Anda di halaman 1dari 30

PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK

Mengapa Pembaruan Karismatik Katolik (PKK) belum bisa diterima oleh banyak kalangan, termasuk kalangan uskup dan imam? Mengapa ada banyak tuduhan negatif terhadap PKK? Mengapa tampaknya ada perbedaan dalam praktik PKK? Apa sebenarnya hakikat PKK? Pertanyaanpertanyaan ini masih hangat, meskipun tidak banyak yang mau membahasnya secara frontal. Saya mengerti bahwa pembahasan ini akan mengundang polemik. Saya tidak suka polemik. Akan tetapi, tinggal diam dan tidak memberikan tanggapan juga bukan solusi. Lagipula saya sendiri, sebagai partisipan aktif dalam gerakan pembaruan karismatik perlu merefleksikan pertanyaan-pertanyaan di atas. Refleksi dan upaya pengembangan gerakan inilah yang juga ditekankan oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II dalam salah satu sambutannya kepada para pemimpin gerakan PKK dalam pertemuan ICCRO (International Catholic Charismatic Renewal Offices) pada tahun 1992: Berhubung buah-buah Roh Kudus diberikan untuk membangun Gereja, kamu, sebagai para pemimpin dari Pembaruan Karismatik, ditantang untuk menemukan cara-cara yang semakin efektif dengan mana kelompok-kelompok yang kamu wakili dapat menunjukkan kesatuan pikiran dan hati yang penuh dengan Takhta Apostolik dan Persekutuan Para Uskup, serta dapat bekerjasama untuk menghasilkan buah yang semakin berlimpah di dalam misi Gereja di dalam dunia. Reboot adalah salah satu kata yang sering dipakai dalam dunia komputer. Kata ini secara sederhana dapat diartikan sebagai tindakan mematikan komputer dan menjalankan ulang sistem operasi utama. Salah satu saat orang perlu melakukan reboot ialah ketika ada update baru untuk sistem operasinya. Fungsi update ini ada macam-macam. Misalnya, untuk memperbaiki kelemahan atau kerusakan yang ada pada sistem. Perbaikan biasanya dilakukan berdasarkan saran dan kritikan dari pengamat atau penggunanya. Update diperlukan pula untuk memperbarui sistem untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pembaruan Karismatik Katolik telah berusia 41 tahun. Di dalam perjalanannya yang relatif masih sangat singkat, PKK mendapatkan banyak masukan yang berguna. Sebagai gerakan, hakikat PKK ialah dinamis. Ia selalu berubah. Masalahnya, perubahan itu bisa baik, bisa pula buruk. Menjadi tanggung jawab setiap orang yang terlibat dalam PKK untuk mengembangkan gerakan ini ke arah yang semakin baik. Banyak saran maupun kritikan yang muncul dari partisipan maupun pengamat dari gerakan ini. Terutama pada zaman internet ini. PKK perlu memerhatikan kritikan terhadap

dirinya. Tidak untuk mengambil sikap defensif atau lebih parah lagi, menyerang balik. Namun, untuk belajar dari sana dan berkembang menjadi lebih baik. Visi Perubahan Melalui sambutan Bapa Suci Yohanes Paulus II pada tahun 1992 PKK dapat merumuskan visi perubahannya. Menurut Bapa Suci, kekuatan sekaligus sumbangan PKK terhadap Gereja pada abad yang lampau sampai sekarang ini ialah: * Kesaksian pribadi atas Roh yang tinggal dalam manusia dan dengan menyatakan kehadiran-Nya melalui karya-karya kekudusan dan solidaritas. * Membantu mengembangkan suatu hidup rohani yang solid yang berdasar pada kuasa Roh Kudus yang nyata dalam Gereja, di dalam kekayaan Tradisinya, dan secara khusus dalam perayaan sakramen-sakramennya. Dari pesan Paus besar ini dapat ditemukan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan PKK. Ke dalam: 1. Pembinaan hidup rohani yang solid menuju kekudusan. 2. Berpegang teguh pada Tradisi, secara khusus penghargaan terhadap sakramen-sakramen. Ke luar: 3. Membangkitkan semangat untuk menjadi saksi akan Allah yang hidup, khususnya akan karya Roh Kudus yang nyata dalam hidup. 4. Diwujudkan dalam hidup yang suci serta karya-karya cintakasih yang nyata. 1. Pembinaan Hidup Rohani Saya pernah sangat antipati dengan gerakan Pembaruan Karismatik Katolik. Kontak awal saya dengan gerakan ini terjadi pada saat saya masih di tingkat SMA. Di paroki saya waktu itu suatu kelompok karismatik sedang mengadakan acara. Dari luar gedung pertemuan saya mendengar musik yang hingar-bingar dan nyanyian yang aneh (lama sesudah itu saya baru tahu bahwa mereka sedang bersenandung dalam bahasa roh). Penasaran, saya mengintip ke dalam. Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk mengambil kesimpulan bahwa orang-orang di dalam itu aneh atau bahkan tidak waras lagi. Ada yang menepuk-nepuk dada; ada yang menangis tanpa malu; ada yang mengangkat tangan, menengadah ke atas lalu mengatakan sesuatu dalam bahasa aneh; ada yang terbaring di lantai sambil terus meracau; ada yang histeris; sementara pemimpin di depan terus berteriak-teriak dengan mikrofon di tangannya. Terus terang saya shock. 2

Pengalaman di atas membuat saya mengerti mengapa sampai sekarang pun banyak orang Katolik yang berpandangan miring tentang PKK. Orang-orang karismatik pernah dan masih sering dicap aneh di dalam Gereja Katolik. Namun, dalam pengalaman selanjutnya di dalam PKK saya sadar bahwa ungkapan spontan dan emosional dalam pujian dan penyembahan hanyalah sarana dan bukan tujuan PKK. Sebagai sarana, ungkapan emosional dan manifestasi-manifestasi lainnya bukanlah tujuan hakiki PKK. Tujuan hakiki PKK, sama dengan tujuan hakiki setiap gerakan individu maupun kelompok dalam Gereja Katolik, ialah kekudusan. Jika tujuan dari PKK ialah kekudusan, apa yang merupakan titik awal gerakan ini secara khusus? Banyak ahli yang mengatakan bahwa awal dari terlibatnya seseorang dalam PKK adalah penerimaan pencurahan Roh Kudus atau baptisan dalam Roh. Pencurahan Roh Kudus ini merupakan semacam inisiasi ke dalam gerakan PKK, meskipun tidak setiap orang yang mengalaminya kemudian terjun aktif di dalam gerakan ini. Pencurahan Roh Kudus berarti pengaktifan karya Roh Kudus dalam diri seseorang berdasarkan doa penyerahan dirinya dalam pengharapan. Untuk menerima pencurahan Roh Kudus ini umumnya orang-orang dipersiapkan melalui pengarahan-pengarahan untuk benar-benar menjadikan Yesus pusat hidup mereka dan penerimaan Sakramen Pengakuan Dosa. Pengalaman pencurahan Roh Kudus telah terbukti sebagai pengalaman yang mengubah jutaan orang. Banyak yang mengalami pertobatan yang sejati. Banyak yang dibangkitkan kerinduannya untuk berdoa dan untuk semakin mencintai Kitab Suci. Banyak yang kemudian aktif di paroki. Banyak yang menjadi rajin ikut Misa. Banyak yang mulai mengaku dosa lagi. Tidak sedikit pula yang akhirnya memutuskan untuk menjadi imam, biarawan, atau biarawati. Saya sendiri tidak ragu mengatakan bahwa panggilan saya diteguhkan justru di dalam PKK. Dari buahnya kita mengenal pohonnya (bdk. Mat 12:33). Melihat buah-buah baik yang berlimpah dan begitu jelas dari gerakan ini, sulit sekali dikatakan bahwa PKK ini sesat. Namun, toh masih ada yang beranggapan demikian. Mengapa? Membaca tuduhan-tuduhan mereka atas PKK, saya menemukan sebabnya, yakni masih banyak penyimpangan yang terjadi dalam PKK. Penyimpanganpenyimpangan tersebut sebenarnya tidak akan terjadi apabila tujuan hakiki dari PKK diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh orang-orang PKK sendiri. Masalahnya, sarana-sarana untuk mencapai kekudusan jarang sekali diperkenalkan di dalam pertemuan-pertemuan PKK. Alangkah baiknya seandainya diadakan seminar tentang hidup doa atau ajaran-ajaran tokoh-tokoh besar hidup rohani seperti St. Benediktus, St. Bernardus dari Siena, St. Alfonsus Maria de Liguori, St. Katarina dari Siena, St. Teresa dari Avila, St. Yohanes dari Salib, atau St. Teresia dari Lisieux. Banyak kelompok

