Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KMB I

Disusun Oleh : Dani Safdinan ( A01101547 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2012

KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Alloh S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Dengan terselesaikannya makalah ini, tidak lupa berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari bapak Saptono,S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika Keperawatan, dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan tenaga, pikiran sehingga makalah dapat terselesaikan. Apabila dalam penulisan makalah ini masih ditemukan kekeliruan, penulis mengharap kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Gombong, 18 Oktober 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat 180 juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta di antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia.

Sembilan dari 10 penderita kebutaan tersebut berada di negara miskin dan berkembang, terutama negara-negara Afrika dan Asia Selatan atau Asia Tenggara. Khusus untuk Indonesia, diperkirakan 3,1 juta jiwa (1,5 persen) penduduknya mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan di dunia adalah katarak (45 persen). Penyebab lain antara lain adalah glaucoma, diabetes melitus, dan trauma (37,5 persen); trachoma (12,5 persen); dan onchocerciasis atau river blindness (0,6 persen).

Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa mata. Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein tersusun demikian sehingga cahaya dapat menembus lensa dan difokuskan pada retina. Kadang-kadang protein tersebut mengumpul bersama sehingga memperkeruh atau menutupi bagian kecil pada lensa. Itulah yang disebut katarak. Makin lama, kumpulan protein tersebut membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda katarak antara lain penglihatan kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang pada malam hari, cahaya matahari atau lampu silau, dan warna tampak pudar.

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI Katarak adalah kekeeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina . Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Springhouse Co). Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman . Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat menerima perubahan dan merugikan atau mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara independen . perkecualian ,katarak traumatic bisanya unilateral dan katarak congenital biasanya stasioner. Tindaka operasi mengembalikan pandangan mata kurang lebih 95% klien (Springhouse Co). Tanpa pembedahan , katarak yang terjadi dapat menyebabkan kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis menurut

perkembangan (katarak congenital) dan menurut proses degenerative ( katarak primer dan katarak komplikata). 1. Katarak Kongenital Katarak congenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkanoleh ibu yang menderita yang

rubella,DM,toksoplasmosis,

hipoparatiroidisme,galaktosemia.Ada

pula

menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma,keratokonus, ektopia leentis, megalokornea, hetekronia iris. Kkekeruhan

dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten ,katarak Polaris anterior,posterior, katarak aksialis,katrak zonularis,katarak stelata,katarak totalis dan katarak kongenita membranasea. 2. Katarak Primer Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu atarak juvenilis (umur <20 tahun), katarak senilis (umur >50 tahun ). Katarak primer dibagi menjadi empat stadium : 1. Stadium Insipien Jenis katarak ini adalah stadium paling dini . Visus belum terganggu , dengan koreksi masih bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda. 2. Stadium Imatur Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa , terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa . Shadow test posotif . Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi miopa. Keadaan ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa akan mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma. 3. Stadium Matur Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang masuk pipil dipantulkan kembali. Shadow tes negative .Di pupil tampak lensa seperti mutiara. 4. Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni) Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai

setengah lingkaran dibgian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu kecoklatan .Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus lensa.Keadaan ini disebut katarak morgani. 5. Katarak Komplikata Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi dari penyakit lain . Penyebab katarak jenis ini adalah : a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio retina yang sudah lama , uveitis, myopia maligna. b. Penyakit siskemik , DM, hipoparatiroid, sindromdown, dermatritis atopic. c. Trauma , trauma tumpul, pukulan , benda asing didalam mata terpajan panasa yang berlebihan , sinar X , radio aktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia. Merokok meningkatkan resiko berkembangnya katarak, demikian pula dengan peminum berat. Kadang-kadang katarak tejadi lagi setelah operasi jika kapsul lensa ditinggalkan utuh selama operasi katarak (dewit,1998).

