Anda di halaman 1dari 4

HILANGNYA MORAL ANAK BANGSA YANG BERKARAKTER DITENGAH-TENGAH DUNIA PENDIDIKAN MODERN

oleh : Mohammad Suhdi


Semua meyakini, bahwa pendidikan merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam membangun peradaban dan kemajuan suatu bangsa. Dalam artian, maju dan tidaknya sebuah Negara atau bangsa sudah barang tentu sangat bergantung terhadap proses pendidikan yang berjalan di dalamnya. Maka, dalam konteks ini, perbaikan pendidikan menjadi sebuah keniscayaan. Begitu juga dengan Negara kita, Indonesia. Pendidikan harus dipentingkan. Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Suatu hal yang penting dan menjadi tujuan pokok pendidikan nasional adalah membentuk manusia cerdas berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Dalam mewujudkan hal ini tentu sudah banyak upaya yang dilakukan? Tapi kenapa masih banyak kita jumpai tindakan kriminalitas anak-anak remaja masih sangat tinggi bahkan presentasenya makin naik dari tahun ke tahun. Mengapa juga banyak remaja yang tidak merasa bersalah saat tidak hormat pada orang dan guru, pencandu miras dan narkotika, perokok dan sebagainya. Dan lebih jauh lagi mengapa pendidikan yang kini tumbuh berkembang dengan pesatnya, justru berefek banyak melahirkan tindakan-tindakan yang melenceng dari tujuan pokok pendidikan itu sendiri. Dan faktanya mereka yang sering mencontohkan budaya

koruptor di Negri ini pada umunya sudah menyandang berbagai gelar pendidikan. Hal ini secara tidak langsung telah menyumbang pendidikan buram pada anakanak dan remaja yang pada saat ini masih dalam pencarian jati diri melalui didikan, asuhan , informasi dan dari apa yang mereka lihat. Keadaan seperti tersebut diatas telah memposisikan lembaga pendidikan ini pada posisi yang banyak mengundang keritik dari banyak kalangan dan dinilai bahwa lembaga pendidikan nasional telah gagal dalam membentuk watak/karakter dan moral anak bangsa. Mereka menganggap lembanga pendidikan baik formal maupun nonformallah yang seharusnya paling bertanggug jawab dalam hal membentuk, membingbing dan mendidik SDM yang tangguh dan unggul sekaigus punya karakter yang kuat. Dan apakah sudah gagalkah lembaga pendidikan di Indonesia secara umum gagal dalam membentuk budi pekerti luhur dan bermartabat, gagal melahirkan anak bangsa yang berkeperibadian atau bermoral? Semua itu menjadi tugas berat lembaga pendidikan, karena selama ini upaya untuk membentuk karakter dunia pendidikan di lembaga- lembaga yang ada bukan tidak dilakukan. Pendidikan moral yang bersifat ilmu pengetahuan (knowing) belum menjadi karakter yang melekat pada diri siswa, dengan kata laian transpormasi knowing tersebut belum di aplikasikan kedalam kehidupan nyata mereka namun hanya sebagai cognitive saja. Seorang perempuan Indonesia cerdas dan berkarakter kuat,Ibu Dr. Ir Ratna Megawati M.Sc, telah melakukan sebuah perubahan besar dalam proses pembelajaran budi pekerti disekolah dengan melahirkan konsep pendidikan holistic berbasis karakter. Seluruh nilai-nilai budi pekerti di atas dirangkum dalam Sembilan pilar karakter emas- nya melalui pendekatan, metodelogi dan strategi knowing the good, feeling the good/loving the good, acting the good. Pendiri dan direktur Eksekutif Indonesia Heritage Foundation yang mengelola hampir 100 sekolah karakter di berbagai penjuru tanah air ini menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses/usaha untuk mengembangkan semua potensi anak menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan anak harus seimbang, baik dari segi akademiknya maupun segi sosial dan

emosinya. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari aktivitas belajar dengan cara membaca, menulis, menghafal dan lain-lain sedangkan perbuatan/sikap/perilaku yang baik dapat diraih dengan selalu berlatih/aktion dan selalu membiasakannya dalam setiap kegiatan/aktivitas sehari-hari. Ringkasnya menurut si Ibu, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan effektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pendidikan karakter menjadi berbeda dengan pendidikan moral/budi pekerti karena pendidikan budi pekerti hanya terfokus pada pengetahuan tentang moral/nilai-nilai luhur (hanya menekankan aspek kognisi). Kurikulum pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa yaitu pribadi yang bijaksana, terhormat, dan bertanggung jawab yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata. Lewat Yayasan Warisan Luhur Budi (Indonesia Heritage Foundation) yang didirikan tahun 2001, Ratna Megawati dan suaminya Dr. Sofyan Djalil, S.H.,M.A.,MALD bersama teman-temannya menuangkan sebuah idealisme, mimpi dan harapan besar bahwa suatu saat Bangsa Indonesia akan berjaya sebagai Bangsa yang berkarakter kuat. Kita pendidik berharap agar mimpi Ibu Ratna, mimpi kita dan teman-teman terwujud. Semoga Pemerintah era 2009-2014 mampu

dapat

mengembalikan fungsi pendidikan, yaitu tidak untuk membangun kecerdasan intelektual saja, tetapi juga untuk menjadikan manusia Indonesia berkarakter mulia dan menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas utama dalam pembangunan bangsa. Idealnya substansi pendidikan karakter bangsa termuat dalam UU Diknas.

Sumber :

Muliani.2009. Maslah Pendidikan di Indonesia.http:///E:/menulengkap.php.htm. (diakses pada tanggal 07 Pebruari 2012)

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.Jakrta Doni Koesoema. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.Jakarta Ahmad Farhan Syaddad.2010. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (analisis terhadap kebijakan perubahan uuspn no 2 tahun 1989 menjadi Uu sisdiknas nomor 20 tahun 2003). file:///e:/undang-undang sistem pendidikan nasional.farhansy addad weblog.htm.(diakses pada tanggal 06 Pebruari 2012)

Anda mungkin juga menyukai