Anda di halaman 1dari 5

Pretest Masuk Ortodonsia Friendika Dhiah Ayu Intan Shinta 09/282096/KG/8466

1. Urutan erupsi gigi pasien: 2. Menggunakan kata2 pasien sendiri CC PDH PMH Habit Riwayat Gigi Keluarga (FDH) Termasuk tindakan anamnesis Rahang Atas: M1, I1, I2, P1, P2, C, M2, M3 Rahang Bawah: M1, I1, I2, C, P1, P2, M2

3. Durasi terjadinya habit dapat disebutkan dalam detik / menit / jam. Misal bertopang dagu dilakukan selama 3 jam setiap hari. 4. Metode untuk mengidentifikasi kelainan skeletal yaitu dengan melihat posisi garis simon. 5. Ada 3 bidang. 6. Frankfurt Horizontal Plane, Orbital Plane, Mid Sagital Plane 7. Atraksi & Abstraksi ; Protaksi & Retraksi ; Kontraksi & Distraksi 8. Protokol identifikasi kelainan skeletal: a. Pasien duduk tegak pandangan lurus ke depan b. Titik orbital O dan tragus TR ditandai dengan spidol

c. Gunakan penggaris segitiga siku2, proyeksikan sisi siku yang pendek ke titik O dan TR (bidang FHP) dan sisi siku yang panjang menggambarkan bidang orbital d. Bibir pasien ditarik dengan kaca mulut, amati posisi penggaris terhadap permukaan gigi di daerah bukal gigi premolar atau kaninus atas. e. Bila penggaris tepat di sepertiga distal permukaan labial gigi C atas maksila normal ; bila di belakang protrusive ; bila di depan retrusif Bila penggaris tepat distal gigi C bawah mandibula normal ; distal C di belakang bid. Orbital mandibula protusif ; di depan retrusif 9. Identifikasi true skeletal pada klas III yaitu relasi tonjol mesiobukal M1 RA beroklusi dengan celah interdental antara M1 dan M2 RB. 10. Netroklusi, mesioklusi, distoklusi. 11. 12. Protokol pengambilan foto pasien : a. Ukuran foto 4x6 cm analisis kualitatif, 8x12 cm analisis kuantitatif b. Foto muka dari depan : bentuk muka dan kesimetrisan muka c. Foto profil dari samping : bentuk kepala, bentuk profil 13. Protokol indeks kepala dan muka Kepala Dengan spreading caliper ukur panjang kepala (glabella occipital) dan lebar kepala (jarak horizontal terlebar antara puncak Supramastoidea dan Zygomatik kanan dan kiri) Indeks kepala = (Lebar kepala maks / panjang kepala maks) x 100 *dolikosefali (<74,9) , mesosefali (75-79,9) , brakisefali (>80) Muka Dengan sliding caliper ukur panjang muka (nasion gnathion) dan lebar muka (jarak zygomatik kanan dan kiri) Indeks muka = (tinggi muka / lebar bizygomatik) x 100 * hiper euriprososp (x-79,9) , euriprosop (80-84,9) , mesoprosop ( 85-89,9) , leptoprosop (90-94,9) , hiperleptoprosop (95-Y) 14. Protokol identifikasi kelainan TMJ Sendi TMJ jempol operator ditempelkan kondilus pasien, pasien buka mulut dan digerakkan pelan-pelan. Dilihat kesimetrisan nya

15. 7 macam maloklusi angle : maloklusi angle klas I, klas II, klas II divisi 1, klas II divisi 2, klas III tipe1, klas III tipe 2, klas III tipe 3 16. Metode cotton butterfly 17. Protokol etiologi deep overbite (Analisis Thompson Brodie) a. Pemeriksaan pada pasien, tentukan posisi titik : N, SNA, dan Me b. Ukur jarak A-SNA (normal: N-SNA = 43% N-Me), jarak SNA-Me (normal: SNA-Me = 57% N-Me) c. Pasien menggigit malam sampai SNA-Me, lihat overbite dan ketebalan malam d. Deep overbite hilang malam masih tebal infraklusi gigi posterior e. Deep overbite masih ada malam tergigit habis supraklusi gigi anterior f. Deep overbite masih ada malam masih tebal kombinasi infraklusi gigi posterior dan infraklusi gigi anterior 18. Metode Nance, Moyers, Pont, Korkhaus, Howes, Kesling, Determinasi lengkung, Analisis Carrey 19. Lengkung basal : bagian dari masing-masing rahang yang telah ada sebelum gigi erupsi dan tetap ada sepanjang hidup bahkan ketika gigi dan prosesus alveolaris hilang. Lengkung gigi : lengkung yang terbentuk dari susunan gigi-geligi pada rahang 20. Identifikasi lebar lengkung basal: ukur jarak inter fossa canina. Agar lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil maka indeks fossa canina sekurang-kurangnya 44% 21. Protokol mengetahui diskrepansi pada determinasi lengkung : a. Penapakan lengkung pra koreksi RA RB b. Penapakan lengkung pasca koreksi c. Pengukuran diskrepansi dengan mengurangi panjang lengkung ideal jumlah lebar mesiodistal gigi 22. Bila kekurangan ruang tiap sisi lengkung: a. > lebar gigi P1 cabut gigi P1 pada sisi tsb

b. > lebar gigi P1 pencabutan P1 satu sisi bila ada pergeseran midline, pencabutan dua P2 kanan kiri bila lengkung simetris, ekspansi kombinasi grinding bila lengkung gigi kontraksi c. < lebar gigi P1 penggrindingan gigi anterior jika pasien tidak rentan karies, ekspansi jika lengkung gigi kontraksi 23. Accelerate growth spurt adalah 24. 25. 26. 27. Penamaan problem list: maloklusi angle, situasi gigi anterior sebagai suatu kelompok gigi, hubungan skeletal, hubungan rahang, hubungan masing-masing rahang terhadap kepala, kondisi midshift: true skeletal/false=habitual, malposisi gigi individual. 28. Solusi kebutuhan ruang menurut Carrey a. Jika penyimpangan 0-2,5 mm stripping proximal b. Jika penyimpangan 2,5-5 mm pencabutan P2 c. Jika penyimpangan > 5 mm pencabutan P1 29. 4 solusi kebutuhan ruang ekspansi, grinding, pencabutan, mesialisasi / distalisasi. 30. 31. 32. 33. 34. Yang terjadi pada RA dan RB jika dipasang maxillary flat bite plane: Ekstrusi / intrusi Gigi posterior RA Gigi posterior RB Gigi anterior RA Gigi anterior RB 35. Hukum Wolf Ekstrusi Ekstrusi Ekstrusi Intrusi

36. a. Ya b. c. 37. Metode Korkhaus 38. 39. Aktivasi skrup ekspansi di dalam mulut adalah dengan memutar skrup ekspansi. Setiap putaran menghasilkan pelebaran / ekspansi sebesar 0,2 mm. Aktivasi harus didalam mulut karena jika dilakukan diluar mulut tidak bisa dilakukan kontrol berapa kali jumlah putaran maksimal yang bisa dilakukan agar plat ekspansi masih bisa pas/muat dipakai di mulut pasien. 40. Finger spring diaktifkan dengan memutar koil dengan kekuatan tertentu sesuai yang diperlukan. 41. 42. 43. 44. 45.

Anda mungkin juga menyukai