Anda di halaman 1dari 9

PENGUKURAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) SEBAGAI PENENTU BEBAN PENCEMARAN PADA DANAU LSI INSTITUT PERTANIAN

BOGOR, DRAMAGA
Cindhy Ade Hapsari1, Lutfhi Adhytia Putra2, Ratu Rima Novia Rahma3, Riandy Surya Irawan4 Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 16680 Email: alchemist.genz@gmail.com1, ladhytiaputra@yahoo.com2, raturimanoviarahma@yahoo.co.id3, ndie_paulwalker@yahoo.com4

Abstrak: Air memegang peranan yang amat vital bagi kelangsungan hidup semua makhluk di bumi ini. Pentingnya air bagi makhluk hidup khususnya manusia dibutuhkan sebagai penunjang berbagai aktivitas kehidupan di segala bidang, baik kebutuhan akan minum, mandi, irigasi, kelestarian lingkungan, dan sebagainya. Semua aspek kegiatan tersebut tentunya membutuhkan air yang memiliki kualitas yang layak untuk digunakan, sementara sumber-sumber air yang terdapat di bumi, baik yang alami maupun yang buatan memiliki kadar kualitas yang berbedabeda. Praktikum yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) oksigen yang terlarut (DO) dalam air yang digunakan untuk keperluan oksidasi dan mengubahnya menjadi bentuk senyawa lain dengan menggunakan K2Cr2O7, H2SO4, dan ferro ammonium sulfat (FAS). Menurut Peraturan Pemerintah No.82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu untuk air kelas satu (air yang peruntukannya dapat digunakan untuk baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut) nilai CODnya adalah sebesar 10 mg/l. Dari ketetapan baku mutu tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel air Danau LSI Institut Pertanian Bogor, Dramaga bagian hilir layak untuk dikonsumsi karena nilai konsentrasi COD kurang dari 10 mg/l. Kata kunci: Baku mutu, COD (Chemical Oxygen Demand), K2Cr2O7, Ferro ammonium sulfat (FAS), Kualitas air.

PENDAHULUAN
Air seperti yang telah diketahui memegang peranan yang amat vital bagi kelangsungan hidup semua makhluk di bumi ini. Pentingnya air bagi makhluk hidup khususnya manusia dibutuhkan sebagai penunjang berbagai aktivitas kehidupan di segala bidang, baik kebutuhan akan minum, mandi, irigasi, kelestarian lingkungan, dan sebagainya. Semua aspek kegiatan tersebut tentunya membutuhkan air yang memiliki kualitas yang layak untuk digunakan, sementara sumber-sumber air yang terdapat di bumi, baik yang alami maupun yang buatan memiliki kadar kualitas yang berbeda-beda. Di dalam air, banyak terkandung bahan-bahan kimia baik yang berbahaya maupun yang tidak, serta berbagi jenis mikroorganisme yang hidup di dalamnya. Pengadaan air bersih baru sebatas pada beberapa daerah saja, sementara sisanya mengandalkan sumber-sumber air yang terdapat di alam, padahal tidak semua sumber air terjamin memenuhi standar kelayakan. Contohnya, banyak air-air sungai, danau, maupun air tanah yang sudah terkontaminasi oleh pembuangan limbah dan polusi. Proses oksidasi sangat penting dilakukan untuk menjaga kualitas air tersebut, agar terhindar dari limbahlimbah serta polutan yang berbahaya. Untuk melakukan proses oksidasi atau degradasi tersebut, tingkat kebutuhan akan oksigen dari berbagai air berbedaJurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

beda, tergantung tinggi atau rendahnya kandungan bahan-bahan buangan dalam air tersebut. Karena itulah dibutuhkan sebuah parameter untuk mengukur kadar oksigen dengan menggunakan reaksi kimia untuk mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat di dalam air lingkungan. Analisis tersebut dikenal dengan istilah Chemical Oxygen Demand (COD). Analisis COD sangat penting dilakukan untuk mengetahui beban pencemaran di dalam suatu jenis air. Proses oksidasi bahan organik, melalui reaksi kimia akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Karena itu, dilakukan uji praktikum untuk menetapkan konsentrasi COD yang digunakan sebagai parameter pengukuran beban pencemaran pada air danau, sehingga dapat mengetahui kondisi toksik dan adanya bahan-bahan yang sulit didegradasi.

