Anda di halaman 1dari 81

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian Skizofrenia adalah gangguan mental yang parah, membuat individu yang menderitanya menjadi tidak berdaya. Skizofrenia berupa sindrom yang heterogen, dimana diagnosisnya belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium tertentu. Diagnosisnya ditegakkan berdasarkan sekumpulan simtom yang dinyatakan karakteristik untuk skizofrenia. Skizofrenia dimulai antara masa remaja menengah sampai dewasa muda, lebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan, dan laki-laki bila menderita skizofrenia akan lebih parah daripada perempuan.1,2 Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronik, dan karena permulaan serangan pada usia muda maka individu dengan skizofrenia menjadi beban keluarga dan memerlukan penanggulangan yang berlangsung lama, dalam usaha agar individu dapat mencapai kembali taraf yang dimilikinya sebelum sakit.1,2 Karena skizofrenia dimulai lebih dini dalam kehidupan, menyebabkan gangguan signifikan dan yang berlangsung lama, membuat permintaan yang besar akan perawatan rumah sakit, dan memerlukan perawatan klinik yang terus menerus, rehabilitasi, dan pelayanan dukungan, maka biayanya di Amerika Serikat (AS) diperkirakan melebihi biaya dari semua jenis penyakit kanker. Pada tahun 1990, biaya langsung dan tidak langsung dari skizofrenia di perkirakan sebesar 33 milyar dolar AS. Fokus perawatan telah berubah secara drastis selama 50 tahun ini, dari perawatan berbasiskan rumah sakit jangka panjang menjadi perawatan akut rumah sakit dan pelayanan berbasiskan

2 komunitas. Pada tahun 1955, hampir 500.000 tempat tidur di rumah sakit di AS di tempati oleh pasien penderita sakit mental, mayoritas pasien dengan diagnosis skizofrenia. Angka tersebut kini kurang dari 250.000 tempat tidur rumah sakit.2 Adanya kemajuan bidang psikofarmakologi, pengobatan skizofrenia telah berkembang dari yang bersifat pengobatan neuroleptik klasikal ke golongan antipsikotik atipikal dan yang bersifat agonis parsial. Pengobatan dalam terapi antipsikotik menunjukkan adanya penurunan yang progresif dalam efek yang merugikan, meningkatkan efisiensi dan kemungkinan cara kerja yang baru, serta presentasi kesembuhan dan/atau perbaikan kemampuan fungsi sosial juga meningkat.3 Obat antipsikotik yang digunakan sebagai terapi pada skizofrenia mempunyai sifat farmakologis yang bervariasi, namun seluruhnya berkapasitas sebagai antagonis pada reseptor dopamin post sinapsis di otak. Obat anti psikotik generasi pertama bersifat seperti neuroleptik karena persamaan efek samping neurologisnya. Generasi kedua atau yang terbaru dari antipsikotik lebih sedikit efek samping neurologisnya dan lebih bersifat sebagai antipsikotik atipikal. 1,2,4 Dari semua antagonis serotonin-dopamin, risperidon merupakan agen antipsikotik yang paling banyak diresepkan oleh psikiater di AS saat ini.5,6 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risperidon efektif terhadap simtom positif, negatif dan afektif dari skizofrenia, serta dapat ditoleransi lebih baik dan berhubungan dengan insidens simtom ekstrapiramidal yang rendah.7

3 I.2. Rumusan Masalah Apakah risperidon mempunyai efikasi yang baik dilihat dari parameter Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) pada pasien skizofrenik?

I.3. Hipotesis Risperidon mempunyai efikasi yang baik dilihat dari parameter BPRS pada pasien skizofrenik.

4 BAB II TUJUAN PENELITIAN

II.1. Tujuan Penelitian Tujuan umum Untuk melihat efikasi risperidon pada pasien skizofrenik dengan menggunakan parameter BPRS. Tujuan Khusus Untuk melihat karakteristik demografi pemakaian risperidon pada pasien skizofrenik rawat jalan/inap di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit (RS) Jiwa Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu) Medan berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan dan alamat.

II.2. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efikasi pemberian risperidon pada pasien skizofrenik dengan parameter BPRS 2. Dapat digunakan oleh klinikus sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian terapi pada pasien skizofrenik. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penelitian lanjutan sejenis yang lebih luas.

5 BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka tesis ini akan membahas tentang : skizofrenia, BPRS dan Risperidon. III.1. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood, dan perilaku. 8 Gangguan pikiran ditunjukkan dengan penyimpangan dalam menilai realitas, kadang-kadang disertai waham dan halusinasi, disertai dengan kumpulan pikiran yang terpisah-pisah yang mengakibatkan gangguan dalam bicara. Gangguan mood meliputi ambivalen dan inappropriate atau respons afektif yang terbatas. Gangguan perilaku ditandai dengan penarikan diri atau perilaku yang aneh. Ini semua dikarakteristikkan sebagai gejala-gejala positif dan negatif (defisit). Meskipun bukan merupakan suatu gangguan kognitif, skizofrenia sering menyebabkan kerusakan fungsi kognitif (misalnya berpikir konkrit dan gangguan dalam memproses informasi). 8 Skizofrenia adalah masalah kesehatan umum di seluruh dunia yang memerlukan banyak biaya personal dan ekonomi. Skizofrenia menyerang kurang dari 1 persen populasi dunia. Jika gangguan spektrum skizofrenia dimasukkan dalam estimasi prevalensi, maka jumlah orang-orang yang terserang bertambah sekitar 5 persen.1

6 Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III), gangguan skizofrenik dibagi atas :9 skizofrenia paranoid skizofrenia hebefrenik skizofrenia katatonik skizofrenia tak terinci (undifferentiated) depresi pasca-skizofrenia skizofrenia residual skizofrenia simpleks skizofrenia lainnya skizofrenia YTT (yang tak tergolongkan).

Pedoman diagnostik skizofrenia berdasarkan PPDGJ III dicantumkan pada lampiran 1. Skizofrenia ditemukan dalam semua masyarakat dan daerah geografis, walaupun data yang sebanding sulit diperoleh, namun insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup adalah sama di seluruh dunia. Ada bukti yang agak lebih besar mengenai skizofrenia pada pria dan wanita, yakni ditemukannya insiden skizofrenia yang lebih besar di daerah-daerah perkotaan dibandingkan di daerah pedesaan. Perbedaan ini sebelumnya dihubungkan dengan fenomena penyimpangan sosial, dimana orang-orang yang terserang atau rentan cenderung kehilangan pekerjaan dan kedudukan sosial dan masuk ke daerah-daerah kemiskinan dan inti kota. Meskipun demikian, studi-studi penelitian terbaru telah menegaskan peningkatan insiden di daerah-daerah perkotaan, dengan risiko relatif untuk skizofrenia yang berhubungan dengan tingkat urbanisasi.1

7 Skizofrenia juga terlihat cenderung lebih berat di negara-negara maju dibandingkan negara-negara berkembang. Daerah-daerah geografik terkadang penting dalam etiologi penyakit. Sebagai contoh, sebuah populasi yang terisolasi di Skandinavia Utara, terlihat memiliki kumpulan genetik yang diperberat untuk kerentanan skizofrenia, mungkin dibawa generasi sebelumnya oleh dua keluarga yang berimigrasi.1 Di AS, prevalensi skizofrenia seumur hidup kira-kira 1%, ini berarti bahwa kemungkinan 1 diantara 100 orang akan menjadi skizofrenia selama kehidupannya. Puncak serangan antara usia 15-55 tahun (50% kasus terjadi sebelum usia 25 tahun). Serangan dibawah usia 10 tahun (skizofrenia onset dini) atau setelah usia 45 tahun (skizofrenia onset lanjut) adalah jarang.4 Perjalanan klasik dari skizofrenia adalah salah satu dari eksaserbasi dan remisi. Setelah episode psikotik yang pertama, pasien secara bertahap menyembuh dan kemudian relatif berfungsi dengan normal selama waktu yang panjang. Pasien biasanya relaps, dan pola dari penyakit selama lima tahun pertama setelah diagnosis secara umum mengindikasikan perjalanan penyakit pasien. Perburukan yang lebih lanjut dari fungsi dasar pasien mengikuti setiap relaps dari psikosis. Kegagalan untuk kembali berfungsi setelah setiap relaps adalah perbedaan yang besar antara skizofrenia dan gangguan mood. Kadang-kadang, depresi postpsikotik yang diamati secara klinis mengikuti episode psikotik dan kerapuhan pasien skizofrenia terhadap stres biasanya bersifat seumur hidup. Gejala positif cenderung menjadi berkurang seiring dengan waktu, tetapi gejala defisit atau negatif yang mengganggu secara sosial dapat meningkat keparahannya. Walaupun sekitar sepertiga dari pasien skizofrenia mempunyai eksistensi sosial yang marginal atau terintegrasi, kebanyakan mempunyai kehidupan yang dikarakteristikkan oleh

8 ketidakpunyaan tujuan, tidak ada aktivitas dan rawat inap yang berulang dan pada daerah perkotaan, gelandangan dan kemiskinan.2 Pengobatan skizofrenia bersifat multidimensional, terdiri dari terapi somatik [(farmakoterapi dan Electro Convulsive Therapy (ECT)] dan terapi psikososial (psikoterapi individual, terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga dan terapi kelompok). Farmakoterapi dengan antipsikotik merupakan dasar pengobatan skizofrenia. Secara umum antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu antipsikotik tipikal (antagonis reseptor dopamin) dan antipsikotik atipikal (antagonis serotonin-dopamin). Pemilihan antipsikotik umumnya berdasarkan pada efikasi dan keamanannya.2 Saat ini, karena efikasi dan profil efek sampingnya yang menguntungkan, antipsikotik atipikal sering digunakan sebagai obat lini pertama pada pengobatan skizofrenia.10 Pengobatan skizofrenia dengan antipsikotik dibagi atas 3 fase, yaitu pengobatan fase akut, pengobatan fase stabilisasi dan pengobatan fase stabil / fase pemeliharaan.11 1. Pengobatan Fase Akut Fase akut skizofrenia umumnya ditandai oleh simtom psikotik yang memerlukan penanganan klinis segera. Fase akut skizofrenia dapat muncul sebagai episode pertama atau suatu relaps/eksaserbasi akut dari episodeepisode multipel.12,13 Tujuan pengobatan fase akut adalah untuk mencegah kerusakan (harm), mengendalikan perilaku yang mengganggu, mengurangi keparahan psikosis dan gejala-gejala terkait (misalnya agitasi, agresi, simtom negatif, simtom afektif), menentukan dan mengatasi faktor-faktor yang memicu timbulnya episode akut, memberi suatu efek yang cepat dalam mengembalikan pasien ke tingkat fungsional terbaik, mengembangkan suatu ikatan antara pasien dengan keluarga, merumuskan rencana pengobatan jangka pendek dan

9 panjang serta menghubungkan pasien dengan pasca perawatan (aftercare) yang tepat dalam masyarakat.11 Pengobatan fase akut dengan farmakoterapi diusulkan untuk dimulai segera karena psikosis akut berhubungan dengan distres emosional, gangguan pada kehidupan pasien dan risiko besar terhadap perilaku berbahaya pada diri, orang lain dan benda milik.11 Fase akut umumnya berlangsung selama 4-8 minggu.12,13 Pengobatan fase akut sering tetapi tidak selalu harus berhubungan dengan hospitalisasi.11 Pada farmakoterapi terhadap skizofrenia, kriteria perbaikan

(improvement) atau respons terapi adalah penurunan nilai keseluruhan BPRS sebesar 20% atau lebih.14,15 Sedangkan kriteria remisi adalah penurunan nilai keseluruhan BPRS sebesar 50% dibandingkan dengan nilai keseluruhan BPRS awal,15 dan tidak terdapat item psikotik BPRS yang bernilai > 3.14 2. Pengobatan Fase Stabilisasi Pada fase ini simtom akut sudah dapat dikendalikan tetapi pasien masih mempunyai risiko relaps jika pengobatan dihentikan atau dosis obat diturunkan terlalu dini atau pasien berhadapan dengan stres yang berlebihan.12 Tujuan pengobatan fase stabilisasi adalah untuk mengurangi stres pada pasien, memberi dukungan dalam meminimalkan kemungkinan relaps, memperkuat adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat, memfasilitasi

kelanjutan pengurangan simtom, konsolidasi remisi dan mempercepat proses kesembuhan (recovery).11 Bila pasien telah mencapai suatu respons terapeutik yang adekuat dengan efek samping atau toksisitas minimal dengan suatu regimen medikasi khusus, pemberian obat tersebut harus dipertahankan selama minimal 6 bulan dengan dosis yang sama seperti pengobatan fase akut.10-12 Penurunan dosis atau penghentian obat yang terlalu dini akan memicu

10 terjadinya relaps dalam waktu relatif singkat,10,11 biasanya 1 bulan setelah penghentian obat.16 Setelah 6 bulan, dosis obat dapat diturunkan perlahanlahan sampai ditemukan dosis efektif terendah (dosis pemeliharaan). Dengan mencapai dosis pemeliharaan, pasien memasuki fase stabil / fase

pemeliharaan.2 3. Pengobatan Fase Stabil / Fase Pemeliharaan Tujuan pengobatan fase stabil adalah untuk mempertahankan remisi atau kontrol simtom, meminimalkan risiko dan konsekuensi relaps serta mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan. Begitu seorang pasien mencapai fase stabil, seorang klinisi harus membuat suatu rencana pengelolaan jangka panjang, yang meminimalkan efek samping dan risiko relaps.11 Menentukan dosis medikasi antipsikotik selama fase stabil adalah sulit karena tidak terdapat strategi yang dapat diandalkan (reliable) dalam menentukan dosis efektif minimum untuk mencegah relaps.11 Untuk beberapa pasien, medikasi antipsikotik secara aktif menekan simtom psikotik, tetapi bila pengobatan dihentikan atau dosis obat dikurangi secara bermakna, maka segera terjadi pemburukan pada pasien ini. Pada keadaan demikian, dosis pemeliharaan dapat dititrasi berdasarkan simtom mereka.10 Dosis

pemeliharaan ini dipertahankan selama 1 tahun sampai seumur hidup, tergantung pada episode skizofrenia pasien, umumnya dipertahankan selama 1-2 tahun untuk episode pertama, 5 tahun untuk episode kedua dan seumur hidup untuk episode ketiga atau lebih.2,17 Setelah itu pengurangan dosis harian dapat dilakukan setiap 6-12 bulan.2 Tanpa pengobatan pemeliharaan, sebanyak 60-70% pasien mengalami relaps dalam waktu 1 tahun, dan hampir 90% pasien mengalami relaps dalam waktu 2 tahun.11

