Anda di halaman 1dari 114

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM SISWA SMA WIDYA DHARMA TUREN (Kasus di SMA Widya Dharma Turen)

SKRIPSI Oleh
Khosiah

04110216

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

2008

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM SISWA SMA WIDYA DHARMA TUREN (Kasus di SMA Widya Dharma Turen) Untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

Diajukan oleh: Khosiah 04110216

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

2008

HALAMAN PERSETUJUAN
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM SISWA SMA WIDYA DHARMA TUREN (Kasus di SMA Widya Dharma Turen)

Skripsi
Oleh: Khosiah NIM: 04110216 Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Drs. H. Asmaun Sahlan M.Ag

NIP. 150215372

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. PdI.

NIP. 150 267 235

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 16 Oktober 2008 Khosiah

MOTTO

=ys? $ y/ ! $#u 4 ;M y_uy z =9$# (# ?& t

%!$#u 3 (#t#u t %!$# ! $#

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS: Al Mujadalah :11)

Kupersembahkan karya yang sederhana ini untuk .

Ayahanda Gimin dan bunda Ruhmah, yang telah bersusah payah dalam membesarkan,mendidik, dan memberikan segenap cinta kasih kepadaku.Semoga Allah Swt memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kakak n mba Mutiah semoga menjadi orang yang sholih & sholihah n bahagia selalu

Seluruh Guru dan Dosenku yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu kepadaku. Terima kasih banyak atas ilmu yang telah Engkau berikan, semoga menjadi ilmu yang manfaat dan barakah. Abah Prof. Dr. KH. Ahmad Muhdor, S.H, dan Keluarga Ndalem yang selalu mencurahkan ilmunya, terutama ilmu-ilmu spiritualnya Sahabat-sahabat terbaikku yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepadaku angkatan 2004 semoga Allah Swt selalu menjaga persahabatan kita Seluruh santri LTPLM yang budiman yang selama ini telah mengisi hari-hariku, sehingga terjadi perubahan dalam kehidupanku (Mbak :elok, tika, izul,Mey zulfa,Endah Dwi Hannah) terima kasih banyak atas motivasi dan bantuannya

Drs. H. Asmaun Sahlan M.Ag

Dosen Fakultas Tarbiyah


Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING Hal


: Skripsi Khosiah

Tanggal, 16 Oktober 2008 Lampiran :4 (lima)

Eksemplar Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di

Malang
Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Khosiah NIM : 04110216

Jurusan : Pendidikan Agama Islam


Judul Skripsi : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama


Islam Siswa SMA Widya Dharma (Kasus di SMA Widya Dharma Turen)

maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diuji. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb. Pembimbing,

Drs. H. Asmaun Sahlan M.Ag

NIP. 150215372

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT atas segenap limpahan Rahmat, Taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat wa salam semoga senantiasa tercurahkan ke pangkuan Baginda Rosulullah Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh hidayah. Serta kepada seluruh keluarga dan sahabat Beliau. Terselesaikannya skripsi ini tak pernah lepas dari dukungan dan peran semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan rangkaian terima kasih dengan tulus teriring do'a Jazakumullahu Khairon Katsiron kepada: 1. Orang tua tercinta, Ayahanda Gimin, yang selalu menjadi kekuatan dalam setiap langkah. Ibunda Ruhmah yang selalu memberikan Motivasi, Do'a, dan cinta kasih yang tulus. Serta seluruh keluarga besar yang sangat saya sayangi. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, yang memberikan dukungan serta kewenangan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Bapak Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.PdI, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

5. Bapak Drs. H. Asmaun Sahlan M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 6. Bapak Tri Djoko Kusminto, Drs, selaku Kepala SMA Widya Dharma Turen beserta seluruh dewan guru, khususnya guru PAI, (ibu Aulia, bapak Halim, dan bapak Ali) staff, dan semua siswa, yang telah memberikan kesempatan dan kerjasama selama penelitian ini dilakukan. 7. Sahabat-sahabatku di luhur (Mb Tika, Elok, Izul, Roziq Nisa Mei) terima kasih telah mengukir pelangi dalam hari-hariku. 8. teman-temanku di Kampus 9. Serta semua pihak yang tak mungkin disebutkan satu persatu di sini, yang memberikan saran dan pemikiran sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.

Akhirnya, sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terlalu sederhana untuk disebut sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan maaf. Selanjutnya segala bentuk saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangatlah diharapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin. Malang, 16 Oktober 2008 Khosiah

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................

i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi HALAMAN NOTA DINAS............................................................................. vii KATA PENGANTAR...................................................................................... viii DAFTAR ISI..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv ABSTRAK ........................................................................................................ xvi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 13 C. Tujuan penelitian ...................................................................... 14 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 14 E. Ruang Lingkup Pembahasan .................................................... 15 F. Definisi Operasional ................................................................ 18 G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 18 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Guru Pendidikan Agama Islam ................................................. 21 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ........................ 21 2. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam .............................. 22 3. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidikan Agama Islam

Islam dalam Proses Belajar Mengajar ............................... 25 4. Peran Guru PAI dalam Proses Belajar Mengajar .............. 29

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ................................. 40 1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ...... 40 2. Aspek-aspek Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ................................................................................... 44 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam .................................................. 48 C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan agama Islam ........ 55 a. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam .............................. 55 b. Hambatan/Kendala Guru Pendidikan Agama Islam .......... 66 c. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Memecahkan Hambatan. ......................................... 70 BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 74 B. Kehadiran peneliti ..................................................................... 75 C. Lokasi Penelitian ...................................................................... 75 D. Sumber data .............................................................................. 76 E. Metode pengumpulan data ........................................................ 77 a. Observasi ..................................................................... 77 b. Interview ...................................................................... 78 c. Dokumentasi ................................................................ 80 F. Anlisis Data ........................................................................ 80 G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 82 H. Tahap-Tahap Penelitian ..................................................... 85 BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian....................................................... 85 a. Sejarah Berdirinya SMA Widya Dharma Turen ................ 85 b. Visi dan Misi SMA Widya Dharma Turen ........................ 88 c. Keadaan guru dan karyawan SMA Widya Dharma Turen ........... 88

d. Keadaan Siswa SMA Widya Dharma Turen ...................... 95 e. Keadaan Kegiatan SMA Widya Dharma Turen ............... 97 f. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Widya Dharma Turen ................................................................................. 99 g. Keadaan Kurikulum SMA Widya Dharma Turen .............. 108 h. Keadaan Struktur Organisasi SMA Widya Dharma Turen ................................................................................... 114 B. Paparan Hasil Penelitian

1. Upaya guru pendidikan agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam ................................................... 127 2. Kendala/hambatan guru pendidikan agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam ........................... 131 3. Langkah-langkah guru pendidikan agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam mengatasi hambatan dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan agama Islam ........................................................................ 133 BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMA Widya Dharma Turen ........................................... 137 2. Kendala/hambatan Guru Pendidikan Agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ............................................ 141 3. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam Mengatasi Hambatan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan agama Islam ......... 143

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 148 B. Saran.......................................................................................... 149

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
TABEL 1 : DAFTAR NAMA GURU SMA WIDYA DHARMA TUREN TAHUN PELAJARAN 2008-2009 TABEL 2 : KEADAAN KARYAWAN SMA WIDYA DHARMA TUREN 2008-2009 TABEL 3 : PERKEMBANGAN JUMLAH SISWA TAHUN 1999-2008 TABEL 4 : JUMLAH SISWA YANG BERAGAMA MUSLIM DAN BERAGAMA NASRANI TABEL 5 : SARANA DAN PRASARANA SMA WIDYA DHARMA TUREN 2008-2009 TABEL 6 : SUSUNAN PROGRAM PENGAJARAN 2008-2009

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 : STRUKTUR ORGANISASI SMA WIDYA DHARMA TUREN 2008-2009

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : INSTRUMENT PENELITIAN


LAMPIRAN 2 : BUKTI KONSULTASI LAMPIRAN 3 : SURAT PENELITIAN LAMPIRAN 4 : DAFTAR NILAI KOGNITIF SISWA SMA WIDYA DHARMA TUREN LAMPIRAN 5 : DENAH SMA WIDYA DHARMA TUREN LAMPIRAN 6 : TATA TERTIB GURU SMA WIDYA DHARMA TUREN LAMPIRAN 7 : TATA TERTIB SISWA SMA WIDYA DHARMA TUREN LAMPIRAN 8 : DOKUMENTASI

ABSTRAK
Khosiah 2008, Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMA Widya Dharma Turen. Skripsi, jurusan pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang (UIN), Dosen pembimbing: Drs. H. Asmaun Sahlan M.Ag Kata Kunci: Guru PAI, Prestasi Belajar PAI Siswa Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Widya

Dharma Turen, diperlukan upaya-upaya guru khususnya di sini adalah guru PAI, Karena siswa SMA masih sangat perlu mendapat bimbingan dalam pelajaran PAI. SMA Widya Dharma Turen merupakan salah satu sekolah SMA swasta di kecamatan Turen yang memiliki tujuan agar para siswanya yang beragama Islam mampu dalam pelajaran PAI. Sedangkan pada kenyataannya porsi jam belajar PAI 2 jam perminggu. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba mengungkapkan bagaimana upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI di SMA Widya Dharma Turen. Tujuan dari peneliti ini adalah mendeskripsikan bentuk upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa di SMA Widya Dharma Turen dengan segala upaya, kendala/hambatan serta langka-langkah pemecahannya oleh guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskritif, dengan analisis deskriptif dari data yang dihasilkan melalui metode observasi, interview dan dokumenter. Dalam pembahasannya penulis menggunakan metode induksi dan deduksi. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah: 1.Upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa a) menambah jam pelajaran PAI, b) menciptakan kondisi yang baik pada waktu proses belajar mengajar kelas c) adanya sarana dan prasarana yang lengkap d) memberikan motivasi pada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar PAI. 2.Kendala/hambatan guru PAI dalam menngkatkan prestasi belajar PAI siswa, a) siswa yang kurang meperhatikan pada pelajaran PAI. b). Siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI. 3. langkah-langkah guru PAI SMA Widya Dharma Turen dalam mengatasi kendala/hambatan meningkatkan pretasi belajar PAI siswa, a). menfokuskan terhadap siswa b). meberikan bimbingan khusus c) kerja sama antar pihak luar d) adanya sarana dan prasarana yang lengkap. Saran-saran dalam penelitian ini terdiri dari: a). upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMA Widya Dharma Turen pada siswa yang menunjukkan positif, akan tetapi, lebih baik lagi dipertahankan dan ditingkatkan. b). Lebih mempererat kerja sama dengan pihak luar di daerah masing-masing siswa SMA Widya Dharma Turen.

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhanya peradaban suatu masyarakat, di dalam terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan, karena itulah, bahwa pendidian telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia dalam melestarikan hidupnya.1 Pendidikan adalah suatu proses pembinaan tingkah laku manusia yang mana anak harus bisa belajar berpikir, berperasaan, dan bertindak lebih sempurna dan baik daripada yang sebelumnya. Dalam mencapai tujuan

tersebut, maka pendidikan harus diarahkan kepada keseluruhan aspek pribadi dan meliputi aspek jasmani, mental kerohanian maupun aspek moral.2 Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses cara perbuatan mendidik.3 Adapun menurut SISDIKNAS N.20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif 1 M. Noor Syam, dkk. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), hlm. 2 2 Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (Surabaya: Usaha Nasional, 2004), hlm. 37 3 http// Pendidikan. Net/ Bahasa 21 html (Selasa 24 Juni 2008)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri, Masyarakat, Bangsa dan Negara.4 Adapun kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggungjawab ini didasarkan atas motivasi, cinta kasih, yang pada hakekatnya juga dijiwai oleh tanggungjawab moral. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan mebia anaknya sampai jika mampu berdiri sendiri (dewasa) baik secara fisik, sosial ekonomi maupun moral. Sedikitnya orang tua meletakkan dasar-dasar untuk mandiri itu. Bahwasannya dalam tanggungjawab atas anaknya, sebagai generasi muda dan generasi penerus maka ada 3 lembaga yang harus bertanggungjawab dalam pendidikan yaitu: 1. Tanggungjawab Keluarga Adapun dasar-dasar tanggungjawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi: a. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggungjawab, dan mengabdikan hidupnya untuk anaknya. b. Dorongan/motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggungjawab ini meliputi nilai-4 http//Anak Haji Umar. Blangspot, com./2008/02/Pendidikan. di Negara kita (selasa 24 Juni 2007)

nilai religius spiritual yang dijiwai ketuhanan yang maha esa dan agama masing-masing di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabatat dan kehormatan keluarga. c. Tangungjawab sosial sebaai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa, dan

negaranya, bahkan kemanusiaan tanggungjawab sosial ini merupakan perwujudan kesadaran tanggungjawab kekeluargaan yang diikuti oleh darah keturunan dan kesatuan keyakinan. 2. Tanggungjawab Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerimafungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggungjawab yang meliputi: a. Tanggungjawab formal kelembagaan sesuai dengan funsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentua-ketentuan yang berlaku (undang-undang pendidikan). b. Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan, dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh Masyarakat dan Negara. c. Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan pelalaksana pendidikan (para guru, pendidik) yang meneriam ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggungjawab ini merupakan pelimpah tanggungjawabdan kepercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru.

3. Tanggungjawab Pemerintah Adapun pemerintah, ditingkat pusat dan daerah merupakan perwujudan masyarakat bangsa dan negara. Pemerintah mengemban kepercayaan masyarakat untuk mengelola keseluruhan segi kehidupan bangsa dalam bidang pendidikan. Adapun tanggungjawab pemerintah terhadap lembaga pendidikan pemerintah meliputi: a. Tanggungjawab kenegaraan dan kemasyarakatan yang berupa motivasi untuk melestarikan tegaknya kemerdekaan bangsa dan negara. Tanggungjawab ini mencakup pembinaan kesadaran nasional, berideologi nasional dan berkonstitusi. b. Tanggungjawab struktural kelembagaan yani sebagai wujud watak tata-kelembagaan negara dengan masing-masing aspek dan tanggungjawabnya. Dapat juga diartikan sebagai tanggungjawab yuridis-konstitusional.5 Menurut UUSPN No.2/1989 pasal 39 ayat (2) dijelaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat diantaranya pendidikan agama, bahwasannya PAI merupakan usaha untuk memperkuat Iman dan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional. 5 M. Noor Syam, Opcit., hlm.16-19

Bahwasannya dalam konsep Islam, Iman merupakan potensi rohani

yang harus diaktualisasikan dalm bentuk amal shaleh, sehingga menghasilkan prestasi Rohani (Iman) yang disebut takwa. Dengan demikian, amal shleh itu menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan Manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk kesalehan Sosial, dan hubungan manusia dengan Alam yang membentuk kesalehan terhadap Alam sekitar. Kualitas amal shaleh ini akan menentukan derajat ketakwaan (prestasi Rohani/Iman) seseorang dihadapan Allah SWT.6 Pendidikan agama Islam yang dijelaskan dalam UUSPN NO. 2/1989 pasal 39 ayat 2 tersebut bahwa pendidikan agama Islam membuat kurikulum bahwasannya setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat diantaranya pada pendidikan agama, bahwa dalam pendidikan agama Islam merupakan sebuah usaha untuk mencetak peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa sesuai dengan agama yang dianutnya, mereka dituntut untuk saling menghormati agama lain dalam kerukunan beragama, peserta didik juga dituntut untuk tidak berhubungan dengan Allah saja, akan tetapi, peserta didik dituntut saling berhubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya, supaya peserta didik mempunyai keseimbangan antara hubungan Allah dan hubungan dengan manusia. Menurut GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam dalah uasaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, 6 Muhaimin, Paradigma PAI Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 75

memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.7 Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi Muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.8 Tujuan pendidikan Agama Islam dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu, (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam (2) pemahaman/penalaran (3) penghayatan/pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan tugas ajaran Islam (4) pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, menaati, ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa bernegara.9 Bahwasannya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, terjadi interaksi antara guru dan murid. Dalam interaksi tersebut terdapat 7 Ibid., hlm. 76 8 Ibid., hlm. 78 9 Ibid., hlm. 78

peristiwa dan proses psikologi. Peristiwa dan proses psikologi ini sangat perlu dipahami dan dijadikan rambu-rambu oleh para guru dalam memberlakukan peserta didik secara tepat. Para guru agama disetiap institusi pendidikan sangat diharapkan memiliki bahkan dituntut untuk menguasai pengetahuan psikologi pembelajaran termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam agar mereka dapat melaksanakan proses pembelajaran secara berdaya dan berhasil guna.10 Dengan demikian, didalam proses pembelajaran PAI tersebut perlu adanya seorang guru yang telah tercerahkan dan mampu mencerahkan muridnya, bukan semata-mata guru sebagai pekerja yang menjadikan pekerjaan mengajar semata-mata sebagai media mencari nafkah. Dalam perspekti Islam, mengemban amanat sebagai guru bukan terbatas pada pekerjaan/jabatan seseorang, melainkan memiliki dimensi nila-nila yang lebih luas dan agung, yaitu tugas ketuhanan, kerasulan, dan kemanusiaan. Dikatakan sebagai tugas ketuhanan, karena mendidik merupakan sifat funsional Allah (sifat rububiya) sebagai Rabb, yaitu sebagai guru bagi semua maakhluk Allah mengajar semua makhluknya lewat tanda-tanda Alam (sign), dengan menurunkan wahyu, mengutus Rasulnya, dan lewat hamba-hambnya. Allah memanggil hamba-hambanya yang beriman untuk mendidik. Adapun guru juga mengemban tugas kerasulannya, yaitu menyampaikan pesan-pesan tuhan kepada manusia. Secara lebih khusus, tugas 10 Tohirin, Psikologi Pembelajaran PAI ( Berbasis Integrasi dan Kompetensi) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 16 nabi dalam kaitannya dengan pendidikan sebagaimana tercantum dalam surat al-jumuah ayat 2 k= Zu zhiW{$# y]yt/ %!$# u & 7 9 n=| s9 6s% (# %x. )u s y3t:$#u |= tG39$# Artinya : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya

kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyat a. (QS. AL Jumuah: 2) Bahwasannya ayat tersebut menggambarakan bahwa tugas Rasul adalah melakukan pencerahan, pemberdayaan, transformasi dan mobolisasi potensi umat menuju pada cahaya (Nur), setelah sekian lama terbelenggu dalam kegelapan. Rasulullah sendiri dalam hadits dalam hadits yang populer mengatakan: aku diutus ke dunia hanya untuk menyempurnakan akhlakyang mulia. Dan dalam hadits yang lain aku di utus sebagai pendidik dan Tuhanku mendidikku dan karenanya menjadikan pendidikanku baik. Bahwa tugas Rasul tidak berhenti dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW melainkan diteruskan oleh seluruh umatnya yang beriman dengan cara meneruskan risalahnya kepada seluruh umat Manusia. Dalam kehidupan keluarga, orang tua adalah guru bagi anak-anaknya, dalam kehidupan masyrakat yang telah mengenal pembagian kerja yakni lembaga persekolahan merupakan salah satu upaya yang palingefektif dalam melanjutkan risalah moral kepada generasi muda di mana guru merupakan aktor utamanya.

