Anda di halaman 1dari 7

PLUS MINUS 5 POSISI BERSALIN

Tidak ada posisi melahirkan yang sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya sendiri. Melahirkan si kecil ke dunia tidak hanya dapat dilakukan dengan berbaring, tapi bisa juga dengan aneka posisi lainnya. Masing-masing memiliki kelebihan maupun kekurangan sendiri, serta tidak ada satu pun posisi yang dikatakan baik ataupun buruk. Memang pada kenyataannya tidak semua ginekolog ataupun rumah sakit membantu ibu memilih posisi persalinan yang dirasakan paling nyaman. Umumnya, ibu hanya diminta berbaring atau setengah duduk. Namun selama proses persalinan, sangat mungkin ibu diminta mengubah posisi. Contohnya dari yang semula berbaring telentang lalu dianjurkan mengambil posisi miring jika pembukaan ibu terbilang lamban. Nah, apa saja sih sebetulnya posisi bersalin yang memungkinkan? Inilah penjelasan dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG., yang antara lain berpraktik di RSIA Hermina, Jatinegara, Jakarta Timur. Menurutnya, apa pun posisi yang dipilih, yang terpenting harus diperhitungkan secara cermat dengan memperhatikan kondisi ibu. 1. BERBARING Kalangan medis akrab menyebutnya dengan posisi litotomi. Pada posisi ini, ibu dibiarkan telentang seraya menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Keuntungan posisi ini, dokter bisa leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan. Dengan demikian waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat. Selain itu, tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa, sehingga pengguntingannya bisa lebih bagus, terarah, serta sayatannya bisa diminimalkan. Begitu juga dengan posisi kepala bayi yang relatif lebih gampang dipegang dan diarahkan. Dengan demikian, bila ada perubahan posisi kepala, bisa langsung diarahkan menjadi semestinya. Kekurangannya, letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang. Untuk mengantisipasi hal ini biasanya beberapa saat sebelum pembukaan lengkap, dokter menyuruh pasien untuk berbaring ke kiri dan atau ke kanan. Dengan demikian suplai oksigen dan peredaran darah balik ibu tidak terhambat. Dalam kasus-kasus tertentu, semisal baru pertama melahirkan, posisi berbaring berpeluang menyulitkan ibu untuk mengejan. Alasannya, gaya berat tubuh yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi menyulitkan ibu untuk mengejan. Selain itu, posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. 2. MIRING Posisi ini mengharuskan si ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya, posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir. Posisi kepala bayi dikatakan tidak normal jika posisi ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Nah, dalam kondisi tersebut biasanya dokter akan mengarahkan ibu untuk mengambil posisi miring. Ke