METODE PRAKTIKUM
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan sampel air danau yang berlokasi di Danau LSI (Lembaga Sumber Informasi) Institut Pertanian Bogor, Dramaga, yang telah disiapkan sebelumnya. Praktikum yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) oksigen yang terlarut (DO) dalam air yang digunakan untuk keperluan oksidasi dan mengubahnya menjadi bentuk senyawa lain. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu: oven, buret untuk titrasi ferro ammonium sulfat, bermacam-macam pipet, tabung COD dengan klem, piala gelas 100 ml, labu erlenmeyer 125 ml. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu: air sampel danau, larutan indikator ferroin, larutan kalium bikromat (K2Cr2O7) 0,25 N, dan larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,01 N. Langkah-langkah praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pertama, mengambil sampel air (air danau LSI) bagian hilir yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah itu, sampel air diambil dengan menggunakan pipet dan dituangkan ke dalam tabung COD. Kemudian, sampel air tersebut ditambahkan 5 ml larutan K2Cr2O7 0,1 N dengan menggunakan pipet. Selanjutnya, sampel air danau yang sudah dicampurkan larutan K2Cr2O7, ditambahkan lagi dengan 15 ml larutan pereaksi H2SO4 pekat. Setelah larutan tersebut sudah dicampurkan dalam satu tabung COD, tutup tabung tersebut dengan menggunakan klem dan digoyangkan secara perlahan sampai larutan H2SO4 larut, dengan cara memegang bagian atas dan bagian tutup klem tabung CODnya. Setelah semua larutan larut, lalu tabung COD dimasukkan ke dalam oven pada suhu 150oC selama 2 jam. Kedua, dalam pembuatan larutan blanko (larutan pembanding), prosedur pembuatannya sama seperti yang pertama, hanya saja diperlukan 10 ml air suling sebagai pengganti sampel air danau. Ketiga, setelah dipanaskan dalam oven selama 2 jam, larutan sampel air danau dan larutan blanko yang sudah ditambahkan dengan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 tersebut diangkat dan dituangkan masing-masing ke dalam labu erlenmeyer agar proses titrasi lebih mudah, lalu dinginkan. Setelah dingin, masing-masing larutan ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 ml. Keempat, masing-masing erlenmeyer ditambahkan dengan larutan indikator ferroin sebanyak 6 tetes. Setelah itu, titrasi pada sampel air danau dan air suling dilakukan dengan menggunakan larutan standar ferro ammonium sulfat (FAS) sambil menggoyangkan labu erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna menjadi

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

merah bata. Volume ferro ammonium sulfat (FAS) yang dipakai kemudian dicatat untuk data pengamatan. Setelah semua langkah dalam percobaan selesai sesuai prosedur, dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai COD dari sampel air dengan persamaan: COD sebagai mg/l O2 = (Kb Kc) x N x 8 x 1000 10 (1)

Keterangan: Kb : ml FAS yang digunakan untuk titrasi blanko Kc : ml FAS yang digunakan untuk titrasi larutan sampel air danau N : molaritas FAS 8 : berat ekivalen oksigen

HASIL DAN PEMBAHASAN


COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O (Hanum, 2002). Definisi lain dari COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987 dalam Rahmawati dan Azizah 2005). Bahan-bahan organik atau limbah organik akan dioksidasi menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom (Anonim, 2011). Dengan reaksi sebagai berikut: HaHbOc (Bahan Organik) + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+ Angka COD merupakan ukuran bagi pencemar air oleh zat-zat organik yang secara ilmiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutanpolutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah (Arifin, 2008). Semakin rendah nilai oksigen terlarut, maka semakin besar nilai COD. Nilai COD yang besar ini menunjukkan semakin banyak bahan atau limbah organik yang terdapat dalam suatu perairan. Semakin banyak bahan atau limbah organik maka akan semakin buruk kualitas airnya. Pengujian COD berbeda dengan pengujian BOD namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditentukan. Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD (Alaerts, dkk. 1984 dalam Wilda 2011). Pengujian COD lebih cepat dari pengujian BOD karena hanya membutuhkan waktu satu sampai dua jam.