11 Salah satu strategi menurunkan dosis antipsikotik yang cukup aman untuk mengurangi relaps pada fase stabil (menuju penghentian medikasi antipsikotik) adalah dengan cara medikasi intermiten, di mana antipsikotik hanya diberikan bila pasien memerlukannya. Strategi ini mengharuskan pasien dan

keluarganya untuk mau dan mampu mengenal gejala dan tanda eksaserbasi awal dari suatu relaps (misalnya ansietas, iritabilitas, gangguan tidur, tingkah laku aneh, ide paranoid/referensi, gangguan persepsi). Bila hal tersebut dijumpai, medikasi antipsikotik harus mulai diberikan kembali untuk periode tertentu, biasanya 1-3 bulan. Walaupun pendekatan ini tidak diindikasikan untuk sebagian besar pasien karena terbukti dapat meningkatkan kejadian rehospitalisasi, pendekatan terapi ini aman dan efektif untuk beberapa pasien.2,12,13 Banyak studi melaporkan bahwa terapi intermiten kurang efektif dalam mengurangi kejadian relaps dibandingkan dengan pemberian dosis pemeliharaan terus menerus.18

III.2. Brief Psychiatric Rating Scale BPRS dikembangkan pada akhir tahun 1960-an sebagai suatu skala singkat untuk mengukur keparahan simtom psikiatrik. Diantara skala untuk menilai keadaan skizofrenik, BPRS merupakan skala yang paling sering digunakan.19 BPRS merupakan suatu skala Likert (skala terkategorisasi) dengan 18 nomor (item), dimana setiap nomor dibagi atas 7 kategori (tidak ada, sangat ringan, ringan, sedang, sedang-berat, berat dan sangat berat). Setiap kategori diberi nilai 1-7 dengan rentang nilai keseluruhan 18-126.20 BPRS bukan merupakan suatu skala diagnostik, tetapi suatu skala untuk menilai gambaran klinis aktual dari pasien (keparahan psikopatologi) selama pengobatan, yang menunjukkan kapan suatu pengobatan diperlukan dan

12 kapan suatu pengobatan dapat dihentikan.19,20 Karena penilaian meliputi pengamatan dan laporan gejala pasien, maka BPRS dapat digunakan untuk menilai pasien dengan hendaya sangat berat.20 Walaupun BPRS juga meliputi simtom-simtom depresif (nomor 1, 2, 5, 6, 9 dan 13), skala ini pada dasarnya dikembangkan untuk menilai keadaan skizofrenik. Bila BPRS digunakan untuk menilai keadaan skizofrenik, maka kedua belas nomor skizofrenik harus dihitung semuanya.19 Lembaran penilaian BPRS dicantumkan pada lampiran 2.

III.3. Risperidon Pada tahun 1981, Janssen Pharmaceuticals mengembangkan

setoperone, suatu antagonis 5-HT2 dengan antagonis dopamin-2 (D2) yang lemah, yang menunjukkan efek antipsikotik dan efikasi terhadap simtom negatif pada suatu percobaan terbuka. Janssen Pharmaceuticals juga mensintesis suatu antagonis 5-HT2A memperlihatkan dan 5-HT2C yang selektif, yaitu ritanserin, yang efek samping ekstrapiramidal ketika

pengurangan

dikombinasikan dengan haloperidol pada studi terhadap tikus. Dalam percobaan placebo-kontrol pada pasien dengan skizofrenia kronis,

penambahan ritanserin kepada neuroleptika konvensional memperlihatkan perbaikan simtom negatif dan efek samping ekstrapiramidal. Menyimpulkan bahwa antagonisme 5-HT2 mungkin memperbaiki efikasi dari antagonis D2, khususnya untuk simtom negatif dan mengurangi efek samping

ekstrapiramidal, tetapi tidak cukup efektif sebagai terapi tunggal, maka Janssen dan kawan-kawan (1988) mengembangkan risperidon, yang

mengkombinasikan blokade 5-HT2A dan D2 yang poten.5

13 Setelah karakterisasi praklinis yang luas (Janssen dan kawan-kawan 1988), risperidon yang pertama sekali dipelajari dalam percobaan klinis pada tahun 1986, mendapat persetujuan dari Food And Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS) pada tahun 1994 untuk dipasarkan di AS.5 Risperidon merupakan antipsikotik kedua yang memperoleh persetujuan FDA AS untuk pengobatan skizofrenia setelah klozapin pada tahun 1990.21 Dengan berjalannya waktu, risperidon menjadi tersedia dan menjangkau para klinisi. Keberadaan teori kombinasi blokade 5-HT2A dan D2 serta bukti dari

percobaan-percobaan yang terdaftar, yang menunjukkan pengurangan efek samping ekstrapiramidal dan efikasi yang lebih besar dibandingkan dengan haloperidol dosis tinggi, menghasilkan antusiasme dari para klinisi di AS terhadap antagonis serotonin-dopamin, dan saat ini risperidon merupakan agen antipsikotik yang paling banyak diresepkan di AS.5 Risperidon memiliki metabolit aktif, yaitu 9-hidroksi-risperidon (9hydroxy-risperidone), yang mempunyai aktivitas farmakologik yang sama dengan senyawa induk.5,7 Sebagai konsekuensinya, efek klinis dari obat mungkin dihasilkan dari kombinasi konsentrasi risperidon dan metabolit aktifnya. Setelah pemberian peroral, waktu paruh eliminasi dari risperidon adalah sekitar 3 jam pada extensive metabolizer (ditemui pada sekitar 90% orang kulit putih dan sekitar 99% orang Asia)5 dan sekitar 20 jam pada poor metabolizer. Waktu paruh eliminasi dari 9-hidroksi-risperidon adalah sekitar 21 jam pada extensive metabolizer dan sekitar 30 jam pada poor metabolizer.6 Karena waktu paruh eliminasi yang panjang dari risperidon dan metabolit aktifnya, maka risperidon dapat diberikan dalam dosis sekali maupun dua kali sehari.2 Konsentrasi plasma dari risperidon dan 9-hidroksi-risperidon adalah proporsional terhadap dosis.7 Konsentrasi steady state dari risperidon tercapai

14 dalam sekitar 1 hari pada extensive metabolizer dan sekitar 5 hari pada poor metabolizer. Konsentrasi steady state dari 9-hidroksi-risperidon tercapai dalam sekitar 5-6 hari pada extensive metabolizer.11 Risperidon memiliki afinitas sangat tinggi terhadap reseptor 5-HT2A dan afinitas yang sedang tingginya terhadap reseptor D2, histamin-1 (H1) dan adrenergik 1 dan 2.2,5,21 Secara in vitro, afinitas risperidon terhadap reseptor 5-HT2A kira-kira 10-20 kali lebih kuat daripada terhadap reseptor D2. Secara in vivo, pengikatan terhadap reseptor D2 dari striatal tikus terjadi pada dosis 10 kali lebih tinggi daripada untuk pengikatan terhadap reseptor 5-HT2A. Afinitas risperidon terhadap reseptor 5-HT2A lebih kuat 100 kali daripada terhadap subtipe reseptor serotonin yang lain. Metabolit aktif risperidon, 9-hidroksirisperidon (9-hydroxy-risperidone), memiliki profil afinitas reseptor yang sama.5 Afinitas risperidon terhadap reseptor 5-HT2A kira-kira 20 kali lebih kuat daripada afinitas klozapin dan 170 kali lebih kuat daripada afinitas haloperidol. Afinitas risperidon terhadap reseptor D2 kira-kira 50 kali lebih kuat daripada afinitas klozapin dan kira-kira 20-50% dari afinitas haloperidol. Afinitas risperidon dan 9-hidroksi-risperidon terhadap reseptor D1 dan D4 adalah sama dengan afinitas klozapin dan haloperidol.5 Risperidon pada dasarnya tidak memiliki afinitas terhadap reseptor muskarinik asetilkolin dan memiliki afinitas sedang terhadap reseptor H1, sedangkan 9-hidroksi-risperidon memiliki afinitas minimal terhadap reseptor H1.5 Dibandingkan dengan agen lain, risperidon memiliki afinitas yang relatif tinggi terhadap reseptor adrenergik 2, yang pada dasarnya lebih kuat daripada afinitas klozapin ataupun antipsikotik konvensional yang lain. Afinitas risperidon

15 terhadap reseptor adrenergik 1 adalah sebanding dengan afinitas

klorpromazin dan kira-kira 5-10 kali lebih kuat daripada afinitas klozapin.5 Diantara antipsikotik atipikal, risperidon merupakan agen antipsikotik yang paling banyak diresepkan oleh psikiater di AS saat ini.5,6 Ketika risperidon pertama sekali diperkenalkan di pasaran Amerika Serikat, diusulkan pemberian risperidon dengan dosis 1 mg 2 kali sehari pada hari pertama dan 2 mg 2 kali sehari pada hari kedua serta 3 mg 2 kali sehari pada hari ketiga. Bagaimanapun, pengalaman klinis menunjukkan bahwa titrasi ini terlalu cepat untuk beberapa pasien. Sebagai konsekuensinya, harus diawasi toleransi pasien terhadap efek samping risperidon (misalnya sedasi, sinkope dan hipotensi ortostatik) dan titrasi baru dilakukan bila efek samping dapat ditolerir secara klinis oleh pasien.6 Pada praktik klinis saat ini, dosis rerata harian risperidon yang diperlukan menurun dan laju titrasi ke rentang dosis 4-6 mg sehari menjadi lebih lambat.22 Umumnya pasien dapat mengembangkan toleransi terhadap efek samping jika titrasi dosis risperidon dilakukan cukup bertahap.2 Dosis rerata risperidon untuk pengobatan pasien skizofrenik di AS saat ini adalah 4 mg sehari.22 Dosis awal risperidon umumnya 1-2 mg sekali sehari pada malam hari. Kemudian dosis dapat dinaikkan secara bertahap, bila dapat ditoleransi, dengan penambahan 1 mg per dosis setiap 2 atau 3 hari, sampai mencapai dosis target sebesar 3-6 mg sehari.2,21 Berdasarkan pengalaman, diusulkan bahwa dosis target yang mula-mula direkomendasikan sebesar 6 mg sehari adalah tidak diperlukan, dan bahwa paling sedikit 70% pasien dapat diobati secara optimal dengan dosis 3 mg sehari atau kurang, serta sekitar 90% pasien dapat diobati secara optimal dengan dosis di bawah 6 mg sehari.6 Pada permulaan, risperidon diberikan dengan dosis 2 kali sehari, tetapi beberapa

16 studi telah memperlihatkan efikasi yang sama tanpa peningkatan efek samping yang bermakna dengan dosis sekali sehari. Hal ini disebabkan oleh waktu paruh yang panjang dari metabolit aktifnya.2,6,21 Survei pasca pemasaran menunjukkan bahwa dosis rerata risperidon untuk pengobatan pasien skizofrenik adalah 4,7 mg sehari. Dosis sebesar 1-16 mg sehari telah diuji, tetapi tidak terdapat keuntungan terapeutik yang dapat ditentukan untuk dosis di atas 6 mg sehari, dimana dosis yang lebih tinggi dihubungkan dengan peningkatan efek samping.2 Efikasi terapeutik risperidon pada penderita skizofrenik telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian yang terkontrol di seluruh dunia. Data-data tersebut dapat dikombinasikan dengan menggunakan teknik meta analitik untuk melihat efikasi dari risperidon dibandingkan dengan anti psikotik generasi pertama. Pada kebanyakan obat, hubungan antara dosis dan respons diperlihatkan melalui kurva sigmoidal klasik. Dengan demikian, semakin meningkat dosis (atau plasma level) mencapai ambang batas dan garis atas kurva, semakin meningkat pula responsnya. Sekali dosis yang cukup tinggi diperoleh untuk menghasilkan respons klinik yang maksimal, kurva dosis respons kemudian mendatar.23 Insidens Extra Piramidal Syndrom (EPS) pada penggunaan risperidon adalah terkait dosis.24 Dosis risperidon di atas 6 mg sehari dihubungkan dengan insidens EPS yang lebih tinggi.2 Pada dosis di bawah 6 mg sehari, risperidon menghasilkan EPS yang sebanding dengan plasebo, 2,6 tetapi reaksi distonik telah dijumpai pada dosis 4-16 mg sehari.2 Pada dosis 10 mg sehari atau lebih, risperidon menghasilkan EPS yang sebanding dengan haloperidol.22 Efek antipsikotik dari antagonis serotonin-dopamin umumnya muncul dalam 2 minggu pertama pengobatan, walaupun pasien yang parah mungkin

17 memerlukan waktu sampai 6 minggu pengobatan untuk memperoleh respons yang menguntungkan. Efektifitas penuh umumnya dicapai dalam 4-6 minggu pengobatan. Keuntungan risperidon umumnya terlihat dalam 4 minggu pengobatan.2 Lama terapi adalah sama seperti pengaturan pada penggunaan antipsikotik konvensional.21 Jika pasien menghentikan risperidon untuk periode waktu lebih dari 36 jam, maka pemberian risperidon harus dimulai kembali sesuai jadwal titrasi permulaan.2 Risperidon merupakan pilihan yang tepat untuk pasien yang gagal berespons terhadap antipsikotik konvensional. Pada studi yang dilakukan di AS, pasien skizofrenik yang telah dirawat inap di rumah sakit paling sedikit 6 bulan sebelum studi, cenderung memperlihatkan keuntungan lebih besar dengan risperidon dibandingkan dengan haloperidol. Keadaan ini mengusulkan bahwa risperidon mungkin efektif untuk beberapa pasien yang resisten terhadap pengobatan atau yang kurang berespons terhadap antipsikotik konvensional. 21 Pada perbandingan langsung dengan klozapin dosis sedang (300-400 mg sehari), risperidon dengan dosis 4-8 mg sehari adalah sama efektif, dengan lebih sedikit efek samping seperti somnolens, baik pada pasien skizofrenik akut maupun yang resisten terhadap pengobatan.2 Karena efikasi dan keamanannya, risperidon beralasan dijadikan sebagai medikasi lini pertama untuk pengobatan fase akut skizofrenia, dengan dosis efektif harian sebesar 4-6 mg sehari.2 Menurut Expert Consensus

Guidelines for the Treatment of Schizophrenia 2003, dosis risperidon pada fase pemeliharaan skizofrenia adalah 2-4,5 mg sehari untuk pasien episode pertama dan 3,5-5,5 mg sehari untuk pasien dengan episode multipel.17

18 Banyak pasien menunjukkan respons yang optimal dengan dosis risperidon yang dianjurkan (2-6mg sehari).21 Peuskens tahun 1995 pada penelitiannya selama 8 minggu pada 1.362 pasien skizofrenik dengan memakai Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) menunjukkan respons risperidon pada dosis 4-8 mg sehari.5

19 BAB IV KERANGKA KONSEP

Pasien Skizofrenik

BPRS Pre treatment

BPRS minggu ke-1

BPRS minggu ke-2 BPRS minggu ke-4 BPRS minggu ke-6 Hasil BPRS minggu ke-8

20 BAB V METODE PENELITIAN

V.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan praeksperimen One Group Pretest-Posttest Open Trial 24, selama 8 minggu untuk melihat efikasi risperidon memakai BPRS dengan periode waktu penelitian 1 April 2009 sampai dengan 30 Juni 2009 di BLUD RS Jiwa Pempropsu.