arah mana posisi miring si ibu tergantung pada di mana letak ubun-ubun bayi. Jika berada di kiri, maka ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi diharapkan bisa memutar. Demikian pula sebaliknya. Keunggulan posisi ini, peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Alhasil karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. Posisi melahirkan ini juga sangat cocok bagi ibu yang merasa pegal-pegal di punggung atau kelelahan karena mencoba posisi yang lain. Sayangnya, posisi miring menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan. Dalam arti, kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan. Dokter pun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomi. 3. JONGKOK Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi bersalin yang alami. Beberapa suku di Papua dan daerah lain memiliki kebiasaan melakukan persalinan dengan cara berjongkok seperti ini. Oleh karena memanfaatkan gravitasi tubuh, ibu tidak usah terlalu kuat mengejan. Sementara bayi pun lebih cepat keluar lewat jalan lahir. Tak heran karena berbagai keunggulan tersebut, beberapa RS/RSB di Jakarta menerapkan posisi persalinan ini untuk membantu pasiennya. Sedangkan kelemahannya, melahirkan dengan posisi jongkok amat berpeluang membuat kepala bayi cedera. Soalnya, tubuh bayi yang berada di jalan lahir bisa meluncur sedemikian cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Bagi para dokter, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi. 4. SETENGAH DUDUK Diakui atau tidak, posisi ini merupakan posisi yang paling umum diterapkan di berbagai RS/RSB di segenap penjuru tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman. Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal. Kendati begitu, posisi persalinan ini bisa memunculkan kelelahan dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama. 5. DALAM AIR Melahirkan dalam air sudah sejak lama dikenal di negara-negara Eropa Timur dan beberapa negara Asia. Namun di Indonesia, hingga saat ini belum ada satu pun RS/RSB yang menyediakan fasilitasnya. Taufik mengaku pernah diminta seorang pasien mancanegara yang ingin menjalani proses melahirkan dalam air. Si pasien juga memberikan berbagai referensi, baik dari buku maupun video, tentang tata cara melahirkan dalam air. Berdasarkan referensi tersebut, saat pembukaan 4 atau 5, ditemani suami dan dibantu dokter, pasien yang semula berbaring di tempat tidur masuk ke sebuah kolam. Hanya dengan mengejan beberapa saat, bayi akan lahir dan langsung berenang dalam kolam lalu dokter anak akan langsung membopongnya untuk diperiksa. Taufik menegaskan, perlunya sarana dan prasarana yang amat memadai bila ingin melahirkan dengan posisi ini. Tentu saja kolam bersalin yang digunakan haruslah didesain khusus dan tidak boleh digunakan oleh sembarang orang. Temperatur airnya pun harus selalu sama persis dengan suhu tubuh si ibu saat melahirkan. Akurasi ini penting untuk mencegah temperature shock saat bayi meluncur ke dalam kolam. Sterilitas air pun perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayinya. Harus diakui, melahirkan dalam air memiliki kelebihan tersendiri, yaitu adanya relaksasi terhadap semua otot tubuh, terutama otot-otot yang berkaitan dengan proses persalinan. Mengejan pun jadi lebih mudah dan konon rasa sakit selama persalinan tidak dialami oleh

pasien yang melahirkan dalam air. Tak cuma itu. Meskipun belum ditunjang oleh penelitian ilmiah, proses melahirkan dalam air bisa mencegah kepala bayi cedera. Terhindar dari trauma atau cedera kepala memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibanding sesama bayi yang lahir dengan posisi lainnya. Kekurangannya, risiko air kolam tertelan oleh bayi sangatlah besar. Oleh karena itu, proses persalinan ini tidak hanya membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan kandungan saja, melainkan juga dokter spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung saat bayi lahir. Ada tidaknya air yang masuk maupun gangguan lainnya bisa langsung terdeteksi dan segera diatasi dengan baik. Selain itu, bila prosesnya berjalan lama, bisa-bisa ibu mengalami hipotermia alias suhu tubuh terlalu rendah.

BEBERAPA FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN


* Keamanan Posisi persalinan yang baik idealnya tidak menimbulkan cedera. Kalaupun ada faktor penyulit yang memungkinkan cedera pada ibu maupun bayinya, paling tidak peluang tersebut bisa diminimalkan. Cedera yang umumnya terjadi pada ibu antara lain robeknya rahim, perdarahan hebat, dan robekan jalan lahir. Sedangkan trauma pada bayi di antaranya trauma kepala, patah kaki atau patah tangan. * Kenyamanan Tak bisa dipungkiri, persalinan adalah kerja keras dan perjuangan bagi ibu maupun tim medis yang menanganinya. Itulah sebabnya, si ibu berhak mendapat pelayanan terbaik, termasuk tempat bersalin yang nyaman. Tempat tidur dan segala keperluannya haruslah memenuhi standar higienis guna meminimalkan risiko bayi maupun ibu terkena infeksi. * Bantuan medis Apa pun posisi persalinan yang dipilih, prosesnya haruslah dibantu oleh tim medis yang ahli dan terlatih. Dokter, bidan, maupun dokter anak serta para suster yang membantu harus benar-benar memahami tugasnya memimpin dan mendampingi ibu menjalani proses persalinan. Dengan demikian risiko terjadinya cedera bahkan kematian bisa diminimalkan.

Posisi Bersalin. Mana yang Terbaik?


Tak ada posisi melahirkan yang paling baik. Posisi yang dirasakan paling nyaman oleh si ibu adalah hal yang terbaik. Namun umumnya, ketika melahirkan dokter akan meminta ibu untuk berbaring atau setengah duduk. Namun pada saat proses melahirkan berlangsung, tidak menutup kemungkinan dokter akan meminta ibu mengubah posisi agar persalinan berjalan lancar. Misalnya, pada awal persalinan ibu diminta berbaring, namun karena proses kelahiran berjalan lamban maka dokter menganjurkan agar ibu mengubah posisinya menjadi miring.

Ada berapa posisi melahirkan?

Ada 4 posisi melahirkan. Masing-masing memiliki kelebihan maupun kekurangan sendiri. POSISI BERBARING atau LITOTOMI Ibu terlentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Kelebihan: Dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir pun menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan. Sehingga apabila terjadi perubahan posisi kepala bayi, maka dokter langsung bisa mengarahkan pada posisi yang seharusnya. Kelemahan: Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi. Posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu. POSISI MIRING atau LATERAL Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Kelebihan: Selain peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. Kelemahan: Posisi miring ini menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan karena letal kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan. Dokter pun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomi POSISI JONGKOK Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Kelebihan: Merupakan posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat mengejan. Kekurangan: Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi. POSISI SETENGAH DUDUK Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman.

Kelebihannya: Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal. Kelemahan: Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama.

Rasa Takut Menjelang Persalinan


Proses kelahiran cenderung memicu kecemasan, terlebih lagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Namun, jika Anda mengetahui secara pasti langkah-langkah persalinan, kecemasan tersebut akan mereda. Conectique mempunyai informasi yang sebaiknya Anda ketahui untuk meredakan kecemasan itu.

* Pasrah dan lakukan persiapan Proses kelahiran pertama memang menakutkan. Akan tetapi Anda tetap harus melewati proses itu, jadi sebaiknya sebelum saatnya tiba, persiapkan diri untuk mengahadapi proses tersebut. Anda bisa mencari informasi di buku atau browsing di internet tentang persiapan kelahiran yang pertama ini. * Jangan Abaikan Rasa Takut Kadang, Anda tidak mau orang mengetahui Anda lemah atau takut. Sehingga Anda menyembunyikan rasa takut itu, dan mengalihkan pikiran pada hal-hal yang lain, seperti; berbelanja keperluan bayi, atau bekerja. Disarankan agar tidak memendam ketakutan. Jika kemukakan hal tersebut pada pasangan, atau teman-teman yang pernah mengalaminya. Mereka akan memberi masukan, atau petunjuk apa yang seharusnya dilakukan sehingga Anda siap jika saatnya tiba.

* Pengetahuan adalah kekuatan Jika Anda tahu proses yang akan dilalui saat melahirkan, maka kondisi mental Anda juga akan siap menjelang kelahiran. Dengan membaca buku tentang kelahiran dan atau membuka situs-situs kelahiran, Ada setidaknya tahu dan mengerti proses yang terjadi dan langkah yang dilakukan oleh paramedis saat membantu Anda melahirkan. * Ikut Kelas Antenatal Selain mencari informasi, ikutilah kelas untuk ibu hamil seperti kelas senam Lamaz. Kelas itu memberi teori teknis tentang cara bernafas, dan cara menenangkan diri ketika proses kelahiran. Memang, mengikuti kelas itu bukan berarti Anda secara otomatis terbebas dari rasa sakit ketika melahirkan, akan tetapi setidaknya Anda menjadi lebih tenang. Jika Anda panik, otot-otot akan menegang dan Anda akan merasa lelah, sehingga lebih kesakitan. Sakit adalah hal yang ditakutkan setiap ibu yang akan melahirkan. Sampaikan kecemasan Anda pada dokter, sehingga Anda bisa mendapatkan peghilang rasa sakit. Tetapi Anda juga harus bisa menerima jika ternyata dokter mempunyai keputusan yang berbeda. Beberapa contoh bius yang terdapat dirumah sakit bersalin adalah entonox, pethidin, atau yang umum digunakan adalah epidural. Tetapi Anda juga harus memastikan di rumah sakit tempat Anda akan melahirkan, apakah fasilitas tersebut tersedia.

kelahi ran sulit * Jika Menghadapi Persalinan Sulit Proses kelahiran dipengaruhi secara langsung oleh 2 faktor. Pertama, ukuran pinggul dan kedua, posisi bayi dalam kandungan. Kedua faktor tersebut berada di luar kontrol Anda. Biasanya pada kelahiran pertama, 1 dari 10 bayi lahir dengan posisi yang disebut posterior. Maksudnya posisi kepala bayi sudah di bawah hanya saja bukannya menghadap ke pinggul tetapi melenceng 90 derajat. Sehingga kepala bayi harus diputar 90 derajat agar dapat lahir. * Proses kelahiran bukan ujian Anda tidak perlu mempersoalkan akankan melahirkan dengan bantuan pembiusan atau tidak. Hal terpenting yang perlu dipastikan adalah bayi Anda bisa lahir selamat. Tidak semua ibu beruntung melewati proses persalinan yang lancar dan cepat. Pastikan saja persiapkan Anda telah sempurna. Agar mendapat dukungan, Anda dapat mengajak suami atau ibu menemani saat melahirkan.

Perawatan Pasca Persalinan


Ketika si kecil berhasil Anda lahirkan dengan selamat dan sehat. Kegembiraan akan segera menggantikan rasa lelah Anda yang luar biasa saat proses kelahiran berlangsung. Kini, kosentrasikan diri Anda untuk proses pemulihan tubuh. Sebab begitu selesai melahirkan Anda harus kembali memiliki tenaga yang penuh serta badan yang bugar untuk pemberian ASI serta perawatan bagi bayi Anda. Jadi, apa yang harus ibu perhatikan dan lakukan? Berikut ini adalah beberapa perawatan yang harus dilakukan oleh ibu pasca melahirkan: Perawatan episiotomi Episiotomi adalah pengguntingan berupa sayatan kecil pada perinium (antara dubur dan vaina) yang dilakukan pada saat proses persalinan berlangsung. Episiotomi merupakan prosedur umum yang diberikan untuk menghindari perobekan perinium secara alamiah. Episiotomi juga diberikan jika kulit tidak cukup meregang sehingga kepala bayi tidak dapat melewati vagina. Proses ini episiotomi akan meninggalkan rasa nyeri sehingga masa pemulihannya biasanya membutuhkan waktu selama seminggu bahkan lebih. Untuk menghilangkan rasa nyeri serta tidak nyaman maka ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan. 1. Duduklah di atas bantalan empuk yang berbentuk lengkung seperti cincin yang terbuat dari bahan karet (biasanya dapat dibeli di toko perlengkapan bayi atau ibu melahirkan). Bantalan yang empuk akan membantu mengurangi tekanan pada bagian perinium. 2. Jika Anda merasakan rasa panas dan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada saat buang air kecil. Maka cobalah untuk membasuhnya dengan air hangat setiap kali Anda selesai buang air kecil. Perawatan nifas atau Lokia Cairan yang keluar usia proses persalinan ini mirip sekali dengan darah menstruasi. Namun tak perlu ada

yang dikhawatirkan karena kondisi ini merupakan pertanda bahwa di dalam tubuh Anda tengah berlangsung proses pemulihan. Cairan ini akan terus keluar dan akan mengalami perubahan warna dari merah, merah mudah kemudian cokelat, kuning, putih hingga kahirnya tak berwarna. Kondisi tersebuta akan berlangsung selama rentang 14 hari hingga 6 minggu. Untuk mengatasinya, jangan sekalipun menggunkan tampon karena rentan menimbulkan infeksi. Gunakan pembalut khusus untuk perawatan usia persalinan. Kurangi aktifitas berat dan perbanyak istirahat agra dinding rahim Anda membentuk jaringan baru yang menutup seluruh bekas luka. Mengkonsumsi makanan bergizi akan membantu cepatnya proses pemulihan. Perawatan payudara Anda tak perlu panik ketika mendapati payudaranya tiba-tiba seperti tidak berisi pasca melahirkan. Pada saat hamil, ukuran payudara memang membesar karena bertambahnya saluran-saluran air susu, sebagai persiapan laktasi. Namun kondisi paudara biasanya akan berubah-ubah setelah tiga hari pasca melahirkan. Perawatan khusus yang bisa dilakukan adalah tindakan untuk memperbanyak ASI dan mengurangi rasa nyeri akibat bengkak. Caranya, yaitu dengan memberi kompres air panas dan air dingin pada payudara secara bergantian. Kemudian lakukan pijatan ringan dari tengah berputar ke samping terus ke bawah. Lakukan pijatan ini seraca berulang-ulang.

Anda mungkin juga menyukai