Anda di halaman 1dari 4

LEPTOSPIROSIS Penambah Wawasan Dan Mengasah Kepedulian Oleh : Eni Susanti, Puskesmas Sedayu II Kasus Leptospirosis mencapai 16 kasus,

sehingga kasus ini menyebar ke 14 dusun dari 36 dusun di wilayah Puskesmas Sedayu II. Leptospirosi adalah penyakit yang disebabkan leptospira oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral yang
3.

Melalui saluran pencernaan, makanan yang terkontaminasi oleh air seni hewan penderita leptospirosis. Masa inkubasi selama 4 19 hari, rata-rata 10 hari.

Gejala klinis : Penderita leptospirosis secara klinis dibedakan menjadi leptospirosis ringan ( anikterik ) dan leptospirosis berat ( ikterik ). Gejala dini leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, gerah, muntah dan mata

menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini tahan hidup di air tawar selama lebih kurang satu bulan. Bakteri ini ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terinfeksi. Hewan leptospira pembawa bakteri antara lain tikus, babi, sapi,

merah.Leptospirosis ringan paling banyak ditemukan di masyarakat, hampir 90 % dari seluruh kasus leptospirosis. Bahkan ada penderita yang tidak mengalami gejala. Akan tetapi aneka gejala tersebut kadang menyerupai gejala penyakit lain sehingga diagnosis Gejala leptospirosis berat, selain beberapa gejala diatas , disertai dengan gagal ginjal, kuning dan bahkan pada dapat penderita Pengobatan : Leptospirosis ringan amoxillin, eritromicyn . dan berat dapat yang parah menyulitkan penegakan

kambing, domba, kuda, anjing, kucing. Binatang yang mengidap leptosprosis mungkin sama sekali tidak memiliki gejala atau tampak sehat wal afiat. Sumber paling umum bakteri leptospira yang

adalah tikus, karena itu penyakit ini sering disebut penyakit kencing tikus. Cara penularan dan masa inkubasi : Cara penularan : 1. Kontak tanaman
2. Masuk

dengan yang ke

air,

tanah/lumpur, air seni

tercemar tubuh /

mengakibatkan kematian.

hewan penderita leptospirosis. dalam manusia mukosa melalui luka ). selaput lender

diobati dengan antibiotic, antara lain

( mata, hidung, atau kulit yang lecet /

Pencegahan : 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2. Pengendalian Tikus 3. Pemberian desinfektan pada tempat penampungan air. PERJALANAN LEPTOSPIROSIS DI

mempengaruhi

adanya

penularan

leptospirosis.Kami juga sangat bersyukur ada kerja sama dengan FETP UGM yang juga dalam melakukan mensosialisasikan bagaimana dan selanjutnya penyelidikan kepada dalam dapat epidemiologi . Hal ini membantu kami masyarakat menghadapi

PUSKESMAS SEDAYU II Menginjak tahun kedua menjadi programmer surveilans , untuk pertama kalinya kasus leptopsirosis muncul , yang bagi kami mungkin waktu itu menjadi hal yang baru lagi sejak belajar di bangku sekolah beberapa belas tahun lalu dan sejak kasus leptospirosis di daerah rawan banjir seperti di Jakarta beberapa tahun silam.Adanya kasus leptospirosis kematian karena di wilayah Puskesmas

mencegah terjadinya leptospirosis. Pada tahun 2010 sampai pada akhir tahun kasus leptospirosis mencapai 16 kasus ,akan tetapi yang lebih menjadi perhatian kami adalah sebagian besar merupakan kasus leptospirosis berat. Dari sekian jumlah kasus yang ada hanya 18 % yang melalui puskesmas atau dengan kata lain dapat terdeteksi lebih dini di puskesmas , Kasus selebihnya melalui pelayanan swasta yang kadang berulang kasus sampai akhirnya berat.Kasus harus berat perawatan di rumah sakit dan menjadi leptospirosis disebabkan penegakan diagnosa yang kurang cepat karena gejala awal yang menyerupai penyakit lain. Di tahun 2010 ini kasus sudah menyebar ke 14 dusun dari 36 dusun yang ada di wilayah Puskesmas Sedayu II di mana pada tahun sebelumnya hanya 6 dusun saja . Tahun 2011 sampai dengan bulan Februari sudah ada 5 kasus leptospirosis di wilayah kami dengan 1 kasus meninggal. Secara teori jumlah kasus berat menunjukkan 10 % dari jumlah kasus seluruhnya, dalam arti 90 % adalah kasus leptospirosis ringan yang tidak terlaporkan / teridentifikasi.

Sedayu II pada akhirnya membuka mata dan wawasan kami bahwa penyakit ini sangat dekat segala harus dan ada di wilayah kerja resiko di wilayah kami di Puskesmas Sedayu II. Dengan faktor siap puskesmas Sedayu II yang ada kami menghadapi kemungkinan adanya pertambahan kasus . Pada akhir tahun 2009 di wilayah kami tercatat ada 11 kasus leptospirosis, jumlah ini menjadi keprihatinan kami karena 1 kasus meninggal dunia dan jumlah tersebut merupakan kasus terbanyak dari seluruh kasus di Kabupaten Bantul .Pada tahun tersebut dengan bantuan BBTKL yang kasus berpengaruh leptospirosis terhadap , kami yang membantu mengkaji faktor lingkungan kejadian dapat

mengetahui beberapa faktor resiko yang

Gambaran 1 Jenis Pekerjaan Penderita Leptospirosis di Puskesmas Sedayu II :

Gambaran 2 Jenis kelamin Penderita Leptospirosis di Puskesmas Sedayu II :

Secara terinci ada beberapa langkah yang telah kami lakukan dalam rangka menangani wabah leptospirosis ini antara lain :
1. Melakukan penyelidikan epidemiologi

5. Mengadakan sektoral

pertemuan

lintas

dengan

mengundang

seluruh kepala dusun , kepala desa, kecamatan dan instansi terkait. 6. Melakukan kerja sama dengan FETP UGM dalam sama penyelidikan dengan BBTKL epidemiologi. 7. Bekerja melakukan uji coba perangkap tikus di Selo Gedong vector dan dan di Dusun infeksi

pada penderita leptospirosis. 2. Melakukan BBTKL leptospirosis. 3. Pengadaan dan pemeriksaan dengan leptotec leptospirosis
4. Mengadakan

kerja dalam

sama

dengan PE

melakukan

untuk

mendiagnosa kepada RT

Kadibeso dalam rangka pengendalian penelitian leptospirosis pada tikus.


8. Bekerja sama dengan BBPP Vektor

penyuluhan

masyarakat maupun

baik kader kesehatan tingkat

penyuluhan

dan tikus.

Reservoir

Penyakit

Salatiga

dengan fasilitas BOK.

dalam pemetaan dan pengendalian

Leptospirosis Kerjasama lintas sektor yang melibatkan beberapa pihak terkait antara lain, dinas peternakan, KUA, pertanian , kecamatan, desa bahkan ke tingkat kepala dusun, menghasilkan beberapa kesepakatan masing-masing mempunyai peran dengan harapan dapat sosialisai menyeluruh lepatospirosis tingkat bawah. Pertambahan jumlah kasus ini memicu semangat dan kepedulian kami untuk lebih banyak belajar dan lebih banyak menggali tentang apa saja yang harus kami lakukan dalam rangka Daftar pusktaka : mengatasi leptospirosis. Wawasan kami semakin bertambah. Ada beberapa hal yang mungkin bisa semakin bertambah. Pertama, mungkin saja sebelum tahun 2009 memang belum ada alat yang dapat menegakan diagnosa leptospirosis dengan cepat dan jelas. Kemungkinan yang kedua, setelah ada alat diagnosa yang ketiga, dengan kasus kasus kegiatan ada ada surveilans boleh maka jadi di yang yang pula bantu maka menjadi lebih cepat kami simpulkan yang dengan kejadian leptospirosis

ini

menjadi

sangat

memprihatinkan ketika menjadi kasus yang membawa kepada kematian , akan tetapi banyak pelajaran yang dapat kami petik dari beberapa kasus leptospirosis di wilayah kami. Semoga dengan langkah-langkah serta keterlibatan yang kami lakukan

berbagai pihak dan juga bimbingan dari Dinas Kesehatan di harapkan ke depan masyarakat sehingga menjadi lebih paham ini lebih kasus leptospirosis

menyentuh masayarakat dari atas sampai

dapat ditekan.Kepedulian kita dengan lingkungan juga akan sangat membantu dalam menhadapi leptospirosis.

1. Wikipedia bahasa Indonesia

( Ensiklopedia bebas ) 2. Mengenal Leptospirosis ( Leaflat Dinkes Kab. Bantul 2011 ) 3. Penyakit kencing tikus ( Leaflet Balai Besar Penelitian dan Pengembangan vektor Salatiga } dan Reservoir Penyakit

dan lebih jelas .Kemungkinan

semakin bertambah karena satu temukan yang lain. kasus-kasus

Anda mungkin juga menyukai