Anda di halaman 1dari 8

BAB II PEMBAHASAN 2.

1 Pengertian IUD Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik halus (polyethelen) untuk mencegah terjadinya konseosi atau kehamilan (BKKBN, 2003) Suatu alat yang terbuat dari plastik atau tembaga yang dimasukkan kedalam rahim oleh seorang dokter untuk jangka waktu yang lama (WHO, 2004) IUD (intra uterine device) adalah alat kontrasepsi yang disispkan kedalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral tersebut dimasukan kedalam rahim oleh tenaga keseehatan (dokter/bidan terlatih) sebelum spiral dipasang kesehatan ibu harus diperiksa lebih dahulu untuk memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat haid atau segera 40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2000) 2.2 Pengertian Pemakai IUD

Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat kontrasepsi IUD guna mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN, 2003).

2.3

Jenis IUD

1. Cooper T Berbentuk T terbuat dari bahan polyethelen dimana dibagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek anti fertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. 2. Cooper 7 Berbentuk angkka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm, ditambahkan gulungan tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga halus pada jenis Cooper T 3. Multi load Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan kanan terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga untuk menambah efektifitas. 4. Lippes loop Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat dari bahan plastik (Maryani, 2004).

2.4

Yang dapat menggunakan dan yang tidak dapat menggunakan IUD Yang dapat menggunakan : 1. Usia reproduksi 2. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang 3. Menyusui 4. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihatnya infeksi 5. Risiko rendah dari IMS 6. Tidak menghendaki metode hormonal 7. Tidak menyukai untuk mengingat-ngingat minum pil setiap hari Yang tidak diperkenankan menggunakan : 1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) 2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi) 3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, sevisitis) 4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita penyakit radang panggul atau abortus septik 5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim 6. Kanker alat genital 7. Dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2003).

2.5

Waktu pemasangan

IUD dipasang diluar hamil dan saat selesai menstruasi. Pemasangan program post partum belum memuaskan karena banyak terjadi ekspulsi dan masyarakat segan untuk kembali IUD dapat dipasang pada:

1. Bersamaan dengan menstruasi 2. Segera setelah bersih menstruasi 3. Pada masa akhir menstruasi 4. Tiga bulan pasca peurperium 5. Bersamaan dengan seksio secaria 6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage 7. Hari kedua-ketiga pasca persalinan (Manuba, 1998). IUD tidak dapat dipasang pada: 1. Terdapat infeksi genetalia A. Menimbulkan eksaserbasi infeksi B. Keadaan patologis lokal : flungke, stenosis vagina, inveksi vagina

2. Dugaan keganasan serviks 3. Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas 4. Pada kehamilan : terjadi abortus, mudah perforasi, perdarahan, infeksi (Manuaba, 1998). 2.6 Prosedur Klinik Proses Pemasangan IUD

2.6.1 Pencegahan infeksi Untuk mengurangi risiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien petugas klinis harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi dengan cara sebagai berikut: 1. Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukan adanya IMS 2. Mencuci ttangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan 3. Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genitalianya sebelum melakukan pemeriksaan panggul 4. Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan steril 5. Setelah memasukan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antiseptik beberapa kali sevara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan 6. Memasukan AKDR dalam kemasan sterilnya

7. Gunakan teknik tanpa sentuh pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi kontaminasi kavum uteri 8. Buang bahan-bahan terkontaminasi 9. Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan (Saifuddin, 2003). 2.7 Cara Kerja IUD Dalam kondisi apa adanya ((idak memakai IUD ataupun sedang hamil), rahim berada dalam kondisi kosong kecuali adanya proses penebalan dinding dan luruhnya sel darah. Maka ketika sebuah alat dimasukkan ke dalam rahim, tentu akan menimbulkan reaksi benda asing di endometrium. Hal ini disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Menurut Meera Kishen (2002), reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim-enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada pemakaian IUD yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genitalia atas berkurang. Perubahan cairan tuba dan uterus mengganggu viabilitas gamet, baik sperma ataupun ovum yang diambil dari pemakaian IUD yang mengandung tembaga memperlihatkan degenerasi mencolok (WHO, 1997). No. Mekanisme kerja alat kontrasepsi AKDR dalam rahim mengandung tembaga 1 Mengganggu kemampuan sperma Ya Ya yang AKDR yang melepas hormon

berjalan melewati rongga rahim 2 Mengganggu proses pembuahan di tuba Ya fallopi sebelum ovum 3 Menghambat implantasi apabila telur Ya yang sudah dibuahi masuk uterus dengan menimbulkan respons Ya Ya

peradangan lokal di endometrium 4 Mengganggu pergerakan sperma Tidak Ya

melalui pembentukan mukus serviks

yang kental 5 Mungkin melalui mengganggu implantasi Tidak Ya

perubahan-perubahan

endometrium yang diperantarai oleh hormon

2.8

Masalah saat pemasangan Beberapa masalah yang terdapat dalam masa pemasangan adalah sebagai berikut: 1. Serangan epilepsi bisa terjadi, terutama pada wanita yang memiliki riwayat epilepsi ketika pemasangan spiral 2. Kegagalan pemasangan sangat mungkin dialami, hal ini bisa jadi disebabkan oleh teknik pemasangan yang tidak tepat atau kurang baik. Atau adanya kelainan anatomi pada rahim dan leher rahim 3. Timbulnya sinkop dan bradikardia 4. Terjadinya perforasi

2.9

Cara memeriksa tali-tali spiral 1. Cuci tangan dengan air sabun 2. Berjongkoklah, masukkan 2 jari ke dalam vagina sejauh mungkin. Raba tali-tali siral yang menjulur di sana. Namun jangan menarik tali-tali itu! 3. Keluarkan jari-jari dan cuci bersih

2.10

Keuntungan dan kerugian IUD Keuntungan:

1. Memerlukan hanya satu kali motivasi dan pemasangan 2. Tidak ada efek sistemik 3. Dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang 4. Kegagalan yang disebabkan karena kesalahan akseptor tidak banyak 5. Efektifitas tinggi 6. Kesuburan dapat pulih kembali

7. Dan juga ekonomis (Mochtar, 1998). Kerugian: 1. Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyeringan infeksi ginetalia sebelum pemasangan IUD 2. Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan IUD 3. Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat 4. Pada penggunaan jangka panjang bisa terjadi aminorhea 5. Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus) 6. Kejadian kehamilan ektropik relatif tinggi 7. Bertambahnya risiko mendapat pemyakit radang panggul 8. Terjadi perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan pemakaian) 9. Tidak bisa mencegah IMS termasuk HIV/AIDS 10. Klien harus memeriksa posisi benang IUD (Saifuddin, dkk, 2003).

2.11

Komplikasi

1. Benang hilang Penatalaksanaan: mintalah pihak medis memeriksa vagina ataupun pada tahap selanjutnya harus dilakukan ultrasonografi untuk mengetahui lokasi spiral yang hilang 2. Spiral hilang 3. Spiral berpindah tempat 4. Pindahnya alkon intrauterus di dalam rongga uterus 5. Penatalaksanaan: segera minta rujukan untuk menemui ahli ginekologi guna mengeluarkan spiral 6. Rasa nyeri setelah pemasangan 7. Peningkatan pengeluaran darah menstruasi 8. Ketidakteraturan menstruasi 9. Rabas vagina 10. Kehamilan intrauterus

Daftar Pustaka
KKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN Iswarti. 2003. KB, KP, Gender dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta : BKKBN. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EEG Uliyah Maratul. 2010. Awas KB, Panduan Aman dan Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta : INSANIA

Anda mungkin juga menyukai