Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

MUHAMMAD AFIFUDDIN 09.100.1188

DEMAM BERDARAH

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Demam berdarah merupakan penyakit yang digolongkan sebagai kejadian luar biasa(KLB). Demam berdarah merupakan penyakit disebabkan oleh virus dengue dan ditularkanmelalui nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Penyakit demam berdarah perlu mendapat perhatian yang khusus karena kenyataan diIndonesia bahwa penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Selain itu juga berpeluanguntuk menyebabkan kematian. Indonesia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD padatahun 2005 di Asia Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR = 1,36 %)(WHO, 2006). Jumlah kasus tersebut meningkat menjadi 17% dan kematian 36% dibandingtahun 2004. Pada akhir tahun 2004 penyakit demam berdarah telah mencapai26.015kasus.Dengan jumlah kematian 389 orang, kasus tertinggi di DKI Jakarta yaitu 11.534 orang. DanCFR tertinggi di NusaTenggara Timur yaitu 3,96%. Telah banyak berbagai upaya pencegahan dan penanganan yang telah dilakukan baik individu, kelompok masyarakat, maupun dari pelayanan kesehatan. Upaya tersebut adalahgerakan 3M dalam masyarakat, fogging, gerakan dasa wisma yang semuanya tergolong sebagai pencegahan primer.

BAB II. PEMBAHASAN


A.Virus Penyebab Demam Berdarah Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang penderitanya mengalami demam tinggiakibat infeksi virus nyamuk Aedes aegypti (senang bersarang di dalam rumah) maupun Aedesalbopictus (nyamuk kebun). Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yangditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pulaDengue Haemoragic Fever ( DHF ). Gambaran Virus dan Daur Hidup VirusDemam berdarah (DB) termasuk ke dalam golongan penyakit berbasis lingkungan yangdapat dipicu oleh perubahan cuaca yang ada di sekitar. Perubahan cuaca yang ekstrem, sepertiakibat dari pemanasan global dapat menyebabkan kepadatan vektor DB, seperti nyamuk Aedesaegipty dan A. albopictus meningkat. Ketidak pedulian masyarakat pada lingkungan sekitar makin memicu nyamuk tersebut berkembang biak pada air jernih, sejuk dan gelap. Pola cuacayang ada di Asia Tenggara juga sangat terkait dengan munculnya penyakit DB. Tingkat penyebaran penyakit ini terjadi pada peralihan musim dengan curah hujan yang tinggi. Denganadanya kondisi tersebut menjadi semakin berat karena virus mudah bermutasi untuk tetap bertahan hidup. Tipe virus baru muncul dari perubahan genetik secara evolutif akibat tekananterhadap habitat virus (vektornya).Evolusi virus dengue kira - kira terjadi selama sekitar 200 tahun terakhir, termasuk jugayang dipicu melalui induksi zat kimia. Varian - varian virus dengue menunjukkan pada gejala -gejala yang berbeda jika menjangkit manusia. Kini diketahui terdapat 4 tipe virus dengue (1, 2, 3dan 4) yag berkembang menjadi ratusan strain (tipe). Masing - masing strain menimbulkan reaksiantigen dan antibodi yang sangat berbeda. Tidak ada manifestasi klinis yang khas pada setiaptipe. Ada yang hanya menimbulkan gejala demam sehingga pasien sehingga menganggapnyasebagai flue biasa. Ada juga yang berdampak perdarahan pada manusia yang dikenal sebagaiDBD. Infeksi virus yang menimbulkan manifestasi klinis yang berat di Indonesia adalah tipe 3. Nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus tersebut, setelah sebelumnya menggigit penderitademam berdarah. Secara lengkap siklus perjalanan virus berlangsung dalam tubuh manusia dannyamuk itu sendiri. Di dalam tubuh manusia berawal dari masuknya virus ke tubuh manusiamelalui liur nyamuk. Virus ini kemudian berkembang dalam tubuh, misalnya di kelenjar

getah bening dan hati. Selanjutnya virus menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi sel darah putih dan jaringan getah bening lainnya. Dalam tubuh nyamuk itu sendiri, virus berkembang biak dalam usus, indung telur, jaringan saraf dan lemak tubuh nyamuk. Selanjutnya virus berkembang biak dalam kelenjar liur, dan jika nyamuk menggigit manusia maka siklus transmisi akan berlanjut. Virus itu berasal dari nyamuk yang menelan darah penderita.Penyakit DBD ditulaskan oleh vektor sejenis nyamuk yang disebut Aedes aegypti atauAedes albopictus (gambar 1) Nyamuk ini banyak terdapat di Indonesia, keluar dan mencarimakan pada siang hari dan berkembang biak pada tempat yang menampung air bersih. PatofisologiSetelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejalakarena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemiditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada systemretikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF danDHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairanintravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. 3.Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD) -Derajat I :Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Ujitourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi. -Derajat II :Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. -Derajat III :Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt)tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80, 120/100, 120/110,90/70, 80/70, 80/0, 0/0 ) Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur ( denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

B.Tanda dan Gejala Manifestasi klinis


Gambaran klinis amat bervariasi dari yang ringan, sedang seperti DD sampai ke DBD denganmanifestasi demam akut, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masainkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Pada DD terdapat peningkatan

suhu secaratiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa pegal.Eksatem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke-3-6 berupa bercak petekie di lengan dankaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cep-atmenghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurvasuhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelaianan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3atau hari ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hatiumumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunantekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara harike-3 dan hari ke-7 penyakit. DiagnosisKriteria klinis DD adalah : 1.Suhu badan yang tiba-tiba meninggi 2.Demam yang berlangsung hanya beberapa hari 3.Kurva demam yang menyerupai pelana kuda 4.Nyeri tekan terutama di oto-otot dan persendian 5.Adanya ruam-ruam pada kulit 6.Leucopenia Kriteria klinis DBD menurut WHO 1986, adalah : 1.Demam akut, yang tetap- tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertaigejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dankepala. 2.Manifestasi perdarahan, seperti uji turniket positif, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena. petekie, purpura, ekimosis,

3.Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus. 4.Dengan atau tanpa renjatan. mempunyai prognosis yang buruk. Renjatan yang terjadi saat demam biasanya

5.Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 20%. Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut : 1.Derajat I (ringan), terdapat demam selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain denganmanifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif. 2.Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan dan manifestasi perdarahan lain. 3.Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini renjatan. 4.Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur. C.Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang penting ialah hemokonsentrasi ( Nilai Hematokrit ) dantrombositopeni ( jumlah trombosit menurun). Hemokonsentrasi sesuai dengan patokan WHO baru dapat dinilai setelah penderita sembuh. Penderita DBD yang sepenuhnya memenuhi kriteriaklinis WHO yaitu trombosit <100.000/uL dan hemokonsentrasi hanya berjumlah 20%.Bila patokan hemokonsentrasi dan trombositopeni menurut kriteria WHO dipakai secaramurni maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan luput dari pengawasan. Dalamkenyataan di klinik tidak mungkin mengukur kenaikan hemokonsentrasi pada saat penderita pertama kali datang sehingga nilai hematokritlah yang dapat dipakai sebagai pegangan.Penelitian pada penderita DBD berkesimpulan nilai hematokrit <40% dapat dipakai sebagai petunjuk adanya hemokonsentrasi dan selanjutnya diperhatikan kenaikannya selama pengawasan. Pemeriksaan demam berdarah secara umum dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut: 1.RadiologiPencitraan dengan foto paru dapat menunjukan adanya efusi pleura dan pengalamanmenunjukkan bahwa posisi lateral dekubitus kanan lebih baik dalam mendeteksi cairandibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring. 2.UltrasonografisPencitraan USG pada anak lebih disukai dengan pertimbangan dan yang penting tidak menggunakan sistim pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ dalam perut. Adanya ascites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG sangat membantu dalam penatalaksanaan DBD. Pemeriksaan USG dapat pula dipakai sebagai alat diagnostik bantu untuk meramalkan kemungkinan penyakit yang lebih berat misalnya dengan melihat penebalan dindingkandung empedu dan penebalan pankreas .

3.Serologik Dasar pemeriksaan serologis adalah membandingkan titer antibody pada masa akut danmasa konvalesen. Pemeriksaan dapat berupa Neutralizing test, complement fixation test atauhemagglutination inhibition test. Bergantung pada kebutuhannya. Pemeriksaan serologis dapatmembantu menegakkan diagnosis klinis. Untuk pemeriksaan serologis ini dibutuhkan 2 contoh darah pada masa konvalesen yang diambil 1-4 minggu setelah perjalanan penyakit. Dalam praktek sukar sekali mendapatkan contoh darah kedua karena biasanya penderita setelah sembuhtidak bersedia diambil darahnya. Maksud diambil contoh darah yang kedua ialah selain untuk menjaga kemungkinan tidak didapatkan contoh darah ketiga juga untuk mempercepat hasil akansudah cukup nyata sehingga dapat diinterpretasi. Apabila hanya diperoleh satu contoh darah, penafsiran akan sulit atau bahkan sering tidak mungkin dilakukan.Diagnosis pasti DBD ditegakkan dengan pemeriksaan serologis (tes hemaglutinasiinhibisi, fiksasi komplemen, tes netralisasi, Elisa IgM dan IgG, PCR) serta isolasi virus.Tes baku yang dianjurkan WHO ialah tes hemaglutinasi inhibisi (HI). Untuk konfirmasidilakukan pemeriksaan hemaglutinasi inhibisi (HI) dari sampel darah akut saat masuk dirawat,sampel darah saat keluar, rumah sakit dan penderita diminta untuk kontrol kembali setelah 1 minggu pulang sekalian diambil sampel darah ketiga. Dari pengalaman hanya sekitar 50% penderita kembali untuk pengambilan darah ketiga, akan tetapi hal ini sangat berarti dalam penilaian hasil serologik. Pemeriksaan ini selain tidak spesifik tetapi juga harganya relatif mahal.Pada keadaan diagnosis klinis sudah jelas maka pemeriksaan ini sebenarnya tidak perludilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin pemeriksaan ini sering membantu menunjangmenegakkan diagnosis DBD. Hasil pemeriksaan dengue blot positif dapat terjadi pada penyakitDBD dan DD.Pemeriksaan uji Hemagglutination inhibition antibody dapat dilakukan dengan 2 cara : a.Dalam bentuk serum yaitu dengan mengambik 2-5 ml darah vena dengan menggunakansemprit atau vacutainer. Selanjutnya serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam botol steril yang tertutup rapat. Sebelum dikirim serum disimpan dalam lemari es dan pada waktudikirim ke laboratorium dimasukkan ke dalam termos berisi es. b.Dengan menggunakan kertas saring filter paper disc. Kerta saring ini khusus, dengandiameter 12,7 mm, mempunyai tebal dan daya hisap tertentu. Darah dari tusukan pada ujung jari atau darah vena dari semprit dikumpulkan pada kertas saring sampai jenuh bolakbalik,artinya seluruh permukaan kertas saring harus tertutup darah. Diusahakan agar kertas saringtidak diletakkan pada permukaan yang memudahkan kertas saring melekat, misalnya padakaca atau plastik. Kertas saring yang dikeringkan pada suhu kamar selama 2-3 jam dapatdikirim dalam amplop dengan perantaraan pos ke laboratorium.

C. Pencegahan
Efektif untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk penular,mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup nyamuknya., pencegahan bisadilakukan dengan sederhana yaitu bisa dengan menggunakan istilah 3M, meguras , mengubur,menutup.Untuk mencehan penyakit DBD setiap keluarga dianjurkan untuk melaksanakan "3M" dirumah dan halaman masing-masing dengan melibatkan seluruh keluarga, dengan cara sebagai berikut : Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali Menutup rapat-rapat tempat penampungan air Mengganti air Vas bunga/tanaman air seminggu sekali Mengganti air tempat minum burung Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulitdikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu penampungan air hujan.

PENUTUP
A.Kesimpulan 1.Penyebab DBD yaitu: - Perubahan cuaca yang ekstrem - Ketidak pedulian masyarakat pada lingkungan sekitar makin memicu nyamuk tersebut berkembang biak pada air jernih, sejuk dan gelap 2.Pencegahan DBD: - Fogging - 3M - Abatesasi (temephos)

3.Pemeriksaaan DBD: - Radiologi - Ultrasonografi - Serologik B.Saran Hendaknya masyarakat lebih peka terhadap keadaan lingkungan pada saat terjadi perubahan cuaca atau pada saat lingkungan dalam keadaan tidak sehat. Selain itu untuk mencegah terjadinya DBD masyarakat juga bisa melakukan dengan cara 3M di rumahdan lingkungan sekitar. Dapat juga dilakukan penyuluhan seperti fogging.

Anda mungkin juga menyukai