Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Latar Belakang
Krisis ekonomi atau yang sering disebut dengan nama krisis moneter merupakan suatu peristiwa atau kondisi menurunnya ekonomi suatu negara. Banyak negara pernah mengalami yang namanya krisis dalam perekonomian negaranya. Disebutkan pula bahwa Krisis moneter merupakan hasil dari ekonomi kapitalis yang sepenuhnya bergantung pada sistem pasar yang ada, akibatnya pasar tidak terkendali dan mengakibatkan terjadinya krisis. Di Indonesia sendiri pernah terjadi krisis moneter tahun 1998 dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu menjadi minus (-), kurs rupiah melemah terhadap mata uang asing, adanya penarikan dana yang besar (rush) terhadap perbankan tanah air. Hal ini tentu akan merembet ke sektor lainnya seperti berkurangnya investasi, dan banyak industri-industri yang bangkrut sehingga menimbulkan angka pengangguran yang sangat tinggi, ditambah lagi dengan angka inflasi yang mencapai hiperinflasi. Krisis di Indonesia benar-benar tidak terduga datangnya dan sama sekali tidak terprediksi sebelumnya. Seperti dikatakan oleh Furman dan Stiglitz (1998), bahwa di antara 34 negara bermasalah yang diambil sebagai sample penelitiannya, Indonesia adalah negara yang paling tidak diperkirakan akan terkena krisis bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Ketika Thailand mulai menunjukkan gejala krisis yang berawal dari menurunnya nilai Bath terhadap Dollar, orang umumnya percaya bahwa Indonesia tidak akan bernasib sama karena dasar ekonomi Indonesia dipercaya cukup kuat untuk menahan external shock akibat kejatuhan ekonomi Thailand. Dengan adanya anggapan tersebut juga berdampak pada rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri terlihat cenderung mengabaikan padahal pada saat itu hutang luar negeri pihak swasta sangat besar dan umumnya berjangka pendek, telah menciptakan kondisi yang tidak stabil. Kejadian ini membuat ekonomi Indonesia hancur yang mana pada awalnya Indonesia merupakan negara yang ekonominya paling tangguh di Asia Tenggara menjadi tidak berkutik akibat krisis moneter tahun 1998. Akibatnya industri Indonesia yang sudah mulai memasuki tahap

lepas landas harus kembali mengulang dari awal. Seiring hal tersebut Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengatasinya. Akibat dari krisis ini, Indonesia yang harus berusaha mengeluarkan diri dari krisis akhirnya bergantung pada bantuan IMF dan lembaga keuangan dunia lainnya untuk memulihkan keadaan ekonomi mereka. Namun, sebagai konsekuensi dari ketergantungan pada bantuan tersebut, pemerintah harus rela untuk melakukan syarat-syarat yang diberikan oleh IMF. Pertanyaan penelitian Krisis moneter merupakan bencana terhadap perekonomian suatu negara. Akibat krisis tersebut membuat ekonomi suatu negara mengalami penurunan atau depresiasi. Bila tidak dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan dalam jangka panjang akan membuat ekonomi negara tidak tumbuh. Sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi krisis moneter tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka secara spesifik permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Apa dampak dari bantuan IMF terhadap krisis Indonesia (1997-1998)

Kerangka Teori
A. Definisi Konseptual PERAN Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang atau kelompok berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran juga merupakan suatu bentuk perilaku seseorang atau kelompok pada situasi sosial tertentu, maka dari itu peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar. Menurut ahli sosiologi Munson dan Balgopal menyatakan bahwa peran adalah sekumpulan harapan atau perilaku yang berhubungan dengan posisi dalam struktur sosial, dan gagasan ini menyatakan peran selalu hadir dalam konteks relasi karena hanya dalam relasi peranan dapat dikenali. Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku orangtua dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sanksi dan lain-lain.

BANTUAN Bantuan merupakan suatu bentuk kontribusi dari satu pihak ke pihak lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan, pemajuan usaha, atau pencapaian tujuan akhir. Pihak yang memberi bantuan dipastikan memiliki kelebihan di bidang tertentu daripada pihak yang dibantu. Bantuan bisa dilakukan atas dasar peduli ataupun disebabkan oleh suatu kepentingan tertentu.

