Anda di halaman 1dari 3

Pembangunan Kesehatan : Pendekatan Kesehatan Masyarakat Atau Kesejahteraan

Tanggal: Monday, 05 July 2010 Topik: HIV/AIDS Harian Analisa, 03 Juli 2010 Oleh : Bisara L. Tobing Dalam suatu kesempatan teman saya yang sedang berada di Selandia Baru memberi kabar bahwa seluruh rencana kegiatan kesehatan untuk salah satu proyek yang disupervisi oleh UNDP di suatu tempat di Sumatera dicoret! Maknanya, rencana yang sudah sempat didiskusikan batal! Begitu kata beliau. Dan menurut teman tersebut, mereka beranggapan bahwa proyek-proyek kesehatan mestinya dijalankan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Mungkin para pengambil keputusan kurang paham, tambahnya. Kelihatannya beliau jengkel sekali. Reaksi saya kepada beliau adalah seperti ini, "ya, pertama mereka mungkin kurang paham sehingga dengan gampangnya membatalkan saja, kemungkinan lain adalah mereka menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap pembangunan kesehatan, saya katakan demikian. Mestinya, pendekatannya menggunakan pendekatan kesejahteraan, bukan pendekatan kesehatan kata saya. Pendekatan Kesehatan Masyarakat Yang dimaksud dengan pendekatan kesehatan masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan dimasyarakat adalah upaya yang menggabungkan tindakan promosi, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi. Diawali dengan menetapkan berbagai masalah kesehatan melalui pengumpulan data, dilakukanlah kajian untuk mencari apa sebenarnya menjadi penyebab dasar (root cause) sehingga sesuatu menjadi masalah kesehatan masyarakat. Selanjutnya, dikembanglah langkah-langkah penanggulangan dan dilaksanakan dengan harapan masalah kesehatan dapat dituntaskan. Berbeda dengan pendekatan kedokteran, pendekatan kesehatan masyarakat memberi porsi yang sangat besar bagi kajian-kajian hubungan penyakit dengan person-place-time. Dengan karakteristik yang terkandung dalam individu baik secara genetic sampai kepada pekerjaan dan kebiasaan seseorang. Kepada lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis, kimia, social serta adat dan budaya. Dan waktu, dimana penyakit-penyakit berubah menjadi penyakit kronis serta berbagai penyakit ketuaan yang dapat menyerang seseorang sejalan dengan pertambahan usia. Lingkup pelayanannya adalah kelompok masyarakat. Sedangkan pendekatan kedokteran lebih banyak bersifat pengobatan. Penyakit-penyakit tertentu tidak akan hilang bila hanya menggunakan pendekatan kedokteran saja. Misalnya, penyakit tuberkulosa, penyakit kurang gizi atau HIV/AIDS. Penderita penyakit tuberkulosa membutuhkan Pendamping Minum Obat karena penderita harus minum obat untuk jangka waktu yang cukup lama. Penyakit kurang gizi belum tentu karena anak mengalami gangguan pencernaan tetapi mungkin disebabkan oleh pengetahuan dan kesadaran terhadap pengolahan makanan. Sedangkan HIV/AIDS sangat mungkin berkaitan dengan peri laku walaupun saat ini ada pergeseran dan bisa menyerang orang baik-baik. Inti pendekatan kesehatan masyarakat hampir sama dengan pendekatan kedokteran yang mencoba memecahkan masalah kesehatan dari sudut pandang kesehatan. Demikian kira-kira. Bagaimana dengan Pendekatan Kesejahteraan? Pendekatan Kesejahteraan memandang kesehatan sebagai bagian dari kesejahteraan yang kait-

berkait dengan berbagai indikator kesejahteraan. Dahulu kita mengenal istilah Physical Quality of Life Index yang terdiri dari Angka Kematian Bayi, Angka Melek Huruf dan Umur Harapan Hidup sebagai predictor tingkat kesejahteraan manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Semakin kecil Angka Kematian Bayi, semakin tinggi Angka Melek Huruf dan Umur Harapan Hidup maka semakin sejahteralah kelompok masyarakat tersebut. Sekarang kita mengenal istilah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang komposisinya terdiri dari Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Luaran Ekonomi yang menggambarkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia ini lebih menggambarkan kesejahteraan kendati disana-sini masih terjadi perdebatan. Dengan pendekatan kesejahteraan maka pemecahan masalah-masalah kehidupan tidak lagi dilihat secara segmental dan peningkatan kesejahteraah tidak lagi dijalankan secara sektoral seperti yang kita lihat selama ini seperti pertentangan yang terjadi antara perindustrian dengan kesehatan dimana masing-masing sektor hanya melihat kepentingannya sendiri. Industri rokok berupaya mempertahankan produksi rokok dan sektor kesehatan melancarkan upaya-upaya mencegah risiko penyakit akibat rokok. Pendekatan kesejahteraan, seperti yang telah digambarkan dari penjelasan sebelumnya, pada hakikatnya adalah pengembangan dari pendekatan kedokteran dan pendekatan kesehatan masyarakat. Dengan pendekatan kesejahteraan ini, orang sakit harus diobati, tindakan pencegahan harus dijalankan namun ekplorasi potensi dan penggerakan sumber-sumber daya harus menjadi perhatian utama. Apa gunanya orang sakit disembuhkan bila kemudian akan kembali jatuh sakit? Apa gunanya kita menganjurkan agar menjalankan pola hidup bersih dan sehat apabila hanya 2 dari sepuluh langkah yang bisa kita lakukan? Bukankah kecenderungannya, bila ada uang maka masyarakat akan memperbaiki lantai rumahnya? Mustahil bisa menurunkan Angka kematian Ibu bila harga karet dan kelapa sawit semakin lama semakin rendah dan dikendalikan oleh para makelar sehingga penghasilan keluarga jatuh ke titik terendah sehingga ibu hamil tidak cukup untuk makan dua kali sehari pun! Implementasi: Pendekatan Kedokteran, Kesehatan Masyarakat atau Kesejahteraan? Bagaimana implementasi pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten/kota? Pendekatan apa yang digunakan? Apakah pendekatan kedokteran, pendekatan kesehatan masyarakat atau pendekatan kesejahteraan? Bagaimana kita bisa menilainya? Kementerian Kesehatan berada dibawah koordinasi Menko Kesra. Dengan demikian, mestinya pembangunan kesehatan harus menggunakan pendekatan kesejahteraan. Dengan demikian pula maka Kepala Daerah harus mampu mengkoordinasikan sektor-sektor terkait dalam satu kendali dimana semua sumber-sumber dirangkaikan dalam suatu model pembangunan daerah berkesejahteraan. Tidak hanya mengirimkan tenaga-tenaga kesehatan untuk mengikuti pendidikan lanjut padahal sekembalinya ke daerah asal tidak mampu meningkatkan cakupan pelayanan. Sebagai contoh, dokter umum yang disekolahkan untuk mengikuti pendidikan spesialis bukan semakin bermanfaat, tetapi malah semakin ekslusif. Tidak hanya membangun sarana kesehatan tetapi berfikir bagaimana caranya agar APBD mampu berproduksi dan meningkatkan kesejahteraan. Saya agak kurang yakin bahwa teman-teman di UNDP di Jakarta tidak memahami pendekatan ini sebab UNDP merupakan inisiator konsep Indeks Pembangunan Manusia meskipun menggunakan konsep-konsep ekonomi yang dipelopori oleh Mahbub ul Haq dan kawan-kawan dan disempurnakan oleh Amartya Sen. Mungkin mereka memiliki pandangan lain yang didasarkan kepada data-data yang akurat bahwa program ini tidak berdampak banyak terhadap peningkatan kesejahteraan di daerah yang akan menjadi wilayah proyek. Mungkin saja ada perbedaan pendekatan diantara keduanya, yang satu menghendaki agar proyek dilaksanakan dengan pendekatan kesejahteraan sedangkan yang lain menghendaki pendekatan yang berbeda. Pepatah mengatakan, Kalau kail panjang sejengkal, jangan lautan hendak diduga. Kalau memang tidak mampu, jangan sakit hati bila orang lain tak bersedia membantu! Semoga memberi pencerahan.***

Penulis adalah Dokter, Ahli Kesehatan Masyarakat. Peminat Kebijakan Kesehatan dan Pemerhati Pelayanan Kesehatan Dasar. Sumber: Harian Analisa

Anda mungkin juga menyukai