Anda di halaman 1dari 32

Appendicitis

Appendicitis adalah radang pada appendiks yang dapat bersifat akut, kronik dan kronik eksaserbasi akut. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur dengan kejadian paling banyak pada usia 20 30 tahun dan insidens pada pria dan wanita sama besarnya Gambaran klinik
1.

2. 3. 4.

Nyeri setempat pada titik Mc Burney baik pada nyeri lepas dan nyeri tekan Blumber sign Rovsing sign Psoas sign dan ataupun obturator sign

Appendisitis sulit ditegakkan pada 1. Orang lanjut usia karena nyerinya samar 2. Wanita hamil tri semester pertama karena keluhannya hampir sama dengan penyakit pada umumnya yaitu nyeri perut, mual dan muntah 3. Wanita hamil tri semester ketiga karena appendiksnya terdorong ke kraniolateral jadi nyeri perutnya berada di region lumbal kanan Gambaran radiologisnya Media file 1 :

Suppurative appendicitis; pandangan secara tanversal pada gambaran Color Doppler Ultrasound.warna yang sirukumferesial itu adalah menunjukan adanya

inflamasi pada dinding appendiks. Dengan adanya hal ini sudah dapat secara kuat akan adanya appendicitis akut. Media file 2

Gambaran yang atipik pada wanita muda dengan appendicitis pada CT scan. Pada pasien ini menunjukan ada elevasi pada leukosit dan nyeri pada quadran kanan bawah. Pada bagian kiri terdapat adanya cairan yang peicholecystic dan gambaran cairan pada kanan paracolic gutter,yang disebabkan pada appendicitis yang retrocecal. pada bagian kanan, appendiks didapatkan peningkatan diameter dan penebalan dinding.
Media file 3

Gambaran appendicitis supurative pada laki-laki usai 15 tahun. MRI. Didapatkan penebalan dan inflamasi pada appendiks dengan peningkatan inflamasi pada daerah pericecal.

Media file 4

Abses periappendiceal, penambahan kontras, lemak tersupresi, T!, spin echo coronal MRI. Adanya kumpulan cairan pada pericecal (tanda panah). b = bladder; c = cecum. Media file 5

Normal appendiks; pada pemeriksaan barium enema.kontras yang komplit ditunjukan pada tanda panah. Yang dapat menyingkirkan appendicitis.

Media file 6

Normal appendix; computed tomography (CT) scan. Normal appendix, tergambar pada dasar caecum, diobservasi pada 44-51 % pasien. Gambaran CT scan yang dengan ukuran 5 mm. Media file 7

Retrocecal appendix; computed tomography scan. kiri, appendix retrocecal ada pada 65% pasien. kanan, pada wanita muda, appendiks berada pada cranial pada posterior hepar. Appendicitis in pada pasien dengan retrocecal appendix dapat timbul secara atipik, dengan sedikit rasa nyeri atau sulit melokalisasi nyeri, tidak nyaman saan berjalan atau berjalan, nyeri flank, daripada nyeri tekan quadran kanan bawah.

Media file 8

Acute suppurative appendicitis; contrast-enhanced, fat-suppressed, T1-weighted, spin-echo axial magnetic resonance image. A markedly enhanced and thickened inflamed appendix (arrows) are shown. a = iliac artery; c = cecum; p = psoas muscle; v = iliac vein. Media file 9

Normal appendix; longitudinal ultrasonogram. Penekanan tubular struktur appendiks dengan diameter lebih 6 mm (tanda panah). A = iliac artery; V = iliac vein

Media file 10

Suppurative appendicitis in a pada laki-laki usia 15 tahun; longitudinal ultrasonogram. Tidak ada peristaltic, ujungnya tidak telihat, cairan penuh, struktur appensiks terlihat dan gambaran dinging lapi demi lapis yang ditunjukan oleh tanda panah. Media file 11

Phlegmonous appendicitis; oblique-axial ultrasonogram. Kumpulan cairan pada peicecal yang ditunjukan oleh tanda panah dan adanya appendikolith karena adanya akustik shadow.

Media file 12

Gangrenous appendicitis; longitudinal ultrasonogram. Ditandai dengan pembesaran appendiks, hilangnya lapisan mukosa dan submukosa dan adanya gambaran echogenic pada pericecal. Media file 13

Perforated appendix; longitudinal ultrasonogram. Adanya defect (panah yang besar, kanan) pembesaran appendiks (panah kecil, kiri). c = cecum.

Media file 14

Periappendiceal abscess formation; oblique-axial ultrasonogram. Dinding yang tebal, komplex, massa hypoechoic pada daerah caeum (panah). Inflamasi appendix tak terlihat..

