Anda di halaman 1dari 12

STUDI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001

Sik Sumaedi, Nur Metasari1


Oleh

Abstract This research aims to review the implementation process of ISO 14001. This research is using qualitative approach by combining the methods of literature studies and case studies. The case study data collection is done through documents review and unstructured interview. The results provide an implementation process model of ISO 14001 which consists of several stages according to Plan Do Check Action methodology. The model also emphasizes managements commitment and personnel participation in every stage. Keywords: ISO 14001, implementation model, environmental management

Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI, Kawasan Puspiptek Gedung 410, Serpong, Tangerang 15310

PENDAHULUAN

Sejak awal tahun 1960-an, dunia industri mulai peduli pada masalah-masalah lingkungan (Hunt & Johnson, 1995 dalam Zobel, 2005). Kondisi ini semakin meningkat seiring merebaknya persoalan lingkungan yang cukup signifikan menarik perhatian dunia internasional seperti pemanasan global ataupun perubahan iklim. Kesepakatan-kesepakatan internasional antar Negara dibuat dengan tujuan memperbaiki persoalan-persoalan lingkungan tersebut. Lingkungan usaha industri, selain pemerintah, saat ini juga mulai menggalakkan perlunya environmental friendly bagi rantai pasoknya. Beberapa contoh dapat diketengahkan di antaranya, Epson Industry Indonesia menerapkan kebijakan Green Purchase yang memaksa para pemasoknya untuk memiliki sistem manajemen lingkungan yang baik. Astra International mengembangkan Astra Green Company untuk memastikan anak-anak perusahaannya memiliki sistem manajemen lingkungan yang efektif. Kebijakan yang sama pun diterapkan pada perusahaan-perusahaan lainnya seperti Chevron, BP, dan lain-lain. Menyikapi kondisi di atas, sebagai bagian untuk memenuhi tuntutan stakeholder dan sekaligus sebagai bagian dari tanggung jawab sosial (Kadir et al, 2009), perusahaan-perusahaan perlu mengembangkan dan mengelola sistem manajemen lingkungan. Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan mengenai lingkungan dan juga sebagai panduan bagi organisasi dalam mengelola aspek lingkungannya (ISO 14001, 2004). Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah (Muti Sophira Hilman dan Ellia Kristiningrum, 2008). Dalam kaitan tersebut, perusahaan dapat mengadopsi standar ISO 14001:2004 untuk mengembangkan dan mengelola sistem manajemen lingkungannya. Adopsi standar ISO 14001 menjadi pilihan tepat dengan beberapa pertimbangan, yaitu. ISO 14001 merupakan standar internasional yang telah diterapkan di lebih 49.462 perusahaan pada 118 negara (Viadiu et al, 2006). Kondisi ini akan
2

mampu meningkatkan daya saing pasar ekspor perusahaan sekaligus mengatasi hambatan teknis perdagangan. ISO 14001 mengadopsi pendekatan proses (ISO 14001, 2004). Pendekatan proses akan memicu timbulnya continual improvement pada sistem manajemen. ISO 14001 memberikan kerangka sistem manajemen yang komprehensif dan sistematis. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa adopsi standar memberikan keuntungan bagi perusahaan seperti yang disebutkan Kitazawa dan Sarkiz (2000), Zeng, S.X et al (2005), Viadiu et al (2006), dan Salman (2009).

Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses penerapan ISO 14001. Sebuah model diajukan oleh peneliti untuk menjelaskan proses penerapan ISO 14001 hingga memperoleh sertifikasi ISO 14001. Model tersebut disintesis berdasarkan kajian literatur dan studi kasus pada sebuah perusahaan. Penelitian ini tidak berbicara mengenai aspek intrepretasi model sistem manajemen lingkungan (aspek contents) mengingat telah tersedianya SNI 1914004-2005 yang dapat memberikan panduan dalam mengintrepretasikan ISO 14001. Selain itu, penelitian ini juga tidak menyinggung secara mendalam aspek budaya organisasi (aspek context) mengingat keterbatasan waktu dan sumber data yang dimiliki. Penelitian ini terfokus pada aspek proses penerapan sistem manajemen lingkungan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan proses-proses apa yang dilakukan perusahaan untuk menerapkan ISO 14001 dan apa yang diperlukan untuk membuat proses penerapan hingga sertifikasi standar tersebut berjalan lancar. II TINJAUAN LITERATUR

