Anda di halaman 1dari 34

ketika kotoran hewan menjadi biogas

BAB 1 PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia. Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.

Gambar 1.1 potret antrian minyak tanah

Selain problem krisis energy, di masa sekarang kita juga dihadapi dengan masalah lingkungan lainnya,salah satunya adalah pemansan global. Pemanasan Global (Global Warming) adalah masalah serius dan mendesak untuk diperhatikan, akan semakin menjadi parah dimasa yang akan datang jika tidak segera diatasi mulai dari sekarang.

Gambar 1.2 dampak pemanasan global Apakah kita mau bumi kita seperti ini ? Tentu tidak bukan ?

Gambar 1.3 efek pemanasan global Problem gas rumah kaca diatas dan krisis energy misalnya,masalah lingkungan tersebut memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga.Masalah tersebut bisa dijawab dengan biomassa yang asal mulanya dari alam . Bagaimana bisa ? Gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bakar fosil, seperti karbon dioksida ketika dilepaskan di atmosfir, keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Bila hal ini terjadi maka maka akan terjadi perubahan iklim yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan di lingkungan kita. Selain disebabkan oleh CO2, gas berikut juga memiliki kontribusi dalam pemanasan global, methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pembakaran biomassa sebenarnya menghasilkan CO2 tetapi karbon dioksida yang di hasilkan akan distabilisasi dengan serap kembali oleh tumbuhan,

sehingga tidak ada penimbuan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus seimbang. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas.Ketika seseorang berbicara mengenai biogas, biasanya yang dimaksud adalah gas yang dihasilkan oleh proses biologis yang anaerob (tanpa bersentuhan dengan oksigen bebas) yang terdiri dari kombinasi methane (CH4), karbon dioksida (CO2), Air dalam bentuk uap (H20), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya dalam jumlah kecil. Secara lebih singkat, biogas dapat diartikan sebagai gas yang diproduksi oleh makhluk hidup, Akan tetapi disini penulis menceritakan biogas berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil.

BAB 2 2.1 SEJARAH BIOGAS Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa. Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi pada tahun 1770, beberapa dekade kemudian, Avogadro mengidentifikasikan tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk

menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, The Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia, 1981). Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk.

Paling tidak, ada dua macam Biogas yang dikenal saat ini, yaitu Biogas (yang juga sering disebut gas rawa) dan Biosyngas. Perbedaan mendasar dari kedua bahan diatas adalah cara pembuatannya. Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebasSedangkan Biosyngas (atau lebih sering disingkat Syngas atau Producer Gas) adalah produk antara (intermediate) yang dibuat melalui proses gasifikasi thermokimia dimana pada suhu tinggi material kaya karbon seperti batubara, minyak bumi, gas alam atau biomassa dirubah menjadi karbon monoksida (CO) dan hidrogen (O2). Apabila bahan bakunya batubara, minyak bumi dan gas alam, maka disebut Syngas, sedangkan jika bahan bakunya biomassa maka disebut Biosyngas. Biosyngas dapat digunakan langsung menjadi bahan bakar atau sebagai bahan baku untuk proses kimia lainnya. 2.2 BIOGAS Biogas adalah salah satu energi alternaitf. energi ini diperoleh dengan cara memanfaatkan limbah dari kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik, dengan menggunakan prinsip fermentasi.contohnya terdegradasinya kotoran ternak akibat dari kerja mikroba, fermentasi ini akan mengahsilkan gas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau energi dalam rumah tangga.Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Gambar 2.1 Siklus biogas Berbeda dari bahan bakar minyak bumi dan batu bara, walaupun proses awal pembuatannya juga dari makhluk hidup, namun tidak dapat diperbaharui karena pembentukan kedua bahan bakar tersebut membutuhkan waktu jutaan tahun. Biofuel sendiri merupakan salah satu contoh biomassa. Sesuai dengan namanya, Biogas adalah gas mudah terbakar(flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigenyang disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Biogas berasal dari hasil fermentasi bahan-bahan organik diantaranya: Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, gandum, dan lain-lain, Limbah dan hasil produksi : minyak, bagas, penggilingan padi, limbah sagu, Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahan dan sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dan tapioka, limbah cair industri tahu, Limbah perairan : alga laut, tumbuh-tumbuhan air, Limbah feses : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing, kotoran unggas, kotoran manusia. 2.3 REAKTOR BIOGAS Digester biogas memiliki tiga (3) macam tipe dengan keunggulan dan kelemahannya masingmasing. Ketiga tipe biogas tersebut adalah : 1. Tipe fixed domed plant (Gambar 1) Terdiri dari digester yang memliki penampung gas dibagian atas digester. Ketika gas mulai timbul, gas tersebut menekan lumpur sisa fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika pasokan kotoran ternak terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan slurry hingga meluap keluar dari bak slurry. Gas yang timbul digunakan/dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi katup/kran.

Keunggulan : tidak ada bagian yang bergerak, awet (berumur panjang), dibuat di dalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain dan tidak membutuhkan ruangan (diatas tanah) Kelemahan : rawan terjadi kertakan di bagian penampung gas, tekanan gas tidak stabil karena tidak ada katup gas.

Gambar 2.2 fixed domed plant 2. Tipe floating drum plant (Gambar 1) Terdiri dari satu digester dan penampung gas yang bisa bergerak. Penampung gas ini akan bergerak keatas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi gasnya Kelebihan : konstruksi alat sederhana dan mudah dioperasikan. Tekanan gas konstan karena penampung gas yang bergerak mengikuti jumlah gas. Jumlah gas bisa dengan mudah diketahui dengan melihat naik turunya drum. Kelemahan : digester rawan korosi sehingga waktu pakai menjadi pendek.

Gambar2.3 floating drum plant 3. Tipe baloon plant (Gambar 1)

Konstruksi sederhana, terbuat dari plastik yang pada ujung-ujungnya dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang pipa keluar gas Kelebihan : biaya pembuatan murah, mudah dibersihkan, mudah dipindahkan Kelemahan : waktu pakai relatif singkat dan mudah mengalami kerusakan

Gambar 2.4 baloon plant

2.4 RENTANG KOMPOSISI BIOGAS Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Gas landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah maju dapat menghasilkan biogas dengan 55-75%CH4 . Tabel 1. Komposisi biogas Komponen % Metana (CH4) 55-75 Karbon dioksida (CO2) 25-45 Nitrogen (N2) 0-0.3 Hidrogen (H2) 1-5 Hidrogen sulfida (H2S) 0-3 Oksigen (O2) 0.1-0.5 Sumber : wikipedia Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat

ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif

2.5 MEKANISME PEMBENTUKAN BIOGAS Secara garis besar proses pembentukan gas bio dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu: hidrolisis, asidifikasi (pengasaman) dan pembentukan gas metana. Proses fermentasi anaerob bahan organik yang terdiri dari protein, karbohirat danlemak diuraikan menjadi asam propionat, asam asetat dan asam butirat, yang selanjutnyaproses tersebut menghasilkan gas methan dan karbon dioksida. ( Bell,Aplikasi Biokonversi Limbah Organik. 1979 ) Tahap Hidrolisis Pada tahap hidrolisis, bahanorganik dienzimatik secara eksternaloleh enzim ekstraselular (selulose,amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek. Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida sedangkan protein diubahmenjadi peptida dan asam amino. Tahap Asidifikasi (Pengasaman) Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hydrogen (H2) dan karbondioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobic yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Tahap Pembentukan Gas Metana Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk metana dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme penghasil asam. Gambar 2.5 Proses Pembentukan Biogas 2.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES ANAEROBIK