karismatik yang hanya memusatkan perhatian pada pengembangan teknik pujian-penyembahan serta mengejar karisma-karisma pelayanan. Mereka hanya berhenti pada sarana dan kehilangan tujuan. Bahkan ada yang menekankan manifestasi-manifestasi emosional sebagai unsur mutlak dalam kelompok karismatik. Inilah salah satu sebab utama mengapa terjadi banyak penyimpangan dalam PKK. 2. Setia pada Tradisi Ada tuduhan yang sangat keras terhadap gerakan PKK berkaitan dengan status hukumnya dalam Gereja Katolik: PKK tidak pernah diakui secara legal dalam Gereja! Tuduhan ini memang benar. Gerakan PKK memang tidak pernah disahkan secara legal oleh Takhta Suci. Namun, tuduhan ini sekaligus absurd. Sebabnya ialah PKK pada hakikatnya adalah sebuah gerakan (movement). Suatu gerakan tidak mungkin dijadikan suatu badan hukum. Sama saja, kita tidak bisa melegalkan gerakan bersih desa atau gotong-royong. Gerakan tersebut bisa saja dilakukan di seluruh dunia, tetapi tentu peraturan pelaksanaan dan pelaksanaannya sendiri akan berbeda-beda menurut waktu dan tempat. Tidak mungkin mewajibkan, misalnya, semua orang harus membabat rumput karena tidak semua tempat punya rumput. Sebaliknya, organisasi seperti Green Peace mempunyai anggaran dasar yang menekankan cinta lingkungan hidup. Akan tetapi, Green Peace tidak bisa mengklaim dirinya mewakili setiap gerakan cinta lingkungan hidup di bumi ini. PKK sebagai gerakan tidak mempunyai statuta atau anggaran dasar. Namun, itu tidak menjadikannya lepas dari hukum. Setiap orang Katolik yang sehat budi dan cukup umur, yang terlibat dalam PKK ialah subyek hukum sesuai Kitab Hukum Kanonik (KHK) kan. 11. Karena jumlah orang-orang Katolik yang terlibat dalam PKK ini sangat banyak, Takhta Suci menganggap perlu ada satu badan koordinator internasional untuk mengatur mereka supaya tetap berpegang pada hukum dan ajaran Gereja Katolik. Badan koordinator ini disebut ICCRS (International Catholic Charismatic Renewal Services) yang berpusat di Roma. Badan ini telah disahkan sebagai badan hukum publik sesuai dengan KHK kan. 116. Artinya, statuta atau anggaran dasar dari ICCRS telah dinyatakan legal oleh Takhta Suci. Selain itu, beberapa asosiasi awam maupun kongregasi religius yang menjabarkan semangat PKK dalam statuta mereka pun telah diakui secara resmi dan legal oleh Gereja. Misalnya, the Catholic Fraternity of Covenant Communities and Fellowships, Komunitas Kkotongnae di Korea Selatan, dan Kongregasi Putri Karmel di Indonesia, dll. Peresmian dan pengakuan statuta kelompok-kelompok ini bisa diartikan sebagai penerimaan semangat PKK sebagai bagian integral dalam hidup Gereja zaman

ini. Kehadiran ICCRS maupun badan hukum lainnya yang berjiwakan semangat PKK sangatlah dibutuhkan. Selain sebagai tanda pengakuan semangat PKK dalam Gereja Katolik, mereka diperlukan juga untuk terus memastikan kesatuan orang-orang yang terlibat dalam gerakan PKK ini dengan Gereja Katolik. 3. Saksi Roh Kudus Sering ada kesalahpahaman dalam gerakan PKK bahwa tanda kehadiran Roh Kudus tergantung dari besarnya karisma-karisma yang hadir dalam suatu pertemuan atau kelompok, entah itu berupa indahnya bahasa roh atau besarnya mukjizat yang terjadi. Kesalahpahaman ini bukan hal yang baru. Dua ribuan tahun yang lalu, umat di Korintus sudah jatuh dalam hal yang sama. Sampai-sampai St. Paulus harus menegur mereka dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Dengan suratnya ini, St. Paulus menggiring para pembacanya sampai pada satu kesimpulan sederhana: yang paling besar adalah kasih! (bdk. 1Kor 13:13) Jangan salah paham. Karisma-karisma Roh Kudus seperti yang disebutkan dalam Rm 12:6-8, 1Kor 12, dan Ef 4:11-12, memang sangat penting untuk perkembangan. St. Paulus mengatakan, Usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia roh, khususnya karunia bernubuat (1Kor 14:1). Kehadiran karisma-karisma, seperti penyembuhan, mukjizat, nubuat, bahasa roh, dan yang lainnya bisa menjadi tanda kehadiran Roh Kudus dalam suatu acara doa. Akan tetapi, itu tidak mutlak. Kadang-kadang justru karisma-karisma ini bisa menimbulkan kekacauan bahkan penyimpangan. Khususnya apabila terjadi orang-orang karismatik terlalu menekankan upaya mengejar karismakarisma ini sampai melupakan yang utama. Nyatanya, orang bisa kehilangan kasih meskipun tetap mempunyai karisma tersebut secara berlimpah (bdk. 1Kor 13:1-3). Penekanan berlebihan terhadap karisma bisa mengakibatkan kesombongan rohani pula. Musuh kita, si iblis tidak akan segan memberikan kuasa-kuasa adikodrati, misalnya penglihatan-penglihatan, bisikan-bisikan seolah-olah nubuat, atau bahkan penyembuhan, untuk membuat para pelayan Tuhan larut dalam kesombongan. Kalau kehadiran karisma-karisma tidak pasti menjadi tanda kehadiran Roh Kudus, kehadiran buah-buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (bdk. Gal 5:22-23) merupakan tanda otentik kehadiran Roh Kudus dalam individu maupun kelompok. Mintalah karisma itu, tetapi kejarlah kasih! Jangan sampai terjadi sebuah acara ataupun suatu kelompok karismatik terlalu memerhatikan hadiah-hadiah ini sampai-sampai melupakan Sang Pemberi hadiah. Tuhan harus menjadi yang utama dan pertama. St. Yohanes dari Salib ialah guru hidup rohani yang amat baik. Dalam bukunya Mendaki Gunung

Karmel didapatkan semboyan hidupnya: Nada, nada, nada. Kosong, bukan ini, bukan itu, bukan barang-barang jasmani, bukan pula barang-barang rohani (maksudnya hiburan-hiburan rohani maupun karisma-karisma) yang dapat membawa manusia kepada Tuhan. Justru kelepasan dari semua itulah yang menjadi syarat untuk mencapai Allah. Hanya dengan kelepasan seperti ini orang dapat menjadi saksi handal Roh Kudus. 4. Kesucian dan Belas Kasihan Tidak ada orang yang bisa mengatakan dirinya mencintai Tuhan kalau masih membenci saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20). Membenci di sini bisa dalam arti aktif maupun pasif. Aktif membenci artinya melukai atau mencelakakan. Pasif membenci artinya melalaikan, membiarkan orang lain celaka (bdk. Apa yang tidak kau lakukan untuk dalam Mat 25:45 dan 1Yoh 3:17). Tanda kesucian yang otentik adalah belas kasihan kepada sesama. Betapa sering kita membaca dalam Kitab Suci bahwa Yesus tersentuh oleh belas kasihan kepada mereka yang menderita. Salah satu kritikan terhadap PKK adalah kecenderungan untuk menjadi eksklusif, sulit membuka diri kepada orang lain di luar kelompoknya. Gaya ibadat dalam kelompok-kelompok PKK sebenarnya juga menjadi problem tersendiri karena tidak semua orang bisa menerimanya. Namun, jika hal tersebut memang tidak bisa diubah, suatu kelompok PKK perlu semakin membuka diri untuk menjangkau mereka yang membutuhkan. Tentu hal tersebut harus muncul dari kesucian hidup anggota-anggotanya dulu, bukan sekedar karena tekanan dari pihak luar, apalagi untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Penutup Masih banyak evaluasi dan perbaikan yang perlu dilakukan PKK untuk semakin berkembang sebagai insan dan saksi Roh Kudus yang efektif. Namun, hal tersebut tidak perlu dipikirkan sebagai sesuatu yang rumit dan menekan. Yang paling penting dan sederhana ialah prinsip awal PKK, keterbukaan terhadap Roh Kudus. PKK akan maju bila ia semakin bergantung pada Roh Kudus dan lepas dari mencari kepentingan diri sendiri.

Rm. Georgius Paulus Penulis tetap di situs carmelia.net

ARTI TEOLOGIS PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK

Istilah yang lebih tepat untuk Pembaharuan Karismatik Katolik. Ada perbedaan istilah berkaitan pembaharuan karismatik ini. Di Amerika Serikat pada umumnya pembaharuan ini disebut Catholic Charismatic Renewal atau Pembaharuan Karismatik Katolik, istilah ini juga dipakai di Indonesia. Sedangkan di Perancis, lebih dikenal dengan Renewal of the Spirit atau pembaharuan dalam Roh atau lebih tepat lagi disebut pembaharuan hidup dalam Roh. Istilah pembaharuan hidup dalam Roh sesungguhnya lebih tepat dipakai. Karena kata karismatik menjadikan pembaharuan ini seolah-olah hanya lebih menonjolkan segi karismakarisma. Karisma-karisma ini memang merupakan unsur yang penting dalam pembaharuan ini, tetapi bukan yang terpenting. Sesungguhnya karisma-karisma ini diberikan Roh Kudus untuk pelayanan kepada jemaat (1 Kor. 12:7-11). Sedang-kan istilah pembaharuan hidup dalam Roh memiliki arti yang lebih mendalam dan sesuai dengan tujuan dan se-mangat dari pembaharuan ini. Karena pada dasarnya pembaharuan ini merupakan suatu pembaharuan hidup rohani dalam kuasa Roh Kudus, yaitu suatu kehadiran baru Roh Kudus disertai kuasa-Nya di dalam kehidupan Gereja dewasa ini. Memang Roh Kuduslah yang melahirkan Gereja dan di sepanjang sejarahnya Gereja selalu dijiwai oleh Roh Kudus. Dan sebenarnya Roh Kudus tidak pernah absen dari Gereja, sebab tanpa Roh Kudus Gereja menjadi tidak berdaya dan akan mati. Bahwa hingga hari ini Gereja mampu memperbaharui diri dan selalu mempunyai vitalitas untuk memperbaharui diri, merupakan bukti, bahwa Roh Kudus sungguh-sungguh berkarya di dalamnya. Memang benar, bahwa masa-masa tertentu kehadiran-Nya lebih tampak dan terasa daripada masa-masa lain, namun Dia selalu hadir. Kehadiran itu sangat nyata sekali pada abad-abad pertama Gereja dalam kehidupan Gereja Awali. Dan apa yang terjadi dalam Gereja Awali, suatu keterbukaan kepada Roh Kudus dan karismakarisma-Nya, saat ini sedang dialami banyak orang di pelbagai belahan dunia melalui pemba-haruan hidup dalam Roh atau pembaharuan karismatik ini. Arti Teologis dan Sosiologis dari Pembaharuan Karismatik Katolik Sering orang memandang secara berat sebelah dan keliru terhadap pem-baharuan karismatik ini. Bahkan ada tokoh karismatik yang mengidentikkan pembaharuan karismatik ini dengan apa yang kelihatan dari luar, misalnya: ciri-ciri orang karismatik kalau menyanyi harus tepuk tangan, tersenyum, kemudian mengangkat tangan. Tentu penekanan seperti ini akan menimbulkan eksesekses yang berlebih-lebihan dalam gaya dan ekspresi, sehingga tidak heran di kalangan hirarki dan 7