2.1 ISO 14001 ISO 14001 adalah standar internasional yang dapat diterapkan oleh organisasi yang bermaksud untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001, 2004). Standar yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1996 dan direvisi pada tahun 2004 ini merupakan hasil negosiasi pertemuan GATT di Uruguay dan konferensi lingkungan di Rio de Jenero pada tahun 1992 (Zeng, S.X et al, 2005). Standar tersebut disebut sebagai
3

green standard karena memberikan persyaratan-persyaratan spesifik untuk sebuah sistem manajemen lingkungan yang komprehensif (Salman, 2009). Persyaratan-persyaratan ISO 14001 tercantum dalam klausul 4.2 hingga 4.6, antara lain (Kitazawa dan Sarkiz, 2000; ISO 14001, 2004): Klausul 4.2 Kebijakan lingkungan: mendefinisikan kebijakan dan memastikan komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. Klausul 4.3 Perencanaan: mencakup lima langkah yaitu identifikasi aspek lingkungan, menentukan dampak lingkungan, mengumpulkan perundangan dan peraturan lainnya, menetapkan sasaran dan target, serta mengembangkan suatu sistem manajemen lingkungan. Klausul 4.4 Penerapan dan operasi; mengadakan sumber daya untuk mencapai sasaran dan target lingkungan organisasi. Klausul 4.5 Tindakan pemeriksaan dan pemantauan: memeriksa dan memantau sistem manajemen lingkungan untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkannya. Klausul 4.6 Tinjauan manajemen; memastikan adanya tinjauan secara berkala oleh manajemen. Persyaratan-persyaratan tersebut bersifat generik sehingga bisa diterapkan oleh semua perusahaan tanpa bergantung pada tipe, ukuran, dan jenis produk yang diberikan (ISO 14001, 2004). Generik berarti standar menyebutkan apa yang harus dilakukan dan memberikan kebebasan bagaimana ia dilakukan. 2.2 Proses Penerapan ISO 14001 Sebagai sebuah standar generik, proses penerapan ISO 14001 pada suatu organisasi dapat berbeda dengan organisasi lainnya. Meskipun demikian, beberapa peneliti topik ini seperti Cascio (1998), Jackson (1997) and Gilbert and Gould (1998) setuju bahwa proses penerapan ISO 14001 secara umum adalah sebagai berikut (Balzarova, 2005): 1. Menentukan lingkup 2. Menentukan proses evaluasi baik evaluasi aspek dan dampak lingkungan maupun evaluasi peraturan perundangan 3. Mengumpulkan data 4. Membentuk tim lintas fungsi 5. Mengidentifikasi aspek 6. Mengidentifikasi dampak lingkungan 7. Mengevaluasi dampak lingkungan 8. Mencatat hasil
4

9. 10. III

Memantau dan mengukur sistem Mengevaluasi sistem secara berkala METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan eksploratif. Pendekatan deskriptif dipergunakan untuk menggambarkan proses penerapan ISO 14001 pada studi kasus. Sedangkan pendekatan eksploratif karena penelitian ini berusaha mengembangkan sebuah model. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa model dikembangkan berdasarkan pemahaman terhadap persyaratan ISO 14001, praktek-praktek penerapan berdasarkan studi literatur, dan praktek penerapan pada studi kasus. Dengan demikian diharapkan model yang dikembangkan ini dapat diaplikasikan dengan mudah pada organisasi-organisasi yang akan menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001.

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Identifikasi Masalah

Analisis Perbandingan Studi Literatur dan Studi Kasus Perumusan Model Penerapan

Penentuan Tujuan Penelitian

Studi Literatur Diskusi dan Sintesa

Studi Kasus Kesimpulan

Gambar 2 Tahapan Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data studi kasus dilakukan melalui serangkaian tinjauan terhadap dokumen dan rekaman penerapan ISO 14001 pada perusahaan, diskusi informal, dan wawancara tak terstruktur. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2009 hingga Maret 2010. Informan penelitian ini adalah konsultan ISO 14001 yang memberikan bimbingan pada perusahaan objek studi kasus. Pengujian validitas data dilakukan dengan triangulasi data, di mana penulis membandingkan antara ketiga sumber data yang diperoleh sehingga didapatkan suatu kesimpulan mengenai bagaimanakah praktek penerapan sistem manajemen lingkungan secara umum. 1. Studi Kasus Objek studi kasus adalah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan kemasan. Objek studi kasus tersebut memiliki kantor pusat di Jakarta Barat. Objek studi kasus merupakan perusahaan yang berorientasi ekspor sehingga kebutuhan akan sertifikasi ISO 14001 menjadi penting. Penerapan ISO 14001 pada objek studi kasus dibimbing oleh konsultan eksternal. Lingkup sertifikasi disepakati dengan konsultan sebelum proses penerapan atau pada saat penandatanganan kontrak. Penerapan diawali dengan jalan konsultan memberikan pelatihan pemahaman ISO 14001 bagi personel objek studi kasus. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan rasa kepemilikan personel terhadap pentingnya penerapan
6