Aktivitas metabolism mikroorganisme penghasil metana tergantung pada faktor: Temperatur Gas metana dapat diproduksi pada tiga range temperatur sesuai dengan bakteri yang hadir. Bakteri psyhrophilic 0 7 0C, bakteri mesophilic pada temperatur 13 40 0C sedangkan thermophilic pada temperatur 55 60 0C (Fry,). Seperti halnya proses secara biologi tingkat produksi metana berlipat untuk tiap peningkatan temperature sebesar 10 0C 15 0C. Jumlah total dari gas yang diproduksi pada jumlah bahan yang tetap, meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur (Meynell,1976). Ketersediaan Unsur Hara Bakteri Anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam Gunerson and Stuckey, 1986). Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa tanaman terkadang diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester. (Gunerson and Stuckey, 1986). Tabel 2. Kondisi Optimum Produksi Biogas Parameter Kondisi Optimum Suhu Derajat Keasaman Nutrien Utama Nisbah Karbon dan Nitrogen Sulfida Logam-logam Berat Terlarut Sodium Kalsium Magnesium Amonia 35oC 7 7,2 Karbon dan Nitrogen 20/1 sampai 30/1 < 200 mg/L < 1 mg/L < 5000 mg/L < 2000 mg/L < 1200 mg/L < 1700 mg/L Lama Proses Lama proses atau jumlah hari bahan terproses didalam biodigester. Pada digester tipe aliran kontinyu, bahan akan bergerak dari inlet menuju outlet selama waktu tertentu akibat terdorong bahan segar yang dimasukkan, setelah itu bahan akan keluar dengan sendirinya. Panas Jenis Udara Jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 Kg suatu zat sebesar 1oC disebut panas jenis. Adapun jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suatu benda atau zat secara menyeluruh sebesar 1oC disebut kapasitas thermal benda atau zat tersebut. Satuan jumlah panas yang dipakai adalah kilo kalori (kcal), dimana 1 kcal sama dengan jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature 1 kg air sebesar 1oC. Maka satuan panas jenis menjadi kcal / (kgoC). Dalam system SI satuan, sebagai satuan panas dipakai kJ (Kilo Joule) dimana 1 kJ = 0.2389 kcal atau 1 kcal = 4.186 KJ. 1. Panas jenis pada tekanan tetap Jika suatu gas dipanaskan atau didinginkan pada tekanan tetap, maka volume akan membesar atau mengecil lebih banyak dari pada zat cair atau zat padat. Dalam gambar 2.5 diperlihatkan 1 kg gas yang ditempatkan dalam dengan torak yang dapat bergerak tanpa gesekan. Jika silinder dipanaskan maka gas akan

mengembang mendorong torak keatas sehingga tekanan di dalam silinder tidak berubah. Dalam hal demikian jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature 1 kg gas tersebut sebesar 1oC disebut panas jenis pada tekanan tetap. Panas jenis ini biasanya diberi lambing cp dimana untuk udara cp = 0.24 kcal/(kgoC) = 1.005 kJ/(kgoC). 2. Panas jenis pada volume tetap Jika 1 kg gas ditempatkan di dalam sebuah bejana tertutup (Gb. 2.6) lalu dipanaskan tanpa dapat berkembang maka tekanan dan temperaturnya akan naik. Jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 kg gas ini sebesar 1oC dalam keadaan demikian disebut panas jenis pada volume tetap. Panas jenis ini biasannya diberi lambing cv, dimana untuk udara cv = 0.17 kcal/(kgoC) = 0.712 kJ/(kgoC) . 3. Rasio panas jenis Jika kedua panas jenis tersebut di atas diperbandingkan terlihat bahwa panas jenis pada tekanan tetap harganya lebih besar dari pada panas jenis pada volume tetap. Perbandingan antara panas jenis pada tekanan dan panas jenis pada volume tetap biasannya disebut rasio panas jenis yang diberi lambang k. Jadi k = cp/cv, dimana untuk udara kering k = 1.401. Rasio ini mempunyai peranan penting dalam perhitungan kompresi gas. Dalam tabel 2.2 di berikan harga harga k, cp dan cv untuk beberapa macam gas. Kelembaban Udara a) Udara jenuh Jika sejumlah air mengisi sebuah bejana tertutup, maka dari permukaan bebasnya akan terjadi penguapan. Uap ini akan bercampur dengan udara di atas permukaan air tersebut. penguapan ini tidak dapat berlangsung terus menerus pada suatu saat akan berhenti karena ruangan diatas permukaan air sudah jenuh. Udara tak jenuh dan udara lembab Udara dimana uap air yang dikandungnya belum mencapai keadaan jenuh disebut udara tak jenuh. Udara yang mengandung uap air disebut udara lembab (tidak kering). b) Kelembaban Sejumlah uap air selalu terdapat di dalam atmosfir. Derajat kekeringan atau kebasahan udara dalam atmosfir disebut kelembaban. Kelembaban biasannya dinyatakan menurut dua cara yaitu kelembaban mutlak dan kelembaban relatif. Tekanan Udara a) Tekanan Gas Jika suatu gas atau udara menempati suatu bejanan tertutup maka pada dinding bejana tersebut akan bekerja suatu gaya. Gaya ini persatuan luas dinding disebut tekanan. Menurut teori ilmu fisika, gas terdiri dari molekul molekul yang bergerak terus menerus secara sembarang. Karena gerakan ini, dinding bejana yang akan ditempati akan mendapat tumbukan terus menerus pula dari banyak molekul. Tumbukan inilah yang dirasakan sebagai tekanan pada dinding. b) Tekanan Atmosfir Tekanan atmosfir yang bekerja dipermukaan bumi dapat dipandang sebagai berat kolom udara mulai daripermukaan bumi sampai batas atmosfir yang paling atas. Untuk kondisi standar, gaya berat kolom udara ini pada setiap 1 cm2 luas permukaan bumi adalah 1.033 kgf. Dengan perkataan lain dapat dinyatakan bahwa tekanan : 1 atm = 1.033 kgf/cm2 = 0.1013 MPa Tekanan atmosfir juga biasa dinyatakan dalam tinggi kolom air raksa (mm Hg), dimana 1 atm = 760 mmHg. c) Tekanan Mutlak Untuk menyatakan besarnya tekanan gas (atau zat cair) dalam suatu ruangan atau pipa biasanya dipakai satuan kgf/cm2 ata Pa (Pascal). Dasar yang dipakai sebagai harga nol dalam mengukur atau menyatakan tekanan ada dua macam. 2.7 PEMANFAATAN BIOGAS Penggunaan biomassa untuk menghasilkan panas secara sederhana sebenarnya telah dilakukan oleh nenek moyang kita beberapa abad yang lalu. Penerapannya masih sangat sederhana, biomassa langsung dibakar dan menghasilkan panas. Di zaman modern sekarang ini panas hasil pembakaran akan dikonversi menjadi energi listrik melali turbin dan generator. Panas hasil pembakaran biomassa akan menghasilkan uap dalam boiler. Uap akan ditransfer kedalam turbin sehingga akan menghasilkan putaran dan menggerakan generator. Putaran dari turbin dikonversi menjadi energi listrik melalui magnet magnet dalam generator. Pembakaran langsung terhadap biomassa memiliki kelemahan, sehingga pada penerapan saat ini mulai menerapkan beberapa teknologi untuk meningkatkanmanfaat biomassa sebagai bahan bakar. Biogas atau metana dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti halnya gas alam. Tujuan utama pembuatan biogas adalah untuk mengisi kekurangan atau mensubtitusi sumber energi alternatif sebagai bahan bakar keperluan rumah tangga, terutama untuk memasak dan lampu penerangan.

