Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ensiklopedi Indonesia mengartikan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu

atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Pembatasan ini tidak mengecualikan apakah abortus itu termasuk abortus spontan atau abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang tidak disengaja dan tanpa tindakan apa pun. Abortus macam ini lebih sering terjadi karena faktor di luar kemampuan manusia, misalnya pendarahan atau kecelakaan. Adapun abortus buatan (abortus provocatus) adalah abortus yang terjadi sebagai akibat tindakan tertentu. Abortus macam ini masih dapat dibagi lagi ke dalam abortus artificialis therapicus atau abortus yang dilakukan berdasarkan pertimbangan medik, dan abortus provocatus criminalis atau abortus yang dilakukan tanpa berdasarkan pertimbangan medik. Abortus artificialis therapicus selalu positif karena bertujuan menyelamatkan jiwa ibu yang terancam jika kehamilannya dipertahankan, sedangkan abortus provocatus criminalis selalu negatif mengingat bencana yang banyak ditimbulkannya. Banyak contohnya. Sebelum Undang-Undang tentang abortus disahkan di negara bagian California Amerika Serikat pada era 1960-an misalnya, komplikasi yang timbul akibat pengguguran tidak sah menyebabkan satu dari lima kematian yang berhubungan dengan kelahiran, umumnya terjadi di kalangan wanita berpenghasilan rendah. Hasil penelitian di Kolombia pada tahun 1964 menunjukkan bahwa komplikasi penyakit akibat pengguguran tidak sah merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian di kalangan wanita usia 15 hingga 35 tahun. Data di Santiago Chile selama tahun 1980-an mengungkapkan separuh dari kematian yang berhubungan dengan kelahiran adalah akibat pengguguran tidak sah. Rumusan Masalah 1. Pengertian abortus. 2. Bentuk-bentuk abortus. 3. Factor-faktor terjadinya abortus. 4. Tindakan klinis penaggulangan abortus. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Abortus Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik. Faktor-Faktor Terjadinya Abortus Hal yang menyebabkan fenomena tersebut adalah faktor ovovetal dan ibu (Derek liewollyn & Jones, 2002). Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang

menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002). Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain: 1) penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, 2) toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus, 3) penyakit menahun, dan 4) kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002). Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002). Tindakan Klinis, Pemeriksaan Penunjang, Dan Komplikasi Tindakan klinik yang dapat kita lakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain: 1) terlambat haid kurang dari 20 minggu, 2) pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan suhu badan normal atau meningkat, 3) perdarahan pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus, 4) pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari vulva Inspekulo, 5) perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium, dan 6) colok vagina dengan melihat porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada saat perabaan adneksa, dan kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri (Arif Mansjoer dkk, 2004). Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan antara lain: 1) tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 hari setelah abortus, 2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup, dan 3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Arif Mansjoer dkk, 2004). Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok (Prawirohardjo, S, 2002). Perdarahan, cara mengatasinya dengan mengosongkan uterus dari sisasisa janin dan transfuse darah, bila tidak segera ditolong menyebabkan kematian. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Apabila terjadi perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luas cedera sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Syok terjadi karena perdarahan dan infeksi berat (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Jenis-Jenis Abortus dan Penanganannya Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Penanganannya : 1) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran

darah ke uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang. 2) Pemberian hormon progesterone. 3) Pemeriksaan USG (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil (Sarwono Prawirohardjo,2002). Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan, dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Penderita abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti abortus immines yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang, mamma agak mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative. Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan (Sarwono Prawirohardjo,2002). Dengan human chorionic gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui kemungkinan keguguran (James L Lindsey,MD , 2007).Biasanya terjadi pembekuan darah. Penanganannya, Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan infuse intravena oktsitosin dosis tinggi. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia, perlu persediaan fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian misoprostol (Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis tunggal atau ganda untuk mengurangi rasa sakit (James L Lindsey,MD , 2007). Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical aborsi dengan mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan, kelahiran dengan berat yang minim, dan kelahiran premature sebagai rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi berturut-turut dalam kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian ditiga minggu pertama kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan dengan kenaikan resiko yang signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan dengan aborsi medik tetapi tidak dengan surgical abortion,sebagai bandingan dengan wanita yang tidak pernah melakukan aborsi. (Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.) Setelah abortus pertumbuhan virus Chlamydia, gonorrhoea dan bacterial vaginosis meningkat. Untuk mengurangi infeksi setelah abortus diberikan antibiotik 1 g rectally, azithromycin 1 g pada saat

abortus, dan doxycycline 100 mg secara oral 2 kali per hari selama 1 minggu. (Janesh K. Gupta and Cara Williams, 2004)

A. Konsep teoritis Abortus Imminens 1.Pengertian Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim (Manuaba, 2007:683). Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan ( Sarwono, 2008:467). Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman t erhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2001:147) 2. Klasifikasi Abortus Menurut Winkjosastro (2005:305-308) klasisikasi abortus dibagi 2.1 Abortus spontan Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut: - Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 28 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi servik. - Abortus Insipiens Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.

- Abortus Inkomplet Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret. - Abortus komplet Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong.Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk.Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil.

Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apaapa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret. - Abortus Servikalis Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis. 2.2 Abortus provokatus Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik: - Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya: 1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi. 2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi). 3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat. 4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah. 5. Prosedur tidak dirahasiakan. 6. Dokumen medik harus lengkap. - Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alatalat atau obat-obat tertentu. 2.3 Abortus Buatan Tindakan pengosongan rahim pada kehamilan kurang dan 28 minggu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang tepat untuk menangani suatu kasus pada suatu keadaan tertentu sangat bergantung pada keadaan penderita; tuanya kehamilan; fasilitas yang tersedia; dan keterampilan operator. Indikasi abortus buatan a. Hamil di luar kandungan. Bila kehamilan tidak dikeluarkan, maka akan terjadi robekan pada tempat dimana hasil pembuahan menempel diikuti, perdarahan dalam rongga perut yang dapat menyebabkan kematian. b. Hamil anggur (mola hidatidosa). Pada hamil anggur janin biasanya meninggal dan tumbuh jaringan seperti segugus

buah anggur. Jaringan ini harus dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya kanker trofoblas. c. Gacat bawaan pada janin. Cacat bawaan yang berat seperti anencephalus (tidak ada otak) dapat dideteksi secara dini. d. Penyakit Ibu yang berat/ menahun. Misalnya kelainan jantung. e. Hamil akibat perkosaan atau incest. f. Penyakit kelainan jiwa yang berat. Misalnya percobaan bunuh diri. g. Kegagalan kontrasepsi. Seperti diketahui sampai saat ini tidak ada satu pun kontrasepsi yang bebas dari kegagalan. Kehamilan akibat kegagalan kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dapat menyebabkan cacat bawaan. 3.Etiologi Menurut Winkjosastro (2005:302-303) penyebab terjadinya abortus dapat dibagi sebagai berikut: a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan biasanya menyebabkan kematian mudighah pada hamil muda. Factorfaktor yang menyebabkan kematian mudighah adalah : 1) Kelainan kromosom: yang sering dijumpai adalah pada kejadian abortus adalah trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks. 2) Lingkungan kurang semmpurna: bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi kurang sempurna. 3) Pengaruh dari luar: radiasi, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh ini dinamakan pengaruh teratogen. b. Kelainan plasenta Endarteritis dapat terjadi dalam villi korealis dan menyebabkan segmen plasenta terganggu sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin, keadan nini bias terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. c. Penyakit ibu Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pilonefritis , malaria , dll dapat menyebabkan abortus. Toksin bakteri, virus , plasmodium dapat melewati plasenta dan masuk kejanin kemudian terjadilah abortus. d. Kelainan traktus genitalis Retroversi uteri, mioma uteri atau kelainan uteri dapat menyebabkan abortus, tetapi hanua retruversi uteri gravid dan mioma uteri sub mukosa yang dapat memegang peranan penting . sebab lain juga karena servik yang inkompeten yang

disebabkan karena kelemahan bawah servik, dilatasi servik yang berlebihan dank arena robekan servik luas yang tidak dijahit. 4.Patofisiologi Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena benda yang dianggap asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002). Patofisiologis terjadina keguguran, mlai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga jann kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepasdi anggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi.Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu, keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan di sertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Berntuk perdarahn bervariasi, di antarnya : - Sedikit-sedikit dan berlangsung lama - Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat di sertai gumpalan - Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun; dapat menimbulkan syok. 5.Prognosis Menurut winkjosastro (2005:306) macam dan lamanya kehamilan menentukan prognosa kelangsungan kehamilan. Perdarahan kurang baik bila perdarahan berlangsung lama , mules-mules yang disertai pendataran dan pembukaan servik. 6.Diagnosa Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri internum disertai rasa mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kelainan, servik belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapaa wanita hamil laainnya dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan . hal ini terjadi karena penembusan vili korealis kedalam desidua pada saat implantasi. Perdarahan biasanya sedikit, warnanya merah, tidaak disertai rasa mules.

( Winkjosastro, 2005: 305) 7.Penatalaksanaan /Perawatan Perawatan abortus imminens menurut Winkjsastro (2005:305-306) a. Istirahat barinng Tidur berbaring merupakan unsure penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah keuterus dan berkurangnya raangsangan mekanik. b. Tentang pemberian hormon progestin pada abortus belum ada persesuaian faham . sebagian besar ahli tidak menyetujui dan mereka yang menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dulu adanya kekurangan hormone progesterone. Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus terjadi didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan karena banyak factor, maka pemberian progestin tidak banyak manfaatnya. c. Pemriksaan USG penting untuk memeriksa apakah janin masih hidup Penatalaksanaan abortus imminens menurut Syaifuddin (2002: M-12) a. Tidak perlu pengobatan khusus b. Jangan melakukan aktifitas fisik yang berlebihan c. Jika perdarahan: 1) Berhenti:lakukan asuhan antenatal seperti biasa 2) Terus berlangsung: nilai konndisi janin atau USG, lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyakit lain d. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen dan progestreon) atau tokolitik seperti salbutamol atau endometason, karna obat ini tidak dapat mencegah abortus
BAB III PENUTUP Kesimpulan Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik Saran Pada pembahasan ini tentang abortus, betapa pentingnya benar-benar diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk mengantisipasi dari pada bentuk abortus, faktor-faktor penyebab abortus serta dampak negative yang dapat mengancam jiwa bagi penderita.

Anda mungkin juga menyukai