Guru bertugas sebagai kemanusiaan, maka seorang guru harus terpanggil untuk membimbing, melayani, mengarahkan, menolong, memotivasi, dan memberdayakan sesama, khususnya terhadap anak didiknya, sebagai sebuah keterpanggilan kemanusiaan dan bukan semata-mata terkait dengan tugas formal/pekerjaannya dan penuh dedaksi dalam menjalankan tugas keguruannya. Dalam lembaga persekolahan, tugas utama seorang guru adalah men didik dan mengajar, supaya tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka ia perlu memiliki kualifikasi tertentu, yaitu profesionalisme, memiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, kredibilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan jiwa, dan memiliki keterampilan teknis mengajar serta mampu mebangkitkan etos dan motivasi anak didik dalam belajar dan meraih kesuksesan.11 Adapun profil tentang pendidikan agama Islam berarti gambaran yang jelas mengenai nila-nilai (prilaku) kependidikan yang ditampilkan oleh guru PAI dari berbagai pengalamannya selama menjalankan tugas/profesinya sebagai pendidik/guru agama. Agama islam mengajarkan bahwa setiap umat manusia wajib mendakwakan dan mendidikkan ajaran agama Islam kepada yanga lain. Sebagaimana dipahami pada firman Allah dalam surat-surat sebagai berikut: 11 Marno dan Idris, Strategi Dan Metode Pengajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008), hlm. 19-21

a. Surat An-Nahl: 125 } L9$$ / 9y_u ( u|pt:$# sy9$#u y3t:$$ / y7n/u 6y 4n<) $# t

tG9$$/ n=r& u u ( &#6y t | y/ n=r& u y7 /u ) 4 |mr& Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl: 125) b. Surat Asy-Syuura: 15 M t#u

( 5=tG2 !$# ttr& !$y/ s9 / y m ( 6=yr& 3s9u $o=yr& 9$# Artinya : Maka Karena itu Serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan Aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita). (QS. Asy Syuura: 15) c. Suarat Al-Ashr: 1-3 M

ys=9$# (# =tu (# t#u t s 9 z|M}$# ) ys9$$/ (# |#us?u

Artinya: Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. ,Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3) Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat menjadi pendidik agama Islam, akan tetapi, dia harus memiliki pengetahuan yang lebih, mampu mengimplisitkan nilai relevan (dalam pengetahuan itu), yakni sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia menularkan pengetahuan agama serta nilai-nilainya kepada orang lain.12 Bahwa pendidikan agama Islam ternyata tidak hanya menyangkut masalah transformasi ajaran dan nilainya kepada pihak lain, tetapi lebih merupakan masalah yang komplek. Adapun setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam akan berhadapan dengan permasalahan yang komplek misalnya, masalah peserta didik dengan berbagai latar belakang yang ada pada peserta didik, dalam kondisi dan situasi apa ajaran itu diberikan, sarana apa yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama Islam, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama itu, hasil apa yang diharapkan dari kegiatan pendidikan agama itu, dan seberapa jauh tingkat evektivitas, efesiennya, serta usaha-usaha apa yang dilaksanakan untuk menimbulkan daya tarik bagi peserta didik, dan bahkan tantangan juga bagi guru pendidikan agama islam di sekolah SMU yakni dimana porsi jam mata pelajaran PAI hanya 2 jam dalam satu minggu, maka dari itu, pendidika agama Islam akan semakin berada pada 12 Muhaimin., Op.Cit., hlm. 93

posisi marginal dan periferal dan kurang memberikan makna bagi pengembangan wawasan, sikap dan mental yang religius bagi siswa dan masyarakat sekitar itu sendiri.13 Adapun upaya-upaya guru agama dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMA Widya Dharma Turen, menurut Bapak H. Ali F. selaku koordinator guru agama Islam beliau menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru agama Widya Dharma yakni, pertama: adanya sarana dan prasarana yang mendukung, fasilitas yang memadai, adanya buku pedoman PAI dan didukung oleh buku LKS dan bahkan bubu-buku yang adakaitannya dengan PAI seperti al-quran, buku-buku cerita tentang Nabi dll. Kedua: Dengan cara memberikan bimbingan terhadap siswa agar bisa

memahami teori dan prakteknya. Misalnya siswa diberi materi tentang sholat maka seorang guru tidak hanya memberikan teorinya saja akan tetapi harus memberikan contoh sholat yang benar seperti sholatnya Nabi Muhammad SAW. Lain halnya dengan pelajaran umum dengan cara memahami teorinya saja maka langsung paham pada materi yang dasampaikan oleh guru tanpa praktek seperti pada pelajaran PAI. Adapun kendala/hambatan yang dialami guru Widya Dharma yakni minimnya jam pelajaran PAI dalam satu minggu hanya 2 jam pada satu kali pertemuan, dari latar belakang siswa yang pada masa dininya kurang memahami tentang pelajaran agama Islam, faktor usia sangat mempengaruhi 13 Muhaimin., op.cit., hlm. 94 sekali misalnya, dalam belajar membaca Al-Quran mereka sudah repot untuk melafadzkan ayat-ayat Al-Quan. Adapun solusi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam widya Dharma yakni dengan menambah jam pelajaran di luar jam pelajaran, dengan cara mengemas ayat Al-Quran siswa disuruh membaca bersama-sama pada 10 menit pertama, agar siswa bisa memahami bacaannya, tajwidnya, serta bisa menghafalnya meskipun pada ayat-ayat yang pendek.14 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menganggap betapa pentingnya upaya guru agama pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam, maka peneliti merasa tertarik dengan judul Upaya Guru Agama Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikana Agama Islam Siswa SMA Widya Dharma Turen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam? 2. Bagaimana kendala/hambatan guru pendidikan agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam? 3. Bagaimana langkah-langkah guru pendidikan agama Islam SMA Widya Dharma Turen dalam mengatasi hambatan dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan agama Islam? 14Hasil Wawancara dengan Koordinator Guru PAI Widya Dharma hari Kamis, 17 Juli 2008, jam 12.30

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA

Widya Dharma Turen. 2. Untuk mengetahui apa saja kendala atau penghambat upaya guru agama pendidikan Islam dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan agama Islam siswa SMA Widya Dharma Turen. 3. Untuk mengetaui langkah-langkah guru pendidikan agama Islam SMA Widya Dharma turen dalam mengatasi hambatan dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam.

D. Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui guna atau manfaat dari penelitian ini penulis akan memaparkan diantaranya: 1. Lembaga a. Memberi masukan untuk dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Dapat memberi masukan, agar lebih giat lagi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Menyemangati untuk lebih eksis dan berkompetensi dalam mendidik anak didiknya.

2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan a. Memperkaya dan menambah teori-teori dalam bidang Pendidikan. b. Dapat menjadi acuan pengembangan pendidikan. c. Mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa dalam bidang Pendidikan. 3. Penulis a. Dapat memberi tambahan pengetahuan bagi penulis sendiri. b. Memberi gambaran tentang prestasi belajar siswa. c. Menambah pengalaman bagi penulis.

E. Ruang Lingkup Pembahasan


Penelitian ini dilakukan secara terbatas dengan merumuskan kajian atau upaya guru agama dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam dan kendala/hambatan serta langkah-langkah yang dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan menupayakan seuruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik.15 Guru pendidikan agama Islam menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pasal 30 ayat 1 dan 3 yaitu: 1. Guru pendidikan agama Islam merupakan tenaga profesional yang betugas merencanakan dan melaksanakan tugas 15 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2008), hlm 128

administarsi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. 2. Guru pendidikan agama Islam merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.16 Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar tecapai tingkat kedewasaan, seta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Di samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. Adapun materi yang diberikan oleh guru pendidikana agama Islam di SMA Widya Dharma Turen yaitu pada bidang pendidikan agama Islam yang meliputi: Al-Quan Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, dan SKI Adapun upaya-upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam di SMA 16 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajarankreatif dan Menyenangkan (Bandung: PT. Remaja Rosdkarya, 2008), hlm 197-198

Widya Dharma yakni yang pertama: adanya sarana dan prasarana yang mendukung, fasilitas yang memadai, adanya buku pedoman PAI dan didukung oleh buku LKS dan bahkan juga buku-buku yang ada kaitannya dengan PAI seperti Al-Quran, buku-buku cerita tentang Nabi dll. Kedua dengan cara memberikan bimbingan terhadap siswa agar bisa memahami teori dan prakteknya dalam hal melakukan amalan beribadah seperti dalam sholat. Sedangkan kendala-kendala yang dialami oleh guru agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam yakni minimnya jam pelajaran PAI dalam satu minngu hanya 2 jam dalam 1 X pertemuan, dari latar belakang siswa SMA Widya Dharma itu sendiri yakni yang pada masa dininya kurang memahami tentang pelajaran PAI, faktor usia juga sangat mepengaruhi sekali misalnya dalam belajar membaca AlQuran mereka sudah sulit untuk melafadzkan ayat-ayat Al-Quran. Dengan demikian, solusi yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan

agama Islam di SMA Widya Dharma yakni dengan cara menambah jam pelajaran di luar jam pelajaran, dengan cara mengemas ayat-ayat Al-Quran yaitu dengan cara menyuruh siswa untuk membaca ayat Al-Quran secara bersama-sama pada 10 menit pertama, agar siswa sma widya dharma dapat membaca Al-Quran, tajwidnya, serta bisa menghafalnya meskipun surat-surat pendek.

Prestasi belajar pendidikan agama Islam adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan belajar, yang merujuk kepada aspe-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.17

F. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam penulisan penelitian ini berikut dijelaskan terlebih dahulu kata kunci yang terdapat dalam pembahasan: guru agama, prestasi dan belajar PAI. 1. Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang kerjanya mengajar/memberikan pelajaran di sekolah/kelas. Secara lebih khusus lagi guru merupakan orang yang bekerjanya di bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.18 2. Prestasi belajar pendidikan agama Islam adalah apayang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang merujuk kepada aspe-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.19

H. Sistematika Pembahasan
Bab I : Pendahuluan, yang berisi pokok-pokok pemikiran yang melatar belakangi penulisan skripsi ini, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat 17 Tohirin., Op.cit hlm 151 18 Triyo Supriyatno, Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Teo-Antropo-Sosiosentris (Malang: P3m Press, 2004), hlm. 17 19 Tohirin Op. cit hlm 151

penelitian, ruang lingkup pembahasan, definisi operasional dan sistematika pembahasan. Bab II : Kajian pustaka, berisi tinjauan pustaka mengenai upaya atau usaha guru pendidikan agama Islam dalam idealisme kependidikan yang mencakup pengertian guru pendidikan agama Islam, syarat guru pendidikan agama Islam sebagai pengajar, tugas dan tanggung jawab guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar mengajar. Meningkatkan prestasi belajar siswa yang mencakup tentang pengertian prestasi belajar siswa, aspek-aspek prestasi

belajar PAI, fakto-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Upaya guru pendidikan agama Islam, kendala/hambatan guru pendidikan agama Islam dan langkah-langkah yang dilakukan guru agama pendidikan agama Islam dalam menyelesaikan hambatan tersebut. Bab III : Metodologi penelitian, yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik penelitian; observasi, interview, dokumentasi, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV : Laporan hasil penelitian, yakni memaparkan data-data yang akurat tentang gambaran umum lokasi penelitian, gambaran umum identitas / deskripsi responden, dan dskripsi hasil penelitian.

Bab V
: Pembahasan hasil penelitian meliputi; deskripsi data, interprestasi data tentang upaya atau usaha guru pendidikan agama Islam

dalam meningkatkan prestasi belajar hambatan serta langkahlangkah yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam memecahkan hambatan, interpretasi pembahasan penelitian. Bab VI : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Guru Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Subyek pendidikan/yang lazim disebut sebagi pendidikan. Menurut WJS Poerwadarminta guru agama Islam adalah orang yang mendidik, berarti orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Menurut Ahmad Tafsir, bahwa guru agama Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak. Sedangkan dalam literatur kependidikan, pada umumnya, istilah pendidik/guru agama Islam sering diwakili oleh istilah guru sebagai mana dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah orang yang kerjanya mengajar/memberikan pelajarn di sekolah/di kelas. Secara lebih khusus lagi, bahwa guru agama Islam merupakan orang yang bekerjanya di bidang pendidikan dan pengajarn, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing peserta didik.20 Menurut Zakiyah Darajatd (1992:39), guru pendidikan agama

Islam adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tuanya. Adapun guru agama Islam menurut pandangan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan 20 Triyo Supriyatno, Op.cit., hlm. 17

mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, maupun potensi psikomotorik. Guru agama Islam juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab dalam memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba hamba Allah. Di samping itu, guru agama Islam juga mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.21 Pengertian guru agama Islam juga sudah dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yakni yang artinya: jadilah kamu sebagai orang yang alim (berpengetahuan/guru), atau sebagai mutaallim (oarang yang belajar/mencari ilmu), atau jadi pendengar, atau sebagai pengikut/ simpatisan setia, dan janganlah kamu jadi orang yang kelima, yaitu orang yang tidak memilih salah satu dari posisi tersebut.22 2. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam Bahwasannya untuk menjadi guru pendidikan agama Islam tidaklah mudah seperti yang dibayangkan orang yang selama ini yakni seorang guru agama Islam dianggap seseorang yang hanya megang kapur, membaca buku pelajaran, maka cukup bagi mereka untuk berprofesi sebagai guru. Dengan demikian, untuk menjadi seorang guru pendidikan agama Islam yang profesional tidak mudah, maka seorang guru harus 21 Muhamad Nurdin., Op.cit., hlm. 127-128 22 Abudin Nata , Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murd Studi Pemikiran Tasawuf Al-Qhazali (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 47-48

memiliki syarat-syarat khusus dan harus mengetahui seluk beluk teori pendidikan. Adapun supaya tercapai tujuan pendidikan maka seorang guru harus memiliki syarat-syarat pokok yakni menurut Sulani (1981: 64) adalah: a. Syarat syakhsiyah yakni seorang guru pendidikan agama islam harus memiliki kepribadian yang dapat diandalkan. b. Syarat ilmiah yakni seorang guru pendidikan agama Islam harus memilki penetahuan yang luas. c. Syarat idhofiyah yakni seorang guru pendidikan agama Islam harus mengetahui,

menghayati, dan mnyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa peserta didik menuju tujuan yang ditetapkan.23 Bahwasannya guru pendidikan agama Islam juga harus memiliki syarat kompetensi akademik, kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, kesejahteraan yang menadai, pengembangan karier, budaya kerja, dan suasana kerja yang kondusif. Dalam pandangan islam, di samping syarat-syarat guru pendidikan agama Islam di atas, maka seorang guru harus orang yang bertakawa, yaitu beriman, berilmu, dan berakhlakul karimah sehingga tidak saja efektif dalam mengajar, tetapi efektif dalam mendidik, sebab mendidik dengan keteladanan lebih efektif daripada mengajar dengan perkataan.24 23 Muhamad Nurdin., Op.cit hlm. 129 24 Marno dan Idris, Op.cit hlm. 31

Menurut UUD SISDIKNAS tentang syarat menjadi guru pendidikan agama Islam yakni dibahas pada pasal 41 ayat 1, 2 dan 3, yang menjelaskan tentang ketentuan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan adala sebagai berikut: a. Pendidik harus memilki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi. c. Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.25 Adapun seorang guru pendidikan agama Islam harus memilki syarat-syarat tersebut, maka seorang guru juga harus memiliki karakteristik sebagai pengajar antara lain: (1) memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang diajarkan, (2) memiliki kecakapan untuk memperhatikan kepribadian dan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat pula, (3) memiliki kesabaran, keakraban, dan sensivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat mengajar, (4) memiliki pemikiran yang imajinatif dan praktis dalam usaha memberiakan penjelasan kepad peserta didik, (5) memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya baik ini 25 Mulyasa., Op.cit., hlm. 198

maupun metode, (6), memiliki sikap terbuka, luwes dan eksperimental dalam metode dan teknik.26 3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Agama Pendidikan Islam dalam

Mengajar

Pekerjaan guru pendidikan agama Islam adalah luas, yaitu membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, tugas atau fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. Fungsi sentral guru agama Islam adala mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan mengajar (fungsi instruksiona) dan kegiatan bimbangan, bahkan dalam setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik. Dalam pada itu guru pun harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya itu kepada berbagai pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakannya untuk mengingatkan efektifitas pekerjaannya (sebagai umpan balik). Yang terakhir itu dikenal sebagai tugas adminstrasi (fungsi menejerial). Mengingat lingkup pekerjaan guru agama Islam yang dijelaskan di atas, maka tugas guru pendidikan agama Islam itu meliputi, pertama, 26 Tohirin., op.cit., hlm 79

tugas pengajaran atau sebagai pengajaran, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi atau guru sebagai pemimpin (manajer kelas). Apabila ketiga tugas dilaksanakan secara seimbang dan serasi, maka tugas seorang guru pendidikan agama Islam akan berfungsi sebagaimana dalam tugasnya, dan saling keterkaitan yang dapat menghasilkan keberhasilan pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang tidak terpisahkan.27 Menurut Joeseop, mantan pendidikan dan kebudayaan 1978-1983, mengemukakan tiga mis atau fungsi guru: funsi profesional, fungsi kemanusiaan, dan fungsi civic mission. Fungsi profesional berarti guru meneruskan ilmu/keterampilan/ pengalaman yang dimiliki atau dipelajarinya kepada peserta didiknya. Fungsi kemanusiaan berarti berusaha mengembangkan/membina segala potensi bakat/pembawaan yang ada pada diri si anak serta membentuk wajah Ilahi dalam dirinya. Fungsi civic mission berarti guru wajib menjadikan anak didiknya menjadi warga negara yang baik, yaitu berjiwa patriotik, mempunyai semangat kebangsaan nasional, dan disiplin atau taat terhadap semua peraturan perundng-undang yang berlaku atas dasar pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tugas guru pendidikan agama Islam sebagai penjabatan dari misi dan fungsi yang diembannya, menurut Darji Darmodiharjo, 27 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm 264- 265

minimal ada tiga: mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas mendidik lebih menekan pada pembentukan jiwa, karakter, dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai. Tugas mengajar lebih menekan pada pengembangan kemampuan penalaran dan tugas melatih menekankan pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi dan cara dengan melatih berbagai keterampilan. Dalam lembaga persekolahan, tugas utama guru pendidikan agama Islam adalah mendidik dan mengajar. Agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka seorang guru pendidikan agama Islam memilki kualifikasi tertentu, yaitu profesionalisme: memiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, kredibilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas, kematamgam jiwa, dan memliki keterampilan teknis mengajar serta mampu membangkitkan etos dan motivasi anak didik dalam belajar dan meraih kesuksesan. Dengan kualifikasi tersebut, diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar mulai dari perencanaan progaram pembelajaran, mampu memberikan keteladanan dalam banyak hal, kemampuan untuk mengerakkan etos anak didik, sampai pada evaluasi.28 Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan menupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab 28 Marno, Op.,cit., hlm 18-20

memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar tecapai tingkat kedewasaan, seta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Di samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.Allah berfirman dalam Al-Quran: y]yt/ ) t9$# n?t !$ #t s)s9 s9 6s% (#%x. )u sy6t:$#u |=tG39$# Gt#u A 7 9 n=|

Artinya: Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orangorang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(QS. Al-Imran:164) Dari ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa tugas rasululah selain sebagai nabi, juga sebagai pebdidik (guru). Oleh karena itu, tugas utama guru menurut ayat tersebut adalah: a. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah. b. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum muslim agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku kehidupan.

Jadi, jelas bahwa tugas guru agama Islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm drager (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat.29 4. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengajar Upaya guru atau usaha guru dalam dunia pendidikan sangat berperan sekali dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Aktivitas guru yang dilakukan dalam rangka membimbing, mendidik, mengajar, dan melakukan transfer knowledge dalam proses belajar mengajar harus dilakukan oleh seorang guru yang memiliki usaha tinggi yang disertai dengan kemampuan keprofesionalan.30 Memberikan pengetahuan kepada anak didik adalah suatu hal yang mudah tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi oleh sejumlah norma hidup sesuai dengan ideologi, falsafah dan bahkan agama.Pendidikan tidak dilakukan semata-mata dengan perkataan tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Bahwasannya guru mempunyai peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, seorang guru harus melakukan usaha-usaha yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa, dan sebaliknya ada seorang guru yang melakukan kesalahan-kesalahan 29 Muhamad Nurdin, Op.cit., hlm 128 30 Ibid.,hlm. 138

dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sehingga berakibat pada tingkat rendahnya

prestasi belajar siswa. Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:31 a. Mendidik. Guru adalah seorang pendidik, dalam usaha mendidik ini seorang guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab maka seorang guru harus mengetahi, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan moral tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, dan intelektual dalam pribadinya. Sedangkan disiplin; bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karean mereka bertugas untuk mendisplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran.

31 Mulyasa, op.cit., hlm. 37

b. Mengajar Adapun sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksankan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.32 c. Membimbing Bahwasannya guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Berdasarkan ilustrasi di atas, maka seorang guru harus bisa merencanakan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal: a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.

32 Ibid., hlm. 38-42

b. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. c. Guru harus memaknai kegiatan belajar. d. Guru harus melaksanakan penilaian. e. Melatih Bahwa palatihan yang dilakukan oleh seorang guru melatih peserta didik dalam pembentukan komptensi dasar, sesuai dengan komptensi masing-masing. Di samping pelatiahan tersebut seorang guru harus memperhatiakn kompetensi dasar dan materi standar, juga mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya. f. Menasehati Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati oarang lain. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenya mereka tidak senang melaksanakan fungsinya. Pada hal menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun meletakkannya pada posisi tersebut. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.33 g. Membaharui Bahawa guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian pula pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peseta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berbeda jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Bahwa seorang guru harus bisa menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunkana potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana menjembattninya secara efektif. Jadi, yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran tersebut, dan cara yang ketika cara-cara tadi dipergunakan. Bahasa memang merupakan alat untuk berpikir, melalui pengamatan yang dilakukan dan menyusun kata-kata serta menyimpan dalam otak, terjadilah pemahaman sebagai hasil belajar.

Hal tersebut selalu mengalami perubahan dalam setip generasi, dan 33 Ibid., hlm. 43-44

perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang positif. h. Model dan teladan Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunkannya secra konsruktif maka akan mengurangi keefektifan pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan pesrta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.34 i. Pribadi Secara individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Bahwa dalam pendidikan istilah guru yaitu digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksankan tugas dan bertempat tinggal.

34 Ibid., hlm. 45-50

j. Meneliti Dalam pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan penelitian, yang di dalamya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dalam penelitian guru harus menyadari akan kekurangannya, guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksankan tugas. k. Pendorong kreativitas Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemontrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas juga merupakan sesuatu yang yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan

oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kretivitas merupakan yang universal dan oleh karenya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Oleh karena itu, maka seorang guru harus menjadi orang yang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. Akibat dari kreativitas ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja.35 l. Pembangkit pandangan Dalam pembangkit pandangan ini seorang guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik disegala umur sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi guru. m. Pekerja Rutin Bahwasannya guru harus bekerja dengan terampil, dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat di diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya. Disamping itu, jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan mengubah sikap umumnya terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru membenci atau tidak menyenangi tugas ini maka akan merusak keefektifan pembelajaran.

35 Ibid., hlm. 51-53

n. Pemindah lemah Bahwa dalam kehidupan ini selalu berubah-ubah, maka seorang guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memidahmindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal yang lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami, Maka seorang guru harus mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara yang baru lebih sesuai. Dengan demikian, guru dan peserta didik harus bekerja sama mempelajari cara baru, dan meninggalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa kini.Maka proses ini akan menjadi suatu trasaksi bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran.36

o. Pembawa cerita Bahwasannya cerita merupakan cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka, belajar untuk menghadapi kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang 36 Ibid., hlm. 54-56

kehidupan manusia di masa lalu. Dengan cerita ini, guru bisa mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang. Sebagai pendengar, pesrta didik dapat mengidentifikasi watakwatak pelaku yang ada dalam cerita, dapat secara objektif menganalisis, menilai manusia, kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran. Dengan demikian, mereka bisa mengetahui bagaimana orang bisa jatuh cinta, dan menguji kemamapuannya untuk untuk mencintai, dll. Adapun salah satu karakteristik pembawa cerita baik yang baik adalah mengetahui bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para pendengarnya, sehingga mampu menggunakan kejadian di masa lalu untuk menginterpretasikan kejadian sekarang dan yang akan datang. Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti jalannya cerita dengan berusaha membuat peserta didik memilki pandangan yang rasional terhadap sesuatu. p. Evaluator Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian karena penilaian merupakan proses menetapkan kualiatas belajar hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.

