunjang
101
.
Sementara itu Benyamin S. Bloom dalam bukunya The Taxonomy of
Education Objective-Cognitive Domain (Bloom et al, 1956) menyatakan bahwa
dalam proses belajar mengajar akan dapat diperoleh kemampuan yang terdiri dari
3 aspek, yaitu:
a) Aspek pengetahuan (Cognitive).
b) Aspek sikap (Affective).
c) Aspek ketrampilan (Psychomotor)
102
.
Aspek cognitive berhubungan dengan kemampuan individual mengenai
dunia sekitar, meliputi perkembangan intelektual atau mental. Aspek affective
mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai (perkembangan emosional
dan moral). Sedangkan aspek psychomotor menyangkut perkembangan
ketrampilan yang mengandung unsur motoris. Ketiga aspek itu secara sederhana
dapat dipandang sebagai aspek yang bertalian dengan "head" (aspek kognitif),
"heart" (affective) dan "hand" (psychomotor), yang ketiganya saling
berhubungan erat, tidak terpisah satu dengan lainnya
103
.
Dari uraian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan perpaduan antara dua kegiatan yaitu di mana siswa melakukan
kegiatan belajar dan guru melakukan kegiatan mengajarnya, yang di dalamnya


101
Ibid

102
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung : Jemmars, 1986) hlm. 34

103
Abdul Ghofir, Proses Belajar-Mengajar, (Malang : IAIN Sunan Ampel Fak. Tarbiyah, 1987), hlm.
1
terjadi suatu interaksi edukatif berupa penyampaian pesan/informasi serta
penanaman nilai dari guru kepada siswa, kegiatan ini terjalin harmonis dan tidak
dapat terpisahkan serta saling mendukung.

2. Proses Kegiatan Belajar Mengajar PAI
Pada umunya para ahli sependapat bahwa yang disebut PBM (proses belajar
mengajar) ialah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa
sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang
mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni
hubungan antar guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana
yang bersifat pengajaran
104
.
Belajar dan Mengajar sebagai suatu proses sudah barang tentu harus dapat
mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar, mengenai;
a. Ke mana proses tersebut akan diarahkan?
b. Apa yang harus dibahas dalam proses tersebut?
c. Bagaimana cara melakukannya?
d. Bagaimana mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut?
Persoalan pertama yang berhubungan dengan tujuan proses pengajaran, persoalan
kedua berbicara tentang materi atau bahan pelajaran, persoalan ketiga


104
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 237
berhubungan dengan metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran,
dan persoalan keempat berkenaan dengan penilaian proses belajar mengajar
105
.
Keempat persoalan (tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian) menjadi
komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar.
Komponen-komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan
dan mempengaruhi satu sama lain (interelasi). Secara skematis keempat
komponen tersebut dapat dilihat pada bagan berikut
106
:
BAGAN 2.1. KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR






Komponen di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama
yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran berfungsi sebagai indikator
kegiatan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah
laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia


105
Nana Sudjana, Op. Cit, hlm. 29-30

106
Ibid, hlm. 30
Tujuan
Penilaian
Bahan Metode dan Alat
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi
tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan
107
.
Di dalam tujuan pembelajaran terhimpun sejumlah norma yang akan
ditanamkan ke dalam diri setiap anak didik. Tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan anak didik terhadap bahan
yang diberikan selama kegiatan interaksi edukatif berlangsung. Oleh karena
di dalam tujuan terpatri sejumlah norma, maka tujuan ini dimasukkan dalam
salah satu komponen interaksi edukatif
108
.
b. Bahan Pelajaran
Bahan adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses interaksi
edukatif. Tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan.
Karena itu, guru yang akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didik
109
.
Tujuan yang jelas dan operasional dapat ditetapkan bahan pelajaran yang
harus menjadi isi kegiatan belajar mengajar. Bahan pelajaran inilah yang
diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapainya tujuan atau
tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa
110
.
d. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh


107
Ibid

108
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hlm. 17

109
Ibid

110
Nana Sudjana, Op.Cit, hlm. 30
guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas guru sangat
jarang menggunakan metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode.
Karena karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan
menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi
111
.
Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahawa ada beberapa
hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan metode. Perhatian diarahkan
pada pemahaman bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
penggunaan metode mengajar yaitu tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya,
anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan berbagai
keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya, serta pribadi
guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
112
.
e. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencap[ai
tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
mencapai tujuan, alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan
113
.
Dalam kegiatan interaktif edukatif biasanya dipergunakan alat
nonmaterial dan alat material. Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah,
larangan, nasihat, dan sebagainya. Sedangkan alat material atau alat bantu


111
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hlm. 19

112
Ibid

113
Ibid
pengajaran berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan,
slide, video, dan sebagainya
114
.
f. Evaluasi
Untuk menetapkan apakah tujuan telah tercapai atau tidak maka penilaian
yang harus memainkan fungsi dan peranannya. Dengan perkataan lain bahwa
penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai tidaknya
tujuan. Itulah sebabnya fungsi penilaian pada dasarnya mengukur tujuan
115
.
Proses belajar mengajar adalah merupakan suatu kegiatan bertujuan,
dengan pengertian kegiatan yang terikat oleh tujuan, terarah pada tujuan dan
dilaksanakan untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian merumuskan tujuan
yang akan dicapai adalah merupakan aspek terpenting yang harus
diperhatikan guru dalam mengajar.
Taraf pencapaian tujuan pengajaran (instrucsional objective) pada
hakikatnya adalah merupakan petunjuk praktis tentang sejauh manakah
proses belajar mengajar itu harus dibawa untuk mencapai tujuan terakhir. Hal
ini berlaku umum, baik dalam situasi pendidikan keluarga maupun dalam
situasi pendidikan sosial/masyarakat, organisasi dan sekolah.
Salah satu cara kerja yang telah diwujudkan dalam bentuk organisasi
beserta pengaturannya yang fundamental dan sistematis adalah berupa sistem
penilaian/evaluasi. Penilaian digunakan dengan maksud mengetahui sifat-


114
Ibid

115
Nana Sudjana, Op.Cit, hlm. 31
sifat pencapaian tujuan, baik dari pihak siswa maupun dari pihak guru.
Dengan pengertian lain bahwa evaluasi/penilaian mempunyai arti diagnistik,
yakni mencari dan menetapkan sebab-sebab suatu kegagalan untuk diadakan
perubahan dan perbaikan, sehingga tidak semata-mata menentukan lulus atau
tidak lulus.
Hubungan evaluasi/penilaian dengan seluruh proses belajar mengajar
terlihat pada langkah-langkah berikut :
a. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai
b. Mempersiapkan pengalaman dan kegiatan yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan
c. Menilai dengan yakin bahwa hasil yang diharapkan dapat tercapai
Untuk dapat menjadikan tujuan tertentu sebagai petunjuk operasional,
diperlukan rumusan tujuan secara lebih khusus. Dan untuk memberi
kemungkinan guru mengukur perubahan yang mungkin terjadi ke arah
pencapaian tujuan khusus itu, rumusan tujuan harus dipusatkan pada
perubahan tingkah laku anak didik. Dan selanjutnya untuk mendudukkan
tujuan itu dalam rangka yang fungsional dengan tujuan akhir maka
perumusan tujuan harus realistik. Dengan demikian dapat disimpulkan
adanya pedoman untuk perumusan tujuan :
a. Berpusat pada perubahan tingkah laku siswa
b. Mengkhususkan dalam bentuk-bentuk yang terbatas dan kongkrit
c. Realistik bagi kebutuhan perkembangan siswa
116

Dari uraian di atas jelaslah bahwa empat komponen dalam belajar
mengajar itu saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lain.
Proses belajar mengajar pada dasarnya tidak lain ialah proses mengkordinasi
sejumlah komponen di atas, agar satu sama lain saling berhubungan dan
saling berpengaruh, sehingga akan menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa
dan proses mengajarnya guru secara optimal menuju terjadinya perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Para siswa, dalam situasi intruksional, menjalani tahapan kegiatan belajar
melalui interaksi dengan kegiatan tahapan mengajar yang dilakukan guru.
Namun, dalam proses belajar-mengajar masa kini di samping guru
menggunakan interaksi resiprokal, ia juga dianjurkan memanfaatkan konsep
komunikasi banyak arah untuk menciptakan suasana pendidikan yang kreatif,
dinamis dan dialogis (Pasal 40 ayat 2a UU Sisdiknas 2003)
117
.
Untuk memperjelas konsep komunikasi banyak arah tersebut, berikut ini
disajikan model 12 tentang hubungan "multiarah" yang bersifat intruksional
itu
118
.




116
Abdul Ghofir, Op. Cit, hlm. 11-13

117
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 237

118
Ibid, hlm. 238


BAGAN 2.2. KOMUNIKASI MULTIARAH DALAM PBM









Jadi, disamping para siswa melakukan proses pembelajaran dalam suasana
komunikasi dua arah, seyogyanya mereka juga dapat melakukannya dalam
suasana komunikasi multiarah. Dalam model 12 ini hubungan tidak hanya terjadi
antara seorang guru dengan siswa dan sebaliknya, tetapi juga antara siswa
dengan siswa-siswa lainnya
119
.