ISO 14001. Lingkup materi pelatihan sendiri menekankan pada pentingnya ISO 14001 dan gambaran umum persyaratan. Langkah selanjutnya adalah konsultan melakukan tinjauan terhadap kondisi saat ini dibandingkan dengan persyaratan ISO 14001. Berdasarkan tinjauan awal tersebut diperoleh bahwa kesenjangan antara kondisi perusahaan dan persyaratan cukup besar yaitu 90%. Meskipun demikian, kegiatan kritis dalam sistem manajemen lingkungan yaitu pengukuran terhadap lingkungan yang meliputi udara (termasuk kebisingan), air dan tanah sudah dilakukan. Setelah kajian awal dilakukan, objek studi kasus kemudian menunjuk seorang perwakilan manajemen dan membentuk tim ISO yang merupakan perwakilan setiap bidang. Setelah itu, didampingi konsultan, tim ISO melakukan kegiatan identifikasi dan evaluasi aspek dan dampak lingkungan serta identifikasi peraturan perundangan. Kegiatan tersebut diawali dengan pemberian pelatihan terkait oleh konsultan. Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi di atas, konsultan membimbing tim ISO untuk membuat dan menyelesaikan prosedur yang dibutuhkan, kebijakan, sasaran, target serta program manajemen lingkungan. Pimpinan puncak berpartisipasi dengan jalan memberikan persetujuan pada setiap prosedur yang dibuat serta terlibat aktif dalam proses penyusunan kebijakan, sasaran, target serta program manajemen lingkungan. Setelah proses tersebut, sistem diimplementasikan. Selama proses implementasi, personel dapat mengusulkan perbaikan-perbaikan untuk penyempurnaan sistem. Untuk memeriksa pelaksanaan dan efektifitas sistem, objek studi kasus melakukan kegiatan audit internal. Kegiatan ini diawali dengan pembentukan tim auditor internal. Setelah itu, konsultan melakukan pelatihan audit internal bagi para auditor internal. Kegiatan auditor internal dilakukan untuk setiap bidang yang terkait dengan sistem lingkungan. Setiap temuan audit internal ditutup oleh masing-masing bidang yang bertanggung jawab. Proses selanjutnya yang ditempuh oleh objek studi kasus adalah tinjauan manajemen. Pada proses ini, manajemen melakukan pemeriksaan terhadap performa sistem yang ada sekaligus menangkap kebutuhan perbaikan dan sumber daya. Setelah seluruh proses dijalankan, konsultan membimbing objek studi kasus untuk melakukan pendaftaran sertifikasi ISO 14001 pada lembaga sertifikasi. Berdasarkan hasil audit lembaga sertifikasi, objek studi kasus dinyatakan layak memperoleh sertifikat ISO 14001.
7

2. Diskusi dan Sintesa Pada proses penerapan hingga sertifikasi ISO 14001 yang dijalankan oleh objek studi kasus terlihat dua faktor besar yang mempengaruhi keberhasilan objek studi kasus, yaitu komitmen manajemen dan partisipasi personel. Komitmen manajemen dapat dilihat pada investasi yang dilakukan oleh pimpinan puncak dengan jalan menyewa konsultan ISO 14001. Selain itu, pimpinan puncak juga mengalokasikan sumber daya manusia sebagai tim ISO untuk membantu perusahaan dalam mendapatkan sertifikasi ISO 14001. Pimpinan puncak juga terlibat secara aktif pada proses pengembangan maupun penerapan dalam bentuk persetujuan pada setiap prosedur yang dibuat serta terlibat dalam proses penyusunan kebijakan, sasaran, target serta program manajemen lingkungan. Partisipasi personel dapat terlihat pada setiap proses yang ada. Peran konsultan dalam proses pengembangan dan penerapan ISO 14001 sebatas memberikan bimbingan. Adapun kegiatan-kegiatan mendasar seperti identifikasi aspek lingkungan, peraturan perundangan, pembuatan prosedur hingga partisipasi aktif dalam proses audit internal semuanya dilakukan oleh personel perusahaan itu sendiri. Temuan ini selaras dengan temuan Kitazawa dan Sarkiz (2000) yang mengungkapkan bahwa keberhasilan penerapan ISO 14001 bergantung pada komitmen manajemen dalam berinvestasi untuk menyediakan program-program pelatihan maupun kebijakan yang mendukung pemberdayaan personel. Menurut Kitazawa dan Sarkiz (2000), pemberdayaan personel akan membentuk pola komunikasi, koordinasi, dan peningkatan kemampuan yang dimiliki personel dalam rangka mendukung kesuksesan program. Dalam aspek proses penerapan, proses-proses yang dilakukan oleh objek studi kasus secara umum tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Cascio (1998), Jackson (1997) and Gilbert and Gould (1998). Secara umum, proses-proses tersebut mengikuti metodologi pendekatan proses Plan Do Check Action. Oleh karena itu, penulis memformulasikan proses penerapan ISO 14001 yang ada menjadi tahapan-tahapan sebagaimana metodologi pendekatan proses yaitu Plan Do Check Action. Berdasarkan SNI 19-14001:2005, definisi tahapantahapan tersebut adalah sebagai berikut. Rencanakan (Plan): menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi. Lakukan (Do): menerapkan proses-proses yang telah ditetapkan pada tahap Plan.
8

Periksa (Check): memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, persyaratan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang diikuti organisasi, serta melaporkan hasilnya. Tindaki (Act): melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan.

Gambar 3 Model Penerapan ISO 14001 Berdasarkan diskusi tersebut, penulis mensintesa model penerapan ISO 14001 seperti terlihat pada Gambar 3. Pada model tersebut, dapat dilihat bahwa tahapan penerapan ISO 14001 untuk memperoleh sertifikasi adalah Plan Do Check Action. Agar setiap tahapan dapat berjalan lancar, diperlukan komitmen manajemen dan partisipasi personel.
9

Komitmen manajemen dalam proses penerapan ISO 14001 hingga sertifikasi meliputi: komitmen untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan personel, alokasi sumber daya, partisipasi pada kegiatan penerapan, dan penetapan kebijakan yang dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi personel. Sementara partisipasi personel dapat ditunjukkan dengan: adanya komunikasi dan koordinasi personel yang baik, kerja sama tim, komitmen pada tugas dan jadwal, serta inisiatif untuk melakukan perbaikan. IV KESIMPULAN

Penelitian ini mengkaji proses penerapan ISO 14001 melalui studi literatur dan studi kasus yang ada pada sebuah perusahaan. Hasil penelitian ini menghasilkan suatu model penerapan ISO 14001 hingga memperoleh sertifikasi. Model tersebut direpresentasikan dalam Gambar 3. Secara umum, penelitian ini merekomendasikan agar proses penerapan ISO 14001 mengikuti metodologi pendekatan proses berbasis Plan Do Check Action. Penelitian ini juga memaparkan bahwa proses penerapan tersebut dapat berjalan lancar apabila mendapatkan komitmen manajemen secara penuh dan partisipasi personil yang cukup memadai. V 1. DAFTAR PUSTAKA Balzaroga, Michela A, et.al. 2005. How Organizational Culture Impacts On The Implementation Of ISO 14001:1996 A UK Multiple- Case Study. Journal of Manufacturing Technology Management. 17 No. 1 (2006): 89103 Hilman, Muti Sophira dan Ellia Kristiningrum. 2008. Kajian Manfaat Penerapan ISO 14001 Pada 12 Perusahaan. Jurnal Standardisasi. 10 No. 3 (2008) International Organization of Standard. 2004. ISO 14001:2004 International Standard: Environmental Management System Requirements Kitazawa, Shinichi dan Sarkiz, Joseph. 2000. The Relationship between ISO 14001 And Continuous Source Reduction Program. International Journal of Operations & Production Management. 20 No. 2 (2000): 225248

2.

3.

4.

10

5.

6.

7.

Salman, Aneel. 2009. Implementation and Impact of EMS (ISO 14001) on Industries The case of Pakistan. Diunduh dari http//www.cspo.orgigscdocs-Aneel%20Salman.pdf tanggal 1 Juli 2010 Viadiu, Frederic Marimon et.al. 2006. ISO 9000 and ISO 14000 Standards: An International Diffusion Model. International Journal of Operations & Production Management. 26 No. 2 (2009): 141-165 Zeng, S.X et.al. 2005. Implementing Integration of ISO 9001 and ISO 14001 for Construction. Managerial Auditing Journal. 20 No. 4 (2009): 394-407

11

Prosiding PPI Standardisasi 2010 Banjarmasin, 4 Agustus 2010

12

Anda mungkin juga menyukai