Sebagai proses penilaian, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam penilaian guru harus perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Dalam tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan, antara lain penyusunan tabel spefesikasi yang didalamnya terdapat sasaran penilaian, teknik penilaian, serta jumlah instrumen yang diperlukan. Pada tahap

pelaksanaan, dilakukan pemakaian instrumen untuk menemukan respon peserta didik terhadap instrumen tersebut sebagai bentuk hasil belajar, selanjutnya dilakukan penelitian terhadap data yang telah dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat tafsiaran tentang kualitas prestasi belajar siswa/peseta didik. Selain menilai hasil belajar peserta didik, guru harus pula menilai diri sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun penilai progarm pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagaimana memahami penilaian hasil belajar.37

37 Ibid., hlm. 61

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1) Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang pengertian prestasi belajar, penulis akan menguraikan terlebih dahulu pengertian prestasi kemudian pengertian belajar, karena prestasi belajar merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.oleh karena itu penulis akan kemukakan beberapa pengertian tentang prestasi: a. Jl Pasaribu dan B Simanjutak mengemukakan bahwa prestasi: adalah hasil nyata yang dicapai setelah mengikuti didikan atau latihan tertentu.38 b. M. Bukhori menyatakan bahwa prestasi adalah dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai atau hasil yang sebenarnya dicapai.39 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai berdasarkan apa yang telah dilakukan dan dikerjakan menurut kemampuan masing-masing setelah menguraikan pengertian tentang prestasi, maka penulis akan menguraikan tentang belajar. Dalam memberi definisi atau batasan mengenai belajar, seseorang akan mengartikan bahwa belajar merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok anak-anak disuatu tempat yang diajarkan oleh seorang guru. Lain halnya dengan pengertian yang diberikan oleh para ahli pendidikan mengenai pengertian belajar sangatlah komplek. 38 Mujib Ahmad, Upaya Penggunaan Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMUN 1 KANDAT,(Malang: Perpustakaan UIS, 2002) hlm.34 39 Ibid., hlm.34

Untuk dapat mendalami dan mempunyai gambaran mendalam serta jelas sehingga kita mempunyai pengertian yang jelas mengenai belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siwa, baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Menurut Skiner yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology: the teaching-learning process, berpendapat bahwa: Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasannya, bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaption. Berdasarkan eksprimennya, B.F Skiner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).40 Selanjutnya ada yang mendefinisikan belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat bakat, watak, dan penyesuaian diri. 40 Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.90

Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara manusia (id- ego- super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupu teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah: a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar. b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indra ikut berperan.41 Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman yang telah dilalui. Jadi belajar itu pada dasarnya adalah merupakan suatu pembawaan kearah perubahan yang positif, perubahan itu terjadi karena usaha dengan kesengajaan. Setelah mengetahui pengertian tentang prestasi dan belajar, maka penulis memadukan pengertian tersebut yaitu pengertian prestasi dan belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau yang diperoleh yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap pengalaman dan pelatihan yang telah dilalui oleh individu dan akhirnya mengakibatkan adanya perubahan dalam diri individu tersebut. Kalau perubahan tingkah laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah. Kemajuan yang diperoleh 41 Sardiman, op.cit., hlm 24

itu tidak saja berupa ilmu pengetahuan, tapi juga berupa kecakapan ketrampilan. Semuanya bisa diperoleh di bidang suatu mata pelajaran tertentu. Kemudian untuk mengetahui penguasaan setiap siswa terhadap mata pelajaran itu dilaksanakan tes prestasi belajar. Sebagaimana ditujukkan oeh namanya, tes prestasi bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Robert l. Ebel (1979) mengatakan bahwa fungsi utama tes hasil belajar di kelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Adalah salah satu kesalahfahaman bila menganggap bahwa apa yang dapat dilakukan oleh tes prestasi belajar semata-mata memberikan angka untuk dimasukkan ke dalam raport atau ke dalam laporan hasil studi siswa. Dengan demikian, setelah terjadinya proses belajar mengajar di kelas, sebaiknya pendidik melakukan tes prestasi belajar untuk mengetahui seberapa besar mampu menerima pelajaran.42 Adapun prestasi belajar pendidikan agama Islam adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, namun pencapaian hasil belajar tersebut yang merujuk pada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu,ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya, prestasi belajar pendidikan agama Islam harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 42 Siti Qomariyah , Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Study Kasus di SMPN Singosari) (Malang: Perpustakaan UIN, 2006), Hlm.27

Menurut Sudjana (1991;49), ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hiarkhi.43 2. Aspek-aspek Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dalam belajar sealalu melibatkan aspek fisik dan mental. Oleh karena itu, keduanya harus dikembangkan bersama-sama secara terpadu. Dari aktivitas belajar inilah yang akan menghasilkan suatu perubahan dengan hasil belajar atau prestasi belajar. Hal tersebut akan nampak suatu prestasi yang diberikan oleh siswa misalnya hal menerima, menanggapi dan menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan guru. Presatsi tersebut berbeda-beda sifat dan bentuknya tergantung dalam bidang siswa akan menunjukkan presatsi. Terutama pada pelajaran pendidikan agam Islam itu siswa memiliki aspek-aspek prestasi yang dalam hal ini meliputi pada bidang pengetahuan, sikap, atau nilai dan bidang ketrampilan. Hal ini sesuai dengan klfikasi yang dikemukakakn oleh Benyamin. S Blom dalam bukunya The Of Educational Objective-Cognitif Domain (Blomm et. Al) yang dalam proses belajar mengajar akan diperoleh 3 (tiga aspek yaitu: (1) aspek pengetahuan ) (Cognitif), (2) aspek sikap (Afektif) dan (3) aspek keterampilan (Psikomotorik). 44 dan ada pula pendapat B.S Bloom yang dikutip

W.S Winkel (1991-149 menurutnya 43 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 151 44 Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV Citra Media, 1996), hlm. 70-71

aspek belajar yang meliputi 3 aspek, yaitu: 3 ranah a) ranah kognitif. b) ranah afektif. c) ranah psikomotorik.45 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pembahasan dalam diri manusia maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar, tentu saja perubahan itu berencana dan bertujuan. Berikut penuturan BS Bloom dkk. Krathwohl dan simpson dkk seperti yang dikutip dimyati dan mudjiono mengkategorikan prilaku karakteristi belajar siswa sebagai berikut: a. Ranah kognitif, terdiri dari: 1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, teori, prinsip atau metode. Misalnya, siswa mengetahui sholat yang benar seperti sholatnya Nabi Muhamad Saw. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti yang dipelajari. 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya siswa menerapkan apa yang dipahami dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. 45 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991) hlm. 149

4) Analisis, mencakup kemampuan nmerinci atau kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga sruktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membantu suatu pola baru misalnya kemampuan siswa dapat cepat membaca Al-Quran. 6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya siswa mampu menilai kandungan yang tercantum dalam pelajaran yang telah dipelajari khususnya pada pendidikan agama Islam. b. Ranah afektif 1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatiakan hal tersebut. Misalnya kemampuan untuk menyerap ilmu yang diberikan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam.

2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya siswa tidak mencontek waktu ujian berlangsung meskipun tidak ada pengawas. 3) penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup meneriam pendapat orang lain. 4) organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan niali ajaran islam sebagai pedoman dan bertindak sesuai dengan aturan pendidikan agama Islam.

5) pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pibadi. Misalnya siswa dapat mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang positif. c. Ranah psikomotorik 1) Persepsi, yang mencakup memila-milah (mendskripsikan) hal-hal yang khas dan menyadari adanya perbedaan khas tersebut. Misalnya siswa dapat membedakan antara mencuri dan meminjam barang orang lain. 2) Kesiapan, yang mncakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya siswa dalam melakukan sholat. 3) Gerakan terbimbingan, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan. Misalnya siswa melakukan manasik haji. 4) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar dan tepat. Misalnya dalam membersihkan masjid dan mushola. 5) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakagerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan wudlu sebelu sholat.

6) penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian gerak-gerik dan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya kemampuan membaca Al-Quran dengan Tajwidnya. 7) kreatifitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi lagu menagaji/membaca Al-Quran dengan Tartil. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan

Agama Islam

Dalam proses belajar mengajar kita perlu memperhatikan fakrorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, agar dalam prosesnya dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang sebaik-baiknya.46 Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Internal Faktor internal ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1) Faktor Fisiologis 2) Faktor Psikologis b. Faktor Eksternal Faktor eksternal ini dapat dikalsifikasikan menjadi dua, yaitu: 1) Faktor lingkungan sosial 2) Faktor lingkungan non sosial 46 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), hlm. 132-139

Adapun penjelasan mengenai faktor-faktor di atas adalah:

a. Faktor Internal
Yang dimaksud faktor internal adalah faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi: 1) Faktor Fisiologis (faktor yang bersifat jasmaniah) a) Kondisi fisik pada umumnya. Kondisi fisik pada umumnya dapat dikatakan dapat melatar belakangi aktivitas belajar pada umumnya, jika seseorang dalam keadaan sehat jasmaniah maka hasil belajarnya akan berbeda dengan orang yang kondisi jasmaninya kurang sehat, seperti sakit, kelelahan, dan lain sebagainya. Anak yang kurang gizi akan cepat lelah, dan tidak mudah menerima pelajaran dan cepat ngantuk. b) Kondisi panca indra Selain kesehatan fisiologis umum, yang tidak kalah pentingnya adalah kesehatan panca indra terutama pendengaran, dan penglihatan, karena hampir semua pengetahuan diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan. c) Usia Sebagaimana kita ketahui usia remaja adalah usia manusia yang sangat potensial untuk melakukan aktivitas yang

bermanfaat, begitu juga dengan potensi belajarnya. Sebab semakin tua usia seseorang, semakin lemah pula daya fisiknya. 2) Faktor Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, faktor-faktor yang dipandang lebih essensial itu adalah sebagai berikut: a) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Setiap individu mempunyai intelegensi yang berbedabeda. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa dengan tingkat intelegensi yang tinggi akan berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Meski demikian, intelegensi tinggi tidak selalu menjamin siswa tersebut pasti berhasil dalam belajarnya,ini karena belajar adalah proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

b) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajarn yang anda saksikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajr siswa tersebut. Sebaliknya, jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda akan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.47 c) Bakat Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Kemampuan potensial itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Adapun setiap siswa pasti memiliki bakat dalam arti potensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Secara umum bakat hampir mirip dengan intelegensi, itulah sebabnya seorang anak yang memiliki intelegensi sangat cerdas (surior) atau luar biasa 47tohirin, op.cit., hlm. 128-130

cerdasnya (very superior), disebut juga sebagai talented atau anak bakat.48

d) Minat Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat besra pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya.49 e) Motivasi Motivasi adalah kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan atau belajar murid. Dalam perkembangannya selanjutnya, motovasi dapat dibedakan menjadi menjadi duamacam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik . Motivasi intrik adalah hal dan keadaan yang berasal dari diri siswa sendiri yang dapat mendorognya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrik siswa adalah siswa adalah menyenangi materi dan kebutuhan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata terteb sekolah, suri 48 Ibid., hlm 131-133 49 Syah Muhibbin, op.cit., hlm. 136-137

tauladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan konkrit motivasi ekstrinsik yang mendorong siswa untuk belajar. Kekuatan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal akan menyebabkan siswa kurang bersemangatnya dalam melakukan proses pembelajaran materi pelajaran baik sekolah maupun di rumah.50

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan di sekitar siswa, yang terdiri dari dua macam,51 yaitu: 1) Faktor Lingkungan Sekolah, meliputi: a) Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan diskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. b) Lingkungan masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ektern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Kondisi masyararakat di 50 Ibid., hlm. 137 51 Ibid., hlm. 137-138

lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan belajar ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau menjamin alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki. c) Lingkungan keluarga Keluarga adalah pemberi pengaruh pertama pada seorang anak. Dalam keberhasilan belajarpun siswa banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Sifat-sifat orang tua, dan demografi keluarga (letak rumah), semunya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2) Faktor Lingkungan Non Sosial Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktot ini dipandang turut menentukan tingkat belajar siswa. Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan volly) akan mendorong siswa unutk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak panas dikunjungi. Kondisi

rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.52 C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Upaya guru agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam sangat penting sekali, karena seorang pendidik/guru agama Islam yang sangat berperan sakali dalam proses belajar mengajar, apabila dalam proses belajar mengajar tersebut akan tercapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien, maka seorang guru agama Islam tidaklah cukup dengan penguasaan materi saja akan tetapi seorang guru agama Islam haru menguasai teknik/metode penyampaian materi yang tepat sarana dan prasarana, kurikulum pendidikan agam

Islam, sarana dan prasarana pendidikan, evaluasi pendidikan.53 a. Materi pendidikan agama Islam Menurut Quthb, pendidikan agama islam menekankan pada pola pendidikan yang menyeluruh dan mampu menyentuh seluruh potensi yang dimiliki peserta didik dan aspek kehidupan manusia. Materi pendidikan harus mampu mensimulir fitarh peserta didik. Baik itu fitarh, ruhani, akal, dan perasaan, sehingga memberikan corak serta sekaligus mewarnai segala aktivitas hidupnya di muka bumi, baik 52 Siti Qomriyah, Op.cit., hlm. 33 53 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarata: Gaya Media Pratama, 2001), Hlm 171-187 sebagai khalifah fil arddh maupun abd. Bentuk materi pendidikan yang demikian, akan mampu menghasilkan sosok peserta peserta didik sebagai manusia sutuhnya (Insan Kamil). Hal ini disebabkan, kareeana dalam islam, manusia senantiasa dipandang secara integral dan seimbang. Oleh karena wajar jika pendidika agama Islam dituntut untuk menawarkan materi pendidian universal yang mampu mengayomi seluruh aspek peserta didik secara utuh, baik sebagai makhluk individu, Tuhan, maupun sosial. Agar fitrah tersebut berkembang pada diri peserta didik, maka penekanan materi di atas secara integral, mutlak diperlukan dalam kurikulum yang ditawarkannya. Bahkan, Islam dengan ajarannya yang universal memotivasi umatnya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang disenanginya. b. Menguasai teknik/metode, sarana dan prasarana Secara etimologi, metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan secara terminologi, metode pendidikan pada dasarnya merupakan cara yang digunakan dalam proses pendidikan. Menggunakan metode hanya bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan yang dinginkan. Menurut Al-Habrasihanya menekankan, bahwa metode pendidikan Islam yang ideal harus mengandung unsur-unsur demokrasi, kebebasan, kemerdekaan persamaan, pengamatan, yang

diteliti terhadap bakat, kecenerungan, fitrah, kecakapan, kemampuan, peserta didik, serta bersifat komunikatif dan mengandung unsur pembinaan. Menurut Muhamad Qutthb, ada beberapa metode pendidikan islam, antara lain melalui contoh tauladan, nasehat, pujian, peringatan, dan hukuman, cerita, latihan, penyaluran bakat, serta tugas yang diberikan untuk mengisi waktu senggng yang dimiliki peserta didik,

dengan pendekatan terebut, seluruh waktu dan aktivitas peserta didik memilki nuansa pendidikan.54 Apabila menggunanakan metode tersebut maka ada beberapa yang pokok harus diperhatiakan oleh seorang pendidik, antara lain yaitu: (1) Mengaitkan metode yang digunakan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. (2) Gunakan metode yang sesuai dengan fitrah peserta didik, situasi dan kondisi di mana pendidikan itu dilaksanakan. (3) Sesuaikan dengan dinamika psikologis peserta didik yang senantiasa berubah dalam meneriama proses belajar mengajar (4) Sesuaikan metode dengan hukuman dan pujian yang dapat membentuk kepribadian dan motivasi (5) Kemampuan pendidik dalam menggunakan metoe pendidikan tertentu. (6) Tekanan dan tuntutankumulatif dari setiap materi pelajaran yang terdapat pada kurikulum dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (7) Situasi dan kondisi ketika proses belajar mengajar 54 Ibid, hlm 179

berlangsung, serta sarana dan prasana yang mendukung dipergunakan metode pendidikan yang dipilih. Adapun yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik juga dalam menggunakan metode di atas, di samping harus integral dan harmonis, pendidik dituntut untuk terlebih dahulu mengelompokkan dan ekaligus menformat materi pendidikan apa saja yang cocok dengan metode-metode tersebut. Proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efesien apabila didukun dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Penyediaan sarana dan prasarana serta metodologi pendidikan yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi pengembangan potensi pesert didik, ecara optimal. Hal ini disebabkan, karena kecenderungan, bahwa potensi peseta didik akan lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah sarana dan prasarana yang mendukung proses interaksi yang sedang dilaksanakan. Bahwa manusia merupakan makhluk Allah yang memilki potensi dasar yang dinamis, maka sarana pendidikan yang dipergunakan harus mampu menyentuh dan sekaligus menstimulusi seluruh potensi tersebut. Sarana dan praarana, dalam perspektif pendidika, merupakan instumen yang sangat strategis dalam ikut menetukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab, keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika terendiri terhadap peserta didik. Adapun kedudukan sarana dan prasarana

pendidikan memengang peranan yang sangat penting dalam mengantarkan peserta didik pada tujuan pendidikan yang dinginkan.umtuk mengembangkan misi pendidikannya, pendidikan alinsaniah islami, mempergunakan sarana dan prasarana di samping

fungsinya terebut di atas- sebagai alat untuk mengetahui kecenderungan potensi peserta didik yang perlu dibina dan dikembangkan lebih lanjut. Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam konteks ini dapat dipisahkan kepada dua bentuk.55 Pertama: yang berupa benda yang meliputi benda asli dan benda tiruan misalnya, foto, gedung, peta, tv, radio, dan sebagainya. Kedua, yang berupa bukan benda, yang meliputi keteladanan sosok pendidik, perintah, dn larangan, ganjaran dan hukuman, dan lain sebagainay. Kesemua ini adalah merupakan alat yang dapat menujang menumbuhkan serta menstimulasi potensi peserta didik, sehinggaakan menumbuhkan perhatian yang cukup besar dalam meresponi seluruh aktivitas proses belajar mengajar secara aktif dan dinamis. Kondisi ini sangat mendukung untuk tercapainya tujuannya pendidikan serta efektif dan efisien. c. Kurikulum Untuk optimaliasai upaya diatas, dalam perspektif pendidikan al-insaniah islami, diperlukan model kurikulum yang mampu memformulasikan semua tindakan yang edukatif tersebut dalam

55 Ibid., hlm 184

suasana dinamis-de mokartis. 56 Acuannya harus bersifat fleksibel, terbuka, serta merangsang dinamika fitarh peserata didik secara optimal. Eksistensinya setap saat harus senantiasa ditinjau kembali akan keabsahanya.sifat yang korektif yang dinamis ini perlu berjalan secara berkesinambungan , sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Mauatan kurikulum dewasa inu yang lebih banyak menekankan pada aspek hafalan, merupakan saalasatu penyebaba kegagagalan pendidikan dalam memainkan peranannya sebagai motor lahirnya peradaban manusia yang lebih tinggi. Persoalan ini menurut conny R. Semiawan, merupakan persoalan pokok dalam sistem pendidikan di Indonesia. Untuk itu, model dan muatan kurikulum di negara ini harus segera diformulasi ulang dengan lebih menekankan pada aspek yang merangsag dinamika intelektual, tanpa melupakan aspek moral. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan pada aspek hafalan tidak diperlukan sama sekali. Akan tetapi, yang harus dilakukan dalam menyusun kurikulum yang adaptik adalah bahwa muatan yang demikian itu hendaknya bisa diminimalkan. Adapun bentuk kurikulum yang ditawarakan olek pendidikan agama Islam memililki dimensi intregrated mattered curiculum. Ekstensinya hanya merupakan acuan dasar(sebagai bahan mentah) yang dijadikan pijakan dalam proses belajar mengajarnya, agar proses belajar lebih terarah. Akan tetapi, eksistensinya buakan acuan final 56 Ibid, hlm 175

yang baku. Sifatnya bersifat dinamis-adaptik, sesuai dengan akselarasi kebudayaan manusia yang dinamis dan kompleks. Acuan materi yang dikandung harus mampu menyentuh seluruh kepentingan, dimensi, visi, dan potensi manusia (peserta didik) secara utuh dan bersifat universal. Wacana ini memberiakn isyarat, bahwa kurikulum yang ditawarkan oleh pendidikan islam, memandang muatan materi yang dikandungnya harus merupakan jaringan yang senantiasa berhubungan antara saty dengan yang lain secra utuh dan saling berkergantungan . dalam kontek ini melihat, bahwa dalam pendidikan agama Islam, tidak mengenal adanya dualisme-pasial dalam kandungan kurikulumnya, sebagaimana yang ditengahkan kontemporer dewasa ini. Adapun dasar kurikulum pendidikan agama islam yaitu: 1) Prinsip filosofis, muatannya kurikulumharus mampu mencerminkan pesan moral nilai keilmiahan yang bernuansa religius. 2) Prinsip integralisti psikologis; kurikulum yang dikembangkan perlu diformulasikan secara proporsional. Muatan ini disesuaikan dengan kapasitas dinamika potensi yang dimilki peserta didik. 3) Prinsip sosiologis, kurikulum harus bersifat adaptik-dialogis, sesuai dengan tuntutan masyarakat, nilai religius, dan perubahan zaman yang semakin maju dan kompleks.

