Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak langsung terhadap pola pikir dan budaya masyarakat. Modernisasi identik dengan peralihan tata cara dan aktivitas masyarakat dari yang bersifat tradisional menjadi modern dalam semua sektor kehidupan. Salah satu modernisasi berdampak kepada bidang mata pencaharian masyarakat khususnya petani yang nota benenya berada di wilayah pedesaan. Modernisasi pengolahan lahan pertanian menjadi tidak dominan dikerjakan oleh alat alat pertanian tradisional. Petani telah banyak menggunakan atau mengadopsi alat alat pertanian yang bersifat modern. Sehingga berpengaruh terhadap pola tanam, cara kerja, waktu dan berimbas pula pada pendapatan petani. Tulisan ini memusatkan diri pada satu pertanyaan kunci mengenai masalah modernisasi pertanian. Fokus bahasan mengenai kehidupan petani dalam tulisan ini lebih ditujukan pada masyarakat pedesaan. Apakah dampak yang diberikan modernisasi terhadap kehidupan petani di pedesaan, apakah secara umum berdampak positif atau malahan dengan adanya modernisasi pertanian pengaruh negatif lebih dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Apakah yang dimaksud modernisasi ? 2. Bagaimana dampak modernisasi terhadap masyarakat pedesaan ?

C. Tujuan Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis yang dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Tujuan obyektif Yaitu penulis ingin mengetahui pengaruh modernisai dan globalisasi bagi masyarakat pedesaan 2. Tujuan subyektif Yaitu memenuhi salah satu syarat kelulusan di Madrasah Aliyah Daarul Uluum PUI Majalengka memiliki tujuan

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Untuk mencapai tujuan penulisan metode mempunyai peranan yang sangat penting.oleh karena itu penulis akan menentukan metode penulisan. Adapun metode yang dipakai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif dengan studi kepustakaan. 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber seperti buku, naskah atau internet.

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Modernisasi Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern. Di Indonesia,

bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun sosial budayanya.

Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian adalah dengan adanya teknik-teknik pengolahan lahan yang baru dengan menggunakan mesin-mesin, pupuk dan obat-obatan, irigasi teknis, varietas-varietas unggulan baru, pemanenan serta penanganannya, dan sebagainya. Semua itu merupakan hasil dari adanya modernisasi. Pada gambar berikut terlihat adanya kemajuan atau modernisasi dalam hal pemanenan hasil pertanian. Pada gambar (a) terlihat bahwa pengolahan hasil panen masih dilakukan secara manual; pada gambar (b) terlihat bahwa petani setempat mulai menggunakan teknologi sederhana dalam pengolahan hasil panennya; dan pada gambar (c) terlihat bahwa proses pemanenan dan pengolahan hasil panen dilakukan dengan menggunakan alat pertanian yang canggih sehingga proses pemanenan dan pengolahannya dapat dilakukan sekaligus. Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang berwujud pada kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas pada suatu kebebasan yang bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila banyak anggota masyarakat yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang konsep modernisasi. Untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dan kesalahan pemahaman tentang modernisasi, maka secara garis besar istilah modern dapat diartikan berikut ini:

1. Modern berarti kemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata. 2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup. Agar modernisasi (sebagai suatu proses) tidak mengarah ke angan-angan belaka, maka modernisasi harus mampu memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat sekarang ke arah waktu-waktu yang akan datang. Proses modernisasi tidak serta merta terjadi dengan sendirinya. Modernisasi dapat terjadi apabila ada syarat-syarat berikut ini.: 1. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat. 2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. 3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur. 4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa 5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri. 6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. Hal yang harus kalian pahami adalah bahwa modernisasi berbeda dengan westernisasi. Jika modernisasi adalah suatu bentuk proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang lebih maju; westernisasi adalah proses peniruan oleh suatu masyarakat atau negara terhadap kebudayaan dari negara-negara Barat yang dianggap lebih baik dari budaya daerahnya.

Berdasarkan hal tersebut, pengertian modernisasi lebih baik daripada westernisasi. Akan tetapi, bersamaan dengan proses modernisasi biasanya juga terjadi proses westernisasi, karena perkembangan masyarakat modern itu pada umumnya terjadi di dalam kebudayaan Barat yang tersaji dalam kemasan Barat pula. Modernisasi dialami oleh semua lapisan masyarakat, karena dimanapun dan bagaimanapun tidak ada masyarakat yang bersifat stagnan (tidak mengalami perubahan). Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah

komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung {Banten, Jawa Barat} atau dusun {Yogyakarta} atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Pambakal di Kalimantan Selatan, Hukum Tua di Sulawesi Utara. Masyarakat pedesaan atau petani dalam hubungannya dengan alat alat pertanian yang merupakan hasil adopsi dari proses modernisasi

pertanian salah satunya adalah traktor. Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk mendefinisikan suatu jenis kendaraan untuk pertanian. Instrumen pertanian umumnya digerakkan dengan menggunakan kendaraan ini, ditarik ataupun didorong, dan menjadi sumber utama mekanisasi pertanian.

B. Pengaruh Modernisasi Terhadap Masyarakat Pertanian Usaha pertanian merupakan salah satu sektor yang terus menerus dikembangkan pemerintah, dengan maksud agar dapat meningkatkan produksi yang tidak hanya diperuntukkan bagi konsumsi penduduk setempat, namun diusahakan dapat dinikmati oleh seluruh upaya peningkatan produksi. Maka dalam penggunaan lahan sawah harus berpengairan teknis dengan melakukan modernisasi dalam sistem pertanian yang akan mendukung terhadap kualitas hasil panen. Karena kenyataan yang tidak menjadi rahasia umum lagi bahwa pemilikan lahan pertanian kaum tani adalah sangat sempit, sehingga apapun yang dihasilkan di atas lahan pertanian itu hampir sulit dipercaya untuk bisa memenuhi kebutuhan petani. Sebagai salah satu desa yang mayoritas jumlah penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, maka dalam kegiatan di sawah petani di desa sumberjaya telah melakukan mekanisasi dalam sistem pertanian. Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah adalah untuk mengetahui dampak modernisasi pertanian terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pertanian. Secara umum dampak modernisasi yang merupakan hasil proses globalisasi adalah sebagai berikut. Penulis paparkan secara keilmuan dengan analisis yang bersifat kompleks. Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan social, yang mana setiap masyarakat mempunyai pandangan yang berbeda satu sama lain, salah satunya adalah sikap masyarakat terhadap modernisasi. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut ini.

1. Sikap Positif Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif mengandung unsur-unsur sebagai berikut: a. Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman. b. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi c. Kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita. d. Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri

10

terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku. e. Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsurunsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang. 2. Sikap Negatif Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini. a. Tertutup dan was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga mereka merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan

11

dan perkembangan dunia, kondisi ini akan menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman. b. Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis

modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya

memercayakan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif. c. Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif, maka unsurunsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.

12

Pembangunan pertanian tidak dapat begitu saja lepas dari pembangunan pedesaan. Sebagaimana menurut pandangan umum, bahwa pedesaan hampir selalu diidentikkan dengan pertanian dan sebaliknya, pertanian diidentikkan dengan pedesaan. Hal ini telah dimaklumi bersama karena sebagian besar petani di Indonesia hidup di pedesaan, dan sebagian besar penduduk desa umumnya bermata-pencaharian sebagai petani. Raharjo (2004) dalam bukunya mengutip pendapat Paul H.Landis yang menyatakan dalam garis besar ciri-ciri kebudayaan tradisional masyarakat desa adalah sebagai berikut. Pertama, adaptasi yang kuat terhadap lingkungan alamnya, sehingga pola kebudayaan masyarakat desa terikat dan mengikuti karakteristik khas lingkungan (alam) nya. Contohnya pertanian yang sangat tergantung pada jenis tanah, keadaan iklim dan sebagaianya akan menentukan karakteristik suatu desa menurut jenis komoditas yang dihasilkan. Kedua, rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya. Ketiga, mengembangkan filsafat hidup yang organis. Refleksi dari filsafat ini adalah tebalnya rasa kekeluargaan dan kolektivitas. Keempat, pola kebiasaan hidup yang lamban, akibat pengaruh irama alam yang ajeg dan lamban. Kelima, kepercayaan terhadap takhayul. Keenam, hidup bersahaja. Ketujuh ,rendahnya kesadaran masyarakatnya akan waktu. Kedelapan, cenderung bersifat praktis, tidak begitu mengindahkan estetika dan ornamen-ornamen, tidak berbasa-basi, sehingga menumbuhkan sifat jujur,terus terang dan bersahabat. Langsung atau tidak langsung telah menciptakan karakter petani pedesaan yang cenderung subsisten dan stagnan. Ketergantungan pada alam, rendahnya inovasi, sifat praktis, kebiasaan hidup yang lamban, kepercayaan pada

13

takhayul dan kebersahajaan hidup yang selalu nrimo itulah yang melahirkan pola pertanian tradisional yang subsisten. Pertanian subsisten yang dimaksudkan di sini adalah usaha pertanian yang hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pelaku usahanya saja dan keluarganya, serta tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. Dalam halini, masyarakat desa cenderung menerima atau merasa cukup dengan apa yang bias mereka peroleh dari alam, tanpa merasa perlu menambah upaya untuk meningkatkan penghasilan. Ciri lainnya, yakni tebalnya rasa kekeluargaan, gotong-royong dan persahabatan menguatkan ikatan di antara petani pedesaan untuk saling membantu dalam usaha tani. Masih banyak pedesaan yang mengembangkan kelompok gotong-royong dalam pengolahan lahan, yakni dengan bergantian melakukan pengolahan lahan diantara petani-petani anggota. Hal tersebut di atas sejalan dengan pernyataan Mubyarto danSantosa (1993) bahwa pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu,

pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Petani di Indonesia pada umumnya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan, yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong dalam kegiatan mereka. Modernisasi di bidang pertanian di tandai dengan perubahan yang mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain dalam pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, pengunaan sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu panen. Pengenalan terhadap pola yang baru dilakukan dengan pembenahan terhadap

14

kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti, kelompok Tani, KUD, PPL, Bank Perkreditan, P3A, dan sebagainya. Selanjutnya ditetapkan pola pengembangan dalam bentuk, usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi. Selama beberapa pelita, modenisasi pertanian telah membawa perubahan-perubahan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan produksi pertanian yang mencapai puncak ketika tercapainya swasembada pangan.Namun kondisi ini tidak bertahan lama, dan pada akhirnya membawa kembali bidang pertanian di Indonesia dalam suasana keperhatinan yang ditandai dengan menurunnya tingkat produksi, sehingga menjadikan Indonesia kembali sebagai pengimpor beras. Sebagai asumsi dasar, kondisi ini terbentuk melalui berbagai proses yang tidak dapat di lepaskan. Pertama, dari aspek modernisasi itu sendiri, dan Kedua berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial yang muncul dari modernisasi yang tidak diantisipasi secara dini. Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya mesin-mesin, seperti mesin penuai dan traktor tangan telah menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari menuai.Kemudian, pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga kerbau, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau. Untuk kasus ini, hasil penelitian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan cermat bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di Malaysia. Scott memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan perontok padi, kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja. Putusnya hubungan antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan antara kelas kaya dan miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi

15

para tuan tanah, dari anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi kerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000: 202). Penelitian Scott menunjukan bahwa penggunaan teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat, dan akhirnya berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Kondisi ini akan memperluas struktur kemiskinan.Sedangkan tujuan dari pembangunan pertanian itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan. Modernisasi pertanian merupakan suatu upaya dalam menghadapi tantangan jaman yang semakin kompleks dengan berbagai permasalahan pertanian. Pada awalnya pertanian hanya mengandalkan keadaan alam saja tanpa melakukan suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas. Namun sejalan dengan menurunya kemampuan lahan pertanian dalam memenuhi kebutuhan sementara jumlah penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan kebutuhan akan pangan pun meningkat di samping terjadinya penyempitan lahan pertanian dengan adanya alih fungsi lahan. Oleh karena itu, manusia mulai berfikir formula-formula yang tepat guna dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian. Pemerintah dalam hal ini pihak yang mempunyai otoritas untuk mengmbil suatu kebijakan tanpa adanya analisis dampak yang akan terjadi dalam melakukan suatu perubahan system pertanian yang mengarah pada modernisasi pertanian. Kenyataan di lapangan penggunaan teknologi dan bibit unggul dapat memberikan dampak positif bagi sebagian petani yang dapat menjangkau teknologi dan bibit unggul tersebut. Namun di sisi lain dengan adanya teknologi dan bibit unggul tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan petani