119
Ibid , hlm. 238
Murid


Murid
GURU

Murid

Murid

Selanjutnya, kegiatan PBM selayaknya dipandang sebagai kegiatan sebuah
sistem yang memproses input, yakni para siswa yang diharapkan terdorong
secara intrinsik untuk melakukan pembelajaran aneka ragam materi pelajaran
yang disajikan di kelas. Hasil yang diharapkan dari PBM tersebut adalah output
berupa para siswa yang telah mengalami perubahan positif baik dimensi ranah
cipta, rasa, maupun karsanya, sehingga cita-cita untuk mencetak sumber daya
manusia yang berkualitsa pun tercapai
120
.
Komunikasi sebagai transaksi akan menempatkan guru pada posisi sebagai
pemimpin belajar atau pembimbing belajar atau fasilitator belajar. Sebaliknya
siswa sebagai objek dapat pula berperan sebagai subjek. Sungguhpun demikian
jika proses belajar mengajar tidak terkontrol sering partisipasi dan keaktifan
siswa tidak terarah, atau hanya atau dikuasai oleh beberapa orang siswa saja.
Oleh sebaiknya digunakan kombinasi dari ketiga pola komunikasi sebagai
transaksi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
komunikasi dalam proses pengajaran. Faktor tersebut adalah tujuan yang akan
dicapai, sifat bahan pelajaran, sumber belajar yang tersedia, karakteristik kelas,
dan kemampuan guru itu sendiri. Bila tujuan pengajaran sederhana, misalnya
untuk mengingat fakta, maka cukup dengan pola komunikasi yang pertama,
artinya tidak perlu didiskusikan atau tanya jawab.


120
Ibid
Pola ketiga dipakai bila bahan pelajaran mengandung masalah-masalah yang
problematik, yang menuntut pemecahan dari berbagai pihak. Jika tidak ada
sumber belajar kecuali guru, maka pola yang pertama tepat digunakan, sebab
pola ketiga menuntut berbagai sumber ragam belajar. Karakteristik kelas antara
lain berkenaan dengan jumlah siswa dalam satu kelas yang menerima pelajaran.
Apabila siswa cukup banyak, sering pola yang ketiga kurang efektif, demikian
pula pola kedua.
Pada akhirnya faktor kemampuan guru. Pola ketiga akan berhasil apabila
guru terampil memimpin siswa belajar. Sedang pola pertama akan berhasil bila
guru menguasai bahan dan terampil berkomunikasi secara lisan dengan siswa.
Atas dasar itu maka pengajaran sangat bersifat situasional. Guru yang berhasil
disuatu sekolah belum tentu berhasil di sekolah lain. Guru yang mengajar IPS
belum tentu berhasil dalam mengajar IPA. Demikian pula guru yang dinilai
berhasil mengajar disuatu kelas tertentu, belum tentu berhasil bila mengajar di
kelas yang lain. Itulah sebabnya ada pendapat bahwa mengajar itu merupakan
"seni" tersendiri.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar PAI
Baik buruknya situasi proses belajar mengajar dan tingkat pencapaian hasil
proses instruksional itu pada umumnya bergantung pada faktor-faktor menurut
Surya (1982) meliputi
121
:
a. Pengaruh Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar mengajar, karakteristik (ciri khas) siswa sangat
perlu diperhitungkan karena dapat mempengaruhi jalannya proses dan
hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan. Diantara karakteristik siswa
yang erat dengan PBM adalah sebagai berikut :
1) Kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa
2) Kondisi jasmani dan kecakapan ranah karna siswa
3) Karakteristik ranah rasa siswa
4) Kondisi rumah status sosial ekonomi keluarga siswa
5) Usia siswa
6) Jenis kelamin siswa
b. Pengaruh Karakteristik Guru
Peranan guru pendidikan agama Islam sebagai mediator antara
pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya,
sangat berpengaruh pada hasil proses belajar mengajar. Karakteristik guru
pendidikan agama Islam yang erat kaitannya dengan proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
a) Karakteristik intelektual guru


121
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 247-250
b) Kecakapan ranah karsa guru
c) Kakteristik ranah rasa guru
d) Usia guru
e) Jenis kelamin guru
f) Kelas sosial guru
c. Pengaruh Interaksi dan Metode
Melalui interaksi guru pendidikan agama Islam dan siswa dan interaksi
antar sesama siswa dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan
perubahan perilaku siswa baik yang berdimensi ranah karsa. Oleh karena
itu, dalam komunikasi intruksional yang di rekayasa guru pengelola
proses belajar mengajar seyokyanya diterapkan sebuah metode mengajar
yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam mengelola proses
belajar mengajar tepat, maka peluang memperoleh hasil pembelajaran
para siswa yang sesuai dengan harapan pun akan lebih besar.
d. Karakteristik Kelompok
Karateristik kelompok perlu dipahami sebaik-baiknya oleh guru
pendidikan agama Islam untuk dimanfaatkan dalam mengatur
pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar dan proses pembelajaran
siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Selain
itu pembentukan kelompok khusus diluar kelompok kelas, seperti
kelompok diskusi dan kelompok belajar yang kompak dan harmonis juga
akan berpengaruh terhadap hasil proses belajar mengajar.
e. Pengaruh Fasilitas Fisik
Fasilitas (kemudahan) fisik yang mempengaruhi jalannya proses belajar
mengajar dan hasil-hasil yang akan dicapai adalah:
1) Kemudahan fisik yang ada di sekolah, seperti: kondisi ruang belajar
atau kelas, bangku, papan tulis, laboratorium, perpustakaan, dan
perangkat fisik lainnya yang berhubungan dengan kepentingan proses
belajar mengajar.
2) Kemudahan fisik yang ada di rumah siswa, seperti: ruang dan meja
belajar, lampu, rak buku dan isinya, alat-alat tulis, ventilasi dan
sebagainya.
f. Pengaruh Mata Pelajaran
Tingkat kesukaran, keluasan dan kedalaman makna yang terkandung
dalam bahan pelajaran yang akan turut mempengaruhi sikap dan minat
belajar siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Selain itu,
hubungan antara sebuah mata pelajaran dengan mata pelajaran lain juga
mempengaruhi lancar atau tidaknya pelaksanaan proses belajar mengajar.
g. Pengaruh Lingkungan Luar
Faktor lingkungan luar yang mendorong kelancaran atau kemacetan
proses belajar mengajar, meliputi:
1) Lingkungan sekitar sekolah, seperti: keadaan lingkungan gedung
sekolah, kondisi masyarakat sekitar sekolah, situasi kultural sekitar
sekolah, juga sistem pendidikan dan organisasi administrasi sekolah.
2) Lingkungan sekitar rumah siswa, sseperti: tetangga, fasilitas atau
sarana umum, strata sosial masyarakat, situasi kultural dan lain-lain.

C. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Kegiatan Belajar
Mengajar PAI
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar tetap memegang peranan penting.
Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio,
tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak
unsur-unnsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan,
dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat
dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru
dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan
mempermudah kehidupannya
122
.
Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antar siswa dengan
guru atau antar peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya merupakan
interaksi antar dua kepribadian; kepribadian gurun sebagai orang dewasa dan
kepribadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang mencari
bentuk kedewasaan
123
.
Kepribadian guru sangat mempengaruhi perannya sebagai pendidik dan
pembimbing. Guru mendidik dan membimbing para siswanya tidak hanya dengan


122
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Cet-5; Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2000), hlm. 12

123
Isjoni, Op.Cit, hlm. 77-78
bahan yang sesungguhnnya, tetapi dengan bahan yang disampaikan atau metode-
metode penyampaian yang Mendidik dan membimbing tidak hanya terjadi dalam
interaksi formal, tetapi juga ditularkan. Pribadi guru merupakan suatu kesatuan
antara sifat-sifat pribadinya dan peranannya sebagai pendidik pengajar dan
pembimbing
124
.
Dalam kaitan pembelajaran, guru perlu mengadakan komunikasi dan hubungan
baik dengan anak didiknya. Kemudian yang harus diingat oleh guru adalah
mengadakan komunikasi, hubungan yang harmonis dengan anak didik itu tidak boleh
disalahgunakan
125
.
Dengan sifat ramah, kasih sayang, dan saling keterbukaan yang kemudian dapat
memperoleh informasi mengenai diri anak didik secara lengkap ini, semata-mata
untuk kepentingan belajar anak didik. Tidak boleh untuk kepentingan guru, apalagi
untuk maksud-maksud pribadi guru itu sendiri. Selanjutnya dalam mengusahakan
keberhasilan proses pembelajaran itu, guru juga harus membina hubungan baik
dengan orang tua murid, hal ini diharapkan agar dapat mengetahui anak didiknya.
Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolahnya atau
masyarakat lebih luas untuk kepentingan pendidikan. Selanjutnya acara sendiri atau
bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya
126
.
Oleh sebab itu, kompetensi kepribadian yang telah menjadi persyaratan seorang
guru sesuai Peraturan Pemerintah sangat penting dalam kaitannya dan sangat


124
Ibid, hlm. 78

125
Ibid

126
Ibid
berpengaruh dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya guru agama Islam
yang menjadi pengajar dan pendidik nilai-nilai ajaran Islam, yang harus
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian berisi tentang tempat penelitian/lembaga di mana penelitian
akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya
127
.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri. Alamatnya
di Dusun Pucanganom Desa Brumbung Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri.
Sekolah ini adalah salah satu SMP yang berstatus negeri di Kecamatan Kepung
Kabupaten Kediri dengan memiliki fasilitas yang tidak kalah dengan sekolah lain di
Kabupaten Kediri. Letaknya strategis dan jauh dari keramaian serta polusi yang
dapat mengganggu proses pembelajaran di sekolah.
Peneliti merasa cocok dengan situs ini, karena di sekolah ini terdapat siswa-siswi
yang masih memperhatikan dan menjunjung erat adab sopan santun dalam
kesehariannya, begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di sekolah
ini para siswa terlihat akrab dan penuh kekeluargaan terhadap gurunya terutama guru
Agama Islam yang mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam. Walaupun demikian
keakraban mereka tidak tanpa batas, artinya para siswa masih dapat menempatkan
posisinya sebagai siswa, begitu juga seorang guru Agama yang ada di sana tetap
memegang kode etik profesinya.

B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sesuai dengan namanya,
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman
akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai dengan bagan, tabel,
grafik, gambar atau tampilan lain
128
.


127
M. Zainuddin dan Muhammad Walid, Pedoman Penulisan Skripsi (Cet-1, Malang: Fakultas
Tarbiyah-UIN Malang, 2009), hlm. 42

128
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Cet-13; Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 12

C. Data dan Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh
129
. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data penulis
mengklasifikasikannya menjadi tiga tingkatan huru p dari bahasa Inggris, yaitu
130
:
o p : person, sumber data berupa orang
o p : place, sumber data berupa tempat
o p : paper, sumber data berupa simbol
Data yang dikumpulkan secara garis besar dapat dibagi menjadi
131
:
1) Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh
peneliti.
2) Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh
pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal.

Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1) Data Primer yang diperoleh dari:
a) Guru PAI dan Kepala Sekolah
b) Siswa-siswi SMP Negeri 1 Kepung
2) Data Sekunder yang diperoleh dari:
a) Buku-buku yang terkait dengan penelitian
b) Dokumen-dokumen
c) Catatan-catatan
d) Laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi


129
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 129
130
Ibid
131
M. Zainuddin dan Muhammad Walid, Op.Cit, hlm. 43

D. Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian
132
. Penelitian populasi hanya
dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak terlalu banyak.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua
obyek yang akan diteliti yaitu Guru PAI, Kepala sekolah, dan Siswa. Untuk
siswa yang dijadikan responden dalam pengisian kuesioner penelitian ini dari
kelas IX, karena pada usia ini, siswa sudah lebih dewasa dan nalar pikirannya
sudah semakin baik dan stabil sehingga dapat membedakan yang baik dan tidak
baik. Adapun jumlah populasi dari kelas IX SMP Negeri 1 Kepung ini adalah
288 siswa.

2. Sampel
Yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
133
.
Adapun sampel penelitian ini penulis tentukan dengan menggunakan teknik
random sampling yaitu: pengambilan sampel random, peneliti mencampur
subyek-subyek di dalam populasi, sehingga semua subyek dianggap sama
134
.
Dalam artian random sampling mengambil semua individu yang ada dalam
populasi, sehingga semua dianggap sama atau diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel dalam penelitian dan dalam
pelaksanaannya pengambilan sampel tersebut penulis menentukan dahulu kelas


132
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 130

133
Ibid, hlm. 131

134
Ibid, hlm. 134
berapa dan apa saja yang akan dijadikan sampel. Sampel ini diambil 25% atau
lebih dari keseluruahan jumlah siswa. Mengenai besar kecilnya sampel siswa
yang diambil dalam penelitian penelitian ini didasarkan pada pendapat yang
menyatakan bahwa untuk sekedar ancar-ancar apabila subyeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau
20-25 % atau lebih
135
. Sesuai teori di atas, dalam mengambil jumlah sampel
responden dari poulasi yang ada, maka pada penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 25% lebih yaitu sebanyak 80 siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kepung
Kabupaten Kediri yang terbagi atas kelas IX-C dan IX-D


E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah
136
.
Berdasarkan prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka
instrumen penelitiannya berupa: pedoman observasi (pengamatan), interview
(wawancara), pedoman dokumentasi, dan pedoman kuisioner/angket.

F. Pengumpulan Data


135
Ibid

136
Ibid, hlm. 160
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan
tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti
menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat
peneliti
137
.
Data adalah bagian terpenting dalam suatu penelitian. Untuk kegiatan
pengumpulan data ini peneliti akan berusaha memperoleh dan mengumpulkan
sebanyak-banyaknya. Di mana dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa metode.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah:
1 Metode Pengamatan (Observasi)
Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula pengamatan,
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap
138
.
Dengan menggunakan metode observasi ini peneliti dimungkinkan dapat
melakukan pencatatan dan pengamatan secara sistematis mengenai gejala-gejala
yang diteliti tanpa mengajukan pertanyaan. Metode observasi dilakukan untuk
memperoleh data tentang gambaran kompetensi kepribadian guru PAI dalam
kegiatan belajar mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung.
2 Metode Wawancara (I nterview)
Interview sering juga disebut dengan wawaancaara atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai
keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang
murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu
139
.
Metode ini dilakukan kepada para informan yang telah ditentukan/terkait
dengan obyek yang diteliti.
3 Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki


137
Ibid, hlm. 222

138
Ibid, hlm. 156-157

139
Ibid, hlm. 155
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya
140
.
Metode ini dilakukan dengan cara mengutip berbagai data melalui catatan-
catatan, laporan-laporan, kejadian masa lampau atau peraturan instruksi dan
perundang-undangan yang menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan yang ada di
SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri
4 Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui
141
.
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh kepribadian guru PAI dalam kegiatan belajar mengajar di SMP
Negeri 1 Kepung Kediri.
Dari 2 variabel yang ada, maka dibuatlah angket untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI dalam Kegiatan Belajar
Mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri. Dalam angket ini
pada tiap item soal, menggunakan penilaian dengan skor sebagai berikut :
- Jawaban A = skor 3
- Jawaban B = skor 2
- Jawaban C = skor 1

G. Analisis Data
Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan sudah terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut. Data yang diperoleh
digolongkan menjadi dua jenis yaitu data kualitatif dan data kuantitatif (data yang
berbentuk angka). Karena itu dalam menganalisa data yang bersifat kuantitatif akan
dipergunakan analisa data kemudian digambarkan berdasarkan logika dengan tidak
melupakan hasil dari pengamatan dan interview dalam mengambil suatu kesimpulan.
Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisis data yang telas diperoleh
adalah sebagai berikut
142
:


140
Ibid, hlm. 158

141
Ibid, hlm. 151

142
Ibid, hlm. 290-295
1. Rumus Chi Kwadrat

h
2
h o 2
f
f f
X
Keterangan : X
2
= Chi Kwadrat
f
o
= Frekwensi diobservasikan (menurut data)
f
h
= Frekewnsi nyang diharapkan

= Jumlah (sigma)
2. db = (baris-1) (kolom-1)
Keterangan : db = derajat kebebasan untuk Chi Kuadrat
3. Koefisien Kontigensi (KK)
KK =
N X
X
2
2


Keterangan : KK = Koefisien Kontigensi
X
2
= Harga Chi Kuadrat yang diperoleh
N = Jumlah Responden
4. Untuk memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi Kontingensi
(KK) atau C dengan cara mengubah harga C menjadi Phi (), dengan
rumus
143
:
Phi () = C
C 1
2

BAB IV
HASIL PENELITIAN


143
Anas Sudijono,Pengangtar Statistik Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1987), hlm. 241

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Letak dan Sejarah SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri
SMP Negeri 1 Kepung beralamatkan di Dusun Pucang Anom, Desa
Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Sejak pertama didirikan
sampai sekarang tetap menempati lokasi ini. Sekolah ini adalah salah satu SMP
yang berstatus negeri di Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri dengan memiliki
fasilitas yang tidak kalah dengan sekolah lain di Kabupaten Kediri. Letaknya
strategis dan jauh dari keramaian serta polusi yang dapat mengganggu proses
pembelajaran di sekolah.
Gedung SMP Negeri 1 Kepung berlantai satu yang berada pada sebidang
tanah seluas 12.670 meter persegi, menghadap ke arah barat, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Dusun Pucang Anom Desa Brumbung
Sebelah Timur : Sawah warga Desa Brumbung
Sebelah Selatan : SD Brumbung 1 serta Dusun Jowah Desa Siman
Sebelah Barat : Lapangan Desa Brumbung
Wilayah SMP ini berada di pedesaan yang masih penuh dengan ketentraman,
sehingga apabila anak belajar di tempat ini mereka merasakan sebuah
kenyamanan, kesejukan, serta suasana penuh keindahan dan naturalnya alam
terasa di sini.
SMP ini berdiri sejak tahun 1969. Pendirian sekolah ini atas inisiatif dan
prakarsa dari warga sekitar, akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan sebuah
sekolah dengan nama ST, artinya Sekolah Teknik Pertanian. Hasil dana dan jerih
payah dari swadaya masyarakat Desa Brumbung akhirnya membuahkan hasil
dalam membangun sebuah lembaga pendidikan. ST berkembang terus seiring
berkembangnya zaman dan diakuinya sekolah ini oleh Departemen Pendidikan,
maka bertambah pula bangunan secara bertahap seiring dengan tuntutan warga
yang banyak bersekolah di sini.
Dengan perjuangan gigih tokoh-tokoh dan partisipasi penuh masyarakat,
tidaklah sia-sia. Pada tahun 1975 sekolah ini berubah nama menjadi SMP Negeri
2 Pare, karena menjadi salah satu SMP yang ada di wilayah Kabupaten Kediri
bagian Timur yaitu SMP yang berstatus negeri ke dua setelah SMP Negeri 1 Pare
di kota Pare Kediri.
Akhirnya sampai tahun 1998 sekolah ini berkembang menjadi SMP satu-
satunya yang berstatus negeri di wilayah kecamatan Kepung Kabupaten Kediri
dengan nama SMP Negeri 2 Pare.
Seiring berkembangnya zaman dan aru reformasi saait itu status nama SMP
pun berubah menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), disusul pula
dengan adanya kebutuhan pendidikan menengah bagi masyarakat yang semakin
meningkat di tiap kecamatan, akhirnya SLTP Negeri 2 Pare ini berpindah tempat
di wilayah kecamatan kota Pare Kediri, dan mulai tahun 1998 sekolah ini
berubah nama menjadi SLTP Negeri 1 Kepung, dan menjadi satu-satunya SLTP
berstatus negeri di wilayah kecamatan Kepung Kediri.
Sampai sekarang sekolah ini berkembang pesat dari segi kualitas dan
kuantitas SDA maupun SDM-nya. Banyaknya kebujakan dari pemerintah dalam
hal ini Dinas Pendidikan, nama sekolah ini tahun 2007 tidak lagi menjadi SLTP
akan tetapi kembali nama menjadi SMP Negeri 1 Kepung.
Inilah sekilas sejarah berdirinya dan berkembangnya sekolah yang awalnya
atas prakarsa/dirintis oleh pamong warga desa menjadi sebuah sekolah yang
berstatus negeri dan berkembang pesat sampai sekarang.

2. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Kepung
BAGAN 4.1. STRUKTUR ORGANISASI DEWAN SMP NEGERI 1 KEPUNG






Keterangan :
KETUA
KEPALA SEKOLAH
SEKERTARIS 1
SEKERTARIS 2
BENDAHARA 1
Seksi Bidang
Organisasi
SEKSI BIDANG
Seksi Bidang
Pembangunan
BENDAHARA 2
Seksi Bidang
Pendidikan
Seksi Bidang
Keagamaan
Seksi Bidang
Sosial
Seksi Bidang
HUMAS
: Garis Konsultasi
: Garis Komando

3. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa SMP Negeri 1 Kepung
Setelah kita membahas letak, sejarah, dan struktur organisasi SMP Negeri 1
Kepung, maka berikutnya kami sajikan data tentang keadaan guru dan karyawan
yang ada di SMP ini dalam tabel di bawah ini.
TABEL 4.1. JUMLAH GURU DAN KARYAWAN SMP NEGERI 1 KEPUNG
BERDASARKAN UMUR
Jabatan
Kelompok Umur (Tahun)
< 20 20-29 30-39 40-49 50-59 > 59 Jumlah
Kepala Sekolah
Guru
Tetap 5 9 19 6 39
Tidak Tetap 4 5 1 10
Bantu Pusat 0
Bantu Daerah 0
Jumlah guru 0 9 14 20 6 0 49
Tenaga Administrasi 6 2 3 5 16

TABEL 4.2. PEMBAGIAN TUGAS GURU SMP NEGERI 1 KEPUNG
No.
Kode
Nama / NIP Pangkat Gol.
Tugas
Mengajar
Kelas
VII VIII IX
1 2 3 4 5 6 7
1
Drs.H.Sutrisno, M.Pd
Pembina Tk. I Matematika 10
130 532 247
2
Drs.H.M.Hamim
Pembina IV/a IPS 15 10
131793344
3
Drs. Subandriyo
Pembina IV/a PAI 8 14
131918165
4
Siti Fatimah
Pembina IV/a Budi Pekerti 7 6
130368421
5
Ir. Aksamanto
Pembina IV/a IPA 12 4
130682023
6
Supeno, S.Pd
Pembina IV/a BIN 15
131262708
7
Wahyudi, BA.
Pembina IV/a Penjas 4 12
130902001
8
Mundjilah
Penata Tk. I /
IIId
IPS 15
130815521
9
Drs. Kustomo
Penata Tk. I /
IIId
IPS 25
131100214
10
Suyono, S.Pd
Penata Tk. I /
IIId
Seni Budaya

14
131095622
P. Budi
Pekerti
3
11
Irawan
Penata Tk. I /
IIId
PKn 6 14
131095895
12
Siti Farida, S.Pd
Pembina IV/a Matematika 5 15
131576040
13
Hari Setyolelono,
S.Pd
Pembina IV/a IPA 8 12
131391787

14
Sugiono, S.Pd
Penata Tk. I /
IIId
Matematika 10 10
131577061
15
Suratmi, S.Pd
Penata Tk. I /
IIId
BIN 20
131266584
16
Prantini
Penata Tk. I /
IIId
BIN 25
131255075
17
Lilik Indriani
Penata Tk. I /
IIId
IPA 20
131254980
18
Edi Sukarsono, S.Pd
Pembina IV/a Matematika 20
131849986
19
Wiji Supeni, S.Pd
Penata Tk. I /
IIId
Seni Budaya 14


131854186
P. Budi
Pekerti
4
20
Jaenuri
Penata Tk. I /
IIId
Seni Budaya 2 14

131764957 Bhs. Jawa 6
21
Jaelani, S.Pd
Penata Tk. I /
IIId
IPA

16
131957970 Matematika 5
22
Rumanti Pudjiastutik
Penata Tk. I /
IIId
PKn 14 6
131391694
23
Witono, S.Pd
Penata Tk. I /
IIId
Matematika 20
131426655
24
Jumiatin
Penata Tk. I /
IIId
Bhs. Jawa 6 14
131425225
25
Ida Sulistyorini, S.Pd
Penata Tk. I /
IIId
Bhs. Inggris 20
131861070
26
Samiran, S.Pd.I
Penata Muda /
IIIa
Matematika 25
510162144
27
Drs. Triadi Wahyu J.
Penata / IIIc
Bhs.
Indonesia
10 15
132202322
28
Chalimatus S. S.Pd
Penata / IIIc Bhs. Inggris 20
132202322
29
Yuni Harini, S.Pd
Penata Muda /
IIIa
Bhs. Inggris 12 8
510144278
30
Etik Rahayuningsih,
S.Pd
Penata Muda /
IIIa
IPS 10 10
510157011
31
Bambang Wiratno,
S.Pd
Penata Muda /
IIIa
Penjas 14
130818822
32 Koesdaridjati -
PAK 2 2 2
Bhs. Jawa 8
33 Kasihati, S.Pd -
PAH 2 2 2
Bhs. Jawa 6
34 Oemi Fatimah, S.Pd - Bhs. Inggris 12 4
Bhs. Jawa 6
35 Fitri Sri Utami, S.Pd - Tinkom 8 14
36 Hariyanto, S.Pd - Tinkom 16 8
37 Kustianik, S.Pd - IPA 16
39 Ririn Wahyuni, S.Pd - Bhs. Inggris 8 4
40
A. Fakhori Amin,
S.Pd
-
Penjas 10 2

IPS 5 5
41
Farida Trisnasusila,
S.Pd
-
Bhs.
Indonesia
5 20
42 Dasar, S.Pd.I - PAI 14 4
43 Sutopo -
P. Budi
Pekerti
1 1
44 Mustajib, S.Ag - PAI 2 2
45 Suparmo - PAK 2 2
46 Riskha S., S.Pd - IPS 10 5
47 M. Siswanto, S.Pd - Penjas 2 2
48 Murtomo, S.Pd - Bhs. Jawa 2 2
49 Mamik, S.Pd - PKn 2 2
50 Puji Setiarso - Seni Budaya 2 2

Dari dua tabel di atas dapat diuraikan bahwa tenaga kependidikan SMP
Negeri 1 Kepung terdiri atas Guru Tetap (GT) sebanyak 39 orang, Guru Tidak
Tetap (GTT) sebanyak 10 orang, serta 16 Karyawan Tata Usaha.
Berikutnya adalah kondisi siswa-siswi yang menuntut ilmu di sekolah ini
adalah dapat dilihat melalui tabel berikut ini :


TABEL 4.3. DATA SISWA SMP NEGERI 1 KEPUNG DALAM 4 (EMPAT)
TAHUN TERAKHIR
Tahun
Ajaran


Jumlah
Pendaftar

Kelas I Kelas II Kelas III
Jumlah
Kelas I, II, dan
III

Jumlah
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Siswa
2005/2006 358 org 303 org 7 rbl 287 org 7 rbl 273 org 6 rbl 863 org 20 rbl
2006/2007 365 org 313 org 7 rbl 299 org 7 rbl 278 org 7 rbl 890 org 21 rbl
2007/2008 377 org 368 org 8 rbl 308 org 7 rbl 282 org 7 rbl 958 org 22 rbl
2008/2009 427 org 367 org 7 rbl 353 org 8 rbl 288 org 9 rbl
1008
org
24 rbl

Dari tabel di atas dapat kita katakan bahwa di setiap tahunnya jumlah
pendaftar di SMP Negeri 1 Kepung mengalami peningkatan, serta dari pendaftar
itu siswa yang di terima disesuaikan dengan jumlah ruang belajar yang tersedia.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Kepung
SMP Negeri 1 Kepung berada pada sebidang tanah dengan keliling
seluruhnya 491 meter dan sudah diberi pagar termasuk pagar hidup. Luas
tanahnya adalah 12.670 meter persegi dengan status milik sendiri bersertifikat.
Luas bangunannya 9.134 meter persegi, halamannya 9.348 meter persegi,
lapangan olahraga seluas 448 meter persegi, serta kebun seluas 228 meter
persegi, dan sisanya 784 meter persegi.
TABEL 4.4. RUANG DI SMP NEGERI 1 KEPUNG
No Jenis Ruang
Milik
Bukan
Milik
Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat
Jml
Luas
(m2)
Jml
Luas
(m2)
Jml
Luas
(m2)
Jml
Luas
(m2)
1 Ruang Teori/Kelas 21 2076
2 Laboratorium IPA 1 156
3 Laboratorium Kimia
4 Laboratorium Fisika
5 Laboratorium Biologi
6 Laboratorium Bahasa
7 Laboratorium IPS
8 Laboratorium Komputer
9
Laboratorium
Multimedia
10 Ruang Perpustakaan 1 84
11 Ruang Ketrampilan
12 Ruang Serbaguna
13 Ruang UKS 1 26
14 Ruang Praktik Kerja
15 Bengkel
16 Ruang Diesel
17 Ruang Pameran
18 Ruang Gambar
19 Koperasi/Toko 1 12
20 Ruang BP/BK 1
21 Ruang Kepala Sekolah 1 28
22 Ruang Guru 1 60
23 Ruang TU 1 49
24 Ruang OSIS
25 Kamar Mandi/WC Guru 3 4,5
26 Kamar Mandi/WC Siswa 5 13,5
27 Gudang
28 Ruang ibadah 1 81
29
Rumah Dinas Kepala
Sekolah
30 Rumah Dinas Guru
31 Rumah Penjaga Sekolah 1 30
32 Sanggar MGMP
33 Sanggar PKG
34 Asrama Siswa
35 Unit Produksi
36 Ruang Multimedia
37
Ruang Pusat Belajar
Guru OR
38 Ruang lain-lain 784

Dari tabel di atas dapat kita gambarkan bahwa SMP Negeri 1 Kepung
memiliki 21 ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang Perpustakaan, 1
ruang UKS, 1 ruang KOPSIS, 1 Ruang Kepala Sekolah, 1 ruang Guru, 1 ruang
TU, 3 toilet guru, 5 toilet siswa, 1 tempat ibadah (musholla), dan 1 rumah
penjaga sekolah, serta ada beberapa ruang lainnya.