4) Cakupan materi kurikulum hendaklah selaras dengan fitrah insani, yang meliputi aspek pskis, fisik, sosial, budaya, maupun intelektual. Kesemua itu harus diarahkan pada tercapainya tujuan akhir pendidikan Islam.dll d. Evaluasi pendidikan Untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan materi peserta didik dan tercapainya tujuan pendidikan yang telah dilaksanakan, maka diperlukan alat untuk mengukur tingkat signifikansi proses pendidikan dan hasil yang dicapai. Proses mengukur tingkat signifikansi proses belajar mengajar tersebut adalah evaluasi. Dalam melaksanakan evaluasi, pendidikan Islam telah memberikan tolak ukur yang serasi dengan tujuan pendidikannya, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Kedua bentuk tujuan tersebut, pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang berupaya menciptakan peserta didik untuk memiliki kepribadian paripurna (Insan Kamil) yang berakhlak mulia. Apabila pendidikan islam bertujuan menciptakan insan kamil, maka aspek yang akan dituju adalah tercapainya tujuan kognitif, (inteletual), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Oleh karena itu, alternatif yang mungkin mendekati ideal

adalah menggabungkan ketiga aspek di atas sebagai titik tuju evaluasi. Apabila peserta didik hanya mampu menguasai salah satu aspek saja, maka dapatdikatakan bahwa pendidikan yang dilaksanakan belum

mencapai target yang diingnkan. Dalam hal ini, pendidik harus melihat evaluasi sebagai sebuah proses yang panjang, dan tidak hanya final pada waktu ujian formal. Melalui bentuk evaluasi integralistik ini, diharapkan pendidikan akan benar-benar memilki makna secara efektif dan efisien.57 Menurut Muzayyin Arifin, upaya yang dilakukan ole guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam yaitu dengan cara sebagai berikut:58 1) Peningkatan kualitas dan kompetensi guru agama Islam dengan kemampuan profesional keguruan dengan mempergunakan metode serta kemampuan memilih subtansi pendidikan agama Islam. Peningkatan kualitas profesional guru agama Islam tidak hanya melalui sistem penalaran atau kursus-kursus, juklak-juklak seperti selama ini diselenggarakan. Perlu juga dikembangkan sistem pendidikan akta VI dan diploma pada universitas atau perguruan tinggi agama. 2) Peningkatan mutu lembaga-lembaga pendidikan formal yang mendidik calon guru seperti PGA perlu ditata kembali atau dilakukan inovasi. Sehingga progaram-progaramnya lebih terarah kepada pemantapan profesionalisme keguruan yang lebih bertachassus dibidang keprogram pendidikan agama. Program kurikuler, kokurikuler dan ekstra kurikuler harus diarahkan kepada 57 Ibid., hlm 185-187 58 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm 147-149

prioritas kependidikan guru agama Islam yang bercirikan monjol dalam keagamaan. 3) Subtansi pendidikan agama Islam perlu direformulasikan dan direformasikan dengan program umum pembangunan nasional sektor pendidikan. Menyangkut subtansi di bidang akidah dan sikap ubudiah yang dimenifestasikan dalam prilaku muamlaha bainanas. Menurut norma-norma syariah yang berwatak dinamis, tidak statis, tidak jumud, dan takliid yang landing dalam masayarakat nyata. 4) Metode pendidikan sebagai sarana nonfisik yang harus dikuasai dan diterapkan oleh guru agama Islam terhadap anak didik perlu dilakukan renovasi. Sehingga proses pendidikan agama Islam berlangsung secara dialogis antara guru dan murid, tidak verbaitas, tidak teacher-sentric, melainkan demokratis. Termasuk di dalam proses kependidikan agama Islam ini ialah sistem

evaluasi yang masih tradisional-konservatif hanya bertumpu pada aspek kognitif, tanpa mementingkan faktor efektif dan prilaku agamis. Pendidikan agama Islam harus mampu mempribadikan nilai-nilai gama Islam yang mendorong pengembangan kreativitas dan emosional pribadi anak didik ke arah semangat pembangunan diri dan masyarakatnya. 5) Meningkatkan manajemen pendidikan agama Islam yang menyangkut pendayagunaan sistem kerja antara orang tua murid dan guru di tiap sekolah. Melalui sistem ini antara sekolah,

keluarga, dan masyarakat sekitar dapat tumpuh rasa tanggung jawab bersama dalam upaya menyukseskan pendidikan agama Islam. Sikap saling mendukung antara ketiga lingkungan pendidikan pada gilirannya akan menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama terhadap suksesnya pendidikan bagi putra-putrinya. Tidak ada suatu kerja samayang paling berharga dalam dunia pendidikan melainkan kerja sama antara sekolah dan rumah. 6) Prioritas terakhir ialah penyediaan sarana pendidikan di sekolah antara lain berupa kemudahan menjalankan ibadah yang diberikan oleh kepala sekolah dan disediakan tempat-tmpat ibadah (mushalla). Pemberian kesempatan terhadap siswa untuk mengadakan peringatan-peringatan hari besar agama Islam. Saling menghormati dalam memeluk agama yang berbeda di kalangan murid, guru, dan karyawan sekolah. Tersedianya buku-buku standar dan penunjang yang mengandung materi pendidikan agama Islam atau materi lainya yang berkaitan dengan pengembangan hidup beragama secara cuma-cuma dan di perpustakaan. Akan tetapi, lebih penting lainnya ialah penciptaan situasi lingkungan sekolah yang menunjang pendidikan agama Islam, bukan mengerosi mental keagamaan, yang bersumber dari pemimpin dan staf guru serta karyawannya.

2. Kendala/Hambatan Guru Pendidikan Agama Islam Berbagai upaya yang dilakukan oleh para pemikir ilmuwan ulama dan ulama ilmuwan yang banyak meprihatinkan tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga formal. Para pemikir dan ilmuwan ulama dan ulama ilmuwan serta kaum teknorat sepakat bahwa pendidikan agama Islam di tanah air kita harus disukseskan semaksimalkan mungkin sejalan dengan lanjutnya pembangunan naional. Pelaksanaan program pendidikan agama Islam di sekolah banyak

yang belum berjalan seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Karena berbagai kendala dalam bidang kemampuan pelaksanaannya, metodenya, sarana fisik, dan nonfisiknya. Suasana lingkungan pendidikan pun terkadang kurang menunjang suksesnya pendidikan mental spiritual moral ini. Padahal fasilitas dasarnya telah disediakan oleh negara melalui ketetapan-ketetapan MPR, peraturan perundangan lainnya serta berbagai proyek pembangunan sektor agama Islam dan pendidikan agama Islam. Semua tekad dan iktikad baik waktu bersumber pada aspirasi kultural bangsa yang harus dipenuhi dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan hidup yang semakin maju. Adapun hambatan/kendala guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam yaitu ada dua faktor (1) faktor-faktor internal sekolah (2) faktor-faktor eksternal.59

59 Ibid., hlm 150-153

a. Faktor-faktor internal 1) Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan atau jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternatif terakhir, tanpa menekuni tugas sebenarnya selaku guru yangberkualitas baik, atau tanpa ada rasa dedikasi sesuaia tuntutan pendidikan. 2) Penyalahgunaan manajemen penempatan yang mengalih-tugaskan guru pendidikan agama Islam ke bagian administrasi seperti perpustakaan, misalnya, atau pekerjaan non guru. Akibatnya pendidikan agama Islam tidak dilaksanakan secara programatis. 3) Pendekatan metodologis guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis sehingga tidak mampu menarik minat murid kepada pelajaran pendidikan agama Islam. 4) Kurangnya rasa soladaritas antara guru agam islam dengan guruguru di bidang studi umum, sehingga timbul sikap memencilkan guru agama Islam yang mengakibatkan pelaksanaan pendidikan agama Islam tersendat-sendat. 5) Kurangnya waktu persiapan guru pendidikan agama Islam dalm mengajar karena disibukkan dengan usaha nonguru untumencukupi kebutuhan ekonomis sehari-hari atau mengompreng di sekolah-sekolah swasta dan sebagainya. 6) Kurikulum yang terlalu overoade, karena terlalu banyak menampung keinginan tanpa mengarahkan kepada prioritas.

7) Hubungan guru pendidikan agama Islam dengan murid hanya bersifat formal, tanpa berkelanjutan dalam situasi informal di laur kelas. Wibawa guru agama Islam hanay terbatas di dalam dinding kelas, tanpa berpengaruh di luar kelas atau sekolah.

8) Petugas supervisi (pengawas dan penilik) tak berfungsi sesuai harapan. Karena terdiri atas tenaga-tenaga yang nonprofesional yang parkir, menunggu pensiun. dll b. Faktor-faktor eksternal a) Timbulnya sikap masyarakat atau orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah yang kurang concered kepada pentingnya pendidikan agama Islam, tidak mengacuhkan akan pentingnya pemantapan pendidikan agam Islam di sekolah yang berlanjut di rumah. Lingkungan masyarakat atau orang tua yang bersikap demikian disebabkan karena dampak kebutuhan ekomisnya mendorong bekerja 20 jam di luar rumah sehingga mereka bertawakal sepenuhnya kepada sekolah yang hanya mendidik anaknya dua jam per minggu. b) Situasi lingkungan sekitar sekolah disubversi oleh godaan-godaan setan yang beragam bentuknya. Antara lain godaan perjudian, tontonan yang bernada menyenangkan nafsu (seperti blue film, permainan ketangkasan, dan lain-lain). Situasi demikian melemahkan daya konsentarsi dan berakhlak mulia, serta

mengurangi gairah gairah belajar, bahkan mengurangi daya bersaing dalam meraih kemajuan. c) Gagasan baru yang mulai bermunculan di- impose oleh para ilmuwan mengenai perlunya mencari terobosan baru terhadap berbagai kemacetan dan problema pembangunan, meluas arah jalur kehidupan remaja yang kondusif kepada watak dan ciri-ciri usia puber dan adolesens mereka, secara latah mempraktikan makna yang keliru atas kata-kata terobosan menjadi mengambil jalan pintas dalam mengejar kemajuan belajarnya tanpa melihat cara-cara yang halal dan haram, misalnya budaya nyontek, membeli soal-soal ujian akhir dengan harga yang mahal, perolehan secara aspal, bahkan ada yang bersikap tujuan menghalalkan cara apa pun seperti doktrin komunisme. d) Produksi sekolah yang dicapai dalam waktu yang relatif singkat dengan dana yang seminimal mungkin, namun berhasil meluluskan sejumlah siswa yang lebih besar. Adalah salah satu contoh penerapan efisiensi industrial-teknologis yang kurang mengacu kepada kaidah perkembangan berdasarkan tempo dan kesatuan organis serta hukum konvergensi. 3. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Memecahkan Hambatan
Bahawasannya langkah-langkah guru pendidikan agama Islam dalam memecahkan hambatan yang bersifat internal adalah sebagai berikut:

1) Guru pendidikan harus mengetahui hal-hal yang akan diajarkan belajar terus menerus dan mencari beragam informasi tentang materi yang akan diajarkan (b) menguasai keseluruhan bahan materi yang akan disampaikan terhadap peserta didik (c) mempunyai kemampuan menganalisis materi yang yang akan diajarkan dan menghubung-hubungkan secara keseluruhan melalui pola yang diberikan Islam tentang bagaimana cara berpikir dan cara hidup, mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum disajikan terhadap peserta didik. 60 2) Guru pendidikan agama Islam harus mempunyai empat karakteristik: pertama, memiliki kepribadian yang matang, dan berkembang, kedua, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta wawasan pengembangan, karena seorang guru akan menginspirasi siswanya terhadap ilmu pengetahuan setengahsetengah , ketiga, menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat siswa terhadap ilmu pengetahuan , keempat, siap mengembangkan profesi yang berkesinambungan, agar ilmu dan keahliannya tidak cepat tua.61 3) Guru pendidikan agama islam harus mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karakter materi pelajaran dan situasi belajar.62 60 Muhamad Nurdin, op.cit., hlm. 168 61 Ibid., hlm 116 62 Abu Ahmadi, Strategi Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1992), hlm. 87

4) Dalam kegiatan pendidikan agama Islam perlu berinteraksi dan bersinkronisasi secara berarti dengan pendidikan non agama Islam/antara guru pendidikan agama Islam dengan guru-guru mata pelajaran lainnya dalam melaksanakan dan menciptakan suasana pendidikan islam di sekolah.63 5) Bahwa kurikulum pendidikan agama Islam harus mengacu pada materi yang terkandung harus mampu menyentuh seluruh kepentingan, dimensi, visi, dan potensi manusia (peserta didik secara utuh dan bersifat universal).64 6) Seorang pendidik agama Islam harus berusaha mencintai muridnya yang bersifat pribadi, harus mengenal murid-muridnya terlebih dahulu, harus mengetahui masing-masing kondisi keluarga, sehingga kesulitan-kesulitan mereka hadapi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka di sekolah.65 Adapun langka-langkah yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam memecahkan hambatan yang bersifat eksternal adalah sebagai berikut: 1) Guru pendidikan agama islam harus memberikan ganti berupa pengarahan dan pendidikan yang jarang bisa diperoleh peserta

didika di rumahnya.66 63 Muhaimin, op.cit., hlm. 101 64 Ibid, hlm. 176 65 M Mahfuzh Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm. 164 66 Ibid., hlm. 196

2) Guru pendidikan agama Islam dan pihak sekolah yang berwajib, harus menyediakan berbagai sarana serta fasilitas guna untuk memanfaatkan waktu luang, seperti berupa permainan-permainan, latihan-latihan olahraga.dll 3) Guru pendidikan agama Islam hendaknya memandang pembelajaran sebagai sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem tersebut.67 4) Guru pendidikan agama Islam harus mampu membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik dalam pendidikan agama Islam, sehingga dapat mengefektifkan pendidikan agama Islam menjadi terwujud.68 67 Mulyasa, op.cit., hlm. 22 68 Ibid., hlm. 174

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.69 Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, Artinya penelitian yang berusaha mendefinisikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang ataupun mengambil masalah-masalah yang atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah yang aktual sebagaimana adanya saat penelitian yang berlangsung dilaksanakan. 70 Metode penelitian ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua,, metode ini menyajikan secara langsung hakkat hubungan antara

peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih pekadan lebih dapat menyesuaiakn diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 71

69 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Jakart: Rineka Cipta, 2000), hlm 1 70 Nada Sudjana dkk. Penelitian dan Nilai. ( Bandung: Pendidikan Sinar 1989) hlm. 46 71 lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 5 74

B. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu penelitian kualitatif dekriptif, maka kehadiran peneliti di tempat penelitian sangat diperlukan sebagai intrumen utama. Dalam hal ini peneliti sebagai perencana, pemberi tindakan, pengumpul data, penganalisis data, dan sebagai pelapor hasil penelitian. Peneliti di lokasi juga sebagai pengamat penuh. Di samping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh kepala sekolah Widya Dharam Turen.

C. Lokasi Penelitian
Peneliti ini mengambil lokasi penelitian di SMA widya dharma berlokasi di jalan Mayor Damar no. 167 Turen Malang. Merupaakn salah satu SMA yang cukup besara yang ada di Turen seperti yang digambarkan dalam sejarahnya. SMA widya dharma merupakan bagian dari yayasan tersebut memilki 3 lembaga yakni SMA Widya Dharma sendiri, SMK dan STIE Widya Dharma ini berada dalam satu lokasi. Sedangkan SMK terpisah yakni berada di daerah Talok. Peneliti mengambil lokasi ini untuk mengetahui Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan di SMA Widya Dharma Turen Malang.

D. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.72 maka untuk melengkapi data penelitian ini maka peneliti mempersiapkan data primer dan data sekunder sebagai data dalam penelitian ini.

E. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.73 maka untuk melengkapi data penelitian ini maka peneliti mempersiapkan data primer dan data sekunder sebagai data dalam penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berpa interview, observasi, maupun penggunaan instrumen yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan.74 Adapun data primer yang peneliti gunakan adalah yang berkaitan dengan lokasi penelitian, yaitu berupa informan dan data langsung dari madrasah, baik berupa data siswa, guru maupun arsip lain yang dapat diambil dari lokasi penelitian. Sedangkan data yang sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.75 Data tersebut seperti data kepustakaan yang terkait dengan literatur dan data penunjang lainnya. 72 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Pt rineka Cipta, 2002), hlm. 107 73 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Pt rineka Cipta, 2002), hlm. 107 74 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 36 75 Ibid., hlm. 12

Menurut loflad, sebagaimana yang dikutip oleh meleong menyatakan bahwa sumber data utama dalam peneltian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya.76 Jadi, kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama dan dokumen atau sumber data tertulis lainnya merupakan data tambahan. Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari informan yang terkait dalam penelitian, selanjutnya dokumen atau sumber tertulis lainnya merupakan data tambahan. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Kepala madrasah SMA Widya Dharma Turen Malang 2. Tenaga pengajar (guru pendidikan agama Islam) SMA Widya Dharma Turen Malang 3. Siswa SMA Widya Dharma Turen Malang Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.77 Jadi informan diharapkan mengetahui banyak pengalaman tentang madrasah yang dijadikan objek penelitian. Dalam hal ini yang peneliti hubungi adalah kepala sekolah, beberapa guru pendidikan agama Islam dan staf madrasah.

76 Lexy Meleong, opcit, hlm. 12

77 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 107

F. Metode Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang valid dan relevan dengan permasalahan yang telah ditentukan, maka dalam penelitian ini teknik penelitian yang digunakan adalah:78 1. Observasi Observasi merupakan suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Menurut psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunkan seluruh panca indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Dengan demikian penelitian observasi dapat dilakukan dengan rekaman gambar dan rekaman suara. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunkana untuk menyebut jenis observasi, yaitu: a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan intrumen pengamatan. b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai intrumen pengamat.79 2. Interview Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara 78 Yuswianto, Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang ), hlm 61 79 Suharsimi Arikunto, op.cit hl. 133

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interview digunkan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas: a. Interview bebas, inguided interview, di mana pewancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya wawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini adalah bahwa responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diinterview. Dengan demikian, suasananya akan lebih santai karena hanya omongomong biasa. Kelemahan penggunaan teknik ini adalah arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.

b. Interview terpimpin, guided interview, yaitu interview yang dilakukan oleh pewancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview tersruktur. c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Dalam pelaksanaan interview, pewancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

Menginterview bukanlah pekerjaaan yang mudah. Dalam hal ini pewancra harus dapat menciptakan suasana santai tetapi serius artinya bahwa interview dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, tetapi tidak kaku. Suasana ini penting dijaga, agar responden mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewancara secara jujur. Oleh karena sulitnya pekerjaan ini maka sebelum melaksanakan interview, pewancara harus dilatih terlebih dahulu. Dengan latihan maka pewancara mengetahui carabagaimana dia harus meperkenalkan diri, bersikap, mengadakan langkah-langkah interview dan sebagainya.80 3. Dokumentasi Dokumentasi dari katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi ini, peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berpa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prsasti, notulen rapat, agenda dan sebainya.81 Yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data-data yang terdapat dalam dokumen-dokumen data yang diambil dari data tertulis buku induk, raport, dokumen, catatan harian, surat keterangan dan sebagainya.82 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang: a. Sejarah berdirinya SMA Widya Dharma Turen b. Jumlah guru agama Islam SMA widya dharma turen c. Jumlah siswa siswi SMA Widya Dharma Turen d. Struktur organisasi SMA Widya Dharma Turen 80 Ibid, hlm. 132 81 Suharsimi Arikunto, op.cit hlm. 206 82 Ibid, hlm. 132

e. Upaya atau usaha guru agama Islam dalam meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam bidang pendidikan Agama Islam di SMA Widya Dharma Turen.

G. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya lexy J. Moleong mendefinisikan analisa data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang

disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.83 Pengelolaan data atau analisis data merupakan tahap yang penting dan menentukan. Karena pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemkian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dinginkan dalam penelitian. Sebagaimana dengan jenis penelitian yang digunakan penelitian kulitatif, maka peneliti menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Lebih lanjut Lexy mengatakan bahwa laporan penelitian kualitaif berisi kutipann-kutipan data, baik berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.84 83 lexy j. Moleong, op.cit hlm.126 84 Ibid, hlm. 6

Menurut Muhamamd Nazir, bahwa tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat dekripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.85 Adapun untuk menganalisis data penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni data yang diperoleh dari penelitian seperti hasilobservasi, hasil interview, hasil dokumenter yang tergabung dalam metode pengumpulan data dari lapangan yang disusun peneliti di lokasi pnelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik. Dengan teknik ini data yang akan dipilah-pilah kemudian dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Kemudian digambarkan dalam bentuk kata-kata.

H. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data atau validitas data merupakan pembentukan bahwa apa yang telah diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di dunia kenyataan untuk mengetahui keabsahan data maka teknik yang digunakan adalah:86 1. Perpanjangan Keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan merupakan peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai; maka dari itu, peneliti harus melakukan adalah sebagai berikut : 85 Moh. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hlm. 63 86 Ibid, hlm.227

a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks. b. Membatasi kekeliruan peneliti. c. Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak

biasa/pengaruh sesaat. Perpanjangan keikutsertaan keikutsertaan bertujuan untuk dapat mempelajari kebudayaan, dapat menguji ketidak benaran informasi yang diperkenalkan oleh pemutarbalikkan fakta/kenyataan, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun objek. Bahkan juga peneliti agar dapat terjun ke lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distori yang mungkin mengotori data. 2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan adalah mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konsisten/intentatif. Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan/isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.87 3. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu dan keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.88 87 Ibid., hlm. 229

Triangulasi merupakan cara untuk melihat fenomena dari berbagai sudut, melakukan pembuktian temuan dari berbagai sumber informasi dan teknik. Misalnya, hasil observasi dapat dicek dengan hasil wawancara atau membaca laporan, serta melihat yang lebih tajam hubungan antara berbagai data. I. Tahap-Tahap Penelitian Dalam tahap ini ada tiga tahap utama: 1. Tahap orientasi atau tahap pra lapangan Yaitu mengunjungi dan bertatap muka dengan kepala sekolah SMA Widy Dharma Turen dan menghimpun berbagai sumber sementara tentang SMA Widya Dharma Turen. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah:89 a. Menyusun rancangan penelitian b. Memilih lapangan penelitian c. Mengurus perizinan secara formal (ke pihak sekolah) d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan SMA Widya Dharma Turen selaku obyek penelitian e. Memilih dan memanfaatkan informan

88 Ibid., hlm. 330 89 Ibid., hlm 127

2. Tahap kegiatan lapangan Yaitu setelah mengadakan orientasi diatas melalui kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengumpulan data dengan cara angket, wawancara dengan subjek dan informan penelitian yang dipilih.90 a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan 3. Tahap pengecekan dan pemeriksaan Pada tahap ini dilakukan penyaringan data yang diberikan subjek maupun informan dan diadakan perbaikan dari segi bahasa maupun sistematikanya, agar dalam laporan hasil penelitian memperoleh derajat kepercayaan yang benar. 90 Ibid., hlm. 137

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Objek Penelitian


1. Sejarah singkat berdirinya SMA Widya Dharma Turen SMU Widya Dharma Turen yang sejak berdirinya bersama SMA PGRI Turen mempunyai sejarah yang menarik, karena sejak berdirinya sampai sekarang mengalami 5 sampai 6 kali perubahan nama seiring dengan situasi dn kondisi negara serta adanya perkembangan pendidikan. Perubahan nama sekolah yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Tahun 1963-1973 : SMA PGRI Turen b. Tahun 1974-1979 : SMA Turen c. Tahun 1980-1983 : SMA Bersubsidi d. Tahun 1984-200 : SMA Widya Dharma e. Tahun 2001-2003 : SMU Widya Dharma Turen f. Tahun 2003-sekarang : kembali lagi ke SMA Widya Dharma Turen SMA Widya Dharma merupakan tuntutan dari pemerintah, yaitu bahwa sekolah swasta harus mempunyai ciri khas. Hal ini merupakan ketentuan yang diterima kepala sekolah saat penataran kepala sekolah SMU Swasta di Cilot, Jakarta pada Tahun 1980. Atas dasar itu yayasan pendidikan SMA Widya Dharma Turen berubah menjadi yayasan pendidikan Widya Dharma Turen dengan Akte Notaris G. Kamarudzaman No 115 tanggal 21 januari 1983.

85 Sekolah Widya Dharma Turen di jawa timur, yang disusul dengan akreditasu pertama pada tahun 1985 yang mana setelah diadakan penilaian SMA Widya Dharma Turen ini termasuk 20 sma swasta se jawa timur yang diberi status disamakan oleh Mentri pendidikan dan kebudayaan RI. Dengan demikian dari 20 SMA itu, malang hanya enam sekolah yaitu: 5 Sma di kodya (SAMK Dempu, SMA Cor Yesu, SMA Santa Maria, SMA Santeyusuf, SMA Islam), dan satu sekolah di kabupaten malang yaitu SMA Widya Dharama Turen. Karena itulah dikatakan SMA swasta faforit sampai sekarang. Adapun pihak Widya Dharma Turen yang baru khususnya guruguru, perlu hal ini dikaji bahwa status disamakan itu kategorinya adalah sangat baik (86-100). Jadi boleh dikatakan tanpa dinilai atau diakreditasipun Widya Dharma Turen memang diupayakan. Atas dasar itu sekolah menerapkan disiplin dan tertib disegala bidang, agar memudahkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Di samping itu sekolah berpedoman, mengolah sekolah swasta harus selalu efektif dan kreatif dalam melaksanakan tugas, agar sekolah tetap menarik. Dalam mengolah sekolah widya dharma turen mempunyai banyak cerita yang menarik yang salah satunya adalah tentang pedoman pengelolaan sekolah, yaitu pada pelaksanaan ebtanas 1980-an dalam rangka meningkatkan mutu lulusan, pemerintah menaikkan norma/syarat lulusan, yang mengakibatkan jatuhnya SMA-SMA swasta di jawa timur terutam yang memilih program A1 (ilmu-ilmu fisika) dan A2 (ilmu-ilmu biologi), karena banyak siswa dari progaram A1 dan A2 yang tidak lulus. Lulusan Widya Dharma Turen saat ini tidak banyak mengalami perubahan, karena sudah dibiasakan untuk menjuruskan ke program A2 dengan ketat, sehingga yang dapat masuk program A1 dan A2 tidak menghawatirkan dalam Ebtanas. Jadi meskipun ada badai yang menggunjang dalam Ebtanas sekolah tidak goyah. Dengan demikian, pelaksanaan KBM yang efektif didukung disiplin dan tertib di segala bidang serta menerapkan norma kenaikan dan lulusan dengan baik, maka dapat merubah hasil lulusan yang berprestasi. Bahwasannya Widya Dharma Turen menggunakan kurikulum 1984, ada 4 program, yaitu A1 (Iif: Ilmu-ilmu fisika), A2 (IIB:Ilmu-ilmu Biologi), A3 (IIS: Ilmu-ilmu Sosial) dan A4 (IIB: Pengetahuan Budaya), hal ini tidak dimilki SMA pada umumnya. Kebanyakan SMA swasta yang lain hanya memilki 2 sampai 3 program saja. SMA Widya Dharma sampai sekarang sudah mengikuti akreditasi sampai 4 kali pada tahun 1985, 1990, dan tahun 1995 dan 2000 dengan hasil disamakan/nilai amat baik. Tentang prestasi sekolah, sudah tidak bisa dipungkiri bahwa sejak dulu sampai sekarang ini tidak mengecewakan, selalu mendapatkan 4 besar dalam lomba baik ditingkat kabupaten atau kota sampai dengan jawa timur. Misalnya lomba Matematika, Fisika, Bahasa Inggris. Adapun masalah perkembanga gedung sejak 1977 sampai

sekarang dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan dengan dana yang ada.

2. Visi dan Misi SMA Widya Dharma Turen VISI: Mewujudkan Sekolah Yang Berkualitas MISI: a. Meningkatkan disiplin kepada tuhan yang maha esa b. Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan c. Meningkatkan kemampuan guru dalam rangka menguasai metode pembelajaran yang berorientasi life skill d. Meningkatkan layanan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan audio visual e. Pengembangan sistem jaringan sekolah f. Meningkatkan bimbingan di luar jam sekolah g. Meningkatkan pelatihan: computr, bahas inggris, bahasa jepang, tata rias, dll. h. Meningkatkan kegiatan ektrakulikuler 3. Keadaan Guru dan Karyawan SMA Widya Dharma Turen Guru merupakan pembimbing langsung anak didik di dalam kelas sehingga peran dan keberadaan guru sangat mempengaruhi kelangsungan siswa dalam belajar, kualitas kelulusan juga sangat dipengaruhi dengan adanya kualitas guru tersebut. Seiring dengan perkembangan serta semakin pesatnya kemajuan SMA Widya Dharma, maka lembaga pendidikan ini terus berbenah diri, salah satunya dilakukan melalui penambahan dan pembinaan tenaga

pendidik yang sesuai dengan kompetensinya dengan harapan bahwa siswa memperoleh apa yang menjadi tujuan dalam belajarnya, tidak hanya itu saja SMA Widya Dharma juga menambah karyawan sebagai bentuk penataan dan perwujudan menuju lembaga pendidikan yang berkualitas. Sesuai dengan observasi peneliti, Sma Widya Dharma Turen saat ini memlki 56 guru dan 27 karyawan yang terdiri dari karyawan Tu, Perpustakaan dan operasional. Sesuai dengan kompetensi dan profesionalisme guru, para guru yang ada di SMA Widya Dharma menjalankan peran dan tugasnya dalam mengajar memiliki latar belakang yang sesuai dengan bidang kependidikan, yang mana sebagian besar dari mereka telah menempuh jenjang pendidikan sarjana strata satu (SI), ada juga guru yang masih menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau sarjana dua (S2), para guru mengakui bahwa untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal, maka seorang guru harus memiliki modal keilmuan yang matang dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. (sumber data dokumentasi dan wawancara dengan staf TU SMA Widya Dharma Turen tanggal 12 sept. 2008 jam 09.00). Untuk menghasilkan guru yang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang baik, hal tersebut menurut para guru dapat ditempuh melalui pelatihan-pelatihan untuk sekarang ini guru dituntut bisa peka terhadap perkembangan dan

dinamika sosial. Selain itu status guru juga memilki peranan terhadap peningkatan kualitas proses belajar mengajar.

Selain keberadaan guru, keberadaan karyawan di SMA Widya Dharma juga memiliki arti yang sangat penting dalam membantu kelancaran proses pendidikan adanya kualitas kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tentunya sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak yang terkait dengan proses pendidikan itu sendiri untuk SMA terus berusaha melakukan peningkatan SDM terhadap karyawannya dengan cara pembinaan kerja dan memperhatikan kesejahteraan hidup mereka. Mengenai jumlah guru dan karyawan dapat dilihat pada lampiran keberadaan guru di lembaga ini memang dibagi menjadi 2 ada yang bersifat tetap/pegawai negeri dan yang kedua sebagai tenaga honorer, demikian pula dengan tenaga kepegawaian yang ada di lembaga ini. Kerja sama yang baik antar guru yang bersifat tetap maupun yang tidak tetap ini ternyata tidak menutup kemungkinaan untuk bisa menciptakan lingkungan yang dapat menjaminkelangsungan kegiatan pembelajaran yang lebih baik dan lebih baik dan lebih kondusif. Kebanyakan dari para guru yang ada di lembaga ini lulusan/alumni perguruan tinggi yang ada di jawa timur, khususnya dari daerah Malang.

TABEL 1 DAFTAR NAMA GURU

SMA WIDYA DHARMA TUREN TAHUN PELAJARAN 2008-200991


Kode Nama/NIP

Bidang
Studi/Mata Pendidikan Keterangan Pelajaran yang Terakhir

Diajarkan 1
Tri Djoko Kusminto. Fmmipa, Kimia, Non PNS Drs. IKIP, Mlg 2 Samsul Hadi, Drs.

Sejarah Pendidikan Non PNS Sejarah IKIP Negeri 3 Titik Wahyuni, S.Pd. Bahasa Indonesia/Koor Sastra Bhs. PNS 130900425 Piket Indonesia, IKIP Mlg 4 Prihadi Hendro Ekonomi /Koor Ilmu Sosial, IKIP PNS Rudhito, Drs. Ketrampilan Mlg 131405886 5 Rina Juniarsi, Dra. Kimia Ilmu Eksekta PNS 131614188 IKIP Mlg 6 Ananta Santi, BA. Bahasa Inggris UT, BHS. Inggris PNS Blng 7 Elok Sanyoto, Drs. Pendidikan Kristen Pend. Agama Non PNS Kristen, STKIP 8 Suliono, BA. Bahasa Inggris, Bahasa Akademik BHS. Non PNS Perancis/Wak Sarana Asing 9 Titik Mustikowati, Bahasa Inggris/Koor

Akademik Bhs. Non PNS BA. LAB BAH + B. Asing Vokalia 10 Musalamah BA. Sejarah Nasional, Pendidikan Non PNS Sosiologi Sejarah Nas. Sarjana Muda, UNEJ 11 Endri Mulyati, Dra. Sosiologi Pend. Ilmu Peng. Non PNS PMP dan KN IKIP PGRI 12 Pinasti Hendrawati, Kimia /Koor Penilaian Mipa Kimia IKIP PNS Dra. + Lab IPA Negeri Mlg 1320099357 13 Siti Maisaroh, Dra. Kewarganegaraan, Pend. Non PNS PPKN /Wak Kur Kewarganegaraan , PPKN IKIP PGRI Mlg 91 Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen 2008-2009

14 Dewu Rini Akutansi + Ekonomi UM Non PNS Ambarwti, S.Pd. Kewiausahaan

(MULOK) Koor Kopsis 15 Abu Bakar, Drs. BP/BK / Koor BK / Pend. BP/BK PNS 131158166 Ekstra IKIP PGRI 16 Sri Sukmawati, Dra. Sej. Nasional, Sosio IPS, Sej. Nas, Non PNS Antropologi IKIP Mlg 17 Endah Ernayani, Dra. Biologi Biologi IKIP Mlg PNS 131466205 18 Tiktoyo, Drs. Ekonomi, Ekonometri / Ilmu. Peng. Sosial Non PNS Wak KUR IKIP PGRI 19 Joko Sukisworo, Biologi FMIPA IKIP Mlg PNS S.Pd. 12171520 20 Atik Siswanti, S.Pd. Bahasa Inggris FKIP Umm PNS 132700892 21 Suciati, Dra. Matematika FMIPA IKPI Non PNS PGRI 22 Yeni Jektiningsih, BP/Bk / Koor Dansos/ Psikologi Univ. Non Pns S.Pd. PAG Kris

17-8-45 23 Wiwik Indah, S.Pd. Ekonomi FP IPS Akuntansi Non PNS IKIP Negeri Mlg 24 M. Lutfiono, S.Pd. Geografi / Wak IPS Geografi Non PNS Kesiswaan IKIP PGRI 25 Eny Widayati, S.Pd. Kewarganegaraan Kewarganegaraan Non PNS PPKN , PPKN IKIP PGRI 26 Supriono, Drs. Sosiologi / HUMAS Fips, Geografi PNS 6513101008 IKIP PGRI 27 Intan Altina, Ir. Fisika Peternakan Non Pns STIKIP PGRI PAS. 28 Wahyuni Rini P,Dra. Bahasa Inggris FBBS Pend. Bhs Non PNS Inggris IKIP PGRI 29 Agung Raharjo, Drs. Pend. Jas. Kes. Olah Raga Budi Non PNS Utomo Mlg 30 Ariyanto, S.Pd Pendidikan Seni Pend. Seni Rupa Non PNS IKIP Mlg 31 Rini Dwi Herawati, Geogarfi

FIPS Geograrafi Non PNS S.Pd. IKIP PGRI 32 Suparlan, Drs. Matematika FPMIPA IKIP PNS 132280924 Budi Utomo Mlg 33 Atmitko Matematika FPMIPA UMM Non PNS Pratnawihardi, S.Pd.

34 Rudi Hartono, S.Pd. BP/BK Pend. BP/BK PNS 040505837 IKIP PGRI 35 Relia Widaryati, Fisika KIP Fisika Unej. Non PNS S.Pd. 36 Mamik Caturwati, Bahasa Indonesia FBBS IKIP PGRI Non PNS S.Pd. 37 M. Koliq, S.Pd. Bahasa Indonesia Bhs. Indo IKIP Non PNS Mlg 38 Abdul Kholiq, S.Pd. Bahasa Indonesia FKIP, IKIP Non PNS 39 Sri Sulastri, S.Pd. PPKN / Staf Kesiswaan PMP/Kn IKIP Non PNS PGRI 40 Arik Susianto, S.Pd. Matematika

Mipa UM PNS 350709070770003 41 Octavia Eko Susanti, Fisika Mipa UM Non PNS S.Pd. 42 Abdul Halim, S.Ag. Pendidikan Agama Tarbiyah/PAI Non PNS Islam Unisma 43 Muh. Ali, KH. Drs. Pendidikan Agama Tarbiyah/PAI Non PNS Islam/Koordinator IAIN Mlg 44 Rimbun Kularso, Drs. Ekonomi + FKIP Bisnis PNS 6513100979 Kewirausahaan(MULO Tataniaga PT K) UNS 45 Rochma Ulfi Fitriya, Tek. Infor. Komputer / Tek. Industri Non PNS ST. Koordinatoor Kimia Kanjuruan 46 Nawang Tedjowati, Bahasa Inggris / F Pend. PPKN, PNS Dra. Convrsation IKIP Mlg 13032680 47 Imam Tabroni, S.Pd Sejarah Sastra, UM Non PNS 48 Waris Suwarno, Drs. Geogarafi

FPIPS, IKIP PNS 13214449 49 Jumaali S. Kom. Tek. Infor. Komputer / Analisis Non PNS Programer Menejemen STIKI 50 Wuryanto, S.Pd Bahasa Indonesia / Fkip S-P Non PNS Wakasek Kesiswa 51 Teguh Hendri Kimia MIPA, UM Non PNS 52 Suhardi, S.Pd. Seni dan Budaya FBBS, IKIP Non PNS Negeri Mlg 53 Aulia Kurnia, S.Ag Pend. Agama Islam 54 Wiyoto, Drs. Pend. Jasmani 55 Titik, S.Pd Pend. Jasamani 56 B. Sita BASEP -

Adapun menurut Tabel dia atas bahwa guru SMA Widya Dharma Turen yang sudah PNS 16 orang namun, yang non PNS sebanyak 40 orang. Beliau tersebut sudah menempuh di perguruan tinggi yang berada di Jawa Timur,

namun datanya ada yang belum masuk pada buku induk inventaris sekolah Widya Dharma Turen.

TABEL 2
KEADAAN KARYAWAN SMA WIDYA DHARMA TUREN 2008-200992 Kode Nama Jabatan keteranagan 1 EndangwarDaningsih ka. T.U 2 Darminingsih T.U 3 Hariadi T.U 4 Siono T.U 5 Ernawati T.U 6 SriKasih T.U 7 Bambang Sungkono T.U 8 Slamet Budiono T.U 9 Sutik T.U 10

Elia Dwi Martastuti T.U 11 Johan Wijaya T.U 12 Lilik Masita Rini T.U 13 Imam kholil Petugas. Perpus 14 Wanda Santiawan Petugas. Perpust 15 Ani Yuli Prianti Petugas. komp 16 Nur Hatib Petugas komp -17 Fendi Suharsono Petugas.komp 18 M. Fahrurrozi Petugas. komp 19 Elmi Amalia Petugas.koprsi 20 Mulyo Sri Rahayu Petugas.koperasi 21 Sumadi

Driver 22 Saib Pesuruh 23 Sugito Pesuruh 24 Slamet Pirit Pesuruh 25 Mugeni Pesuruh 26 Suharyono Satpam 27 Sugeng Satpam

92 Dokumentasi Sma Widya Dharma Turen Tahun 2008-2009

4. Keadaan Siswa SMA Widya Dharma Turen Keberadaan siswa merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Kaitannya dalam hala ini SMA Widya Dharma Turen tahun ajaran 2008/2009 sampai sekarang memilki jumlah siswa yang cukup besar, yaitu 601 siswa yang terdiri dari 280 laki-laki dan 321 siswi putri, mayoritas siswa SMA Widya Dharma Turen berasala dari kota turen sendiri secara keseluruhan jumlah siswa terbagi dalam tiga kelas, yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII, dan masing-masing kelas terdiri dari tujuh ruang belajar, setiap ruang belajar terdiri kurang lebih empat puluh dua siswa, sehingga secara keseluruhan jumlah ruang belajar di SMA Widya Dharma Turen terdiri dari dua puluh satu ruang belajar belum termasuk ruang Lab dan ruang praktek lain. Pembinaan dan pelatihan siswa di SMA widya Dharma Turen dimulai sejak kelas bawah/kelas X. Hal tersebut dimaksudkan agar potensi yang mereka miliki secara jelas dapat disalurkan melalui pemilihan jurusan di kelas atas/kelas XI nantinya, karena di SMA Widya Dharma turen ini telah memilki tiga jurusan yang terdiri dari jurusan IPS, jurusan IPA dan jurusan Bahasa.

