Anda di halaman 1dari 10

Tidak sekarang, tidak pula lima tahun yang lalu. Kau tetap tak berubah,nak.

Kau selalu saja seperti ini, berbeda pendapat dengan Bunda. Kau pikir manusia selamanya mampu berdiri sendiri dan berada di atas? Pokoknya Bunda tidak mengizinkanmu pergi meski kau beralasan untuk mencari pengalaman. Malam ini aku terbangun lagi, tidak jauh berbeda seperti malam-malam sebelumnya. Aku terjaga larut malam seperti ini selama sebulan, lagi-lagi karena mimpi burukku. Mimpi akan masa lalu yang senantiasa berputar di otakku bagai slide-slide film dan membuatku enggan untuk memejamkan mata. Kuputuskan untuk melangkah ke balkon kamarku, setelah sebelumnya mengambil sebotol air mineral dari kulkas kecil yang ada di sudut kamar. Aku menghela nafas panjang, kubiarkan udara dingin sisa-sisa musim kemarin menerpaku di malam musim semi ini. Ini adalah musim semi kedelapanku semenjak aku memutuskan untuk meninggalkan Bunda hari itu dan menetap di Korea. Pemandangan malam kota Seoul dari balkon kamar apartemenku yang terletak di lantai 13 sedikit banyak mampu membuat pikiranku tenang. Maaf, Bunda...Maafkan anakmu ini, gumamku lirih. Ting Tong. Suara bel apartemen yang berbunyi nyaring menyadarkanku dari lamunan akan sosok Bundaku. Terkejut? Tentu saja tidak. Aku tahu benar siapa orang yang kurang kerjaan datang malam-malam begini untuk berkunjung ke apartemenku.

Selamat dini hari, Minimin.. kau mau memasakkan beberapa makanan untukku? Aku lapar.. ucap sosok itu, tentu dengan bahasa Korea yang sangat fasih sesaat setelah kubukakan pintu untuknya. Berhenti memanggilku dengan panggilan seperti itu atau kau ku usir sekarang juga, Kyu! ucapku tanpa ampun sambil menekankan suara saat menyebut namanya. Maaf...bukannya kau yang paling tahu aku, Minnie? Kalau aku sudah merajuk seperti ini sudah pasti aku dalam keadaan lapar dan lagi seharian ini aku lel dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat saat melihatku menatapnya tajam. Dalam hati aku tersenyum senang, Kyuhyun..selalu saja seperti itu. Dia suka sekali mengoceh hal-hal tak penting hanya untuk menarik perhatianku. Kyuhyun. Cho Kyuhyun, seorang penyanyi muda yang berumur dua tahun lebih muda dariku itu sudah dua tahun belakangan mengejarku tanpa kenal lelah. Menyatakan cinta dan selalu mengklaim bahwa aku adalah miliknya. Aku sendiri tidak terlalu mengambil pusing akan masalah itu, tetapi yang membuatku heran adalah kenapa harus aku, si Indonesia ini yang ia pilih disaat banyak sekali wanita Korea di luar sana yang mengelu-elukan namanya dan memujanya bagai Tuhan. Aku kenyang, enak sekali.. Kau yang terbaik, Minnieku sayang ucapnya riang sambil menepuk-nepuk perutnya seperti anak kecil. Sudah besar, masih saja berkelakuan seperti itu. Aku terkikik kecil melihat kelakuannya, tentu saja membuat senyum di bibirnya mengembang semakin lebar.

Ya..terimakasih Kyu, kau mau menghabiskan makanan buatanku.. akhirnya keluar juga kata-kata manis dari bibirku ini. Eung dia mengangguk semangat, kali ini gayanya meniru anjing peliharaan tetanggaku yang bernama Bada. Sungguh menggemaskan. Oh, ya Min..tumben sekali kau cepat membukakan pintu? tanyanya sambil memasang wajah penasaran. Akh, I itu..Aku sedang lembur beberapa dokumen rumah sakit, Kyu jawabku tentu saja penuh kebohongan. Aku hanya tidak ingin merusak suasana hatinya yang sedang lelah. Begitu? Biar aku temani malam ini..sebaiknya kau segera pergi tidur. Ini sudah lebih dari jam satu malam, ia mengambil satu tanganku, mengelusnya lembut seolah menenangkanku. Tidak usah ditemani, aku menggeleng pelan. Aku tahu kau lebih lelah dariku, pulanglah.. sebagai gantinya aku akan segera tidur sesuai keinginanmu ucapku lembut sambil tersenyum padanya dan mengelus tangannya dengan sebelah tanganku yang lain. Tahukah kalian? Aku mencintainya. Demi Tuhan, melebihi apapun. Aku mencintainya sampai-sampai aku tidak rela untuk mengikatnya denganku. Biarlah cinta ini aku dan Tuhan yang tahu. Aku bukan bersikap egois, hanya takut ia bernasib sama seperti Bunda. Kulupakan...

Pagi kembali datang menyambutku. Dengan berbekal sarapan sehat pagi tadi, aku melangkahkan kaki menuju rumah sakit yang letaknya hanya beberapa blok dari apartementku. Ya Tuhan.. aku bergumam lirih lalu mulai mengumpat dalam hati kepada sosok itu. Kyuhyun, si bodoh itu dengan santainya berdiri menyender pada mobil sport berwarna putih miliknya. Huh, dia itu mau menjemputku atau mau ikut photo shoot sih? Dasar tukang cari perhatian! Setidaknya, begitulah pikirku. Pagi, Min.. ucapnya memasang wajah tanpa dosa lalu menegakkan badannya. Tangannya terulur untuk menyentuh rambut panjangku yang tergerai. Plak. Kugagalkan aksi nya untuk membelai lembut kepalaku seperti yang biasa dilakukannya,Kyu...kau ini sadar tidak sih banyak orang berkeliaran pagi ini. Bagaimana kalau sampai fansmu tahu kalau kau sering kemari untuk bertemu denganku? Bagaimana kalau Aish, kau ini! aku menghentikan omelanku saat melihatnya malah memandang mataku lekat sambil tersenyum. Pandangan penuh cinta yang menyakitkan. Jangan khawatir Min, mereka tidak tahu kalau aku sudah kembali ke Seoul. Management merahasiakannya. Ayo, Bu Doktel..anak-anak cudah menunggumu! serunya riang menirukan gaya bicara pasien-pasienku. Ish, Kyuhyun menyebalkan! umpatku yang semakin mengundang tawa renyahnya. Suka, aku suka Kyuhyun yang begini. Dia selalu saja membuat pipiku bersemu merah karena perlakuannya padaku.

Kau tidak ikut turun? tanyaku ketika dia menghentikan mobilnya tepat di depan taman rumah sakit. Maaf.. ucapnya sambil menangkupkan kedua tangan dan memasang muka memohonnya, lagi-lagi seperti Bada. Haaah...pergilah, aku akan bahagia dengan malaikat-malaikat kecilku ucapku tak bersemangat sambil menghela nafas panjang. Jam 7 malam, Namsang. Datanglah ucapnya cepat lalu langsung melajukan mobilnya menjauhi rumah sakit. Apa? Aku tidak dengar. Hari ini banyak sekali orang tua yang membawa anak mereka ke rumah sakit. Sebagian besar mereka datang untuk pengecekan rutin kesehatan anak-anak mereka, sebagian yang lain datang untuk memeriksakan penyakit yang diderita anak mereka. Ibu...sakit.. rengek salah seorang pasienku saat jarum suntik menancap di kulit lengannya.tenanglah, babby...anak ibu harus kuat ucap sang ibu lembut. benar kata Ibumu, sayang..kau harus kuat tambahku sambil tersenyum kepada salah satu malaikatku itu. Ya Tuhan, Bunda...kenapa selalu begini? Seberapa kerasnya aku mencoba melupakanmu, semua orang yang kutemui seakan menolak tindakanku yang mencoba melupakanmu. Pikiranku kembali kacau sore ini. Bayangan Bunda yang sedari kecil mengasuhku seorang diri terus menerus berputar di otakku. Hiks, Bunda..Maaf.. tak kuasa menahan lagi, isakanku terdengar semakin keras. Sesak, dadaku begitu sesak.

Aku melirik jam tangan yang melingkar indah di tangan kiriku, oh tidak..kacanya berembun karena rendahnya suhu udara malam ini. Jam 11 tepat, itu artinya sudah lebih dari 5 jam aku merenung sendiri di taman ini. Dengan langkah gontai, perlahan aku bangkit dari bangku taman, menyusuri dinginnya malam untuk kembali ke apartementku. Tap. Langkahku berhenti tepat di depan pintu apartementku. Bukan, bukan karena aku sadar ini adalah kamarku. Sepasang kaki menarik perhatian mataku yang sedari tadi hanya menatap jalan, aku pun mendongakkan mata untuk melihat siapa pemilik kaki itu. Kyu? gumamku lirih. Dia memandang tajam ke arahku, seolah-olah aku sudah melakukan kesalahan besar kepadanya. Hiks...Hiks Oh Tuhan, isakan bodoh itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku sungguh tidak tahan dengan semua ini, Bunda..sungguh maafkan aku. Minimin? Kau kenapa? Hei.. aku mendongakkan kepalaku lagi. Kulihat Kyuhyun begitu cemas terhadapku. Sedetik dari itu, kurasakan lengan kekarnya sudah memelukku erat, melingkupi tubuh lemahku dengan kehangatannya. Hiks. Ssst, tenangkan dirimu Min..

Pelan-pelan kubuka kedua mataku, terasa berat dan perih. Saat mendekatkan wajahku ke cermin, saat itulah aku sadar telah menangis semalaman. Kedua mataku bengkak. Ya Tuhan... Pagi, Min..sudah bangun? Cuci muka lalu keluarlah..aku sudah buatkan sarapan untukmu, ucapan Kyuhyun membuatku benar-benar terjaga. Aku cukup terkejut melihatnya pagi ini ada di dalam apartementku, tentu saja ini bukan hal biasa. Bagaimana dia bisa masuk kemari? Oh rasanya menangis bisa membuat orang menjadi amnesia. K, Kyuu.. Kau hutang beberapa penjelasan padaku. Cepatlah makan, kau belum makan dari semalam ucapnya lalu melangkah menjauhi kamarku. Di sinilah aku sekarang, duduk di atas salah satu kursi makan sambil menekuk kedua lututku. Memeluknya dengan kedua lenganku. Mataku tidak lepas dari sosok yang sedang menata piring di meja makan. Kyuhyun, haruskah aku menceritakan kisahku padamu? Aku tampan kan? Kau saja yang bodoh dan menolakku. Dasar gadis payah..ucapnya tanpa jeda. Hah?Menolak?Payah? Ish..jangan merusak sarapanku, Kyu! kataku pada akhirnya. Kau merusak moodku semalam, bodoh.. makinya tanpa ampun. Aku hanya mengerjapkan mataku. Jujur, aku bingung. Dia itu marah kenapa?

Minimin! panggilnya antusias, berbanding terbalik dengan sedetik yang lalu saat dia berucap ketus padaku. Dasar artis labil. Apa, Kyu? tanyaku, berusaha mengacuhkan panggilan menjijikannya. Semalam kau menangis, kenapa? Kau ada masalah? tanyanya lirih, suaranya begitu lembut di telingaku. Kyu? jawabku gugup sambil meremas ujung bajuku. Akh, tidak mau cerita juga tak apa tambahnya lagi sambil tersenyum manis padaku. Tidak. Kenapa Min? Kyu, maukah kau mendengar ceritaku? Seminggu telah berlalu sejak aku menceritakan semuanya pada Kyuhyun. Semua tanpa pengecualian, tentang keinginan Ayah, kematian Ayah, perselisihanku dengan Bunda dan tindakanku yang mencoba melupakan Bunda. Saat ini, aku dan Kyuhyun sedang berada di dalam mobil. Mobil inilah yang akan mengantarku untuk menemui Bunda. Ya, sudah 5 hari aku dan Kyuhyun berada di Indonesia dan barulah pagi tadi aku tahu kalau sekarang Bunda tinggal di Jogja. Kuputuskan untuk kembali pada Bunda, memohon ampunan padanya dan membawanya hidup bersama. Ya Tuhan.. gumamku. Kakiku langsung melemas saat itu juga. Aku meninggalkan Bunda 4 tahun lebih di tempat lusuh seperti ini, kecil dan penuh dengan ilalang liar yang menutupi rumah itu.

Min..kau pasti bisa ucap Kyuhyun memberi semangatnya, tepat di telingaku. Tangannya melingkar erat di pundakku, membantuku berjalan sekaligus mencegahku agar tak jatuh. Bunda...Maaf, maafkan Minnie Bunda.. gumamku nyaris tak terdengar. Lidahku kelu dan hanya itu yang mampu kupikirkan saat ini. Cklek. Seorang perempuan tua menyambutku, Bunda. Iya..aku mengenalinya. Di saat seperti ini, Bunda tetap tersenyum dan menyambutku dengan hangat. Aku merosot kebawah, genggaman Kyuhyun tak kuasa menahanku. Mungkin ia juga terkejut sepertiku. Bunda buta. Terlihat jelas tatapannya kosong, meski ia mencoba memberikan senyum terbaiknya pada kami. Hiks..Bundaaaaaa! Bundaaaa! Maaf, Bunda!! Maafkan Minnie, Bunda....Hiks..Bundaa aku bersimpuh, bersujud di kakinya. Mencium kaki tuanya, aku durhaka Bunda. Aku berdosa membiarkanmu mengalami semua ini sendiri. Min.. gumam suara tua itu lirih, nadanya terdengar bergetar dan sarat kesedihan. bangun, Min..Bunda yang salah. Bukan Minnie Aku bersyukur. Karena Bunda memaafkanku? Bukan hanya itu saja, aku bersyukur menuruti keinginan Ayah untuk menjadi dokter. Aku bersyukur memiliki perbedaan dengan Bunda, membuatku bisa menemukan Kyuhyun. Aku bersyukur karena Kyuhyun yang sudah menyatukan aku dengan Bunda. Aku bersyukur karena Tuhan telah membuat Kyuhyun dan aku saling mencintai.

Bunda, hari ini Minnie harus menemani Kyuhyun ke lokasi shooting. Minnie tidak mau mata Kyuhyun melihat gadis lain disana, jadi Minnie harus ikut dia. Bunda jangan takut..ada bibi yang menemani ucapku lembut pada Bunda saat aku dan dia harus pergi ke Jeju hari ini. Min, aku tidak menatap lapar gadis selain dirimu! sela Kyuhyun dengan nada jengkel khasnya. Bunda, anakmu membuatku malu di depanmu.. rajuknya sambil memeluk Bunda dari samping. Bunda tertawa renyah, beliau meraba-raba tanganku dan Kyuhyun lalu menyatukannya, berjanjilah kalian akan bahagia untuk Bunda.. kata Bunda kemudian dengan suara lirih khas miliknya. Kyuhyun mengangguk sambil tetap memeluk Bunda dan aku tersenyum melihatnya.Bunda, aku sangaaaaaat mencintai Kyuhyun. Aku bersyukur bisa memberi tahumu tentang hal ini.

Anda mungkin juga menyukai