umat Katolik masih ada yang antipati dan memiliki image negatif terhadap pembaharuan ini. Apalagi sebagai akibat, banyak jajan (dengan sengaja mengikuti persekutuan doa, kebaktian, seminar ke kelompok-kelompok Protestan karismatik atau juga kelompok ekumene yang bersifat sektaris dan menyerang iman Katolik), dan mengambil begitu saja gaya-gaya, cara-cara dan pengajaran mereka, tanpa menyaringnya. Sehingga tidak jarang orang akhirnya kehilangan identitas Katoliknya, bahkan menjadi ragu-ragu terhadap iman Katoliknya, sehingga akhirnya menyeberang ke kelompok-kelompok itu. Oleh karena itu penting untuk memahami pembaharuan karismatik ini se-cara tepat dan benar. Pembaharuan karismatik ini ada dalam Gereja Katolik, sehingga kesetiaan kepada Gereja Katolik harus menjadi landasannya. Seluruh iman Katolik dan ajarannya harus menjadi bagian kehidupan pembaharuan ini. Dan cara-cara serta ungkapan lahiriah dalam pembaharuan ini haruslah diadaptasikan dengan lingkungan Gereja Katolik. Sehingga perlu dilihat, bahwa pembaharuan karismatik ini harus dibedakan berdasarkan arti teologis dan arti sosiologisnya. Pembaharuan ini harus dibedakan apa yang menjadi isi dan apa yang menjadi bungkusnya, apa yang pokok dan apa yang hanya tambahan. Arti Sosiologis Arti sosiologis dari pembaharuan karismatik ini ialah ungkapan-ungka-pan lahiriah dari pembaharuan ini. Ungkapan-ungkapan lahiriah ini, misalnya : tepuk tangan, tarian, dan sebagainya. hal-hal ini memang perlu dan dapat membangun suasana gembira dan sukacita, tetapi harus disadari bahwa sesungguhnya hal-hal ini hanyalah bungkus dan tidak hakiki. Ungkapan-ungkapan lahiriah ini tidak boleh dimutlakkan dan tidak boleh dipaksakan. Di samping itu ungkapan-ungkapan lahiriah dari pembaharuan ini sangat berbeda-beda, karena dipengaruhi latar belakang, budaya, watak, situasi setempat, dan lain-lain. Oleh karena ungka-pan lahiriah ini merupakan bungkus maka nilainya sekunder dan tidak hakiki, jadi bisa dipakai bisa tidak. Arti Teologis Arti teologis dari pembaharuan karismatik ini ialah keterbukaan kepada Roh Kudus dan karisma-karisma-Nya. Orang menyadari, bahwa karya Gereja sesungguhnya adalah karya Allah sendiri. Oleh karena itu dalam segala aktivitasnya orang bersandar dan bergantung pada kuasa Roh Kudus sendiri yang adalah Jiwa Gereja. Disini orang akan menyadari, bahwa tanpa Roh Kudus kita tidak dapat dan tidak akan mampu untuk melakukan karya-karya yang dipercayakan Allah kepada Gereja-Nya, seperti pewartaan, pertobatan, pembinaan dan pengudusan. 8

Arti ini yang sesungguhnya menjadi isi yang paling pokok, dan yang terpenting. Dalam arti teologis ini, melalui pembaharuan ini diharapkan orang dapat sungguh-sungguh terbuka kepada Roh Kudus, baik dalam hidup dan karyanya serta menyadari ketergantungan yang penuh kepada Roh Kudus dan kuasa-Nya. Sehingga dia sungguh-sungguh menjadi orang Katolik yang terbuka sepenuhnya terhadap kehadiran dan kuasa Roh Kudus. Arti teologis dari pembaharuan karismatik ini mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 1. Hidup dalam Roh Kesadaran akan kehadiran baru Roh Kudus menyadarkan kita, bahwa seluruh hidup kita harus berada dalam tanda kehadiran-Nya. Dialah yang ha-rus menggerakkan seluruh hidup kita, menguasai serta menyadarkan kita akan ketergantungan kita yang total terhadap-Nya. Kita harus menjadari, bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Flp. 2:13) Kita menyadari peranan-Nya yang amat penting, bahkan yang bersi-fat pokok dan menentukan, dalam seluruh hidup kita. Hidup dalam Roh pada hakekatnya bukan lain daripada hidup yang dikuasai dan digerakkan seluruhnya oleh Roh Allah sendiri, tanpa menghilangkan kebebasan manusiawi kita. Seperti apa yang diungkapkan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma, Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (Rm. 8:14) Atau lebih tepat lagi bila diterjemahkan dari bahasa aslinya : Semua orang, yang digerakkan Roh Allah, adalah anak Allah. 2. Hidup dalam bimbingan Roh Kudus Salah satu aspek Hidup dalam Roh ialah menyadari, bahwa seluruh hidup kita digerakkan oleh-Nya, berarti bahwa kita harus membiarkan diri dibimbing oleh-Nya. Bimbingan Roh ini bukan hanya pada saat-saat tertentu saja, melainkan pada keseluruhan hidup, dalam segala aktivitas kita. Kita harus sungguh-sungguh terbuka dan peka terhadap bimbingan-Nya serta sungguh-sungguh

mengharapkannya. Bila kita menye-rahkan hidup kita kepada-Nya, Dia akan membimbing kita dalam segala hal, serta membawa kita kepada hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan demikian kita akan menjadi manusia yang kreatif sesuai dengan sifat Roh sendiri: Kamu tidak tahu dari mana datangnya dan ke mana perginya, demikianlah setiap orang yang dibimbing oleh Roh Allah seringkali tidak terduga, dan juga tidak dapat dise-lami manusia jasmani. 3. Pengenalan akan Allah dan Yesus Kristus Kehadiran baru Roh Kudus menyebabkan kita mengenal Allah dan Putera-Nya Yesus Kristus secara pribadi. Oleh kehadiran Roh Kudus Bapa dan Yesus menjadi Pribadi yang sungguh-sungguh 9

hidup, yang mengasihi, melindungi dan memelihara kita. Kasih-Nya boleh kita alami sungguhsungguh. Kita tidak hanya tahu, bahwa Dia mengasihi kita, melainkan kita juga boleh mengalami kasih-Nya secara nyata. Melalui kehadiran Roh Kudus itu kita memasuki suatu hubungan yang pribadi dengan Allah dalam Yesus Kristus. 4. Menjadikan Yesus Tuhan dan Penyelamat kita Pembaharuan Hidup dalam Roh membawakan kepada kita kehadiran baru Roh Kudus. Oleh kehadiran Roh Kudus itu kita boleh mengalami, bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup. Kita juga menerima keyakinan, bahwa Yesus yang disalibkan itu telah bangkit kembali dan kini hidup dan memerintah bersama dengan Bapa. Kita juga disadarkan, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat kita. Oleh kehadiran Roh Kudus ini dengan sungguh-sungguh kita dapat berkata, bahwa Yesus adalah Tuhan. Roh Kudus menyadarkan kita pula, bahwa Yesus harus menjadi pusat hidup kita. Dialah yang harus meraja di dalam hidup kita oleh kuasa dan kehadiran Roh Kudus. 5. Keterbukaan terhadap karisma Roh Kudus Pembaharuan dalam Roh membawakan kepada kita keterbukaan terhadap karunia-karunia Roh Kudus yang disebut karisma-karisma. Kita disadarkan, bahwa untuk karya pelayanan kita, Allah memberikan kepada kita karisma-karisma tersebut, supaya kita mampu melaksanakan karya Allah serta dapat memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus secara efektif. Karisma-karisma itu diberikan kepada kita demi kepentingan seluruh umat, diberikan secara cuma-cuma. Karisma-karisma itu sangat penting dan perlu bagi pelayanan kita dalam dunia dewasa ini. Karena itu kita harus mengusahakannya untuk kepentingan pelayanan kita, namun harus selalu tetap sadar, bahwa yang utama tetaplah iman, harapan dan kasih. Bila dilihat dari arti teologisnya, maka sebenarnya pembaharuan karismatik ini merupakan program hidup seorang murid Kristus yang mau dan rela terbuka sepenuhnya terhadap bimbingan dan karya Roh Kudus. Pengalaman kehadiran dan kuasa Roh Kudus yang dialami dalam pencurahan Roh, pada dasarnya merupakan suatu awal yang baru, dimana seseorang memasuki hidup di dalam Roh. Dikatakan suatu awal yang baru, karena hidup dalam Roh ini dengan bantuan rahmat Tuhan, haruslah terus berkembang. Melalui hubungan pribadi dengan Allah yang terus dipupuk melalui hidup doa, peresapan Sabda Allah dalam Kitab Suci, penghayatan sakramen-sakramen dan latihan-latihan rohani lainnya, serta melalui pelbagai perjuangan serta pemurnian yang dialami jiwa, maka hidup di dalam Roh ini diharapkan berkembang sampai pada kepenuhannya, yaitu dalam persatuan cintakasih dengan Allah. Dan persatuan cintakasih dengan Allah, yang merupakan puncak karya Roh Kudus 10

dalam jiwa itu, sesungguhnya telah dialami dan dinyatakan oleh para kudus, secara khusus seperti St.Theresia Avila dan St.Yohanes Salib. St.Yohanes Saliblah yang menuliskan pengalaman puncak karya Roh Kudus dalam karyanya Nyala Hidup Cinta (The Living Flame of Love). Dalam tahap ini, maka jiwa yang dibakar oleh Roh Kudus dan ikut serta menjadi Nyala itu sendiri, telah menjadi begitu bersatu dengan Allah, sehingga dia jauh lebih berharga untuk keselamatan jiwa-jiwa dan kesuburan Gereja.

