Anda di halaman 1dari 12

Keberadaan bisnis frenchising di Indonesia berkembang dengan pesat.

Swalayan seperti Alfamart, Indomaret, Giant dengan cepat menjamur, baik di kota besar maupun kota kecil, bahkan sudah mulai ada di kota-kota kecamatan. Barang yang dijual biasanya disimpan di beberapa gudang yang dimiliki kemudian di distribusikan ke setiap swalayan sesuai permintaan masing-masing. Karena biaya pendistribusian dari masing-masing gudang ke swalayan juga berbeda-beda, pendistribusian barang diatur sedemikian rupa agar biaya yang di keluarkan seminimal mungkin. Untuk meminimalakn biaya ini, bisa digunakan pemograman linier, yaitu dengan model transportasi. Model transportasi merupakan model Pemrograman Linier yang berkaitan dengan penentuan rencana berbiaya terendah untuk mengirimkan satu barang dari sejumlah sumber ke sejumlah gudang. Misalnya untuk mengirimkan barang dari pabrik ke gudang, atau dari gudang penyimpanan ke mini market. Teknik transportasi merupakan teknik yang mengikuti langkah-langkah dari metode simpleks

A. Sejarah Model Transportasi Model transportasi pertama kali dipelajari oleh L.V Kantorovitch, seorang matematikawan dan ekonom dari Rusia pada tahun 1939. Pada saat itu beliau adalah professor dari Military Engineering-Technical University dan sangat berjasa pada pada masa Pengepungan Leningrad (1941-1944). Beliau berperan besar dalam usaha penyelamatan yang masa ini dikenal dengan Road of Life, yaitu sebuah transportasi es melintasi Danau beku Ladoga. Jalan ini merupakkan satu-satunya akses kota Leningrad yang sedang dikepung pada musim dingin. Kantorovich menghitung jarak optimal yang dapat ditempuh mobil di atas es yang tergantung pada ketebalan es dan suhu udara. Kemudian, pada tahun 1941, F.L. Hitchcock merumuskan model matematika dari persoalan transportasi yang kini dianggap sebagai model matematika dari persoalan transportasi yang kini dianggap sebagai model baku, sehingga sering disebut juga sebagai model Hitchcock. Ada lagi seseorang yang bernama T.C. Koopmans, seorang matematikawan dan ekonom dari kebangsaan Amerika Serikat pada tahun 1947. Beliau banyak mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan model transportasi dan mengembangkannya dalam bidang ekonomi. Berkat jasanya, T.C. Koopmans bersama L.V. Kantorovich memenangkan hadiah Nobel di bidang Ekonomi pada tahun 1975.
B. Definisi Model Transportasi Model transportasi merupakan model untuk menentukan sebuah rencana transportasi sebuah barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup 1. Tingkat permintaan di setiap tujuan dan penawaran di setiap sumber

2. Biaya transportasi per unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan Karena hanya terdapat satu barang, satu tujuan dapat menerima permintaanya dari satu sumber atau lebih. Tujuan dari model ini adalah menentukan jumlah yang harus dikirim dari setiap sumber ke setiap tujuan sedemikian rupa sehingga biaya transportasi total diminimalkan. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa biaya transportasi di sebuah rute tertentu adalah proporsional secara langsung dengan jumlah unit yang dikirim. Definisi unit transportasi akan bervariasi bergantung pada jenis barang yang dikirim. Misalnya kita dapat membicarakan unit transportasi sebagai setiap sak semen yang diperlukan untuk membangun perumahan, atau setiap shampoo X yang akan dikirim ke swalayan. Selain itu kita juga dapat menggunakan beban truk dari sebuah barang sebagai unit transportasi. Bagaimanapun juga, unit penawaran dan permintaan harus konsisten dengan definisi kita tentang unit yang dikirim.

a) Metode NWC & STEPPING STONE NWC Ke Dari Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Kebutuhan Solusi awal Biaya = (50x20) + (40x5) + (60x20) + (10x10) + (40x19) 50 50 Kapasitas Produksi
8 1 0

Kota A
2 0 1 5 2 5

Kota B
5 2 0 1 0

Kota C

40 60 10 110

90 60 50 200

40 40

1 9

= 1000 + 200 + 1200 + 100 + 760 = 3260

STEPPING STONE Solusi akhir Cek semua sel kosong (contoh A2): Ke Dari Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Kebutuhan 50 Kapasitas Produksi
8 1 0

Kota A

Kota B
2 0 (+) 40 1 5 (-) 2 5 5 2 0 1 0

Kota C

50 (-)
(+)

90 60 50 200

60 10

40 40

1 9

110

Sel A2 = -20 + 15 20 + 5 = -20 Sel A3 = -20 + 25 10 + 5 = 0 Sel C1 = -19 + 8 5 + 10 = -6 Sel C2 = -19 + 10 20 + 10 = -19 Karena masih terdapat sel kosong yang bernilai negatif, maka biaya yang didapat belum optimal.