B. Penyajian Data
1. Kompetensi Kepribadian Guru PAI di SMP Negeri 1 Kepung
Kabupaten Kediri
Menurut penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kepung
Kabupaten Kediri bahwa guru yang ada di sekolah ini, terutama guru PAI
semuanya berjumlah tiga orang, dapat dikatakan sudah memiliki kompetensi
kepribadian yang cukup baik.
Hal ini dapat dibuktikan pada hasil angket yang diisi oleh para siswa SMP
Negeri 1 Kepung sebagai suatu jawaban atas bagaimana kepribadian guru di
sana, hasilnya adalah cukup baik yaitu sejumlah 75 siswa dari 80 siswa
menyatakan baik, juga dijelaskan oleh Kepala SMP Negeri 1 Kepung yang
menyatakan guru Agama di SMP Negeri 1 Kepung sudah memiliki kompetensi
kepribadian yang cukup baik.
Menurut Kepala SMP N 1 Kepung Bapak Drs. Leksono Widodo, S.Pd, MM.
menyatakan bahwa guru agama di SMP tersebut sudah cukup baik sesuai dengan
bidang yang diajarkannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan beliau sebagi
berikut:
Guru agama islam ya di sekolah ini, alhamdulilah sudah cukup memadai ada
tiga guru PAI yang semuanya dalam kondisi baik artinya sudah memiliki gelar
kesarjanaan dan sesuai dengan jurusannya
144
.


144
Wawancara dengan Leksono Widodo, Kepala SMP Negeri 1 Kepung Kediri, tanggal 23 Maret
2009, (Lampiran 5)
Menjawab soal apakah kepribadian guru di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten
Kediri tersebut sudah memenuhi syarat, beliau mengatakan :
Sepanjang pantauan saya iya, sangat mencerminkan kepribadian yang baik
kepada warga di lingkungan sekolah ini
145
.
Jelaslah bahwa apa yang disampaikan oleh Kepala SMP Negeri 1 Kepung di
atas mengindikasikan bahwa para guru, khususnya guru PAI yang ada di SMP
Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri ini telah memiliki standar kompetensi
kepribadian yang cukup baik.
Kepribadian guru agama Islam sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di sekolah, hal ini disampaikan pula oleh Bapak Drs.
Subandriyo, selaku guru PAI, beliau menyatakan:
Kalau diukur penting ya penting, ya namanya guru itu personifikasi dari sebuah
nilai dan yang sulit ini membangun kesadaran nuansa kegamaan di sekolah ini
berpengaruh di PAI juga yang lain. Ini sulit ya, artinya adanya perubahan cara
berpikir membangun kehidupan beragama bukan PAI saja, termasuk dalam
memberikan keteladanan ini. Guru pelajaran yang lain juga. Jadi kita bersama-
sama satu team warga sekolah ini
146


Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Dasar S.A.g, bahwa
kepribadian tidak hanya guru PAI saja melainkan semua guru di sekolah tersebut
harus memiliki kompetensi kepribadian. Juga Bapak Drs, Suradi, S.Pd.I,
menambahkan :


145
Ibid

146
Wawancara dengan Subandriyo, Guru PAI kelas IX SMP Negeri 1 Kepung Kediri, tanggal 21
maret 2009, (Lampiran 5)
Sangat penting juga, masalahnya guru sebagai suri teladan, uswatun hasanah ya
guru-guru di sini sudahlah memenuhui syaratlah iya-iya
147


Jadi jelaslah bahwa kepribadian guru itu sangat penting dan merupakan suatu
modal yang harus dimiliki oleh semua guru, khususnya guru Pendidikan Agama
Islam sebagai pencerminan nilai ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi
anak didiknya.
Masalah kualifikasi kepribadian guru Bapak Leksono Widodo menyatakan:
Guru harus dapat menguasai siswanya artinya bisa membawanya pada suasana
belajar yang penuh akrab dan menyenangkan, mengerti kondisi siswa, memiliki
akhlak yang baik sehingga menjadi panutan siswanya
148
.

Bapak Drs. Subandriyo menyatakan :
Komitmen melaksanakan tugasnya kuat, ditugaskan negara untuk mendidik paling
tidak melaksanakan tugas di atas standart lahmisalnya kalau dinilai angka di
atas angka delapan lahsifat-sifat lain itu sepertinya semua akhlak mulia harus
dimiliki oleh guru,..tanggungjawab, kasih sayang, kepedulian kepada anak, segala
macam pokoknya semua akhlak mulia harus dimiliki oleh gurukarena dia itu
contoh bagi anak, mendidikn dengan memberi contoh pada anak, pribadi guru
harus nilai-nilai keagamaannya supaya dia nanti dilihat oleh anak berarti nanti dia
belajar dengan melihat contoh itu
149


Ditambahkan oleh Bapak Dasar S.Ag:


147
Wawancara dengan Suradi, guru PAI kelas VI SMP Negeri 1 Kepung Kediri, tanggal 21 Maret
2009, (Lampiran 5)

148
Wawancara dengan Leksono Widodo, Loc.Cit

149
Wawancara dengan Subandriyo, Loc,Cit, (Lampiran 5)
Intropeksi dulu sebelum bertindak, dalam bahasa jawa guru digugu dan ditiru,
harus memberikan contoh sehingga harus memberikan yang terbaik untuk anak-
anak
150
.

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Suradi bahwa guru harus dapat
dijadikan uswatun hasanah. Jadi Kualifikasi kompetensi kepribadian guru harus
memiliki indikator dapat memiliki komitmen yang baik dalam menjalankan
tugasnya, tanggungjawab, kasih sayang, dan akhlak mulia yang dapat dijadikan
teladan baik peserta didiknya, hal ini sesuai dengan paparan yang terkandung
dalam PP No.19 Tahun 2005.
Menyinggung masalah pentingnnya kepribadian guru, para guru PAI SMP
Negeri 1 Kepung sependapat bahwa hal itu sangat penting sekali bagi guru,
khususnya guru PAI. Hal ini dikarenakan guru adalah personifikasi dari sebuah
nilai, di mana seorang guru dapat menjadi suri teladan yang baik bagi siswa-
siswinya.
Menurut Pak Subandriyo, Guru PAI itu harus memiliki komitmen
kepribadian yang kuat dalam melaksanakan tugasnya, tanggungjawab, kasih,
sayang, kepedulian kepada anak dan semua akhlak mulia harus ada pada guru
PAI sebagai uswatun hasanah bagi anak didiknya. Ditambahkan oleh Pak Dasar
bahwa guru harus intropeksi dahulu sebelum bertindak karena hal ini akan
berpengaruh pada siswanya.


150
Wawancara dengan Dasar, Guru PAI kelas VI dan VII SMP Negeri 1 Kepung Kediri, tanggal 21
maret 2009, (Lampiran 5)
Masalah faktor yang mempengaruhi kepribadian guru menurut Pak
Subandriyo adalah dari faktor prndidikannya yaitu kontinuitas pendidikan
agamanya, bahkan kalau lebih mantap lagia apabila guru agama ini pernah
mengenyam pendidikab pesantren, disamping itu faktor sosial keagamaannya
yaiti pada pergaulannya dengan keluarga dan lingkungannya. Menurut Pak Dasar
faktor ekonomi juga berpengaruh pada kinerja guru yang mempengaruhi
pribadinya pada keseriusan dan komitmennya dalam menjalankan tugas.


2. Kegiatan Belajar Mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten
Kediri
Menurut Bapak Subandriyo selama ini klegiatan belajar menhgajar berjalan
dengan baik dan lancar, walaupun banyak juga kendalanya. Diantaranya untuk
semeester ini pengadaan sumber belajar tidak ada (LKS tidak ada), hal ini
membuat beliau kesulitan dan KBM terpusat pada guru, tetapi beliau dapat
mengatasinya dengan jalan siswanya diarahlkan untuk foto copy dan memberikan
penugasan supaya KBM berjalan secara efektif dan efisien.
Mengamati Kegiatan Belajar Mengajar PAI, Bapak Dasar menyatakan:
Alhamdulillah dalam kegiatan belajar mengajar khususnya Pendidikan Agama
Islam selama ini di dalam saya mengajarnya menggunakan kurikulum yang
sudah ada, kemudian ada tambahan-tambahan yang lain bagaimana siswa
memahami setiap babnya
151
.