Hasil lain yang dapat diperoleh adalah pupuk organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, media pengembangan protein sel tunggal dan penyediaan bahan pakan ternak, secara tidak langsung unit bio gas dapat memberantas siklus penyakit dan parasit Tabel 3. Perbandingan Nilai Kalor Biogas Tabel 4. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain Bahan Bakar Jumlah Biogas Elpiji Minyak tanah Minyak solar Bensin Gas kota Kayu bakar 1 m3 0,46 kg 0,62 liter 0,52 liter 0,80 liter 1,50 m3 3,50 kg Nilai kalori biogas tergantung pada komposisi metana dan karbondioksida, dan kandungan air di dalam gas. Gas mengandung banyak kandungan air akibat dari temperature pada saat proses, kandungan air pada bahan dapat menguap dan bercampur dengan metana. Pada biogas dengan kisaran normal yaitu 60-70% metana dan 30-40% karbondioksida, nilai kalori antara 20 26 J/cm3. Dalam aplikasinya, biogas digunakan sebagai gas alternatif untuk memanaskan dan menghasilkan energi listrik. Kemampuan biogas sebagai sumber energi sangat tergantung dari jumlah gas metana. Setiap 1 m3 metana setara dengan 10 kwh. Nilai ini setara dengan 0,6 fuel oil. Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara dengan 60100 watt lampu selama enam jam penerangan. Berikut adalah Tabel 5. yang berisi nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkannya. Tabel 5. Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkannya Aplikasi 1 m3 Biogas Setara dengan Penerangan 60100 watt lampu bohlam selama enam jam Memasak Dapat memasak tiga jenis bahan makanan untuk keluarga (56 orang) Pengganti Bahan Bakar 0,7 kg minyak tanah Tenaga Dapat menjalankan satu motor tenaga kuda selama dua jam Pembangkit Tenaga Listrik Dapat menghasilkan 1,25 kwh listrik Konversi limbah melalui proses anaerobic digestion dengan menghasilkan biogas memiliki beberapa keuntungan , yaitu : Biogas merupakan energy tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh pengundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah. Energi biomassa dapat berfungsi sebagai energy pengganti bahan bakar fosil sehingga akan menurunkan gas rumah kaca dan emisi lainya . Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaaannya diatmosfer akan meningkatkan temperatur , dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara . Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah Selain keuntungan energy yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat. Gambar 2.6 aplikasi biogas

Selain itu limbah hasil pembuatan biogas tidak dibuang begitu saja tetapi dibuat pupuk yang kaya akan nutrisi. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang merah dan padi. Gambar 2.7 Pupuk cair dari Biogas

2.8 KELEMAHAN PENGGUNAAN BIOGAS Meskipun biogas memiliki banyak keunggulan juga tapi tetap saja tidak mungkin bagi semuabangsa untuk memiliki akses ke sana, seperti mereka yang pulau atau negara gurun. Untuk negara-negara ini memiliki keterbatasan lahan untuk produksi makanan dan maka akan berakibatkekurangan bahan baku yang diperlukan, dari tanaman kecelakaan, yang dibutuhkan untuk membuat biogas. Untuk maka bangsa ini akan ditolak sarana yang diperlukan untuk bertahanhidup. Berikut adalah kelemahan biogas , Pengeluaran modal yang tinggi, bahwa biaya tinggi isthe biogas penyulingan terhadap kualitas gas alam. Jadi proses ini tidak menarik dari perspektif ekonomi, dibandingkan dengan biofuellain, dalam skala industri besar. Sebagaian nilai biogas agak rendah sehingga tidak membuat kegiatan komersial baik. Biogascontains beberapa gas sebagai pengotor, yang korosif dengan logam Paris mesinpembakaran internal. Sistem hanya bekerja jika sebagian besar penduduk berpartisipasi, dan dapat melekat padajaringan pasokan pemanasan lokal karena ada sedikit kontrol atau tidak pada tingkat produksigas, meskipun gas bisa, sampai batas tertentu disimpan dan digunakan jika diperlukan. Biogas hasil lebih rendah karena sifat melemahkan substrat dan begitu juga menyebabkanpolusi dalam hal kebisingan, udara dan air sebagai banyak limbah industri tersisa setelah prosespembusukan. Biogas dapat menyebabkan bau tidak sedap. DNA rekombinan teknologi dan bahkan strain teknik perbaikan tidak dapat digunakanuntuk meningkatkan efisiensi proses. Degasification meningkatkan risiko penguapan amonia. kelemahan utama dari menggunakan biogas di transportasi adalah kuantitas terbatas dankemudian produksi lokal (stasiun biogas jarang berada di tempat-tempat di mana merekadibutuhkan - depot bus, dll). As satu menggunakan bahan organik untuk pembentukan biogas ada masih sangat hal-hal kecil untuk kompos atau pupuk. Hal ini dapat menghasilkan jumlah yang sangat terbatas listrik dalam skala global. Biogas akan mendorong deflasi harga barang, karena banyak produsen, dan surplusketersediaan barang untuk rakyat dan karena itu akan membawa tingkat korupsi tinggi, dari ataske level terendah di masyarakat.

2.9 CONTOH APLIKASI BIOGAS Di beberapa Negara di dunia sudah memanfaatkan energy biogas ini untuk memenuhi kebutuhan gas di Negara mereka.Di bawah ini merupakan contoh aplikasi bigas dari kotoran manusia di Inggris. Fasilitas Biogas Kotoran Manusia Di Inggris Mulai Beroperasi Oxfordshire, sebuah propinsi di Inggris, baru-baru ini berhasil menyelesaikan proyek fasilitas pengolahan limbah kotoran manusia menjadi biogas yang merupakan kerja sama British Gas, Thames Water dan scotia gas network Fasilitas yang mengolah limbah dari 14 juta pelanggan Thames Water --sebuah perusahaan air bersih-- tersebut diresmikan oleh Sekretaris Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Chris Huhne, yang menambahkan bahwa fasilitas tersebut merupakan satu-satunya dan yang pertama di Inggris, dimana penduduk bisa memasak dan memanaskan rumah mereka dengan gas yang didapat dari kotoran sekaligus menunjukkan energy terbarukan di inggris. Sebanyak 14 juta pelanggan Thames Water memanfaatkan air bersih sebagai keperluan mereka sehari-hari, seperti mencuci, mandi dan termasuk membilas kotoran di dalam toilet. Limbah cair mengalir menuju pengolahan limbah di Didcot --sebuah kota di propinsi tersebut-- untuk segera diolah atau didaur ulang. Sementara limbah yang masih padat atau berbentuk lumpur harus masuk terlebih dulu di tangki pemanas berukuran besar. Di tangki ini proses pencernaan oleh bakteri tanpa kehadiran udara terjadi dan mengurai limbah tersebut menjadi biogas . Biogas tersebut belum bisa langsung digunakan --meskipun sebenarnya bisa-- karena harus dibersihkan lebih lanjut agar tidak ada partikel atau bakteri lain yang ikut terbawa sebelum memasuki 200 rumah penggunanya. Dibutuhkan kurang lebih 20 hari mulai dari terbilasnya kotoran hingga menjadi biogas yang bersih dan bias dimanfaatkan . Di Inggris saat ini sudah tersedia 9.600 fasilitas pengolahan limbah yang jika siap mengolah limbah dari seluruh populasi --asumsinya setiap orang menghasilkan limbah kering kotoran sebanyak 30 kg per tahun-- di Inggris, maka kebutuhan gas untuk 200.000 rumah setiap tahunnya akan tercukupi. Bahkan sebuah studi oleh perusahaan jaringan gas di Inggris juga melaporkan bahwa sebesar 15% kebutuhan domestic gas bias di suplai dari biometan pada tahun 2020 . Sejarah Pemanfaatan Biogas Cina Sejak tahun 1975 "biogas for every household". Pada tahun 1992, 5 juta rumah tangga di China menggunakan biogas.Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak & manusia serta limbah pertanian. India Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui "The National Project on Biogas Development" oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional. Tahun 1999, 3 juta rumah tangga menggunakan biogas. Reaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. Indonesia Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antaralain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi beton dengan ukuran yang

cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah. KESIMPULAN Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut.Reaktor biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasi kesulitan masyarakat akibat lonjakan harga BBM di tanah air maupun di Negara-negara lainnya. Teknologi ini bisa segera diaplikasikan, terutama untuk kalangan masyarakat pedesaan yang memelihara hewan ternak (sapi, kerbau, atau kambing ataupun juga kotoran manusia). Teknologi reaktor ini telah cukup lama dikembangkan di berbagai negara, baik negara maju ataupun berkembang, dengan hasil yang cukup baik. Bagi pengguna, reaktor biogas ini akan menghasilkan dua keuntungan sekaligus, yakni berupa bahan bakar gas (untuk memasak) serta pupuk berkualitas tinggi. Penggunaan reaktor biogas juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan. Biogas dapatmemberikan perlawanan terhadap efek rumah kaca melalui 3 cara, yaitu : Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan. Methana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2.Pembakaran Methana pada Biogas mengubahnya menjadi CO2 sehingga mengurangi jumlah Methana di udara. Dengan lestarinya hutan, maka akan menyebabkan CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan Oksigen yang melawan efek rumah kaca Meski demikian terdapat juga kelemahan dari penggunaan biogas yang , salah satunya adalah jika terjadi kebocoran pada system reactor , maka akan sulit terdeteksi sumbernya akibatnya akan berdampak pada lingkungan juga dan juga berdampak dari segi ekonomi. Dengan melihat sisi positif dan negative dari penggunaan biogas ini , biogas layak digunakan sebagai bahan bakar sebagai pengganti bahan bakar dari fosil. Karena kita tau bahwa semakin hari sumber alam dari fosil semakin menipis. Dibawah ini pernyataan yang diadaptasi dari buku Biogas and Waste Recycling, The Philippine Experience karya Felix Maramba, seorang pengembang sistem biogas yang sukses, terkenal dan menguntungkan secara financial. Pengembangan sistem biogas akan meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi di . Caranya adalah dengan mengendalikan polusi yang terjadi pada udara dan air, sehingga menjamin hidup yang lebih sehat. Biogas dapat meningkatkan standar hidup yang berarti juga akan meningkatkan laju perekonomian. Dengan memanfaatkan limbah dan bahan yang tersedia sebagai penunjang kebutuhan pertanian, dan dengan membuat lahan semakin produktif melalui sistem daur ulang akan menimbulkan sebuah pola kehidupan social yang baik yang menunjang kemandirian.
\

Limbah Biogas Sebagai Pupuk Organik


10/09/2010, Posted by Kelompok Ternak Pucak Manik, No Comment
Berangkat dari berbaggai permasalahan nasional yang sering menjadi isu nasional saat ini seperti : Krisis energy, penggundulan hutan dan kelangkaan pupuk yang sering terjadi dan langsung bersentuhan dihadapi oleh para petani, maka kedepan setidaknya petani tidak lagi ketergantungan dengan pupuk kimia buatan, petani mengurangi ketergantungan dengan energi BBM yang semakin langka, tidak lagi menggunduli hutan untuk bahan bakar memasak, serta petani kedepan harus mampu kreatif dan berdaulat.

Kedualatan petani yang saya ketahui adalah petani tidak lagi tergantung pada produsen suatu merk pupuk dan pestisida kimia, mereka mampu memanfaatkan potensi dilingkungan yang tersedia untuk menjawab kebutuhan usaha pertanian mereka. Dalam jangka waktu yang lama, praktek budidaya pertanian di Bali umumnya masih secara konvensional atau dengan kata lain masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia yang didapat petani dengan cara membeli, namun seiring waktu kebutuhan dan ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia mulai dirasakan oleh sebagian besar petani khususnya anggota Kelompok Ternak Pucak Manik, besarnya biaya produksi yang harus dipenuhi petani disaat menjalakan usaha pertaniannya semakin menambah keterpurukan ekonomi keluarga petani, menurunnya produktifitas lahan akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia menambah kesulitan tersebut, sehingga wajar apabila banyak ditemukan lahan sawah dibiarkan terbengkalai di Bali, bahkan lebih memungkinkan untuk dialih fungsikan menjadi Bangunan pertokoan.

Kelompok Ternak Pucak Manik sebagai Kelompok Tani Ternak Sapi Bali, yang merupakan salah satu proyek percontohan Pemerintah Provinsi Bali dalam sistem pertanian terpadu/terintegrasi (SIMANTRI), Semenjak Kelompok Memanfaatkan Biogas sebagai bahan bakar alternatif untuk memasak dan lampu penerangan di kandang koloni, Keberadaan Biogas sangat dirasakan sekali manfaatnya oleh segenap anggota kelompok, selain anggota memanfaatkan biogas untuk memasak, Lampu penerangan, anggota kelompok juga memanfaatkan limbah Outlet biogas sebagai pupuk organik cair.

Berawal dari kreatifitas, rasa ingin tahu anggota kelompok ternak Pucak Manik, sebelum diselenggarakannya pelatihan oleh pihak penjual Unit Biogas ke kelompok, anggota lebih dahulu telah mengaplikasikan limbah biogas ini pada tanaman mereka, seperti : cabe, tanaman durian, tanaman mangga, kacangkacangan dan bahkan padi serta Tanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT) berupa Rumput Gajah/ Rumput Raja, Limbah Biogas (slurry) baik yang padat maupun yang cair yang merupakan limbah sampingan biogas yang menjadi pupuk kompos sebagai bahan nutrisi yang dibutuhkan bagi tanaman pertanian.