B. ETIOLOGI 1. Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis. 2. Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif. 3. Penyakit mata seperti Uveitis 4. Penyakit sistemik seperti DM. 5. Defek congenital

C. PATOFISIOLOGI Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan air,peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serta lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikorteks,serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hinlangnya transparansi lensa yang tidak terasanyeri dan sering bilateral. Selain itu berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolism pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini , menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk memalui kornea yang dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi ini memburamkan bayangan semu yang sampai pada retina.Akibat otak

mengiterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning , bahkan menjadi coklat atau hitam dank lien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.

D. MANIFESTASI KLINIS Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien

melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi

opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

E. PATHWAY
Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Perubahan serabut

Kompresi sentral (serat)

Jumlah protein

Keruh

Densitas

Membentuk massa

Keruh

Pembedahan

Katarak

Pre Operasi Kecemasan meningkat Kurang pengetahuan -

Post Operasi Gangguan nyaman (nyeri) Resiko tinggi rasa

Menghambat jalan cahaya

Penglihatan

/Buta

terjadinya infeksi Resiko tinggi

Gangguan sensori persepsi visual Risiko tinggi cidera fisik

terjadinya injuri : Peningkatan TIO. Perdarahan intraokuler.

F. PEMERIKSAAN 1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina 2. Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan bayangan hitam disebut iris shadow. 3. Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar orange disebut fundus reflek. 4. Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negatif). 5. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)

G. PENATALAKSANAAN Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ;

1. Ekstraksi katarak intrakapsuler (ECCE) Adalah pengangkatan korteks dan nukeus ,kapsul posterior

ditinggalkan untuk mencegah kolaps vitreus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intraokuler.

2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ICCE) Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata

selama pembedahan.Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya .

H. FOKUS PENGKAJIAN 1. Pengkajian Pre Operatif a. Subyektif : keluhan penglihatan 1. Kabur secara total 2. Hanya melihat baik pada tempat yang redup 3. Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja 4. Ganda / majemuk pada satu mata. Indikator verbal dan non verbal dari ansietas. Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk : 1. Sifat prosedur 2. Resiko dan keuntungan 3. Obat anestesi 4. Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata

afakia). Jumlah informasi yang dicari klien. b. Obyektif : 1. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata yang penyakit intra okulernya masih aktif. 2. Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang memutih. 3. Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan kekeruhan yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah. 4. Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca. 5. Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak, tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan TIO, kelainan lapang pandang.

2. Pengkajian Post Operatif a. Data Subyektif 1. Nyeri 2. Mual 3. Diaporesis 4. Riwayat jatuh sebelumnya b. Data Obyektif 1. Perubahan tanda-tanda vital 2. Respon yang lazim terhadap nyeri. 3. Tanda-tanda infeksi 1) Kemerahan

2) 3) 4) 5) 6) 7)

Oedema Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol). Drainase pada kelopak mata dan bulu mata. Zat purulen Peningkatan suhu Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.

4. Ketajaman penglihatan masing-masing mata 5. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive. 2) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda. 3) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan). 4) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali. 5) Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi, ditandai dengan : Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan. Perubahan respo biasanya terhadap rangsang.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 60 menit diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : Intervensi : 1. Kaji nyeri secara komperehenssif (P,Q,R,S,T) R : Untuk mengetahui Paliatif : yang bisa mengurangi nyeri, Quality : nyeri yang dirasakan seperti apa , Region : areanya menyebar atau menetap, Skala : dengan mendeskripsikan skala nyeri 0-10, Tiem : kapan dan berapa lama nyeri timbul. 2. Lakukan distraksi dan relaksasi R : Membantu klien mengurangi persepsi nyeri atau mengalihkan perhatian klien dari nyeri. 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic R : Membantu mengurangi nyeri 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk pasien R : Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk pasien Klien dapat menunjukan perubahan skala nyeri Klien merasa nyaman Klien dapat menjelaskan factor-faktor penyebab nyeri Klien tidak menunjukan rasa sakit akibat nyerinya (rileks)

2. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan persepsi sensori teratasi dengan kriteria hasil :

Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negative Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan

Intervensi : 1. Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata R : Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata 2. Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak, cegah lapang pandang perifer dan catat terjadinya bintik buta. R : Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan. 3.

Anda mungkin juga menyukai