Pseudomembrane colitis

(Enlarge Image) Media file 1: Colonic pseudomembranes of pseudomembranous colitis. Photographs courtesy of Eric M. Osgard, MD.

(Enlarge Image)

Media file 2: Endoscopic visualization of pseudomembranous colitis, a characteristic manifestation of full-blown Clostridium difficile colitis. Classic pseudomembranes are visible as raised yellow plaques, which range from 2-10 mm in diameter and are scattered over the colorectal mucosa. Courtesy of Gregory Ginsberg, MD, University of Pennsylvania.

(Enlarge Image) Media file 5: Frontal abdominal radiograph in a patient with proved pseudomembranous colitis. Note the nodular haustral thickening, most pronounced in the transverse colon.

(Enlarge Image) Media file 6: Barium enema demonstrating typical serrated appearance of the barium column (resulting from trapped barium between the edematous mucosal folds and the plaquelike membranes of pseudomembranous colitis).

Volvulus
Adalah suatu kondisi dimana suatu bagian usus terpuntir atau terpelintir yang menyebabkan sumbatan terhadap berbagai benda ( sisa makanan, kototran, cairan, dan gas yang melalui usus. Terpuntirnya usus sumbatan pembuluh darah usus kematian jaringan disekitarnya. Volvulus dapat terjadi walaupun tidak ada kelainan malrotasi usus. Epidemiologi : terjadi pada bayi berumur dibawah 1 tahun. Seringnya terjadi pada kolon sigmoid dan caecum Gejala 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nyeri perut tiba-tiba Mual Muntah berwarna hijau Perut mengembang Adanya darah di feses Konstipasi

Media file 1

Colon inloop menunjukan adanya dilatasi dari colon sigmoid dan pembentukan dinding pada colon membentuk beak like formation. Media file 2

Barium enema sigmoid volvulus menampakan pemutusan pada kontras pada beak formasi dari dasar volvulus.

Media file 3

Caecum volvulus disertai adanya obstruksi usus halus.

Hirschprung
1. Hirschprungs disease Hirschprungs disease adalah suatu penyakit akibat tidak tercapainya pertumbuhan cephalocaudal sel-sel ganglion pleksus submukosa Meissner dan pleksus mesenterikus Auerbach ke rectum dan colon distal atau bahkan kadang-kadang tidak mencapai seluruh colon dan bagian ileum. Rectum dan colon yang aganglionik ini menyebabkan obstruksi fungsional akibat tidak terdapat gelombang propulsi normal dan kontraksi sebagai respons terhadap distensi. Aganglionosis yang mengenai colon sigmoid halus sangat jarang. Gambaran radiologik foto polos abdomen tegak memperlihatkan dilatasi usus, gambaran udara air intraluminal, tidak ada udara di daerah rektum dan massa mekonium yang bertumpuk di dalam kolon. Selain dengan foto polos, dapat juga dilakukan foto kontras dengan barium. Teknik pemeriksaan enema barium dapat dilakukan dengan alat suntik 50 cc. Barium sebaiknya dilarutkan dengan garam fisiologik untuk mencegah keracunan air dari kolon yang berdilatasi dan disemprotkan secara perlahan-lahan. Kriteria diagnosa foto Barium adalah : a. Perbedaan dalam ukuran. Transisi yang dapat berbentuk corong atau terowongan antara segmen aganglionik yang sempit dan segmen proksimal yang berdilatasi merupakan gambaran khas, walaupun pada neonatus hal ini tidak dapat dijadikan sebagai pegangan karena dikatakan belum terdapat cukup waktu untuk terjadinya dilatasi. b. Kontur yang ireguler. Segmen aganglionik memberikan gambaran kontraksi ireguler sebagai filling-defect gambaran gigi gergaji. Tandatanda kontraksi otot berupa lipatan melintang (tranversal-fold) pada kira-kira 75% kasus sedangkan yang mengenai seluruh colon hanya 8%. Sementara yang mengenai usus

mukosa di bagian kolon yang melebar atau gambaran cincin multipel serta adanya retensi barium setelah 12-24 jam.