Anggota Kelompok yang pertama kali mengaplikasikan limbah biogas ini adalah : I Gusti Putu Artha Yasa, bapak Gusti awalnya melihat pertumbuhan rumput gajah yang ada disekitar unit biogas ini pertumbuhannya lebih bagus dibandingkan dengan pertumbuhan rumput yang lainya, Beliau terheran sebab selama ini bila tanaman yang bersentuhan langsung dengan kotoran sapi yang belum difermentasi maka tanaman bisa mati, menurut beliau dan cerita para petani, "Kotoran sapi yang belum difermentasi bersipat panas". akhirnya beliau mencoba-coba menyiramkan limbah biogas ini pada tanaman cabe miliknya, hasilnya pertumbuhan tanaman malah semakin bagus, dan kelihatan lebih sehat, berbunga dan berbuah dengan lebat. Berangkat dari pengalaman tersebut para petani anggota kelompok ternak pucak manik semakin tertarik dan lebih giat memanfaatkan pupuk gratis ini pada tanaman milik petani. Percobaan yang telah dilakukan oleh para petani kelompok ternak pucak manik yang baru berlangsung beberapa bulan ini menunjukkan hasil yang sangat bagus, tanaman yang telah dipalikasikan pupuk organik dari limbah biogas ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat bagus, hasilnya hampir sama dengan penggunaan pupuk kimiawi.

Saat ini setiap hari anggota kelompok ternak pucak manik membawa jirigen untuk mengambil limbah cair biogas ini dan kemudian diplikasikan langsung dengan cara menyiramkan limbah cair biogas ini pada tanaman petani. Tanaman Cabe, kacang-kacangan yang awalnya pertumbuhannya tidak sehat setelah disiram dengan pupuk dari limbah biogas ini menjadi lebih subur dan buahnya besar-basar dan lebat, Tanaman mangga dan Durian yang awal pertumbuhannya kerdil setelah disiram dengan limbah biogas ini kini tumbuh pucuk-pucuk dan daun yang sehat. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa penggunaan pupuk organik jauh lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan pupuk kimia. Hipotesa petani di kelompok ternak pucak manik saat ini, penggunaan pupuk cair akan jauh lebih cepat diserap oleh tanaman. pengaplikasian ini kedepan perlu dilakukan penelitian oleh anggota kelompok dengan didukung oleh pemerintah, dengan membangun demplot-demplot sebagai sarana uji coba langsung oleh para petani dengan berbagai metode aplikasi pemupukan, jenis pupuk organik (padat/cair), pengujian kandungan unsur makro dan mikro sehingga mempunyai data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Rencana Kedepan semoga kami bisa mewujudkan penelitian kami dalam rangka mendukung program gubernur bali menuju bali organik, bali green dan bali clean, untuk itu mohon doa dan dukungannya.

Rajaki's Blog
Hingga Waktu Yang Tak Pasti Aku Akan Menunggu Hadirnya Dua Orang Spesial Dalam Hidupku : Sahabat Sejati dan Istri Yang Sholehah
Blog ini Di-link Dari Sini Blog Teman Blog ini

Top of Form Bottom of Form

Di-link Dari

Sini

Blog Teman

Kamis, 09 Juni 2011


MAKALAH BIOFUEL Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Bahan Bakar Alternatif Biogas Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biofuel

Disusun Oleh : 1. Wahyunnisa 0610923067 2. Eka Kumalasari 0810920031 3. Oktawirandy Rajaki 0810920057 4. Rahmatina Amalia 0810923021

5. Isdiana Arofah 0810923059 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2009

ABSTRAK
Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang dikonsumsi setiap hari masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan proses pembuatan tahu yang sebagian besar masih menggunakan proses pembuatan tahu secara tradisonal. Proses produksi tahu menghasilkan dua jenis limbah yaitu limbah padat dan limbah cairan. Limbah yang dihasilkan berwarna kuning keruh dan berbau rebusan kedelai. Limbah cair dalam produksi tahu ini memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses anaerobik. Jika senyawa senyawa anaerob maupun aerob direkasikan dengan limbah tahu cair di dalam tabung yang bernama tabung digester akan menghasilkan gas metana, dan gas gas lain. Gas metana merupakan bahan utama dalam penggunaan energy alternatif biogas. Namun setelah diperlihatkan tentang kandungan dalam gas gas yang dihasilkan dalam rekasi di dalam tabung digester, ditemukan bahwa perbandingan antara gas metana dengan karbon diokasida hampir sama. Padahal telah kita ketahui sendiri bahwa gas CO2 akan menyebabkan kerusakan pada peralatan biogas dan pengkristalan gas tersebut akibat penurunan temperatur pada kontur tanah tertentu. Sehingga perlu adanya proses lain untuk menghilangkan gas sampingan yakni CO2 dengan cara arbsobsi melalui pelarut NaOH secara kontinyu. Untuk mengetahui seberapa besar gas CO2 terserap dalam absorber perlu melakukan uji aside alkimetri. Sehingga hasil yang diharapkan nantinya biogas

yang dihasilkan lebih maksimal saat pembakarannya dan tidak merusak peralatan penyulingan limbah tahu cair. Kata Kunci : Limbah tahu cair, Digester, CH4, Absorbsi, CO2, dan NaOH

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hingga saat ini Indonesia sangat bergantung pada bahan bakar berbasis fosil sebagai sumber energi. Data yang didapat di Indonesia Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa dengan persediaan minyak mentah di Indonesia, yaitu seitar 9 milyar barrel, dan dengan laju produksi rata-rata 500 juta barrel per tahun, persediaan tersebut akan habis dalam beberapa tahun lagi. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi dan memenuhi persyaratan lingkungan global, satu-satunya cara adalah dengan pengembangan bahan bakar alternatif ramah lingkungan.

Energi merupakan komponen penting untuk menunjang aktivitas dan usaha produktif di rumah tangga maupun dalam menghasilkan barang dan jasa. Sumber energi dapat berasal dari energi fosil, energi matahari, air, angin atau energi dari sumber daya hayati (bioenergi). Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat ini, membuat masalah terbaru yang harus diselesaikan secara cepat oleh masyarakat luas. maka dibutuhkan suatu sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Potensi biogas sebagai bahan bakar alternatif sebenarnya sangat banyak diproduksi terutama pada pengolahan limbah cair industri makanan, peternakan, dan pertanian. Biogas ini selain murah, juga ramah lingkungan. Biogas dapat dihasilkan dari limbah organik seperti sampah, sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri makanan. Pada kasus kali ini akan lebih ditekankan dalam pengolahan dari limbah industri yakni limbah tahu cair menjadi energi alternatif biogas. Sebagian besar limbah tahu cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secra langsung tanpa pengolahan limbah terlebih dahulu sehingga

menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Biogas sendiri memiliki komposisi gas gas yang terkandung di dalamnya.
Komponen Metana (CH4) Karbondioksida (CO2) Nitrogen (N2) Hidrogen (H2) Hidrogen Sulfida (H2S) Oksigen (O2) Persentase (%) 55 75 25 45 0 0,3 15 03 0,1 0,5