V.2. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : BLUD Rumah Sakit Jiwa Pempropsu 2. Waktu : 1 April 2009 30 Juni 2009

V.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian Populasi penelitian ini adalah pasien skizofrenik rawat jalan/inap di BLUD RS Jiwa Pempropsu Medan. 2. Sampel penelitian Sampel penelitian adalah 30 pasien skizofrenik dari populasi penelilitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

V.4. Kriteria Inklusi dan Eklusi 1. Kriteria Inklusi adalah : penderita skizofrenik berdasarkan PPDGJ III 9 berumur 15-55 tahun pertama sekali kontak dengan peneliti

21 kooperatif dan dapat diwawancarai pasien rawat inap/jalan Psikiatri BLUD RS Jiwa Pempropsu bersedia ikut dalam penelitian ini.

2. Kriteria Ekslusi adalah : hipersensitif terhadap risperidon mempunyai komorbiditas gangguan psikiatri lainnya ibu hamil ataupun yang sedang menyusui sedang menggunakan obat antipsikotik <1 bulan. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling25 dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, sedangkan parameter hasil dilihat dengan BPRS skala 18. Analisa data akan menampilkan hasil penilaian BPRS, distribusi sampel penelitian berdasarkan tipe Skizofrenia dan gambaran pasien skizofrenik yang mendapat pemberian risperidon berdasarkan karakteristik demografi sampel.

V.5. Cara Kerja Dilakukan wawancara psikiatrik secara autoanamnesis dan

alloanamnesis kepada pasien dan keluarga pasien serta pemeriksaan status mental kepada pasien rawat jalan/inap di BLUD RS Jiwa Pempropsu Medan dengan pedoman Status Psikiatrik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (lampiran 3). Pasien yang memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III dan kriteria inklusi penelitian dijadikan sampel penelitian. Pihak keluarga pasien yang menyetujui pasien diikutsertakan dalam penelitian setelah mendapat penjelasan yang terperinci dan jelas dengan berpedoman pada Lembar Penjelasan untuk

22 Keluarga Responden (lampiran 4), wajib memberikan persetujuan secara tertulis / written informed consent (lampiran 5). Pada awal penelitian (Pre-treatment), kepada sampel dilakukan penilaian BPRS untuk mengukur keparahan gejala skizofrenik pasien dan pemberian medikasi risperidon oral dengan dosis awal 2 mg sehari (dosis tunggal pada malam hari). Pengamatan lanjutan dilakukan pada minggu pertama, minggu kedua, minggu keempat, minggu keenam dan terakhir minggu kedelapan.26 Titrasi dosis risperidon dilakukan pada setiap pengamatan lanjutan dengan cara meningkatkan dosis risperidon sebesar 1 mg setiap kali kenaikan, sampai pasien mencapai remisi klinis (memasuki fase stabilisasi), dengan pedoman penurunan nilai keseluruhan BPRS >50% dibandingkan dengan nilai keseluruhan BPRS awal dan nilai BPRS untuk semua item psikotik <3, dan setelah itu dosis risperidon tidak dinaikkan lagi.2,21 Bila pada setiap pengamatan lanjutan ditemui simtom EPS (distonia akut, akatisia dan parkinsonisme [tremor, rigiditas dan bradikinesia]), maka kepada pasien akan diberikan medikasi tambahan berupa triheksiphenidil dengan dosis awal 2 mg sehari peroral (dibagi menjadi 2 kali pemberian), dan dapat dititrasi sampai dosis 16 mg sehari (dibagi menjadi 3 kali pemberian).27 Bila EPS yang ditemui pada pasien tidak dapat diatasi dengan triheksipenidil 16 mg sehari, maka pasien dianggap tidak dapat mentolerir efek samping dari risperidon dan akan dikeluarkan dari penelitian. Selanjutnya kepada pasien akan diberikan pengobatan dengan antipsikotik lain.

23 Cara Titrasi Dosis Risperidon pada Penelitian ini Minggu


Pre treatment

Dosis Harian Risperidon 2 mg 3 mg 4 mg 5 mg 6 mg 7 mg

Cara pemberian (pagi-siang-malam) 0 0 - 2 mg 0 0 - 3 mg 2 mg - 0 - 2 mg 2 mg - 0 - 3mg 3 mg - 0 - 3 mg 3 mg - 0 - 4 mg

1 2 4 6 8

V.6. Identifikasi Variabel Variabel tergantung Variabel bebas : nilai BPRS : medikasi risperidon dan triheksipenidil

V.7. Besar Sampel Besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi

menggunakan ketepatan absolut dengan rumus yang digunakan adalah24: Z2PQ n= d2

Z = Nilai batas bawah dari table Z yang besarnya tergantung pada Nilai yang ditentukan ; untuk nilai = 0,05 Z = 1,96 P = Proporsi Skizofrenia (1%) q = 1-p d = ketetapan penelitian (tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki)

n = (1,96)2 x 0,01x0,99 (0,05)2

24 = 3,84 x 0,01 x 0,99 (0,05)2 = 0,038 0,0025 = 15,2 sampel diperbesar menjadi 30

V.8. DEFINISI OPERASIONAL 1. Pasien skizofrenik adalah pasien yang memenuhi kriteria diagnostik Skizofrenia(F20) berdasarkan PPDGJ-III.9 2. BPRS adalah skala terkategorisasi (7 kategori, nilai 1-7) dengan 18 nomor (item) serta rentang nilai 18-126, untuk mengukur keparahan gejala skizofrenik. 3. Efikasi yang baik adalah bila telah mencapai remisi klinis dengan pedoman penurunan nilai keseluruhan BPRS >50% dibandingkan dengan nilai keseluruhan BPRS awal15 dan nilai BPRS untuk semua item psikotik <3.14 4. Jenis kelamin, dibedakan atas laki-laki dan perempuan. 5. Kelompok usia, dibedakan atas kelompok umur <40 tahun dan kelompok umur >40 tahun.

V.9. Rencana Manajemen dan Analisis Data Untuk menilai efikasi risperidon pada pasien skizofrenik yang diteliti pada penelitian ini dipakai uji t berpasangan dengan kemapanan 5%. Pengelolahan dan analisis statistik dari data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for Social Sciences 15. BAB VI

25 KERANGKA OPERASIONAL Pasien rawat jalan/inap BLUD RS Jiwa Medan

Status Psikiatrik FK USU PPDGJ-III

Non Skizofrenia

Kriteria inklusi

Skizofrenia

Kriteria eksklusi

Jenis kelamin Kelompok usia BPRS awal (Pre-treatment)

Medikasi risperidon 2-8 mg

BPRS ulangan

Remisi klinis Penurunan nilai keseluruhan BPRS >50% dibandingkan dengan nilai keseluruhan BPRS awal Nilai semua item psikotik BPRS < 3

BAB VII

26 HASIL PENELITIAN

Sebanyak 30 pasien skizofrenik rawat jalan/inap di BLUD RS Jiwa Pempropsu Medan, yang dipilih secara consecutive sampling, diikutsertakan dalam penelitian ini. Karakteristik demografik dari sampel penelitian

digambarkan pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan dan alamat.
Karakteristik demografik sample Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kelompok usia (tahun) 15-<40 40-55 Jumlah Tingkat pendidikan SMP SMA Akademi/Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Jumlah Suku Minang Batak Jawa Tionghoa Jumlah Status perkawinan Single Menikah Jumlah Alamat Medan Luar Medan Jumlah n 16 14 30 18 12 30 5 19 6 30 8 22 30 1 19 9 1 30 23 7 30 16 14 30 % 53,3 46,7 100 60 40 100 16,7 63,3 20 100 26,7 73,3 100 3,3 63,4 30 3,3 100 76,7 23,3 100 53,3 46,7 100

Tabel 1 memperlihatkan bahwa karakteristik demografik dari sampel didominasi oleh laki-laki (16 orang [53,3%]), kelompok usia 15-<40 tahun (18

27 orang [60%]), tingkat pendidikan SMA (19 orang [86,7%]), tidak bekerja (22 orang [73,3%]), suku Batak (19 orang [63,3,3%]), single (23 orang [76,7%]) dan beralamat di Medan (16 orang [53,3%]).

Tabel 2 Distribusi sampel penelitian berdasarkan tipe skizofrenia dan episode skizofrenia. Karakteristik sample Tipe skizofrenia Skizofrenia paranoid Skizofrenia simpleks Skizofrenia katatonik Skizofrenia tak terinci Skizofrenia residual Jumlah Episode skizofrenia Episode pertama Episode berulang Jumlah n 21 4 1 3 1 30 14 16 30 % 70 13,4 3,3 10 3,3 100 46,7 53,3 100

Tabel 2 memperlihatkan bahwa tipe skizofrenia yang paling banyak dijumpai pada sampel adalah skizofrenia paranoid, yaitu sebanyak 21 orang (70%). Episode skizofrenia yang paling banyak dijumpai pada sampel adalah episode berulang, yaitu sebanyak 16 orang (53,3%).

Tabel 3. Gambaran dosis risperidon (mg/hari) dari pre treatment sampai mingggu kedelapan.
Follow up Pre treatment Minggu pertama Minggu kedua Minggu keempat Minggu keenam Minggu kedelapan n 30 30 30 30 30 30 Rerata
(mg/hr)

Simpang baku 0,0 0,0 0,2 0,6 0,7 0,7

Minimum 2 3 3 3 3 3

Maksimum 2 3 4 5 6 6

2 3 3,9 4,4 4,5 4,5

28

Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada keadaan awal (pre treatment) semua sampel diberi risperidon dengan dosis 2 mg/hari. Pada keadaan akhir (minggu kedelapan) reratasimpang baku dari dosis risperidon adalah 4,50,7 mg/hari (3-6 mg/hari).

Tabel 4. Gambaran kejadian EPS berdasarkan dosis harian risperidon dari sampel penelitian.
Dosis harian risperidon 3 mg 4 mg 5 mg 6 mg Jumlah Tanpa EPS 1 11 9 2 23 Jumlah sampel (orang) Dengan EPS 0 3 3 1 7 Jumlah 1 14 12 3 30

Tabel 4 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan dijumpai sebanyak 7/30 (23,3%) sampel yang mengalami EPS, dan kejadian EPS paling banyak dijumpai pada sampel yang mendapat dosis harian risperidon sebesar 6 mg, yaitu sebanyak 1/3 (33,3%) sampel. Rerata+simpang baku dari dosis risperidon yang menimbulkan EPS adalah 5,3+0,9 mg/hari (4-6 mg/hari).

Tabel 5. Perubahan nilai BPRS per follow up Waktu Pre-treatment Minggu 1 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Jumlah kasus 30 30 30 30 30 30 Rerata sd 40,9 1,8 34,13,0 27,3 3,5 21,8 2,9 19,3 1,6 18,4 0,8 P p< 0,0001 p< 0,0001 p< 0,0001 p< 0,0001 p< 0,0001

29 Tabel 5 memperlihatkan Reratasimpang baku dari nilai BPRS mulai pre treatment sampai minggu kedelapan, memperlihatkan bahwa pada keadaan awal (pre treatment) dengan rerata+simpang baku dari nilai BPRS adalah 40,9+1,8 (38-44). Pada keadaan akhir (minggu kedelapan) dengan rerata+simpang baku dari nilai BPRS adalah 18,4 + 0,8 (18-21). Secara keseluruhan waktu yang diperlukan sampel untuk mencapai keadaan remisi (penurunan nilai keseluruhan BPRS akhir >50% dibandingkan dengan nilai keseluruhan BPRS awal dan nilai BPRS untuk semua item psikotik <3) adalah 2-8 minggu. Sebanyak 1/30 (3,3%) sampel mencapai keadaan remisi pada minggu kedua pemberian risperidon, Sebanyak 14/30 (46,7%) sampel mencapai keadaan remisi pada minggu keempat pemberian risperidon, 12/30 (40%) sampel mencapai keadaan remisi pada minggu keenam pemberian risperidon dan 3/30 (10%) sampel mencapai keadaan remisi pada minggu kedelapan pemberian risperidon (lampiran 7).