REZIM IMF International Monetary Fund (IMF) merupakan salah satu rezim moneter internasional yang bertujuan mengontrol kestabilan moneter dunia dengan cara tertentu yang diantaranya yaitu, memfasilitasi pertukaran barang, penyediaan modal bagi negara yang bergabung di dalamnya. Fasilitas yang diberikan oleh IMF dapat memberikan konsekuensi yang tegas bagi aktor-aktor yang bergabung di dalamnya. Sebagai sebuah rezim moneter, IMF tidak henti-hentinya menawarkan sistem stabilisasi finansial untuk memajukan kesejahteraan anggota-anggotanya. IMF berusaha menurunkan inflasi domestik, memperbaharui fiskal secara menyeluruh, melakukan evaluasi ulang jika dibutuhkan, dan penyederhanaan batasan pertukaran untuk menghapus dampak pajak dan subsidi (Simmons 2001: 315). Aktor-aktor yang telah bergabung dalam IMF telah memiliki komitmen masing-masing untuk mematuhi setiap peraturan yang dikeluarkan oleh IMF. Walaupun ada beberapa peraturan yang cukup berat untuk dijalankan, Negara-negara anggota akan berusaha untuk mematuhinya dengan tujuan untuk menanamkan kepercayaan kepada IMF, agar ke depannya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mereka mendapat perhatian dari IMF. Namun tetap saja secara fundamental, masalah kepatuhan terhadap peraturan, mau tidak mau aktor-aktor yang sudah bergabung harus patuh. Dampak negatif dalam hal ini adalah bahwa IMF akan mampu mengondisikan kebijakan-kebijakannya yang dekat dengan praktek Neoliberal ke dalam negara-negara anggota.

Operasionalisasi Konsep Perspektif Liberalisme, memiliki asumsi filosofis dasar mengenai manusia. Liberalisme memandang manusia sebagai makhluk yang rasional dan cenderung mengadakan kerjasama untuk mencapai kepentingannya. Sebagaimana manusia, negara pun memiliki sikap rasional dan

kecenderungan bekerjasama dengan yang lain. Berbeda dengan realisme yang memandang negara sebagai aktor utama, liberalisme memandang bahwa aktor-aktor non-negara seperti individu dan NGOs juga memiliki kontribusi dan peranan yang relevan dalam hubungan internasional. Namun, liberalisme juga tidak mengesampingkan bahwa negara juga merupakan aktor yang dominan. Liberalisme tidak menolak pandangan realisme bahwa dunia memiliki sistem anarki, yakni tidak ada kekuasaan di atas negara. Namun, dalam pandangan liberal, organisasi internasional memiliki peranan dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia. Negara rela menyerahkan sedikit kedaulatannya untuk diatur oleh organisasi dan rezim internasional yang telah mereka sepakati bersama demi menjaga keamanan kolektif. Hal ini semakin memperkuat argumentasi kaum liberalis mengenai aktor non-negara yang memiliki peranan penting dalam hubungan internasional. Selain itu, adanya sistem anarki menurut kaum liberal justru semakin membuka lebar kesempatan untuk diadakannya kerjasama antar aktor demi mewujudkan perdamaian dan keamanan bersama. Liberalis percaya bahwa komunitas internasional, dapat menjadi sebuah alternatif bagi pemerintahan dunia dan anarki internasional. Dari konsep tersebut saya dapat menarik indikator untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut yaitu: 1. Awal mula IMF memberikan bantuan terhadap Indonesia 2. Dampak bantuan IMF terhadap Indonesia

BAB II
A. Awal mula Indonesia menerima bantuan IMF Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek, telah menciptakan kondisi bagi ketidakstabilan. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung mengabaikan, dari para menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.Pemerintah selama ini selalu ekstra hati-hati dalam mengelola hutang pemerintah (atau hutang publik lainnya), dan senantiasa menjaganya dalam batas-batas yang dapat tertangani (manageable). banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.Ketika liberalisasi sistem perbankan diberlakukan pada pertengahan tahun 1980-an, mekanisme pengendalian dan pengawasan dari pemerintah tidak efektif dan tidak mampu mengikuti cepatnya pertumbuhan sektor perbankan. Yang lebih parah, hampir tidak ada penegakan hukum terhadap bank-bank yang melanggar ketentuan, khususnya dalam kasus peminjaman ke kelompok bisnisnya sendiri, konsentrasi pinjaman pada pihak tertentu, dan pelanggaran kriteria layak kredit. Pada waktu yang bersamaan banyak sekali bank yang sesunguhnya tidak bermodal cukup (undercapitalized) atau kekurangan modal, tetapi tetap dibiarkan beroperasi. Semua ini berarti, ketika nilai rupiah mulai terdepresiasi, sistem perbankan tidak mampu menempatkan dirinya sebagai peredam kerusakan, tetapi justru menjadi korban langsung akibat neracanya yang tidak sehat.Yang ketiga, sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula. Hill (1999) menulis bahwa banyaknya pihak yang memiliki vested interest dengan intrikintrik politiknya yang menyebar ke mana-mana telah menghambat atau menghalangi gerak pemerintah, untuk mengambil tindakan tegas di tengah krisis. Jauh sebelum krisis terjadi,