16

terutama pelaku buruh tani yang mata pencahariannya bergantung pada pihak lain yang membutuhkan jasanya. Tetapi dengan adanya teknologi tersebut mata pencaharian buruh tani dapat terancam. Misalnya dalam pengelolaan tanah 1 ha jika dengan buruh tani membutuhkan sekitar 14 orang dengan waktu beberapa hari tetapi adanya traktor cukup dengan satu orang dan hanya membutuhkan waku kurang dari satu hari. Sehingga penerapan teknologi bidang pertanian ini di satu sisi menguntungkan petani di sisi lain dapat mengurangi lapang kerja yang tersedia dan akhirnya menimbuilkan kesenjangan social yang sangat jauh antara yang kaya dan miskin. Solusinya penerapan pertanian yang berabasis teknologi yang mengarah pada modernisasi pertanian perlu dilakukan secara menyeluruh mulai dari pengelolaan lahan hingga menghasilkan suatu produk yang siap dipasarkan.Dengan demikian, buruh tani yang perananya digantikan dengan adanya teknologi traktor dan lainnya dapat dialihkan pada tahap pengelolaan pasca panen atau bagian pemasaran sehingga dengan penerapan modernisasi pertanian ini tidak lagi mengurangi lapangan kerja namun dapat menciptakan lapangan kerja baru yang juga membantu para petani dalam menyalurkan hasil buminya.Dengan demikian akan tercipta suatu system produksi yang

menghasilkan produk yang berkualitas dengan memperhatikan kesejahteraan petani dan buruh tani sekitarnya. Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis tanpa adanya penanganan yang seius akan menimbulkan masalah baru yaitu berkurngnya lapangan pekerjaan karena peranan pekerja tergantikan oleh peralatan dan cara yang berbasis teknologi sehingga dalam pengelolaan lahan

17

dapat mengurangi jumlah pekerja. Hal ini tentunya menguntungkan bagi pelaku tani dalam skala besar, tetapi tidak untuk petani kecil yang tidak dapat menjangkau dalam pembiayaan peralatan pertanian yang berbasis teknologi tersebut. Dengan demikian penerapan suatu teknologi dalam upaya efisiensi dan intensifikasi pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang dihasilkan baik juga harus dikaji ulang mengenai dampak social yang ditimbulkan. Jangan sampai penggunaan suatu teknologi akan mematikan mata pencaharian petani kecil yang mengakibatkan kesenjangan social sehingga rentan terhadap konflik social. Oleh karena itu, dalam penerapan modernisasi pertanian harus dikaji juga mau kemana para buruh tani yang peranannya tergantikan oleh suatu teknologi tepat guna, seperti halnya solusi permasalahan sebelumnya, maka dalam penerapan modernisasi pertanian perlu adanya perluasan cakupan produksi yang tadinya hanya menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya penerapan modernisasi pertanian proses produksi ditingkatkan menjadi produk yang siap dipasarkan, sehingga dalam proses tersebut terdapat perluasan lapangan pekerjaan yang nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang kehilangan pekerjaan akibat adanya penerapan teknologi. Dengan kata lain para pengambil kebijakan harus juga memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh suatu teknologi dengan memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan produksi pertanian. Sehingga terciptanya hubungan yang sinergis antara pemerintah selaku pengambil kebijiakan, petani dan para buruh tani dalam upaya menghasilkan produk dan jasa yang mempunyai daya saing di era perdagangan pasar bebas ini.

18

Sebagaimana hasil penelitian Scott yang menyebutkan bahwa hubugan antar petani dan petani lain dapat renggang akibat suatu penerapan alat mesin pertanaian. Hasil penelitian tersebut di Malaysia hubungan tuan tani dan buruh tani terputus akibat adanya mesin perontok padi yang menggantikan peranan buruh tani tersebut. Hal tersebut mungkin juga terjadi atau bahkan sudah terjadi di Indonesia. Selain itu, antara petani kelas atas yang mampu membeli atau menyewa peralatan pertanian tingkat kesejahteraannya akan jauh berbeda dengan petani yang hanya mengandalkan cara tradisional. Selain dampak negative modernisasi pertanian juga dapat memberikan pengaruh positif bagi para pelaku tani. Salah satunya dapat mempererat hubungan petani yang terhimpun dalam suatu wadah kelompok tani dikarenakan ketidak mampuan petani secar individu dalam menyediakan peralatan peratnian sehingga memaksa mereka untuk melakukan swadaya atau bergotong royong dalam menyediakan peralatan yang dibutuhkan.Sehingga tercipta harmonisasi antar petani. Dengan demikian suatu penerapan modernisasi dapat memberikan dampak negative atau positif tergantung bagaimana penanganan atau inisiatif pemerintah yang bekerjasama dengan para petani dalam menghadapi setiap permaslahan pertanian khususnya dalam penerapan pertanian berbasis teknologi.

19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dapat dismpulkan sebagai berikut: 1. Modernisasi pertanian merupakan tuntutan jaman yang tidak biasa dielakan lagi guna peningkatan produksi pertanian secara kualitas dan kuantitas. 2. Penerapan modernisasi pertanian dapat menghilangkan mata pencaharian buruh tani yang peranannya tergantikan oleh adanya alat mesin pertanian sehingga kesejahteraannya dapat berkurang jika tidak ada tindak lanjut pihak pengambil kebijakan untuk memperhatikan nasib buruh tani tersebut. 3. Pengaruh modernisasi pertanian bagi para petani dapat mengurangi lapangan pekerjaan jika penerapannya tidak memperhatikan aspek social yang ditimbulkan. 4. Modernisasi pertanian dapat berdampak buruk terhadap hubungan petani dengan buruh tani, tetapi dapat mempererat hubungan antar petani dengan membuat suatu wadah yang menciptakan suasana gotong royong dalam penyediaan peralatan pertanian.

20

B. Saran Sebagai saran dari penulis apabila ingin menganalisi tentang modernisasi pertanian alahkah baiknya dikaji tentang bagaimana kaitannya penerapan modernisasi pertanian dengan punahnya produk unggulan local suatu daerah. Penulis masih dalam tahap belajar dalam penulisan makalahini yang tentunya banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun isi makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dalam penulisan karya tulis ilmiah di masa yang akan datang.

21

DAFTAR PUSTAKA

Budiman Arief.1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga.Jakarta:Gramedia Eko Sutoro. Jurnal Pembangunan Politik, Pemberdayaan Politik dan Transformasi Politik Leibo, J. Sosiologi Pedesaan: Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda. Yogyakarta: Andi Offset. Munthe H Marhaeni.Modernisasi dan Perubahan Sosial Masyarakat dalam Pembangunan Pertanaian Suatu Tinjauan Sosiologis.Medan: Sosiologi FISIP USU Saragih Bungaran.2004.Perkembangan Mutahir Pertanian Indonesia dan Agenda Pembangunan Ke Depan.Malang : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Suryana Achmad.2005.Rencana Strategi Badan Litbang Pertanian.Jakarta :Badan litbang Pertanian.

22

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa dengan adanya masukan modern di bidang pertanian dapat membantu para petani dalam mengerjakan kegiatan di sawah karena mekanisasi peralatan pertanian tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga, namun disamping itu juga dapat mengakibatkan berkurangnya kebutuhan tenaga kerja manusia. Tenaga kerja manusia dan hewan dapat digantikan oleh mesin-mesin modern seperti traktor, pompa air dan mesin perontok padi.

B. Saran Adapun sarannya bahwa agar modernisasi dapat berjalan baik dan berhasil seperti yang diharapkan, maka harus ada kerjasama yang baik dari berbagai pihak antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pamong desa, tokoh masyarakat maupun dari petani itu sendiri selain itu Agar terciptanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak, pemerintah dapat memberdayakan sumber daya alam melalui penerapan teknologi maju guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.

23

DAFTAR PUSTAKA Joseph,Martin.1990. Sociology For Every One. Oxford, U.K: Polity Press Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat.Yogyakarta: Tiara Wacana Macionis, John J. 1991. SociologyHertfordshire, U.K.: Prentice Hall Mulyadi, Yad.1999. Antropologi. Jakarta:Depdikbud Nasikun, Dr.2004. Sitem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tambahan http//:www.wikipedia.org/

Anda mungkin juga menyukai