Anda di halaman 1dari 3

D. PEMBAHASAN Pada pemeriksaan luar mayat, hal pertama yang dapat dinilai adalah saat kematian.

Perubahan postmortem yang dapat dinilai antara lain kaku mayat (rigor mortis), lebam mayat (livor mortis), perubahan suhu tubuh (algor mortis), dan dekomposisi. Kaku mayat adalah kekakuan otot yang terjadi pasca kematian akibat tidak tersedianya ATP di dalam otot. Pada hasil pemeriksaan luar didapatkan kaku mayat pada daerah tangan dan kaki yang mudah dilawan, ini menunjukkan bahwa waktu kematian kurang dari 12 jam, kaku mayat terjadi akibat kelenturan otot yang menghilang setelah kematian karena metabolisme tingkat selular sudah tidak ada lagi khususnya dalam pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi untuk mengubah ADP menjadi ATP yang dipakai oleh serabut aktin dan miosin agar tetap lentur. Pada orang yang telah mati, cadangan glikogen dalam otot lama kelamaan akan habis dan energi tidak terbentuk lagi, sehingga aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat ini mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Lebam mayat (Livor mortis), merupakan proses yang terjadi berupa bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh akibat eritrosit yang menempati tempat terbawah dari tubuh karena gaya tarik bumi (gravitasi) yang mengisi vena dan venule membentuk bercak warna merah ungu pada bagian terbawah tubuh, kecuali bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Pada hasil pemeriksaan luar didapatkan lebam mayat terletak di punggung atas. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap selama 8-12 jam sama.3,5

Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 812 jam tidak akan menghilang. Pembusukan adalah suatu keadaan di mana bahan-bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan oleh karena adanya aktivitas bakteri maupun karena autolisis. Dari hasil pemeriksaan luar , belum ada tanda-tanda pembusukan. Proses pembusukan akan dipercepat dengan adanya panas, pada suhu lingkungan di atas 200C misalnya pada daerah tropis, pembusukan akan dapat dilihat dalam waktu 24 jam. Bila suhu lingkungan sesuai dengan suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri, maka pembusukan akan cepat terjadi. Tanda awal pembusukan akan tampak sebagai warna kehijauan pada daerah perut kanan bawah di mana usus besar di daerah tersebut banyak mengandung cairan dan bakteri. Pada akhir minggu pertama tubuh akan seluruhnya berwarna kehijauan dan akan tampak warna merah ungu. Pembentukan gas dalam tubuh akan dimulai pada awal minggu kedua, akan dimulai di lambung dan usus yang menyebabkan dinding perut tampak tegang. Dari hasil pemeriksaan dalam, didapatkan limpa mengkerut, dan pada gambaran mikroskopik tampak sinusoid tidak terisi darah. Hal ini menunjukkan adanya kegagalan sirkulasi dilihat dari adanya perdarahan dimana tampak bekuan darah pada rongga dada sebelah kiri sebanyak lima ratus enam puluh mililiter. Bekuan darah ini merupakan tanda adanya luka intravital, dimana adanya faktor koagulasi yang berperan dalam proses pembekuan. Koagulasi diawali dalam keadaan hemostatis dengan adanya cedera vaskular. Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan dengan cedera. ADP dilepas oleh trombosit menyebabkan agregasi trombosit ditambah oleh faktor III sehingga mempercepat

pembekuan plasma. Terjadi reaksi kaskade, aktivasi satu prokoagulan menyebabkan aktivasi bentuk pengganti melalui rangkaian jalur intrinsik maupun ekstrinsik. Jalur intrinsik diawali dari plasma yang keluar terpajan dengan kulit atau kolagen di dalam pembuluh darah yang rusak. Faktor XII, XI, IX harus dilibatkan sebelum faktor X diaktivasi. Langkah berikutnya adalah pembentukan fibrin yang berlangsung jika faktor Xa, dibantu oleh fosfolipid dari trombosit yang diaktivasi, memecah protrombin, membentuk trombin yang selanjutnya memecahkan fibrinogen menjadi fibrin. Dari hasil pemeriksaan dan teori, dapat disimpulkan bahwa kematian terjadi kurang dari 12 jam karena didapatkannya lebam mayat yang hilang dengan penekanan, dan adanya kaku mayat pada tangan dan kaki yang mudah dilawan,belum adanya ditemukan tanda-tanda pembusukan memberikan makna bahwa kematian belum melewati 24 jam. Adapun perlukaan yang dialami oleh korban disebabkan karena benda tajam dan bukan benda tumpul. Hal ini disokong oleh teori yang menyatakan bahwa perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam memiliki tepi luka yang rata, sudut luka yang lancip, dan tidak ditemukan adanya jembatan jaringan. Sifat-sifat luka tersebut sesuai dengan yang diketemukan pada korban. Pada tepi luka korban diketemukan sudut lancip dan tumpul, dengan panjang luka dua puluh satu milimeter. Hal ini menandakan bahwa benda yang digunakan untuk membuat luka tersebut bermata satu dengan lebar maksimal senjata dua puluh satu milimeter. Dapat disimpulkan bahwa korban ini meninggal oleh karena kegagalan sirkulasi akibat perdarahan yang banyak karena robeknya bilik kiri dan serambi kanan jantung sebagai akibat luka tusuk yang menembus rongga dada kiri oleh senjata tajam bermata satu dengan lebar maksimal senjata dua puluh satu milimeter. Alasan ini didasarkan dengan ditemukannya bekuan darah berwarna merah kecoklatan dan masih adanya pendarahan aktif minimal dari luka tusuk.

Anda mungkin juga menyukai