Anda di halaman 1dari 3

I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG Tanaman obat banyak mengandung bahan kimia yang memiliki berbagai manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Nilai pasar dunia obat herbal tahun 2002 mencapai US$ 60 milyar dan yang digunakan sebagai food suplement mencapai US$ 8.2 milyar (Balittro, 2006). Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional dan memiliki fungsi sangat luas adalah Tanaman Gendola (Basella rubra Linn.). Perkembangan industri obat modern dan obat tradisional terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahan alami (back to nature) dalam pengobatan (Sunardi, 2008). Tanaman Gendola (Basella rubra Linn.) terbukti berkhasiat sebagai beberapa penyakit seperti radang usus buntu, disentri, berak darah, influenza, sembelit; radang kandung kencing, borok, bisul, abses, campak (measles); cacar air, pegal linu, reumatik dan radang selaput mata. (http://www.unt ukku.com/artikeluntukku/gendola-tanaman-obat-indonesia-untukku.html). Tanaman Gendola belum banyak di budidayakan oleh masyarakat sehingga perlu untuk diteliti, dan juga didukung oleh belum adanya peneliti pendahulu tentang teknik budidaya gondola untuk meningkatkan produksi dan mutu. Untuk itu perlu informasi mengenai aspek budidaya, terutama tanaman akan dikembangkan di suatu tempat dimana air merupakan faktor pembatas. Informasi tentang toleransi tanaman gondola terhadap cekaman air sangat di perlukan (ireng dkk. 1998), dan juga bisa juga mempengaruhi metabolit sekundernya. Khasiat obat tanaman gendola antara lain adanya kandungan saponin. Saponin merupakan metabolit sekunder tanaman yang mempunyai struktur terdiri dari aglikon atau sapogenin (steroid atau triterpenoid) dan gula (pentosa / heksosa / asam uronat). Dalam tumbuhan, saponin berperan dalam pertahanan tumbuhan dari patogen seperti virus, jamur, dan bakteri. Senyawa ini banyak digunakan dalam aplikasi pertanian, industri, makanan, dan obat-obatan. Dalam pemanfaatannya sebagai obat, saponin digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel tumor,

menurunkan kolesterol darah, anti-inflamasi, antitusif, ekspektoran dan sebagainya (Wagle et al., 1999; Davidson, 2004). Mengingat besarnya manfaat saponin sebagai bahan obat, maka perlu dilakukan upaya umtuk dapat meningkatkan kandungannya pada tanaman. Hasil penelitian Rahardjo dan Darwati (2000) pemberian cekaman air pada tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) dapat meningkatkan kandungan flavonoid, dan unsur K, serta Na. Menurut Yaniv dan Palevitch (1982) dalam Rahardjo dkk.(1999) semakin besar cekaman air yang diberikan pada suatu tanaman maka semakin tinggi produk metabolit sekundernya. Hasil tanaman yaitu metabolisme sekunder yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Air merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan kandungan bahan bioaktif tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman bergantung dari jenis tanaman dan fase pertumbuhan. Air dibutuhkan untuk bermacam macam fungsi yaitu : (1) pelarut dan medium untuk reaksi kimia, (2) medium untuk transport, zat pelarut organik dan anorganik, (3) medium yang memberikan turgor untuk sel tanaman,(4) hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul molekul koloid, (5) bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi reaksi kimia lainnya dalam tumbuhan (GARDNER et al, 1991) Pada tanaman tertentu pertumbuhan suatu tanaman di bawah kondisi yang kurang optimum atau terjadi cekaman air menunjukkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan berproduksi. Produksi tanaman obat selain menghasilkan produktivitas biomas yang tinggi juga harus mempertimbangkan produktivitas bahan bioaktifnya sehingga perlu diketahui batas cekaman tanaman gondola. Pada musim kemarau tanaman sering kemarau tanaman sering mengalami kekurangan suplai air di daerah perakaran dan laju evapotranspirasi melibihi laju absorbs air oleh tanaman, sehingga tanaman mengalami cekaman air (Levit. 1980). Cekaman air dapat berpengaruh terhadap menurunnya produktifitas, tetapi dapat meningkatkan aktifitas metabolit sekunder (LARCHER. 1995) yang berhubungan dengan mutu tanaman. Dalam hal meningkatkan kadar metabolit sekunder, cekaman air pada tanaman tempuyung dapat meningkatkan flavonoid (RAHARDJO dan DARWATI,

1997), pada tanaman pegagan meningkatkan asam asiaticosid, Asiatic, dan madecasic (RAHARDJO et al. 1999) Cekaman dapat menimbulkan 2 dampak yaitu negatif dan positif. Untuk dampak negatifnya yaitu dapat menurunkan produksi tanaman karena tanaman kekurangan air. Kalau dampak positifnya cekaman air pada tanaman yaitu meningkatnya produksi metabolit sekunder pada tanaman tersebut. sehingga perlu dilakukan penelitian respon tanaman Gondola (Basella rubra Linn.) terhadap cekaman air . 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Adakah pengaruh cekaman air terhadap produksi saponin pada

tanaman Gendola (Basella rubra Linn.) ? 2. 3. Adakah pengaruh umur panen terhadap produksi saponin pada Berapakah konsentrasi air dan waktu panen yang baik untuk dapat

tanaman Gedola ? memperoleh produksi kandungan saponin yang optimal pada tanaman Gendola? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas cekaman air dan umur panen terhadap produksi saponin dan pertumbuhan pada tanaman gendola (Basella rubra Linn.) 1.4. HIPOTESIS Diduga dengan dilakukan cekaman air 40 % dapat meningkatkan produksi kandungan saponin pada tanaman Gendola (Basella rubra Linn.). dan pada umur panen 2 bulan setelah panen yang baik untuk memperoleh kandungan saponin yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai