Anda di halaman 1dari 3

PERENCANAAN KAMPANYE KOMUNIKASI H-10 KONSER LADY GAGA(L)

Belakangan ini makin banyak penyanyi dan grup band tenar dari dunia barat yang datang ke Indonesia untuk menggelar konser, seperti Justin Bieber, Katty Pery, Bruno Mars, Dream Theater, Simple Plan, dan Maroon 5. Kedatangan para artis luar negrei ini, merupakan peranan dari para promotor music yang ada di Indonesia. Memang, bisnis di bidang promotor music di Indonesia mulai tahun 2010 sampai sekarang sedang berkembang pesat. Ada beberapa promotor ternama seperti Java MusikIndo, Ismaya Live, Fm Live Production, Show Max Entertainment, asia Live Entertainment, Varient Entertaiment dan Big Daddy. Mereka bersaing untuk dapat bisa mendatangkan penyanyi atau group band papan atas dari luar negeri ke negeri kita ini untuk memuaskan penikmat music dalam negeri. Konser yang paling dekat yang akan dilaksanakan adalah konser penyanyi fenomenal Lady Gaga. Penyanyi ini didatangkan oleh promotor Big Daddy. Sebelumnya terjadi persaingan yang terjadi diantara para promotor music untuk mendatangkan sosok penyanyi yang dijuluki Mother Moster ini. Mungkin hampir semua promotor di Indonesia ya (menginginkan Lady Gaga). Namanya dia artis yang populer di dunia pasti semua pengin dapetin. Menurut Jacqueline Losung Big Daddy. Keberhasilan promotor Big Daddy mendatangkan penyanyi fenomenal Lady Gaga ini mungkin merupakan salah satu tujuan mereka untuk menarik perhatian dari para penikmat music di dalam negeri. Hal ini merupakan salah satu perencanaan kampanye komunikasi untuk mengukuhkan citra dan mengalahkan para promotor lain sebagai promotor tersukses di Indonesia. Perencanaan yang cepat dan tepat berhasil dilakukan oleh promotor Big Daddy, sehingga mampu memasukan Indonesia ke dalam salah satu Negara yang akan dikunjungi oleh penyanyi Lady Gaga itu sendiri. Perencanaan selanjutnya adalah dalam masalah penjualan tiket. Promotor Big Daddy memprediksi akan banyaknya fans Lady Gaga Little Monster yang akan datang untuk menyaksikan penampilan penyayi besar ini. Sehingga dengan berani, promotor ini menjual tiket konser 3 bulan sebelum jadwal konser itu sendiri. Peluang ini dimanfaatkan oleh promotor untuk mematok harga tiket berkisar Rp. 465.000 - Rp. 2.250.000. Dan, benar saja seperti yang telah diprediksi sebelumnya, jumlah tiket yang disediakan habis terjual dalam

waktu yang cepat. Bahkan menurut manajemen Lady Gaga, salah satu yang membuat mereka tertarik untuk datang dan menggelar konser dijakarta karena antusias para penikmat music yang dilihat dari banyaknya jumlah tiket yang terjual dan menurutnya penjualan tiket dijakarta merupakan rekor terbesar di Asia. Namun, ada masalah muncuk ketika hari-hari mendekati berlangsungnya konser, yaitu reaksi penolakan dari sebagian masyarakat Indonesia dan beberapa organisasi masyarakat yang berlatarbelakang agama. Mereka menolak kedatangan Lady Gaga ke Indonesia dikarenakan gaya sang artis dituding tidak sesuai dengan sesuai dengan sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Bukan itu saja, budaya barat impor tersebut tak semuanya sesuai dengan budaya Indonesia. Jadi wajar ada penolakan. Malah, penolakan juga muncul di Filipina dan Malaysia juga sudah ancang-ancang melarang tampil di sana. Tidak hanya itu, mungkin salah satu faktornya lagi adalah lirik dalam beberapa lagu Lady gaga yang dianggap menghina ajaran Nasrani, sehingga terjadilah penolakan. Penolakan-penolakan ini merupakan suatu hambatan yang mungkin tidak terprediksi oleh promotor yang mendatangkan Lady Gaga karena penolakan ini muncul ketika menjelang konser, kenapa tidak 3 bulan ketika promosi dan penjualan tiketnya. Selain penolakan yang dilakukan sebagian masyarakat Indonesia, isu yang berkembang adalah tentang perizinan penjualan tiket. Ada anggapan bahwa promotor Big Daddy menjual tiket tanpa melakukan prosedur perizinan terhadap pihak yang berwenang. Polda Metro Jaya sebagai pihak yang berwenang ketika dikonfirmasi media mengatakan bahwa belum mengeluarkan izin penjualan tiketnya. Bagaimana bisa sebuah event organizer (EO) mengenyampingkan masalah perizinan sebuah pertunjukkan yang tentu hal itu seharusnya menjadi hal yang utama dan yang paling didahulukan sebelum hal-hal teknis lainnya. Namun, hal ini dibantah oleh pihak promotor mereka mengatakan telah menaati prosedur yang diminta aparat keamanan untuk penyelenggaraan konser itu. Yang cukup mengejutkan juga Big Daddy juga sudah meminta izin sejak penjualan tiket dilakukan. Bahkan pihak promotor ngotot tidak akan mungkin mengambil risiko menjual tiket sebelum izin itu belum keluar. Memang kelihatan sangat aneh kalau izin untuk penjualan tiket konser di dapat, tapi konsernya sendiri tidak diizinkan. Berbagai spekulasi atau dugaan muncul terkait penyebab polemik yang terjadi saat ini. Salah satunya menyebut bahwa kisruh ini dipengaruhi oleh pesaingan tak sehat dalam bisnis promotor. Disebut-sebut, ada pihak tertentu yang sengaja hendak menjegal langkah

Big Daddy untuk bisa memboyong Lady Gaga ke Jakarta. Betulkan demikian? (www.tabloidbintang.com). Sangat disayangkan jika hal ini benar adanya, persaingan bisnis yang tidak sehat diantara para promotor music dapat mengecewakan para penikmat music Indonesia dan merusak citra Indonesia dimata artis luar negeri. Lagi-lagi sebagai bangsa, Indonesia diuji antara kepentingan bisnis, jatidiri dan budaya bangsa. Karena itu kontroversi Lady Gaga jangan sampai mengenyampingkan masalah dasar kepribadian bangsa. Masyarakat harus memberikan kepercayaan penuh pada aparat keamanan untuk menentukan sikap sesuai peraturan yang berlaku. Kalau memang perizinan itu memenuhi persyaratan dan tidak menimbulkan persoalan keamanan, silakan polisi beri izin. Kita boleh berbeda pendapat, namun bukan saling mengancam di depan kepentingan umum. Perlunya aparat berkomunikasi dengan baik dalam persoalan rencana konser Lady Gaga itu agar masalah ini kemudian tidak menimbulkan masalah-masalah lain. Kalau diizinkan maka pelaksanaan konsernya tetap harus diawasi. Kalau diyakini tak memenuhi syarat untuk dilanjutkan, sebaiknya sampaikan juga hal ini ke masyarakat.

Kelompok 1
Ahmad Fatoni Herlinda Ivan Arifandi

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI 2009 UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

Anda mungkin juga menyukai