TABEL 3 PERKEMBANGAN JUMLAH SISWA TAHUN 1999-200893


No Tahun Jumlah siswa 1 1998-1999 987 2 1999-2000 991 3 2001-2002 1063 4 2002-2003 1100 5 2003-2004 1165 6 2004-2005 1137 7 2005-2006 1126 8 2006-2007 1045 9 2007-2008 895 10 2008-2009 601 Adapun keberadaan siswa SMA Widya Dharma Turen itu tidak semuanya beragama Muslim ada juga yang beragama Nasrani, namun yang beragama Muslim yang lebih banyak jumlahnya dari pada yang beragama Nasrani 93 Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen tahun 2008-2009 dan Hasil Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah Tri Djoko Kusminto Tgl 18 sept. 2008

TABEL 4 JUMLAH SISWA YANG BERAGAMA MUSLIM

DAN BERAGAMA NASRANI94 No Kelas

Muslim Non Muslim Jumlah 1X 179 26 205 2 XI 170 30 200 3 XII 170 26 196 Jumlah 519 82 601 5. Keadaan Kegiatan SMA Widya Dharma Turen Kegiatan wajib dan yang paling utama yang harus diikuti para siswa adalah kegiatan belajar mengajar yang dimulai pada pukul o6.45 hingga pukul 13.10 setiap hari kecuali hari libur. Dalam rentan waktu belajar tersebut para siswa diberikan satu kali jam istirahat, sehingga para murid bisa melepaskan kepenatan dalam belajar di dalam kelas. Selesai kegiatan belajar mengajar di dalam kelas para siswa juga diberikan kesempatan mengikuti kegiatan Intra yang ada di sekolah, diantaranya adalah kegiatan Pramuka, Osis, PMR, dan Teater dan lain sebagainya. Semua kegiatan ini ditujukan untuk perkembangang siswa dan kemajuan siswa di sekolah, sehingga ketika mereka melanjutkan ke jenjang selanjutnya mereka sudah memiliki bekal pengetahuan yang cukup. Adapun keadaan kegiatan SMA Widya Dharma juga yakni kegiatan kesiswaan. Program kegiatan kesiswaan SMA Widya Dharma Turen yang dilaksanakan setiap tahun ajaran meliputi: 94 Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen Tahun 2008/2009

1. Penerimaan siswa baru 2. Masa orintasi siswa baru (MOS) 3. Upacara rutin hari senin dan sabtu 4. Operasi ketertiban sekolah setiap satu atau dua bulan sekali, diantaranya: a. Operasi rambut siswa

b. Operasi kelengkapan seragam siswa c. Operasi rokok dan narkoba yang mungkin dibawa anak-anak ke sekolah 5. Upacara hari besar nasional 6. Berpartisipasi dalam lomba olah raga/seni dalam rangka HUT RI tingkat kecamatan atau kabupaten 7. Peringatan hari besar agama Islam, diantaranya: a. Shalat Idul Adha di sekolah b. Penyembelihan hewan kurban c. Pondok Ramadhan d. Penerimaan dan pembagian zakat fitrah 8. Peringatan hari besar agama nasrani, diantaranya: Natal dan paskah 9. Berpartisipasi dalam lomba OR, seni dan bidang studi yang diselenggarakan berbagai perguruan tinggi di Malang 10. Seleksi pelajar teladan Diknas kab. Malang 11. Olimpiade bidang studi IPA di Diknas kab. Malang 12. Seleksi paskibraka tingkat nasional di kab. Malang

13. Kegiatan tengah semester dan pasca semester dalam bentuk lomba OR dan pentas seni 14. Peringatan bulan bahas, ditandai dengan pementasan Teater, lomba Pidato, MC dan baca puisi 15. Menyelenggarakan lomba cerdas cermat matematika tingkat SLTP Kab. Malang 16. Mengevaluasi kegiatan ekstra kulikuler (tari, karawitan, voli, sepak bola, basket, beladiri, pramuka, PMR, senam), ektra komputer, bahasa Inggris, jepang internet wewenang LLKS 17. Latihan dasar kepemimpinan calon pengurus OSIS dan MPK 18. Pemilihan ketua OSIS baru 19. Pelantikan pengurus OSIS baru 20. Laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS lama dan serah terima jabatan 21. Rapat anggota tahunan koperasi sekolah 22. Peringatan HUT Widya Dharma Turen 23. Wisuda kelas III 6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Widya Dharma Turen SMA Widya Dharma Turen merupakan salah satu lembaga yang memiliki sarana dan prasarana yang relatif lengkap, hal tersebut terlihat dari berbagai perlengkapan sekolah yang ada, mulai dari gedung sampai alat-alat kebutuhan penunjang kegiatan belajar siswa, kesemuanya ditata dengan baik dan rapi sesuai dengan rapi sesuai dengan tata ruang sekolah pada umumnya. SMA Widya Dharma Turen memilki luas tanah 10300 M yang terdiri dari: (1) bangunan seluas 2629 M. (2) halaman seluas 7600 M (3) lapangan olah raga seluas 10 M. Sehubungan dengan kebutuhan dan

keinginan para gurudan siswa untuk selalu melaksanakan belajar dengan suasana yang nyaman dan tenang, maka SMA Widya Dharma Turen terus berbenah diri dalam memenuhi kebutuhan dan penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjanga kegiatan belajar mengajar.95 Di sekolah ini terdapat ruangan, yang kesemuanya merupakan satu komponen bangunan yang saling berperan, ruangan tersebut dalam fungsinya dibagi menjadi tiga bagian di mana ketiganya memiliki fungsi dan peran masing-masing, adapun ruangan tersebut diantaranya: ruangan pembelajaran, ruang perkantoran, serta ruangan pembinaan/Laboratium. Ruangan kegiatan pembelajaran merupakan sarana terpenting yang digunakan di sini, hal tersebut dikarenakan ruangan ini dipergunkana sebagai ruangan belajar dan mengajar setiap harinya, ruanagan pembelajaran tersebut tentunya disesuaiakna dengan jumlah siswa yang ada di sekolah Widya Dharma Turen ini. Untuk saat ini SMA widya Dharma turen telah memilki ruang belajar yang cukup representive bagi penyelenggaraan proses belajar mengajar diantaranya jumlah ruanga pembelajaran sebanyak dua puluh satu ruang. Dua puluh satu tersebut di 95 Sumber Data Dokumen SMA Widya Dharma Turen dan Hasil Penjelasan Drs. Tri djoko Kusminto Kepala Sekolah SMA Widya Turen.

bagi menjadoi tiga bagian, yang masing-masing dibagi menjadi tujuh kelas, yang mana tujuh kelas di tempati kelas X, tujuh kelsa ditempati kelas XI, sedangkan tujuh kelas yang lainnya ditempati kelas XII, serta ruang-ruang lain yang menunjang proses pendidikan secara lengkap sarana dan prasarana tersebut meliputi ruang UKS, ruang teori/guna, Koperasi, ruang BP/BK, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang Wak. Kepala Sekolah, ruang TU, kamar mandi siswa dan guru, Mushalla serta ruang penunjang kegiatan siswa seperti ruang OSIS, ruang kegiatan Teater dan Seni dan ruang kegiatan pramuka. Untuk ruangan yang lain menyebar terpisah antara satu Kantor dengan yang lain, hal ini disebabkan keberadaan guna dan fungsi masing-masing ruangan tersebut. Sarana dan prasarana yang ada tesebut disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, hal tersebut memiliki arti penting bagi penyelenggaraan pendidikan yang baik dan berkualitas, tentunya apabila penggunaan sarana dan prasarana tersebut oleh siswa maupun guru dapat dilakukkan secra baik dan maksimal sesuia dengan kebutuhan kegiatan pendidikan maka proses pendidikan akan mencapai tujuan dan hasil yang baik. Dalam rangka mencapai tujuan membangun sekolah yang berkualitas dan membentuk manusia yang mempunayi budi pekerti yang luhur, maka kesemuanya itu tidak dapat dipisahkan dengan adanya berbagai faktor pendukung, seperti sarana dan prasarana yang telah ada seperti yang telah disebutkan di atas, maka sekolah ini berupaya penuh dalam menumbuh kembangkan sekolah dengan pendayagunaan saran dan prasarana secara efektif, seperti di bawah ini: 1. Perlengkapan Sekolah SMA Widya Dharma Turen dalam perlengkapa sekolah sudah

lebih dari cukup, hal tersebut dapat dilihat darri data yang menujukkan kelengkapan sarana perlengkapan Kantor dan lainsebagainya seperti mesin komputer, mesin foto copy dan lain sebagainya. Fasilitas yang diperuntukkan bagi siswa ini sudah dapat dikatakan cukup, mulai dari fasilitas belajar mengajar, ruang kelas dan bangku, alat-alat olahraga seprti bola voli, sepak bola basket, dan lain sebagainya. Perlengkapan yangtidak kalah pentingnya adalah Lab. 2. Fasilitas Tempat Tempat yang tersedia di sekolah ini terdiri dari dua bagian, yaitu fasilitas yang bersinggung langsung dengan kegiatan belajar maupun fasilitas yang tidak bersinggung dengan kegiatan belajar mengajar. Adapun tempat yang bersinggung dengan kegiatan bejajar adalah sebagai berikut: a. Ruang belajar b. Ruang Lab Bahasa dan Kimia c. Ruang Lab komputer Sedangkan beberapa tempat yang diperuntukkan siswa akan tetapi tidak bersinggungan langsung dengan keberadaan belajar mengajar:

a. Lapangan: lapangan di sini dipergunakan sebagai tempat upacara sekolah dan kegiatan olah raga yang lokasinya berada di tengahtengah sekolahan, lapangan ini terbagi menjadi dua tempat, yaitu lapangana depan untuk bola basket dan lapangan tengah untuk bola volly dan lompat jauh. b. Tempat parkir: tempat parkir di sini berada di depan sekolah, tepatnya di samping pintu masuk ke dalam sekolah. c. Ruang kesehatan: sebagai ruang sarana kesehata/ruang UKS. d. Perpustakaan: merupakan sarana belajar langsung bagi siswa ketika jam istirahat tiba, perpustakaan ini pula juga dipakai sebagai tempat istirahat siswa ketika mengalami kejenuhan di dlam kelas setelah mengikuti pelajaran sepanjang waktu. e. Mushalla: digunakan sebagai tempat untuk menunaikan ibadah sholat (Dhuha) serta ibadah sholat jumat. f. Aula: aula di samping digunakan sebagai tempat pertemuan juga dipakai sebagai tempat kegiatan siswa seperti tempat pertunjukan kesenian siswa, bahkan juga digunakan sebagai tempat kajian keislaman badan dakwah Islam. g. Kopsis menjadi tempat para siswa mencari kebutuhan belajar seperti buku tulis, pensil, dan lainsebagainya. h. Ruang guru: lokasi ruang guru ini bersebelahan dengan ruang kepala sekolah dan waka sekolah. Dalam ruangan guru ini selain digunakan tempat pergantian jam pelajaran, tempat ini juga

digunkana untuk berbaur dan berdiskusi tugasnya disamping digunkana sebagai mengoreksitugas siswa. i. Ruang BK: dipergunakan sebagai tempat bimbingan terhadap siswa yang memilki permasalahan tertentu, baik mengenai masalah belajar mengajar maupun masalah pribadi lainnya. 10 Ruang kepala sekolah: ruang kepala sekolah tersebut berada di dekat pintu masuk sekolah ruang ini selain dipergunakan sebagai tempat ruang khusus kepala sekolah juga digunakan menerima tamu dar luar/lembaga luar sekolah sert untuk rapat dan diskusi dengan guru-guru lain terkait dengan permasalahan yang ada di sekolah. Dengan demikian kelengkapan sarana dan prasarana yang terdapat di SMA Widya Dharma Turen Kabupaten Malang tersebut, termasuk kelenkapan dan memenuhi kebutuhan keseharian kegiatan sekolahan ini. Dalam Era Modern dengan Teknologi yang mutahir ini, maka dalam dunia pendidikan kususnya sekolah diharapkan menerapkan metode belajar yang lebih nyaman dan mudah dipahami serta dimengerti oleh siswa, sehingga siswa merasa tahan dan senang di lingkungan sekolah, serta dapat menjadikan siswa yang bermutu dan bermanfaat baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat. Dalam dunia pendidikan yang menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, sarana merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang keberhasialan siswa. Untuk menunjanga hal di atas di lingkungan SMA Widya Dharma ini menyiapkan sarana penunjanga antara lain sebagai berikut: 1. Laboratium Bahasa Lab bahasa di SMU ini sangat baik dan lengkap, setiap siswa dapat mempergunakan hedphone sebanyak 48 unit, sehingga setiap siswa dapat memakai saru persatu da siswa dapat berkomunikasi langsung dengan guru melalui alat tersebut. Dengan alat tersebut nantinya siswa dapat berkomunikasi dengan bahasa inggris dengan baik khususnya jurusan bahasa. 2. Laboratium IPA Keberadaan Lab IPA di SMA sudah lengkap, sehingga siswa dapat mepraktekkan sesuai dengan teori yang ada serta dapat memahami sendiri yang akhirnya siswa tidak merasa tertinggal di dunia modern ini terhadap siswa lain khususnya di Kota. 3. Perpustakaan Perpustakaan di SMA Widya Dharma ini semakin tahun semakin lengkap berkat kerja sama antara siswa dengan sekolah khususnya siswa kelas 3 yang baru keluar. Perpustakaan sebagai sarana untuk mendorong siswa agar giat belajar membaca buku, karena dengan membaca buku siswa akan giat bertanya di dalam kelas serta mempunyai wawasan yang luas yang belum mereka ketahui. 4. Sistem pengajaran dengan menggunakan VCD Bahwasannya di era globalisasi ini SMA Widya Dharma menerapkan

cara pengajaran dengan menggunakan VCD. Dengan demikian, siswa

diharapkan mampu mengamati contoh-contoh yang ada pada media tersebut. Dengan mengetahui contoh tersebut siswa secara langsung mengetahui teori dan prakteknya. Dengan cara ini diharapkan nantinya dapat mencetak siswa yang profesional dan berkualitas. 5. Komputerisasi Sekolah SMA Widya Dharma ini menyedikan komputer 25 unit untuk siswa serta guru dan karyawan sebanyak 8 unit. Dengan adanya komputer ini sistem penilaian menggunakan scaner serta setiap ulangan sudah menggunkana bentuk objektif. Tujuan sistem koputerisasi diharapkan hasil siswa dapat diketahui secara langsung dan siswa mampu bersaing dengan siswa yang lain dan bagi siswa mendapatkan nilai yang jelek dapat secepatnya berbenah diri dengan meningkatkan hasilnya pada ulangan berikutnya. 6. Fasilitas penunjang yang lain Untuk memupuk prestasi dalam bidang akademik dan nonakademik maka di SMA ini dilengkapi dengan sarana-sarana ekstra kulikuler yang nantinya bagi siswa yang tidak bisa melanjutkan dapat memanfaatkan apa yang telah diperoleh di sekolah khususnya pada kegiatan ekstra kulikuler.

TABEL 5
SARANA DAN PRASARANA SMA WIDYA DHARMA TUREN 2008-200996 No Jenis Barang Jumlah 01 Ruang Belajar 21 Buah 02 Ruang kepala sekolah 1 Buah 03 Ruang guru 1 Buah 04 Ruang Tamu 1 Buah

05 Ruang Perputakaan 1 Buah 06 Ruang B.P/B.K 1 Buah 07 Ruang Tata Usaha 1 Buah 08 Ruang Media 1 Buah 09 Ruang Komputer 1 Buah 10 Ruang UKS 1 Buah 11 Musallah 1 Buah 12 Meja Guru 32 Buah 13 Kursi Tamu 2 Stel 14 Alamari 13 Buah 15 Meja belajar 898 Buah 16 Komputer 48 Unit 17 Alat Praktek 5 Unit 18 Bola Voly 10 Buah 19 Bola Kaki 6 Buah 20

Bendera 5 Buah 21 Alat peraga agama 5 Buah 22 Alat Peraga Al-barqi 3 Unit 23 Gambar Orang Shalat 10 Buah 24 Gamabar President/wakil 25 buah 25 Gambar Pahlawan Revolusi 16 Buah 26 Gambar Pahlawan Islam 10 Buah 27 Gambar Pahlawan Nasional 15 Buah 28 Kantin 1 Buah 29 Tempat Whudu 2 Buah 30 Kamar WC 10 Buah 31 Tempat Upacara 1 Buah 32 Tempat Olah Raga 1 Buah 33 Tempat Parkir 1 Buah 34 Laboratium Biologi 1 Buah 35 Laboratium IPA

1 Buah 36 Laboratium Bahasa 1 Buah 96 Inventris SMA Widya Dharma Turen 2008-2009

37 Ruang Olah Raga dan Bela Diri 1 Buah 38 Ruang Musik 1 Buah 39 Ruang Teater 1 Buah 40 Ruang Seni Tari 1 Buah

7. Keadaan Kurikulum SMA Widya Dharma Turen

a. Program Pengajaran
Kurikulum merupakan seperangkat dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Waka kurikulum Ibu Siti Maisarah Dra. Bahwasannya kurikulum SMA Widya Dharma Turen sudah menerapkan sistem kurikulum satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku untuk kelas X dan XI sedangkan untuk kelas XIII menggunakan sistem kurikulum KBK.97 Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman kepada paduan Badan Satndar Nasional Pendidikan (BNSP). Kurikulum tingkat satuan pendidikan pendidikan SMA Widya Dharma dikembangkan sebagai perwujudan sekolah menyesuaikan dengan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi lingkungan daerah. Dengan demikian, daerah atau sekolah mempunyai cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan 97 Wawancara dengan Ibu Siti Maisarah Dra. Selaku waka kurikulum SMA Widya Dharma Turen tgl.12 Sept 2008 jam 08.43

hal-hal yang akan diajarkan pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar dan menilaia keberhasilan belajar mengajar. Kurikulum disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri atas unsur sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervise dinas pendidikan kota malang, serta dari bimbingan, dari ahli pelatihan juga dari nara sumber ahli pendidik. Dengan demikian, pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas hendaknya berlangsung secara efektif yang mampu membangkitkan aktifitas dan kreatifitas anak, para guru juga hendaknya mampu menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan mengasikkan. Sesuai dengan kurikulum 1994 program pengajaran SMA disusun untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah umum. Program pengajaran atau kurikulum merupakan seperangkat rencana atau pengaturan mengenai isi dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajarmengajar di sekolah menengah umum. Program pengajaran di SMU terdiri dari: 1. Program pengajaran umum yang wajib diikuti oleh semua siswa kelas I dan II. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya serta meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan

minat siswa sebagai dasar untuk meilih progaram yang lebih khusus di kelas III. 2. Program pengajaran khusus diselenggarakan di kelas III dan dipilh siswa sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Progaram ini dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi dalam bidang akademik (berkaitan dengan bahasa dan budaya, matematika dan IPA IPS ) maupun pendidikan profesional dalam mempersiapkan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung untuk bekerja di masayarakat. 3. Progaram pengajaran khusus terdiri dari: Program Bahasa, Program Ilmu Pengetahuan Alam, dan Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Setiap program khusus terdiri dari sejumlah mata pelajaran umum dan mata pelajaran khusus.

TABEL 6 SUSUNAN PROGRAM PENGAJARAN 2008-200998


Kelas 1 Kelas 3

No Mata pelajaran

Kelas 2
(umum)

BHS IPA IPS 1


Pend. Agama 2 JP 2 JP 2 JP + 2 Jp + 2 JP + 2 PPKN 2 JP 2 JP 2 JP + 2 JP + 2 JP + 3 Bahasa dan Satra Ind. 5 JP 5 JP 3 jp # 3 JP # 3 JP # 4 Sejarah 2 JP 2 JP 2 JP + 2 JP + 2 JP + 5 BHS. Inggris 4 JP 4 JP 5 JP # 5 JP # 5 JP # 6 Penjakses 2 JP 2 JP

2 JP + 2 JP + 2 JP + 7 Matematika 6 jp 6 jp 8 jp*# 8 Fisika 5 JP 5 JP 7 JP* 9 Biologi 4 JP 4 JP 7 JP* 10 Kimia 3 JP 3 JP 6 JP+ 11 Ekonomi 3 JP 3 JP 10*# 98 Dokumentasi Sma Widya Dharma Turen Tahun 2008-2009

12 Geografi 2 JP 2 JP 13 Pend. Seni

2 JP 14 Sosiologi 2 JP 6 JP* 15 Tata Negara 6 JP* 16 Antropologi 6 JP* 17 BHS. Inggris 6 JP*# 18 Sastra 8 JP*# 19 Sejarah Budaya 5 JP*+ 20 Bhs. Prancis 9 JP*#

Jumlah 42 JP 42 JP 44 JP 44 JP 44 JP Keterangan: 1. * = Program khusus kelas III 2. # = Ujian nasional pusat 3. + = Ujian nasional kewenangan sekolah Pelaksanaan program di atas ditempuh melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang alokasi waktunya tidak tercantum dalam susunana program, dan berfungsi memperluas kemampuan berdasar bakata dan minat siswa. Kegiatan Intrakulikuler terjadwal melalui jadwal melalui mata pelajaran yang mencakup kegiatan tatap muka, kegiatan laboratium (IPA Bahasa),kegiatan pembelajaran audio visual (AV), kegiatan penilaian (Evaluasi). Kegiatan penilaian dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian. Ulangan harian dilaksanakan setelah satu atau beberapa pokok bahasan telah disampaikan melalui tatap muka. Pelaksanaan ulangan harian tersebut dikoreksi dengan menggunakan LJK ( Scaner) dengan tujuan untuk menghindari subyektifitas, memantau dan mengevaluasi secara cepat dan akurat

tentang hasil yang dicapai siswa dalam ulangan harian tersebut. Jika siswa mendapat nilai lebih kecil dari 6,00 maka guru agama pendidikan agama Islam melaksanakan ulangan perbaiakan (remedial). Pelaksanaan mekanisme ulangan harian: 1. Guru menyusun soal diserahkan pada tim staf kurikulum. 2. Tim staf kurikulum mendata dan menyerahkan soal pada tim komputer Scaner untuk diketik. 3. Ti komputer menyerahkan soal yang telah diketik kepada petugas penggandaan. 4. Petugas penggadaan menyerahkan lembar soal pada staf kurikulum. 5. Tim staf kurikulum menyerahkan soal yang telah digandakan pada guru mata pelajaran. 6. Guru melaksanakan tes sesuai dengan jadwal yang ditentukan. 7. Hasi tes (LJK) dikumpulkan pada guru mata pelajaran agama Islam. 8. Guru pendidika agama islam menyerahkan hasil tes (LJK) pada

staf kurikulum untuk didata 9. Tim staf kurikulum menyerahkan hasil tes (LJK) pada petugas scaner untuk dikoreksi. 10. Hasil koreksi ljk diberikan pada tim staf kurikulum untuk diberikan pada guru pendidikan agama islam dan diumumkan.