11

PUJIAN DAN PENYEMBAHAN DALAM PERSEKUTUAN DOA


Di dalam persekutuan doa, kita memuji dan menyembah Tuhan sebagai satu komunitas iman. Unsur pujian dan penyembahan merupakan dua unsur yang paling penting dan tidak boleh tidak ada dalam suatu persekutuan doa. Selain itu, tidak boleh dilupakan pula unsur kebersamaan. Apabila Anda bertugas sebagai seorang pemimpin pujian, jangan lupa untuk mengajak seluruh umat yang hadir untuk memuji dan menyembah Tuhan bersama-sama. PUJIAN DAN PENYEMBAHAN Pujian bersifat gembira. Di dalam pujian kita bersorak-sorai dan bersukacita memuliakan Tuhan, memuji kebaikanNya, bersyukur kepada-Nya. Di dalam pujian pula ada suatu unsur pewartaan kebaikan Tuhan. Di dalam pujian kita tidak takut-takut untuk mewartakan kehadiran dan kebaikan Tuhan (bdk. Mazmur-Mazmur pujian dalam Kitab Suci). Orang lain yang hadir pada masa itu pasti akan mendengar dan menyaksikan pujian kita. Di dalam pujian kita memuliakan Tuhan bukan hanya dalam hati, dengan perasaan kita, tetapi juga dengan seluruh tubuh jasmani kita. Kita memuji Tuhan dengan melibatkan seluruh perasaan, kehendak, pikiran, dan tubuh kita. Semuanya ini tampak dari luar. Jadi, masa memuji Tuhan juga merupakan masa ketika kita mewartakan Tuhan. Pujian yang benar harus memiliki unsur-unsur berikut: sukacita (senyum), semangat, dan antusiasme (enthusiasm). Di dalam pujian kita mewartakan Tuhan yang hadir dengan kehadiran kita sendiri yang penuh sukacita, cintakasih, dan kegembiraan yang tampak dari luar. Kegembiraan yang tampak itu keluar dari hati yang sungguh-sungguh dipenuhi oleh Roh Sukacita dari Allah sendiri. Roh Allah itu sifatnya tenang sekaligus dinamis. Ia tidak dapat dibatasi oleh apa pun juga. Terkadang ada pandangan bahwa orang yang hidup doanya mendalam tentu tidak akan memuji Tuhan dengan luapan emosi, misalnya: bertepuk tangan dan menari. Pandangan ini salah sekali sebab bukankah Tuhan bersabda: "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu." Bagaimana kita dapat memuji Tuhan dan mengasihiNya dengan segenap kemampuan atau kekuatan kita apabila kita tidak mau menari untuk Tuhan, jika memang itu saatnya menari? Kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa segala sesuatu ada masanya. Jadi, apabila memang saatnya untuk bersukacita memuji Tuhan, bersukacita dan bergembiralah bersama-sama untuk memujiNya. Daud tidak segan-segan menari di hadapan Tabut Tuhan. Santa Teresa Avila juga sangat menyukai tari-tarian. Penulis sendiri tidak pernah mendengar ada orang kudus yang murung dan tidak menyukai seni. Sesungguhnya para kudus merupakan orangorang yang sangat mencintai keindahan pula, sebab bukankah Tuhan adalah Keindahan itu sendiri? 12

Pujian yang keluar dari lubuk hati yang terdalam mengandung antusiasme dan semangat untuk mencintai Tuhan yang tidak mungkin dapat ditutup-tutupi. Antusiasme di sini tidak berarti bersikap sembrono dan liar. Memuji Tuhan tidak seperti menghadiri suatu konser musik rock. Memuji Tuhan adalah terbuka sepenuhnya kepada Roh Kudus, bersukacita dalam Roh, tidak mengikatkan diri kepada aturan-aturan yang kaku. Akan tetapi, Roh Kudus adalah Roh yang tertib dan teratur. Dia adalah Roh yang dinamis, tetapi tidak berlebih-lebihan. Di dalam pujian orang benar ada kesaksian akan kebaikan Tuhan yang sekaligus bersifat menyembuhkan. Pujian orang benar mengajak orang untuk ikut serta memuji Tuhan dengan sukacita. Di dalam pujian kita hadir di hadapan Tuhan menyerahkan hati yang letih lesu dan berbeban berat sehingga ratapan kita diubah menjadi tari-tarian dan kidung duka kita diubah menjadi nyanyian kesukaan (bdk. Mzm 30:12). Penyembahan lebih bersifat batiniah dibandingkan dengan pujian. Penyembahan berarti memasuki suatu kemesraan dengan Tuhan. Meskipun pujian maupun penyembahan memiliki sifat pewartaan, penyembahan lebih bersifat hubungan vertikal, relasi antara saya dan Tuhan. Penyembahan melibatkan pula emosi dan perasaan yang terdalam, tetapi itu tidak berarti kehilangan kontrol atas diri. Bernyanyi penuh perasaan bukan berarti bernyanyi tanpa menahan diri. Teknik bernyanyi tetap perlu sebab hanya dengan bernyanyi dengan penuh perasaan dan dengan teknik bernyanyi yang baik akan dihasilkan nyanyian yang indah. Memang tidak setiap orang mempunyai bakat bernyanyi. Yang tidak berbakat bernyanyi dengan sendirinya harus dengan rendah hati mengakuinya dan tidak memaksa diri untuk bernyanyi dengan lantang atau kuat sehingga dapat 'merusak' suasana. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pelayanan musik atau nyanyian penyembahan yang baik, yang indah, sangat penting dewasa ini: 1. Penyembahan yang indah menciptakan suasana doa. Bene cantat bis orat: bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali. 2. Nyanyian yang indah membantu kita untuk mengarahkan hati kepada Tuhan. 3. Musik dan nyanyian yang indah meningkatkan kepekaan kita. 4. Nyanyian penyembahan yang indah menyegarkan jiwa dan bisa membawa orang kepada pertobatan. 5. Sebaliknya, nyanyian yang sumbang dan tidak diatur hanya akan mengganggu orang lain.

13

Perlu ditambahkan, meskipun pelayanan musik ini sangat penting, harus diusahakan jangan sampai pelayanan ini menjadi semacam show, atau yang lebih parah lagi, kalau sampai dikomersialkan. STRUKTUR PERSEKUTUAN DOA Di dalam menyiapkan suatu Persekutuan Doa (selanjutnya disingkat: PD), kita perlu memilih lagu menurut suatu struktur tertentu. Namun, struktur ini tidak boleh bersifat kaku sehingga tidak dapat berubah apabila PD tersebut dilangsungkan. Di dalam PD, apa pun yang terjadi seturut dorongan Roh Kudus harus diikuti, meskipun itu tidak direncanakan sebelumnya. Struktur yang baik tetap perlu, bahkan harus ada, sebab tidak mungkin PD dilaksanakan sembarangan saja. Kita tidak dapat begitu saja memulai PD tanpa persiapan seolah-olah sudah dapat mengetahui apa yang dikehendaki Roh Kudus. Berikut ini adalah struktur PD yang lazim diikuti, meskipun sekali lagi tidak boleh dibakukan: 1. Pembukaan. Boleh dipilih sebuah lagu Roh Kudus atau lagu penyembahan. 2. Puji-pujian. Dipilih beberapa lagu (umumnya 3-4 lagu) pujian. Perlu diperhatikan pula, sebaiknya lagu-lagu yang dipilih lama semakin meningkat tempo atau iramanya dari satu lagu ke lagu yang lainnya. 3. Lagu penyembahan (umumnya dua) untuk mengantar kepada senandung dan manifestasi roh. 4. Senandung dan manifestasi-manifestasi roh. Persekutuan doa yang baik adalah persekutuan doa yang terbuka kepada karunia-karunia Roh Kudus. Berkenaan dengan ini Santo Paulus berkata: "Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat." 5. Saat hening untuk mendengarkan Tuhan. Saat hening mutlak harus ada dalam persekutuan doa yang baik sebab Tuhan lebih sering berbicara di dalam keheningan. Saat keheningan adalah saat yang paling tepat untuk mendengarkan suara Tuhan. Hendaklah pemimpin pujian atau pengarah acara mengajak seluruh umat yang hadir suatu ketika untuk hening di hadapan Tuhan. Untuk menentukan kapan harus hening memang diperlukan kepekaan khusus dari pengarah acara. Namun, yang seringkali terjadi adalah pengarah acara atau pemimpin pujian takut untuk hening!

