Anda di halaman 1dari 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat,baik di perkotaan maupun di pedesaan.Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri.Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah di dapat,serta cita rasa yang sesuai dengan masyarakat.Data hasil survey social ekonomi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003,menunjukkan bahwa prosentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1999 menjadi 11,37% pada tahun 2003.Kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan memberikan 21% energy dan 16% protein.Sedangkan kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah memberikan 5,5% energy dan 4,2% protein (Eddy Setyo Mudjajanto,2003:internet). Anak sekolah merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat.Hal ini menjadi penting karena anak sekolah merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu disiapkan dengan baik kualitasnya,anak sekolah sdang mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental yang sangat diperlukan guna menunjang kehidupannya di masa datang,guna mendukung keadaan tersebut.anak sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar,sehingga memerlukan status gizi yang baik, dan anak sekolah dapat dijadikan perantara dalam penyuluhan gizi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya (Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat,2003:1). Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota maupun di pedesaan di Indonesia,didapatkan kenyataan bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada dibawah ukuran normal.Tidak jarang pula pada anak sekolah dasar ditemukan tanda-tanda penyakit gangguan gizi baik dalam bentuk ringan ,maupan dalam bentuk agak berat (Sjahmien Moehji,2003:58). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2003 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi pada anak sekolah sebesar 47,3% dan hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah (TBABS) tahun 2003 menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada anak sekolah sebesar 37,8% (Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat,2002:2).Adapun factor-faktor yang memperburuk keadaan gizi anak-anak sekolah ,antara lain: anak-anak dalam usia dini umumnya sudah dapat memilih dan menentukan makanan apa yang dia sukai dan mana yang tidak,pada usia ini anak-anak gemar sekali jajan.

Anda mungkin juga menyukai