Tabel selanjutnya (mengisi sel A2 terlebih dahulu sesuai jalur)

Ke Dari Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Kebutuhan 50 50

Kota A
2 0 1 5 2 5

Kota B
5 2 0 1 0

Kota C
8 1 0

Kapasitas Produksi 90 60 50 200

90 10 10 110

40 40

1 9

Z = (50x15) + (10x20) + (90x5) + (10x10) + (40x19) = 2260

Cek semua sel kosong: Sel A1 = -5 + 20 15 + 20 = 20 Sel A3 = -15 + 25 10 + 20 = 20 Sel C1 = -5 + 8 19 + 10 = -6 Sel C2 = -20 + 10 -19 +10 = -19 Karena masih terdapat sel kosong yang benilai negatif, maka biaya yang didapat belum optimal.

Tabel selanjutnya ( mengisi sel C2 terlebih dahulu sesuai jalur) Ke Dari Pabrik 1 Kapasitas Produksi
8 1 0 1 9

Kota A
2 0 1 5 2 5

Kota B
5 2 0 1 0

Kota C

90

90

Pabrik 2 Pabrik 3 Kebutuhan

50 20 50 110

10 30 40

60 50 200

Z = (50x15) + (90x5) + (20x10) + (10x10) + (30x19) = 750 + 450 + 200 + 100 + 570 = 2070

Cek semua sel kosong: Sel A1 = -15 + 20 5 + 10 19 + 10 = 1 Sel A3 = -15 + 25 19 + 10 = 1 Sel B2 = -10 + 20 10 + 19 = 19 Sel C1 = -19 + 8 5 + 10 = -6 Karena masih terdapat sel kosong yang benilai negatif, maka biaya yang didapat belum optimal.

Tabel selanjutnya ( mengisi sel C1 terlebih dahulu sesuai jalur) Ke Dari Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 50 Kapasitas Produksi
8 1 0 1 9

Kota A
2 0 1 5 2 5

Kota B
5 2 0

Kota C

60

30 10

90 60 50

50

1 0

Kebutuhan

50

110

40

200

Z = (50x15) + (60x5) + (50x10) + (30x8) + (10x10) = 750 + 300 + 500 + 240 + 100 = 1890 Cek semua sel kosong: Sel A1 = -8 + 20 15 + 10 = 7 Sel A3 = -15 + 25 10 + 5 8 + 10 = 7 Sel B2 = -5 + 20 10 + 8 = 13 Sel C3 = -10 + 19 8 + 5 = 6 Karena semua sel kosong benilai positif, maka biaya yang didapat sudah optimal. Jadi, biaya minimum adalah 1890

B. metode least cost-rule & Stepping stone least cost-rule

Ke Dari Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Kebutuhan 50 50

Kota A
2 0 1 5 2 5

Kota B
5 2 0

Kota C
8 1 0 1 9

Kapasitas Produksi 90 60 50 200

90

10 30 40

20 110

1 0

Z = (50x15) + (90x5) + (20x10) + (10x10) + (30x19) = 750 + 450 + 200 + 100 + 570 = 2070

Cek semua sel kosong: Sel A1 = -15 + 20 5 + 20 19 + 10 = 11 Sel A3 = -15 + 25 19 + 10 = 1 Sel B2 = -10 + 20 10 + 19 = 19 Sel C3 = -19 + 8 5 + 10 = -7 Karena masih terdapat sel kosong yang benilai negatif, maka biaya yang didapat belum optimal.

Tabel selanjutnya ( mengisi sel C3 terlebih dahulu sesuai jalur) Ke Dari Pabrik 1 Kapasitas Produksi
8 1 0 1 9

Kota A
2 0 1 5 2 5

Kota B
5 2 0 1 0

Kota C

60

30

90

Pabrik 2 Pabrik 3 Kebutuhan

50 50 50 110

10

60 50

40

200

Z = (50x15) + (60x5) + (50x10) + (30x8) + (10x10) = 750 + 300 + 500 + 240 + 100 = 1890 Cek semua sel kosong: Sel A1 = -8 + 20 15 + 10 = 7 Sel A3 = -15 + 25 10 + 5 8 + 10 = 7 Sel B2 = -5 + 20 10 + 8 = 13 Sel C3 = -10 + 19 8 + 5 = 6 Karena semua sel kosong benilai positif, maka biaya yang didapat sudah optimal. Jadi, biaya minimum adalah 1890