14

6. Pengajaran atau sharing. Kedua hal ini bersifat tidak harus ada. Ingat bahwa yang terpenting dalam persekutuan doa adalah hubungan para peserta dengan Tuhan, entah itu lewat doa-doa, maupun pujian dan penyembahan. TIM PUJIAN DAN PENYEMBAHAN Secara umum, tim pujian dan penyembahan terdiri atas: pemimpin pujian, pengarah acara, para penyanyi (singers), dan para pemain musik. Mereka inilah yang menggerakkan orang-orang yang berkumpul dalam suatu PD untuk memuji dan menyembah Tuhan bersama-sama. Sebelum kita masuk ke dalam peran setiap anggota tim, perlu Penulis tekankan soal motivasi dan dasar pelayanan suatu tim pujian dan penyembahan yang baik 1. Kerendahan hati. "Hendaklah dengan rendah hati yang satu menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri." (Flp 2:3) Kerendahan hati merupakan syarat mutlak seorang pelayan Tuhan, bahkan bagi setiap pengikut Kristus. Semakin rendah hati seseorang, semakin ia berkenan di hadapan Tuhan. Nilai seseorang di hadapan Tuhan tidak tergantung dari besarnya tugas atau fungsinya di dalam tim PD, melainkan dari cinta dan kerendahan hatinya. 2. Kerjasama tim. Banyak PD yang akhirnya berantakan dan bubar akibat sulitnya kerjasama antaranggotanya. Yang satu merasa diri lebih hebat daripada yang lain sehingga mau mengatur segalanya. Sekali lagi: rendah hati. Para anggota tim PD: sadarlah akan peran dan tempatmu masing-masing. 3. Tanpa pamrih. Pelayanan seseorang akan semakin berbuah apabila ia semakin menundukkan nafsu dan keinginannya sendiri di bawah kehendak Tuhan. Pelayan Tuhan yang paling baik adalah ia yang menganggap setiap pelayanan yang ia lakukan sebagai upahnya juga. "Upahku adalah boleh memberitakan Injil tanpa upah." (1 Kor 9:18) 4. Melayani dari buah kontemplasi (berkaitan dengan persiapan). Banyak orang yang tidak mengerti bahwa sebenarnya doa merupakan latihan juga. Semakin sering seseorang berdoa, semakin pekalah ia pada bimbingan dan kehendak Tuhan, dan semakin berkembang pulalah pelayanannya. PD-PD yang dilayani oleh tim-tim yang hidup doanya matang pasti akan berbuah banyak. Sebaliknya, kehidupan doa yang suam-suam kuku akan membuat pelayanan kita menjadi tidak menarik pula, kehilangan kuasanya. Karena itu, penting bagi setiap 15

anggota tim untuk menjaga hidup doa pribadinya. Selain itu, baik sekali jika sebelum acara PD, anggota-anggota tim yang akan melayani berkumpul sejenak untuk berdoa bersama. Setelah kita melihat bersama beberapa prinsip pelayanan tim PD, sekarang saatnya kita melihat peran masing-masing anggota tim. Penulis membedakan antara pemimpin pujian dan pengarah acara karena memang ada perbedaan fungsi antara keduanya. Dalam pengamatan Penulis, PD-PD dewasa ini kurang memperhatikan perbedaan fungsi ini dan cenderung menyamakan saja pemimpin pujian dan pengarah acara. Bahkan seringkali suatu PD menjadi suatu one man show dengan satu saja MC, yang bertindak sebagai penggerak utama suatu PD. Penulis tidak mau mengecilkan MC-MC semacam itu karena Penulis sadar bahwa ada beberapa dari antara mereka yang memang memiliki karisma sebagai pemimpin pujian sekaligus pengarah acara. Namun, jumlah mereka ini sedikit sekali. Apa perbedaan antara pemimpin pujian dan pengarah acara? Pemimpin pujian adalah dia yang menguasai lagu-lagu yang dibawakan, dapat menyanyikannya dengan baik. Tidak hanya itu, ia juga harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan umat untuk memuji dan menyembah Tuhan dengan baik. Penjiwaan lagu mutlak harus dimiliki ditambah dengan karisma untuk dapat mengajak seluruh umat yang hadir untuk bersama-sama memuji dan menyembah Tuhan (Hal-hal praktis akan diberikan di bawah). Ada pun pengarah acara mempunyai peran dan fungsi yang lain. Dia mempunyai tugas untuk menggerakkan arah suatu PD sesuai dengan arah dan irama Roh Kudus. Meskipun Roh Kudus bisa menggerakkan siapa saja dalam suatu PD, tetap perlu ada seorang, yang memang dikenal matang hidup rohaninya dan terbuka terhadap dorongan Roh Kudus, di dalam suatu tim PD agar PD tersebut dapat berkembang baik oleh Roh Kudus. Untuk seseorang yang memang dipanggil untuk menjadi pengarah acara, Roh Kudus selalu memberikan karunia untuk membedabedakan roh (discernment). Banyak PD yang akhirnya 'mati' karena tidak ada anggotanya yang memiliki karunia ini atau memiliki, tetapi tidak mau memakainya. Tanpa karunia ini, suatu PD akan kehilangan arah dan tujuannya. Yang lebih parah, ia kehilangan kepekaan akan kehendak Roh Kudus. Kalau demikian, memang sebaiknya PD tersebut dibubarkan saja. Selama berjalannya acara PD, pemimpin pujian dan pengarah acara harus dapat berkomunikasi dengan baik. Karena itu, mereka harus berada berdekatan. Seorang pengarah acara tidak harus ikut memegang mikrofon dalam bernyanyi. Artinya, ia tidak harus pandai bernyanyi. Tiap anggota punya tempatnya masing-masing (meskipun ada dari mereka yang memang juga pandai bernyanyi dan karenanya, selalu boleh ikut serta sebagai penyanyi).

16

Para penyanyi (singers) juga mempunyai peran yang tidak kalah pentingnya dengan pemimpin pujian dan pengarah acara. Hal ini perlu sekali ditegaskan karena seringkali orang menyepelekan tugas dan peran seorang singer. Masalah menjadi serius jika pandangan semacam ini datang dari para penyanyi itu sendiri. Akibatnya, mereka tidak akan sungguh-sungguh melayani dan akhirnya hanya sekedar hadir dan membuka mulut. Padahal, seperti telah dijelaskan di atas, betapa pentingnya menyanyi dengan baik, memuji Tuhan untuk mewartakan kebesaranNya, serta memadahkan kidung penyembahan tanda cinta dan kerinduan kita kepadaNya. Dan dari antara anggota tim pujian dan penyembahan, hanya para penyanyilah yang mempunyai kesempatan paling besar untuk melakukannya! Mengapa? Karena hanya merekalah yang dapat dengan penuh konsentrasi melaksanakan tugas mereka: menyanyi. Pemimpin pujian, dalam arti tertentu, tidak dapat menyanyi dengan sepenuh perhatian karena ia masih harus mempertimbangkan hal-hal lain. Hal ini tidak berlaku bagi para penyanyi. Jadi, di pundak para penyanyilah terletak tugas mulia pujian dan penyembahan dalam kadar yang sepenuhnya! Peran pemusik dalam PD sangat vital juga. Instrumen dan aransemen musik yang indah merupakan sarana dahsyat untuk memperkembangkan Kerajaan Allah di dunia ini. Pemusik yang baik adalah ia yang pertama-tama taat kepada pemimpin pujian dan terbuka kepada bisikan Roh. Dalam hal ini, ia harus bisa membedakan bisikan Roh yang sejati. Roh Kudus tidak pernah mendorong seseorang untuk menganggap dirinya lebih hebat daripada yang lain. Godaan yang sering muncul dalam benak seorang pemusik adalah mau main sendiri tanpa mempedulikan arahan dari pemimpin pujian. Pendek kata, jika pemimpin pujian, misalnya, memberi kode supaya musik berhenti, pemain musik harus taat. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika dalam suatu PD, pemain musik dan pemimpin pujian tidak satu roh. Di lain pihak, jika dalam diri sang pemusik ada dorongan untuk mengangkat instrumen lagu tertentu pada saat hening, ia boleh mengikutinya, asalkan tetap memperhatikan prinsip ketaatan. BEBERAPA HAL PRAKTIS Sebagai penutup, berikut ini saya tuliskan beberapa hal praktis berkenaan dengan PD: 1. Persiapan dan latihan lagu-lagu yang akan dinyanyikan sangat penting. Tentukan suatu masa untuk latihan bersama seluruh anggota tim.

17

2. Bahasa roh dan senandung dalam bahasa roh merupakan sarana yang cukup penting bagi perkembangan karunia-karunia lainnya. Karena itu, mintalah karunia ini kepada Tuhan demi pelayanan kepada umatNya. 3. Bagi pemimpin pujian: Komentar-komentar pengantar setiap lagu hendaknya jangan terlalu panjang. Jangan memilih terlalu banyak lagu baru yang belum dikuasai umat. Ada kecenderungan PD-PD tertentu untuk selalu menampilkan lagu-lagu baru. Padahal penyembahan yang baik tergantung dari penghayatan lagu dan penghayatan tergantung dari penguasaan lagu tersebut. Lagu baru yang bagus belum tentu dapat dihayati oleh umat. Berikan kode-kode atau tanda-tanda (tanda kembali ke awal lagu, refren, dsb.) yang jelas kepada para pemusik pada waktunya. 4. Bagi pengarah acara: Heninglah jika memang saatnya untuk hening! Ada dua godaan besar. Pertama, ingin komentar terus-menerus atau mengungkapkan doa panjang-panjang, karena takut umat akan gelisah kalau hening. Kedua, bernubuat atau mengungkapkan sabda-sabda terus-menerus supaya dianggap hebat. Jika motivasi seperti ini ada maka hampir dipastikan nubuat atau sabda pengetahuan yang diungkapkan tersebut adalah semu atau bahkan palsu! Sering juga terjadi 'perang' nubuat. Jika ini terjadi, jangan ragu untuk memotongnya dan mengajak umat untuk hening. Hampir pasti kalau terjadi 'perang' nubuat, yakni nubuat-nubuat muncul silih berganti tanpa henti dan juga tanpa arah, sebagian besar nubuat tersebut adalah nubuat semu. Ingat kata Santo Paulus mengenai ketertiban dalam berkata-kata dalam bahasa roh, yang berlaku juga untuk nubuat: "Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya." (1 Kor 14:27) Saat untuk hening boleh saja ditimpali dengan instrumen lembut, asalkan tidak sampai terlalu keras sehingga mengganggu suasana doa. * Berkaitan dengan saat hening: jika dirasa bahwa banyak umat mulai gelisah, angkatlah sebuah lagu atau ajaklah umat untuk memanjatkan doa-doa spontan. * Kalau ada pribadi-pribadi di antara umat yang dirasa mengganggu dalam PD, misalnya: histeris atau mengatakan nubuat atau sabda pengetahuan palsu, jangan sungkan untuk memotongnya. Jika orang tersebut masih bandel, lakukan pendekatan persuasif dan jika perlu tegurlah dia.