investor asing dan pelaku bisnis yang bergerak di Indonesia selalu mengeluhkan kurangnya transparansi, dan lemahnya perlindungan maupun kepastian hukum. Persoalan ini sering dikaitkan dengan tingginya biaya siluman yang harus dikeluarkan bila orang melakukan kegiatan bisnis di sini. Anehnya, selama Indonesia menikmati ekonomi boompersepsi negatif tersebut tidak terlalu menghambat ekonomi Indonesia. Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada tanggal 31 Oktober 1997. Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang: 1. Penyehatan sektor keuangan; 2. Kebijakan fiskal; 3. Kebijakan moneter; 4. Penyesuaian struktural. Bantuan-bantuan tersebut diberikan IMF berdasarkan ideologi Neo-liberalisme. Neoliberalisme adalah bentuk baru dari paham ekonomi pasar liberal, yang merupakan salah satu bentuk varian dari Kapitalisme, di mana Kapitalisme merupakan suatu ideologi atau paham yang percaya bahwa modal merupakan sumber utama untuk dapat menjalankan sistem perekonomian di suatu negara. B. Dampak Bantuan IMF Terhadap Indonesia Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai IMF, maka kegiatan-kegiatan utama IMF terdiri atas hal-hal berikut ini 1. Memonitor kebijakan nilai tukar uang negara anggota. 2. Membantu negara anggota mengatasi masalah yang berkaitan dengan neraca pembayaran. 3. Memberikan bantuan teknis dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas institusi serta sumber daya manusianya. Bantuan juga diberikan untuk mendesain dan mengimplementasikan kebijakan makroekonomi serta perubahan struktural yang relatif. Pada peranan IMF terhadap Indonesia

dapat dilihat bahwa bantuan yang diberikan oleh IMF memberikan dampak positif dan negatif. Tetapi dalam hal ini, dampak negatif dirasakan lebih banyak. IMF semakin tidak disenangi karena keinginannya untuk ikut campur tidak hanya pada bidang ekonomi tetapi merambah sampai pada bidang politik. Bantuan yang diberikan juga tidak membuat Indonesia keluar dari krisis tapi hanya membuat Indonesia makin terpuruk dengan jumlah hutang yang besar. Garis besar dampak negatif nya antara lain: 1. Membukakan peluang bagi investor asing untuk memasuki semua sektor dan pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahandan menghilangkan subsidi pada listrik, tarif telepon dan bahan bakar minyak sangat menyengsarakan rakyat. Karena membuat sepertiga dari seluruh rakyat Indonesia tidak mempunyai akses untuk memperoleh air bersih atau layanan kesehatan atau tidak menamatkan sekolah dasar. 2. Penerapan rezim kurs mengambang bebas menyulitkan para pembuat kebijakan dalam memprediksi dampak kebijakan-kebijakan fiskal dan moneternya terhadap kurs rupiah dan selanjutnya pada variabel-variabel ekonomi lainnya seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, ekspor-import dan lain-lain. 3. Penerapan kebijakan moneter ketat yang mematikan sektor riil karena sulitnya tersedia dana investasi dengan suku bunga rendah yang berdampak lanjut meningkatkan jumlah pengangguran. 4. Kebijakan penerapan fiskal ketat dan liberalisasi perdagangan dan sistem finansial yang termanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan seperti pencabutan subsidi, penggenjotan pajak, privatisasi dan penjualan aset-aset perusahaan domestik secara murah membuat pihak asing semakin menentukan formulasi kebijaksanaan ekonomi dan sosial Indonesia dan penguasaan devisa pun akan berada di tangan mereka dengan intensitas yang lebih besar

KESIMPULAN Krisis yang terjadi di Asia pada tahun 1997 merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan bagi negara-negara di kawasan tersebut. Di Asia Tenggara hal tersebut berawal dari Thailand lalu menyebar ke negara-negara satu kawasan. Akibat dari krisis ini, Indonesia harus berusaha mengeluarkan diri dari krisis yang akhirnya bergantung pada bantuan IMF dan lembaga keuangan dunia lainnya untuk memulihkan keadaan ekonomi mereka. Namun sebagai konsekuensi dari ketergantungan pada bantuan tersebut, pemerintah harus rela untuk melakukan syarat-syarat yang diberikan oleh IMF. Perubahan-perubahan signifikan pun harus pemerintah lakukan misalnya dalam deregulasi peraturan yang berhubungan dengan pasar, kemudian melakukan privatisasi terhadap sejumlah sektor-sektor ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA Jackson, R. dan Sorensen,G (2005). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Pustaka Pelajar. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/427EA160-F9C2-4EB0-9604C55B96FC07C6/3015/bempvol1no4mar.pdf http://khunaipi.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_65.pdf http://politik.kompasiana.com/2011/04/05/peran-imf-dalam-penanganan-krisis-ekonomi-diindonesia-19971998/ http://adwirman.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/03/krisis-ekonomi-peran-imf-dan-ketegasanpemerintah/ http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/4-penyebab-krisis-ekonomi-indonesia-tahun-19971998-apakah-akan-terulang-pada-krisis-ekonomi-sekarang/

PERAN IMF TERHADAP BANTUAN INDONESIA 1997/1998

DI SUSUN OLEH RIZKY ADRIANSYAH 2010 22 015

Anda mungkin juga menyukai