E stim ated M argin al M ean s of M E A S U R E _1

45

40

Estimated Marginal Means

35

N I L A I B P R S

30

25

20

15 0 1 2 4 6 8

BPRS

30

Waktu (Minggu)

Grafik 1 Perubahan Nilai BPRS per follow up

Grafik 1 memperlihatkan kurva penurunan rerata BPRS dari pre treatment sampai dengan rerata BPRS minggu kedelapan.

BAB VIII PEMBAHASAN Penelitian Pengobatan Risperidon Pada Pasien Skizofrenik ini merupakan suatu penelitian pra-eksperimental yang berbentuk one group pretestposttest design.25 Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian praeksperimental karena penelitian ini tidak menggunakan kontrol sebagai pembanding.

31 Penelitian ini memilih kelompok pasien skizofrenik yang berusia antara 15-55 tahun sebagai sampel karena menurut kepustakaan sekitar 90% pasien yang mendapat pengobatan untuk skizofrenia berusia antara 15-55 tahun.2 Pada tabel 1 terlihat bahwa pasien skizofrenik yang menjadi sampel dalam penelitian ini menunjukkan sebagian besar subjek didominasi oleh lakilaki (53,3%). Hill dan Sahhar tahun 2006 pada penelitiannya menunjukkan sebagian besar subjek adalah laki-laki.28 Simanjuntak tahun 2006 pada penelitian pada 111 subjek skizofrenia menunjukkan sebagian besar subjek adalah laki-laki.29 Pada tabel 1 terlihat juga subjek lebih banyak ditemui pada kelompok usia 15-<40 tahun (60%) dibandingkan dengan kelompok usia 40-55 tahun (40%), lebih banyak yang tidak bekerja (73,3%) dan single (76,7%). Gambaran demografik di atas sesuai dengan yang dinyatakan dalam kepustakaan. Dalam Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry, 9th edition, sekitar 75% pasien dengan skizofrenia berat tidak dapat bekerja dan tidak memiliki pekerjaan serta pasien skizofrenik sering hidup sendiri dan tidak menikah. 2 Pada tabel 2 terlihat bahwa tipe skizofrenia yang paling banyak ditemui pada sampel penelitian adalah skizofrenia paranoid (70%) dan sebanyak 53,3% sampel mengalami episode skizofrenia yang berulang. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa skizofrenia paranoid merupakan tipe skizofrenia yang paling banyak ditemui dan pasien skizofrenik cenderung mengalami episode multipel dalam perjalanan penyakitnya.2 Pada tabel 3 terlihat bahwa dosis harian risperidon yang diperlukan untuk mencapai keadaan remisi (penurunan nilai keseluruhan BPRS akhir >50% dibandingkan dengan nilai keseluruhan BPRS awal dan nilai BPRS untuk semua item psikotik <3) adalah 3-6 mg sehari. Setelah mencapai

32 keadaan remisi, pasien dianggap memasuki pengobatan fase stabilisasi. Hal diatas sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa dosis target risperidon berkisar antara 3-6 mg sehari.12,13 Menurut Expert Consensus

Guidelines for the Treatment of Schizophrenia 2003, dosis risperidon pada fase pemeliharaan skizofrenia adalah 2-4,5 mg sehari untuk pasien episode pertama dan 3,5-5,5 mg sehari untuk pasien dengan episode multipel.17 Banyak pasien menunjukkan respons yang optimal dengan dosis risperidon yang dianjurkan (2-6mg sehari).21 Peuskens tahun 1995 pada penelitiannya selama 8 minggu pada 1.362 pasien skizofrenik dengan memakai Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) menunjukkan respons risperidon pada dosis 4-8 mg sehari.5 Janssen dan kawan-kawan, penelitian pada skizofrenia kronis,

risperidon lebih efektif secara bermakna daripada haloperidol dalam mengobati simtom afektif. Risperidon dengan dosis 6 mg sehari mengurangi secara bermakna skor rata-rata BPRS dari kelompok ansietas/depresi dibandingkan dengan haloperidol 20 mg sehari (p < 0,05).7 Pada penelitian ini waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan remisi klinis pada pengobatan fase akut adalah 2-8 minggu. Kepustakaan yang menyebutkan bahwa pengobatan fase akut skizofrenia umumnya berlangsung selama 4-8 minggu.12,13 Kepustakaan lain menyebutkan bahwa efektifitas penuh dari suatu antagonis serotonin-dopamin umumnya dicapai dalam 4-6 minggu pengobatan.2 Zhang JZ dan kawan-kawan pada tahun 1998 dalam suatu studi open label trial dengan pemberian risperidon pada 30 pasien skizofrenik dengan penilaian memakai BPRS selama 8 minggu secara statistik menunjukkan perbaikan yang signifikan.26

33 Sebuah perbandingan langsung yang lebih besar antara beberapa dosis risperidon (2, 6, 12, atau 16 mg sehari) dengan haloperidol (20 mg sehari) atau placebo pada pasien skizofrenia akut menemukan bahwa risperidon pada dosis di atas 2 mg sehari dan haloperidol pada dosis 20 mg sehari adalah lebih efektif secara bermakna terhadap simtom positif daripada placebo. Risperidon 6 mg sehari adalah lebih efektif secara bermakna terhadap simtom positif daripada haloperidol. Risperidon 6 mg dan 16 mg sehari menghasilkan perbaikan simtom negatif, tetapi haloperidol dan placebo tidak. Kriteria perbaikan yang dipakai adalah perbaikan sebesar 20 persen atau lebih dari skor Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) total atau BPRS. Simtom ekstrapiramidal yang disebabkan oleh risperidon nampak lebih sering dari placebo hanya pada dosis lebih besar dari 6 mg sehari.11 Pada tabel 4 terlihat bahwa EPS dijumpai pada dosis harian risperidon 4 mg (3/14 [21,4%] sampel), 5 mg (3/12 [25%] sampel) dan 6 mg (1/3 [33,3%] sampel). EPS tidak dijumpai pada penggunaan risperidon dibawah 4 mg sehari. Rerata + simpang baku dari dosis risperidon yang menimbulkan EPS adalah 5,3 + 0,9 mg/hari (4-6 mg/hari). Pada penelitian ini, secara keseluruhan EPS dijumpai pada 7/30 (23,3%) sampel. Kejadian EPS pada penelitian ini, yang meningkat sesuai dengan peningkatan dosis risperidon adalah sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa insidens EPS pada

penggunaan risperidon adalah terkait dosis.22 Kejadian EPS pada penelitian ini lebih tinggi (mulai terlihat pada penggunaan risperidon 4 mg sehari) dibandingkan dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa EPS pada penggunaan risperidon umumnya terlihat pada dosis > 6 mg.2,6

34 Pada penelitian ini, kejadian EPS yang dialami sampel dapat diatasi dengan pemberian trihexipenidil dengan rerata + simpang baku dosis sebesar 3,2 + 1,0 mg/hari (2-4 mg/hari). Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa risperidon menunjukkan efikasi yang baik untuk mengobati pasien skizofrenik.

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

IX.1. Kesimpulan

35 Dari pembahasan terhadap hasil penelitian dan pengkajian lebih lanjut dari keseluruhan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Kesimpulan : a. Dari 30 sampel penelitian, karakteristik demografik dari sampel didominasi oleh laki-laki (16 orang [53,3%]), kelompok usia 15-<40 tahun (18 orang [60%]), tingkat pendidikan SMA (19 orang [63,3%]), tidak bekerja (22 orang [73,3%]), suku Batak (19 orang [63,4%]), single (23 orang [76,7%]) dan beralamat di Medan (16 orang [53,3%]). b. Dari 30 sampel penelitian, tipe skizofrenia yang paling banyak dijumpai adalah skizofrenia paranoid (21 orang [70%]). Episode skizofrenia yang paling banyak dijumpai adalah episode berulang (16 orang [53,3%]), dengan rentang usia awitan pertama 23-40 tahun. c. Dosis harian risperidon yang diperlukan untuk mencapai keadaan remisi klinis (penurunan nilai keseluruhan BPRS akhir >50% dibandingkan dengan nilai keseluruhan BPRS awal dan nilai BPRS untuk semua item psikotik <3) adalah 3-6 mg sehari, dan waktu yang diperlukan sampel untuk mencapai keadaan remisi adalah 2-8 minggu). d. Secara keseluruhan, EPS dijumpai pada 7/30 (23,3%) sampel, dan kejadian EPS paling banyak dijumpai pada sampel yang mendapat dosis harian risperidon sebesar 6 mg, yaitu sebanyak 1/3 (30,3%) sampel. EPS tidak dijumpai pada penggunaan risperidon dibawah 4 mg sehari. Rerata + simpang baku dari dosis risperidon yang menimbulkan EPS adalah 5,3 + 0,9 mg/hari (46 mg/hari). EPS yang dialami sampel dapat diatasi dengan pemberian trihexiphenidil dengan rerata + simpang baku dosis sebesar 3,2 + 1,0 mg/hari (2-4 mg/hari).

36 e. Hasil penelitian dari 30 sampel ini menunjukkan bahwa risperidon

menunjukkan efikasi yang baik dilihat dari parameter BPRS untuk mengobati pasien skizorenik.

IX.2. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa risperidon mempunyai efikasi yang baik untuk pengobatan pasien skizofrenik dan dosis risperidon yang dapat kita berikan pada pasien skizofrenik untuk mencapai keadaan remisi adalah 2-6 mg sehari.

DAFTAR PUSTAKA 1. Buchanan RW, Carpenter TW. Concept of Schizophrenia. Dalam : Sadock BJ, Sadock VA. Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol 1. Edisi kedelapan. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 2005. h. 1329-45

37 2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. Edisi kesembilan. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 2003. h. 497-8. 3. SW Tang, Helmeste D. Aripiprazole. Medical Progress. Vol 33 No 2. February 2006. h 84-88 4. Sadock BJ, Sadock VA. Schizophrenia. Dalam : Kaplan & Sadocks. Concise Textbook of Clinical Psychiatry. Edisi kedua. Philadelphia; Lippincott Williams and Wilkins; 2004. h. 134-71 5. Goff DC. Risperidone. Dalam : Schatzberg AF, Nemeroff CB, eds. Textbook of Psychopharmacology. Edisi ketiga. Washington, DC : American Psychiatric Publishing, Inc, 2004. h. 495-505. 6. Owens MJ, Risch SC. Atypical Antipsychotics. Dalam : Schatzberg AF, Nemeroff CB, eds. Essentials of Clinical Psychopharmacology. Edisi pertama. Washington, DC : American Psychiatric Publishing, Inc. 2001. h. 141-4. 7. Janssen Pharmaceutica. Risperidone Monograph. Oxford Clinical Communications. 1993. 8.Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Pocket Handbook of Clinical Psychiatry. Edisi keempat. Philadelphia : Lippincot William & Wilkins ; 2005. h. 117-31 9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta, 1993. h. 105-18 10. American Psychiatric Association. Practice Guideline for the Treatment of Patients with Schizophrenia. Edisi pertama. Washington DC, 1997. h. 35-42. 11. American Psychiatric Association. Practice Guideline for the Treatment of Patients with Schizophrenia. Edisi kedua. Washington DC, 2004. h. 35, 12, 20, 23. 12. Kane JM, Marder SR. Schizophrenia : Somatic Treatment. Dalam : Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi kedelapan. Vol I. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 1467-75. 13. Meltzer HY, Fatemi SH. Schizophrenia. Dalam : Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B, eds. Current Diagnosis & Treatment in Psychiatry.

38 International Edition 2000. Singapore : Lange Medical Books/McGrawHill, 2000. h. 260. 14. Peuskens J. The Evolving Definition of Treatment Resistance. J Clin Psychiatry 1999; 60 (suppl 12) : 4-8. 15. Davis JM, Chen N. Clinical Profile of an Atypical Antipsychotic : Risperidone. Schizophrenia Bulletin, 2002; 28, 1 : 43-61. 16. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga, Jakarta, 2001. p. 14-22. 17. Expert Consensus Guidelines for the Treatment of Schizophrenia 1999. J Clin Psychiatry 1999; 60 (suppl 11). p. 16 18. Gelder M, Gath D, Mayou R, Cowen P. Oxford Textbook of Psychiatry. Edisi ketiga, New York : Oxford Univ Press, 1996. p. 286-8. 19. Bech P, Kastrup M, Rafaelsen OJ. Mini-Compendium of Rating Scales for States of Anxiety, Depression, Mania, Schizophrenia with Corresponding DSM-III Syndromes. Acta Psychiatrica Scandinavica 1986; 73 (suppl 326). P. 7, 9-10, 23. 20. Blacker D. Psychiatric Rating Scale. Dalam : Sadock BJ, Sadock VA, eds. Vol I. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi kedelapan. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 2005. h. 938-43. 21. Van Kammen DP, Marder SR. Serotonin-Dopamine Antagonists. Dalam : Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol II. Edisi kedelapan. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 2914-37 22. Arana GW, Rosenbaum JF. Handbook of Psychiatric Drug Therapy. Edisi keempat. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins,2000:h. 9, 37

23. Janicak PG, Davis JM, Preskom SH, Ayd FJ, Marder SR, Pavuluri MN. Principles and Practice of Psychopharmacotherapy. Edisi keempat. Philadelphia: Williams & Wilkins. 2006. h.103 24. Portney LG, Watkins MP. Foundation Of Clinical Research. Edisi kedua. Upper Saddle River, New Jersey. 2000. h. 193-4 25. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Sagung Seto. Jakarta 2008. h. 88

39 26. Zhang JZ, Hou YZ, Wang XL, Hong X. Risperidone For The Treatment Of Schizophrenia. Hong Kong Journal of Psychiatry. 1998. 8 (1) : 30-1 27. Herz IH, Merder SR. Schizophrenia Comprehensive Treatment and Management. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2002.h.107 28. Volk DW, Lewis DA. Schizophrenia. Dalam: The Moleculer and Genetic Basis of Neurologic and Psychiatric Disease. Rosenberg et al. Edisi keempat. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2008. h.788-801. 29. Simanjuntak YP. Faktor Terjadinya Relaps pada Pasien Skizofrenia Paranoid. Tesis Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Oktober. 2008

LAMPIRAN 1 Pedoman Diagnostik Skizofrenia Berdasarkan PPDGJ III F20 Skizofrenia Walaupun tidak ada gejala-gejala yang patognomonik khusus, dalam praktik terdapat manfaat bila membagi gejala-gejala skizofrenik ke dalam

40 kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama, misalnya : a. thought echo, thought insertion atau withdrawal, dan thought

broadcasting; b. waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity, yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional; c. suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh; d. waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain); e. halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus;

f. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

41 g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan stupor; h. gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; i. suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial. Pedoman Diagnostik Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada sedikitnya 1 gejala tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya 2 gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit 2 gejala dari kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu 1 bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan gejala tersebut tetapi yang lamanya kurang dari 1 bulan (baik diobati atau tidak) harus didiagnosis pertama kali sebagai gangguan psikotik lir skizofrenia akut (F23.2) dan baru diklarifikasi ulang kalau gejalagejala tersebut menetap selama kurun waktu yang lebih lama. Diagnosis skizofrenia tidak boleh dibuat bila terdapat secara luas gejalagejala depresif atau manik kecuali bila memang jelas, bahwa gejala-gejala skizofrenik itu mendahului gangguan afektif tersebut. Bila gejala-gejala

42 skizofrenik dan afektif berkembang bersama-sama secara seimbang dan sama banyak, maka diagnosis gangguan skizoafektif (F25.-) harus dibuat, walaupun gejala-gejala skizofrenik itu saja cukup beralasan untuk menegakkan diagnosis skizofrenia. Skizofrenia tidak boleh didiagnosis bila terdapat penyakit otak yang nyata, atau dalam keadaan intoksikasi atau lepas zat (withdrawal). Gangguan serupa yang timbul pada epilepsi atau penyakit otak lain harus diberi kode F06.2 dan yang diinduksi oleh obat-obatan diberi kode F1x.5.