18

* Suatu PD dikatakan sukses apabila ada keterlibatan aktif sebagian besar yang hadir. Jangan dihalangi kalau ada dari umat yang hadir terdorong untuk menyampaikan nubuat atau mengangkat lagu seturut dorongan Roh. Jangan sampai mematikan Roh. 5. Bagi singer: Satu saja: bernyanyilah dengan segenap kemampuanmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap cintamu. Wartakan kebaikan Tuhan terhadapmu. 6. Bagi pemusik: * Ketaatan kepada pemimpin pujian mutlak diperlukan pada saat berlangsungnya acara PD. * Mainkanlah musik sesuai dengan yang sudah dilatih. Jangan sampai mengubah jenis irama atau kunci dari yang sudah disepakati bersama. * Jangan lalai untuk memperkembangkan skill musikmu. Asahlah terus kemampuanmu demi kemuliaan Tuhan. 7. Pada waktu acara sedang berlangsung, tidak tertutup kemungkinan muncul kekesalan dalam dirimu, entah karena musik yang kaurasa terlalu keras atau nyanyian yang sumbang atau komentar pemimpin pujian yang terlalu panjang atau apa saja yang berkaitan dengan anggota tim yang lain. Jika itu terjadi, jangan ikuti perasaan tersebut. Akan jauh lebih baik jika engkau tetap berkonsentrasi dengan tugasmu. Berdoalah sejenak, persembahkan itu kepada Tuhan, dan kembali arahkan seluruh perhatianmu untuk melayani Dia. Untuk memperbaiki yang salah ada waktunya sendiri: evaluasi. 8. Evaluasi setelah PD penting juga. Segala kekurangan pada waktu acara berlangsung bisa disampaikan dan diperbaiki pada waktu itu.

19

MEDITASI ITU PENTING


Kelompok-kelompok meditasi sedang marak di Jakarta. Orang-orang berbondong-bondong mencari penyegaran batin dan fisik lewat praktik-praktik yoga, meditasi transendental, crystal healing, terapi aroma, dan lain-lain. Pencapaian gelombang alpha (gelombang pada frekuensi rendah) pada otak memang membuat kecanduan. Stress berkurang. Pikiran menjadi lebih jernih. Badan pun terasa lebih segar. Produktivitas meningkat. Fenomena-fenomena seperti yang ditemukan di Jakarta sebenarnya sudah menjadi salah satu kultur global. Dokumen Vatikan yang berjudul Yesus Kristus, Pengemban Air Hidup Refleksi Kristiani atas New Age, mensinyalir adanya pergeseran fundamental cara pandang orang dewasa ini terhadap kehidupan: 1. Dari fisika mekanistik Newtonian kepada fisika quantum; 2. Dari pengagungan rasio modernitas kepada penghargaan atas perasaan, emosi, dan pengalaman (sering dipaparkan sebagai pergeseran dari otak kiri pemikiran rasional kepada otak kanan pemikiran intuitif); 3. Dari dominasi maskulinitas dan patriarki kepada suatu perayaan femininitas, di dalam diri individu maupun dalam masyarakat. Harus diakui bahwa praktik-praktik new age memang dapat membawa kesegaran lahir-batin, bahkan perbaikan kehidupan moral. Akan tetapi, praktik-praktik aquarian yang ditawarkan mereka itu belumlah cukup. Pada tingkatan tertentu, spiritualitas mereka harus ditinjau secara kritis. Di balik gerakan-gerakan new age ada sinkretisasi (pencampur-adukan) unsur-unsur esoterik (ketertarikan pada paham-paham misterius dan yang berbau klenik) dan sekular. Sinkretisasi ini mengarah pada pengagungan berlebihan pada pribadi manusia dan kapasitasnya. Pada tahapan pengagungan ini diyakini manusia dapat memperoleh kuasa ilahi dengan usahanya sendiri. Setiap manusia punya potensi untuk menjadi allah ketika mereka menyatukan kesadarannya (atau menyamakan getaran mereka) dengan getaran alam semesta. Paham new age tentang manusia secara implisit menyatakan sikap mereka tentang Allah. Bagi aliran ini, Allah ialah prinsip hidup non-personal, semangat atau roh yang meresapi alam semesta. Allah bukanlah pribadi, melainkan akumulasi dari kesadaran-kesadaran yang meresapi segalanya. Meditasi dan segala olah batin diarahkan kepada penyatuan dan harmonisasi dengan kesadaran universal tersebut.

20

HATI-HATI MEMILIH METODE MEDITASI Kalau saya katakan meditasi itu kebutuhan, jelaslah yang saya maksudkan bukanlah meditasi ala new age. Meditasi Katolik sama sekali berbeda dengan meditasi semacam itu. Cara duduk dan metode pemusatan boleh mirip. Akan tetapi, spiritualitas dan tujuannya sama sekali berbeda. Meditasi ala new age diklaim tidak saja membawa manusia kepada kesegaran jiwa-raga, tetapi mengarahkan manusia pada pencerahan, yang membuatnya setara dengan manusia-manusia utama yang pernah hidup. Yesus dari Nasareth diakui sebagai salah satu saja dari manusia-manusia tersebut. Dengan kata lain, new age menegaskan bahwa setiap manusia bisa menjadi Mesias, Budha, atau Avatar yang lain. Ada pun, meditasi Katolik mengarah pada persatuan dengan Allah lewat jalan penyerahan diri dan kerendahan hati. Meditasi Katolik selalu sekaligus adalah doa. Di dalam meditasi Katolik terkandung suatu kesadaran bahwa Allahlah yang terlebih dahulu mengasihi manusia. Dia lebih rindu untuk mencari manusia daripada manusia rindu mencari Dia. Pemusatan batin dan meditasi diarahkan untuk persiapan kepada doa yang lebih mendalam, yakni kontemplasi. Allah rindu mencari manusia dan berkomunikasi dengannya. Pada tahapan doa yang paling dalam, manusia betul-betul berjumpa dan bersatu di dalam Dia, sehingga tidak ada lagi katakata. Pikiran Allah menjadi pikiranku. Kehendak Allah menjadi kehendakku. Itulah kontemplasi ilahi. Itulah harta karun dan mutiara terpendam yang luar biasa berharganya. Nilai luar biasa dari meditasi dan kontemplasi ilahi ini bisa dilihat dari buah-buahnya: 1. Dengan latihan-latihan ini orang sungguh-sungguh belajar menguasai badan, perasaan, dan pikiran. Dengan demikian, daya perhatian/konsentrasi diperbesar. 2. Penguasaan pikiran dan fantasi pada gilirannya akan memperbaiki ingatan, menggiatkan aktivitas intelektual, serta memperkuat kehendak. 3. Manfaat terbesarnya terdapat pada bidang rohani:
y

Hidupnya menjadi ilahi, sehingga apa yang dilakukannya menjadi semakin bernilai di mata Tuhan dan akan merupakan berkat yang besar bagi seluruh Gereja, bahkan umat manusia.

Dia sendiri juga akan dipenuhi dengan kebahagiaan yang mendalam. Dia akan bebas dari segala bentuk kekuatiran dan kerisauan dan lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan.

Budinya pun akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga ia akan dapat lebih menyelami misteri Allah, baik yang terkandung dalam Alkitab, maupun yang nyata dari karya-karya Allah.

21

Kasih dan kebahagiaannya akan meluap keluar kepada orang-orang sekelilingnya.

METODE MEDITASI KATOLIK Meditasi ala new age berakar dari penghargaan berlebihan pada kemampuan manusia dan berujung pada pemberhalaan manusia. Saya tidak menemukan kata-kata yang cocok untuk mendeskripsikan aliran ini selain kata: sombong. Terang yang mereka tawarkan hanya akan membawa kepada kebutaan. Seperti kalau terlalu lama melihat terang yang menyilaukan, manusia akan buta. Kesombongan semacam ini amat lekat dengan kesombongan Lusifer, sang Malaikat Terang yang jatuh itu. Meditasi Katolik bersumber dari kesadaran akan kelemahan manusiawi dan keterbukaan terhadap rahmat penebusan Kristus. Tujuan dari meditasi ini adalah persatuan dengan Allah. Bukan untuk menjadi Allah, melainkan supaya Allah dapat bekerja dengan bebas melalui anak-anak-Nya. Jika akar meditasi new age ialah kesombongan, dasar meditasi Katolik ialah kerendahan hati. Ada beberapa metode meditasi Katolik yang sudah teruji. Antara lain: doa Yesus (dengan mengulang-ulangi nama Yesus) atau lectio divina (meditasi dengan menggunakan sarana Kitab Suci). Di bawah ini saya akan memberikan petunjuk untuk melakukan kedua bentuk meditasi ini. PETUNJUK PRAKTIS UNTUK MELAKUKAN DOA YESUS Ambillah sikap duduk yang baik, entah dengan bersila ataupun dengan dingklik. Yang penting punggung harus tegak. Kalau bersila, usahakan agar kedua lututmu menempel pada lantai. Sarana berupa bantal dapat dipakai di sini untuk mengganjal pantat. Mata dapat dipejamkan atau dibuka. Kalau dibuka arahkan kira-kira satu meter ke depan di lantai. Tajamkan indera-inderamu. Mulailah dengan telinga. Arahkan pendengaranmu kepada suarasuara yang paling jauh sampai yang paling dekat, yang paling keras sampai yang paling sayup. Setelah itu bayangkan suara-suara itu mengalir seperti sungai. Demikian pula perasaan-perasaan yang menerpa kulitmu, entah itu gatal, dingin, panas, gesekan dengan baju. Rasakan juga debaran jantung dan denyut nadimu. Tajamkan perasaanmu lalu biarkan berlalu. Jangan diperhatikan. Lakukan hal yang sama untuk penciuman dan terakhir pikiranmu. Biarkan semua mengalir seperti sungai. Di dalam meditasi jauh lebih sulit menolak pelanturan secara keras dibandingkan hanya sekedar membiarkan setiap pelanturan atau gangguan berupa suara-suara berlalu seperti sungai. Perbandingannya demikian, ketika kita sedang konsentrasi berbicara dengan orang lain di pasar, kita sadar bahwa di sekitar kita orang berlalu-lalang. Namun, mereka yang berlalu-lalang serta