Hal di atas senada dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Suradi, bahwa
KBM dapat berjalan dengan lancar dan baik walaupun ada kendalanya dapat
diatasi dengan baik.
Dalam kegiatan Belajar mengajar metode yang digunakan dintaranya adalah
ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Variasi daklam penggunaan metode
mengajar ini sangat berpengaruh pada KBM yang lebih baik, menyenangkan dan
membuat siswa tidak bosan dalam belajarnya.
Tentang faktor pendukung dan penghambat dalam proses belajar mengajar,
Bapak Subandriyo menyampaikan:
Sebenarnya yang paling banyak itu misalnya kemampuan membaca al-Qur'an itu
kalau siswa tidak belajar di luar guru sulit sekalijamnya sedikit kalau di
sekolah dituntut menuntaskan bacaan itu masih sangata sulit..Jadi yang perlu
dipantau adalah pada materi-materi praktek ibadah, ya seperti membaca Al-
Qur'an tadi, sholat dan sebagainya, harus dipantau mulai kelas satu sampai kel;as
tiga bahaimana nanti perkembangannya.kemudian yang mendukung ini adalah
siswa yang mampu fotokopi atau mereka cari sumber lainya saya tidak maksa
potokopi tapi ya setidaknya mereka berusaha dan saya pun usaha membuatkan
buku ajar kepada mereka.Faktor penghambat penilaian lebih pada aspek
penguasaan konsep saja, masih sangat dominant, artinya kalau ada anak menurut
tata norma itu kurang pas itu masih ada jalan untuk dima'afkan gitu
152


Bapak Dasar, S.Ag, menambahkan :


151
Ibid

152
Wawancara dengan Subandriyo, Loc.Cit
Faktor pendukungnya dari proses belajar mengajar itu termasuk dari buku yang
sudah ada kemudian dari al-qur'an, dari hadits-hadits yang sifatnya umum,
termasuk menguiraikan, menjelaskan sehingga nanti anak-anak bias
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, itu termasuk dari sumber buku-
buku yang relevan, factor lain sering memberikan tugas, saya lihat dan saya cari
kreatifnya dari anak-anak, kalau semester satu ini asaya ajari qiro'at semester
dua ini saya ajari dari masyarakat pada umumnya latihan tiba'iyah, termasuk
keterampilan. Penghambat dari KBM mungkin semua sekoplah juga sama, anak
yang malas ada yang pandai dan tidak, itu semua bias di atasi kalau kita bisa
mengusai kelas, mengelola kelas. Metode tanya jawab sebelumnya bab di mulai,
kemudian masuk pelajaran biasa, terakhir saya tannya lagi untuk mengetahui
sejauh mana anak-anak bias menguasai pelajaran
153


Bapak Suradi, menyatakan:
Yang mendukung itu sarana prasarana cukuplah dan gurunya cukuplah gak ada
masalah, siswanya ada yang istimewa kadang-kadang ya namanya anak bisa
diambil mana yang rata-rata mendekati baik, ya rata-rata
baiklahpenghambatnya kalau semester dua ini untuk guru, sekarang lks gak
ada anak-anak pada photocopy, ya agak terlambat juga, tapi ya bisa di atas
154


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendukung dari kegiatan belajar
mengajar adalah pada fasilitas yang ada dalam pelaksanaan KBM, kemampuan,
kesiapan dan kreatifitas guru, dan kesiapan dan keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran. Sedangkan faktor penghambatnya adalah ketika ada salah satu dari
komponen belajar tersebut tidak terpenuhi atau berjalan tidak baik, pasti akan
menghambat lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu kompetensi pribadi,
kecakapan, serta keterampilan dalam mengelola kelas dengan baik, sehingga
KBM dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran


153
Wawancara dengan Dasar, Loc.Cit

154
Wawancara dengan Suradi, Loc.Cit.
Sesuai dengan dokumentasi nilai yang diperoleh, menyatakan bahwa hasil
dari KBM PAI di kelas IX-C dan IX-D cukup baik, ini dikarenakan antusias dan
keuletan siswa dalam belajar PAI di kelas bersama guru PAI yang cukup baik
dalam mengajarnya. Hasil siswa ini dapat dilihat pada bagian lampiran skripsi
ini.
Dari data angket juga diperoleh hasil yang cukup bagus dalam proses
kegiatan belajar mengajar PAI di sekolah ini. Hal ini terbukti dari 80 responden
yang menjawab bahwa KBM berjalan dengan baik dan hasilnya baik adalah
sebanyak 70 siswa.
Berdasarkan hasil temuan data dan uraian data di atas dapat disimpulkan
bahwa Kegiatan Belajar Mengajar, khususnya KBM PAI di SMP Negeri 1
Kepung sudah cukup baik.

3. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Kegiatan Belajar
Mengajar di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri
Untuk membuktikan pengaruh yang signifikan kompetensi kepribadian guru
PAI dalam Kegiatan Belajar Mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung, maka
peneliti menggunakan metode angket yang disebarkan kepada para siswa.
Berdasarkan teori yang dipakai pada skripsi ini, peneliti mengambil sampel
penelitian sebanyak 25% lebih untuk membuktikan pengaruh kompetensi
kepribadian guru PAI dalam kegiatan belajar dan mengajar di SMP Negeri 1
Kepung.
Populasi yang diambil adalah kelas IX, karena dari segi pertumbuhan dan
perkembangan psikologisnya, mereka sudah dianggap cukup matang dan dapat
menjawab pertayaan kuesioner dengan tepat. Dari populasi berjumlah 288 siswa
diambil 80 siswa yang terbagi dalam 2 kelas. Sampel kamu adalah dari kelas IX-
C dan IX-D. Data responden angket penelitian ini akan dilampirkan pada skripsi
ini. Adapun data hasil penelitian angket adalah sebagai berikut :
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
TABEL 4.5. DATA HASIL ANGKET KOMPETENSI KEPRIBADIAN
GURU PAI DI SMP NEGERI 1 KEPUNG

N
o
Kompetensi Kepribadian Guru PAI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 37
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 28
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 40
4 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 37
5 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 36
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
7 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 41
8 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 37
9 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 36
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
11 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 23
12 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 35
13 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 37
14 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 33
15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
16 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 36
17 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 38
18 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 33
19 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 39
20 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 39
21 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 36
22 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 37
23 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 39
24 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 34
25 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 34
26 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 41
27 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41
28 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 36
29 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 36
30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41
31 2 2 3 3 3 2 2 2 1 1 2 3 2 3 31
32 2 2 3 3 3 1 3 2 2 2 2 2 3 2 32
33 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 39
34 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 35
35 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 33
36 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 36
37 3 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 29
38 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41
39 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 36
40 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 38
41 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 39
42 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 33
43 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 36
44 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 35
45 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 37
46 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 35
47 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 36
48 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 33
49 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 35
50 2 2 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 2 3 35
51 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 34
52 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 37
53 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 39
54 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 36
55 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 36
56 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 38
57 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41
58 2 2 2 3 2 1 3 1 2 2 1 2 2 3 28
59 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 37
60 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 37
61 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 37
62 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 35
63 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 35
64 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 36
65 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 39
66 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 38
67 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 38
68 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 39
69 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 36
70 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 40
71 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 39
72 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 39
73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
74 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 38
75 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 36
76 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 39
77 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 35
78 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 37
79 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 22
80 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 37

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
TABEL 4.6. DATA HASIL ANGKET KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR PAI DI SMP NEGERI 1 KEPUNG

No
KBM
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 27
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
3 3 3 3 2 2 3 3 1 1 2 23
4 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 26
5 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 25
6 3 2 3 3 2 2 3 1 2 3 24
7 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 27
8 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 25
9 3 2 2 2 2 3 3 1 1 3 22
10 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 26
11 3 2 2 2 1 2 3 1 1 2 19
12 3 3 3 2 2 3 3 1 2 3 25
13 2 2 2 3 3 3 3 1 2 3 24
14 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 24
15 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 24
16 3 3 2 2 3 2 3 1 2 2 23
17 3 2 3 2 1 3 3 1 2 3 23
18 3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 23
19 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 22
20 3 3 3 2 2 3 3 1 2 3 25
21 3 3 2 3 3 2 3 1 1 2 23
22 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
23 3 3 3 2 2 2 3 1 2 2 23
24 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 21
25 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 21
26 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 25
27 3 3 3 2 2 2 3 1 2 2 23
28 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 25
29 3 2 2 2 2 3 3 1 1 2 21
30 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 23
31 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 20
32 3 2 3 2 2 2 3 1 1 3 22
33 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 21
34 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 22
35 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 23
36 3 3 3 3 2 2 3 1 2 2 24
37 3 2 3 3 3 2 3 1 2 3 25
38 3 3 2 3 1 2 3 1 2 3 23
39 2 2 2 2 1 2 3 1 1 3 19
40 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 26
41 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 20
42 3 3 3 2 2 2 3 1 2 3 24
43 2 2 2 1 1 2 3 1 2 3 19
44 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 23
45 3 2 3 2 2 2 3 1 2 3 23
46 3 3 3 2 3 2 3 1 2 3 25
47 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 20
48 3 3 1 2 1 2 3 1 2 3 21
49 3 3 2 3 2 3 3 1 1 3 24
50 3 2 2 2 2 2 3 1 1 3 21
51 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 21
52 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 22
53 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 22
54 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 23
55 3 2 2 2 1 2 3 1 1 2 19
56 3 3 2 2 2 2 3 1 1 3 22
57 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 24
58 3 2 3 2 2 2 3 1 2 3 23
59 3 3 3 2 2 2 3 1 2 2 23
60 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 26
61 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 26
62 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 21
63 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 25
64 3 3 2 2 1 3 3 1 2 3 23
65 3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 23
66 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 21
67 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 22
68 3 3 2 2 2 3 3 1 1 2 22
69 3 2 2 2 2 2 3 2 1 3 22
70 3 3 3 2 3 2 3 1 2 2 24
71 3 3 2 2 2 2 3 1 1 3 22
72 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 24
73 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 22
74 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 23
75 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 21
76 3 3 3 2 2 3 3 1 2 3 25
77 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 22
78 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 21
79 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 20
80 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 22
Sesuai dengan data hasil angket, maka diperoleh rekapitulasi data sebagai
berikut:
TABEL 4.7. DATA HASIL ANGKET KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
PAI SMP NEGERI 1 KEPUNG KABUPATEN KEDIRI

Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Kategori Skor Frekwensi
Baik 14-28 75
Kurang Baik 29-42 5
Jumlah 80