F20.0 Skizofrenia Paranoid Beberapa contoh dari gejala-gejala paranoid yang paling umum : a. waham-waham kejaran, rujukan (reference), exalted

birth (merasa dirinya tinggi, istimewa), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan; b. suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau

memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing); c. halusinasi pembauan atau pengecapan-rasa, atau

bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. Pedoman Diagnostik Kriteria umum diagnosis skizofrenia (lihat F20 di atas) harus dipenuhi. Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus menonjol, sedangkan gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata. Halusinasi biasanya seperti yang diuraikan dalam butir (b) dan (c) tersebut di atas. Waham dapat berupa hampir setiap jenis

43 tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi (influence), atau passivity, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas, dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tak

bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta umumnya mannerisme. Suasana perasaan (mood) pasien dangkal dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan berpuas-diri (selfsatisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap yang angkuh/agung (lofty manner); tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan yang hipokondrik, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases). Proses pikir

mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Ada kecenderungan untuk tetap menyendiri (solitary), dan perilaku tampak hampa tujuan dan hampa perasaan. Bentuk skizofrenia ini biasanya mulai antara umur 15 dan 25 tahun, cenderung mempunyai prognosis yang buruk akibat berkembangnya secara cepat gejala negatif, terutama

mendatarnya afek dan semakin berkurangnya dorongan kehendak (loss of volition). Pedoman Diagnostik Kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia (lihat F20 di atas) harus dipenuhi. Biasanya diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda. Kepribadian pramorbid secara khas, tetapi tidak selalu, pemalu dan menyendiri (solitary). Untuk diagnosis

44 hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa perilaku yang khas seperti diuraikan di atas memang benar bertahan.

F20.2 Skizofrenia Katatonik Pedoman Diagnostik Kriteria umum untuk suatu diagnosis skizofrenia (lihat F20 di atas) harus dipenuhi. Gejala katatonik terpisah yang bersifat sementara dapat terjadi pada setiap subtipe skizofrenia, tetapi untuk diagnosis skizofrenia katatonik satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : a. stupor (amat berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme; b. kegelisahan (aktivitas motor yang tampak tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal); c. berpose (secara sukarela mengambil dan mempertahankan sikap tubuh tertentu yang tidak wajar atau bizarre); d. negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap semua instruksi atau upaya untuk digerakkan, atau bergerak ke arah yang berlawanan); e. rigiditas (mempertahankan sikap tubuh yang kaku melawan upaya untuk menggerakannya); f. waxy flexibility (mempertahankan posisi anggota gerak dan tubuh yang dilakukan dari luar); dan g. gejala-gejala lain seperti otomatisme terhadap perintah (command

automatism : ketaatan secara otomatis terhadap perintah), dan perseverasi kata-kata serta kalimat-kalimat. F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

45 Pedoman Diagnostik Kategori ini disediakan untuk gangguan yang : a. memenuhi kriteria diagnostik untuk sizofrenia; b. tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik atau katatonik; c. tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pascaskizofrenia.

F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia Pedoman diagnostik Diagnosis ini ditegakkan hanya kalau : a. pasien telah menderita gangguan skizofrenik yang memenuhi kriteria umum skizofrenia (lihat F20 di atas) selama 12 bulan terakhir; b. beberapa gejala skizofrenik masih tetap ada; dan c. gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk suatu episode depresif (F32.-) dan telah ada untuk waktu sedikitnya 2 minggu.

F20.5 Skizofrenia Residual Pedoman Diagnostik Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi : a. gejala negatif skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak

46 mata, modulasi suara dan sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk; b. sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia; c. sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif skizofrenia; d. tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan hendaya negatif tersebut.

F20.6 Skizofrenia Simpleks Pedoman Diagnostik Skizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan, karena tergantung pada pemastian perkembangan yang berjalan perlahan, progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual (lihat F20.5 di atas) tanpa riwayat halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya, dan disertai dengan perubahanperubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara sosial.

F20.8 Skizofrenia Lainnya Termasuk : skizofrenia senestopatik gangguan skizofreniform YTT Tak termasuk : gangguan lir-skizofrenia akut (F23.2)

47 skizofrenia siklik (F25.2) skizofrenia laten (F23.2) F20.9 Skizofrenia YTT


Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta, 1993 : 105-18.9

LAMPIRAN 2

48 Skala Penilaian Psikiatrik Singkat (Brief Psychiatric Rating Scale / BPRS) Ajukan semua pertanyaan dengan Selama seminggu terakhir apakah anda ... 1. Perhatian somatik* : Derajat perhatian terhadap kesehatan fisik sekarang. Penilaian terhadap derajat dimana kesehatan fisik dirasakan sebagai suatu masalah oleh pasien, baik keluhan-keluhan tersebut memiliki suatu dasar yang nyata maupun tidak. Jangan menilai laporan tentang gejala-gejala somatik belaka. Hanya menilai perhatian kepada (atau kekhawatiran tentang) masalah-masalah fisik (nyata atau khayalan). Penilaian berdasarkan keterangan yang dilaporkan (subyektif) sehubungan dengan keadaan seminggu terakhir. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : kadang-kadang sedikit perhatian terhadap fisik, gejala-gejala atau penyakit fisik 3 = Ringan : kadang-kadang perhatian sedang, atau sering sedikit perhatian 4 = Sedang : kadang-kadang sangat perhatian, atau sering perhatian 5 6 7 9 = = = = sedang Sedang-berat : sering sangat perhatian Berat : sangat perhatian pada kebanyakan waktu Sangat berat : sangat perhatian hampir sepanjang waktu Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 2. Ansietas* : Khawatir, takut atau perhatian berlebihan terhadap masa sekarang atau masa depan. Penilaian hanya berdasarkan laporan verbal dari pengalaman subyektif pasien sendiri dalam seminggu terakhir. Jangan menduga adanya ansietas dari tanda-tanda fisik atau dari mekanisme pertahanan neurotik. Jangan menilai jika dijumpai keterbatasan terhadap perhatian somatik. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : kadang-kadang merasakan sedikit cemas 3 = Ringan : kadang-kadang merasakan kecemasan sedang, atau sering merasakan sedikit cemas 4 = Sedang : kadang-kadang merasakan sangat cemas, atau sering merasakan kecemasan sedang

49 5 6 7 9 = = = = Sedang-berat : sering merasakan sangat cemas Berat : merasakan sangat cemas pada kebanyakan waktu Sangat berat : merasakan sangat cemas hampir sepanjang waktu Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 3. Penarikan emosional : kekurangan ini meliputi Kekurangan kurang/tiadanya dalam kontak hubungan mata, dengan kegagalan

pewawancara dan terhadap situasi wawancara. Manifestasi yang jelas dari mengorientasikan diri kepada pewawancara, dan kekurangan secara umum dari keterlibatan atau keikutsertaan dalam wawancara. Bedakan dengan afek tumpul, dimana dinilai kekurangan dalam ekspresi wajah, gerak-isyarat tubuh, dan pola suara. Penilaian berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama wawancara. 1 = Tidak teramati 2 = Sangat ringan : misalnya, kadang-kadang menunjukkan kurangnya kontak mata 3 = Ringan : misalnya, seperti di atas, tetapi lebih sering 4 = Sedang : misalnya, menunjukkan sedikit kontak mata, tetapi masih terlihat seperti terlibat dalam wawancara dan berespons sesuai terhadap semua pertanyaan 5 = Sedang-berat : misalnya, menatap lantai atau tidak mengorientasikan diri kepada pewawancara, tetapi masih terlihat seperti memiliki keterlibatan sedang 6 = Berat : misalnya, seperti di atas, tetapi lebih menetap atau mendalam 7 = Sangat berat : misalnya, terlihat berjarak atau berada di luar (ketiadaan total dari hubungan emosional) dan ketidakterlibatan atau ketidakikutsertaan yang tidak proporsional dalam wawancara (Jangan menilai jika diterangkan oleh disorientasi) 4. Disorganisasi konseptual : Derajat perbicaraan yang tidak dapat dimengerti. Meliputi segala jenis gangguan bentuk pikiran (misalnya, asosiasi longgar, inkoherensia, flight of ideas, neologisme). Tidak meliputi sirkumstansialitas atau tekanan bicara belaka, bahkan jika jelas. Jangan menilai berdasarkan kesan-kesan subyektif pasien (misalnya, pikiran saya berpacu. Saya tidak dapat mengendalikan suatu pikiran, pikiran saya bercampur aduk). Penilaian hanya berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama wawancara. 1 = Tidak teramati

50 2 = Sangat ringan : misalnya, sedikit samar, tetapi memiliki kemaknaan klinis yang meragukan 3 = Ringan : misalnya, sering samar, tetapi wawancara masih berjalan lancar, kadang-kadang asosiasi melonggar 4 = Sedang : misalnya, kadang-kadang pernyataan tidak relevan, jarang menggunakan neologisme, atau adanya asosiasi longgar yang sedang 5 = Sedang-berat : seperti di atas, tetapi lebih sering 6 = Berat : gangguan bentuk pikiran yang dijumpai pada kebanyakan wawancara dan wawancara sangat terganggu 7 = Sangat berat : sangat sedikit diperoleh keterangan yang koheren 5. Perasaan bersalah : Keprihatinan berlebihan atau penyesalan yang dalam terhadap perilaku masa lalu. Penilaian berdasarkan pengalaman subyektif pasien pada perasaan bersalah seperti yang dibuktikan oleh laporan verbal sehubungan dengan keadaan seminggu terakhir. Jangan menilai perasaan bersalah dari depresi, ansietas atau pertahanan neurotik. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : kadang-kadang merasa sedikit bersalah 3 = Ringan : kadang-kadang merasa bersalah yang sedang, atau sering merasa sedikit bersalah 4 = Sedang : kadang-kadang merasa sangat bersalah, atau sering merasa bersalah yang sedang 5 = Sedang-berat : sering merasa sangat bersalah 6 = Berat : merasa sangat bersalah pada kebanyakan waktu, atau waham bersalah yang terselubung 7 = Sangat berat : menderita sekali oleh perasaan bersalah yang konstan, atau waham bersalah yang pervasive 9 = Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 6. Ketegangan : Penilaian kegelisahan motorik (agitasi) yang teramati selama wawancara. Jangan menilai berdasarkan pengalaman subyektif yang dilaporkan oleh pasien. Abaikan patogenesis yang dicurigai (misalnya diskinesia tardif). 1 = Tidak teramati 2 = Sangat ringan : misalnya, kadang-kadang gelisah 3 = Ringan : misalnya, sering gelisah

51 4 = Sedang : misalnya, kegelisahan yang menetap, atau sering gelisah, mempermainkan tangan dan menarik baju 5 = Sedang-berat : misalnya, gelisah, mempermainkan tangan dan menarik baju yang menetap 6 = Berat : misalnya, tidak dapat duduk diam (yaitu, mesti berjalan mondar mandir) 7 = Sangat berat : misalnya, berjalan mondar-mandir dalam

ketakutan/kekalutan 7. Manerisme dan posturing : Perilaku motorik yang tidak lazim dan tidak alami. Penilaian hanya terhadap abnormalitas gerakan. Jangan menilai peninggian aktivitas motorik disini. Pertimbangkan frekuensi, durasi dan derajat keanehan. Abaikan patogenesis yang dicurigai. 1 = Tidak teramati 2 = Sangat ringan : perilaku aneh tetapi kemaknaan klinisnya diragukan, misalnya kadang-kadang tersenyum yang tidak tepat, gerakan bibir yang jarang 3 = Ringan : perilaku aneh tetapi tidak jelas bizarre-nya, misalnya menggelengkan kepala (ke kanan-kiri) secara ritmik yang jarang, gerakan jari abnormal yang sebentar-sebentar 4 = Sedang : misalnya, mengambil posisi tidak alami untuk waktu singkat, menjulurkan lidah, menggoyangkan badan, wajah menyeringai yang jarang 5 = Sedang-berat : misalnya, mengambil dan mempertahankan posisi tidak alami sepanjang wawancara, gerakan tidak lazim dari beberapa area tubuh 6 = Berat : seperti di atas, tetapi lebih sering, hebat atau pervasive 7 = Sangat berat : misalnya, postur aneh sepanjang wawancara, gerakan tidak lazim dari beberapa area tubuh yang berkelanjutan 8. Kebesaran* : Harga diri (kepercayaan diri) yang melambung, atau penilaian tentang kecakapan, kekuatan, kemampuan, kepandaian, pengetahuan, kepentingan atau identitas diri yang melambung. Jangan menilai kualitas kebesaran yang diklaim belaka (misalnya, Saya adalah orang yang paling berdosa di dunia, Seluruh orang di negeri ini mencoba membunuh saya) kecuali bila perasaan bersalah/persekusi berhubungan dengan atribut individu yang berlebih-lebihan dan khusus. Juga, pasien harus mengklaim atribut yang berlebih-lebihan : misalnya, jika pasien menyangkal kecakapan, kekuatan dan lain-lain, bahkan jika dia menyatakan bahwa

52 orang lain menunjukkan bahwa dia memiliki atribut ini, nomor ini tidak boleh dinilai. Penilaian hanya berdasarkan keterangan yang dilaporkan (subyektif) sehubungan dengan keadaan seminggu terakhir. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : misalnya, lebih percaya diri dibandingkan dengan kebanyakan orang, tetapi hanya mungkin (possible) memiliki kemaknaan klinis 3 = Ringan : misalnya, adanya (pasti) harga diri yang melambung atau kecakapan yang berlebihan di luar proporsi terhadap keadaan sebenarnya 4 = Sedang : misalnya, harga diri yang melambung jelas-jelas di luar proporsi terhadap keadaan sebenarnya atau dicurigai adanya waham kebesaran 5 = Sedang-berat : adanya satu (pasti) waham kebesaran yang terselubung atau waham kebesaran terselubung yang multipel (pasti), atau waham kebesaran terfragmentasi (tidak lengkap) yang multipel (pasti) 6 = Berat : misalnya, adanya satu (pasti) waham/sistem waham kebesaran, atau waham kebesaran yang multipel (pasti) dimana pasien kelihatan terpreokupasi dengannya 7 = Sangat berat : misalnya, seperti di atas, tetapi hampir keseluruhan pembicaraan ditujukan kepada waham kebesaran pasien 9 = Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 9. Mood depresif* : Laporan subyektif dari perasaan depresif, murung, sedih, dan lain-lain. Penilaian hanya pada derajat depresi yang dilaporkan. Jangan menilai berdasarkan kesimpulan sehubungan dengan depresi melalui retardasi umum dan keluhan-keluhan somatik. Penilaian berdasarkan keterangan yang dilaporkan (subyektif) sehubungan dengan keadaan seminggu terakhir. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : kadang-kadang merasa sedikit depresi 3 = Ringan : kadang-kadang merasa depresi sedang, atau sering merasa sedikit depresi 4 = Sedang : kadang-kadang merasa sangat depresi, atau sering merasa depresi sedang 5 = Sedang-berat : sering merasa sangat depresi

53 6 = Berat : merasa sangat depresi pada kebanyakan waktu 7 = Sangat berat : merasa sangat depresi hampir sepanjang waktu 9 = Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 10. Permusuhan* : Kebencian, mencela, berkelahi, menghina orang lain diluar situasi wawancara. Penilaian hanya berdasarkan laporan verbal mengenai perasaan dan tindakan pasien terhadap orang lain selama seminggu terakhir. Jangan menduga permusuhan dari pertahanan neurotik, ansietas, keluhan-keluhan somatik. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : kadang-kadang merasa sedikit marah 3 = Ringan : sering merasa sedikit marah atau kadang-kadang merasa marah sedang 4 = Sedang : kadang-kadang merasa sangat marah, atau sering merasa marah sedang 5 = Sedang-berat : sering merasa sangat marah 6 = Berat : bertindak atas kemarahannya dengan menjadi kasar secara verbal atau fisik pada satu atau dua kesempatan 7 = Sangat berat : bertindak atas kemarahannya pada beberapa kesempatan 9 = Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 11. Kecurigaan* : Keyakinan (waham atau sebaliknya) yang dimiliki orang lain saat ini, atau dimiliki pada masa lalu, dendam atau maksud diskriminatif terhadap pasien. Berdasarkan laporan verbal, penilaian hanya terhadap kecurigaan yang sedang berlangsung, baik berhubungan dengan peristiwa masa lalu maupun sekarang. Penilaian berdasarkan keterangan yang dilaporkan terakhir. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : jarang dijumpai kejadian akan ketidakpercayaan dimana mungkin atau tidak mungkin digaransi oleh situasi 3 = Ringan : kadang-kadang dijumpai kejadian akan ketidakpercayaan yang pasti tidak digaransi oleh situasi 4 = Sedang : lebih sering dijumpai kecurigaan, atau ide referensi yang sementara (subyektif) sehubungan dengan keadaan seminggu

54 5 = Sedang-berat : kecurigaan pervasif, sering dijumpai ide referensi, atau suatu waham terselubung 6 = Berat : pasti dijumpai waham referensi atau persekutorik yang tidak sepenuhnya pervasif (misalnya, suatu waham terselubung) 7 = Sangat berat : seperti di atas, tetapi lebih luas, sering atau hebat 9 = Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 12. Perilaku halusinatorik* : Persepsi (dalam segala modalitas sensorik) dalam ketiadaan rangsangan eksternal yang dapat diidentifikasi. Penilaian hanya pada pengalaman-pengalaman yang telah terjadi selama seminggu terakhir. Jangan menilai suara di dalam kepala atau visi di dalam otak kecuali bila pasien dapat membedakan antara pengalaman ini dan pikirannya. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : hanya dicurigai adanya halusinasi 3 = Ringan : adanya halusinasi yang pasti, tetapi tidak bermakna, tidak sering, atau sementara (misalnya, halusinasi penglihatan tak berbentuk yang jarang, suara memanggil nama pasien) 4 = Sedang : seperti di atas, tetapi lebih sering atau luas (misalnya, sering melihat wajah hantu, dua suara yang berbicara panjang lebar) 5 = Sedang-berat : halusinasi dialami hampir setiap hari, atau merupakan suatu sumber distres yang hebat 6 = Berat : seperti di atas, dan telah memiliki pengaruh sedang pada perilaku pasien (misalnya, kesulitan berkonsentrasi yang mengakibatkan hendaya fungsi pekerjaan) 7 = Sangat berat : seperti di atas, dan telah memiliki pengaruh berat (misalnya, tindakan bunuh diri sebagai respons terhadap halusinasi perintah) 9 = Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 13. Retardasi motorik : Pengurangan dalam tingkat energi yang dibuktikan dari perlambatan pergerakan. Penilaian hanya berdasarkan perilaku pasien yang teramati. Jangan menilai berdasarkan kesan subyektif pasien mengenai tingkat energi dirinya. 1 = Tidak teramati

55 2 = Sangat ringan dan memiliki kemaknaan klinis yang meragukan 3 = Ringan : misalnya, pembicaraan sedikit melambat, pergerakan sedikit melambat 4 = Sedang : misalnya, pembicaraan jelas melambat tetapi tidak tertekan 5 = Sedang-berat : pembicaraan tertekan, berjalan sangat lambat 6 = Berat : misalnya, pembicaraan sulit dipertahankan, sulit berlangsung secara keseluruhan 7 = Sangat berat : misalnya, pembicaraan hampir tidak memungkinkan, tidak berlangsung secara keseluruhan selama wawancara 14. Ketidakkoperatifan : Dijumpai bukti resistensi, tidak bersahabat,

kemarahan, dan kurang bersedia bekerja sama dengan pewawancara. Penilaian hanya berdasarkan sikap dan respons pasien kepada pewawancara dan situasi wawancara. Jangan menilai berdasarkan kemarahan atau ketidakkoperatifan yang dilaporkan di luar situasi wawancara. 1 2 3 4 = = = = Tidak dilaporkan Sangat ringan : misalnya terlihat tidak termotivasi Ringan : misalnya, terlihat mengelak pada area tertentu Sedang : misalnya, kegagalan bersuku satu (monosilabus) untuk

memerinci secara spontan, sedikit tidak bersahabat 5 = Sedang-berat : misalnya, mengekspresikan kemarahan dan tidak bersahabat sepanjang wawancara 6 = Berat : misalnya, menolak menjawab sejumlah pertanyaan 7 = Sangat berat : misalnya, menolak menjawab kebanyakan pertanyaan 15. Isi pikiran yang tidak lazim : Keparahan segala jenis waham pertimbangkan keyakinan dan efek pada tindakan. Dianggap memiliki keyakinan penuh bila pasien telah bertindak atas keyakinannya. Penilaian hanya berdasarkan keterangan yang dilaporkan (subyektif) sehubungan dengan keadaan seminggu terakhir. 1 = Tidak dilaporkan 2 = Sangat ringan : dicurigai adanya waham atau menyerupai waham 3 = Ringan : pada saat itu, pasien mempertanyakan keyakinannya (waham parsial) 4 = Sedang : keyakinan penuh yang bersifat waham, tetapi waham memiliki sedikit atau tidak ada pengaruh pada perilaku 5 = Sedang-berat : keyakinan penuh yang bersifat waham, tetapi waham hanya memiliki pengaruh yang jarang pada perilaku 6 = Berat : waham memiliki efek bermakna, misalnya mengabaikan tanggung jawab karena memiliki preokupasi dengan keyakinan

56 bahwa dia adalah Tuhan 7 = Sangat berat : waham memiliki pengaruh besar, misalnya berhenti makan karena yakin bahwa makanan beracun 9 = Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai 16. Afek tumpul : Pengurangan responsivitas afektif, yang ditandai oleh defisit dalam ekspresi wajah, gerak-isyarat tubuh dan pola suara. Bedakan dari penarikan emosional, yang terfokus pada hendaya interpersonal daripada afek. Pertimbangkan derajat dan konsistensi hendaya. Penilaian berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama wawancara. 1 = Tidak teramati 2 = Sangat ringan : misalnya, kadang-kadang terlihat acuh tak acuh kepada materi, yang umumnya disertai oleh beberapa tampilan emosi 3 = Ringan : misalnya, sedikit pengurangan ekspresi wajah, atau sedikit suara monoton atau sedikit gerak-isyarat tubuh yang terbatas 4 = Sedang : misalnya, seperti di atas, tetapi lebih hebat, lama atau sering 5 = Sedang-berat : misalnya, pendataran afek meliputi paling sedikit 2 dari 3 gambaran berikut : kekurangan hebat dari ekspresi wajah, suara monoton atau gerak-isyarat tubuh 6 = Berat : misalnya, pendataran afek yang mendalam 7 = Sangat berat : misalnya, suara monoton secara keseluruhan dan kekurangan total dari gerak-isyarat ekspresif sepanjang evaluasi 17. Luapan kegembiraan : Peninggian nada emosional, meliputi iritabilitas dan luapan perasaan (afek hipomanik). Jangan menduga afek dari pernyataan tentang waham kebesaran. Penilaian berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama wawancara. 1 2 3 4 5 = = = = = Tidak teramati Sangat ringan dan memiliki kemaknaan klinis yang meragukan Ringan : misalnya, iritabel atau perasaan meluap-luap pada saat itu Sedang : misalnya, sering iritabel atau perasaan meluap-luap Sedang-berat : misalnya, iritabel atau perasaan meluap-luap secara

konstan; atau pada saat itu, marah atau euforik 6 = Berat : misalnya, marah atau euforik hampir sepanjang wawancara 7 = Sangat berat : misalnya, seperti di atas, tetapi pada derajat tertentu wawancara harus diakhiri sebelum waktunya

57 18. Disorientasi : Kebingungan atau kekurangan asosiasi yang tepat terhadap orang, tempat dan waktu. Penilaian berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama wawancara. 1 2 3 4 5 6 7 9 = = = = = = = = Tidak teramati Sangat ringan : misalnya, terlihat sedikit bingung Ringan : misalnya, menunjukkan 1982 padahal sebenarnya 1983 Sedang : misalnya, menunjukkan 1978 padahal sebenarnya 1983 Sedang-berat : misalnya, tidak yakin dimana dia berada Berat : misalnya, tidak memiliki ide dimana dia berada Sangat berat : misalnya, tidak mengetahui dimana dia berada Tidak dapat dinilai secara adekuat karena terdapat gangguan bentuk pikiran yang berat, tidak koperatif, atau mengelak/berhati-hati yang jelas; atau tidak dinilai * Penilaian terutama berdasarkan laporan verbal
Sumber : Blacker D. Psychiatric Rating Scale. In Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005 : 939-42.20

LAMPIRAN 3 Status Psikiatrik FK USU

Nomor Nama Dokter

: . : . : .

Tanggal : .

58

STATUS

PSIKIATRIK

LABORATORIUM / UPF PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

LABORATORIUM PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

No. Status No. Register

: . : .

Fasilitas Kesehatan : . Tgl. Periksa Tgl. Masuk Tgl. Keluar : . : . : . : . : : .

Status ini adalah milik Lab/UPF Psikiatri FK USU / RS HAM Siapapun dengan alasan apapun tidak diizinkan membawanya

Tgl. Meninggal Tgl. Mutasi Dokter Pemeriksa

Dokter Pengobatan : .

59 keluar dari Lab/UPF Psikiatri FK USU / RS HAM Konsultan : 1. 2. . 3. . Dokter Muda Perawat Petugas Sosial Rujukan Oleh : . : . : . : .

DIAGNOSIS

Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V

: : : : :

KETERANGAN PRIBADI PASIEN Nama (ditulis dengan huruf balok) Jenis Kelamin Tempat & Tanggal Lahir / Umur Status Perkawinan Bangsa Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat & Telepon Nama, Alamat, No. KTP keluarga terdekat di Medan (untuk pasien dari luar kota Medan) Pernah masuk Rumah Sakit dengan keluhan yang sama atau berbeda (jelaskan) : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. .. .. : .. .. .. .. KETERANGAN DIRI ALLO / INFORMAN Nama Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Pendidikan Alamat & Telepon Hubungan dengan pasien Keakraban dengan pasien Sudah berapa lama mengenal pasien Kesan pemeriksa / dokter terhadap keterangan yang diberinya : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. : .. ..