11. Tim staf kurikulum menyerahkan hasil koreksi Scaner pada guru mata pelajaran pendidikan agama islam. 12. Tim staf kurikulum memasangkan hasil tes di papan pengumuman. Data nilai yang ada pada scaner diamasukkan pada lager pengolahan masing-masing kelas. Jika semua data telah masuk yang meliputi nilai ulangan harian, nilai tugas, dan nilai ulangan umum, maka nilai-nilai tersebut diolah dengan rumus yang telah ditentukan untuk penentuan nilai Raport semester, kenaikan kelas serta penjurusan program (nilai kelas III) b. Program Jaringan (Lan Internet) Dalam rangka mengikutiperkembangan teknologi informasi (TI) sekolah mengadakan program jaringan data, dengan demikian semua komputer yang ada di sekolah dihubungkan dengan sistem jaringan (LAN Lokal Area NETWORK) sehingga masing-masing data di ruang yang berbeda dapat diakses di ruang yang lain. Pada saat ini data yang bisa diakses adalah data niali siswa, yang nantinya akan dikembangkan terus, sehingga seluruh data siswa, guru, karyawan serta data-data macam-macam buku yang ada di perpustakaan dapat diakses secara bersamaan. Untuk data nilai yang ada pada scaner demi keamanan data, maka data nilai hanya bisa dilihat (Read Only), dengan demikian pemasukan dan perubahan nilai hanya dapat dilakukan di

ruang Scaner. Dan pemasukan nilai di ruangan (komputer) lain tidak dapat masuk data scaner. 8. Struktur Organisasi SMA Widya Dharma Turen Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian

a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi dan brtugas sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor, pemimpin/leader inovator, motivator. 1) Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. 2) Kepala sekolah selaku manajer, mempunyai tugas: a) Menyusun perencanaan b) Mengorganisasikan kegiatan

c) Mengarahkan kegiatan d) Mengkoordinasi kegiatan e) Melaksanakan pengawasan f) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan g) Menentukan kebijaksanaan h) Mengadakan rapat i) Mengambil keputusan j) Mengatur proses belajar mengajar k) Mengatur administrasi: ketatausahaan, siswa ketenagaan, sarana dan prasarana,dan keuangan/RAPBS

3) Kepala sekolah selaku administator bertugas menyelenggarakan administrasi: a) Perencanaan 8) Perpustakaan b) Pengorganisasian 9) Laboratium c) Pengarahan 10) Ruang ketrampilan kesenian d) Pengkoordinasian 11) Bimbingan konseling e) Pengawasan 12) UKS f) Kurikulum 1 3) OSIS g) Kesiswaan 14) Serba guna 4) Kepala selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai: a) Proses belajar mengajar b) Kegiatan bimbingan konseling c) Kegiatan ketatausahaan d) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait e) Sarana dan prasarana f) Kegiatan OSIS g) Kegiatan 7 K 5) Kepala sekolah sebagai pemimpin/leader a) Dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab b) Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa c) Memilki visi dan memahami misi sekolah d) Mengambil keputusan intern dan ekstern sekolah

e) Membuat, mencari dan memilih gagasan baru 6) Kepala sekolah selaku inovator a) Melakukan pembaharuan bidang (1). KBM (2). BK (3). Ekstrakulikuler (4). Pengadaan b) Melaksanakan pembinaan guru dan karyawan c) Melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya di PB

3 dan masyarakat 7) Kepala sekolah sebagai motivator a) Mengatur ruang kantor yang kondusif untuk bekerja b) Mengatur ruang kantor yang kondusif untuk KBM/BK c) Mengatur ruang laboratium yang kondusif untuk praktikum d) Mengatur ruang perpustakaan yang kondusif untuk belajar e) Megatur halaman/lingkungan sekolah yang sejuk dan teratur f) Menciptakan hubungan kerja yang yang harmonis sesama guru dan karyawan g) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar sekolah dan lingkungan 8) Menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah dapat mendelegasikan kepada wakil sekolah

b. Wakil kepala sekolah


Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan pelaksanaan program 2) Pengorganisasian 3) Pengarahan 4) Ketenagaan 5) Pengorganisasian 6) Pengawasan 7) Penilaian 8) Identifikasi dan pengumpulan data 9) Penyusunan laporan Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam urusan-urusan sebagai berikut: 1) Waka Kurikulum a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan b) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal c) Menagtur penyusunan program pengajaran (program catur wulan, program satuan pelajaran, dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum) d) Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler

e) Mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan, dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian raport dan STTB f) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran g) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar

h) Mengatur pengembangan MGMPP dan koordinator mata pelajarn i) Mengatur mutasi siswa j) Melakukan supervisi adminstrasi dan akademis k) Menyusun laporan 2) Waka Kesiswaan a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling b) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7 K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan dan kerindangan ) c) Mengatur dan membina program kegiatan osis meliputi kepramukaan, palng merah remaja, (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah (PKS), paskribaka d) Mengatur pesantren kilat e) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah f) Menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi

g) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa 3) Waka Sarana dan Prasarana a) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar b) Merencanakan program penggandaannya c) Mengatur pemanfaatan saran dan prasarana d) Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian e) Mengatur pembakuannya f) Menyusun laporan 4) Hubungan dengan Masyarakat a) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan BP3 dan peran BP3 b) Menyelenggarak bakti sosial, karyawisata c) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah (gebyar pendidikan ) d) Menyusun laporan 5) Guru Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efesien. a) Membuat perangakat program pengajaran b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran

c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir d) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian e) Menyusun dan melaksanakan program pebaikan dan pengayaan f) Mengisi daftar nilai g) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam proses belajar mengajar h) Membuat alat pelajaran, alat peraga i) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni j) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum k) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah l) Mengadakan pengembangan program pengajran yang menjadi tanggung jawabnya m) Membuat catatan tentang kemajuan hasi belajar n) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran o) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya

c. Wali kelas
Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Pengelolaan kelas 2) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi: a) Denah tempat duduk siswa b) Papan siswa absensi siswa c) Daftar pelajaran siswa d) Daftar piket siswa e) Buku absensi siwa f) Buku kegiatan pembelajaran g) Tata tertib siswa 3) Penyusunana pembuatan statistik bulanan siswa 4) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa 5) Pembuatan catatan khusus tentang siswa 6) Pencatatan mutasi siswa 7) Pengisian buku laporan penilaian hasi belajar 8) Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar

d. Guru Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling membantu kepal sekolah dan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling

2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalahmasalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar 3) Memberikan layanana dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar

4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan kerja 5) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling 6) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar 7) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling 8) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling 9) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling

e. Pustakawan Sekolah
Pustakawan sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Perencanaanpengadaan buku-buku/bahan pustak/media elektronika 2) Pengurusan pelayanan perpustakaan 3) Perencanaan penembangan perpustakaan 4) Pemeliharaan dan perbaikan bukubuku/bahan pustaka/elektronika 5) Inventaris dan pengadministrasian buku-buku/bahan pustaka/elektronika 6) Melakukan layanan bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainya, serta masyrakat 7) Penyimpanan buku-buku perpustakaan/media elektronika 8) Menyusun tata tertib perpustakaan

9) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secra berkala

f. Laboratium
Pengelola laboratium membantu kepala sekolah dalam kgatankegiatan sebagai berikut: 1) Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratium 2) Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan Laboratium 3) Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratium 4) Memelihara dan perbaikan alat-alat Laboratim 5) Inventaris dan pengadministrasian peminjam alat-alat Laboratium 6) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratim

g. Kepala Tata Usaha

Kepala tata usaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah, dan bertangung jawab kepada sekolah dan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Penyusunan program kerja tata usaha sekolah 2) Pengelolaan keuangan sekolah 3) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa 4) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah 5) Penyusun administrasi perlengkapan sekolah 6) Penyusun dan penyajian data/statistik sekolah 7) Mengkoordinasikan dan melaksanakan 7 K

8) Penyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala

h. Teknisi Media
Teknisi media membantu kepala sekolah dalam kegiatankegiatan sebagai berikut: 1) Merencanakan pengadaan alat-alat media 2) Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan media 3) Menyusun program kegiatan teknisi media 4) Mengatur penyimpanan, pemeliharaan, dan perbaikan alat-alat media 5) Inventarisasi dan pengadministrasi alat media 6) Menyusun laporan pemanfaatan alatalat media i. Layanan Teknisi Bidang Pertamanan/Kebun (Tukang Kebun) 1) Mengusulkan keperluan alat prkebunan 2) Merencanakan distribusi, jenis dan pemilah tanaman 3) Memotong rumput 4) Menyiangi rumput liar 5) Memelihara dan memangkas tanamana 6) Memupuk tanaman 7) Memberantas Hama dan penyakit tanaman 8) Menjaga kebersihan dan keindahan tanaman serta kerindangan 9) Merawat tanaman dan infrastrukturnya(pagar, saluran air) 10) Merawat dan memperbaiki peralatan kebun

11) Membuang sampah kebun dan lingkumgan sekolah ke tempat sampah j. Layanan Teknisi Di Bidang Keamanan (Penjaga Sekolah/Satpam) 1) Mengisi buku kejadian 2) Mengantar/memberi petunjuk tamu sekolah 3) Mengamankan pelaksanaan upacara,PBM, EBTA/EBTANAS, rapat

4) Menjaga kebersiahn pos jaga 5) Merawat peralatan jaga malam 6) Melaporkan kejadian secepatnya, bila ada

GAMBAR 1
STRUKTUR ORGANISASI SMA WIDYA DHARMA TUREN 2008-200999 KEPALA

SEKOLAH TATA KOORDINATOR WAKASEK


WAKASEK WAKASEK WAKASEK KURIKULUM KESISWAAN SARANA HUMAS

STAF STAF KURIKULUM KESISWAAN

KOORDINATOR KEPUTRIAN WALI KELAS MGMP

BP / BK

PERPUSTAKAAN LABORATORIUM EKSTRA DANSOS IPA BHS - KOMP KULIKULER

GURU

SISWA

99 Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen 2008-2009

B. Paparan Hasil Penelitian


Dari hasil interview peneliti dengan beberapa informan diantaranya: kepala sekolah, WAKA kurikulum, guru PAI, dan Siswa SMA Widya Dharma turen, didapatka hasil wawancara sebagai berikut: 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pendididikan agama Islam di SMA Widya Dharma Turen adalah bagaimana usaha yang dilakukakan oleh guru PAI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PAI. Dari hasil wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah SMA Widya Dharma Turen, beliau menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan oleh beliau: Memberikan motivasi pada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar PAI, membagi masing-masing tingkat kelas dikelopokkan ada kelas reguler, juga ada kelas unggulan dan memberikan bimbingan belajar, serta adanya Komputer, IPA, Lab BHS, juga adanya Perpustakaan, ruang KBM dengan sarana yang lain, seperti Laptop, LCD, komputer dll. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah tersebut, upaya yang dilakukan oleh beliau dengan cara memberikan motivasi pada siswa untuk belajar lebih giat lagi dalam pelajaran PAI, selain itu juga ada motivasi dari guru PAI itu sendiri karena tanpa motivasi dari seorang guru PAI maka tidak akan berhasil dalam pelajaran PAI, bahkan juga yang tidak kalah pentingnya lagi motivasi dari orang tua karena prestasi siswa itu salah satunya

dipengaruhi oleh motivasi dari orang tua.

Adapun juga upaya yang dilakukan oleh beliau dengan cara membagi kelas menjadi dua kelas yakni kelas reguler, dan kelas unggulan dengan tujuan agar siswa yang pengetahuannya menengah ke bawah mereka berada pada pada kelas reguler, sedangkan siswa yang pengetahuannya menengah ke atas mereka berada di kelas unggulan. Bahakan juga upaya yang dilakukan dengan cara memberikan bimbningan belajar, dan tidak kalah pentingnya disediakannya sarana dan prasaran yang lengkap seperti adanya serta adanya Komputer, IPA, Lab BHS, juga adanya Perpustakaan, ruang KBM dengan sarana yang lain, seperti Laptop, LCD, komputer dll. Dari hasil wawancara dengan Ibu Aulia Kurnia Dra.selaku guru PAI kelas X beliau menjelaskan: Upaya dalam meningkatkan prestasi belajar PAI, yaitu seorang guru harus betul-betul siap dalam persiapan untuk proses pembelajaran dikelas, kata beliau saya mbak, kalau belum siap gak berani memulai proses pembelajaran di kelas, kalau soal materinya meliputi: Aqidah Akhlak, Al-Quran Hadits, Fiqih, dan Tarikh/SKI, tentang metode yang saya gunakan tidak selalu monoton pada satu metode saja akan tetapi memakai metode yang bervariasi seperti metode ceramah dan diskusi, kalau caranya untuk menghidupkan kelas yaitu dengan cara memancing minat siswa seperti memberikan prolog tentang kholifah, maka siswa akan timbul beberapa pertanyaan yang kemudian diadakan sering bersama, kalau soal tentang sarana dan prasarana yang saya pakai itu disesuaikan dengan materi pelajarannya, sarana yang dipakai meliputi sarana yang disediakan oleh sekolah seperti masjid, perpustakaan, buku panduan untuk guru serta buku LKS dan CD kalau ada. (wawancara jam.09.15-10.00 tgl. 28 Agusutus 2008). Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas X beliau menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi

belajar PAI, maka beliau mengunakan bebagai metode mengajar, tidak menoton pada satu metode saja akan tetapi, beliau menggunakan metode ceramah dan diskusi, disamping itu juga beliau menggunakan strategi untuk menghidupkan kelas dengan cara memancing minat siswa seperti memberikan gambaran tentang kholifah, maka siswa akan timbul beberapa pertanyaan lalu dibentuk metode belajar dengan cara berdiskusi maka siswa akan lebih aktif lagi tidak ada yang mengantuk, disamping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap seperti adanya buku LKS, Perpustaan, dan masjid fungsinya untuk latihan praktek sholat.

Dari hasil wawancara dengan Bapak H. Moh. Ali selaku guru PAI sekaligus koordinator guru PAI menjelaskan: Pada waktu pelajaran agama Islam biasanya setelah berdoa diawali dengan membaca surat-surat pendek secara bersama-sama lalu memasuki pada materi pelajaran yang mau diberikan terhadap siswa, kalau tentang metode yang saya pakai metode diskusi dan ceramah yang bersifat mengevaluasi materi yang sudah disampaikan, kalau tentang penambahan jam pelajaran yang dilaksanakan yaitu dengan mengambil waktu jam pelajaran yang tidak mengganggu pada jam siswa. (11.00-11.30, tgl 28 agustus 2008) Dari hasil wawan cara dengan guru PAI kelas XII beliau menjelaskan tentang upaya yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar PAI, maka beliau menggunakan metode diskusi dan ceramah yang bersifat mengevaluasi materi yang sudah dijelaskan minggu kemarin, dan juga ada jam tambahan di luar jam siswa. Hasil wawancara dengan bapak Moh. Halim, selaku guru PAI juga menjelaskan: Kalau soal materi pelajarannya sama semua mulai dari kelas XXII , tentang kurikulum yang dipakai yaitu untuk kelas X dan IX menggunakan KTSP, sedangkan untuk kelas XII menggunakan KBK, kalau tentang sarana dan prasarananya itu dimulai dari perangkat pembelajaran, fasilitas-fasilitas yang lain juga lengkap seperti masjid fungsinya untuk praktek sholat dan juga ada buku LKS, audio visual apabila diperlukan, kalau masalah strategi yang kami gunakan mungkin hampir semua guru PAI semuanya sama yaitu dengan memberikan prolog dari situ timbul pertanyaan terus kemudian dibentuk metode diskusi untuk menjawab beberapa pertanyaan yang telah dilontarkan oleh siswa, dengan demikian, maka suasana kelas akan lebih aktif lagi dan tidak ada yang merasa ngantuk, kalau masalah tantang masalah jam tambahan itu tergantung pada materinya, apabila materinya sudah selesai semua maka tidak perlu menambah jam tambahan, dan sebaliknya, jika materinya masih belum selesai maka perlu menambah jam tambahan di luar jam pelajaran. (10.00-10.15, tgl 12 Sept. 2008) Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas XI beliau menjelaskan tentang upaya untuk meningkatkan prestasi belajar beliau mengunakan metode yang bervariasi, strategi yang menyenangkan yaitu dengan memberikan prolog sama dengan yang diterapkan di kelas X, dengan tujuan agar siswa tidak ada yang merasa ngantuk, dan didukung oleh fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Sekolah, dan tidak kalah pentingnya lagi di dukung oleh sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas XI-IPS 1

Pelajaran PAI menurut saya menyenangkan sekali, karena berpengaruh pada kehidupan sehari-hari, metode yang yang dipakai oleh guru PAI memakai metode ceramah dan mengerjakan LKS, hambatan yang saya alami dalam hafalan Surat-Surat pendek, karena saya belum bisa dalam membaca al-Quran.(09.5010.00 tgl 12 Sept. 2008)

2. Kendala/Hambatan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendididikan Agama Islam Berbicara mengenai upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMA Widya Dharma Turen, tentunya tidak berjalan dengan begitu saja, tapi juga ada ada faktor kendala/hambatan di SMA Widya Dharma Turen itu hanya hanya datang dari siswa itu sendiri. Hasil wawancara peneliti dengan semua guru PAI yang ada di SMA Widya Dharma Turen, mereka mengatakan bahwa kendala/hambatan yang mereka hadapi hanya pada diri siswa yang tidak mampu dalam belajar PAI, yang memang kemampuan sebagian besar dari mereka lebih rendah dari sebagian yang lain, dan itu saya kira terkait dengan latar belakang siswa yang lulusan dari sekolah umum, ya kalau di sekolah pelajaran agama itu hanya 2 jam, mereka lebih banyak dirumah, jadi ini ada hubungannya dengan Motivasi orang tua. Bagaimana agar anak-anak mereka ini mau belajar PAI dengan orang yang terdekat dengan mereka, dan gimana lho mbak, banyak sekali dari mereka ini yang belum sadar pentingnya belajar PAI, bagaimana anaknya mau mengaji kalau Bapak Ibunya gak mau ngaji. Terkait dengan kendala/hambatan yang ada di SMA Widya Dharma Turen ini, Bapak Kepala Sekolah juga memberikan penjelasan: Faktor kendala/hambatan yang ada di SMA Widya Dharma Turen ini saya kira hambatannya selalu ada dalam setiap penyelengaraan sekolah, namun menurut saya, tidak ada kendala/hambatan yang tidak dapat diselesaikan dan diatasi dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.(16.00-16.30, tgl 17 sept. 2008)

Bahwasannya berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah, bahwa masalah kendala/hambatan yang ada di sekolah SMA Widya Dharma itu ada, akan tetapi dalam masalah tersebut semuanya sudah dapat teratasi tidak sampai berkelanjutan.

Masih dari penjelasan dari Ibu Aulia Kurnia selaku guru PAI kelas X beliau menjelaskan tentang kendala/hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran PAI yaitu kendala/hambatan yang selama ini saya hadapi yaitu hanya pada siswa yang kurang memperhatikan pada pelajaran PAI100 Dari hasil wawancara dengan Ibu Aulia Kurnia, bahwa kendala/hambatan yang dihadapi oleh guru PAI di SMA Widya Dharma Turen itu hanya pada siswa yang kurang memperhatikan pada pelajaran PAI. Masih dari penjelasan Bapak Muh. H Ali selaku guru PAI kelas XI, beliau menjelaskan, bahwa kendala/hambatan yang saya alami selama proses pembelajaran PAI itu hanya pada siswa yang kurang mampu pada pelajaran PAI, latar belakang siswa yang lulusan dari sekolah umum, siswa yang kurang mampu dalam baca tulis Al-Quran.101 Dari hasil wawancara dengan Bapak H. Muh Ali selaku koordinator guru PAI SMA Widya Dharma Turen, bahwa yang menjadi kendala/hambatan guru PAI itu hanya dari siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI, latar belakang siswa yang lulusan dari sekolah 100 Hasil Wawancara dengan Ibu Aulia Kurnia, ( 09.15-10.00 Tgl. 28 Agustus 2008) 101 Hasil wawancara dengan Bapak H Muh. Ali Selaku Koordinator guru PAI (11.00-11.30 Tgl. 28 Agut. 2008)

umum, maka siswa tersebut masih tidak mempunyai banyak pengalaman tentang pelajaran PAI, terutama baca tulis Al-Quran. Masih dari penjelasan dari Bapak Muh. Halim selaku guru PAI kelas XI beliau menjelaskan bahwa kendala/hambatan yang ada di SMA Widya Dharma Turen itu hanya pada siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI102 3. Langkah-Langkah Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Hambatan Meningkatkan Presrtasi Belajar Pendidikan Agama Islam Adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI, tentunya juga ada upaya untuk mengatasinya. Masih dari penjelasan Bapak kepala sekolah, kalau untuk mengatsi kendala anak yang belum bisa pelajaran PAI, saya akan lebih fokuskan pada anak tersebut dengan memberikan bimbingan khusus secara rutin, memberi motivasi pada siswa tersebut agar meningkatkan prestasi belajarnya pada pelajaran PAI. Masih dari penjelasan beliau, untuk mendukung proses pembelajaran kami mengupayakan membagi kelas reguler dan kelas unggulan, agar 102 Hasil Wawancara dengan Bapak Muh. Halim S.Ag selaku guru PAI SMA Widya Dharma Turen

dalam proses pembelajaran itu kelasnya sesuai dengan kemampuan

masing-masing103. Seperti masih penjelasan dari Ibu Aulia Kurnia selaku guru PAI kelas X beliau menjelaskan: Kalau untuk mengatasi kendala/hambatan pada anak yang belum bisa dalam pelajaran PAI, saya akan lebih fokuskan pada anak tersebut dengan cara saya suruh menemui saya langsung untuk mendapatkan bimbingan khusus bagi siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI dan saya meminta pada siswa yang sudah mampu dalam pelajaran PAI supaya membantu temannya yang belum bisa dalam pelajaran PAI. (09.15-09.45, tgl 28 agustus 2008) Sebagaimana juga masih dalam penjelasan bapak H. Moh. Ali Drs. Kalau untuk mengatasi kendala/hambatan pada anak yang belum bisa dalam pelajaran PAI, maka saya melakukan kerjas sama antara guru PAI dengan kerabat terdekat, supaya kerabat terdekatnya di daerah masing-masing bisa membantu dalam membimbing siswa yang belum bisa dalam pelajaran PAI, terus saya menghimbau kepada siswa yang sudah mampu dalam pelajaran PAI supaya membantu siswa yang belum bisa dalam pealajaran PAI. (11.30-12, tgl 28 agustus 2008) Bahkan masih penjelasan dari bapak Moh. Halim Drs, beliau menjelaskan: saya rasa kalau masalah hambatan itu tidak ada, kalau dalam masalah saran dan prasananya di SMA Widya Dharma Turen ini sudah terpenuhi semuanya, akan tetapi yang menjadi kendala/hambatan di sini hanya pada diri siswa yang kuarang mampu dalam pelajaran PAI, maka upaya saya diberikan dengan cara mengumpulkan siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI tersebut dengan cara memberikan bimbingan khusus pada siswa tersebut. 103 hasil wawancara dengan Bapak kepala sekolah SMA Widya Dharma Turen 10.00-10.15 tgl. 12 Sept. 2008

Adapun hasil wawancara dengan semua guru PAI di SMA Widya Dharma itu, mereka menjelaskan bahwa untuk mengatasi kendala/hambatan guru PAI,yang mereka hadapi hanya pada masalah siswa yang kurang mampu dalam belajar PAI, maka upaya guru PAI dalam mengatasinya dengan cara lebih difokuskan/diberi perhatian khusus bagi siswa tersebut, menyuruh teman dikelasnya yang sudah mampu

dalam pelajaran PAI untuk membantunya dalam pelajaran PAI, adanya kerja sama anatara guru PAI dengan kerabat dekatnya di daerahnya masing-masing supaya membantu membimbng siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI. Hasil wawancara dengan Ibu Siti Maisaroh Dra selaku WAKA Kurikulum SMA Widya Dharma Turen, beliau menjelaskan tentang upaya untuk mengatasi kendala/hambatan guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI, beliau menjelaskan bahwa: Tentang upaya untuk mengatasi kendala/hambatan dalam meningkatkan presatsi belajar PAI siswa, yaitu dengan adanya kegiatan ekstra yang dilakukan oleh siswa pada waktu sore/setelah KBM berlangsung.104 Hasil wawancara tersebut bahwasannya upaya untuk mengatasi kendala/hambatan dalam meningkatkan prestasi belajar PAI, tersebut dengan adanya kegiatan ekstra itu siswa diwajibkan ikut satu kegiatan ekstra, namun ada juga yang ikut dua unit kegiatan bagi siswa yang 104 Hasil Wawancara dengan Ibu Siti Maisarah Selaku Waka Kurikulum SMA Widya Dharma Turen 08.43-09.15 Tgl. 12 Sept. 2008

mampu dalam mengikutinya. Dengan demikian, dengan adanya ekstra tersebut supaya bakat siswa bisa tersalurkan untuk menekuni bakat masing-masing siswa, dan juga untuk mempersiapkan siswa yang tidak sempat melanjutkan ke jenjang ke jenjang yang lebih tinggi, dengan adanaya kegiatan ekstra di SMA Widya Dharma Turen ini dapat membantu siswa yang tidak sempat melanjutkannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga siswa tersebut keluar dari sekolah mempunyai bakat/keterampilan yang bisa disalurkan di tempatnya masing-masing.