22

pembicaraan di sekitar anda tidak akan mengganggu pembicaraan anda. Demikian pula halnya dengan komunikasi dengan Allah. Biarkan yang lain itu berlalu-lalang, jangan diperhatikan. Tariklah nafas panjang dan hembuskan secara perlahan. Lakukan sepelan dan selembut mungkin, tetapi jangan dipaksakan. Wajar dan rileks saja. Lalu, mulailah dengan menyebut nama Yesus dengan penuh iman dan cintakasih. Engkau dapat meritmekannya pada irama napasmu. Waktu tarik napas: Yeee, waktu keluar: susss. Atau boleh juga: Tuhannnn Yesussss. Dapat pula: Tuhan Yesus Kristus Putera Allah yang hidup Kasihanilah aku orang berdosa ini. Atau: Tuhan Yesus Kristus kasihanilah aku. Beberapa catatan: 1. Beberapa orang menanyakan berapa lama harus melakukan Doa Yesus ini. Bagi pemula, seperempat jam sampai dua puluh menit itu sudah cukup. Idealnya, biarkan dirimu hening selama setengah jam. Perlahan-lahan tambah jam doa sampai satu jam. Yang terpenting adalah konsistensi. 2. Tambahlah jam doa secara gradual, tetapi konsisten. Banyak orang yang mulai dengan menggebu-gebu, akhirnya malahan berhenti berdoa sama sekali. Perlu diperhatikan, biasanya pada awalnya, orang-orang yang mempraktikkan doa ini akan diberi banyak penghiburan. Akan tetapi, justru pada tingkatan yang lebih tinggi, sering hiburan-hiburan ini tidak diperoleh lagi. Yang menentukan pada saat seperti ini ialah: kesetiaan kita. Perbandingannya: Yesus di salib yang tetap setia, meskipun tidak dapat lagi merasakan kehadiran Bapa-Nya. 3. Pada saat-saat tertentu, Tuhan bisa menarik jiwa kepada keheningan yang mendalam, sampai bahkan untuk menyerukan nama Yesus saja jiwa sudah tidak mampu. (Tapi, bukan mengantuk atau melantur). Jiwa mengalami kehadiran Tuhan yang meresapi seluruh keberadaannya. Jika itu anda alami, jangan takut, tetaplah tinggal dalam keheningan tanpa kata sampai saat anda ditarik keluar, kembalilah menyerukan nama Yesus. 4. Jangan putus asa kalau sering melantur. Doa ini adalah semacam latihan. Tidak mungkin kita bisa jadi ahli hanya dalam waktu satu dua hari. 5. Kalau melantur, seperti yang saya katakan di atas, jangan melawan pelanturan itu. Semakin dilawan, semakin kuat dia. Bayangkan setiap pelanturan itu mengalir seperti sungai di depan anda. Jangan diperhatikan. 6. Umumnya, kalau sudah terbiasa dengan doa ini, anda akan menemukan diri anda menyerukan nama Yesus secara otomatis kapan saja, di mana saja. Seperti saat menyetir, saat berjalan, saat

23

menunggu, saat menyapu atau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak menuntut banyak konsentrasi. Petunjuk praktis untuk Melakukan Lectio Divina Ambillah suatu teks Kitab Suci yang sudah kaukenal dan kaupersiapkan sebelumnya. Bisa juga sesuai dengan penanggalan liturgi. Lakukan lectio divina dalam 4 langkah: 1. Pertama: lectio atau bacaan. Bacalah penuh perhatian, perlahan-lahan. Bertanyalah: Apakah arti teks itu dalam konteksnya dan menurut konteks kebudayaan waktu itu? 2. Kedua: meditatio atau peresapan. Resap-resapkan teks atau kalimat tersebut, khususnya yang menyentuh hatimu. Engkau dapat bertanya: Apa yang dikatakan Tuhan kepadaku secara pribadi melalui teks ini? Apa jawabanku pribadi? Kemudian teks atau kalimat yang menyentuh hatimu itu dapat kauulang-ulangi sampai puas hatimu. 3. Ketiga: oratio atau doa. Berdasarkan teks tersebut bicaralah dengan Tuhan dari hati ke hati dan ungkapkan isi hatimu kepada-Nya. Ingatlah, dalam doa yang terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Tuhan, melainkan banyak mencintai. Itulah pesan Santa Teresa Avila. 4. Keempat: contemplatio atau kontemplasi. Sesudah berbicara sejenak, belajarlah diam, mendengarkan Tuhan, sambil memandang dengan iman Dia yang hadir dalam dirimu atau di hadapanmu. Bila perhatianmu tidak dapat terpusat lagi pada Tuhan yang hadir, kembalilah ke langkah pertama dan mulai dengan teks atau ayat berikutnya. Proses itu diulangi seperti di atas sampai waktu yang ditentukan untuk doa telah selesai. PENUTUP Banyak orang yang mengaku sulit berkonsentrasi dalam meditasi. Itu hal yang wajar sebab meditasi itu latihan. Sekali lagi saya tekankan bahwa tidak ada orang yang langsung bisa masuk melompati masa latihan bermeditasi. Semakin seorang terlatih dalam meditasi, semakin siap ia masuk ke dalam keheningan lahir, batin, dan rohani. Karena itu, tidak perlu patah semangat kalau masih sulit masuk. Yang paling penting ialah usahamu untuk memberikan waktu kepada Tuhan.

Written by Rm. Georgius Paulus

24

Arti Teologis Pembaharuan Karismatik

Istilah yang lebih tepat untuk Pembaharuan Karismatik Katolik. Ada perbedaan istilah berkaitan pembaharuan karismatik ini. Di Amerika Serikat pada umumnya pembaharuan ini disebut Catholic Charismatic Renewal atau Pembaharuan Karismatik Katolik, istilah ini juga dipakai di Indonesia. Sedangkan di Perancis, lebih dikenal dengan Renewal of the Spirit atau pembaharuan dalam Roh atau lebih tepat lagi disebut pembaharuan hidup dalam Roh. Istilah pembaharuan hidup dalam Roh sesungguhnya lebih tepat dipakai. Karena kata karismatik menjadikan pembaharuan ini seolah-olah hanya lebih menonjolkan segi karismakarisma. Karisma-karisma ini memang merupakan unsur yang penting dalam pembaharuan ini, tetapi bukan yang terpenting. Sesungguhnya karisma-karisma ini diberikan Roh Kudus untuk pelayanan kepada jemaat (1 Kor. 12:7-11). Sedang-kan istilah pembaharuan hidup dalam Roh memiliki arti yang lebih mendalam dan sesuai dengan tujuan dan se-mangat dari pembaharuan ini. Karena pada dasarnya pembaharuan ini merupakan suatu pembaharuan hidup rohani dalam kuasa Roh Kudus, yaitu suatu kehadiran baru Roh Kudus disertai kuasa-Nya di dalam kehidupan Gereja dewasa ini. Memang Roh Kuduslah yang melahirkan Gereja dan di sepanjang sejarahnya Gereja selalu dijiwai oleh Roh Kudus. Dan sebenarnya Roh Kudus tidak pernah absen dari Gereja, sebab tanpa Roh Kudus Gereja menjadi tidak berdaya dan akan mati. Bahwa hingga hari ini Gereja mampu memperbaharui diri dan selalu mempunyai vitalitas untuk memperbaharui diri, merupakan bukti, bahwa Roh Kudus sungguh-sungguh berkarya di dalamnya. Memang benar, bahwa masa-masa tertentu kehadiran-Nya lebih tampak dan terasa daripada masa-masa lain, namun Dia selalu hadir. Kehadiran itu sangat nyata sekali pada abad-abad pertama Gereja dalam kehidupan Gereja Awali. Dan apa yang terjadi dalam Gereja Awali, suatu keterbukaan kepada Roh Kudus dan karismakarisma-Nya, saat ini sedang dialami banyak orang di pelbagai belahan dunia melalui pemba-haruan hidup dalam Roh atau pembaharuan karismatik ini. Arti Teologis dan Sosiologis dari Pembaharuan Karismatik Katolik Sering orang memandang secara berat sebelah dan keliru terhadap pem-baharuan karismatik ini. Bahkan ada tokoh karismatik yang mengidentikkan pembaharuan karismatik ini dengan apa yang kelihatan dari luar, misalnya: ciri-ciri orang karismatik kalau menyanyi harus tepuk tangan, tersenyum, kemudian mengangkat tangan. Tentu penekanan seperti ini akan menimbulkan eksesekses yang berlebih-lebihan dalam gaya dan ekspresi, sehingga tidak heran di kalangan hirarki dan 25

umat Katolik masih ada yang antipati dan memiliki image negatif terhadap pembaharuan ini. Apalagi sebagai akibat, banyak jajan (dengan sengaja mengikuti persekutuan doa, kebaktian, seminar ke kelompok-kelompok Protestan karismatik atau juga kelompok ekumene yang bersifat sektaris dan menyerang iman Katolik), dan mengambil begitu saja gaya-gaya, cara-cara dan pengajaran mereka, tanpa menyaringnya. Sehingga tidak jarang orang akhirnya kehilangan identitas Katoliknya, bahkan menjadi ragu-ragu terhadap iman Katoliknya, sehingga akhirnya menyeberang ke kelompok-kelompok itu. Oleh karena itu penting untuk memahami pembaharuan karismatik ini se-cara tepat dan benar. Pembaharuan karismatik ini ada dalam Gereja Katolik, sehingga kesetiaan kepada Gereja Katolik harus menjadi landasannya. Seluruh iman Katolik dan ajarannya harus menjadi bagian kehidupan pembaharuan ini. Dan cara-cara serta ungkapan lahiriah dalam pembaharuan ini haruslah diadaptasikan dengan lingkungan Gereja Katolik. Sehingga perlu dilihat, bahwa pembaharuan karismatik ini harus dibedakan berdasarkan arti teologis dan arti sosiologisnya. Pembaharuan ini harus dibedakan apa yang menjadi isi dan apa yang menjadi bungkusnya, apa yang pokok dan apa yang hanya tambahan. Arti Sosiologis Arti sosiologis dari pembaharuan karismatik ini ialah ungkapan-ungka-pan lahiriah dari pembaharuan ini. Ungkapan-ungkapan lahiriah ini, misalnya : tepuk tangan, tarian, dan sebagainya. hal-hal ini memang perlu dan dapat membangun suasana gembira dan sukacita, tetapi harus disadari bahwa sesungguhnya hal-hal ini hanyalah bungkus dan tidak hakiki. Ungkapan-ungkapan lahiriah ini tidak boleh dimutlakkan dan tidak boleh dipaksakan. Di samping itu ungkapan-ungkapan lahiriah dari pembaharuan ini sangat berbeda-beda, karena dipengaruhi latar belakang, budaya, watak, situasi setempat, dan lain-lain. Oleh karena ungka-pan lahiriah ini merupakan bungkus maka nilainya sekunder dan tidak hakiki, jadi bisa dipakai bisa tidak. Arti Teologis Arti teologis dari pembaharuan karismatik ini ialah keterbukaan kepada Roh Kudus dan karisma-karisma-Nya. Orang menyadari, bahwa karya Gereja sesungguhnya adalah karya Allah sendiri. Oleh karena itu dalam segala aktivitasnya orang bersandar dan bergantung pada kuasa Roh Kudus sendiri yang adalah Jiwa Gereja. Disini orang akan menyadari, bahwa tanpa Roh Kudus kita tidak dapat dan tidak akan mampu untuk melakukan karya-karya yang dipercayakan Allah kepada Gereja-Nya, seperti pewartaan, pertobatan, pembinaan dan pengudusan. 26

Arti ini yang sesungguhnya menjadi isi yang paling pokok, dan yang terpenting. Dalam arti teologis ini, melalui pembaharuan ini diharapkan orang dapat sungguh-sungguh terbuka kepada Roh Kudus, baik dalam hidup dan karyanya serta menyadari ketergantungan yang penuh kepada Roh Kudus dan kuasa-Nya. Sehingga dia sungguh-sungguh menjadi orang Katolik yang terbuka sepenuhnya terhadap kehadiran dan kuasa Roh Kudus. Arti teologis dari pembaharuan karismatik ini mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 1. Hidup dalam Roh Kesadaran akan kehadiran baru Roh Kudus menyadarkan kita, bahwa seluruh hidup kita harus berada dalam tanda kehadiran-Nya. Dialah yang ha-rus menggerakkan seluruh hidup kita, menguasai serta menyadarkan kita akan ketergantungan kita yang total terhadap-Nya. Kita harus menjadari, bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Flp. 2:13) Kita menyadari peranan-Nya yang amat penting, bahkan yang bersi-fat pokok dan menentukan, dalam seluruh hidup kita. Hidup dalam Roh pada hakekatnya bukan lain daripada hidup yang dikuasai dan digerakkan seluruhnya oleh Roh Allah sendiri, tanpa menghilangkan kebebasan manusiawi kita. Seperti apa yang diungkapkan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma, Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (Rm. 8:14) Atau lebih tepat lagi bila diterjemahkan dari bahasa aslinya : Semua orang, yang digerakkan Roh Allah, adalah anak Allah. 2. Hidup dalam bimbingan Roh Kudus Salah satu aspek Hidup dalam Roh ialah menyadari, bahwa seluruh hidup kita digerakkan oleh-Nya, berarti bahwa kita harus membiarkan diri dibimbing oleh-Nya. Bimbingan Roh ini bukan hanya pada saat-saat tertentu saja, melainkan pada keseluruhan hidup, dalam segala aktivitas kita. Kita harus sungguh-sungguh terbuka dan peka terhadap bimbingan-Nya serta sungguh-sungguh

mengharapkannya. Bila kita menye-rahkan hidup kita kepada-Nya, Dia akan membimbing kita dalam segala hal, serta membawa kita kepada hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan demikian kita akan menjadi manusia yang kreatif sesuai dengan sifat Roh sendiri: Kamu tidak tahu dari mana datangnya dan ke mana perginya, demikianlah setiap orang yang dibimbing oleh Roh Allah seringkali tidak terduga, dan juga tidak dapat dise-lami manusia jasmani. 3. Pengenalan akan Allah dan Yesus Kristus Kehadiran baru Roh Kudus menyebabkan kita mengenal Allah dan Putera-Nya Yesus Kristus secara pribadi. Oleh kehadiran Roh Kudus Bapa dan Yesus menjadi Pribadi yang sungguh-sungguh 27

hidup, yang mengasihi, melindungi dan memelihara kita. Kasih-Nya boleh kita alami sungguhsungguh. Kita tidak hanya tahu, bahwa Dia mengasihi kita, melainkan kita juga boleh mengalami kasih-Nya secara nyata. Melalui kehadiran Roh Kudus itu kita memasuki suatu hubungan yang pribadi dengan Allah dalam Yesus Kristus. 4. Menjadikan Yesus Tuhan dan Penyelamat kita Pembaharuan Hidup dalam Roh membawakan kepada kita kehadiran baru Roh Kudus. Oleh kehadiran Roh Kudus itu kita boleh mengalami, bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup. Kita juga menerima keyakinan, bahwa Yesus yang disalibkan itu telah bangkit kembali dan kini hidup dan memerintah bersama dengan Bapa. Kita juga disadarkan, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat kita. Oleh kehadiran Roh Kudus ini dengan sungguh-sungguh kita dapat berkata, bahwa Yesus adalah Tuhan. Roh Kudus menyadarkan kita pula, bahwa Yesus harus menjadi pusat hidup kita. Dialah yang harus meraja di dalam hidup kita oleh kuasa dan kehadiran Roh Kudus. 5. Keterbukaan terhadap karisma Roh Kudus Pembaharuan dalam Roh membawakan kepada kita keterbukaan terhadap karunia-karunia Roh Kudus yang disebut karisma-karisma. Kita disadarkan, bahwa untuk karya pelayanan kita, Allah memberikan kepada kita karisma-karisma tersebut, supaya kita mampu melaksanakan karya Allah serta dapat memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus secara efektif. Karisma-karisma itu diberikan kepada kita demi kepentingan seluruh umat, diberikan secara cuma-cuma. Karisma-karisma itu sangat penting dan perlu bagi pelayanan kita dalam dunia dewasa ini. Karena itu kita harus mengusahakannya untuk kepentingan pelayanan kita, namun harus selalu tetap sadar, bahwa yang utama tetaplah iman, harapan dan kasih. Bila dilihat dari arti teologisnya, maka sebenarnya pembaharuan karismatik ini merupakan program hidup seorang murid Kristus yang mau dan rela terbuka sepenuhnya terhadap bimbingan dan karya Roh Kudus. Pengalaman kehadiran dan kuasa Roh Kudus yang dialami dalam pencurahan Roh, pada dasarnya merupakan suatu awal yang baru, dimana seseorang memasuki hidup di dalam Roh. Dikatakan suatu awal yang baru, karena hidup dalam Roh ini dengan bantuan rahmat Tuhan, haruslah terus berkembang. Melalui hubungan pribadi dengan Allah yang terus dipupuk melalui hidup doa, peresapan Sabda Allah dalam Kitab Suci, penghayatan sakramen-sakramen dan latihan-latihan rohani lainnya, serta melalui pelbagai perjuangan serta pemurnian yang dialami jiwa, maka hidup di dalam Roh ini diharapkan berkembang sampai pada kepenuhannya, yaitu dalam persatuan cintakasih dengan Allah. Dan persatuan cintakasih dengan Allah, yang merupakan puncak karya Roh Kudus 28

dalam jiwa itu, sesungguhnya telah dialami dan dinyatakan oleh para kudus, secara khusus seperti St.Theresia Avila dan St.Yohanes Salib. St.Yohanes Saliblah yang menuliskan pengalaman puncak karya Roh Kudus dalam karyanya Nyala Hidup Cinta (The Living Flame of Love). Dalam tahap ini, maka jiwa yang dibakar oleh Roh Kudus dan ikut serta menjadi Nyala itu sendiri, telah menjadi begitu bersatu dengan Allah, sehingga dia jauh lebih berharga untuk keselamatan jiwa-jiwa dan kesuburan Gereja.

29

30

Anda mungkin juga menyukai