61 I. ANAMNESIS Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini): 1. 2. Pasien Sendiri (autoanamnesis) Informan (alloanamnesis)

Bila keterangan yang diperolah melebihi ruangan / kolom yang tersedia maka dapat dilanjutkan pada halaman sebelah kiri dengan mencantumkan nomor dari topik yang ditanyakan 2. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari

pada huruf yang sesuai) a. Sendiri b. Keluarga c. Polisi d. Jaksa / hakim e. Dan lain-lain 2. Sebab utama pasien datang meminta pertolongan di Laboratorium Psikiatri atau diopname (dengan kata-kata singkat saja)

3. berlangsung

Keluhan utama pasien dan telah berapa lama keadaan ini

4.

Riwayat perjalanan penyakit sekarang ini. Buat laporan

singkat secara kronologis dari awal sampai keadaan saat ini yang meliputi : kapan terjadinya, gejala-gejala utama, bagaimana perjalanan penyakitnya, apakah pernah mendapat pengobatan (dokter atau bukan dokter) dan

62 bagaimana hasilnya (apakah pernah sembuh, makin parah atau tidak ada perubahan) 5. Riwayat penyakit sebelumnya (bila ada). Berikan

keterangan tentang serangan pertama pada usia berapa, adakah faktor pencetus dan/atau trauma psikis sebagai penyebab, sudah berapa kali serangan dengan yang sekarang ini dan berikan gambaran klinik mengenai serangan terdahulu itu. 6. Riwayat keluarga OS : Orang tua / Pengganti Bapak Ibu Bangsa : ... Suku : ... Agama : ... Pendidikan : ... Pekerjaan : ... Umur : ... Alamat : ... Hubungan dengan OS* Akrab Akrab Biasa Biasa Kurang Kurang Tak Peduli Tak Peduli Dan lain-lain : ... . b. Kepribadian Bapak ( Dijelaskan oleh . ) Pemalas**( ), Pendiam ( ), Pemarah ( ), Mudah tersinggung ( ), Tak suka bergaul ( ), Banyak teman ( ), Pencuriga ( ), Pemalu ( ), Perokok berat ( ), Egois ( ), ), Penjudi ( ), Peminum ( ), Pencemas ( ), Penyedih ( ), Perfeksionis ( ), Dramatisasi ( ), Pencemburu ( Penakut ( ), Tak bertanggung jawab ( ). Ibu ( Dijelaskan oleh .. ) Pemalas** ( ( ), Pendiam ( ), Pemarah ( ), Mudah tersinggung ( ), Penyedih ( ), Pencemburu ( ), ), ), Tak suka bergaul ( ), Penjudi ( Perfeksionis ( ), Banyak teman ( ), Peminum ( ), Dramatisasi ( ), ), Pemalu ( ), Perokok berat IDENTITAS a. Identitas orang tua / pengganti

), Pencemas ( Pencuriga (

Egois ( ), Penakut ( ), Tak bertanggung jawab ( ). c. OS bersaudara . orang dan OS anak ke .

63 *) coret yang tidak perlu **) diisi dengan tanda (+) atau (-) d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung, untuk OS sendiri lingkari nomornya. 1. lk / pr ( 4. lk / pr ( 7. lk / pr ( ) ) ) 2. lk / pr ( 5. lk / pr ( 8. lk / pr ( ) ) ) 3. lk / pr ( 6. lk / pr ( 9. lk / pr ( ) ) )

e. *Gambaran kepribadian masing-masing saudara OS dan hubungan OS terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang ditanyakan serupa dengan yang ditanyakan pada gambaran kepribadian pada orang tua. Saudara ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambaran kepribadian Hubungan OS dengan saudara .... ... .. ... ... ... ... ... ..

f. *Orang lain yang tinggal di rumah OS dengan gambaran kepribadiannya dan bagaimana hubungan OS dengan mereka. No Status OS Gambaran Hubungan OS dengannya kepribadiannya dengannya 1 . . . . . . 2 . . . . . . 3 . .. . . . . *) untuk (e) dan (f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

64 g. Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga OS : Anggota keluarga Bapak Ibu Saudara 1 2 3 4 Nenek Kakek Dan lain-lain Penyakit Kebiasaan Penyakit fisik .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. jiwa kebiasaan . .. .... .. . .. . .. . .. . .. .... .. .... .. .... .. .... .. h. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami OS : No 1 2 3 7. Rumah Tempat Tinggal . Tenang .

Keadaan Rumah Cocok Nyaman . .

Tak Menentu ... ... ...

Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang

bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan OS selama masa sebelum sakit (pramorbid) yang meliputi : a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik : .. .. a.2.) : Kesehatan mental Keadaan melahirkan : : .. .. aterm ( ), lahir biasa ( ) (bila negatif sebutkan jenis tindakannya) OS anak yang direncanakan / diinginkan : ( ) b. Riwayat masih bayi dan kanak-kanak : Pertumbuhan fisik : baik, biasa, kurang* Minum ASI Usia mulai bicara : ( ) sampai usia . : . tahun . bulan dan/atau kondisi-kondisi mental yang sedang diderita si ibu) a.1.) : Kesehatan fisik

65 Usia mulai berjalan : . tahun . bulan sukar makan ( ), anoreksia nervosa ( ), bulimia ( ), pika ( ), gangguan hubungan ibu-anak ( ), pola tidur baik ( ), cemas terhadap orang asing ( ), cemas perpisahan ( ), dan lain-lain. c. Simtom-simtom sehubungan dengan masalah perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak, misalnya : mengisap jari ( tik ( ), gigit kuku ( ), masturbasi ( ), dan lain-lain. d. Toilet training Umur Tingkah laku orang tua : : ), ngompol ( ), BAB di tempat tidur ( ), night terror ( ), temper tantrum ( ), gagap ( ),

Perasaan terhadap hal ini : e. Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai mengigau ( ), kejang-kejang ( ), demam berlangsung lama ( ), trauma kepala ), disertai hilang kesadaran ( ), dan lain-lain. f. Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( gelisah ( ), overaktif ( ), menarik diri ( ), suka bergaul ( olahraga ( ), dan lain-lain ), suka

g. Masa sekolah SD .... Baik Sedang Kurang Aktifitas sekolah* Baik Sedang Kurang Sikap terhadap teman* Baik Sedang Kurang Sikap terhadap guru* Baik Sedang Kurang Kemampuan khusus ( ) Tingkah laku ( ) *) : coret yang tidak perlu ( ) : diisi (+) atau (-) Perihal Umur Prestasi* SMP .. Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang ( ) ( ) SMA .. Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang ( ) ( ) PT Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang ( ) ( )

66 h. Masa remaja : fobia ( ( ), masturbasi ( ), ngompol ( ), lari dari rumah ), kenakalan remaja ( ), perokok berat ( ), depresi ( ), penggunaan obat ), rasa rendah diri ( ),

terlarang ( ), peminum minuman keras ( ), masalah berat badan ( ), anoreksia nervosa ( ), bulimia ( cemas ( ), gangguan tidur ( ), sering sakit kepala ( ), dan lain-lain. i. Riwayat pekerjaan : usia mulai bekerja .. tahun, kepuasan kerja ( ), pindah-pindah kerja ( ), pekerjaan yang pernah dilakukan keadaan ekonomi* : baik, sedang atau buruk Konflik dalam pekerjaan : ( ), konflik dengan atasan ( ), konflik dengan bawahan ( ), konflik dengan kelompok ( ). j. Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga : usia haid pertama tahun, tanggapan tentang haid pertama sudah / belum tahu*, usia hubungan seksual pertama kali sebelum nikah tahun. Keterangan pribadi dari suami / isteri : Nama Bangsa / suku Pendidikan : . : . : . Umur Agama Pekerjaan : .. : .. : .. ), kawin ),

Status sosial / ekonomi : tinggi, menengah, rendah* Perkawinan didahului dengan pacaran ( paksa ( ), kawin terpaksa ( ), perkawinan kurang disetujui orang tua ( ), kawin lari (

sekarang ini perkawinan yang ... kali. Kepuasan seksual dalam suamiisteri : sering, sesekali, tak pernah*, kelainan hubungan seksual ( ). Kehidupan rumah tangga : rukun ( Keuangan ), masalah rumah tangga ( ) (bila ada jelaskan masalah tersebut di halaman kiri). : kebutuhan sehari-hari terpenuhi ( ) pengeluaran dan pendapatan seimbang ( ) dapat menabung ( ) Mendidik anak : suami-isteri bersama-sama ( ) isteri saja ( ) suami saja ( ) k. Situasi sosial saat ini :

67 2. Tempat tinggal : rumah sendiri ( orang tua ( ( ). 3. Polusi lingkungan : bising ( ), kotor ( ), bau ( ), ramai ( ). *) coret yang tidak perlu l. Perihal anak-anak OS meliputi :
No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis kel Umur ... ... ... ... ... ...... ... PendiDikan .. .. .. .. .. .. .. Kepribadian ** ... .. .. .. .. .. .. Kesehatan*** Fisik Mental . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .. Sikap OS pd anak@ . . . . . . .

), rumah kontrak (

), rumah

), serumah dengan mertua (

), di asrama / kompleks

**) nyatakan gambaran kepribadian secara umum ***) nyatakan keadaan kesehatan secara umum
@

nyatakan apakah penuh perhatian, biasa atau tidak peduli

m. Kepribadian sebelumnya Kepribadian Skizoid Gambaran klinis : emosi dingin ( ), tidak acuh kepada orang lain ( ), perasaan hangat atau lembut kepada orang lain ( ), sikap acuh tak acuh terhadap pujian, kritik atau perasaan orang lain ( ), kurang teman ( ), pemalu ( ), Paranoid sering melamun ( ). : merasa akan ditipu atau dirugikan ( ), kewaspadaan berlebihan ( ), sikap berjaga-jaga atau menutupnutupi ( ), tidak mau menerima kritik ( ), meragukan kesetiaan orang lain ( ), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( ), perhatian berlebih terhadap motif-motif tersembunyi ( ), cemburu patologik ( ), hipersensitivitas ( ), Skizotipal keterbatasan kehidupan afektif ( ). : pikiran gaib ( ), ide referensi ( ), isolasi sosial ( ), ilusi berulang ( ), pembicaraan yang ganjil ( ), bila bertatap muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak Siklotimik acuh ( ). : ambisi berlebihan ( ), optimis berlebihan ( ), aktivitas seksual berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang

68 merugikan ( ), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktifitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya ( ), melucu berlebihan ( ), kurangnya kebutuhan tidur ( ), pesimis ( ), putus asa ( ), insomnia ( ), hipersomnia ( ), kurang bersemangat ( ), rasa rendah diri ( ), penurunan aktifitas ( ), mudah merasa sedih Histrionik atau menangis ( ), dan lain-lain. : dramatisasi ( ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( ), mendambakan rangsangan aktifitas yang menggairahkan ( ), bereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal sepele ( ), egosentris ( ), suka Narsisistik menuntut ( ), dependen ( ), dan lain-lain. : merasa bangga berlebihan tentang kehebatan dirinya ( ), preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, kecantikan ( ), ekshibisionisme ( ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus menerus ( ), hubungan interpersonal yang eksploitatif ( ), merasa marah, malu, terhina, dan rendah diri bila Anti sosial dikritik ( ), dan lain-lain. : tidak mampu bekerja tetap ( ), tidak mampu berfungsi sebagai orang tua yang bertanggung jawab ( ), tidak menuruti norma-norma sosial ( ), tidak mampu memelihara hubungan dengan pasangannya ( ), iritabel ( ), agresif ( ), impulsif ( ), sering Ambang berbohong ( ), dan lain-lain. : pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( ), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan ( ), gangguan identitas ( ), afek yang tidak mantap ( ), tidak tahan berada sendirian ( ), tindakan mencederai diri sendiri ( ), rasa bosan kronik ( ), dan Menghindar lain-lain. : hipersensitif terhadap penolakan ( lain ( Astenik ), tak ada

kemampuan membentuk hubungan dengan orang ), ada keinginan untuk mendapatkan kasih sayang dan penerimaan orang lain ( ), dan lain-lain. : secara pasif membiarkan orang lain bertanggung

69 jawab untuk aspek-aspek penting dari kehidupannya ( ), menomorduakan kebutuhannya ( ), kurang ), dan lain), terlalu ), percaya akan kemampuan diri sendiri ( Anankastik lain. : sangat konvensional ( formal ( ), kikir (

), sangat serius (

), perfeksionis (

), mendesak

orang lain untuk melaksanakan pekerjaannya ( mengenyampingkan Pasif agresif kesenangan dan

pengabdian berlebihan terhadap pekerjaan sehingga nilai-nilai hubungan interpersonal ( ), dan lain-lain. : resistensi terhadap tuntutan dalam fungsi pekerjaan atau sosial ( kepala ( lain. 8. Stresor psikososial : ), sering mengulur waktu ( ), keras ), sering mengatakan lupa ( ), dan lain-

Pertunangan ( ), perkawinan ( ), ketidaksesuaian ( ), perceraian ( ), kawin paksa ( ), kawin lari ( ), kawin terpaksa ( ), kawin gantung ( ), kematian pasangan ( mertua ( ( ), masalah mempunyai anak ( ), anak sakit ( ), persoalan dengan anak ( ), persoalan dengan orang tua ( ), persoalan dengan

), kawan dekat atau kekasih sakit ( ), pindah kerja (

), pertengkaran dengan ), ), ),

kawan dekat, kekasih, atasan atau bawahan ( ), mulai pertama kali bekerja ), masuk sekolah ( ), persiapan masuk pensiun ( ), pindah ke kota lain ( ), usaha bangkrut ( pensiun ( ), berhenti bekerja ( ), masalah di sekolah ( ), masalah jabatan dan kenaikan pangkat ( transmigrasi ( ekonomi yang kurang ( ), pindah rumah ( ), memiliki hutang ( ), pencurian ( ), perampokan ( ), ancaman ( ), keadaan

masalah warisan ( ), mengalami tuntutan hukum ( ), masuk penjara ( ), memasuki masa pubertas ( ), memasuki usia dewasa ( ), menopause ( ), mencapai usia 50 tahun ( ), menderita penyakit fisik yang parah ( ), kecelakaan ( ), pembedahan ( ), abortus ( ), hubungan dingin atau buruk antar orang tua ( ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam anggota keluarga ( ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua ), sikap orang tua yang dingin atau acuh tak ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap atau oleh kakek / nenek ( acuh terhadap anak ( anak (

), campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orang tua

70 terhadap anak ( ), orang tua yang jarang berada di rumah ( ), terdapatnya isteri lain ( ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( ), kontrol yang tidak cukup ( ), kurang stimulasi kognitif atau sosial ( ), bencana alam ( ), amukan massa ( ), diskriminasi sosial ( ), perkosaan ( ), tugas militer ( ), kehamilan ( ), dan melahirkan di luar perkawinan ( ). 9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita OS yang ), trauma kepala disertai dengan gangguan ), kejang-kejang ( ), diabetes

mungkin ada kaitannya dengan gangguan kejiwaan (setelah melewati usia kanak-kanak) : kelumpuhan ( kesadaran ( ), sakit kepala yang hebat (

mellitus ( ), tumor ( ), dan lain-lain. 10. Ide bunuh diri ( ) dan percobaan bunuh diri ( ),

kemungkinan penyebab ide bunuh diri.... Pernah berhubungan dengan polisi / penegak hukum ( ). Pada usia tahun, frekuensi . kali. 11. Riwayat penggunaan zat : ( ), pada usia

.. tahun. II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS A. Gambaran Umum 1. Penampilan : Sikap tubuh : biasa ( ), diam ( ), aneh ( ). Cara berpakaian : rapi ( ), biasa ( ), tak menentu ( ), kotor ( ). Kesehatan fisik : terlihat sehat ( kelihatan seperti pria ( basah ( 2. ), pucat ( ), lemas ( ), marah ( ), takut ( ), apatis ( ), kelihatan seperti tua ( ), kelihatan seperti muda ( ), ), kelihatan seperti wanita ( ), gelisah ( ), telapak tangan ), suara ), dahi berkeringat ( ), sikap tegang (

tertahan ( ), mata terbelalak ( ), kaku ( ), berubah-ubah ( ). Tingkah laku dan aktivitas psikomotor Cara berjalan : sempoyongan ( ), biasa ( ), kaku ( ), berlebih-lebihan ( ), gait ( ), dan lain-lain. mannerisme ( ), tik ( ), stereotipi ( ), ekhopraksia ( ), kikuk ( ), cekatan ( ), lemah lembut ( ), hipoaktif ( ), stupor ( ), hiperaktif ( ),

71 agitasi ( 3. ), tremor ( ), destruktif ( ), badannya bisa dibentuk ( ), gelisah ( ), dan lain-lain. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif ( ), penuh perhatian ( ), berterus terang ( ), menggoda ( ), bermusuhan ( ), suka main-main ( ), berusaha supaya disayangi ( ), selalu menghindar ( ), berhati-hati ( ), dependen ( ), infantil ( ), curiga ( ), pasif ( ), dan lain-lain. B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan@ Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat. penekanan pada pembicaraan ( ), bimbang ( ), emosional ( ), monoton ( ), keras ( ), berbisik ( ), bicara tidak terang ( ), komat-kamit ( ), gagap ( ), ekholalia ( ), mudah bicara ( ), spontan ( ). Produktifitas* : menurun, biasa, menaik. sirkumstansialitas ( ), tangensialitas ( ), afasia ( ), bicara kacau ( ), pembicaraan berhenti tiba-tiba ( ), pembicaraan berhenti pelan-pelan ( ). Perbendaharaan bahasa* : banyak, biasa, sedikit.
@

) cantumkan juga satu fragmen pembicaraan khas pasien pada halaman

kiri *) coret yang tidak perlu C. Afek, Mood dan Emosi lainnya Afek : sesuai ( ), afek tidak sesuai ( ), afek biasa ( ), afek terbatas ( ), afek tumpul ( ), afek datar ( ), afek labil ( ). Mood : disforik ( elevated ( ), eutimik ( ), ekspansif ( ), iritabel ( ), labil ( ), ), ), euforia ( ), ekstasi ( ), depresi ( ), anhedonia (

dukacita / berkabung ( ), aleksitimia ( ). Emosi lainnya : ansietas ( ), free floating anxiety ( ), agitasi ( ), tension ( ), panik ( ), apati ( ), ambivalensi ( ), agresi ( ), takut ( ), putus asa ( ), marah ( ), merasa kosong ( ), merasa berdosa ( ), malas ( ), merasa sia-sia ( ), merasa rendah diri ( ), simpati ( ), abreaksional ( ). Skala diferensiasi emosi* : sempit, luas. D. Pikiran Banyak ide ( ), flight of ideas ( ), inkoherensia ( ), pikiran cepat ( ), pikiran lambat ( ), pikiran bimbang ( ), spontanitas ( ), relevansi

menjawab pertanyaan (

), asosiasi yang longgar (

), hubungan sebab

72 akibat ( ), logis ( ), tangensialitas ( ), sirkumstantialitas( ), menyimpang dari pokok pembicaraan ( ), selalu memberikan alasan ( ). Perseverasi ( association ( obsesi ( ), blocking ( ), distraktibilitas ( ), word salad ( ), clang ), ), ), neologisme ( ), preokupasi tentang penyakitnya ( ), pikiran homicide (

), fobia (

), pikiran bunuh diri (

hipokondriasis ( ), dorongan anti sosial ( ),

waham ( ), bila ada waham

maka tentukan : isinya . .. waham sistematis ( ), sikap pasien terhadap waham tersebut ), thought broadcast ( ), ideas of reference ( ), thought ), ideas of ...... pikiran yang dikontrol dari dunia luar ( insertion ( ), thought withdrawal (

influence ( ), pembentukan konsep ( ), autisme ( ). E. Gangguan persepsi Halusinasi ( ) jenisnya Ilusi ( ) jenisnya ... depersonalisasi ( ), derealisasi ( ). F. Mimpi dan fantasi (jelaskan) Mimpi : Fantasi : G. Sensorium 1. Alertness : composmentis ( ), somnolens ( ), stupor ( ), berkabut ( ), fugue state ( ), koma ( ), dan lain-lain. 2. Orientasi : gangguan orientasi waktu ( ), gangguan orientasi tempat ( ), gangguan orientasi personal ( ). 3. Konsentrasi dan kalkulasi : baik, terganggu* 4. Memori : gangguan memori jauh ( ), gangguan memori agak lama ( ), gangguan memori baru saja ( ), gangguan memori segera ( ). 5. Pengetahuan umum : baik, terganggu* 6. Pikiran abstrak : baik, terganggu* H. Insight :

73 I. Judgment : Judgment sosial : baik, terganggu* Tes judgment : baik, terganggu* J. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri sendiri : baik, terganggu*. K. Tulisan / karangan / gambar yang dibuat pasien sendiri.

*) : coret yang tidak perlu L. Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya. III. PEMERIKSAAN INTERNA

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIK

V.

PEMERIKSAAN

LABORATORIUM

DAN

DIAGNOSTIK

KHUSUS

LAINNYA

VI. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG / PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN

VII. RESUME

VIII. DIAGNOSIS : Aksis I Aksis II

: :

74 Aksis III Aksis IV Aksis V : : :

IX. DIAGNOSIS BANDING :

1. 2. 3.

X. PSIKODINAMIKA

XI. TERAPI

XII. USUL : 1. Pemeriksaan prosedur spesialistik lain :

2. Konsultasi pada disiplin medik lain yang diperlukan :

XIII. PENILAIAN PERUBAHAN KEADAAN SECARA KESELURUHAN :

75

LAMPIRAN 4

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN PENGOBATAN RISPERIDON PADA PASIEN SKIZOFRENIK Bapak/ ibu/ saudara/ saudari Yth : Saya dokter Rudyhard Edgar Hutagalung, saya adalah Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Pertama Ilmu Psikiatri, saat ini saya sedang melakukan penelitian Pengobatan Risperidon pada Pasien Skizofrenik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat manfaat pengobatan risperidon pada pasien skizofrenik.. Dari hasil wawancara psikiatrik terhadap pasien dan keluarganya serta pemeriksaan status mental pasien, maka berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ III, pasien dinyatakan menderita skizofrenia. Jika Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari (sebagai keluarga pasien) setuju pasien diikutsertakan dalam penelitian ini, maka kepada Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari (sebagai keluarga pasien) diharap mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian ini.

76 Partisipasi pasien dalam memberi informasi bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari (sebagai keluarga pasien) menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan mendapat sanksi apapun dan pasien tetap akan mempunyai hak sebagai pasien. Semua informasi yang saya peroleh dalam penelitian ini akan saya perlakukan sebagai rahasia. Biaya penelitian tidak dibebankan kepada pasien/ keluarga dan ditanggung oleh peneliti. Kepada pasien akan diberikan pengobatan dengan risperidon oral dengan dosis awal 2 mg sehari (dosis tunggal pada malam hari). Pengaturan dosis selanjutnya akan dilakukan setiap 1-2 minggu sampai pasien mencapai fase stabilisasi, dimana dosis obat tidak akan dinaikkan lagi, dan umumnya keadaan ini akan dicapai setelah pengobatan berjalan 6-8 minggu. Pengobatan dengan risperidon kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping pada dosis tertentu, berupa parkinsonisme (tremor, rigiditas dan bradikinesia), distonia dan akatisia. Apabila efek samping ini ditemui pada pasien, maka kepada pasien akan diberikan tambahan obat trihexipenidil. Jika selama menjalani penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan dengan penelitian ini, maka saudara dan pasien dapat menghubungi saya : dr. Rudyhard EH, Departemen Psikiatri FK USU, telepon (061) 66480555 atau telepon genggam 081362162220. Terimakasih

77

LAMPIRAN 5 SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jenis kelamin Umur Pekerjaan Alamat : : : : :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas serta memahami mengenai penelitian Pengobatan Risperidon pada pasien Skizofrenik dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini

78 saya sebagai keluarga calon subjek secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan, ..................................................2009 Yang menyatakan,

(..............................)

LAMPIRAN 6 DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor urut : Nomor MR :

Tanggal :..

A. Data demografik 1. Nama 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Alamat 5. Pekerjaan 6. Pendidikan 7. Suku : ... : tahun : Laki-laki / Perempuan : Medan / luar Medan : Bekerja / tidak bekerja : SD / SMP / SMA / Akademi / PT : Minang / Batak / Mandailing / Jawa / Tionghoa / Lain-lain

8. Status perkawinan : kawin / single (tidak kawin / duda / janda) B. Diagnosis : C. Episode skizofrenia Riwayat penggunaan obat antipsikotik : pertama / berulang : .

..

79 Nilai BPRS pre treatment

D. Terapi awal : a. . b. . F. Pengamatan minggu 1 : tanggal . Efek samping ekstrapiramidal : ada/ tidak ada Nilai BPRS : Terapi : a. .. b. .

Pengamatan minggu 2 : tanggal . Efek samping ekstrapiramidal : ada/ tidak ada Nilai BPRS : Terapi : a. .. b. . Pengamatan minggu 4 : tanggal . Efek samping ekstrapiramidal : ada/ tidak ada Nilai BPRS : Terapi : a. .. b. . Pengamatan minggu 6 : tanggal . Efek samping ekstrapiramidal : ada/ tidak ada Nilai BPRS : Terapi : a. .. b. . Pengamatan minggu 8 : tanggal . Efek samping ekstrapiramidal : ada/ tidak ada Nilai BPRS : Terapi : a. ..

80 b. .

LAMPIRAN 7

Gambaran Nilai BPRS Dan Dosis Risperidon Dari Sampel Penelitian.


Sub yek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Minggu 0 Nilai Dosis BPRS 40 41 40 38 42 40 39 43 40 44 41 42 39 40 44 40 44 43 39 40 41 41 38 38 40 43 41 43 41 42 Risperidn 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg 2 mg Minggu 1 Nilai Dosis BPRS 34 34 36 31 36 33 34 37 36 39 35 37 30 31 38 33 37 37 32 34 30 30 28 28 33 38 34 37 35 35 Risperidn 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg 3 mg Minggu 2 Nilai Dosis BPRS 25 30 29 25 30 30 28 30 30 32 27 30 22 25 30 24 29 28 23 29 24 23 18 23 24 32 29 32 29 29 Risperidn 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 3 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg Minggu 4 Nilai Dosis BPRS 19 22 24 18 24 24 23 25 19 21 23 25 18 19 27 19 25 21 18 24 19 18 18 18 19 21 23 28 25 22 Risperidn 4 mg 5 mg 5 mg 4 mg 5 mg 5 mg 5 mg 5 mg 4 mg 4 mg 5 mg 5 mg 4 mg 4 mg 5 mg 4 mg 5 mg 4 mg 4 mg 5 mg 4 mg 4 mg 3 mg 4 mg 4 mg 4 mg 5 mg 5 mg 5 mg 5 mg Minggu 6 Nilai Dosis BPRS 18 20 20 18 20 19 18 21 18 20 19 19 18 18 20 18 23 18 18 19 18 18 18 18 18 19 19 24 19 19 Risperidn 4 mg 5 mg 6 mg 4 mg 5 mg 5 mg 5 mg 5 mg 4 mg 4 mg 5 mg 5 mg 4 mg 4 mg 5 mg 4 mg 6 mg 4 mg 4 mg 5 mg 4 mg 4 mg 3 mg 4 mg 4 mg 4 mg 5 mg 6 mg 5 mg 5 mg Minggu 8 Nilai Dosis BPRS 18 19 19 18 19 18 18 20 18 18 18 18 18 18 18 18 21 18 18 18 18 18 18 18 18 19 18 20 18 18 Risperidn 4 mg 5 mg 6 mg 4 mg 5 mg 5 mg 5 mg 5 mg 4 mg 4 mg 5 mg 5 mg 4 mg 4 mg 5 mg 4 mg 6 mg 4 mg 4 mg 5 mg 4 mg 4 mg 3 mg 4 mg 4 mg 4 mg 5 mg 6 mg 5 mg 5 mg

81

LAMPIRAN 8

Anda mungkin juga menyukai