Limbah tahu cair secara fisik terlihat sekali berwarna kuning keruh dan berbau rebusan kedelai. Bau yang dihasilkan dari limbah tahu cair sangat menyengat bak bakteri anaerob. Permasalahan yang muncul adalah berapa kapasitas limbah cair yang dihasilkan oleh para pelaku usaha tahu dan bagaimana mekanisme pemanfaatan biogas yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair tahu. Oleh sebab itu, perlu dilakukan beberapa pendekatan untuk mengarah kepada permasalahan tersebut di antaranya adalah model dari metode penelitian yang dijasikan dapat berupa metode rekayasa yang merupakan suatu kegiatan rancang bangun tidak rutin, sehingga didalamnya terdapat kontribusi baru, baik dalam bentuk proses maupun produk/prototype. Namun bila kita mengamati lebih jauh terhadap hasil yang telah dihasilkan oleh proses aerobik limbah tahu cair masih terlihat jelas komposisi gas karbon diokasida (CO2) sangatlah besar di dalam proses tersebut. Padahal telah kita ketahui sendiri bahwa gas CO2 akan bersifat korosif jika di dalam gas alam terkandung uap air yang dapat mengasamkan CO2 menjadi H2CO3. Sifat korosif CO2 akan muncul pada daerah daerah yang menyebabkan penurunan temperatur dan tekanan, seperti pada bagian elbow pipa, dan injektor turbin. Sebagai contoh di dalam fasilitas turbin gas, CO2 akan mengakibatkan penurunan nilai kalor pembakaran karena CO2 dan H2O merupakan produk dari pembakaran, sehingga CO2 dan H2O tidak dapat dibakar. Menurunnya kalor pembakaran akan mengurangi tegangan listrik yang dihasilkan oleh turbin gas tadi. Contoh lain misalnya dalam proses pencairan gas alam, CO2 bersifat merugikan,

karena pada suhu sangat rendah CO2 akan menjadi padat (icing), sehingga mengakibatkan tersumbatnya sistem perpipaan dan merusak tubing-tubing pada alat penukar panas utama (main heat exchanger). Sehingga untuk mengurangi kadar gas CO2 tersebut, bisa dilakukan dengan melewatkan biogas ke dalam larutan NaOH sehingga terjadi proses Absorbsi. Hasil dari proses ini adalah terbentuknya natrium karbonat yang bisa lebih digunakan untuk keperluan lain. Dengan berkurangnya gas CO2 di dalam total biogas, diharapkan masyarakat dapat terjaga kesehatannya dari limbah tahu cair sebagai pencemar air. Selain itu, pemanfaatan biogas sendiri diharapkan bisa optimal seiring dengan pemurnian gas CH4 dari campuran gas CO2. Dengan demikian harga jual tahu juga tidak terlalu tinggi, dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Bagi Pemerintah pusat maupun daerah juga dapat turut membantu meningktkan Pendapatan Asli daerah, dengan semakin berkembangnya kuantitas maupun kualitas industri pengolahan tahu di seluruh wilayah Indonesia.

1.2 Rumusan masalah


1 Bagaimana mengkonversi bahan limbah tahu cair menjadi biogas ? 2 Bagaimana proses terjadinya arbsorbsi gas CO2 dalam biogas ? 3 Apa saja manfaat yang akan didapat setelah penggunaan biogas ?

1.3 Tujuan
1 Dapat menjelaskan proses konversi limbah tahu cair menjadi bahan alternatif biogas. 2 Dapat menjelaskan prinsip dasar dalam proses pengolahan limbah tahu . 3 Dapat menjelaskan proses arbsorbsi gas CO2 dalam biogas. 4 Dapat memperkirakan keuntungan penggunaan bahan bakar alternatif biogas daripada bahan bakar fosil.

1.4 Batasan Masalah


Dalam Pemanfaatan Limbah Tahu Cair Sebagai Bahan Alternatif Biogas ini perlu adanya pembatasan masalah yakni hanya menjelaskan pada proses pembuatan dan pemanfaatan limbah tahu cair menjadi biogas. Serta proses arbsorbsi CO2 dengan NaOH secara kontinyu dalam lingkup bidang kimia.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Pembentukan Biogas Melalui Proses Digester
2.1.1 Metode Penelitian Pada pembentukan biogas dari limbah tahu cair , kita memerlukan beberapa alat dan bahan yang perlu dipersiapkan diantaranya adalah limbah tahu cair, drum minyak sebagai tabung digester, plat/stainless steel pipa PVC 0.5 inch, PVC, sambungan siku 0.5 inch, PVC sambungan T 0.5 inch, PVC ulir 0.5 inch jantan 26 dan betina, lem PVC, stop kran 0.5 inch, elbow, bata merah, semen, pasir, pipa PVC 5 inchi, botol plastik, fiberglass, ban dalam, dan tali karet ban dalam. Sedangkan bahan yang digunakan pada pengujian jumlah koloni adalah spiritus, alkohol, media agar, buffer fosfat atau 0.85% NaCl , dan starter/EM4. Metode yang digunakan adalah metode yang telah dijelaskan di dalam sub bab latar belakang yakni metode rekayasa yang merupakan suatu kegiatan rancang bangun tidak rutin, sehingga didalamnya terdapat kontribusi baru, baik dalam bentuk proses maupun produk/prototype. Sedangkan metode pengumpulan datanya dilakukan dengan Observasi Lingkungan dimana kita langsung mendatangi daerah yang memiliki dampak terparah akibat proses pengolahan industri tahu, pengukuran sifat fisik keadaan lingkungan di sekitar daerah yang terkena dampak limbah tahu cair, perancangan terhadap model biodigester yang perlu dipertimbangkan untuk kenyamanan kerja operator, dan pembuatan prototype. 2.1.2 Proses Terbentuknya Biogas Pada Industri tahu sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan kedelai, pencucian kedelai, peralatan proses dan lantai. Karakter limbah cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit, selaput lender, dan bahan organic lainnya). Sehingga cara kerja dari biodigester berdasarkan dari prinsip 3R pengolahan limbah tahu, yakni Reduce (proses pemisahan kandungan dalam limbah tahu cair), Reuse (pemanfaatan kembali hasil lain dari biogas), Recycle (proses daur ulang). Prinsip bertujuan agar hasil biogas yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah tahu cair lebih optimal. Reduce

Di dalam proses pemisahan ini terdapat tiga jenis perlakuan dalam pengolahan limbah tahu cair yakni pertama adalah pengolahan limbah tahu cair secara Fisika. Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah tahu cair dan dimasukkan dalam tabung digester. Perlu untuk menguraikan bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung untuk disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Selanjutnya adalah proses pengolahan limbah secara Kimia yang biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasikoagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Dan yang terakhir adalah pengolahan limbah secara Biologi yang berlangsung didalam digester. Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar. Namun pada proses dekomposisi yang lebih berperan dalam proses ini adalah bakteri anaerob. Proses dekompisisi limbah tahu cair menjadi biogas memerlukan waktu hingga berjalan 4 minggu. Seperti yang telah dijelaskan tadi bakteri yang terlibat adalah bakteri anaerob dengan beberapa tahapan dengan selang waktu tertentu: - Tahap Hidrolisis merupakan proses perombakan selulosa menjadi gula yang dilakukan oleh bakteri selulotik. Selain itu menghasilkan karbon diokasida, etanol, dan panas. Produk akhir yang dihasilkan akan mengalami perbedaan

tergantung dari proses yang digunakan. Sedangkan bagi bakteri aerob bertugas untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan panas. - Tahap Asidogenik atau proses pembentukan asam dilakukan oleh bakteri bakteri yang bertugas untuk membentuk asam asam organic seperti asam asam butirat, propionate, laktat, asetat, dan alkohol dari substansi substansi polimer kompleks seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Proses ini dilakukan dalam suasana anaerob didalam tabung digester. - Tahap akhir yang dilakukan oleh bakteri pembentuk metana. Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik. Reuse Penggunaan kembali hasil dari sisa biogas bisa untuk penggembukan tanah, dan perkembangan anaerob dalam tanah sehingga tanah menjadi subur yang disebabkan oleh kandungan bakteri yang cukup banyak didalam hasil sampingan . Recycle Limbah tahu cair yang dihasilkan dalam pengolahan tahu di industri tahu terkadang melampaui batas maksimalnya sehingga sangat tidak mencukupi pada tabung digester dengan jumlah dan kapasitas tamping tertentu. Sehingga untuk meminimalisir ledakan limbah tahu cair tersebut dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih. 2.1.3 Kualitas Limbah Tahu Cair Dalam Proses Pembentukan Biogas Suhu Temperatur terukur yang bekerja pada digester menunjukkan pada angka 20 -25oC, sesuai dengan temperatur yang diperkirakan pada tahap perancangan. Hal ini dapat disebabkan oleh temperatur lingkungan yang mempengaruhi materi di dalam biodigester, karena karena material bahan dalam hal ini drigen yang digunakan bukan merupakan isolator /penahan panas yang baik. Dengan mengetahui variabel ini selanjutnya dapat diperhitungkan kemampuan digester tersebut dalam mencerna bahan. Pada temperatur 35oC bahan limbah cair tahu

dapat dicerna selama 10 15 hari. Pada percobaan temperatur yang bekerja mencapai suhu antara 20 - 25oC sedikit dibawah temperatur optimal maka dapat dipahami kemampuan bakteri untuk mencerna bahan menjadi 3 minggu. pH Derajat keasaman dari bahan di dalam digester merupakan salah satu indikator bagaimana kerja digester. Derajat keasaman dapat diukur dengan pH meter atau kertas pH. Untuk bangunan digester yang kecil, pengukuran pH dapat diambil dari keluaran/effluent digester atau pengambilan sampel dapat diambil di permukaan digester apabila telah terpasang tempat khusus pengambilan sampel. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20 C atau 3 hari pada suhu 25C27C diukur lagi DO air tersebut. Perbedaan DO air tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari, Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan pengurangan kadar BOD dari 334,75 mg/l menjadi 85 mg/l. COD (Chemical Oxygen Demand) Pemeriksaan parameter COD ini menggunakan oksidator potasium dikromat yang berkadar asam tinggi dan dipertahankan pada temperatur tertentu. Penambahan oksidator ini menjadikan proses oksidasi bahan organik menjadi air dan CO2, setelah pemanasan maka sisa dikromat diukur. Pengukuran ini dengan jalan titrasi, oksigen yang ekifalen dengan dikromat inilah yang menyatakan COD dalam satuan ppm. Hasil penelitian menunjukkan pengurangan kadar COD dari 1826 mg/l menjadi 450 mg/lt. TSS (Total Suspended Solid)

adalah semua zat terlarut dalam air yang tertahan membran saring yang berukuran 0,45 mikron. Kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 103C 105C, hingga diperoleh berat tetap. Partikel yang sama besar, part ikel yang mengapung dan zat-zat yang menggumpal yang tidak tercampur dalam air, terlebih dahulu dipisahkan sebelum pengujian. Hasil penelitian menunjukkan pengurangan kadar SS dari 250 mg/l menjadi 40 mg/lt. Berikut adalah rangkuman analisa kualitas air limbah sebelum dan sesudah pengolahan tanpa proses aerasi yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai berikut: No Parameter Konsentrasi Limbah Cair (mg/l) Sebelum diolah 1 2 3 4 5 BOD COD Total SS Sulfat Ph 334.75 1826 250 Ttd 5,4 85 450 40 28,6 6,7 74,5 % 75,4 % 84 % Sesudah diolah Efisiensi

Berdasarkan Undang undang No. 23 Tahun 1997 dan PP No. 82 Tahun 2000 Mengenai Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian. Kondisi tersebut dapat diterima, artinya kadar limbah cair yang telah diolah cukup aman untuk lingkungan. 2.1.4 Hasil Biogas dalam Biodigester Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Besarnya gas karbon dioksida sebesar 30% belum dikategorikan suatu kesuksesan untuk mendapatkan bahan alternatif yang terbarukan karena biogas yang masih mengandung gas karbon dioksida proses pembakarannya tidaklah sempurna dan dapat merusak peralatan dari biodigester. Sehingga perlu

dilakukan pemurnian biogas dengan cara Absorbsi gas CO2 oleh NaOH secara kontinyu.

2.2 Absorbsi Gas CO2 Dalam Biogas


Hasil fermentasi dari bahan-bahan diatas menghasilkan biogas dengan kadar komponen terbesar yaitu CH4 (55% - 75%) dan CO2 (25% - 45%). Pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar masih dalam skala rumah tangga dan belum terpakai secara optimal. Hal ini disebabkan biogas masih mengandung CO2 dalam kadar yang tinggi sehingga effisiensi panas yang dihasilkan rendah. Untuk mengurangi kadar CO2 yang terkandung dalam biogas adalah dengan mengabsorbsi CO2 menggunakan larutan NaOH secara kontinyu dalam suatu reactor (absorber). Pada bab kali ini, variabel yang diteliti adalah pengaruh laju alir NaOH terhadap CO 2 yang terserap dan CH4 yang dihasilkan. Absorbsi CO2 dilakukan dengan mengumpankan larutan NaOH secara kontinyu pada bagian atas menara pada konsentrasi dan laju alir tertentu, sementara biogas dialirkan pada bagian bawah menara. Gas dan cairan akan saling kontak dan terjadi reaksi kimia. Tiap interval waktu 3 menit, larutan NaOH setelah diabsorbsi diambil untuk dianalisa jumlah CO 2 terserap dengan metode asidi alkalimetri. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan jumlah CO2 yang terserap dan CH4 yang dihasilkan semakin besar seiring berkurangnya laju alir NaOH serta % CO2 yang terserap maksimum 58,11% dan kadar CH4 yang dihasilkan sebesar 74,13%. Sifat fisis dari Natrium Hidroksida adalah Berat Molekulnya 40 g/mol; dan rapat massa sebesar 2,130 g/lt. sedangkan sifat kimia yang dimiliki NaOH adalah merupakan basa yang cukup kuat, mudah larut dalam air, dan mudah menyerap CO2 sehingga membentuk CO2. Selanjutnya untuk Karbon Dioksida memiliki sifat fisis berupa Berat Molekul 44,01 g/mol yang berwujud gas. Melting Point sebsar -56,6 C pada 5,2 atm, dan Boilling point sebesar -78,5 C. selain itu karbon dioksida dapat bereaksi cepat dengan NaOH. 2.2.1 Mekanisme Reaksi

Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai berikut :

CO2(g) CO2(g) (1) CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq) (2) NaOH(aq) NaHCO3 Na2CO3(s) + H2O(l) (3) CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l) (4)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-. 2.2.2 Proses Arbsobsi gas CO2

Pada proses Arbsorbsi gas CO2 ini merupakan lanjutan dari proses perubahan limbah tahu cair menjadi biogas (yang tercampur dengan gas gas lain) secara biodigester. Langkah tersebut dilanjutkan dengan proses absorbsi biogas dengan larutan penyerap NaOH secara kontinu diumpankan pada bagian atas menara pada konsentrasi dan laju alir tertentu, sementara itu biogas dialirkan pada bagian bawah kolom. Gas dan cairan akan saling kontak dan terjadi reaksi kimia. Tiap interval waktu 3 menit, larutan NaOH setelah diabsorsi diambil untuk dianalisa. Jumlah CO2 yang terserap dianalisa dengan metode asidi-alkalimetri.
Laju Air NaOH (mL/s) 1,12 2,75 4,25 5,67 7,625 % CH4 yang berhasil dimurnikan 74,13 72,95 72,85 71,77 70,31

Terlihat bahwa semakin besar laju alir NaOH, maka jumlah CH4 yang berhasil dimurnikan semakin kecil akibat CO2 yang terserap juga kecil. Hal ini dikarenakan pada operasi arbsorbsi dengan laju alir besar, waktu kontak antara NaOH dengan CO2 untuk jumlah molekul yang sama akan semakin kecil. Waktu kontak yang singkat ini menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih sedikit dan jumlah CH4 yang dihasilkan juga lebih sedikit.

