Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KEGIATAN PENILAIAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH ENENGAH PERTAMA SMPN 30 MAKASSAR KELAS 3 OLEH : KELOMPOK VI

HARNA NIKMAH SARO ANDI RESKI AMELIA SRI HARDIYANTI WAHYNU PRADIPTASARI MUCHLISA SIDRATULMUNTAHA J. ANDI INDRAWATI O. MUNZIA BARRE ALLO

K21109309 K21109311 K21109259 K21109275 K21109259 K21109312 K21109270 K21111602 K21111604 K21109270

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Penilaian Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 30 Makassar kelas 3 Yang Dilaksanakan Pada Tanggal 17 Desember 2011 Yang diSusun Oleh Kelompok 6. Setelah diperiksa dengan teliti oleh asisten dosen mata kuliah PSG (Penilaian Status Gizi) maka laporan ini dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2011

Dosen Mata Kuliah PSG

Asisten

Dr. Saifuddin Sirajuddin, MSc NIP :19590824 198503 1 001

( Bohari)

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, tumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta meghasilkan energi (Supariasa, dkk., 2009). Keaadaan gizi adalah akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.Status Gizi (Nutrition Status), ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk., 2009). Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet (Tirtawinata, 2006). Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2009). Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain (design-induced error) (Nugroho, 2002).

Dilihat dari penggunaan antropometri yang sangat luas, maka salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang sarjana gizi adalah mampu mengukur status gizi mengenai konsep pertumbuhan, ukuran antropometri, control kualitas data antropometri dan evaluasi indeks antropometri, kelemahan dan keunggulan penggunaan antropometri dalam penilaian status gizi (Supariasa, dkk., 2009). Dari definisi ters |\ebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukura dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis tingkat ukuran tubuh antara lain berat badan, tiggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk., 2009). Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energy. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2009). Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu (Gibson, 2005). Indikator antropometri antara lain berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008). IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi kasus KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Namun untuk

memperoleh pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit karena masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa penelitian menunjukkan perubahan TB usila sejalan dengan peningkatan usia dan efek beberapa penyakit seperti osteoporosis. Oleh karena itu, pengukuran tinggi badan usila tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui tinggi badan usila dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height) (Barasi, 2008). Tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam menentukan status gizi individu/populasi. Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulit dilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari pengukuran tinggi lutut untuk memprediksi tinggi badan manula yaitu persamaan Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum ada studi yang dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu persamaan bagi pengukuran tinggi badan populasi usia lanjut menurut bermacam-macam kelompok etnis. Oleh karena itu, suatu cross sectional studi untuk mengembangkan persamaan tinggi badan manula berdasarkan pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan panjang depa (knee height dan arm span) telah dilakukan pada bulan Desember 2005 lalu. Total 217 manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompok etnik yaitu: Jawa (56,7%), Cina (31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini (Fatmah, 2005). Pengukuran antropometri termasuk berat badan, tinggi badan, panjang depa, dan tinggi lutut dilakukan oleh ahli gizi terlatih. Kesalahan inter dan intra observer dilakukan untuk pengukuran antropometri tinggi lutut dan panjang depa manula. Temuan utama studi adalah rata-rata usia manula asal Cina adalah tertinggi di antara suku lainnya; kebanyakan manula mengalami gizi kurang (43%); distribusi rata-rata tinggi lutut dan panjang depa hampir sama di tiap kelompok etnis (Fatmah, 2005). IMT dihitung dengan pemberian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan (dalam m) pangkat dua. Kini IMT banyak digunakan di rumah sakit untuk mengukur status gizi pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran

lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada pengukuran berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak dilakukan saat ini karena orang yang berlebihan berat badan atau yang gemuk yang lebih beresiko untuk menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi dannn beberapa bentuk penyakit kanker (Hartono, 2006). Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini kadang-kadang disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh digunakan dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk rasio berat/tinggi, indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang digunakan secara ekstensif secara internasional untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Gibson, 2005). Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteran manjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat tentang pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui kekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008). Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini kadang-kadang disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh digunakan dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk rasio berat/tinggi, indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang

digunakan secara ekstensif secara internasional untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Gibson, 2005). Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan kurus mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas anak akan tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan baik dari segi berat badan maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik pertumbuhan anak misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak dan

meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang punya resiko lebih besar terkena infeksi (Gibson, 2005). Jumlah lemak tubuh yang normal untuk pria dewasa berkisar 10-20% dari berat badannya, dan untuk perempuan dewasa sekitar 25%. Untuk mengetahui dengan cepat apakah Anda menyimpan lemak berlebih, cobalah mencubit daging di perut Anda tepat di atas pusar. Bila jarak antara ibu jari dengan telunjuk lebih dari 2,5 cm, maka Anda termasuk obesitas. Atau, untuk menentukan apakah Anda mengalami besar di sekitar perut, ukur lingkar pinggang dengan mencari titik tertinggi di tulang pinggang, lalu ukur lebarnya. Seorang pria yang berlingkar pinggang lebih dari 102 cm (Indonesia 90 cm) dan perempuan lebih dari 88 cm (Indonesia 80 cm), menunjukkan faktor risiko tinggi kena penyakit. Apalagi, bila IMT-nya (Indeks Masa Tubuh) adalah 25 atau lebih (Asmayuni, 2007). Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan

pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (6070%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan

oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan (Asmayuni, 2007). Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu. Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90 derajat. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm (Gibson, 2005). Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus (Gibson, 2005): TB pria = 64,19 (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm) TB wanita = 84,88 (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm) Beberapa peneliti menyarankan untuk menerapkan tekanan lembut dengan proses mastoid untuk meregangkan tulang belakang dan

meminimalkan efek yang dihasilkan oleh variasi diurnal. Pengukuran ketinggian diambil di inspirasi maksimal, dengan tingkat mata pemeriksa dengan kepala tempat tidur untuk menghindari kesalahan paralaks. Tinggi tercatat milimeter terdekat, atau bahkan lebih tepat dengan peralatan modem digital. Oleh karena itu, jika berdiri tinggi daripada data referensi berbaring panjang digunakan. Dilaporkan sendiri tinggi cenderung menghasilkan perkiraan sedikit lebih tinggi dari tinggi dan harus dihindari (Gibson, 2005). Tanda-tanda klinis gizi kurang dapat merupakan indicator yang sangat penting untuk enduga defesiensi gizi. hal ini mencakuo keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat ditentukan dengan cara membandingkan seorang individu atau kelempok tertentu terhadap kuran normal pada umumnya (Supariasa, dkk., 2009). Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis

dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test

neurologi.Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali (Hartono,2006). Tanda-tanda klinis malnutrition (gizi kurang) tidak spesifik, karena ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu peeriksaan klinis harus dipadukan dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey konsumsi makanan, sehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik (Supariasa, dkk., 2009). Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, dkk., 2009).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan

data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, dkk., 2009).

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Gibson, 2005). Survei diet atau penilaian tingkat konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok secara tidak langsung. Survei konsumsi makanan dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, dimana survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Secara umum, survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, dkk., 2009). Metode Recall 24 Jam Metode Food Recall 24 jam merupakan metode sederhana dan mudah dilakukan. Responden diminta untuk mengingat kembali makanan atau minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya. Untuk mempermudah pewancara dan responden dalam memberikan jumlah makanan yang dikonsumsi maka digunakan food model. Alat ini terdiri dari beberapa bentuk makanan yang seringkali dikonsumsi dengan beberapa ukuran yang sering digunakan (Supariasa, dkk., 2009). Umumnya ukuran yang sering digunakan adalah ukuran sedang. Setiap model telah dilengkapi dengan kandungan zat gizi yang sesuai sehingga memudahkan dalam menilainya. Hal ini digunakan untuk mencegah adanya flat slope syndrom di mana responden melakukan estimasi yang berlebihan

pada makanan yang kurang dikonsumsi atau estimasi yang kurang pada makanan yang banyak dikonsumsi. Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang

dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tang selama kurung waktu 24 jam yang lalu. Dalam memabantu responeden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juda dicatat. Termasuk makanan yang dimakan diluar rumah seperti direstoran, dikantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan konsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan Kecukupan Gizi (AKG) (Supariasa, dkk., 2009). Metode 24 jam recall bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan tingkat individu. Prinsip dari recall 24 jam, dilakukan dnegan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden ibu, atau pengasuh disuruh menceritakan semua yang dimakan dan dimunum selama 24 jam yang lalu (Supariasa, dkk., 2009).
I.2 Tujuan