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Selama penentuan COD, bahan organik dikonversi menjadi karbondioksida dan air dengan mengabaikan kemampuan asimilasi biologis. Sebagai contoh glukosa dan lignin dapat dioksidasi secara sempurna. Hasilnya, nilai COD lebih besar daripada nilai BOD dan dapat jauh lebih besar jika bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis ada dalam jumlah yang berarti (Sawyer, 1978 dalam Wilda 2011). Pengujian COD kali ini dilakukan pada sampel yang diambil dari Danau LSI Institut Pertanian Bogor. Sampel air dimasukkan dalam botol COD kemudian ditambahkan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 seperti yang tercantum dalam metode. Kemudian botol COD tersebut ditutup dengan klem dan dihomogenkan dengan cara menggoyang-goyangkan botol COD tersebut. Sampel air ini berwarna kuning dan akan terasa panas, hal ini menunjukkan bahwa reaksi oksidasi sedang berlangsung dalam botol. Sampel air kemudian dipanaskan dengan suhu 150C, karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimum reaksi oksidasi berlangsung. Setelah didiinginkan, sampel ditambahkan akuades dan indikator ferroin. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan FAS hingga terjadi perubahan warna dari hijau-biru menjadi tepat berwarna merah-coklat. Banyaknya atau volume larutan FAS yang digunakan untuk titrasi ini kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai COD dari sampel air dengan menggunakan persamaan (1): COD sebagai mg/l O2 = (Kb Kc) x N x 8 x 1000 10 Keterangan: Kb : ml FAS yang digunakan untuk titrasi blanko Kc : ml FAS yang digunakan untuk titrasi larutan sampel air danau N : molaritas FAS 8 : berat ekivalen oksigen Tabel 1. Penetapan Nilai COD Kb Kc COD (ml) (ml) (mg/l) 10,3 10,2 3,704 Nilai COD didapatkan dengan cara memasukkan nilai Kb dan Kc ke dalam persamaan (1): COD sebagai mg/l O2 = (Kb Kc) x N x 8 x 1000 10 = (10,3 10,2) x 0,0463 x 8 x 1000 10 = 3,704 mg/l Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan volume FAS yang digunakan untuk titrasi larutan sampel air (Kc) sebanyak 10,2 ml, dan volume FAS yang digunakan untuk titrasi blanko sebanyak 10,3 ml (Kb). Nilai Kc dan Kb kemudian dimasukkan ke dalam persamaan (1) dan didapatkan nilai COD dari sampel air Danau LSI sebesar 3,704 mg/l. Menurut Peraturan Pemerintah No.82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

untuk air kelas satu (air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut) nilai CODnya adalah sebesar 10 mg/l. Jika dibandingkan antara hasil pegujian dan baku mutu yang telah ditetapkan tersebut, nilai COD dari sampel air Danau LSI masih dibawah baku mutu. Sehingga air yang berasal dari tempat dimana sampel diambil masih aman dan layak digunakan sebagai air minum atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Efluen atau limbah cair atau air buangan akan memperbesar nilai COD. Semakin banyak efluen yang masuk ke dalam badan air maka akan semakin tinggi pula nilai CODnya. Nilai COD yang tinggi dapat mengganggu keseimbangan ekologik pada perairan. Efluen yang terdapat pada danau LSI kemungkinan besar berasal dari air buangan kamar mandi dan air buangan dari kantin yang berada di atas danau LSI. Namun, efluen tersebut besarnya masih dalam batasan aman. Tetapi untuk mencegah pencemaran lebih lanjut, perlu dilakukan usaha untuk menurunkan nilai COD air Danau LSI. Cara untuk menurunkan nilai COD danau LSI adalah dengan mengurangi pembuangan efluen atau air buangan tersebut ke badan air danau.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat diketahui nilai COD dari sampel Danau LSI Institut Pertanian Bogor adalah 3,704 mg/l, sehingga masih di bawah nilai baku mutu yang sebesar 10 mg/l. Dari nilai COD tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel air danau LSI yang diberikan untuk uji pengukuran beban pencemaran air permukaan danau tersebut masih aman dan layak digunakan sebagai air minum atau peruntukan lain.