2.3 Kriteria Biogas yang dihasilkan


2.3.1 Laju Pembentukan Biogas bila terdapat suatu daerah yang terkena dampak langsung dari pengolahan industri tahu, perlu dilakukan efektifitas terhadap kebersihan lingukngan dan energy terbarukan melalui proses proses yang telah dijelaskan sebelumnya. Diketahui suatu Desa A memiliki daya kebutuhan energy sebesar 334 kapasitas limbah cair yang dihasilkan dapat dihitung dengan : Kapasitas limbah cair = koefisien limbah x jumlah kedelai yang di olah = 9,46
Liter kw

/hari. Jadi

/Kg x 30.000
liter

Kg

/hari

= 283.800

/hari

Pengolahan limbah tahu cair dari kapasitas 283,8 m3/hari tersebut, dapat diperoleh biogas setara dengan 442,6 m3/hari. Sehingga kemampuan digester perlu mendapat perharian tersendiri untuk menghasilkan biogas dengan komposisi yang sesuai. Maka volume digester yang dibutuhkan untuk mencerna bahan dapat dihitung sebagai berikut : Dimana :

Vt = Volume total digester (m3) Lp = Lama proses (hari) Abhn = Aliran bahan (Liter/bahan) Sehingga : Vt = (Lp x Abhn)/80% Vt = (8 x 1500)/80% = 15.000 Liter atau 15 m3 Sedangkan lama waktu fermentasi untuk menghasilkan biogas secara optimal mencapai 3 minggu tergantung dari kualitas limbahnya. Dengan penambahan starter dalam hal ini EM4 dengan komposisi 0,5%, proses pembentukannya menjadi satu minggu lebih cepat. Sedangkan penambahan starter 1,5%, proses pembentukannya menjadi hanya 8 hari saja. 2.3.2 Efisiensi Biogas Terhadap Energi Lain Bahan bakar yang masih lazim digunakan oleh masyarakat luas pada umumnya adalah minyak tanah dan kayu bakar. Kebutuhan energi untuk memasak didapat dari konsumsi energy untuk memasak di pedesaan/kapita/tahun menurut Hadi (1979) seperti yang tertulis pada tabel berikut:
Bahan Bakar Jumla h (Kg) Jumlah (m3 atau Liter) Nilai Kalor (103 kkal) Kebutuhan memasak (103 kkal) Efektifi tas (%)

Kayu Bakar

879.3

1758 m3 0.325 m3 19.074 Liter

3077.5 568.5 186.9

689.36 127.34 65.43

22.4 22.4 35

Semak dan 162.4 nabati lain Minyak tanah

Sedangkan berdasarkan penelitian terhadap 100 Kg kedelai dihasilkan 1,5 m3 atau setara dengan 1500 Liter biogas dengan nilai kalori 4,785 kkal/Liter. Sehingga panas dari biogas yang dihasilkan mencapai 7177,7 kkal. Sehingga efisien dengan penggunaan bioas sebagai pengganti grajen sebesar 61,6 %.

Dari pengamatan efisiensi penggunaan biogas lebih besar daripada bahan bakar lain, diharapkan masyarakat dapat terjaga kesehatan lingkungannya terutama dari sumber sumber air yang tercemar dan bau busuk yang ditimbulkan. Selain itu dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standar baku mutu pemerintah sehingga layak dibuang ke sungai. Di samping itu juga dapat memanfaatkan biogas yang dihasilkan sebagai alternatif bahan bakar yang dapat digunakan untuk kebutuhannya sehari hari. Bagi pengusaha terutama industri kecil pengolahan tahu, dapat mengurangi biaya produksi dengan memanfaatkan limbah tahu cair sebagai biogas. Dengan demikian harga jual tahu tidak terlalu tinggi dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. biogas pula secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Kebutuhan terbarukan semakin dibutuhkan seiring dengan menipisnya bahan bakar fosil yang dijadikan bahan konsumsi primer masyarakat luas. Sehingga perlu

adanya inovasi terbaru untuk menggantikan energi fosil yang salah satunya adalah biogas yakni bahan bakar alternatif terbarukan yang bersumber dan pengolahan yang ramah lingkungan serta tidak merusak lingkungan. Selain itu biogas juga mudah dibentuk dari proses digester limbah tahu cair. Dengan memasukkan limbah tahu cair ke dalam sebuah tabung digester tanpa adanya aerasi atau udara, maka bakteri anaerob mampu untuk merombak kandungan kandungan yang ada di dalam limbah tahu cair tersebut. Hasil biogas yang di dapat berupa gas metana dan karbon diokasida yang memiliki kandungan terbesar dalam biogas selain komposisi gas gas kecil lainnya. Adanya gas CO2 di dalam biogas memiliki kerugian yang cukup berarti, sehingga perlu adanya inovasi terbaru untuk mengurangi kandungan gas CO2 di dalam biogas yakni dengan cara Absorbsi gas CO2 dengan NaOH secara kontinyu. Jika laju alir pada NaOH berjalan lambat maka akan didapatkan CO2 yang terserap semakin besar sehingga hasil pemurnian metanapun semakin besar.

3.2 Saran
Setelah kita memiliki suatu pemikiran tentang penggunaan biogas untuk pemanfaatan kehidupan sehari hari. Perlu adanya dukungan lebih dari Pemerintah Pusat maupun Daerah agar proses pembuatan biogas dari Biodigester ini berjalan cepat seiring dengan desakan global yang kini mulai mengalami krisis energi. Diharapkan juga kedepan Negara kita mampu menghilangkan sifat ketergantungannya terhadap bahan bakar fosil.

DAFTAR ISI
Bird, R, et. Al.1960.Transport Phenomen.USA: John Willey & Sons. Chapel, D.G. and Mariz, C.L.1999.Recovery of CO2 from Fuel Gas; Commercial Trends. Flour Daniel One Flour Drive: California. Fatah, A, dkk.1989.Pembuatan Gasbio.Magelang: Laporan penelitian Universitas Muhammadiyah Magelang. Hambali, Erliza, dkk. 2007.Teknologi Bioenergi.Jakarta: Agro Media. Harahap, F., dkk.1980.Teknologi Gas Bio.ITB Press: Bandung. Hasan, Rofiqi.2008.Bali Bangun Proyek Pengolah Sampah Jadi Listrik.TEMPO Interaktif. html://www.tempointeraktif.com. (26 Desember 2008).

Indratono Y, S. 2005.Reaktor Biogas Skala Kecil/Menengah (bagian kedua): Artikel IPTEK bidang Energi dan Sumber daya Alam. http://www.beritaiptek.com diakses 18 november 2009. Maynell, P. J.1976.Methane:Planning a Digester.Great Britain: Prism Press. Patzek, T.W.2006.The Real Biofuel Cycles.Berkeley University: _________. Sufyandi, A.2001.Informasi Teknologi Tepat guna Untuk Pedesaan Biogas.Bandung: Tidak untuk dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai