Anda di halaman 1dari 8

STRESS DALAM BEKERJA

Menurut Morgan dan King as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping (Morgan & King, 1986: 321) Jadi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek (Cooper, 1994). Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi (Diana, 1991). Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa. Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956). Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yangstressful. Sehingga respon terhadap stressor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.

A. JENIS-JENIS STRES Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu: Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. B. PENGERTIAN STRES KERJA Definisi stres kerja dapat dinyatakan sebagai berikut : Work stress is an individuals response to work related environmental stressors. Stress as the reaction of organism, which can be physiological, psychological, or behavioural reaction (Selye, dalam Beehr, et al., 1992: 623) Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. C. SUMBER-SUMBER STRES KERJA Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri. Soewondo (1992) mengadakan penelitian dengan sampel 300 karyawan swasta di Jakarta, menemukan bahwa penyebab stres kerja terdiri atas 4 (empat) hal utama, yakni: 1. Kondisi dan situasi pekerjaan 2. Pekerjaannya 3. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas 4. Hubungan interpersonal Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni: a. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal. b. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi. c. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.

d. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal,learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis. Sedangkan Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam pekerjaan menjadi dua, yakni:

Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan. Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.

Cooper (dalam Rice, 1999) memberikan daftar lengkap stressor dari sumber pekerjaan yang tertera pada tabel berikut: Stressor Faktor Yang Mempengaruhi Konsekuensi Kondisi Yang Dari (Hal-hal Yang Mungkin Terjadi Di Mungkin Muncul Stres Kerja Lapangan) Kelelahan mental dan/atau Kondisi pekerjaan Beban kerja berlebihan secara kuantitatif fisik Beban kerja berlebihan secara Kelelahan yang amat kualitatif sangat dalam bekerja Assembly-line hysteria (burnout) Keputusan yang dibuat oleh Meningkatnya kesensitivan seseorang dan ketegangan Bahaya fisik Jadwal bekerja Technostress Meningkatnya kecemasan Stress karena peran Ketidakjelasan peran Adanya bias dalam dan ketegangan membedakan genderdan stereotype p Menurunnya prestasi eran gender pekerjaan Pelecehan seksual Meningkatnya ketegangan Faktor interpersonal Hasil kerja dan sistem dukungan sosial yang buruk Meningkatnya tekanan Persaingan politik, kecemburuan dan darah kemarahan Ketidakpuasan kerja Kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan Perkembangan karir Promosi ke jabatan yang lebih rendah Menurunnya produktivitas dari kemampuannya Kehilangan rasa percaya Promosi ke jabatan yang lebih tinggi diri

Struktur organisasi

dari kemampuannya Keamanan pekerjaannya Ambisi yang berlebihan sehingga mengakibatkan frustrasi Struktur yang kaku dan tidak bersahabat Pertempuran politik Pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang Ketidakterlibatan dalam membuat keputusan Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi Kurangnya dukungan dari pasangan hidup Konflik pernikahan Stres karena memiliki dua pekerjaan

Meningkatkan kesensitifan dan ketegangan Ketidakpuasan kerja Menurunnya motivasi dan produktivitas Ketidakpuasan kerja

Tampilan rumah- pekerjaan


Meningkatnya konflik dan kelelahan mental Menurunnya motivasi dan produktivitas Meningkatnya konflik pernikahan

D. DAMPAK STRES KERJA Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya. Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah: Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual. Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres. Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat

menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993). Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu: 1. Gejala psikologis Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :

Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian) Sensitif dan hyperreactivity Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi Komunikasi yang tidak efektif Perasaan terkucil dan terasing Kebosanan dan ketidakpuasan kerja Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi Kehilangan spontanitas dan kreativitas Menurunnya rasa percaya diri

2. Gejala fisiologis Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada Gangguan pada kulit Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot Gangguan tidur Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker

3. Gejala perilaku Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

Perilaku sabotase dalam pekerjaan Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

DAFTAR PUSTAKA

Beehr, T. A. (1978). Psychologycal Stress In The Workplace. London: Rotledge. Cooper, C. L., Dewe, P. J., & ODriscoll, M. P. (1991). Organizational Stress: A Review and Critique of Theory, Research, and Applications. California: Sage Publications, Inc. Cooper, C. L., & Payne, R. (1994). Causes, Coping & Consequences of Stress at Work. USA: John Wiley & Sons, Ltd. Greenberg, J., & Baron, R. A. (1993). Behavior In Organizations: Understanding And Managing The Human Side Of Work. USA: Allyn & Bacon. Luthans, F. (1992). Organizational Behavior (6th ed.). Singapore: McGraw-Hill, Inc. Mitchell, T. R., & Larson, J. R. (1987). People in Organizations: An Introduction to Organizational Behavior (3rd ed.). USA: McGraw-Hill, Inc. Morgan, C. T., King, R. A, & Weisz, J. R. (1986). Introduction to Psychology (7th ed.). New York: McGraw-Hill Book Co. Quick, J. C., & Quick, J. D. (1984). Organizational Stress And Preventive Management. USA: McGraw-Hill, Inc. Rice, P. L. (1999). Stress and Health (3rd ed.). California: Brooks/Cole Publishing Company. Selye, H. (1956). The Stress of Life. New York : McGraw Hill. Selye, H. (1983). Selyes Guide To Stress Research (vol. 3). New York: Van Nostrand Reinhold Company, Inc.

Tugas Psikologi Industri

STRESS DALAM PEKERJAAN


DISUSUN OLEH: Andra Geumala Zahra Anisah Luthfiana Faradila Marhamah Tarmizi Miftahurrahmah Risa Difi Febriani Yeni Saputri (0804103010003) (0804103010004) (0804103010009) (0804103010035) (0804103010023) (0804103010036) (0804103010034) (0804103010010)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNSYIAH 2011

Anda mungkin juga menyukai