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Dari kegiatan penelitian yang peneliti lakukan mulai tgl 17 juli sampai dengan 23 Sept 2008 di SMA Widya Dharma Turen Malang, diperoleh hasil penelitian mengenai upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. 1. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa SMA Widya Dharma Turen Upaya guru PAI dalam dunia kependidikan sangat berperan sekali dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Aktifitas guru PAI yang dilakukakn dalam rangka membimbing, mengajar dan melakukan Tarnfer Knowledge dalam proses belajar mengajar harus dilakukan oleh guru PAI yang memilki usaha tinggi yang disertai dengan kemampuan dan keprofesionalan. Kemampuan atau keprofesionalan guru PAI juga sanagt penting sekali. Mengingat mempelajari teorinya saja akan tetapi harus dipraktekkan juga dalam kehidupan sehari-hari, maka seorang guru PAI yang mengajar PAI profesional dalam bidangnya. Dalam pembelajarn PAI siswa bukanlah suatu hal yang begitu saja berjalan tanpa proses, tetapi memerlukan upaya-upaya guru PAI yang konkrit, begitu jugadi SMA Widya Dharma Turen, ada beberapa upaya yang harus dilakukan guru PAI meningkatkan prestasi belajar PAI siswa yaitu:

137 a. Menambah Jam Pelajaran PAI Kegiatan jam tambahan pelajaran di luar jam pelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan guru PAI masing-masing ada yang dengan cara menambah jam tambahan di luar jam siswa, maka seorang guru PAI di sini mencari celah-celah pada jam kosong untuk menambah jam tambahan, ada guru yang menambah jam pelajaran itu tergantung pada materinya, apabila materinya sudah selesai maka tidak perlu menambahakn jam pelajaran PAI. Demikian penjelasan dari para guru PAI di SMA Widya Dharma turen. b. Menciptakan Kondisi Yang Baik Pada Waktu Proses Belajar Mengajar Dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siwa SMA Widya Dharma turen, guru PAI juga berusaha menciptakan kondisi belajar yang baik pada siswa-siswinya. Seperti yang dijelaskan Bapak H. Moh. Ali Drs. Selaku koordinator guru PAI. Anak-anak ditekankan untuk membaca surat-surat pendek pada sepuluh menit pertama, dibaca secara besama-sama agar supaya menjadi terbiasa dalam membaca Al-Quran serta memahami isi kandungan yang terdapat pada suarat tersebut. Berdasarkan uaraian di atas, dapat dipahami bahwa membaca AlQuran sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari, karena Al-Quran merupakan

firman Allah Swt yang berfungsi sebagai petunjuk bagi semua umatnya di dunia ini.

Upaya untuk menciptakan kondisi yang baik juga bisa dalam pemakaian strategi pembelajaran yang bisa menarik minat siswa. Seperti yang dilakukan Ibu Aulia Kurnia, S.Ag dan bapak Moh.Halim Drs. Tentang strategi yang diterapkan di kelas yaitu dengan cara memberi prolog tentang materi pelajaran PAI, seperti memberikan gambaran tentang kholifah, dengan demikian, timbul beberapa pertanyaan dalam benak siswa, maka guru PAI membentuk metode diskusi, dibentuk beberapa kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ditanyakan oeh siswa, lalu siswa akan merasa lebih tertarik dengan pelajaran PAI tersebut. Adapun untuk mencipatakan kondisi yang baik juga dalam proses belajar mengajar, masih penjelasan dari semua guru PAI, mereka menjelaskan metode yang digunakan oleh guru PAI di SMA Widya Dharma Turen semuanya sama yaitu dengan menggunakan metode yang bervariasi tidak monoton pada satu metode saja, mereka menggunakan metode diskusi dan ceramah yang sifatnya mengevaluasi pada materi yang kemarin. c. Adanya Sarana dan Prasarana Pembelajaran PAI Yang Lengkap SMA Widya Dharma merupakan sekolah yang mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Jadi, pengadaan di sini sifatnya sangat penting sekali untuk mendukung proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan bapak kepala sekolah bahwa saran dan prasarana yang ada di SMA Widya Dharma Turen ini seperti adanya Lab. IPA, Lab. BHS, Lab Kimia, Lab

komputer, Perpustakaan dan ruang KBM dengan sarana seperti Laptop, LCD dan komputer. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan prestasi belajar terutama pada belajar PAI. d. Memberikan Motivasi Kepada Siswa Bahwasannya motivasi pada siswa merupakan untuk meningkatkan prestasi belajar PAI ini sangat menentukan prestasi yang dicapainya. Dengan demikian, keinginan seseorang/siswa untuk berhasil dalam belajar juga akan hasil belajar. Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai untuk mencapai sesuatu tujuan perlu berbuat sesuatu yang menyebabkan seseorang berbuat adalah motivasi. Dengan demikian, motivasi berfungsi sebagai daya penggerak/pendorong. Melihat kondisi di SMA Widya Dharma Turen, intelegensi yang berada dalam faktor Psikologis adalah salah satu faktor pendukung dalam upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siwa. Karena faktor itu berasal dari kemampuan siswa itu sendiri. Hal itu juga diakui oleh guru PAI di SMA Widya Dharma bahwa kemampuan rata-rata siswa dalam hal pelajaran agama Islam adalah masih kurang bagus. Meskipun juga tidak menutup kemungkinan ada sebagian kecil yang sudah mampu dalam pelaajran PAI. Kemampuan masih kurang bagus dari para siswa dalam pelajaran

PAI itu disebabkan karena latar belakang siswa sendiri, mereka kebanyakan lulusan dari Sekolah Umum, karena mengingat jam pelajaran di sekolah yang sedikit, maka diperlukan bimbingan khusus bagi siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI dan adanya kerja sama antara guru PAI dengan siswa yang sudah mampu dalam pelajaran PAI supaya bisa membantu temannya yang belum bisa, bahkan guru PAI juga kerja sama dengan kerabat dekat siswa yang belum bisa dalam pelajaran agar bisa membantu siswa tersebut. Dengan demikian, masih penjelasan dari bapak H. Moh. Ali Drs. Selaku koordinator guru PAI di SMA Widya Dharma Turen. e. Pembagian Kelas Dalam pembagian kelas di SMA Widya Dharma Turen, masih dari penjelasan bapak kepala sekolah, bahwa dalam pembagian kelas ini ada kelas reguler dan kelas unggulan. Adapun yang dimaksud kelas Reguler ialah kelas yang kemampuan siswanya menengah ke bawah, sedangkan kelas unggulan merupakan kelas yang kemampuan siswanya menengah ke atas. Dengan demikian, dengan adanya pembagian kelas tersebut bertujuan untuk menyesuaikan kemampuan masing-masing siswa dalam proses pembelajaran. 2. Kendala/Hambatan Guru PAI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Adapun kendala/hambatan yang datang dari faktor-faktor eksternal maupun dari faktor-faktor internal Sekolah, masih juga dari penjelasan dari Bapak Tri Djoko Kusminto, Drs. Bahwa masalah kendala/hambatan selalu ada dalam setiap penyelengaraan sekolah, namun di sekolah SMA Widya Dharma Turen tidak ada hambatan yang tidak dapat diselesaikan dan diatasi, semuanya dapat diatasi, dengan demikian kendala/hambatan di SMA Widya Dharma Turen itu hanya datang dari siswa sendiri yang kurang mampu dalam pelajaran PAI. Masih dari penjelasan dari Ibu Aulia Kurnia S.Ag, beliau menjelaskan bahwa kendala/hambatan yang ada di SMA Widya Dharma Turen hanya dari siswa yang kurang memperhatikan pada pelajaran PAI selain itu tidak ada. Adapun juga menurut Bapak Halim S.Ag bahwa kendala/hambatan yang ada di SMA Widya Dharma Turen itu juga dari siswa yang kurang mampu pada pelajaran PAI. Bahkan juga menurut Bapak H. Muh. Ali Drs, masalah/kendala yang ada di SMA Widya Dharma Turen beliau menjelaskan bahwa kendala/hambatan tersebut dari latar belakang siswa yang lulusan dari sekolah umum dan kurang mengenyam pengetahuan tentang pelajaran PAI pada usia dininya.

Bahwasannya hasil dari wawancara dengan guru PAI di SMA Widya Dharma Turen tersebut, kendala/hambatan guru PAI dalam meningkatkan prestasi PAI belajar yang ada di SMA Widya Dharma Turen, kendala/hambatan yang selama ini dihadapi para guru PAI yakni datangnya dari siswa yang kurang mampu pada pelajaran PAI yang disebabkan oleh latar belakang siswa yang lulusan dari sekolah umum, siswa yang belum bisa baca tulis Al-Quran, kurangnya memperhatikan pada pelajaran PAI dikarenakan kurangnya motivasi dari orang tua dalam pelajaran PAI, disebabkan dengan kesibukan orang tua yang bekerja sampai larut malam, maka tidak sempat memberikan dukungan terhadap anaknya, bahkan jarang ketemu sama orang tuanya. 3. Langkah-Langkah Guru PAI SMA Widya Dharma Turen Dalam Mengatasi kendala/Hambatan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

PAI
Adanya kendala/hambatan yang dihadapi para guru PAI dalam meningkatkan presatsi belajar PAI SMA Widya Dharma Turen. Selama ini upaya yang dilakukan guru PAI adalah menfokuskan kepada siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI dengan cara memberikan bimbingan khusus, kerja sama antar siswa dan kerja sama antar kerabat dekat siswa yang berada di daerah masing-masing. Guru PAI memberikan bimbingan khusus terhadap siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI, masih juga penjelasan dari Ibu Aulia kurnia, S.Ag. untuk membimbing anak yang kurang mampu dalam pelajaran PAI, maka anak tersebut disuruh menemui beliau untuk mendapatkan bimbingan khusus terhadap pelajaran yang belum dipahami. Bahwasannya kerja sama dengan antar siswa, masih juga penjelasan dari Bapak H. Moh. Ali, Drs. Bahwa adanya kerja sama antar siswa yang sudah bisa dalam pelajaran PAI, maka supaya membantu teman yang belum bisa dalam pelajaran PAI. Bahkan juga guru PAI melakukan kerja sama antar kerabat siswa yang dekat di daerah masing-masing supaya bisa membantu siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI. Bahwasannya siswa SMA Widya Dharma Turen sebagian besar siswanya berasal dari daerah Turen sendiri, namun ada sebagian kecil yang datangnya dari luar daerah Turen. Siswa SMA Widya Dharma Turen yang sebagian besar berasal dari daerah Turen, maka secara teori, pantauan yang dilakukan oleh pihak guru PAI terhadap siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI lebih mudah untuk mengadakan kerja sama antara kerabat/keluarga siswa tersebut yang berada di daerah masing-masing supaya membantu siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI. Apabila dilihat dari adanya kerja sama dengan kerabat/keluarga siswa tersebut yang berada di daerah masing-masing, maka memang itu menjadi upaya yang sangat bagus atas kelancaran belajar menagajar di SMA Widya Dharma Turen. Faktor upaya yang lain adalah tersedianya sarana dan prasarana yang sudah lengkap, menurut pengakuan dari guru PAI sendiri bahwa sarana dan prasarana yang ada di SMA Widya Dharma Turen sudah lengkap, seperti adanaya Lab. IPA, Lab. BHS, Lab. Komputer, juga ada per[pustakaan, ruang KBM, dengan sarana al. Laptop, LCD Komputer dll.

Adapun upaya guru PAI yang lebih penting lagi dalam mengatasi kendala/hambatan Siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI yaitu dengan cara memakai startegi yang dapat memancing minat siswa. Adapun strategi yang dipakai oleh guru PAI dalam mengaktifkan kelas yaitu dengan cara memberi prolog/gamabaran sedikit tentang kholifah, maka pada benak siswa akan timbul beberapa pertanyaan tentang kholifah tersebut, lalu seorang guru hanya menjadi fasilitator untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa tersebut, oleh karena itu siswa tidak merasa fakum dalam proses pembelajaran tersebut. Apabila dilihat dari kondisi yang ada di SMA Widya Turen, dengan memakai strategi tersebut telah diterapkan oleh guru PAI, karena pada proses pembelajaran strategi tersebut, siswa secara aktif langsung, apabila guru PAI ingin menjadi lebih aktif lagi yaitu dengan cara menggunakan metode diskusi. Dari uraian tadi, agar anak dapat tekun, rajin, dan disiplin dalam belajar pai, maka orang tua harus melakukan pembiasaan belajar PAI pada anak (conditioning/reconditioning). Oleh karena itu, sifat anak yang masih labil, orang tua perlu memberikan motivasi kepadanya secara terus menerus, baik motivasi materi maupun motivasi psikologis. Motivasi ini dalam rangka menggali dan mengaktualkan potensi-potensi positif yang ada dalam diri anak, sebagaimana diungkapkan oleh ulama tadi, sebelum potensi-potensi negatif mempengaruhi dan memancap dalam rangka memberi warna kepada anak kelak.

Peran motivasi dari orang tua ini bertambah penting mengingat banyaknya kendala/hambatan menghadang yang menjadikan anak tidak dapat tekun, rajin, dan disiplin dalam belajar PAI, seperti kendala lingkungan, televisi misalnya teman yang buruk, dan kendala yang berupa sifat malu dan sifat merasa bisa pada anak, anak akan terhalang dari belajar. Bentuk motivasi pada anak, orang tua dapat memberikan hadiah/pujian sewajarnya jika anak tekun, rajin, dan disiplin dalam belajar PAI, terutama bila anak mennjukkan prestasi dalam lomba Pidato, Tartil Al-Quran, dan Kaligrafi. Sebaliknya, bila anak enggan belajar PAI, orang tua dapat memotivasinya dengan meberikan semacam hukuman/sekedara peringatan kepada anak. Sedangkan upaya dalam mengatasi kendala kurang adanya motivasi orang tua terhadap putra putrinya adalah dengan jalan pemberian semacam pengarahan tentang pentingnya pembelajaran PAI kepada wali murid pada waktu pertemuan wali murid dan ketika PAHBI. Dalam hal ini, Bapak kepala sekolah SMA Widya Dharma Turen memberikan pengarahan agar orang tua juga termotivasi agar memberi semangat kepada putra putrinya agar mau belajar PAI/ketika PHBI diberikan Mauidzah oleh penceramah yang sengaja diundang ke sekolah menjelaskan bahwa mendidik anak dalam PAI adalah merupakan jariyah, yaitu suatu amal yang terus mengakir pahalanya, meskipun pelaku amal itu telah meninggal dunia. Ketika amal-amal yang lain terputus akibat kematian, kegiatan mendidik PAI terus membrikan aliran pahala yang tiada henti-hentinya kepada orang yang telah dikubur.

Dari uraian di atas terlihat betapa pentingna adanya motivasi orang tuanya terhadap putra putrinya untuk belajar PAI, sedangkan bagi orang sendiripun kadang banyak yang mengetahui bahwa PAI ini penting sekali bagi kehidupan manusia untuk mencapai bahagia dunia dan akhirat. Sebenarnya peneliti merasa prihatin sekali ketika banyak anak-anak islam yang tidak bisa pelajaran PAI/membaca Al-Quranyang menjadi pedoman hidupnya yang bisa menuntun ke jalan yang benar. Bagaimana upaya kita kaum muslimin menyikapi keadaan seperti ini? Perlu kerja sama yang baik antar berbagai elemen. Mulai dari keluarga, masyarakat dan pemerintah. Kegiatan mendidik PAI ini merupakan kewajiban seluruh element masyarakat, tidak terkecuali pemerintah ( Ulul Amri). Pemerintah bahkan berkepentingan untuk memajukan kegiatan ini sebagai bagian dari tanggung jawabnya memimpin rakyat, karena rakyat akan menjadi baik dengan mengamalkan ajaran agama Islam. Dengan partisipasi pembelajaran kegiatan mendidik umat PAI akan berjalan dengan baik, tertib, berkesinambungan, legal dan maju. Di Indonesia, pemerintah telah ikut memberikan perhatian terhadap hal ini, keputusan bersama mentri dalam negeri dan mentri agama dalam negeri dan mentri Agama RI No 128 tahun 1982/44 menyatakan, perlunya usaha peningkatan kemampuan PAI bagi umat islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengalaman PAI dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan bersama ini ditegaskan peningkatan.

BAB VI

PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan analisa yang telah peneliti uraikan dari upaya guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Widya Dharma Turen. 1. Upaya guru PAI dlam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMA Widya Dharma Turen a. Menambah jam pelajaran PAI b. Menciptakan kondisi yang baik pada waktu proses belajar mengajar c. Adanya sarana dan prasarana pembelajaran PAI yang lengkap d. Memberikan motivasi pada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar PAI e. Pembagian kelas 2. Kendala/hambatan guru PAI dalam menigkatkan prestasi belajar PAI SMA Widya Dharma Turen a. Siswa yang kurang meperhatikan pada pelajaran PAI b. Siswa yang kurang mampu pada pelajaran PAI

3 Langkah-langkah guru PAI SMA Widya Dharma Turen dalam mengatasi kendala/hambatan dalam meningkatkan prestasi belajar PAI a. Menfokuskan terhadap siswa b. Memberikan bimbingan khusus 148 c. Kerjasama antar pihak luar d. Adanya sarana dan prasarana

B. Saran
Upaya guru PAI di SMA Widya Dharma Turen dalam meningkatkan prestasi belajar PAI pada siswa menunjukkan hasil yang baik. Maka harus dipertahankan. 1. Lebih difokuskan lagi dalam membimbing siswa yang kurang mampu dalam pelajaran PAI 2. Lebih mempererat kerja sama dengan pihak luar di daerah masing-masing siswa SMA Widya Dharma Turen

DAFTAR PUSTAKA
Al-quran dan Terjemahnya. 2000. diponegoro. Indosat. Net. Id Ghofir, Abdul dan Zuhairini. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang. Universitas Negeri Malang (UM Perss) Majid, Abdul dan Amdayani. 2006. Pendidikam Agana Islam Berbasis Kompetensi. Bandung. PT Rosdakarya Mujib, Ahmad. 2002. Skripsi. UIS Malang Nata, Abudin. 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru- Murid. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada Partanto A Pius dan Al-Barry Dahlan M. 1994. Kamus Populer Ilmiah. Surabaya. Arkalo Saifullah, Ali. 1994. Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan. Surabaya. Usaha

Nasional Rohan, Ahmad dan Ahmadi, Abu. 1994. Pengelolaan Pengajaran. Malang. Rineka Cipta Meleong j lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Echolis M. John dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta. PT. Gramedia Mulyasa, 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung. PT. Rosdakarya Margo, S. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta Mahfuzh, M.J. 2005 . Psikologi anak dan remaja muslim. Jakarta. Pustaka Al-Kautsar Nurdin, Muhammad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media Arifin, Muzayyin. 2007. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. Jakarta. PT Bumi Aksara Marno, dan Idris, M. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media Group

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian. Bandung. Sinar Baru Sadirman. 2007. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Grafindo Persada. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto Suharsimi. 1997. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta.PT. Rineka Cipta. Nizar, Samsul. 2001 . Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan. Jakarta. Gaya Media Pertama Azwar, Saifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Belajar (Anggota IKAPI) Supriyatno, Triyo. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Teo-Antropo Sosiosentris. Malang. Universitas Islam Negeri (UIN) Gomariyah, Siti. 2006. Skripsi. UIN Malang. Tatapangsara, Humaidi dan Idris Manan. 1997. Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa II. Malang. Ikip Malang. Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi Dan Kompetensi) Jakarta. PT. Rosdakarya. Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta. PT Grasindo Yuswianto, 2000. Metodologi Penelitian. Malang. UIN Malang.

Anda mungkin juga menyukai