Anda di halaman 1dari 10

Mencintai Bahasa Indonesia Sejak Dini

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa dan


Bersastra Indonesia

Dosen Pengampu: Dra. Nuraeni Abbas

Disusun Oleh:

Dina Fadila Wulandari

1401411210

Rombel 15

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang Masalah


Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan belum
mendapat tempat di hati generasi bangsa. Hari kelahiran bahasa Indonesia
tanggal 2 Mei juga belum diketahui secara luas. Bahkan kedudukan bahasa
Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran pokok kerap kali disepelekan dan
dianggap sebagai pelajaran yang paling membosankan.
Pada UUD 1945 menerangkan kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan sangatlah kuat. Pasal 36 berbunyi, “Bahasa negara adalah
bahasa Indonesia”. Penjabaran pasal ini secara lebih luas dapat diartikan
bahwa penggunaan bahasa Indonesia menjadi kewajiban untuk setiap
kepentingan kenegaraan dan urusan tata pemerintahan. Konsekuensinya,
usaha pelestarian, pembinaan, dan mengembangan bahasa Indonesia menjadi
tanggung jawab setiap warga negara.
Semakin pentingnya kedudukan bahasa Indonesia dan semakin
optimalnya intensitas pembelajaran bahasa, pada kenyataanya tidak cukup
berhasil untuk mencetak generasi yang cinta dan terampil dengan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mengapa harus belajar bahasa Indonesia sejak dini?
1.2.2 Bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari
bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui alasan mempelajari bahasa Indonesia sejak dini
1.3.2 Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari
bahasa Indonesia dengan baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alasan Mempelajari Bahasa Indonesia Sejak Dini


Sebagai warga Negara Indonesia kita harus mempelajari bahasa Indonesia.
Di negara Indonesia bermacam suku dari Sabang sampai Merauke bermacam –
macam bahasa yang digunakan dari setiap suku. Untuk mempersatukan antara
suku tersebut agar dapat berkomunikasi dengan baik, kita menggunakan bahasa
resmi yaitu bahasa indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang di pakai warga Negara Indonesia. Kita
sebagai warga Negara Indonesia haruslah bisa mengunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Betapa pentingya bahasa Indonesia agar dapat
berkomunikasi dengan baik.
Karena diperlukan untuk berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan
sehari-hari, perlu adanya pembiasaan sejak dini dalam pengaplikasian bahasa
Indonesia dengan baik dan benar agar kita sebagai warga Indonesia dapat
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pasalnya, banyak kalangan remaja
yang tidak mempedulikan lagi bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka
sering mencampur adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa gaul yang tren
model sekarang ini. Mereka lebih sering menggunakan bahasa gaul dan
berbahasa asing ketimbang bahasa Indonesia.
Pembiasaan sejak dini ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan anak
dalam berbahasa dengan baik dan benar. Ibaratnya, melukis di atas batu semakin
lama semakin membekas. Maksudnya anak kecil yang belajar bahasa Indonesia
sejak dini, ia akan semakin trampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
kelak di kemudian hari jika ia terus menerus mengasah kemampuannya itu.
Dari beberapa hal tersebut tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa
Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan
siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama
sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat
memberikan kemampuan dasar berbahasa yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari
lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat
membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk
menikmati dan menghargai sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur
bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam BSNP (2006) dijabarkan
menjadi beberapa tujuan. Tujuan bagi siswa adalah untuk mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Adapun
tujuan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa , serta lebih
mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Tujuan bagi orang tua siswa
adalah agar mereka dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program
pembelajaran. Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program
pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang
tersedia. Sedangkan tujuan bagi daerah adalah agar daerah dapat menentukan
sendiri bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah
dengan tetap memperhatikan kepentingan sosial.
Maka sangat penting kita untuk belajar bahasa Indonesia dari bangku
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi mempelajari bahasa Indonesia, seperti
menulis sebuah artikel dalam bahasa Indonesia, berbicara menggunakan bahasa
Indonesia, mempresentasikan sebuah karangan ilmiah dengan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar
Maka dari itu, dengan kita belajar bahasa Indonesia kita dapat bertutur kata
dengan baik, kesopansantunan seseorang dalam berbahasa tidak akan mengalami
kesulitan dalam membuat suatu tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
2.2 Langkah dalam Mempelajari bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Kondisi pembelajaran bahasa Indonesia yang demikian memprihatinkan,
mau atau tidak, mengharuskan kita untuk melakukan langkah “revitalisasi”, yaitu
dengan menghidupkan dan menggairahkan kembali proses pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah didukung etos dan semangat guru yang handal serta
kegairahan siswa yang terus meningkat intensitasnya dalam belajar dan berlatih
berbahasa.
Langkah “revitalisasi” yang mesti ditempuh, di antaranya, pertama,
menciptakan dan sekaligus memberdayakan guru. Upaya pemberdayaan guru
hendaknya dimulai sejak calon guru menempuh pendidikan di LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Keguruan) agar kelak setelah benar-benar menjadi guru tidak
asing lagi dengan dunianya dan siap pakai. Jelas, tuntutan ideal semacam ini
bukan tugas yang ringan bagi LPTK, sebab selain harus mampu mencetak
lulusan yang punya kemampuan akademik tinggi, juga harus memiliki
integritas kepribadian yang kuat dan keterampilan mengajar yang handal.
Kedua, guru hendaknya tidak terlalu banyak dibebani oleh
tuntutan kurikulum yang dapat “memasung” kreativitasnya dalam proses
pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hendaknya
memberikan ruang dan peluang yang begitu terbuka bagi para guru dalam
melakukan inovasi pembelajaran dan mendedahkan (membukakan /
menyingkapkan) kreativitas pembelajaran secara optimal dalam mengemas
kegiatan belajar-mengajar.
Tujuan pembelajaran bahasa bukanlah untuk menjadikan siswa sebagai
ahli bahasa, melainkan sebagai seorang yang dapat menggunakan bahasa untuk
keperluannya sendiri, dapat memanfaatkan sebanyak-banyaknya apa yang ada di
luar dirinya dari mendengar, membaca, dan mengalami, serta mampu
berkomunikasi dengan orang di sekitarnya tentang pengalaman dan
pengetahuannya.
Ketiga, buku paket yang “wajib” dipakai hendaknya diupayakan untuk
dicarikan buku ajar yang sesuai dengan tingkat kematangan jiwa dan latar
belakang sosial-budaya siswa. Hal ini perlu dipikirkan, sebab bahan ajar yang
ada dalam buku paket dinilai belum sepenuhnya mampu menarik minat dan
gairah siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
“Revitalisasi” tersebut hendaknya juga diimbangi pula dengan peran-serta
masyarakat agar bisa menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang
siswa untuk belajar dan berlatih berbahasa Indonesia secara baik dan benar,
dengan cara memberikan teladan yang baik dalam peristiwa tutur sehari-hari.
Demikian pula media massa (cetak/elektronik) hendaknya juga menaruh
kepedulian yang tinggi untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai dengan kaidah kebahasan yang berlaku.
Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan
pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendi-
dikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan informal,
pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal dilaku-
kan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada di rumah
bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di
dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
Dalam pendidikan formal ini gurulah yang berperan penting dalam menanamkan
pengetahuan akan bahasa Indonesia. Mengingat bahwa penggunaan bahasa oleh
guru menjadi modal utama bagi penggunaan bahasa bagi murid, maka
hendaknya guru menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Kemampuan
menggunakan bahasa Indonesia baku itu hendaknya mendapat perhatian utama
di lembaga-lembaga pendidikan guru. Sedangkan pendidikan nonformal
dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-
pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya.
Jika langkah “revitalisasi” tersebut dapat terwujud, tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah bukan mustahil diraih. Anjuran
pemerintah untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
kepada seluruh masyarakat pun tidak akan bersifat sloganistis. Bahkan,
mungkin pada gilirannya nanti bahasa Indonesia benar-benar akan
menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang wibawa dan punya prestise
tersendiri di era globalisasi, luwes dan terbuka, dan para penuturnya akan tetap
bangga dan setia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi
yang efektif di tengah derap peradaban zaman. Sebab, jutaan generasi yang
memiliki kebanggaan dan kecintaan terhadap bahasa nasional dan negaranya
akan lahir dari sekolah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perlu adanya pembiasaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
sejak dini dan merupakan kewajiban bagi kita semua untuk melestarikan
bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pembiasaan sejak dini ini bertujuan
untuk memperkuat kemampuan anak dalam berbahasa dengan baik dan benar.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengambangan
berbahasa yaitu dengan pemberdayaan guru yang berintegritas tinggi
sehingga dapat dijadikan sebagai teladan yang baik bagi siswa-siswinya, tidak
mengekang siswa/siswi dalam hal inovasi berbahasa namun tetap dalam
kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar, serta penggunaan bahan ajar
yang sesuai dengan tingkat kematangan jiwa dan latar belakang sosial-
budaya siswa.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis ingin memberikan saran kepada pembaca untuk
membiasakan anak atau siswa-siswinya berbahasa Indonesia yang baik dan
benar sejak dini, agar kelak mereka sudah terbiasa untuk berbahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Puar, Yusuf Abdullah. 1985. Setengah Abad Bahasa Indonesia. Jakarta: IDAYUS.
http://spektrumku.wordpress.com/2010/11/25/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar-
maunya-bagaimana-sih/

http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/21/pentingnya-bahasa-indonesia/

http://sawali.info/2008/04/15/revitalisasi-pembelajaran-bahasa-indonesia-di-sekolah/

Anda mungkin juga menyukai