Daftar Pustaka
2008. BOD DAN COD. [terhubung berkala] http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/bod-dan-cod/ (Diakses tanggal 11 Maret 2012) Giwangkara. 2007. Peraturan Pemerintah No.82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. [terhubung berkala] http://persembahanku.wordpress.com/2007/03/28/pp-ri-no-82-2001pengelolaan-kualitas-air/. (Diakses tanggal 07 Maret 2012) Hanum, Farida. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air Minum. Medan: Universitas Sumatera Utara. Rahmawati, Agnes Anita, dan R. Azizah. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform Pada air limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.1, Juli 2005 : 97 110 Wilda. 2011. Chemical Oxygen Demand. [terhubung berkala] http://laboratoriumlingkunganbywildatl32.blogspot.com/2011/09/laborator ium-air.html (Diakses tanggal 11 Maret 2012) Arifin.

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Lampiran 1
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PARAMETER FISIKA Temperatur Residu Terlarut Residu Tersuspensi SATUAN I C mg/L mg/L Deviasi 3 1000 50 II KELAS III Deviasi 3 1000 400 KETERANGAN IV Deviasi 5 2000 400 Deviasi Tempertur dari keadaan alamiah Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi 5000 mg/L Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

Deviasi 3 1000 50

KIMIA ANORGANIK Ph

6-9

6-9

6-9

5-9

BOD

mg/L

12

COD
DO Total Fosfat sbg P NO3 sebagai N NH3-N

mg/L
mg/L mg/L mg/L mg/L

10
6 0,2 10 0,5

25
4 0,2 10 (-)

50
3 1 20 (-)

100
0 5 20 (-) Angka batas minimum

Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka 0,02 mg/L sebagai NH3

Arsen Kobalt Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI) Tembaga

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

0,05 0,2 1 1 0,01 0,01 0,05 0,02

1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,05 0,02

1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,05 0,02

1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,01 0,2

Besi

mg/L

0,3

(-)

(-)

(-)

Timbal

mg/L

0,03

0,03

0,03

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu 1 mg/L Bagi pengolahan air minum secara koncensional, Fe 5 mg/L Bagi pengolahan air

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

minum secara konvensional, Pb 0,1 mg/L Mangan Air Raksa Seng mg/L mg/L mg/L 1 0,001 0,05 (-) 0,002 0,05 (-) 0,002 0,05 (-) 0,005 2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn 5 mg/L

Khlorida Sianida Fluorida Nitrit sebagai N

mg/L mg/L mg/L mg/L

1 0,02 0,5 0,06

(-) 0,02 1,5 0,06

(-) 0,02 1,5 0,06

(-) (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2_N 1 mg/L Bagi ABAM tidak dipersyaratkan

Sulfat Khlorin bebas Belerang sebagai H2S

mg/L mg/L mg/L

400 0,03 0,002

(-) 0,03 0,002

(-) 0,03 0,002

(-) (-) (-)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Lampiran 2

Gambar 2.1. Larutan sampel dan blanko setelah dioven

Gambar 2.2. Larutan sampel dan blanko setelah dicampur K2Cr2O7 dan H2SO4

Gambar 2.3. Larutan sedang dititrasi

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Gambar 2.4. Larutan setelah dititrasi

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai