Anda di halaman 1dari 27

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)

BAB I PENDAHULUAN Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 1

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis pasien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Pasien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Pasien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.1

BAB II II.1 DEFINISI Luka bakar adalah cedera jaringan akibat kontak termal, radiasi, kimiawi, atau listrik, yang mengakibatkan denaturasi protein, edema, dan kehilangan volume cairan intravaskular oleh karena peningkatan permeabilitas vascular.2
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 2

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Luka bakar listrik adalah terjadi dari tipe/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan. (contoh saraf memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar). Dasar cedera menjadi lebih berat dan cedera yang terlihat.3 Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). Luka bakar termal adalah agen penderita dapat berupa api, air panas atau kontak dengan objek panas. Luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi. Luka bakar kimia adalah terjadi dari tipe/ kandung agen pencedera serta kosentrasi dan suhu agen.4

II.2

ETIOLOGI Penyebab utama antara lain karena api, air panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi, suhu

rendah (frost bite), tersambar petir dan ledakan. Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik . Luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi atau luka bakar kimiawi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung factor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebanya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel.5

II.3

PATOFISIOLOGI

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Sel-sel dapat menahan temperatur hingga 44oC tanpa kerusakan bermakna. Antara 44oC-51oC, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Di atas 51oC, protein mengalami denaturasi dan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur di atas 70oC menyebabkan

kerusakan selular yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi, tetapi pada rentang panas yang lebih tinggi, hal ini tidak efektif.2 Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak baru lahir sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan. Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejla yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis. Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik. Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 5

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granu lasi membentuk nanah. Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang bayak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik;

akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis. Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gagal, kaku dan secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di prsendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltis usus menurun atau berhenti karena syok. Juga peristaltis dapat menurun karena kekurngan ion kalium. Stres atau beban faali setra hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling atau stress ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang sehingga terjadi iskemia mukosa. Bila keadaan ini berlanjut, dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung. Yang dikhawatirkan pada
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 6

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.6 Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat, terutama bila mengenai wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut., sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn.2

II.4

FASE LUKA BAKAR

1) Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan)

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
2) Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: Proses inflamasi dan infeksi.
a) Problem penuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak

berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
b) Keadaan hipermetabolisme. 3) Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

II.4

DERAJAT LUKA BAKAR Luka bakar bisanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka

bakar. Walaupun demikian, beratnya luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. II.4.1. Kedalaman luka bakar Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari woll. Bahan sintetis yang mudah

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


terbakar seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer pada suhu tinggi, sehingga menjadi lengket dan memperberat kedalaman luka bakar.1 Luka bakar secar klasik, dibagi atas derajat satu, derajat dua dan derajat tiga. Pembagian berdasarkan kedalaman kulit yang terbakar.
1. Luka bakar derajat satu, hanya mengenai epidermis luar. Ditandai oleh eritema dan

hiperemia. Perubahan jaringan sangat minimal, fungsi proteksi kulit tetap utuh, edema kulit minimal dan jarang ditemukan efek sistemik. Nyeri dan gejala utama biasanya membaik dalam 48-72 jam. Dalam 5-10 hari, epitelium yang rusak mengelupas sediki demi sedikit, tanpa menimbilkan bekas. Kejadian yang paling sering pada luka bakar derajat satu adalah karena terpapar sinar matahari.3
2. Luka bakar derajat dua, melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian dari dermis.

Gejala sisitemik dan proses penyembuhan berhubungan langsung dengan banyaknya elemen epitel lapisan dermis sehat yang tersisa. Luka bakar yang superfisial, ditandai oleh lepuh. Untuk yang lebih dalam adanya gambaran kemerahan yang disisinya ada lapisan putih sebagai batas tegas dengan jaringan sehat sekitaranya. Timbulnya bula yang berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Pada luak derajat dua yang superfisial biasanya sembuh dalam 10-14 hari kecuali terjadi infeksi. Pada luka derajat dua yang lebih dalam penyembuhan terjadi dalam 25-35 hari dengan ditutupi oleh epitel yang rapuh yang tumbuh dari sisa epitel yang masih sehat, misalnya epitel kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Hipertrofi pada bekas luka biasanya terjadi karena pecahnya bulla. Konversi oleh bakteri mungkin terjadi. Skin grafting pada luka derajat dua yang dalam jika munkin dapat memeperbaiki penampilannya.1,3
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 9

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Luka bakar derajat tiga, meliputi seluruh kedalaman epidermis dan dermis atau organ yang lebih dalam. Luka terlihat berwarna putih dan gambaran lilin. Luka bakar derajat tiga ini biasanya disebabkan oleh pemaparan yang lama, yang mengenai jaringan lemak dan jaringan di bawahnya, gambarannya dapat berwarna coklat, merah kehitaman atau hitam. Dapat juga didiagnosis berdasarkan berkurangnya sensasi rasa nyeri, capillary refill yang sedikit dan tekstur kulit yang tidak normal. Seluruh elemen epitel hancur menjadikan tidak adanya lagi potensi untuk reepitelisasi.3 II.4.2. Luas Luka Bakar Sewakatu pasien diperiksa untuk pertama kalinya, dilakukan penilaian presentase luka pada seluruh daerah permukaan tubuh (TBSA). Pada luka yang besar (>20%) tindakan ini dapat mempengaruhi jumlah cairan yang diberikan untuk resusitasi. Penentuan daerah luka dapat dilakukan dengan Rule of Nine. Dalam rumus ini, tiap daerah anatomi ditentukan presentase TBSA-nya, yang merupakan perkalian 9. Tiap anggota gerak atas diberi angka 9%, tiap anggota gerak bawah diberi angka 18%, batang tubuh depan dan belakang masing-masing 18%, kepala dan leher 9% serta perineum dan genitalia 1%. Tetapi kita tetap perlu waspada pada persentasi relatif bagian anatomi tubuh, yang berbeda pada orang dewasa dan anak-anak. Pada anak-anak, kepala dan leher memiliki daerah permukaan yang jauh kebih besar daripada orang dewasa dan anggota gerak bawah yang lebih kecil. Untuk menghindari kesulitan ini, bagan seperti bagan Lund-Bowder dapat digunakan untuk menentukan TBSA luka bakar pada setiap umur. Pada pemerksaan ringkas luka bakar yang kecil, satu permukaan tangan pasien dapat digunakan sebgai penetuan 1% daerah permukaan tubuh. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.3
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 10

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)

II.4.3 Derajat Berat Luka Bakar


1. Berat/kritis, bila derajat II >15%, derajat III>10% atau terdapat di muka, kaki, dan

tangan. Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas atau luka bakar akibat listrik.
2. Sedang, bila derajat II 15-25%, derajat III <10% kecuali muka, kaki, dan tangan. 3. Ringan, bila derajat II <15% dan derajat III <3%

II.5

DIAGNOSTIK
11

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Anamnesis : Adanya riwayat terkena paparan sinar matahari, api, air panas, zat kimia, listrik, radiasi atau suhu dingin. Harus ditanyakan dengan jelas tanggal, jam dan lokasi geografis dari cedera. Perlu pula diketahui keadan pasien sebelum sakit, penyakit kronis sebelumnya, penyakit pembuluh darah koroner, DM, penyakit paru kronis, penyakit serebrovaskular, dan AIDS, karena memperburuk prognosis.4 Pemeriksaan Fisik : Pengamatan pertama yang tepat dapat mengenali kesulitan seperti cedera inhalasi yang berat, yang menimbulkan kerusakan jalan napas atas dan obstruksi, atau keracunan karbon monoksida yang mendekati letal. Pengamatan kedau yang menyeluruh dapat dideteksi adanya cederacedera lain yang menyertainya. Pemeriksaan penunjang :

Hitung darah lengkap, elektrolit dan profil biokimia standar perlu diperoleh segera. AGD dan karboksihemoglobin perlu segera diukur oleh karena pemberian oksigen dapat menuutupi keparahan keracunan karbon monoksida yang dialami penderita.3

II.6

PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 12

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram panas. Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi. Yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril. Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka. Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen murni.

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

13

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut sterila untuk perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu. Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation) Airway and breathing Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap. Circulation Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

14

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Nutrisi Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai. Medikamentosa Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

15

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup. Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitrasargenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari. Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat. Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedeikian rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih banyak pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

16

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri. II.6.1 Resusitasi pada Penderita Luka Bakar Terapi dasar penderita luka bakar yang besar dengan menghindari komplikasi defisiensi cairan dan elektrolit pada periode pasca-luka bakar dini. Penentuan presentase TBSA luka menjadi tahap awal dalam menghitung kebutuhan cairan. Juga pasien harus ditimbang beratnya pada awal terapi untuk menentukan berat dasar sebagai pedoman terapi. Kateter urina digunakan sebagai indeks perfusi ginjal dan untuk mengevaluasi keefektifan resusitasi cairan. Pada penderita luka bakar dengan inahalasi paru atau pada penderita dengan penyakit kardiovaskular dan paru, pemantauan tekan sentral dengan kateter Swan-Ganz harus dilakukan. Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti. Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini. Cara Evans 1. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam.
2. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam.

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh da meninggikan tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar. 3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam.
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 17

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena peristaltis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat dikurangi, bahkan dihentikan. Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter, yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4mL larutan Ringer. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat . Hari kedua diberikan setengah cairan pertama. Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat sangat penting , karena fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar. Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat diihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500mL/24jam atau 1 mL/kgBB/jam dan 3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak. Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hionatremia sebagai gejala keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda-tanda kejang. Kekurangan ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST atau

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

18

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


gelomabang U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma. Resisutasi pada anak membuthkan perubahan parameter. Rumus yang sama dapat digunakan berdasarkan berat badan dalam kilogran dikalikan persentase TBSA dari bagan seperti bagan Lund-Bower. Kebutuhan cairan keseluruhan untuk 24 jam pertama 3 ml per kg per TBSA dan diberikan setengah pada 8 jam pertama dan seperempat pada tiap jam berikutnya. Natrium bikarbonat ditambahkan pada tiap liter RL. Resusitasi cairan yang cukup dapat diperiksa denagn memantau tanda-tanda vital dan pengeluaran urin. Pada anak, berat 30 kg atau kurang, pengeluaran urin harus tetap 1ml per kg per jam. Cara terbaik untuk menentukan kebutuhan awal cairan pada penderita luka bakar adalah dengan menggunakan 2-4ml per kg, per TBSA. Rentang ini dapat digunakan sebgai pedoman untuk pemberian cairan berdasarkan indeks perfusi.2 II.6.3 Tindakan Bedah Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai jepitan terlepas. Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 19

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak. Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin grafting autologus). Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita atau terlalu payah. Walaupun kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapat berfungsi sementara sebagai penghalang penguapan berlebihan, pencegah infeksi yang lebih parah, dan mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit penutup sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen. Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi. Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang dapat digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin subtitute ini antara lain integra, aloderm, dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya telah dibuang sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen, dan berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis. Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibroblas neonatus yang digabung dengan membran silikon, kolagen babi, dan jaring (mesh) nilon. Setelah dua minggu, membran silikon dikelupas dan digantikan dengan STTG (split thickness skin graft). Integra merupakan analog dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapisan silikon tipis.

II.6.4 Permasalahan Pasca Luka Bakar

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

20

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat, kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali, terutama bila parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterpi intensif dan kontraktur yang memerlukan tindakan bedah. Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi, terutama jika cacat mengenai wajah atau tangan. Bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi ateletaksis, pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma1.

II.7

INDIKASI RAWAT INAP Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman dari

American Burn Association.


a.

Pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami luka bakar parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 10%. Luka bakar parsial atau luka bakar sampai lebih dari 20% pada usia lainnya. Daerah khusus termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah, mata, atau telinga. Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5%. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh. Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi.

b. c.

d.
e.

f.

II.8

KOMPLIKASI LUKA BAKAR

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

21

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


a. b. c. Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Fase Subakut: infeksi dan sepsis Fase Lanjut: parut hipertropik

Luka sengatan listrik Kecelakaan akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listik mengaliri tubuh, karena adanya loncatan arus atau karena tegangan tinggi, antara lain akibat petir. Arus listrik Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap syaraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut.Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang dalam karena suhu bunga api listrik dapat mencapai 2.500 C. Kejang tetanik yang kuat pada otot skelet dapat menimbulkan fraktur kompresi vetebra, pada otot dada (m,interkostal) keadaan ini menyebabkan gerakan nafas terhenti sehingga penderita dapat mengalami asfiksia. Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah saraf, pembuluh darah., otot, kulit, tendo dan tulang. Jaringan yang tahanannya tinggi akan lebih banyak dialiri arus dan panas yang timbul lebih tinggi. Panas yang timbul pada pembuluh darah akan merusak intima sehingga terjadi trombosis yang timbul pelen-pelan, pada kecelakaan tersengat arus listrik didaerah kepala, penderita dapat pingsan lama dan dapat henti nafas, dapat juga terjadi udem otak.

Pengobatan
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 22

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Terlebih dahulu, sebelum penderita ditangani, arus listrik harus diputus, harus diingat penderita mengandung muatan listrik selama masih berhubungan dengan sumber arus, kalau perlu dilakukan resusitasi jantung dengan masase jantung dan nafas buatan dari mulut kemulut, umumnya perlu pemberian cairan lebih banyak dari yang diperkirakan karena sering kerusakan jauh lebih luas dari yang disangka, kalau banyak terjadi kerusakan otot, urin akan berwarna gelap oleh mioglobin: penderita ini perlu diberi manitol dengan dosis awal 25gr, disusul dosis rumat 12,5 gram/jam, kalau perlu manitol diberikan sampai enam kali, bila ada udem otak diberikan diuretik dan kortikosteroid. Pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu pembersihan jaringan mati secara bertahap, bila luka pada ekstremitas mungkin perlu fisiotomi pada hari pertama untuk mencegah sindrom kompartemen. Tersambar petir Patogenesis, petir bervoltase 20-100 juta volt dan arus dapat mencapai 20.000 ampere dengan suhu inti sampai 30.000 kelvin, kecelakaan tersambar petir dapat terjadi melalui empat cara. Cara pertama terjadi bila seseorang secara terbuka berada dilapangan luas sehingga orang itulah yang dicapai oleh muatan listrik dari awan sebelum mencapai bumi, kecelakaan ini disebut tersambar langsung. Cara kedua terjadi bila seseorang berada didalam daerah paling jauhdua meter sekitar batang pohon yang tersambar petir karena terjadi loncatan arus listrik dari batang pohon, ini disebut tersambar samping. Cara yang ketiga terjadi bila korban bersandar pada pohon atau didanau yang tersambar petir yang disebut tersambar kontak
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 23

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


Cara yang keempat terjadi bila melangkah berdiri, berdiri, atau jongkok dekat tanah yang tersambar petir, kejadian ini disebut tersambar langkah. Biasanya pada kejadian tersambar langsung atau tersambar samping, arus listrik masuk dikepala melalui lubang kepala, yaitu telinga, mata atau mulut, dan mencapai bumi melalui leher, tubuh dan kaki. Pada jalan arus listrik terdapat sebagian otak, pusat pernafasan, dan jantung sehingga korban dapat pingsan, henti nafas, maupun henti jantung. Resusitasi, biasanya orang akan sadar kembali dalam tertentu, sedangkan kelumpuhan pusat nafas juga akan berlalu setelah lima sampai sepuluh menit, biasanya asistolik juga akan pulih bila nafas buatan mulut kemulut dilakukan secara memadai. Oleh karena itu, korban korban akan selamat bila diberikan resusitasi berupa nafas buatan segera setelah kecelakaan. Penyulit, penyulit dini pada kecelakaan tersambar petir langsung dan tersambar petir samping merupakan perforasi membran timpani dan konjungtivitis, dan katarak lensa sebagai penyulit lama. Pencegahan sewaktu datang guntur dapat dicari perlindungan dirumah, gedung atau sangkar faraday, seperti mobil. Luka akibat zat kimia Luka akibat zat kimia biasanya merupakan luka bakar, ini dapat terjadi akibat kelengahan, pertengkaran, kecelakaan kerja, dan kecelakaan diindustri atau dilaboratorium, dan akibat penggunaan jat beracun akibat peperangan Zat kimia seperti kaporit, kalium permanganas, dan asam kromat dapat bersifat oksidator, bahan korosif, seperti fenol dan fosfor putih, serta larutan basa, seperti kallium hidroksida menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi akibat penggaramandapat disebabkan oleh asam
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 24

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


formiat, asetat, tanat, flourat,dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air. Gas yang dipakai dalam peperangangan menimbulkan luka bakar dan menyebabkan anoksia sel bila berkontak dengan kulit atau mukosa, asam flourida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia, asam tanat, kromat, formiat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau diabsorbsi. Lisol menyebabkan methhemoglobinemia. pengobatan pada umumnya penanganan dilakukan dengan mengencerkan zat kimia secara massif, yaitu dengan mengguyur penderita dengan air mengalir sambil kalau perlu, diusahakan membersihkan pelan-pelan secara mekanis. Sebagai tindakan lanjut kalau perlu dilakukan resusitasi perbaikan keadaan umum, serta pemberian cairan serta elektrolit. Pada kecelakaan akibat sam flourida, pemberian kalsium glukonat 10% dibawah jaringan yang terkena berman faat mencegah ion flour menembus jaringan dan menyebabkan dekalsifikasi tulang. Ion flour akan terikat menjadi kalsium flourida yang tidak larut. Jika ada luka dalam, mungkin diperlukan luka debridemen yang disusul cangkok kulit dan rekonstruksi. Pejanan jat kimia pada mata perlu tindakan darurat segera berupa irigasi dengan air atau sebaliknya larutan garam 0,9% secara terus-menerus sampai penderita dirawat dirumah sakit. Cedera suhu dingin Cedera akibat suhu dingin terutama terjadi pada bagian ujung tubuh yang langsung terkena suhu dingin, seperti jari kaki dan tangan, telinga, dan hidung. Factor kelembaban udara yang rendah serta angina kencang memperberat kerusakan pada daerah yang tidak terlindung pakaian, seperti hidung, telinga, dan tangan. Baju dan pakaian yang ketat dan kaku, atau yang lembab dan basah,seperti kaos kaki dan sepatu basah, berpengaruh buruk.beratnya kerusakan dibagi menjadi berapa derajat, pada derjat satu ditemukan hyperemia dan udem, seperti pada luka bakar derajat satu. Pada derajat dua terjadi nekrosis kulit dan subkutis, terdapat juga nyeri
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 25

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


seperti pada luka bakar yang biasanya berlangsung sampai lima minggu, kemudian terbentuk kropeng yang berwarna hitam dan mngelupas. Luka ditangani seperti luka bakar derajat tiga. Pada derajat empat terjadi kerusakan seluruh jaringan, terjadi mumifikasi yaitu bagian tubuh tersebut berwarna hitam dan mengkerut, batas jaringan mati menjadi jelas dan dalam waktu satu bulan tampak demarkasi bagian tubuh yang mati sehingga dapat dilakukan amputasi. Pengobatan semua pakaian dan baju yang ketat dilonggarkan, bagian yang sakit secara perlahan-lahan dihangatkan kembali dengan merendamnya dalam air suam-suam kuku (kirakira 30 C), selanjutnya diberikan perawatan pada luka bakar biasa.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm:

418-425.
ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI 26

COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


2. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.2004.Hal 67-84


3. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.1994.Hal151-163.
4. Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta :EGC 5. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw

Hill.2006.Page 245-259.
6. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Jakarta : EGC


7. Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC 2000.

ANGGI MALADI KKS SMF BEDAH RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI

27

Anda mungkin juga menyukai