(DKGA) atau Angka

a. Untuk mengetahui status gizi siswa kelas 3 smp b. Untuk mengetahui kondisi fisik c. Untuk mengetahui asupan energy, zat gizi makro dan mikro

BAB II

METODE

II.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penilaian Status Gizi dilaksanakan di SMPN 30 Makassar pada tanggal 17 Desember 2011. II.2 Peserta Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Program Studi S-1 Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar II.3 Sasaran Sasaran dari kegiatan penilaian status gizi adalah siswa sekolah Menengah Pertama kelas 3.

II.4 Metode Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sasaran kegiatan. Kemudian melakukan pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, dan umur) dan pengamatan secara fisik/klinis kepada sasaran dengan berpedoman pada lembaran kuesioner.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN III.1 Hasil a. Karakteristik Siswa Karakteristik Siswa Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur < 15 tahun > 15 tahun Agama Islam Katolik Protestan Suku Makassar Bugis Toraja Pekerjaan Ayah PNS Pegawai swasta Pedagang Pekerjaan Ibu IRT PNS Pedagang Total 10 5 4 1 100 % 50 % 40 % 10 % 3 5 2 30 % 50% 20% 4 5 1 40 % 50 % 10 % 8 1 1 80 % 10 % 10 % 4 6 10 0 40 % 60 % 100 % 0% N (orang) %

Tabel di atas menunjukkan presentase jenis kelamin yaitu untuk laki-laki 40 % dan wanita 60%. Sedangkan, ada 100 % untuk anak yang

usia <15 tahun. Agamanya berbeda-beda pula, namun yang paling mendominasi yaitu agama islam dengan presentase 80 %, sedangkan untuk katolik dan Kristen masing-masing 10 %. Rata-rata berasal dari suku Makassar dan bugis. Presentase untuk suku Makassar yaitu 40 %, bugis 50 % dan Toraja 10 %. Presentase pekerjaan Ayahnya yaitu untuk PNS ada 30%, Pegawai swasta 50 % dan pedagang 20%. Sedangkan untuk

pekerjaan ibunya yaitu lebih dominan ibu rumah tangga dengan presentase 50 %, PNS 40 % dan pedagang ada 10 %.

b. Status Gizi (IMT) Siswa Status Gizi Sangat Kurus Kurus Normal Gizi lebih Obesitas N (Orang) 2 4 4 % 20 % 40 % 40 % -

Tabel di atas menunjukkan presentase yang memiliki status gizi normal yaitu 40 %, gizi lebih 40 % dan kurus ada 20 %.

c. Status Lingkar Lengan Atas (LILA) Siswa Status LILA < 23,5 cm 23,5 cm N (Orang) 5 5 % 50% 50%

Tabel di atas menunjukkan kesamaan antara presentase anak yang beresiko KEK dan yang normal yaitu masing-masing 50 %.

d. Status Lingkar Perut Siswa Lingkar Perut N (Orang) %

Obesitas Sentral Normal

1 9

10 % 90 %

Tabel di atas menunjukkan hanya ada 10 % yang beresiko obesitas sentral dan sebagian besar normal dengan presentase 90 %.

e. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Klinis Mata Normal Tidak Normal Lidah Normal Tidak Normal 10 100 % 8 2 80 % 20 % N (Orang) %

Wajah Normal Tidak Normal Rambut Normal Tidak Normal Gigi Normal Tidak Normal Kulit Normal tidak normal Bibir Normal Tidak normal 9 1 90 % 10 % 10 100 % 10 100 % 10 100 % 10 100 % -

Kuku Normal Tidak Normal 10 100 % -

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada pemeriksaan klinik yang leiputi beberapa indicator. Jika dilihat dari fisiki mata ada 20 % anak yang matanya tidak normal sedangkan ada 80 % yang nora. Sedangakan, untuk pemeriksaan lidah, rambut, kuku, kulit gigi dan wajah, hasil yang diperoleh yaitu 100 % normal. Sedangkan pada pemeriksaan bibir, terdapat 10 % anak yang tidak normal, 90 % yang normal. Kesimpulan yaitu bahwa pada pemeriksaan fisik hanya ada beberapa item yang tidak normal.

f. Asupan Energi Asupan Energi Lebih Cukup Kurang N 1 9 % 10 % 90 %

Tabel di atas menunjukkan penilaian asupan energi, dimana terdapat 90 % anak yang asupan energinya kurang dan hanya ada 10 % anak yang asupan energinya cukup. g. Asupan Zat Gizi Makro Zat Gizi Makro Karbohidrat Lebih Cukup Kurang Lemak Lebih 3 30 % 1 9 10 % 90 % N (Orang) %

Cukup Kurang Protein Lebih Cukup Kurang

70 %

1 9

10 % 90 %

Tabel di atas menunjukkan asupan zat gizi makro meliputi karbohidrat, lemak dan protein.Asupan karbohidrat, ada 90 % anak yang asupannya kurang dan 10 % yang asupannya cukup. Sedangkan untuk asupan leak, ada 70 % yang asupannya kurang dan ada 30 % yang asupannya lebih. Untuk asupan protein, 90% anak yang asupannya kurang sedangkan 10 % yang asupannya lebih. Berdasarkan, data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asupan zat gizi makro pada anak SMP 30 kurang.

h. Asupan Zat Gizi Mikro (Fe, Zn, Vit. A,) Zat Gizi Mikro Fe Lebih Cukup Kurang Zn Lebih Cukup Kurang Vitamin A Lebih Cukup Kurang 1 1 8 10 % 10 % 80 % 1 9 10 % 90 % 1 9 10 % 90 % N (orang) %

Tabel di atas menunjukkan asupan zat gizi ikro yang meliputi Fe, Zn dan Vit A. ada 90 % anak yang asupan Fe nya kurang dan 10 % asupan lebih. Untuk Zn, hanya ada 10 % yang cukup dan 90 % kurang. Sedangkan, asupan vit A ada 10 % yang cukup, 10 % lebih dan 80 % kurang. Jika, dilihat dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa asupan zat gizi mikro dari semua anak kurang.

i. Gambaran Sarapan Pagi Siswa Sarapan Pagi Ya Tidak Total N 3 7 10 % 30 % 70 % 100%

Tabel di atas menunjukkan hanya ada 30 % yang sarapan dan ada 70 % yang tidak sarapan. j. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Energi Status Gizi Lebih n Sangat Kurus Kurus % n Asupan energy Cukup % N 2 Kurang % 20 % Normal 1 10 % 3 30 % Gizi lebih 4 40 % Obesitas Total 1 90 % 10 100% 4 40 % 4 40 % 2 20 % N %

10 % 9

Tabel di atas menunjukkan bahwa anak yang memilki status gizi kurang dan asupan energy kurang ada 20 %, anak yang memiliki status gizi normal dan supan energy cukup ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan asupan energy yang kurang ada 30 %. Sedangkan anak yang memilki status gizi lebih dan asupan energy kurang ada 40%. k. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Karbohidrat Status Gizi Lebih N Sangat Kurus Kurus % n 1 Asupan Karbohidrat Cukup % 10% n 1 Kurang % 10 % Normal 4 40 % Gizi lebih 4 40 % Obesitas Total 1 10 % 9 90 % Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang dan asupan karbohidratnya cukup ada 10 %, anak yang memilliki status gizi kurang dan asupan karbohidratnya kurang ada 10 %. Sedangkan, anak yang memilki status gizi normal dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %. Anak yang memilki status gizi lebih dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %. l. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Lemak Status Gizi Lebih n % n Asupan Lemak Cukup % n Kurang % N % 10 100% N %

Sangat Kurus Kurus

10 %

10 %

20%

Normal

20 %

20 %

40 %

Gizi lebih

40 %

Obesitas Total

30 %

70 %

10

100%

Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang dan asupan lemak lebih ada 10 %, anak yang memilki status gizi kurang dan asupan lemak kurang ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan asupan leak lebih ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 20 %, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %. m. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Protein Status Gizi Lebih n Sangat Kurus Kurus % n Asupan Protein Cukup % n 2 Kurang % 20 % Normal 1 10 % Gizi lebih 4 3 30 % 40 % Obesitas Total 1 10 % 9 90 % 10 100% 4 40 % 4 40 % 2 20 % N %

Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki sttaus gizi kurang dan asupan protein kurang ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak lebih ada 10 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 30 %, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %. n. Tabulasi Silang Status LILA dengan Asupan Energi Status LILA Lebih n < 23, 5 cm 23,5 cm % n 1 Asupan energi Cukup % n Kurang % 40 % 5 50 % Total 1 10 % 9 9% 10 100% 5 50 % 5 50 % N %

10 % 4

Tabel di atas menunjukkan bahwa LiLA < 23, 5 cm dan asupan energy cukup ada 10 %, LILA < 23, 5 cm dan asupan energy kurang ada 40 %. Sedangkan, anak yang memiliki LILA 23,5 cm dan asupan energy kurang ada 50 %. o. Tabulasi Silang Status Lingkar Perut dengan Asupan Lemak Status Perut n Obesitas Sentral Lingkar Lebih % n Asupan Lemak Cukup % n 1 Kurang % 10 % Normal 3 30 % Total 3 30 % 7 6 60 % 70 % 10 100% 9 90 % 1 10 % N %

Tabel di atas menunjukkan anak yang beresiko obesitas sentral dan asupan leak kurang yaitu ada 10 % sedangkan anak yang status lingkar

perutnya normal dan asupan lemak lebih ada 30 % dan anak yang status lingkar perutnya normal dan asupan leak kurang ada 60 %. III.2 Perhitungan IMT Terlampir III.3 Pembahasan A. Status Gizi dengan Asupan Energi Pada penelitian pengukuran status gizi dengan melihat asupan enrgi diperoleh hasil anak yang memilki status gizi kurang dan asupan energy kurang ada 20 %, anak yang memiliki status gizi normal dan supan energy cukup ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan asupan energy yang kurang ada 30 %. Sedangkan anak yang memilki status gizi lebih dan asupan energy kurang ada 40%. Asupan energy mepengaruhi nilai IMT atau status gizi seseorang. Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, penunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Satuan energi dinyatakan dalam unit panas atau kilokalori (kkal). Tabel berikut ini memuat perkiraan kebutuhan berbagai zat gizi pada usia remaja. Anjuran kecukupan gizi pada usia remaja (13-18 tahun) Kebutuhan zat gizi Jenis kelamin Umur (thn) 13 15 16 19 13 15 16 19 Berat (kg) 45 56 46 50 Energi (kal) Laki-laki 2400 2500 2100 2000 Protein (gr) 64 66 62 51 Vit. A (RE) 600 600 500 500 Fe (mg) 17 23 19 25

Wanita

Kebutuhan gizi remaja dan eksekutif muda relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya

melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Tubuh manusia memerlukan asupan gizi terutama energi dan protein untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Asupan gizi adalah sejumlah zat gizi dari makanandan minuman yang dikonsumsi seseorang setiap hari yang diukur denganmenggunakan metode recall 24 jam Asupan energi seseorang menurut FAO/WHO (2005) adalah konsumsi energy berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energiseseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai kesehatan jangka panjang, untuk memelihara aktivitas fisik yang dibutuhkan. Energi Basal Metabolisme selalu dipengaruhi oleh beberapafaktor yaitu : ukuran tubuh, jenis kelamin, umur, dan komposisi tubuh. Asupan gizi khususnya energi dan protein berpengaruh terhadap status gizi seseorang, di mana status gizi yang optimal dan jenis yang cukup sesuai denganasupan anjuran. Zat gizi adalah satuan-satuan yang menyusun bahan makanan atau bahandasar. Sedangkan bahan makanan adalah suatu zat yang dibeli, dimasak dandisajikan sebagai hidangan untuk dikonsumsi. Zat-zat gizi dapat diperoleh melalui asupan makanan yang dikonsumsi. Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak,seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, imbi-umbian, dan gula murni. Tidak semua energi yang tersedia dalam bahan makanan dapatdimanfaatkan tubuh. Oleh karena itu, nilai energi kasar makanan perlu dikoreksidengan nilai energi makanan yang tidak dimanfaatkan tubuh. Nilai energi yangdikoreksi ini disebut energi faali makanan. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami

keseimbangan energi negative. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yangditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi. Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal karbohidrat, lemak dan protein, serta kurangbergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh danmerupakan resiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus,hipertensi, jantung koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup. B. Status Gizi dengan Asupan Karbohidrat Pada penentuan status gizi dengan melihat asupan karbohidrat diperoleh hasil anak yang memilki status gizi kurang dan asupan karbohidratnya cukup ada 10 %, anak yang memilliki status gizi kurang dan asupan karbohidratnya kurang ada 10 %. Sedangkan, anak yang memilki status gizi normal dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %. Anak yang memilki status gizi lebih dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %. Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsifungsinya seperti materi fotosintesis tumbuhan, sebagai bahan energi, dan lainnya.

Bagi manusia; sbg sumber energi. Bagi tumbuhan; amilum sebagai cadangan makanan, sellulosa sbg pembentuk kerangka bagi tumbuhan. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, juga terjadi perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan mereka. Karbohidrat dalam bentuknya yang lebih alami merupakan bagian penting dari diet yang sehat. Nutrisi ini menyediakan energi, serat, vitamin, mineral, protein dan air. Karbohidrat terdapat pada biji sereal, buah, sayur. dan susu. Diet sehat 2000 kalori seharusnya juga mengandung karbohidrat di dalamnya dan menyediakan lebih dari 50% total kalori. Sedangkan diet berkalori rendah untuk menurunkan berat badan seharusnya masih memiliki sekitar 40% total kalori dari karbohidrat. Penyakit yang disebabkan karena kelebihan karbohidrat adalah obesitas yaitu suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara energy yang masuk dengan energy yang keluar. Didalam tubuh manusia,glukosa merupakan jenis monosakarida penghasil energi utama. Dalam keadaan normal,darah seseorang mengandung 70-100 mg glukosa setiap 100 ml darah.Jika kadar glukosa darah lebih rendah dari kisaran normal disebut hipoglikemia,sebaliknya jika kadar glukosa darah lebih tinggi dari kisaran normal disebut hiperglikemia. Untuk itu ada beberapa tips membatasi asupan karbohidrat, antara lain: Kurangi penyedap rasa (rasa gurih dan asin) pada makanan, sehingga kebutuhan karbohidrat akan dibantu dengan asupan berupa nasi.

Kurangi kebiasaan meminum minuman dengan gula, terutama minuman botol atau kotak. Hindari juga penambahan gula pasir di teh dan kopi.

Kurangi memakan yang berbahan tepung, seperti kwetiaw, kulit pangsit, mie, bihun, so-un, roti putih, biskuit, kerupuk, dan lainlain.

C. Status Gizi dengan Asupan Lemak Pada penentuan status gizi dengan melihat asupan lemak diperoleh hasil menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang dan asupan lemak lebih ada 10 %, anak yang memilki status gizi kurang dan asupan lemak kurang ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan asupan leak lebih ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 20 %, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %. Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan

perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu. Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram

lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah. D. Status Gizi dengan Asupan Protein Fungsi protein dalam tubuh yaitu sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh, sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh kerbohidrat dan lemak. Berdasarkan hasil survey diperoleh anak yang memilki sttaus gizi kurang dan asupan protein kurang ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak lebih ada 10 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 30 %, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %. Terdapat status gizi kurang asupan protein kurang. Kekurangan protein dapat meneybabkan kwashiorkor dan marasmus. Dimana kekurangan protein dapat ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat, otot berkurang dan melemah, edema, muka bulat seperti bulan dan gangguan psikomotor. Gejala edema dapat dilihat terutama pada perut, kaki, dan tangan merupakan ciri khas dari kwashiorkor dan kehadirannya erat berkaitan dengan albumin dan serum. Kulit menjadi depigmentasi, kering, bersisik, pecah pecah dan dermatosis. Luka sukar sembuh. Rambut mengalami depigmentasi, menjadi lurus, kusam, halus, dan mudah rontok (rambut jagung). Kwashiorkor pada orang dewasa jarang ditemukan. Status gizi dengan asupan protein lebih. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan asupan protein dapat menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, demam. E. Status LILA dengan Asupan Energi Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menetupi

pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik. Hasil dari tabulasi antara status LiLA dengan asupan energy yaitu LiLA < 23,5 cm dan asupan energi cukup ada 10 %, LiLA < 23,5 cm dan asupan energi kurang ada 40 %. Sedangkan anak yang memiliki LiLA >23,5 cm dan asupan energi kurang ada 50 %. Hal ini

menunjukkan bahwa, anak yang beresiko KEK namun asupan energinya cukup ada 1 orang, begitu pula dengan anak yang energinya kurang ada 1 orang. Hanya ada 8 anak yang tiak beresiko KEK namun asupan energinya kurang. Hal ini, membuktikan bahwa tidak ada keseimbangan antara pengukura LiLA dengan asupan energy. Kebutuhan energi cukup dan energi kurang. Kekurangan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan resiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup. F. Status Lingkar Perut dengan Asupan Lemak Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperoleh anak yang beresiko obesitas sentral dan asupan leak kurang yaitu ada 10 % sedangkan anak yang status lingkar perutnya normal dan asupan lemak lebih ada 30 % dan anak yang status lingkar perutnya normal dan asupan

lemak kurang ada 60 %. Terjadinya obesitas sentral dipengaruhi oleh asupan lemak. berdasarkan data yang diperoleh bahwa ada 6 anak yang normal dan asupan lemaknya kurang. Hal ini berjalan lurus karena semakin banyak lemak dalam tubuh khususnya daerah perut maka akan meningkatkan resiko obesitas sentral. Kegemukan di sekitar perut, dalam bahasa klinis disebut sebagai obesitas sentral, merupakan akumulasi lemak di perut yang

mengakibatkan peningkatan ukuran pinggang. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya lemak visceral, atau lemak yang ada di antara organorgan dalam rongga perut. Lemak visceral berbeda dengan lemak subkutan yang ditemukan di bawah kulit atapun lemak

intramuskularyang ditemukan dalam kerangka otot. Kelebihan lemak visceral bisa dilihat dari perut yang tampak menonjol. Tipe tubuh seperti ini juga dikenal sebagai bentuk apel. Dibandingkan wanita, obesitas sentral lebih banyak dialami oleh pria karena perbedaan hormon. Kaum lelaki lebih cenderung memiliki lemak yang tersimpan dalam perut karena perbedaan hormon seks. Hormon seks wanita menyebabkan lemak tersimpan di pantat, paha, dan pinggul. Tetapi ketika perempuan mengalami menopause dan hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium menurun, lemak bermigrasi dari pantat, pinggul dan paha ke pinggang, kemudian disimpan dalam perut. Mengapa hal ini berbahaya? Ada kolerasi yang kuat antara obesitas dan penyakit kardiovaskular, hipertensi, resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Jika tubuh tidak dijaga dari penyebab obesitas sentral, dapat dibayangkan resiko yang akan mengiringinya. Dapat dikatakan bahwa alarm kesehatan berada di lingkar perut. Wanita dengan lingkar pinggang > 80 cm atau pria dengan lingkar pinggang > 90 cm harus waspada, karena ini berarti alarm anda telah menyala. Obesitas sentral terjadi karena banyak faktor. Di antaranya yang dapat kita kendalikan adalah makan berlebihan dan kurang gerak. Jika kita dapat mengontrol pola makan dan menjalankan aktivitas fisik secara

teratur sejak dini, akan banyak manfaatnya bagi kesehatan jangka panjang.

BAB IV PENUTUP

IV.I Kesimpulan 1. Status gizi siswa SMPN 30 Makassar yaitu status gizi normal 40 % (4 orang) , gizi lebih 40 % (4 orang) dan kurus ada 20 (20 orang) %. 2. Pemeriksaan klinik yang meliputi beberapa indikator. Jika dilihat dari fisiki mata ada 20 % anak yang matanya tidak normal sedangkan ada 80 % yang normal. Sedangakan, untuk pemeriksaan lidah, rambut, kuku, kulit gigi dan