TABEL 4.8. DATA HASIL ANGKET KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
PAI SMP NEGERI 1 KEPUNG KABUPATEN KEDIRI DARI 80
RESPONDEN

Kegiatan Belajar Mengajar PAI
Kategori Skor Frekwensi
Baik 14-28 70
Kurang Baik 29-42 10
Jumlah 80

Dari hasil tabel di atas antara kompetensi kepribadian guru PAI dengan
Kegiatan Belajar Mengajar, dapat disimpulkan melalui tabel berikut ini:
TABEL 4.9. DATA KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DAN
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PAI DI SMP NEGERI 1 KEPUNG
KABUPATEN KEDIRI DARI 80 RESPONDEN

Kompetensi Kepribadian
Guru PAI
Kegiatan Belajar Mengajar
Baik Kurang Baik
Baik 68 7 75
Kurang Baik 2 3 5
Jumlah ( ) 70 10 80

Dari hasil data di atas, untuk mencari Chi Kuadrat, maka diperlukan
penghitungan f
h,
dari tabel di atas dengan rumus:
f
h
= Jumlah Baris x Jumlah Kolom
Jumlah Semua

Hasil dari perhitungan dengan rumus di atas dapat dilihat pada tabel nerikut:
TABEL 4.10. TABEL KERJA UNTUK MENGETAHUI HARGA CHI
KUADRAT

Sel f
o
f
h
f
o
- f
h
(f
o
- f
h
)
2
(f
o
- f
h
)
2

f
h

1 68 65,625 2,375 5,640625 0,08595
2 7 9,375 -2,375 5,640625 0,60167
3 2 4,375 -2,375 5,640625 1,28929
4 3 0,625 2,375 5,640625 9,025
80 80 0 - 11,00191

Dari penghitungan melalui tabel di atas diketahui:

h
2
h o 2
f
f f
X = 11,00191
db = (baris-1) (kolom-1)
= (2-1)(2-1)
= 1
Harga Chi kuadrat di atas, dikonsultasikan dengan tabel harga kritik
2
db= 1
(konsultasi tabel pada lampiran). Dengan taraf signifikansi 5% dan db=1, maka
dalam tabel terdapat harga kritik
2
sebesar 3,84, dan pada taraf signifikan 1%
db=1, harganya sebesar 6,63. Maka ini berarti hipotesa nol ditolak karena harga

2
yang diperoleh lebih besar dari pada harga
2
tabel. Sehingga disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru PAI
dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri.
Setelah harga Chi Kuadrat (
2
) diketahui, untuk mengetahui tinggi rendahnya
pengaruh antara kedua variabel, maka selanjutnya adalah disubtitusikan ke
dalam rumus Koefisien Kontingensi:
KK =
N X
X
2
2


=
80 0191 , 11
00191 , 11


=
00191 , 91
11,00191

= 120898 , 0
= 0,3477
Untuk memberikan interpretasi terhadap KK atau C, maka harga KK diubah
dahulu dalam bentuk Phi () dengan rumus sebagai berikut:
Phi () = C
C 1
2

Phi () = 0,3477
) 3477 , 0 ( 1
2

Phi () = 0,3477
120895 , 0 1

Phi () = 0,3477
879105 , 0

Phi () = 0,3477
0,9376

Phi () = 0,37084
Phi () di atas dikonsultasikan dengan nilai r tabel product moment yang
tersedia. Diketahui pada df=80, r
tabel
pada taraf signifikan 5% adalah 0,217 , dan
pada taraf siginifikan 1% adalah

0, 283.
Dengan demikian, Phi () yang berasal dari perubahan atas KK tersebut lebih
besar dari pada Phi () yang berada di tabel, baik dengan signifikasi 5% maupun
1%, sehingga hipotesis nol ditolak, artinya ada pengaruh positif yang signifikan
antara kompetensi kepribadian guru PAI dengan Kegiatan Belajar Mengajar PAI
di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Kompetensi kerpibadian guru merupakan salah satu kompetensi yang terpenting
dari beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada
penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia
155
.
Guru Agama Islam sebagai pengajar dan pendidik sudah selayaknya memiliki
kepribadian yang mulia, sebab kepribdian guru yang baik merupakan kunci bagi
kesuksesan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru perlu
mengintropeksi dirinya, apakah sudah menjadi teladan baik dalam tingkah laku
sehari-hari dan mampu menangani dengan baik kegiatan pendidikan bagi siswanya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
kompetensi kepribadian guru PAI adalah seperangkat kecakapan, kemampuan,


155
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana? (Bandung: YRAMA WIDYA,
2008), hlm. 243
kekuasaan, kewenangan yang dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang semua itu terorganisir dalam suatu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan dan bersifat dinamis dan khas (berbeda dengan orang lain).
Menurut penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kepung Kabupaten
Kediri bahwa guru yang ada di sekolah ini, terutama guru PAI semuanya berjumlah
tiga orang, dapat dikatakan sudah memiliki kompetensi kepribadian yang cukup baik.
Hal ini dapat dibuktikan pada hasil angket yang diisi oleh para siswa SMP Negeri
1 Kepung sebagai suatu jawaban atas bagaimana kepribadian guru di sana, hasilnya
adalah cukup baik yaitu sejumlah 75 siswa dari 80 siswa menyatakan baik, juga
dijelaskan oleh Kepala SMP Negeri 1 Kepung yang menyatakan guru Agama di
SMP Negeri 1 Kepung sudah memiliki kompetensi kepribadian yang cukup baik.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa guru yang ada di SMP Negeri 1 Kepung
sudah memenuhi standar kompetensi khususnya kompetensi kepribadian guru,
sehingga sudah sangat sesuai untuk melaksanakan profesinya sebagai guru yang
diharapkan oleh teori dan PP yang telah diuraikan pada bab dua skripsi ini.

B. Kegiatan Belajar dan Mengajar PAI
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk
pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar
156
.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi
interaksi guru siswa, siswa siswa pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah
makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru siswa sebagai
makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan
pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subyek dan sekaligus
juga sebagai obyek dalam pengajaran, maka inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran
157
.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Kepung,
menggambarkan bahwa antara guru dan siswa di sana terjalin suatu hubungan yang
baik dan harmonis, penuh kekeluargaan dan keakraban. Ini merupakan indikasi
adanya interaksi yang baik dalam lingkungan sekolah.
Begitu pula dalam proses belajar mengajarnya, dari pengamatan dapat dikatakan
bahwa KBM di sana, khususnya pada mata pelajaran PAI berjalan dengan lancar,
baik guru maupun siswa mengalami suatu proses belajar dan mengajar dengan penuh
semangat dan konsentrasi.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar


156
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Cet-5; Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2000), hlm. 28

157
Ibid
mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu
perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model
158
.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang
lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru dan siswa, tetapi berupa interaksi
edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran ,
melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar
159
.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada tiga nara sumber ini menyatakan
bahwa kegiatan belajar dan mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Menurut
Bapak Subandriyo, untuk tahun ini khususnya pada semester ini guru kesulitan
dalam memberikan pelajaran karena siswa tidak memiliki LKS atau bahan
pelajaran/buku materi, sehingga proses belajar mengajar kembali pada guru yang
seakan-akan menjadi sumber utama pembelajaran. Tetapi hal itu menurutnya diatasi
dengan membujat buku ajar yang kemudian difoto kopi oleh siswa. Kemudian
menurut Pak Dasar dan Pak Suradi semua itu dapat teratasi dengan memberi
tambahan-tambahan dari bahan lain yang relevan.


158
Uzer Usman, Menjadi Guru Professional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 1

159
Ibid
Menurut mereka metode yang dipakai dalam KBM tidak lepas dari ceramah,
kemudian untuk memacu daya ingat dan tangkap siswa akan pelajaran digunakan
variasi metode, yang swering dilakukan adalah tanya jawab dan penugasan.
Adapun faktor yang mendukung proses belajar dan mengajar di SMP Negeri 1
Kepung ini menurut Pak Subandriyo adalah pada kontinuitas anak-anak dalam
belajar membaca al-Qur'an di luar sekolah serta hasil jerih payah mereka dalam
mencari sumber belajar sendiri-sendiri tanpa paksaan dalam mencapai pemahaman
mereka akann pelajaran PAI. Menurut Pak Dasar adalah selain dari buku pendukung,
Quran dan hadits yang umum, juga melalui penugasan yang diberikan kepada siswa
untuk dapat memahami dan mempraktekkan kandungan dari materi pelajaran yang
diajarkan juga penggalian bakat mereka dalam hal ketterampilan yang bersifat religi
seperti qira'at (seni baca al-qur'an), diba'iyah dan sebagainya. Menurut Pak Suradi
adalah sarana pendukung berupa sarana yang memadai diikuti dengan SDM guru
yang cukup kompeten.
Kemudian untuk faktor penghambatnya menurut Pak Subandriyo pada PAI ini
yang dikritik beliau adalah pana penilaiannya hanya berdasarkan aspek penguasaan
konsep (kognitif) saja, bukan pada penilaian aspek perilaku dan prkteknya dalam
kehidupan sehari-hari, walaupun ada tapi kalau yang aspek kedua dan ketiga ini fatal
cenderung untuk dima'afkan. Menurut Pak Dasar dan Pak Suradi adalah pada anak
didiknya ada yang rajin, malas dan sebagainya, namun itu semua bisa diatasi.
Pada suatu proses pelaksanaan suatu kegiatan pastilah ada yang namanya
hambatan atau kendala, ada pula faktor yang mendukung. Ini sudah menjadi hal yang
wajar dalam proses pembelajaran untuk mencapai hal yang lebih baik lagi. Guru
harus dapat belajar dari pengalamannya, dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya
serta suatu integritas kepribadian yang dimiliki, sudah tentu pasti ia dapat mengatasi
suatu permasalahan di kelas dengan arif, bijaksana, dan penuh kedewasaaan.
Sesuai dengan dokumentasi nilai yang diperoleh, menyatakan bahwa hasil dari
KBM PAI di kelas IX-C dan IX-D cukup baik, ini dikarenakan antusias dan keuletan
siswa dalam belajar PAI di kelas bersama guru PAI yang cukup baik dalam
mengajarnya. Hasil siswa ini dapat dilihat pada bagian lampiran skripsi ini.
Dari data angket juga diperoleh hasil yang cukup bagus dalam proses kegiatan
belajar mengajar PAI di sekolah ini. Hal ini terbukti dari 80 responden yang
menjawab bahwa KBM berjalan dengan baik dan hasilnya baik adalah sebanyak 70
siswa.
Dari beberapa realita yang dijumpai di atas dapat disimpulkan bahwa secara
teoritis dan realistis di lapangan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI sangat
memiliki andil, peran, serta pengaruh yang cukup besar dalam proses dan
menentukan hasil belajar mengajar di sekolah.

C. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Kegiatan Belajar dan
Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru memiliki peranan penting dan
besar pengaruhnya. Dalam KBM, komponen yang diperlukan salah satunya adalah
guru, tanpa guru KBM tidak akan berjalan dengan lancar, tentunya juga didukung
oleh komponen-komponen lainnya. Itu semua saling mendukung dan mempengaruhi
satu sama lain.
Dalam menjalankan tugasnya guru harus memiliki suatu kecakapan, kemampuan,
dan memenuhi kualifikasi yang cukup dalam mendukung profesinya. Diantaranya
adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Tanpa bermaksud
mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, kompetensi
kepribadian kiranya harus mendapatkan perhatian yang lebih. Sebab, kompetensi ini
akan berkaitan dengan idealisme dan kemampuan untuk dapat memahami dirinya
sendiri dalam kapasitas sebagai pendidik.
Posisi guru PAI dalam proses belajar-mengajar sangat menentukan keberhasilan
dan kesuksesan pembelajaran dan pengajaran Agama Islam yang memerlukan
pengamalan langsung. Oleh karena itu keberhasilan kegiatan belajar mengajar
tergantung pada kompetensi guru yang mencakup empat kompetensi tersebut
terutama kompetensi kepribadian guru yang mempengaruhi kompetensi guru lainnya.
Kepribadian adalah faktor yang sangat penting dalam kesuksesan seorang guru
sebagai pengembang sumber daya manusia (SDM). Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau
suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain
160
.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kepung, yang
menggunakan pendekatan kuantitatif diketahui hasil yang menyatakan bahwa ada


160
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Cet-3, Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 701
pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru yang dimilikinya
dengan kegiatan belajar mengajar PAI.
Bukti adanya pengaruh ini, sudah dapat menjawab rumusan masalah yang ketiga
dari skripsi ini yang menanyakan tentang adanya pengaruh kompetensi kepribadian
Guru PAI dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Kepung.
Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam kegiatan Belajar Mengajar
dapat dilihat dari hasil nilai r hasil rumusan product moment dengan perhitungan
melalui rumus dihasilkan nilai 0,37084, hasil dari Phi () ini dikonsultasikan
dengan nilai r tabel product moment yang tersedia. Diketahui pada df=80, r
tabel
pada taraf signifikan 5% adalah 0,217 , dan pada taraf siginifikan 1% adalah

0, 283.
Dengan demikian Phi () yang berasal dari perubahan atas KK tersebut lebih besar
dari pada Phi () yang berada di tabel, baik dengan signifikasi 5% maupun 1%,
sehingga hipotesis nol ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan antara
kompetensi kepribadian guru PAI dengan Kegiatan Belajar Mengajar PAI di SMP
Negeri 1 Kepung Kabupaten Kediri.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru, disamping
kompetensi yang dimiliki guru lainnya memiliki peran dan fungsi serta berpengaruh
secara signifikan dalam kaitannya dengan proses belajar dan mengajar di sekolah.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kompetensi kepribadian guru PAI adalah seperangkat kecakapan,
kemampuan, kekuasaan, kewenangan yang dimiliki oleh seorang guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang semua itu terorganisir dalam suatu
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan bersifat dinamis dan khas (berbeda
dengan orang lain). Kompetensi kerpibadian guru merupakan salah satu
kompetensi yang terpenting dari beberapa kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru harus dapat dijadikan
uswatun hasanah. Jadi Kualifikasi kompetensi kepribadian guru harus
memiliki indikator dapat memiliki komtmen yang baik dalam menjalankan
tugasnya, tanggungjawab, kasih sayang, dan akhlak mulia yang dapat
dijadikan teladan bagi peserta didiknya, Hal ini sesuai dengan paparan yang
terkandung dalam PP No.19 Tahun 2005.
Kompetensi kepribadian Guru PAI di SMP Negeri 1 Kepung termasuk
mendapatkan predikat cukup bagus, sesuai dengan pengamatan, wawancara,
dan hasil angket penelitian yang telah dilakukan. Hasil angket menyatakan
dari 80 responden yang ada, sebanyak 75 responden atau 93,75%nya
menyatakan bahwa guru PAI di SMP Negeri 1 kepung memiliki kompetensi
kepribadian yang baik.
2. Kegiatan belajar mengajar merupakan perpaduan antara dua kegiatan yaitu di
mana siswa melakukan kegiatan belajar dan guru melakukan kegiatan
mengajarnya, yang di dalamnya terjadi suatu interaksi edukatif berupa
penyampaian pesan/informasi serta penanaman nilai dari guru kepada siswa,
kegiatan ini terjalin harmonis dan tidak dapat terpisahkan serta saling
mendukung. pendukung dari kegiatan belajar mengajar adalah pada fasilitas
yang ada dalam pelaksanaan KBM, kemampuan, kesiapan dan kreatifitas
guru, dan kesiapan dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah ketika ada salah satu dari komponen
belajar tersebut tidak terpenuhi atau berjalan tidak baik, pasti akan
menghambat lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu kompetensi pribadi,
kecakapan, serta keterampilan dalam mengelola kelas dengan baik, sehingga
KBM di SMP Negeri 1 Kepung dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
Selama ini walaupun KBM PAI ada hambatannya, tetapi guru PAI SMP
Negeri 1 kepung sanggup mengatasinya dengan baik.
Sesuai data hasil angket, sebanyak 70 dari 80 responden atau 87,5% responden
menjawab bahwa Kegiatan Belajar Mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung
Kabupaten Kediri sudah cukup baik.
3. Dari hasil analisis angket yang telah disebarkan, menyatakan bahwa ada
pengaruh positif yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru PAI
dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI di SMP Negeri 1 Kepung
dengan harga r sebesar 0,36077, nilai ini lebih besar daripada nilai haraga
pada r tabel pada taraf signifikan 5% maupun 1%, sehinnga demikian
hipotesis nol ditolak dan terbukti bahwa ada pengaruh antara kompetensi
kepribadiuan guru dalam kegiatan belajar mengajar PAI di SMP Negeri 1
Kepung.

B. Saran
1. Dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya mutu serta kualitas lebih
diutamakan, terutama aspek guru yang merupakan aspek penentu dominan
dalam kesuksesan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu sekolah harus
meningkatkan kualitas dan mutu guru.
2. Diharapkan seorang guru yang melaksanakan proses belajar mengajar di
kelas mampu menerapkan akhlak mulia dan dapat menjadi teladan bagi
siswanya. Itulah sebenarnya yang menjadi cerminan seorang guru, khususnya
guru agama Islam yang mengajarkan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Dalam
melakukan tugas atau amanat, guru PAI seharusnya memiliki integritas
kepribadian yang baik dan komitmen yang tinggi, sehingga antara apa yang
diajarkannya sudah tercermin pada sosok guru tersebut.
3. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya senantiasa berusaha
belajar dengan baik. Karena ilmu pengetahuan terutama ilmu agama Islam
akan bermanfaat baginya.

DAFTAR RUJUKAN


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta

Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan-Refleksi Teoretis terhadap Fenomena.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media

Denim, Sudarwan. 2002. Inovasi pendidikan, (Dalam Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan). Bandung: Pustaka Setia

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya Juz 1-30. Surabaya:
MEKAR

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta

Ghofir, Abdul. 1907. Proses Belajar-Mengajar. Malang: IAIN Sunan Ampel
Fakultas Tarbiyah

Hamalik, Oemar. tt. Proses Belajar Mengajar. Cet-6; Jakarta: Bumi Aksara

http://www.pikiran-rakyat.com. Kompetensi Kepribadian Guru Oleh Drs.
SUDRAJAT. 15 May 2007 pukul 11:31:42

Isjoni. 2006. Gurukah yang dipersalahkan?-Menakar Posisi guru di tengah Duni
Pendidikan Kita. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Muchtar, Heri Jauhari. 2005. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetens. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

....................... 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Cet. 3. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Nasution. 1986. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Jemmars

Nurdin, Muhamad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media

Partanto, Pius A, M. Dahlan Al Barry. tt. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
ARLOKLA

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Cet-23, Bandung: Remaja
Rosdakaarya

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana?.
Bandung: YRAMA WIDYA

Sudijono, Anas. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Cet-5. Bandung: Sinar
Baru Algesindo

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi. Cet-3. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cet-14;
Bandung: Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Cet-3. Jakarta: Balai Pustaka

Usman, Uzer. 1992. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wijaya, Cece, A. Tabrani Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Belajar Mengajar .Cet-3. Bandung: Remaja Rosdakarya

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang
Press

Young, Geogre G, disadur oleh Dwi Sunar P. 2008. Membaca Kepribadian Orang.
Cet-11. Jogjakarta: THINK

Zainuddin, M, Muhammad Walid. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Cet-1. Malang:
Fakultas Tarbiyah-UIN Malang

Anda mungkin juga menyukai