Makin

muda

umur pula

penderita, pada

makin

kurang kolon

ketepatan total dan

diagnosis,demikian

aganglionosis

aganglionosis segmen sangat pendek. Perlu dicatat bahwa persiapan colon dengan enema maupun katartik harus dihindarkan, karena akan mengakibatkan bagian megacolon mengempes dan atau mengembangkan segmen aganglionik yang menghasilkan suatu false-negative. Begitu pula pemeriksaan colok dubur perlu dihindarkan karena akan mengakibatkan obliterasi segmen aganglionik distal. Apabila masih terdapat keraguan akan hasilnya, prosedur dapat diulang dalam waktu 12 jam atau 24 jam kemudian. Gambaran radiologi Media file 1

Hirschsprung disease. Gambaran abdomen secara anterior memnunjukan adanya dilatasi dari usus dengan tidak ada gas pada rectum.

Media file 2

Hirschsprung disease. Gambaran abdomen secara anterior memnunjukan adanya dilatasi dari usus dengan tidak ada gas pada rectum. Media file 3

Hirschsprung disease. Gambaran abdomen secara anterior memnunjukan adanya dilatasi dari usus dengan tidak ada gas pada rectum. Saat posisi duduk, air fluid level pada colon terlihat.

Media file 4

Hirschsprung disease. Lateral abdominal radiograph menunjukan pembesaran sigmoid. Tidak ada udra atau air yang terlihat pada rectum. Media file 5

Hirschsprung disease. Teknik barieum enema menunjukan adanya perlambatan kontras. Media file 6

Hirschsprung disease. Foto Lateral dari barium enema memperlihatkan adanya pengurangan diameter dari rectum dan sigmoid. Media file 7

Hirschsprung disease. Barium enema memperlihatkan adanya pengurangan caliber pada rectum, diikuti oleh zona peralihan menuju ke pembesaran caliber dari sigmoid. Media file 8

Hirschsprung disease. Barium enema memperlihatkan adanya pengurangan caliber pada rectum, diikuti oleh zona peralihan menuju ke pembesaran caliber dari sigmoid.

Media file 9

Hirschsprung disease. Keterlambatan selama 24 jam, menunjukan adanya retensi dari barium dan rectum. Hal ini dikaitkan dengan adanya pembesaran dari pengisian sigmoid.

Media file 10

Hirschsprung disease. Barium enema menunjukan adanya pengurangan caliber dan panjang pada usus besar tanpa adanya zona transisi (total colonic aganglionosis).

Media file 11

Hirschsprung disease. Barium enema menunjukan adanya pengurangan caliber pada rectum dan adanya dilatasi pada usus besar dengan kontur mukosa yang iregiular (dyskinesia).

Media file 12

Hirschsprung disease. Plain abdominal radiograph menunjukan adanya dilatasi pda colon tranverse dan mukosa yang edema (toxic megacolon).

Imporferate anus
Media file 1

Distal colostogram, posteroanterior view. Tahap awal ditambah-tekanan distal


colostography bertujuan untuk menentukan di mana kolostomi ditempatkan di dalam usus besar dan berapa banyak usus besar tersedia untuk pull-through, tanpa mengambil menuruni kolostomi.

Media file 2

Distal colostogram, lateral view. Gamnbar ini menunjukan fase kedua pada distal colostography, yang dimana pasien ditempatkan pada posisi lateralin. Sebuah
radio-opak penanda jelas terlihat di sisi kanan bawah gambar, menandai kompleks otot pada kulit. Gambar ini menunjukkan bahwa kantung dubur bergabung dengan saluran kemih pada tingkat yg berhubungan dgn bengkak uretra, malformasi yang relatif umum di anak laki-laki.

Rectal carcinoma
Media file 1

Polypoid carcinoma pada rectum bagian atas. Media file 2

Annular carcinoma pada rectum bagian atas.

Media file 3

CT scan dari ca. rectal yang dindingnya menebal. Media file 4

CT scan diikuti dengan IV kontras, lesi hipodens pada lobus kanan hepar yang merupakan metastase dari rectal adenocarcinoma.

Media file 5

Hyperechoic hepatic metastases dari rectal adenocarcinoma. Media file 6

USG hati mengungkapkan hypoechoic metastasis dari karsinoma rektum.

Media file 7

Transrektal USG menunjukkan 5 lapisan konsentris dubur normal dinding. Mukosa (terdalam cincin), yang submucosa (cincin tengah), dan serosa (ring terluar) adalah echogenic (cincin putih). Mereka dipisahkan oleh 2 hypoechoic (hitam) cincin, muscularis mukosa (bersebelahan dengan mukosa) dan muscularis propria (bersebelahan dengan serosa); cincin paling baik dilihat pada pukul 5-posisi dalam tampilan ukuran penuh .

Media file 8

Pembesaran tumor pada bagian kiri lateral rectum degan invasi ke lemak perirectal. Adanya node yang besar pada arah jam 12.

Anda mungkin juga menyukai