wajah, hasil yang diperoleh yaitu 100 % normal. Sedangkan pada pemeriksaan bibir, terdapat 10 % anak yang tidak normal, 90 % yang normal. 3. Terdapat 90 % anak yang asupan energinya kurang dan hanya ada 10 % anak yang asupan energinya cukup. Asupan zat gizi makro meliputi karbohidrat, lemak dan protein. Asupan karbohidrat, ada 90 % anak yang asupannya kurang dan 10 % yang asupannya cukup. Sedangkan untuk asupan leak, ada 70 % yang asupannya kurang dan ada 30 % yang asupannya lebih. Untuk asupan protein, 90% anak yang asupannya kurang sedangkan 10 % yang asupannya lebih. Berdasarkan, data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asupan zat gizi makro pada anak SMP 30 kurang. Asupan zat gizi ikro yang meliputi Fe, Zn dan Vit A. ada 90 % anak yang asupan Fe nya kurang dan 10 % asupan lebih. Untuk Zn, hanya ada 10 % yang cukup dan 90 % kurang. Sedangkan, asupan vit A ada 10 % yang cukup, 10 % lebih dan 80 % kurang. Jika, dilihat dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa asupan zat gizi mikro dari semua anak kurang. IV.2 Saran 1. Agar asisten menjelaskan secara detail materi yang dibahas dalam laporan. 2. Untuk siswa SMPN 30 Makassar, agar memperhatikan asupan zat gizinya karena hasil data yang telah diolah diperoleh beberapa masalah gizi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN BAB II METODE I1.1 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN I1.2 PESERTA I1.3 SASARAN I1.4 METODE PELAKSANAAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN II1.1 HASIL II1.2 PERHITUNGAN IMT III,3 PEMBAHASAN BAB IV PENUTUP IV KESIMPULAN IV SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LEMBARAN KUESIONER RECALL PERHITUNGAN IMT FOTO KEGIATAN

DAFTAR PUSTAKA

Asmayuni. 2007. Kegemukan (Overweight) pada perempuan umur 25-50 tahun (di kota Padang Panjang Tahun 2007). Kesehatan Masyarakat. II : 14-38 Barasi, Mary E. 2008. At A Glance Imu Gizi. Jakarta: Erlangga Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-6728 Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC Nogroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran. XI : 678-745 Supariasa, dkk. 2009. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Tirtawinata, Tien Ch. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI.

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan baik jasmani maupun rohani, karena atas segala rahmat dan hidayahNyalah sehingga laporan praktikum Penilaian Status Gizi ini bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupaSsaya kirimkan salam dan salawat kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Pada kesempatan ini saya selaku penulis dan penyusun lapaoran ini ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim dosen dosen Penilaian Status Gizi dan juga semua asisten yang telah membimbing Saya dalam menyusun lapaoran ini dan dalam mengkaji ilmu. Dalam proses penyelesaian laporan ini Saya banyak dibantu oleh banyak referensi sehingga kita mampu menyelesaikannya dengan baik. Saya selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kepada para pembaca kami menghaturkan permohonan maaf apabila menemukan kekurangan pada laporan ini dan Saya dengan berbesar hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki pada penulisan s elanjutnya. Atas perhatiannya Saya ucapkan terima kasih. Wassalam,

Makassar, Desember 2011 Hormat Saya,

Penyusun LAMPIRAN

FOTO KEGIATAN

Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran berat Badan

Pengukuran LILA

Pengukuran Lingkar Perut

PERHITUNGAN IMT

IMT

Fiedy Zandjaya IMT = = = 17,0


kg m kg m

IMT

= =

. kg m . kg . m

= 23.5

Sevia yeni Asima A. Indra Cahyadi IMT = =


kg . m . kg m

IMT

= =

kg m kg . m

= 18,4 = 15,1 Annisahikrimia Ria Amelia IMT IMT = = =


m . kg . kg . m

=
= 23,16
Akbar IMT = = = 18,3 Putri Andini
kg m . m

= 20.26 Nuzul Fadila Putri IMT = = = 21,4


kg m kg m

Khaerunnisa dwi tasya IMT = =


kg m kg . m

= 15 Dwita Natalia IMT = =


kg m . kg . m

= 24,21 Andi rezka Kurniawan Amri IMT = =


kg m kg . m

= 22.92

Anda mungkin juga menyukai