C. METODE VAM (VOGELS APPROXIMATION) & STEPPING STONE VAM (VOGELS APPROXIMATION)

Ke Dari Pabrik 1 2 A 20 15

Kota B 5 20 C 8 10

Kapasitas Produksi 90 60

Perbedaan Baris 8-5= 3 15-10=5

3 Kebutuhan Perbedaan kolom

25 50 20-15= 5

10 110 10-5= 5

19 40 10-8= 2

50

19-10=9

Pilihan XB3 = 50 Hilangkan baris 3

Ke Dari Pabrik 1 2 Kebutuhan A 20 15 50

Kota B 5 20 60 C 8 10 40

Kapasitas Produksi 90 60

Perbedaan Baris 8-5= 3 15-10=5

Pilihan XB1 = 60

Perbedaan kolom

20-15= 5

10-5= 15

10-8= 2

Hilangkan kolom B

Ke Dari Pabrik 1 2 Kebutuhan Perbedaan kolom

Kota A 20 15 50 20-15= 5 C 8 10 40 10-8= 2

Kapasitas Produksi 30 60

Perbedaan Baris 20-8= 12 15-10=5

Pilihan XC1 = 30 Hilangkan baris 1

Ke Dari Pabrik Kebutuhan Perbedaan kolom 2

Kota A 15 50 C 10 10

Kapasitas Produksi 60

Perbedaan Baris

Pilihan XA2 = 50 Pilihan XC2 = 10

Ke Dari

Kota A 2
0 1 5 2

Kota B
5 2 0 1

Kota C
8 1 0 1

Kapasitas Produksi

Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Kebutuhan 50 50

60

30 10

90 60 50

50 110 40

200

Z = (50x15) + (60x5) + (50x10) + (30x8) + (10x10) = 750 + 300 + 500 + 240 + 100 = 1890 Cek semua sel kosong: Sel A1 = -8 + 20 15 + 10 = 7 Sel A3 = -15 + 25 10 + 5 8 + 10 = 7 Sel B2 = -5 + 20 10 + 8 = 13 Sel C3 = -10 + 19 8 + 5 = 6 Karena semua sel kosong benilai positif, maka biaya yang didapat sudah optimal. Jadi, biaya minimum adalah 1890

Metode MODI (MOdefied DIstribution) Metode ini merupakan perkembangan dari metode stepping-stone. Penentuan kotak kosong yang bisa menghemat biaya (basis ffeasibel) dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat. Penggunaan metode ini memungkinkan pencapaian hasil optimal dengan lebih cepat. Metode ini dikembangkan oleh George B. Dantzig dan sering juga disebut metode pengali (multiplier). Metode ini didasarkan pada Kriteria Optimalitas sebagai berikut :

kij dikenal dengan istilah indeks perbaikan, cij adalah biaya transportasi per unit, ui, adalah nilai baris i dan vj adalah nilai kolom j. ui dan vj disebut juga sebagai pengali

Suatu penyelesaian basis feasibel adalah optimal jika dan hanya jika ( kij = cij - ui - vj ) 0 , untuk setiap ( i,j ) dimana kij adalah non basis (kotak kosong)

Karena ( cij - ui - vj ) bernilai nol jika kij adalah variabel basis, maka ui dan vj memenuhi himpunan persamaan : cij = ui + vj untuk setiap ( i,j ) dimana xij adalah variabel basis (kotak isi)

Persamaan diatas digunakan untuk menentukan nilai pengali dengan memberikan nilai sembarang pada salah satu pengali. Biasanya baris pertama ( ui ) ditetapkan sama dengan nol. Nilai sembarang tidak menutup kemungkinan ditentukan selain ui tergantung bentuk persamaan yang didapat untuk mempermudah proses penentuan nilai pengali.
Secara lebih lengkap, langkah penyelesaian dengan metode MODI dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Menyelesaikan solusi awal dengan metode NWC, VAM, atau LCR 2. Menentukan nilai baris dan kolom (nilai pengali) Menggunakan persamaan diatas dan menentukan salah satu pengali sama dengan nol

3. Menghitung indeks perbaikan Menggunakan persamaan kij = cij - ui - vj 4. Memilih titik tolak perubahan Kotak yang memiliki indeks perbaikan (kij) negatif berarti bila diberi alokasi (diisi) akan dapat mengurangi jumlah biaya pengangkutan. Kotak yang merupaka titik tolak adalah yang indeksnya bertanda negatif dan angkanya tebesar
5. Memperbaiki alokasi Perbaikan alokasi dilakukan menggunakan prosedur stepping-stone. Kemudian hidung biaya total 6. Ulangi lagi dari langkah 3 sampai diperoleh biaya terendah Pengulangan ini dilakukan sampai tidak ditemui lagi indeks perbaikan (kij) yang bernilai negatif. Apabila semua kij sudah bernilai positif, maka biaya total yang didapat sudah optimal.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Tjalling_Koopmans http://en.wikipedia.org/wiki/Leonid_Kantorovich http://dc228.4shared.com/doc/qHe6gKt5/preview.html

Anda mungkin juga menyukai